4 bab iv metodologi
DESCRIPTION
lapullTRANSCRIPT
4 −1
PT. Ahassa Ciptanika
Bab ini berisi pembahasan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang antara meliputi penjelasan
pendekatan yang akan dilakukan, serta berbagai tahapan kerja yang akan dilaksanakan dalam
menyusun zoning regulation Kawasan Perkotaan Medan dan kajian terkait dengan zoning
regulation.
4.1 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam melaksanakan pekerjaan zoning regulation Kawasan Perkotaan Medan terdapat 2 (dua)
pendekatan makro yaitu pendekatan bantuan teknis dan pendekatan dalam penyusunan RDTR
dan zoning regulation. Untuk dapat melihat proses penyelesaian pekerjaan dengan dua
pendekatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1
4.1.1 Pendekatan Bantuan Teknis
Seperti yang disebutkan dalam latar belakang pekerjaan bahwa saat ini di Kota Medan belum
tersedia rencana tata ruang yang applicable dan operasional. Untuk itu pemerntah pusat dalam
hal ini Departemen Pekerjaan Umum memberikan Bantuan Teknis (Bantek) Penyusunan Zoning
Regulation Penyusunan Kawasan Perkotaan Medan yang diharapkan dapat menjadi leadership
bagi penyusunan rencana selanjutnya. Proses Bantek yang dilakukan akan melibatkan
stakeholder yang terkait di wilayah studi yakni pihak pemerintah dan masyarakat.
Tujuan dari pelibatan stakeholder ini adalah:
1. Rencana dan pedoman operasional yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dengan baik
2. Masyarakat umum menerima rencana dan pedoman yang akan disusun
3. Pemerintah daerah tidak memiliki keraguan dalam melaksanakan rencana dan pedoman
operasional yang disusun bersama
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −2
PT. Ahassa Ciptanika
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −3
PT. Ahassa Ciptanika
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, proses pelibatan harus berjalan secara
berkesinambungan serta terdapat sinergi antar dinas-dinas yang terkait. Proses pelibatan atau
disebut juga konsultasi publik, akan dilakukan bertahap sesuai dengan rencana pelaksanaan
pekerjaan dari Penyusunan Zoning Regulation Penyusunan Kawasan Perkotaan Medan yakni
mulai dari tahap pengumpulan data dan informasi sampai pada tahap legalisasi dan sosialisasi.
Tahap pengumpulan data dan informasi merupakan tahap awal yang sangat menentukan dalam
penyusunan rencana. Ketersediaan data yang memadai faktor utama penentu berhasil tidaknya
rencana yang akan disusun.
Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.1, proses bantuan teknis yang akan dilakukan
konsultan terhadap wilayah studi akan dibagi menjadi 2 (dua) jenis yakni terhadap pemerintah
daerah dan terhadap masyarakat Kota Medan. Bantuan teknis disini dilakukan dengan
mekanisme konsultasi publik maupun pembekalan tim teknis daerah. Masing-masing konsultasi
ini akan dibagi menjadi 2 (dua) tahap yakni pada tahap pengumpulan data dan informasi, tahap
analisis dan tahap penyusunan laporan akhir.
1. Konsultasi Publik Tahap I
Pada tahap ini dilakukan pengalian data dan informasi selengkap-lengkapnya dan akurat dari
masyarakat pada kecamatan atau wilayah pengembangan terpilih dan dinas-dinas terkait.
Tahap ini bertujuan untuk mengeksplore dan merumuskan potensi dan permasalahan
pengembangan ruang.
2. Konsultasi Publik Tahap II
Pada konsultasi publik tahap II akan dipaparkan mengenai rancangan RDTR wilayah studi ,
diharapkan dari diskusi yang berlangsung diperoleh masukan untuk penyempurnaan hasil
kajian dan diperoleh kesepakatan mengenai substansi rencana
Sedangkan untuk pembekalan tim teknis daerah mencakup hal-hal berikut ini :
1. Pengertian dan pemahaman tentang penataan ruang wilayah
2. Pengetahuan tentang proses, prosedur, penyusunan rencana tata ruang
3. Pengetahuan tentang substansi RDTR dan zoning regulation
4. Tata cara penyusunan RDTR dan zoning rwegulation.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −4
PT. Ahassa Ciptanika
4.1.2 Perumusan Kriteria Kawasan Zoning Regulation
Karena belum terdapatnya wilayah perencanaan yang pasti, maka dalam menentukannya dapat
mempertimbangkan ebebrapa kriteria. Adapun kriteria kawasan yang akan diberlakukan zoning
regulation dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
• Merupakan kawasan strategis dan diprioritaskan (pusat pengembangan kota)
• Meupakan kawasan yang dapat berkembang/dikembangkan (build up area masih rendah)
• Terdapat aset-aset pemerintah
• Belum memiliki aturan zonasi sebelumnya dan akan menjadi leadership bagi penyusunan
RDTR selanjutnya
• Merupakan daerah dengan tingkat gangguan pemanfaatan ruang yang tinggi (perdagangan
dan komersial)
Kawasan yang memenuhi kriteria tersebut akan dijadikan pilihan kawasan untuk penyusunan
zoning regulation akan memiliki peran terhadap:
• Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
• Kota Medan sebagai bagian dari Kawasan Mebidang (yang diprioritaskan)
• Bandara Polonia sebagai pusat pelayanan primer (internal, provinsi dan nasional).
• Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama
Berdasarkan kriteria di atas, dilakukan peniaian terhadap masing-masing kecamatan yang dapat
menjadi masukan sebagai alternatif pilihan wilayah perencanaan. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.1 Pemenuhan Kriteria Pada Masing-masing Kecamatan
KRITERIA NO KECAMATAN A B C D JUMLAH
1. Medan Tuntungan √ 1 2. Medan Johor √ 1 3. Medan Amplas - 4. Medan Danai - 5. Medan Area √ 1 6. Medan Kota √ 1 7. Medan Maimun √ 1 8. Medan Polonia √ √ √ √ 4 9. Medan Baru -
10. Medan Selayang √ 1 11. Medan Sunggal √ 1 12. Medan Helvetia √ 1 13. Medan Petisah -
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −5
PT. Ahassa Ciptanika
KRITERIA NO KECAMATAN A B C D JUMLAH
14. Medan Barat - 15. Medan Timur - 16. Medan Perjuangan √ 1 17. Medan Tembung - 18. Medan Deli √ 1 19. Medan Labuhan √ 1 20. Medan Marelan √ 1 21. Medan Belawan √ √ 2
Sumber : Hasil Analisis, 2007
Keterangan: A = Merupakan Kawasan Strategis dan Diprioritaskan (Pusat
Pengembangan Kota) B = Merupakan Kawasan yang dapat berkembang/dikembangkan (build
up area masih rendah) C = Terdapat aset-aset pemerintah D = Merupakan daerah dengan tingkat gangguan pemanfaatan ruang
yang tinggi (perdagangan dan komersial)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memenuhi keseluruhan dari kriteria yang
ada adalah Kecamatan Polonia dan diikuti oleh Kecamatan Medan Belawan yang memenuhi 2
kriteria. Untuk lebih jelasnya melihat bagaimana setiap kriteria dimiliki oleh kecamatan yang ada
dapat dilihat dalam tabel sederhana berikut ini.
Tabel IV.2 Kecamatan Yang Termasuk Dalam Masing-masing Kriteria
No Kriteria Kecamatan yang Tercakup
1 Merupakan Kawasan Strategis dan Diprioritaskan (Pusat Pengembangan Kota)
Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Belawan 2 Merupakan Kawasan yang dapat
berkembang/dikembangkan (build up area masih rendah)
Kecamatan Polonia Kecamatan Belawan Kecamatan lainnya di
Medan bagian Utara 3 Terdapat aset-aset pemerintah Kecamatan Medan
Polonia 4 Merupakan daerah dengan tingkat gangguan
pemanfaatan ruang yang tinggi (perdagangan dan komersial)
Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Area Kecamatan Medan kota Medan Perjuangan
Sumber : Hasil Analisis, 2007
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −6
PT. Ahassa Ciptanika
4.1.3 Penyusunan RDTR Kawasan Terpilih
Penyusunan RDTR dilakukan sebagai bagian dari prosedur penyusunan zoning regulation sebagai
dasar dalam penyusunan hirarki pemanfaatan ruang dan zoning map. Seperti yang tercantum
pada Gambar 4.1 dan mengacu pada Kepmenkimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang
pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) yang akan disusun meliputi:
1. Tujuan Pengembangan Kawasan Perkotaan
Tujuan pengembangan kawasan didasarkan pada permasalahan dan arahan kebijakan
pengembangan kawasan terpilih.
