hordeolum fixed

29
Presentasi Kasus ILMU KESEHATAN MATA HORDEOLUM Oleh : Oleh: Aviaddina Ramadhani G99122022 Fika Khulma S. G99122044 Octava Prima A. G99122091 PEMBIMBING : Senyum Indrakila, dr., Sp.M

Upload: fika-khulma-sofia

Post on 20-Oct-2015

95 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Hordeolum Fixed

TRANSCRIPT

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATAHORDEOLUM

Oleh :

Oleh:Aviaddina RamadhaniG99122022Fika Khulma S. G99122044Octava Prima A.G99122091

PEMBIMBING :Senyum Indrakila, dr., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2014

STATUS PASIEN

I. IDENTITASNama: Tn. SUmur: 24 tahunJenis kelamin: Laki-lakiPekerjaan: SwastaAgama: IslamAlamat: Laweyan, SurakartaTanggal pemeriksaan: 4 Februari 2014No. RM: 01-24-08-51

II. ANAMNESISA. Keluhan utama: Muncul benjolan di kelopak mata kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang: 2 minggu sebelum memeriksakan diri ke poliklinik mata RSUD Dr. Moewardi pasien mengeluhkan muncul benjolan kecil di kelopak mata kanan. Benjolan kecil tersebut terletak di ujung kelopak mata kanan di dekat pangkal bulu mata, berdiameter kira-kira 0,5 cm, berwarna merah, dan terasa nyeri. Bila dipegang benjolan kecil tersebut bertambah nyeri. Pasien mengeluhkan benjolan tersebut bertambah besar dan semakin nyeri dari hari ke hari.3 hari sebelum periksa, pasien menceritakan benjolan tersebut bertambah besar, kira-kira sebesar biji kedelai. Benjolan disertai keluar cairan berwarna kuning pada bagian ujung benjolan tersebut. Pasien juga mengeluhkan sekarang matanya jadi terasa mengganjal dan kelopak mata sebelah kanan terasa lebih berat daripada yang kiri. Mata merah (-), keluar air mata (-), blobok (-), gatal (-), pandangan kabur (-), mata nyeri (-), demam (-). Karena keluhan semakin memberat pasien kemudian memeriksakan diri ke poliklinik mata RSUD Dr. Moewardi.D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa: (+) 2 bulan yang lalu, sembuh sendiri Riwayat alergi obat dan makanan: disangkal Riwayat trauma mata: disangkal Riwayat pakai kacamata: disangkal Riwayat obat-obat mata: disangkal Riwayat DM: disangkal Riwayat asma: disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa: disangkal Riwayat alergi obat dan makanan: disangkal Riwayat asma: disangkal Riwayat DM: disangkal

F. Kesimpulan AnamnesisOD OS Proses Peradangan - Lokalisasi Kelopak mata -SebabSuspek infeksi bakteri -PerjalananAkut -Komplikasi Blefaritis -