2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
Rencana ini meliputi:
a. Rencana Distribusi Penduduk
b. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan
c. Rencana Sistem jaringan Pergerakan
d. Rencana Sistem Jaringan Utilitas
3. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan. Secara
garis besar rencana blok pemanfaatan ruang dibagi menjadi kawasan budidaya dan kawasan
lindung yang selanjutnya dirinci sesuai dengan karakteristik pemanfaatan ruang wilayah
studi.
4. Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkotaan
Pedoman pelaksanaan pembangunan yang dimaksud meliputi:
a. Arahan Kepadatan Bangunan
b. Arahan Ketinggian Bangunan
c. Arahan Perpetakan bangunan
d. Arahan Garis Sempadan
5. Rencana Penanganan Blok Peruntukan
Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan yang dirinci untuk setiap blok
peruntukan dan penggal jalan meliputi bangunan/jaringan baru yang akan dibangun,
ditingkatkan, diperbaiki, diperbaharui, dipugar dan dilindungi.
6. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana
Penangana prasarana dan sarana yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal
jalan yang meliputi jaringan prasarana dan sarana yang akan dibangun, ditingkatkan,
diperbaiki, diperbaharui, dan dipugar.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −7
PT. Ahassa Ciptanika
7. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan
penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian
insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme
pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.
4.1.4 Penyusunan Zoning Regulation
Pekerjaan Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan dilaksanakan dengan
metode pendekatan sebagaimana yang tercantum di dalam Gambar 4.1 di atas. Skema di atas
disusun berdasarkan sasaran-sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini. Berdasarkan
skema tersebut diketahui bahwa pengumpulan data pada pekerjaan penyusunan zoning regulation
dilakukan dengan kajian literatur, pengumpulan data dan informasi serta pengamatan lapangan.
Penyusunan zoning regulation meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan klasifikasi zonasi
2. Penyusunan daftar kegiatan
3. Penetapan/delineasi blok peruntukan
4. Penyusunan aturan teknis zonasi
5. Penyusunan standar teknis
6. Pemilihan teknik pengaturan zonasi
7. Penyusunan peta zonasi
8. Penyusunan aturan pelaksanaan
9. Penyusunan perhitungan dampak
10. Peran serta masyarakat
11. Penyusunan aturan administrasi zonasi
Bagan alir tahapan penyusunan Peraturan Zonasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −8
PT. Ahassa Ciptanika
Gambar 4.2 Bagan Alir Proses Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi
Penyusunan Klasifikasi Zona
Penyusunan Daftar Kegiatan
Penyusunan Aturan Teknis Zonasi
Pendekatan: - Perijinan - Pengawasan - Penertiban
Jenis Aturan: - Preskriptif - Kinerja
Aturan Khusus
Aturan lain
Prasarana Tata Massa Bangunan
Intensitas dan Pemanfaatan
Ruang
Kegiatan dan Penggunaan
Lahan
Penyusunan Aturan
Administrasi Zonasi
Peran Serta Masyarakat
Penyusunan Aturan Dampak
Penyusunan Aturan Pelaksanaan
Pilihan Teknik Pengaturan Zonasi Penyusunan Standar
Penetapan Delineasi Blok Peruntukan
Penyusunan Peta Zonasi
Zoning Text
Feed
Bac
k
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −9
PT. Ahassa Ciptanika
A. Penyusunan Klasifikasi Zonasi
Klasifikasi zonasi adalah jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan kajian teoritis, kajian
perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan di daerah yang disusun Peraturan
Zonasinya. Klasifikasi zonasi merupakan perampatan (generalisasi) dari kegiatan atau
penggunaan lahan yang mempunyai karakter dan/atau dampak yang sejenis atau yang relatif
sama.
Tujuan penyusunan klasifikasi zonasi adalah untuk:
1. Menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah perkotaan;
2. Menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya.
Klasifikasi zonasi disusun sesuai dengan kondisi daerah dan rencana pengembangannya dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada pada Lampiran I konsep
pedoman ini, yang telah disusun berdasarkan:
a. Kajian literatur studi-studi yang pernah dilakukan, ketentuan normatif (peraturan-
perundangan), dan kajian perbandingan dari berbagai contoh;
b. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku (standar
Dept. PU);
2. Menambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi pada lampiran yang dirujuk dengan
mempertimbangkan:
a. Hirarki klasifikasi zonasi yang dipilih sebagai dasar pengaturan (untuk kawasan
budidaya di wilayah perkotaan dianjurkan sekurang-kurangnya hirarki 5.
b. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya
(kajian/pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke dalam klasifikasi zona.
c. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya yang
belum terdaftar dalam Lampiran Pedoman ini.
d. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan
Zonasinya.
3. Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah dari Lampiran yang dirujuk
Pemilihan hirarki klasifikasi zonasi sebagai dasar pengaturan didasarkan pada hirarki sebagai
berikut:
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −10
PT. Ahassa Ciptanika
1. Peruntukan Zona Hirarki 1
Peruntukan dasar, terdiri atas peruntukan ruang untuk budidaya dan lindung.
2. Peruntukan Zona Hirarki 2
Menunjukkan penggunaan secara umum, seperti yang tercantum pada RTRW Nasional (PP
No. 47 Tahun 1997 tentang RTRW Nasional).
3. Peruntukan Zona Hirarki 3
Menunjukkan penggunaan secara umum, seperti yang tercantum pada RTRW Provinsi dan
RTRW Kabupaten, atau yang dikembangkan berdasarkan rencana tersebut.
4. Peruntukan Zona Hirarki 4
Menunjukkan penggunaan secara umum, seperti yang tercantum pada RTRW Kota, atau
yang dikembangkan berdasarkan rencana tersebut.
5. Peruntukan Zona Hirarki 5
Menunjukkan penggunaan yang lebih detail/rinci untuk setiap peruntukan hirarki 4,
mencakup blok peruntukan dan tata cara/aturan pemanfaatannya.
B. Penyusunan daftar kegiatan
Daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada, mungkin ada, atau
prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan. Daftar kegiatan disusun berdasarkan
survei primer pengamatan lapangan langsung tentang pemanfaatan ruang yang terjadi di wilayah
studi.
C. Penetapan/delineasi blok peruntukan
Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik
yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra)
tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana
jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota).
Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata maupun yang belum nyata. Batasan
fisik yang nyata dapat berupa:
- jaringan jalan,
- sungai,
- selokan,
- saluran irigasi,
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −11
PT. Ahassa Ciptanika
- saluran udara tegangan (ekstra) tinggi,
- garis pantai, dll.
Batas blok peruntukan yang belum nyata dapat berupa:
- rencana jaringan jalan,
- rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan lain- lain.
Contoh pembagian zona/blok peruntukan :
Pembagian zona dengan pertimbangan batasan fisik jalan
(termasuk 1 blok dengan batas jalan), gang, branchgang, batas
kapling dan orientasi bangunan serta lapisan bangunan.
Pembagian zona dengan
pertimbangan batasan fisik sungai, lapis bangunan,
rencana jalan, gang, batas kapling, dan orientasi bangunan.
D. Penyusunan aturan teknis zonasi
Aturan teknis zonasi adalah aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan pemanfaatan ruang
(kegiatan atau penggunaan laha, intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan,
ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan
aturan khusus) untuk kegiatan tertentu.
Pembangunan dan pemanfaatan ruang yang terarah memerlukan peraturan, panduan atau
ketentuan yang jelas, mudah dipahami, logis (dapat dipertanggungjawabkan) dan
menjadi rujukan bagi pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Shirvani (1985: 150-152)
mengelompokkan panduan dalam dua bentuk, yaitu ;
a. Panduan preskriptif (prescriptive guidelines)
b. Panduan kinerja (performance guidelines),
Peraturan preskriptif adalah peraturan yang memberikan ketentuan-ketentuan yang dibuat
sangat ketat, rinci dan terukur sehingga mudah dan jelas untuk diterapkan serta kecil
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −12
PT. Ahassa Ciptanika
kemungkinan terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaannya. Contoh: luas minimum (m2), tinggi
maksimum (m atau lantai), KDB maksimum (%), dll.
Peraturan kinerja adalah peraturan yang menyediakan berbagai ukuran serta kriteria kinerja
dalam memberikan panduannya. Ketentuan dalam peraturan kinerja tersebut tidak ketat, tetapi
didasarkan pada kriteria/batasan tertentu sehingga perencana lebih bebas berkreasi dan
berinovasi. Karena itu, hasil rancangannya akan lebih beragam (Shirvani, 1985 : 151-152).
Contoh: kegiatan baru tidak boleh menurunkan rasio volume lalu-lintas dan kapasitas jalan (V/C
ratio) di bawah D, kegiatan pada malam hari tidak boleh menimbulkan kebisingan di atas 60 dB.
Aturan preskriptif dan aturan kinerja akan memerlukan standar yang sesuai. Aturan preskriptif
akan memerlukan standar preskriptif (prescriptive standard)., sedangkan aturan kinerja akan
memerlukan standar kinerja (performance standard) dan standar preskriptif.
E. Pemilihan teknik pengaturan zonasi
Teknik pengaturan zonasi adalah berbagai varian dari zoning konvensional yang dikembangkan
untuk memberikan keluwesan penerapan aturan zonasi. Teknik pengaturan zonasi dapat dipilih
dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan tujuan pengaturan yang ingin dicapai. Setiap
teknik mempunyai karakteristik, tujuan, konsekuensi dan dampak yang berbeda. Oleh karena
itu, pemilihannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Alternatif teknik pengaturan zonasi
yang dapat diterapkan
antara lain:
1. Incentive/bonus zoning: Izin peningkatan intensitas dan kepadatan pembangunan (tinggi
bangunan, luas lantai) yang diberikan kepada pengembang dengan imbalan penyediaan
fasilitas publik (arcade, plaza, pengatapan ruang pejalan, peninggian jalur pejalan atau bawah
tanah untuk memisahkan pejalan dan lalu-lintas kendaraan, ruang bongkar-muat off-street
untuk mengurangi kemacetan dll) sesuai dengan ketentuan yang berlalu. Kelemahan bonus
zoning ini adalah menyebabkan bengunan berdiri sendiri di tengah plaza, memutuskan
shopping frontage.
2. Minor variance: Izin untuk bebas dari aturan standar sebagai upaya untuk menghilangkan
kesulitan yang tidak perlu akibat kondisi fisik lahan (luas, bentuk persil).
3. Special zoning: Ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan karakteristik setempat
(universitas, pendidikan) untuk mengurangi konflik antara area ini dan masyarakat
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −13
PT. Ahassa Ciptanika
sekelilingnya dengan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan area tersebut. Umumnya untuk
menjaga kualitas lingkungan (ketenangan, kelancaran lalu-lintas dan sebagainya).
4. TDR (Transfer of development right): Ketentuan ini diterapkan untuk menjaga karakter
kawasan setempat. Kompensasi diberikan pada pemilik yang kehilangan hak membangun
atau pemilik dapat mentranfer hak membangunnya (bisasanya lantai bangunan) kepada pihak
lain dalam satu distrik/kawasan.
5. Negotiated Development: Pembangunan yang dilakukan berdasarkan negosiasi
antarstakeholder.
6. Design and historic preservation: Ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan elemen lainnya
(keindahan, tata informasi dll) untuk memelihara visual dan karakter kultur dari masyarakat
setempat.
7. Flood plain zoning: Ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan banjir untuk
mencegah dampak kerugian
8. Conditional uses: seringkal disebut sebagai pemanfaatan khusus merupakan izin pemanfaatan
ruang yang diberikan pada suatu zona jika kriteria atau kondisi khusus zona tersebut
memungkinkan atau sesuai dengan pemanfaatan ruang yang diinginkan.
9. Non-conforming uses: Penggunaan bangunan atau struktur yang telah ada pada waktu
rencana disahkan/berlaku dapat diteruskan meskipun tidak sesuai. Ketentuan ini bertujuan
untuk mengurangi keefektifan peraturan zoning; mencegah rusaknya nilai property;
mendorong terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Dalam ketentuan ini dilarang
mengubah penggunaan ke non-conforming use lainnya; mengubah atau memperluas
bangunan/struktur, kecuali diperintahkan pemerintah; menelantarkan/tidak digunakan dalam
jangka waktu lama.
10. Spot zoning; Ketentuan zoning bada bagian wilayah/kawasan yang lebih sempit.
11. Floating zoning: Kawasan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya, untuk melihat
kecenderungan perubahannya/perkembangannya atau sampai ada pemelitian mengenai
pemanfaatan ruang tersebut.
12. Exclusionary zoning; Praktek zoning ini diterapkan pada zona yang mempunyai dampak
pencegahan munculnya bangunan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah dan
moderat. Ketentuan ini dimotivasi oleh perhatian pada populasi masyarakat dibandingkan
kebutuhan perumahan keseluruhan pada wialayah dimana masyarakat tersebut menjadi
bagiannya.
13. Contract zoning; Ketentuan ini dihasilkan melalui kesepakatan antara pemilik properti dan
komisi perencana atau lembaga legislatif.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −14
PT. Ahassa Ciptanika
14. Growth Control, Pengendalian ini dilakukan melalui faktor faktor pertumbuhan seperti
pembangunan sarana dan prasarana melalui penyediaan infrastruktur yang diperlukan,
mengelola faktor ekonomi dan sosial hingga politik.
F. Penyusunan peta zonasi
Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang telah
didelineasikan sebelumnya. Subblok peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam satu blok
peruntukan berdasarkan perbedaan fungsi yang akan dikenakan. Pertimbangan penetapan kode
zonasi di atas peta batas blok/subblok yang didasarkan pada:
1. Kesamaan karakter blok peruntukan, berdasarkan pilihan:
a. Mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada (eksisting)
b. Menetapkan fungsi baru sesuai dengan arahan fungsi pada RTRW
c. Menetapkan karakter khusus kawasan yang diinginkan
d. Menetapkan tipologi lingkungan/kawasan yang diinginkan,
e. Menetapkan jenis pemanfaatan ruang/lahan tertentu,
f. Menetapkan batas ukuran tapak/persil maksimum/minimum,
g. Menetapkan batas intensitas bangunan/bangunbangunan maksimum/minimum,
h. Mengembangkan jenis kegiatan tertentu,
i. Menetapkan batas kepadatan penduduk/bangunan yang diinginkan;
j. Menetapkan penggunaan dan batas intensitas sesuai dengan daya dukung prasarana
(misalnya: jalan) yang tersedia
2. Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang sudah ada (KKOP, pelabuhan, terminal, dll)
3. Karakteristik lingkungan (batasan fisik) dan administrasi
Bila suatu blok peruntukan akan ditetapkan menjadi beberapa kode zonasi, maka blok
peruntukan tersebut dapat dipecah menjadi beberapa subblok peruntukan. Pembagian subblok
peruntukan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1. Kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan.
2. Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil.
3. Orientasi Bangunan.
4. Lapis bangunan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −15
PT. Ahassa Ciptanika
G. Penyusunan Standar Teknis
Materi dari standar teknis meliputi seluruh spesifikasi teknis yang terkai di dalam zoning
regulation, secara umum standar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Standar preskriptif, yang terdiri dari ;
- Standar kuantitatif
- Standar desain
2. Standar kinerja
- Standar subyektif
- Standar desain
H. Penyusunan aturan pelaksanaan
Materi aturan pelaksanaan terdiri dari:
- aturan mengenai vairansi yang berkaitan dengan keluwesan/ kelonggaran aturan
- aturan insentif dan disinsentif
- aturan mengenai perubahan pemanfaatan ruang
I. Penyusunan perhitungan dampak
Tingkat gangguan akibat dampak perubahan pemanfaatan ruang terdiri paling sedikit terdiri dari:
1. Intensitas gangguan tinggi
2. Intensitas gangguan sedang
3. Intensitas gangguan rendah
4. Tidak ada gangguan (gangguan diabaikan)
J. Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat dalam penyusunan Peraturan Zonasi mencakup :
1. Hak masyarakat;
2. Kewajiban masyarakat;
3. Kelompok peran serta masyarakat;
4. Tata cara peran serta masyarakat;
5. Waktu peran serta masyarakat;
6. Proses pemberdayaan masyarakat.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −16
PT. Ahassa Ciptanika
4.2 KAJIAN HIRARKI RENCANA TATA RUANG
Perkembangan kota-kota di Indonesia yang semakin meningkat membutuhkan adanya
pengarahan, penelitian, pengembangan dan perencanaan agar pembangunan kota dapat
dilaksanakan secara terpadu. Untuk itu dibutuhkan suatu rencana kota atau rencana tata ruang.
Rencana tata ruang secara konsepsional merupakan suatu rumusan kebijaksanaan bagi kegiatan
yang ada di dalam ruang dengan mempertimbangkan ruang sebagai wadahnya dan waktu sebagai
jarak pencapaian perwujudannya. Rencana tata ruang memainkan perannya sebagai pengarah
dan pengendali kegiatan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Dalam Undang-undang
No. 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang, yang dimaksud dengan tata ruang adalah wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.
Sehubungan dengan tingkat kepentingan dan lingkup strategi permasalahannya, maka rencana
tata ruang disusun secara bertahap dan dalam jenjang cakupan yang berurutan. Secara sistematis
jenjang cakupan rencana ini dimulai dari lingkup yang lebih luas dan substansinya menyeluruh
hingga ke jenjang cakupannya semakin terinci (detailed). Semakin kecil cakupan wilayahnya, maka
rencana tersebut semakin terinci dan semakin tertuju kepada segi fisik yang lebih konkret.
Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah
dan bagian dari pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan
RTRW Kabupaten) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta dijaga konsistensinya
baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya.