III. PEMERIKSAAN FISIKA. Kesan umumKeadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukupNadi: 62 x/menitRR: 16 x/menitSuhu: afebrilB. Pemeriksaan subyektif ODOSVisus Sentralis Jauh 6/6 6/6Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukanKoreksi tidak dilakukan tidak dilakukanRefraksi tidak dilakukan tidak dilakukanVisus PeriferKonfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukanProyeksi sinar tidak dilakukan tidak dilakukanPersepsi warnaMerah tidak dilakukan tidak dilakukanHijau tidak dilakukan tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif1. Sekitar mataTanda radang`tidak adatidak adaLukatidak adatidak adaParuttidak adatidak adaKelainan warnatidak adatidak adaKelainan bentuktidak adatidak ada2.SuperciliumWarnahitamhitamTumbuhnyanormalnormalKulitsawo matang sawo matangPasangannyadalam batas normaldalam batas normalGeraknyadalam batas normaldalam batas normal3.Pasangan Bola Mata dalam OrbitaHeteroforiatidak ada tidak adaStrabismustidak ada tidak adaPseudostrabismustidak ada tidak adaExophthalmustidak ada tidak adaEnophthalmustidak ada tidak adaAnophthalmus tidak ada tidak ada4.Ukuran bola mataMikrophthalmustidak ada tidak adaMakrophthalmustidak ada tidak adaPtosis bulbitidak ada tidak adaAtrofi bulbitidak ada tidak adaBufthalmustidak ada tidak adaMegalokorneatidak ada tidak adaMikrokorneatidak ada tidak ada5.Gerakan Bola MataTemporal Superiordalam batas normaldalam batas normalTemporal Inferiordalam batas normal dalam batas normalTemporaldalam batas normaldalam batas normalNasal Superiordalam batas normaldalam batas normalNasal Inferiordalam batas normaldalam batas normal6.Kelopak MataGerakanterbatasdalam batas normalOedemtidak adatidak adaHiperemis adatidak adaNodul ada, diameter tidak ada 0,7 cm, hiperemis, supuratif, puncak terlihat pus, fluktuatifTepi Kelopak Mata Oedemtidak adatidak adaHiperemi adatidak adaEntropiontidak adatidak adaEkstropiontidak adatidak ada7.Sekitar saccus lakrimalisOedemtidak adatidak adaHiperemitidak adatidak ada8.Sekitar Glandula lakrimalisOedemtidak ada tidak adaHiperemis tidak ada tidak ada9.Tekanan Intra OkulerPalpasikesan normalkesan normal10.KonjungtivaKonjungtiva palpebra superiorOedemtidak adatidak adaHiperemistidak adatidak adaSekrettidak adatidak adaKonjungtiva palpebra inferiorOedemtidak adatidak adaHiperemistidak ada tidak adaSekret tidak adatidak adaKonjungtiva FornixOedemtidak adatidak adaHiperemis tidak adatidak adaSekrettidak adatidak adaKonjungtiva BulbiOedemtidak adatidak adaHiperemis tidak adatidak adaSekrettidak adatidak adaInjeksi Konjungtivatidak adatidak adaInjeksi Siliartidak adatidak adaSubkonjungtivaHematomtidak adatidak ada11.SkleraWarnaputihputihPenonjolantidak adatidak ada12.KorneaUkuran12 mm 12 mmLimbusdalam batas normaldalam batas normalPermukaanratarataSensibilitastidak dilakukantidak dilakukanKeratoskoptidak dilakukantidak dlakukanFlourescin Testtidak dilakukantidak dlakukanArcus Zenilis tidak adatidak ada13.Kamera Okuli AnteriorIsijernihjernihKedalamandalamdalam14.IrisWarnacoklat kehitamancoklat kehitamanBentukbulatbulatSinekia anteriortidak adatidak adaSinekia posteriortidak adatidak ada15.PupilUkuran3 mm 3 mm LetaksentralsentralBentukbulatbulatReaksi terhadapCahaya Langsung (+)(+)Cahaya tak langsung(+)(+)Konvergensitidak dilakukantidak dilakukan16.LensaAda/tidakadaadaKejernihanjernih jernihLetaksentralsentral17.Corpus vitreumKejernihantidak dilakukantidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAANOD OSVisus sentralis jauh6/66/6Pinholetidak dilakukantidak dilakukanKoreksitidak dilakukantidak dilakukanSekitar matadalam batas normaldalam batas normalSuperciliumdalam batas normaldalam batas normalPasangan bola matadalam batas normaldalam batas normal dalam orbitaUkuran bola matadalam batas normal dalam batas normalGerakan bola matadalam batas normal dalam batas normalKelopak mata tampak hiperemis, dalam batas normal terdapat nodul diameter 0,7 cm, hiperemis, supuratif, puncak terlihat pus, fluktuatifSekitar saccus lakrimalisdalam batas normal dalam batas normal Sekitar glandula lakrimalisdalam batas normaldalam batas normal Tekanan intraokulernormalnormalKonjungtiva bulbidalam batas normaldalam batas normalKonjungtiva palpebradalam batas normaldalam batas normalKonjungtiva forniksdalam batas normaldalam batas normalSub konjungtiva dalam batas normaldalam batas normalSkleradalam batas normaldalam batas normalKorneadalam batas normaldalam batas normal Camera oculi anteriordalamdalamIrishitam keabu-abuanhitam keabu-abuanPupildalam batas normaldalam batas normalLensajernihjernihCorpus vitreumtidak dilakukantidak dilakukan

V. GAMBAR ODVI. Diagnosis Banding1. Hordeolum2. Kalazion3. Blefaritis

VII.DIAGNOSISHordeolum

VIII. TERAPIMedikamentosa: Cendo mycos eye ointment 3x1 ue Amoxicillin tab 500 mg 4x1 Natrium diclofenac tab 50 mg 2x1Non Medikamentosa: Kompres air hangat 4x1 hari (15 menit) Memperbaiki higienitas mata Menutup mata dengan kassa