Hirarki rencana tata ruang yang berlaku di Indonesia sesuai
dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah adalah
sebagaimana yang digambarkan pada Gambar 4.3 Setiap
tingkatan rencana tata ruang memiliki cakupan wilayah
perencanaan yang berbeda dengan maksud yang berbeda
pula.
Rencana tata ruang yang telah memiliki kekuatan hukum harus berfungsi sebagai arahan bagi
penyusunan dan pelaksanaan program-program pembangunan pada kota/wilayah yang
RTRW Nasional
RTRW Propinsi
RTRW Kab/Kota
RDTR Kawasan
RTRK/RTBL
Gambar 4.3 Hirarki Rencana Tata Ruang
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −17
PT. Ahassa Ciptanika
bersangkutan. Program-program tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk proyek-proyek
sektoral sebagai suatu kegiatan pembangunan. Penyusunan program/proyek tahunan yang
berkaitan dengan penataan ruang seperti pembangunan prasarana dan sarana mengacu kepada
rencana tata ruang, yaitu RDTR (Rencana Detail Tata Ruang).
Rencana tata ruang dengan lingkup yang paling rinci adalah Rencana Teknis Ruang Kota (RTRK).
Dalam RTRK tercakup lingkup rencana tata letak blok peruntukan lahan, pra rencana teknik
jaringan prasarana/utilitas, dan pra rencana teknik masa bangunan. Perencanaan yang lebih rinci
lagi menghasilkan suatu rancangan rekayasa dan arsitektur yang merupakan suatu Rancangan
Teknis Terperinci pada sektor-sektor sesuai RTRK.
Bila dikaji pada wilayah Kota Medan, hirarki rencana tata ruang yang berlaku saat ini bagii Kota
Medan dan bagian-bagian wilayah kotanya serta dokumen pendukungnya adalah sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Hirarki Rencana Tata Ruang di Kota Medan
RTRW Nasional
RTRW Propinsi Sumatera Utara
RTRW Kota Medan
RDTRK Kawasan Perkotaan Medan
RTRK/RTBL
Zoning Regulation Kawadan Perkotaan
M d
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −18
PT. Ahassa Ciptanika
4.3 KONSEP ZONING REGULATION
4.3.1 Definisi Zoning Regulation
Berdasarkan Undang-undang no. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-undang
no. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Kota/Perkotaan. Untuk dapat
mengefektifkan pelaksanaannya, diperlukan suatu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning
Regulation) sebagai alat operasional rencana tata ruang.
Terdapat berbagai versi mengenai definisi zoning regulation berdasarkan berbagai sumber yang
berbeda, baik dalam maupun luar negeri. Berdasarkan asal katanya, maka “zoning” sangat
berkaitan dengan zona-zona atau proses penzonaan. Zona adalah kawasan atau area yang
memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Sedangkan zoning adalah proses
pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona, sekaligus menetapkan pengendalian
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (Barnett, 1982: 60-61; So,
1979:251).
Di samping definisi di atas, menurut LAN–DSE, zoning adalah suatu teknik pengelompokkan
kawasan-kawasan yang homogen berdasarkan kesamaan karakteristiknya (Riyadi, 452005).
Setiap zona mempunyai aturan yang seragam (guna lahan, intensitas, massa bangunan), antara
satu zona dengan zona lainnya bisa berbeda ukuran dan aturan. Dalam zoning aturan-aturan
yang digunakan ditetapkan terlebih dahulu. Sedangkan untuk izin pembangunan yang sesuai
dengan aturan dapat langsung diterbitkan oleh pejabat berwenang tanpa melalui penilaian
(review).
Berdasarkan definisi-definisi singkat mengenai zoning di atas, maka dapat diketahui bahwa zoning
regulation merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona beserta
pengaturannya lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan
pembangunan.
Klasifikasi zona (zonasi) dapat dilakukan dengan pertimbangan karakteristik lingkungan, serta
pemanfaatan ruang yang dibatasi secara fisik, seperti sungai, jaringan jalan, utilitas, dan lainnya
yang bersifat relatif permanen dan mudah dikenali, sehingga tidak menimbulkan berbagai
intepretasi mengenai batas zona yang ditetapkan. Dalam beberapa hal, batasan secara
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −19
PT. Ahassa Ciptanika
administratif juga menjadi pertimbangan yang sangat penting. Secara umum, batas atau
pembagian zona dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Karakteristik pemanfaatan ruang/ lahan yang sama.
2. Batasan fisik seperti jaringan jalan, gang, sungai, branchgang, maupun batasan kavling.
3. Orientasi bangunan.
4. Lapis bangunan.
4.3.2 Azas, Tujuan, dan Fungsi Zoning Regulation
Terdapat beberapa azas penting yang dipertimbangkan dalam penyusunan zoning regulation
sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini:
a. Azas keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.
b. Setiap orang atau badan hukum yang memiliki sebidang tanah secara sah harus dihormati
hak kepemilikannya (propert right) dan harus diberi kesempatan yang sama untuk
memanfaatkan tanahnya (development right) bagi kepentingan mereka sendiri.
c. Dalam hal pembangunan sarana maupun prasarana kepentingan umum, pemerintah provinsi
dapat diberikan prioritas untuk memanfaatkan lahan masyarakat tersebut, tetapi harus
memberikan ganti rugi, baik berupa uang maupun lahan pengganti yang setara nilainya dalam
batas waktu yang ditentukan.
d. Apabila batas waktu yang ditentukan terlampaui, maka masyarakat dapat melakukan gugatan
melalui komisi perencanaan untuk memperoleh kembali haknya.
Peraturan zoning pertama kali diterapkan di Kota New York pada tahun 1916 dengan tujuan
untuk menentukan standar minimum sinar dan udara untuk jalan yang makin gelap akibat
semakin banyak dan makin tingginya bangunan; dan untuk memisahkan kegiatan yang dianggap
tidak sesuai (Barnet, 1982:61). Pada dasarnya tujuan zoning adalah untuk membuat
pengelompokkan suatu kawasa tertentu dari suatu kawasan yang homogen, sehingga dapat
diketahui segenap potensi yang dimilikinya. Pada perkembangan selanjutnya, zoning regulation
ditujukan untuk beberapa hal sebagai berikut (Barnet, 1982:61):
1. Mengatur kegiatan yang boleh ada di suatu zona.
2. Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar sinar matahari jatuh ke
jalan dan trotoar, serta sinar dan udara mencapai bagian dalam bangunan.
3. Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi kawasan yang paling
intensif pemanfaatan ruangnya.
Adapun fungsi dari zoning regulation antara lain adalah:
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −20
PT. Ahassa Ciptanika
1. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan.
Peraturan zoning yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke
tata cara pengawasannya. Ketentuan-ketentuan yang ada dan dikemas menurut penyusunan
perundang-perundangan yang baku dapat menjadi landasan dalam penegakan hukum bila
terjadi pelanggaran.
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.
Ketentuan zoning dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang
bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang
bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.
3. Sebagai panduan teknis pengembangan/ pemanfaatan lahan.
4.3.3 Zoning Regulation Sebagai Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Terdapat 2 (dua) sistem pengendalian pemanfaatan ruang, yaitu pemanfaatan ruang yang
didasarkan pada kepastian hukum yang berupa peraturan zoning (regulatory system) dan
pemanfaatan ruang yang proses pengambilan keputusannya didasarkan pada pertimbangan
lembaga perencanaan yang berwenang untuk masing-masing proposal pembangunan yang
diajukan (discretionary system).
Salah satu negara yang menerapkan sistem regulatory (zoning) dalam pemanfaatan ruangnya
adalah Amerika Serikat. Peraturan zoning di negara ini dijadikan acuan dalam praktek
pengendalian penggunaan lahan dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan di tingkat
lokal (The Practice of Llocal Government Planning, 1988:251). Peraturan zoning (Zoning Ordinance)
yang terdiri dari peraturan penggunaan lahan, persyaratan teknis, serta peta zoning disusun dan
disahkan oleh badan legislatif tingkat lokal dengan rekomendasi dari komisi perencanaan
dan/atau komisi zoning.
Adapun sistem pemanfaatan ruang dengan ketentuan zoning ini mempunyai karakteristik-
karakteristik sebagai berikut:
1. Dasar pemanfaatan ruang ini adalah dokumen peraturan zoning detail yang mengatur
penggunaan lahan serta persyaratan teknis lainnya yang harus dipenuhi untuk mengadakan
pembangunan.
2. Sistem zoning berusaha memberikan panduan tertulis yang mengatur segala aspek yang
terjadi di masa mendatang dengan tujuan untuk memaksimalkan elemen kepastian dari
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −21
PT. Ahassa Ciptanika
rencana, sehingga tidak perlu ditakutkan terjadinya ketidaksesuaian pembangunan dengan
rencana yang dapat menimbulkan persoalan baru pembangunan.
3. Peraturan zoning tidak hanya mengatur pembangunan mengenai apa yang tidak boleh di
suatu area, tetapi juga secara tegas menyatakan dan menjadi dasar yang sangat kuat untuk
diadakannya pembangunan sesuai dengan rencana. Tahap pemikiran mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh dibangun, dibahas secara mendetail jauh sebelum adanya pengajuan
proposal pembangunan pada masa penyusuan peraturan zoning.
4. Perubahan karena mekanisme pasar memungkinkan terjadinya perubahan pemanfaatan
lahan, dan dapat mendorong terjadinya re-zoning. Dalam sistem regulatory diperbolehkan
adanya peninjauan, bahkan amandemen terhadap peraturan zoning yang telah disahkan
dengan syarat proposal perubahan tersebut diajukan mengikuti serangkaian prosedur yang
berlaku.
5. Re-zoning hanya diberikan untuk kasus-kasus tertentu yang menyangkut kesejahteraan
banyak orang dan bukan hanya pemilik lahan.
6. Perubahan zoning merupakan perubahan dokumen hukum, sehingga berada pada
kewenagan badan legislatif. Oleh karena itu, keputusan re-zoning seringkali tidak
mempertimbangkan standar pembangunan yang berlaku, sehingga dapat mengarah pada
ketidakadilan.
7. Re-zoning merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam sistem regulatory untuk dapat
mewujudkan pembangunan yang lebih fleksibel.
Berkaitan dengan dinamika penggunaan lahan dimana banyak ditemukan perubahan pemanfaatan
lahan khususnya pada kawasan perkotaan yang sedang tumbuh dengan pesat, perumahan dan
pertanian merupakan yang paling rentan terhadap perubahan lahan menjadi bentuk yang lebih
berfungsi ekonomis. Tahapan dan intensitas perubahan yang perlu dicermati adalah:
1. Penetrasi, yaitu telah terjadi penerobosan fungsi-fungsi baru.
2. Invasi, yaitu telah terjadi serbuan fungsi-fungsi baru.
3. Dominasi, yaitu telah terjadi perubahan proporsi fungsi lahan ke dalam fungsi baru.
4. Suksesi, yaitu sudah terjadi penggantian sama sekali oleh fungsi baru.
4.3.4 Perangkat Zoning Regulation
Zoning ordinance/ regulation dan prosedurnya merupakan salah satu faktor pengaturan (regulatory
factors) dalam pengendalian pembangunan selain the official city plat; land value; property taxes;
convenants; subdivision regulations; building, housing, and sanitary codes; special site control, dan site
plan control. Di beberapa negara, zoning dikenal dalam berbagai istilah, seperti land development
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −22
PT. Ahassa Ciptanika
code, zoning code, zoning resolution, urban code, planning act, dan lain sebagainya. Pada dasarnya
semuanya mengatur ketentuan-ketentuan teknis mengenai pembangunan kota. Ketentuan
zoning seringkali dianggap membuat rencana tata ruang menjadi rigid. Namun demikian,
sebenarnya rigid maupun fleksibelnya suatu rencana kota tidak tergantung dari ada atau
tidaknya peraturan, akan tetapi lebih ditentukan pada bagaimana kita membuat atau menyusun
aturan-aturannya.
Dasar penerapan zoning adalah kewenangan police power (kewenangan pemerintah dalam
membuat peraturan untuk melindungi kesehatan masyarakat, keselamatan dan kesejahteraan
umum); mengintervensi kehidupan private masyarakat bagi perlindungan kesehatan masyarakat,
keselamatan dan kesejahteraan; hak membangun masyarakat dibatasi dengan ketentuan-
ketentuan yang rasional, yang tidak mengandung niat buruk, diskriminasi, tidak beralasan atau
tidak pasti. Prinsip dasar zoning adalah sebagai berikut:
1. Wilayah kota dibagi menjadi beberapa kawasan/zona dengan luas yang tidak perlu sama.
2. Setiap zona diatur penggunaannya, intensitas/kepadatannya, dan massa bangunannya.
3. Penggunaan lahan/bangunan paling sedikit dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu pertanian,
perumahan, komersial, dan industri.
4. Prinsip penentuan kegiatan dapat dengan menetapkan kegiatan yang diperbolehkan atau
kegiatan yang dilarang. Kegiatan yang tidak disebutkan dalam daftar kegiatan yang boleh
artinya dilarang, sedangkan kegiatan yang tidak disebutkan dalam kegiatan yang dilarang
berarti diperbolehkan.
Dalam setiap kategori utama bisa terdapat satu atau lebih sub-kategori, yang memungkinkan
adanya penggunaan bentuk yang berbeda meskipun dengan penggunaan lahan yang sama.
Misalnya pada zona perumahan bisa terdapat sub-zona perumahan tunggal, sub-zona perumahan
deret, dan sebagainya.
Namun demikian, perlu ditetapkan sifat pada setiap kategori utama apakah akan bersifat
kumulatif ataukah bersifat eksklusif. Bersifat kumulatif artinya zona yang memiliki hierarki “lebih
rendah” (dampak terhadap lahan sekitarnya lebih kecil, seperti pertanian) dapat masuk ke zona
yang kedudukan hierarkinya “lebih tinggi” (misalnya industri). Sedangkan bersifat eksklusif
artinya tidak memperbolehkan adanya kegiatan lain di setiap kategori selain yang telah
ditetapkan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −23
PT. Ahassa Ciptanika
Berhubung untuk mencapai keseragaman penggunaan lahan secara utuh yang memerlukan
pemindahan ke lokasi baru, maka perlu dipersiapkan:
• Ganti rugi
• Diperbolehkan tetap ada selama mengikuti aturan yang berlaku dimana kegiatan yang tidak
sesuai tersebut perlu dibatasi dengan cara melarang perluasan dan pergantian fasilitas fisik.
Komponen yang diatur dalam zoning regulation antara lain:
1. Zona-zona dasar, sub-zona, jenis-jenis perpetakan (main land use), jenis-jenis penggunaan
(sub uses).
2. Penggunaan lahan dan bangunan (penggunaan utama, penggunaan pelengkap, penggunaan
sesuai pengecualian khusus).
3. Intensitas atau kepadatan (KDB, KLB, bangunan/ha).
4. Massa banguan (tinggi, sempadan, luas minimum persil).
Di samping itu, terdapat ketentuan-ketentuan yang diatur secara terpisah, yang meliputi:
1. Pengaturan lebih lanjut mengenai penggunaan terbatas dan bersyarat.
2. Setback, kebun.
3. Pengaturan pedagang kaki lima.
4. Pengaturan mengenai fasilitaas tunawisma, rumah jompo.
5. Pengaturan kawasan-kawasan khusus.
6. Off-street parking and loading.
7. Ukuran distrik, spot zoning dan floating zones.
8. Tata informasi, aksesoris bangunan, daya tampung rumah dan keindahan.
9. Hal-hal lain yang dianggap penting.
Zoning Regulation memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan zoning diantaranya
adalah adanya certainty (kepastian), predictability, legitimacy, accountability. Sedangkan kekurangan
zoning diantaranya adalah Tidak dapat meramalkan keadaan di masa depan secara rinci,
sehingga banyak permintaan ReZoning.
Zoning regulation terdiri dari:
Zoning Text/Zoning Statement/Legal Text
berisi aturan-aturan (regulation)
Menjelaskan tentang guna lahan dan kawasan,
permitted and condotional uses, minimum lot
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −24
PT. Ahassa Ciptanika
requirement, standar pengembangan administrasi pengembangan zoning
Zoning Map
berisi pembagian blok peruntukkan (zona)
Menggambarkan peta guna tata guna lahan dan
lokasi tiap fungsi lahan dan kawasan
Materi penanggulangan dampak pembangunan pun dapat di atur dalam ketentuan zoning,
seperti:
1. Penanggulangan pencemaran lingkungan.
2. Development impact fees: merupakan pungutan yang dibebankan oleh pemerintah kepada
developer/pengeloala kawasan sebagai prasyarat dikeluarkannya izin atau menambah sumber
penerimaan bagi pembiayaan penyediaan sarana dan prasarana. Biaya dampak ini
mempunyai fungsi:
a. Sebagai alat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas lingkungan fisik (sarana dan
prasarana umum).
b. Sebagai alat untuk mengendalikan pembangunan.
c. Sebagai alat untuk mengatasi konflik politik.
3. Traffic impact assesment: merupakan biaya kemacetan yang dapat dikenakan pada pengguna
kendaraan.
Adapun yang tercakup di dalam aspek kelembagaan zoning adalah sebagai berikut:
1. DPRD (governing body): Mengesahkan perda zoning; mempunyai kewenangan tertinggi dalam
perubahan peraturan atau peta zoning.
2. DTK (planning commission): merekomendasikan batas zona; menelaah dan membuat
rekomendasi untuk semua perubahan terhadap peraturan atau peta zoning.