IX. PLANNINGa. Insisi hordeolum jika abses besar dan fluktuasi positif Bersihkan daerah yang akan diinsisi dengan NaCl 0,9% Tetes pantokain 5% pada mata yang kelopaknya terdapat hordeolum Injeksi infiltrasi lidokain 2% daerah sekitar hordeolum Insisi hordeolum sejajar margo palpebra Dilanjutkan kuretase seluruh jaringan radang di dalam kantungnya Beri antibiotic topical, tutup.b. Edukasi pasien Mengenai penyakit dan komplikasinya Kontrol kembali untuk mengetahui adakah komplikasi Menjaga kebersihan mata

X. PROGNOSIS ODOSAd vitamBonamBonamAd sanamBonamBonamAd fungsionamBonamBonamAd cosmeticumBonamBonam

TINJAUAN PUSTAKAHORDEOLUM

A. Anatomi PalpebraPalpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.1Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).11. KulitKulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.2. Musculus orbikularis okuliFungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3. Jaringan areolarTerdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.4. TarsusStruktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).5. Konjungtiva palpebraeBagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra 2

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).1Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.1 Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.1 Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.1Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.1Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedangkan kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).1

B. Hordeolum1. DefinisiHordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.1 2. KlasifikasiDikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum. Penjelasannya adalah sebagai berikut : 3a. Hordeolum eksternumHordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).

Gambar 2. Hordeolum Eksternum 2b. Hordeolum internum Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).

Gambar 3. Hordeolum Internum 2

3. EpidemiologiData epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.4

4. Etiologi Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. 55. Faktor resiko Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 6a. Penyakit kronik.b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.d. Diabetes.e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.f. Riwayat hordeolum sebelumnya.g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

6. PatogenesisPatogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.77. Manifestasi klinisa. Gejala 5,81) Pembengkakan.2) Rasa nyeri pada kelopak mata.3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.b. Tanda 3,91) Eritema.2) Edema.3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.4) Seperti gambaran absces kecil.9. DiagnosaDiagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan oftalmologis.1010. Diagnosa bandingDiagnosa banding hordeolum adalah : 61) Kalazion.2) Dakriosistitis.3) Selulitis preseptal.4) Konjungtivitis adenovirus.5) Karsinoma sel basal.11. PenatalaksanaanBiasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 11a. Non farmakologi 111) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.b. FarmakologiAntibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.51) Antibiotik topikalBacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 5 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.122) Antibiotik sistemikDiberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular.5 Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. 12c. PembedahanBila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.11Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi: 131) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.10

12. KomplikasiKomplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.13

13. PencegahanPencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut : 7a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman. d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.14. PrognosisPrognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal 17-20 2. Showka JW, et al. 2012. The Handbook of Occular Disease Management: fourth edition. US . pp: 9-10 3. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-944. Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. Current pattern treatment of hordeolum by ophthalmologists in Thailand. J Med Assoc Thai. 2011;94(6):721-45. Neff AG, Carter CD. Benign eyelid lesions. In: Yanoff M, Duker JS. Ophtalmology 2nd ed. Philadelphia, PA: Mosby;2004: 698-7106. Lim VS, Amrith S. Necrotising fasciitis of the eyelid with toxic shock due to Pseudomonas aeruginosa. Singapore Med J. 2010;51(3):e51-37. Bamford JT, Gessert CE, Renier CM, et al. Childhood stye and adult rosacea. J Am Acad Dermatol. 2006;55(6):951-58. Maldonado MJ, Juberias JR, Moreno-Montanes J. Extensive corneal epithelial defect associated with internal hordeolum after uneventful laser in situ keratomileusis. J Cataract Refract Surg. 2002;28(9):1700-29. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003: Hal 15 -1610. Ramesh S, Ramakrishnan R, Bharathi MJ, et al. Prevalence of bacterial pathogens causing ocular infections in South India. Indian J Pathol Microbiol. 2010;53(2):281-611. Keskinaslan I, Pedroli GL, Piffaretti JM, et al. Eyelid sebaceous gland carcinoma in a young Caucasian man. Klin Monbl Augenheilkd. 2008;225(5):422-312. Kodama T, Tane N, Ohira A, et al. Sclerosing sweat duct carcinoma of the eyelid. Jpn J Ophthalmol. 2004;48(1):7-1113. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 92-94

18