3. Board of Appeal/ Adjustment; zoning board: mempertimbangkan permohonan variansi;
pempertimbangkan permohonan pengecualian khusus/izin khusus; mempertimbangkan
(mendengar dan memutuskan) keberatan; menafsirkan ketidakjelasan aturan atau batas
zona.
4. Staff; mengadministrasikan peraturan zoning; menegakkan peraturan zoning; menyediakan
telaah proyek atau informasi lainnya untuk DPRD, DTK dan Board of Appeals/Adjusment.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −25
PT. Ahassa Ciptanika
Umumnya terdapat board/ committee of adjustment dalam penerapan zoning regulation ini dengan
fungsi:
1. Mendengar kepentingan/keberatan yang ada.
2. Mengoreksi kesalahan, kekeliruan dalam administrasi, meliputi:
Izin penggunaan khusus (special use permits)
Kondisi khusus; kesepakatan.
3. Membuat/menetapkan variance/grant relief atau kelonggaran.
Dalam penerapan zoning terdapat tiga tindakan utama, yaitu:
1. Re-zoning: perubahan peraturan dan peta zoning.
2. Penelaahan variansi (pembebasan dari aturan standar) keberatan (mendengar dan
memutuskan dugaan adanya kesalahan) dan pengecualian khusus (daftar penggunaan yang
tidak sesuai rencana yang diperkenankan setalah melalui telaah khusus).
3. Penegakan zoning: pengendalian IMB yang tepat waktu, konsisten, dapat diperkirakan dan
tegas (penghentian pembangunan tanpa izin atau menyimpang, nonconforming uses).
Ketentuan-ketentuan zoning dilengkapi oleh:
1. Rencana komprehensif.
2. Peraturan subdivision/perpetakan.
3. Pengendalian estetika dan arsitektural.
4. Persyaratan parkir on-street.
5. Peraturan bangunan, dan
6. Pembatasan niat (convenant/ deed restriction)
4.4 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Metodologi pelaksanaan penyusunan zoning regulation dilakukan melalui beberapa tahap yang
telah disesuaikan dengan tahapan kegiatan pekerjaan yang berada di KAK. Tahap-tahap tersebut
adalah:
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data dan Survei
3. Kompilasi Data dan Analisis
4. Penyusunan Rancangan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kota Medan
5. Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Kota Medan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −26
PT. Ahassa Ciptanika
Untuk lebih jelasnya mengenai metodologi pelaksanaan yang terdiri dari 5 (lima) tahapan
tersebut di atas, berikut ini akan diuraikan mengenai masing-masing kegiatan yang akan
dilakukan.
4.4.1 Persiapan
Sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan data untuk perencanaan, terlebih dahulu
dirumuskan data apa saja yang akan didapat di lapangan yang menunjang terhadap kedalaman
materi rencana yang akan disusun. Persiapan survei antara lain meliputi kegiatan :
a. Persiapan dasar, berupa telaah keputusan yang menghasilkan postulat-postulat, asumsi-
asumsi, dan hipotesa-hipotesa mengenai wilayah yang direncanakan.
b. Perumusan wilayah studi dan pemantapan metodologi, dilakukan untuk menyempurnakan
metodologi yang sebelumnya telah diajukan dan metodologi yang disempurnakan tersebut
memiliki input hasil diskusi yang telah dilakukan pada tahapan persiapan ini.
c. Pembuatan rencana kerja, merupakan bentuk penyempurnaan lanjutan mengikuti
metodologi yang telah disempurnakan. Rencana kerja dibuat mempertimbangkan target
terhadap output pekerjaan.
d. Mobilisasi personil, dilakukan setelah memiliki rencana kerja yang baru dan telah
disempurnakan. Mobilisasi personil disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses rangkaian
pekerjaan yang ditetapkan dalam rencana kerja.
e. Persiapan teknik survei; dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan survei yang akan
dilakukan. Contoh persiapan yang akan dilakukan adalah persiapan peta dasar, pembuatan
daftar pertanyaan dan sebagainya. Untuk menghasilkan rencana tata ruang seperti yang
diharapkan dalam pendekatan penyusunan rencana perlu didukung dengan data dan
informasi yang baik, lengkap dan sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk memahami
kebutuhan data yang mendukung penyusunan rencana tata ruang, perlu terlebih dahulu
dikaji sasaran dan kebutuhan analisis yang akan dilakukan. Dengan mengetahui kebutuhan
tersebut maka data yang dikumpulkan akan relevan dan tepat sasaran dengan rencana yang
akan dirumuskan.
f. Penyiapan peta dasar, sebagai salah satu alat dalam mengemukakan kriteria dan kondisi
eksisting pada wilayah perencanaan maka penyiapan peta dasar perlu dilakukan pada saat
persiapan. Selain itu penyiapan peta ini dapat mempermudah kelancaran berlangsungnya
survei.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −27
PT. Ahassa Ciptanika
4.4.2 Pengumpulan Data dan Survei
Survei yang akan dilakukan terdiri dari 2 jenis data, yaitu survei sekunder (instansional) dan
survei primer.
a. Survei sekunder (instansional)
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan, dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait.
b. Survei primer
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/ terkini langsung dari lapangan
atau obyek kajian.
1. Survei land use dan bangunan
Survai yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna lahan
eksisting serta bangunan yang ada di wilayah perencanaan. Data-data yang
diperoleh dari survai ini digunakan untuk menganalisis struktur ruang eksisting
dan kemudian menetapkan struktur tata ruang dan penggunaan lahan pada
tahun yang direncanakan.
2. Survei infrastruktur
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data kondisi infrastruktur utilitas
dengan cara pengamatan lapangan guna menangkap/menginterpretasikan data-
data sekunder lebih baik. Di samping itu survei ini dilakukan untuk memperoleh
masukan dari para stakeholders terkait mengenai permasalahan dan kondisi
infrastruktur kota yang bersangkutan. Masukan tersebut dapat diperoleh
melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.
3. Survei transportasi
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
transportasi kota dengan bentuk survei yang dilakukan adalah:
Pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan
dan sistem transportasi sehingga dapat menangkap/menginterpretasikan
data-data sekunder secara lebih baik.
Traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian rata-rata
(LHR) pada jalan-jalan utama dan sejumlah persimpangan penting.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −28
PT. Ahassa Ciptanika
4. Survei pelaku ekonomi
Data dan informasi yang ingin didapat dari kegiatan survei ini adalah data
pelaku, lokasi, kecenderungan dan potensi pasar, rencana, permasalahan, dan
keinginan para pelaku tersebut. Pengumpulan data pelaku ekonomi dilakukan
dengan cara:
Pengamatan lapangan untuk mengamati pola penyebaran dan jenis intensitas
kegiatan ekonomi tersebut.
Wawancara/kuesioner terhadap pelaku aktivitas.
5. Survei sosial kependudukan (survei rumah tangga)
Pengumpulan data sosial kependudukan dilakukan dengan survei primer dan
sekunder, dengan materi yang dikumpulkan adalah data penduduk dan
distribusinya, struktur penduduk, serta sosial kemasyarakatan. Untuk
pengumpulan data yang bersumber langsung dari masyarakat akan digunakan
wawancara semi-terstruktur. Data yang akan dikumpulkan meliputi jenis data:
Data fakta, yaitu data faktual berupa data demografis dan data status lainnya
yang melekat pada masyarakat, baik secara individual maupun kolektif;
Data sikap, yaitu data mengenai sikap preferensi masyarakat terhadap
kondisi dan aspek pelayanan perkotaan, suasana lingkungan, kebijaksanaan
yang berlaku dan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan,
dengan berbagai nilai, seperti suka atau tidak suka, serta puas atau tidak
puas;
Data pendapat, yaitu data mengenai pendapat masyarakat terhadap
persoalan yang ada pada sistem lingkungan perkotaan. Pernyataan dari
masyarakat mengungkapkan ide serta gagasan masyarakat.
Data perilaku, yaitu data mengenai perilaku dan tindakan yang dilakukan
masyarakat secara individu terhadap suatu hal.
Dalam teknik wawancara akan menggunakan cara:
Teknik wawancara langsung pada tempat alamat responden.
Teknik wawancara pada tempat kegiatan masyarakat seperti kampus, jalan,
tempat-tempat umum.
Teknik seminar dengan mengundang responden yang kompeten.
Masing-masing teknik di atas akan dipergunakan sesuai dengan karakteristik
responden, efektivitas dan relevansinya dengan variabel pertanyaan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −29
PT. Ahassa Ciptanika
6. Survei aspek arsitektur kota
Data yang ingin diketahui dalam survei ini untuk mengetahui keinggian
bangunan, kepadatan bangunan, garis sempadan, bangunan bersejarah, ruang
terbuka maupun pedestrian yang terdapat pada kecamatan terpilih.
Pengumpulan data arsitektur kota dilakukan melalui observasi ke lapangan
maupun wawancara semi terstruktur kepada tokoh masyarakat.
4.4.3 Kompilasi Data
Tahap selanjutnya adalah tahap kompilasi data dan tahap analisis, yang dijelaskan sebagai berikut:
Kompilasi Data
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan data dan survei
kemudian dikompilasi. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara
mentabulasi dan mensistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara komputerisasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan
mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis.
Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
Mengelompokkan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti: data fisik dan
penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll.
Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak terjadi
duplikasi.
Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal sehingga tercipta
form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta tematik dll.
Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel isian dan peta isian
tematik.
Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian, persentase dsb baik
bagi data primer maupun sekunder.
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian
deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian. Termasuk
dalam laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program setiap aspek.
4.4.4 Metoda Analisis Yang Digunakan
Berdasarkan hasil kompilasi data, selanjutnya dilakukan analisis data-data tadi. Ada empat hal
utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu:
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −30
PT. Ahassa Ciptanika
i. Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang.
ii. Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderungan sejak masa lalu sampai
sekarang dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan, terutama pengaruh tumbuhnya
fungsi baru atau struktur baru khususnya pada pelayanan di wilayah perencanaan.
iii. Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan ketergantungan antar sub
sistem atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau fungsi baru itu
berkembang, serta perhitungan ruang dalam wilayah perencanaan sebagai akibat
perkembangan di masa depan.
iv. Analisis persoalan-persoalan pemanfaatan ruang yaitu menilai persoalan yang berkaitan
dengan pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat gangguan dari pemanfaatan ruang yang ada pada guna lahan.
v. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan yaitu menilai kondisi keuangan daerah,
organisasi pelaksana dan pengawasan pembangunan, personalia, baik pada saat sekarang
maupun yang diperlukan di masa depan.
vi. Analisis kelengkapan aspek-aspek pendukung, yaitu mengkaji kelengkapan aturan dan
peraturan, mekanisme perijnan, pengawasan, dan penertiban pemanfaatan ruang kota.
vii. Analisis penentuan substansi penysusunan zoning regulation yaitu menentukan substansi
yang akan tercakup dalam zoning regulation Kawasan Kota Medan ini, analisis ini dilakukan
dengan merujuk pada beberapa literatur maupun benchmarking dari negara ataupun wilayah
lain yang telah menetapkan zoning regulation
viii. Analisis penyusunan klasifikasi zonasi yaitu menentukan klasifikasi guna lahan dan guna
bangunan pada wilayah perencanaan berdasarkan rencana tata ruang dan tingkat gangguan
yang ada.
ix. Analisis aturan teknis zonasi yaitu analisis dalam menentukan substansi zoning regulation
Kawasan Kota Medan.
Dalam penyusunan Zoning Regulation Kawasan Kota Medan ini dibutuhkan beberapa metoda
analisis yang pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi data dan informasi yang
akan diperoleh. Adapun teknik proyeksi, model dan formula analisis yang umum dan banyak
dipergunakan dalam suatu kegiatan analisis perencanaan yang dapat dijadikan sebagai salah satu
teknik analisis. Pada dasarnya suatu model harus mempunyai ciri dan karakeristik sebagai
berikut:
Suatu model harus berdasar pada hubungan beberapa dan antar variabel;
Dirumuskan ke dalam formula dan persamaan matematis;
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −31
PT. Ahassa Ciptanika
Mudah dikalkulasikan dan dihitung;
Memiliki tingkat ketelitian dan rinci dalam perhitungan;
Memperhitungkan dimensi waktu.
1. Beberapa Teknik Proyeksi
Keadaan masa sekarang yang terjadi adalah sebagai akibat dari perkembangan dan
kecenderungan yang terjadi pada masa lalu, dengan demikian perlu diketahui bagaimana
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecenderungan-kecenderungan keadaan di masa yang
akan datang berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa lalu. Hasil-hasil yang terjadi pada
masa lalu itulah yang dijadikan input utama pendekatan dalam memproyeksikan perkembangan
di masa mendatang seperti pendekatan ekstrapolatif, normative, dan pendekatan campuran.
Teknik proyeksi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dengan mendasarkan pada data-data
yang ada (statistik maupun penelitian), metode proyeksi yang lazim dipergunakan adalah: i).
Metode Garis Trend; ii). Metode Garis Regresi iii). Metode Ekonometris, sedangkan teknik
proyeksi terhadap hal-hal yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan: i). Metode
Induksi; ii). Metode Generalisasi dan iii). Metode Deduksi.
2. Model untuk Memperkirakan Kebutuhan Ruang
Model standar yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan kebutuhan ruang, diantaranya:
Model-model Standar Indonesia :
o Pedoman Standar Lingkungan Permukiman Kota (DPMB, Departemen PU).
o Peraturan Geometrik Jalan Raya dan Jembatan (Departemen PU).
o Pedoman Standar Pembangunan Perumahan Sederhana (DPMB, Departemen PU).
Model-model standar Referensi Asing :
o Site Planning Standar, Joseph de Chiara.
o Urban Design Criteria, Joseph de Chiara.
3. Metoda Aksesibilitas
Metoda analisis untuk pengukuran tingkat kemudahan pencapaian. Untuk mengetahui seberapa
mudahnya suatu tempat (lokasi) dapat dicapai dari lokasi lainnya.
Metoda yang digunakan antara lain:
a. Nilai aksesibilitas
FKT A = d
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −32
PT. Ahassa Ciptanika
dimana: A = Nilai aksesibilitas F = Fungsi jalan (arteri, kolektor, lokal) K = Konstruksi Jalan (aspal, perkerasan tanah) T = Kondisi Jalan (baik, sedang , buruk) d = Jarak Nilai-nilai F,K, dan T diberi bobot
b. Indeks aksesibilitas
A = dimana: EJ = Ukuran aktivitas (antara lain jumlah penduduk usia kerja, pedagang, dan sebagainya) dij = Jarak tempuh (waktu atau jarak) b = Paramater
4. Metoda dan Model Pergerakan Penduduk
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pola dan intensitas pergerakan. Metoda analisa yang
digunakan adalah model analisa gravitasi, yaitu sebagai berikut:
Gi-j = K dimana: Gi-j = Besaran pergeseran relatif K = Konstanta grafitasi Di = Dimensi aktivitas Zone I Dj = Dimensi aktivitas zone j dij = jarak antara i – j x = Konstanta jarak
5. Model dan Analisa Intensitas Penggunaan Lahan
Model ini digunakan untuk menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari setiap kegiatan
permukiman pada seluruh wilayah perencanaan. Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
IPL = dimana: IPL = Intensitas Penggunaan Lahan KLB = Koefisien Lantai Bangunan
(dij)b
EJ
Di
dijx
1,903 + Log
0,381KLB
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −33
PT. Ahassa Ciptanika
6. Analisa Dampak Lingkungan
Analisa dampak lingkungan merupakan analisa terhadap perkembangan tata guna tanah,
intensifikasi ruang, perkembangan penduduk, aspek pencemaran suatu kegiatan dan lain-lain
dalam kaitannya dengan ekologi perkotaan (urban ecology).
7. Guided Land Development (GLD)
Guided Land Development (GLD) adalah suatu sistem pengembangan kawasan sehingga
dimungkinkan pengadaan lahan untuk pemukiman beserta fasilitas penunjangnya. Dengan
demikian akan tercipta suatu lingkungan yang sehat, nyaman, dan terencana. Metoda ini
digunakan dalam rangka melibatkan masyarakat sebagai pemilik pembangunan dengan posisinya
sebagai shareholder, bukan hanya sebagai stakeholder. Dengan rancangan GLD, lahan bisa
diusahakan melalui Real Estate, Koperasi ataupun perorangan tergantung pad permintaan pasar
dan masyarakat.
Apabila tidak melalui GLD, maka golongan penduduk berpendapatan rendah tidak mampu
untuk memiliki lahan perkotaan yang disediakan oleh Real Estate. Akibatnya golongan penduduk
berpendapatan rendah akan tetap menempati lingkungan pemukiman yang kumuh (slums), yaitu
pemukiman tak terkontrol dengan fasilitas yang minim. Hal ini mengakibatkan gangguan pada
kesehatan dan konflik sosial.
8. Analisa Biaya Dampak (Abida)
Selama ini rencana disusun tanpa memperhatikan kemampuan ekonomi kota itu sendiri
sehingga begitu dilaksanakan akan membebani kota itu sendiri, kota menjadi tidak nyaman untuk
ditempati atau terlalu mahal dalam perawatannya. Hal yang diperhatikan dalam pengelolaan
Kawasan Kota Medan adalah aspek fiskal akibat eksternalitas. Dengan Abida dapat diketahui
kelayakan fiskal dari revisi rencana.
9. Metode Teknis Perencanaan Sarana dan Prasarana
a. Sistem Penyediaan Air Bersih
Penilaian cakupan pelayanan (CP) dan kebutuhan pengembangan sistem
CP =
Perhitungan kebutuhan air didasarkan kepada :
− Jumlah penduduk dan proyeksi di daerah bersangkutan;
Jumlah penduduk
(jumlah SR x jiwa/rumah) + (jumlah HU x jiwa/HU) x 100%
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −34
PT. Ahassa Ciptanika
− Jenis kawasan dan luasnya;
− Rencana cakupan pelayanan dan jenis sambungan berdasarkan minat dan kemampuan
penduduk daerah pelayanan;
− Kebutuhan per orang per hari;
− Jumlah jiwa/rumah;
− Target cakupan yang akan dipenuhi;
− Kebutuhan khusus kawasan potensial.
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah
Penilaian Cakupan Pelayanan (CP)
CP = c. Sistem Sarana Drainase
Penilaian kondisi eksisting, mencakup inventarisasi sistem drainase yang telah ada, kondisi
topografi, pengumpulan data hidrologi, peta, kependudukan, pelayanan-pelayanan yang ada
(untuk drainase mikro maupun makro), keadaan fisik alami untuk pemilihan teknologi (tipe
tanah dan topografi), kasilitas-fasilitas lain, data banjir, data pasang surut, genangan dan banjir
yang terjadi.
d. Sistem Pengelolaan Persampahan
Penilaian Cakupan Pelayanan
CP =
10. Metode dan Model Analisis Lain
Model analisis lain yang dapat dipergunakan adalah :
Metode Skalogram
Digunakan untuk menentukan fasilitas, yang selanjutnya merupakan masukan bagi penentuan
hirarki zona-zona berdasarkan kesediaan fasilitas.
Metode Sentralistis
Merupakan metode penentuan hirarki tingkat pelayanan desa-desa atau bagian wilayah kota,
dimana perhitungannya merupakan kelanjutan dari hasil yang diperoleh metode skalogram.
Metode Komparatif
Volume sampah terangkut (m3)
Volume timbulan sampah (m3)
Jumlah penduduk
Jumlah Prasarana (i) Jumlah Pemakai /Prasarana x 100%
x 100%
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −35
PT. Ahassa Ciptanika
Digunakan untuk membandingkan suatu keadaan tertentu dengan keadaan lain. Perbandingan ini
bisa dilakukan biasanya oleh karena adanya perbedaan waktu atau perbedaan jenis. Biasanya
penggunaan model ini disertakan dengan persentase.
Metode yang akan dipergunakan tidak terbatas pada metoda-metoda yang di uraikan diatas,
tetapi juga dapat menggunakan metode-metode lain apabila dirasakan perlu dalam menganalisis
data yang diperlukan.
Tabel IV.3
Data, Analisa dan Output Rencana
DATA ANALISA OUTPUT RENCANA STRUKTUR RUANG Karakterisitik masalah dan potensi
tata ruang secara umumKawasan Kota Medan
Arahan kebijakan dan rencana RTRW Kota
SWOT Analisis terhadap internal WP dan antar WP dalam kota
Cost & benefit analisis
Tujuan Pengembangan Kawasan
Rencana Distribusi
Penduduk: Luas wilayah Kriteria pembagian blok Konsep hirarki pusat dan wilayah
pelayanannya Kesatuan wilayah secara geografis
dan fisik Kesamaan karakteristik fungsi
Analisa deliniasi pembagian blok berdasarkan hasil survai dan kriteria
Rencana pembagian blok
Jumlah penduduk Kota Medan (2001-2006)
Jumlah penduduk per blok (2001-2006)
Kepadatan penduduk
Proyeksi penduduk Daya tampung ruang
berdasarkan tingkat kepadatan yang diharpkan per blok
Rencana jumlah penduduk per blok
Proyeksi penduduk per blok Luas wilayah boleh dibangun
Perhitungan kepadatan penduduk
Pertimbangan jenis pengembangan yang akan diterapkan insentif (vertical) dan ekstensif (horizontal)
Rencana kepadatan penduduk per blok
Rencana struktur pelayanan
kegiatan Jumlah penduduk eksisting Proyeksi penduduk tahun
perencanaan Jumlah fasilitas yang ada saat ini Standar kebutuhan fasilitas sesuai
Analisa perkiraan kebutuhan fasilitas pelayanan
Perhitungan kebutuhan tambahan fasilitas pelayanan
Distribusi dan deliniasi
Distribusi hirarki sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan meliputi: Perdagangan, Pendidikan tinggi,
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −36
PT. Ahassa Ciptanika
DATA ANALISA OUTPUT hirarki sistem pusat
(fasilitas : perdagangan, pendidikan, kesehatan, rekreasi)
sistem pusat berdasarkan jenjang cakupan dan wilayah pelayanan
Kesehatan, Rekreasi
Rencana Sistem Jaringan
Pergerakan Data & peta jaringan jalan Data guna lahan/ sistem pusat
aktivitas Data titik kemacetan Data volume LHR jalan Data struktur sistem pusat
pelayanan kegiatan Data tingkat aksesibilitas kawasan
Analisis sistem jaringan jalan: bangkitan pergerakan, VCR, aksesibilitas, panjang jalan, dimensi jalan
Analisis kebutuhan jaringan jalan
Analisis trip generation Analisis trip destination
Rencana jaringan jalan: Sistem primer Sistem sekunder Sampai dengan sistem lokal
Data & peta sebaran terminal Data kapasitas & kondisi terminal Data pola jaringan jalan Data sistem angkutan umum Data sebaran sistem pusat
kegiatan Dat sistem sebaran unit hirarki
lingkungan
Analisis tingkat pelayanan terminal
Analisis optimasi lokasi terminal
Rencana terminal
Data & peta trayek angkutan umum
Data pola pergerakan penduduk (OD)
Data karakteristik kepemilikan kendaraan tiap unit lingkungan
Data pola jaringan jalan Data sistem angkutan umum Data sebaran sistem pusat
kegiatan Dat sistem sebaran unit hirarki
lingkungan
Analisis trayek angkutan umum jalur padat angkutan, jalur tidak tersentuh angkutan umum
Analisis pergerakan penduduk
Anlisis optimasi rute angkutan umum
Rencana angkutan umum
RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG Rencana Blok Pemanfaatan
Ruang (block Plan) Data pemanfaatan ruang kawasan
budidaya eksisting dan kesenderungannya sampai orde klasifikasi ke-3 (detail)
Peta pemanfaatan ruang kawasan budidaya eksisting
Jumlah penduduk eksisting Proyeksi penduduk tahun
perencanaan Luas lahan terbangun Luas lahan boleh terbangun Kriteria kawasan budidaya
Analisa daya dukung dan daya tampung
Analisa kesesuian lahan untuk kawasan budidaya
Analisa perkembangan kegiatan perkotaan dan pemanfaatan ruang sampai orde ke-3 yang detail
Analisis masalah dan potensi pemanfaatan ruang tiap blok
Analisis kesesuaian dengan rencana struktur ruang/ sistem pusat kegiatan pelayanan
Rencana kawasan budidaya perkotaan : Perumahan & permukiman Perdagangan Jasa Industri Pendidikan Kesehatan Peribadatan Rekreasi/ pariwisata Olahraga Fasilitas sosialterminal Kantor pemerintahan TPU TPA
Data pemanfaatan ruang kawasan lindung eksisting
Analisa daya dukung dan daya tampung
Rencana Kawasan lindung: Kawasan resapan air
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −37
PT. Ahassa Ciptanika
DATA ANALISA OUTPUT Peta pemanfaatan ruang kawasan
lindung eksisting Luas lahan terbangun Luas lahan boleh terbangun Kriteria kawasan lindung Data potensi rawan bencana Data obyek yang perlu dilindungi
dan lestarikan berdasarakan kriteria lindung
Analisa kesesuaian lahan untuk kawasan lindung
Analisis kendala pengembangan fisik kawasan
Sempadan sungai dan kawasan terbuka hijau
Taman wisata alam Kawasan caga budaya Kawasan rentang bencana
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERKOTAAN
Data kepadatan penduduk tiap blok
Data kepadatan bangunan tiap blok
Data KDB eksisting tiap blok (maksimal, minimal dan dominasinya)
Analisis kesesuaian dengan rencana pola pemanfaatan ruang tiap blok
Analisis kesesuain dengan lingkungan khususnya yang berada di wilayah KBU harus memperhatikan zona indeks konservasi lingkungan
Analisis standar-standar ketentuan teknis peraturan bangunan-bangunan dan zoning regulation
Analisa kesesuaian rencanaa struktur
Arahan Kepadatan Bangunan tiap blok peruntukan KDB
Data kondisi ketinggian bangunan eksisting dan pola skyline
Data nilai harga lahan
Analisa intensitas penggunaan lahan
Perhitungan KLB Perhitungan KDB Analisis kesesuaian dengan
rencana pola pemanfaatan ruang tiap blok
Analisis kesesuain dengan lingkungan khususnya yang berada di wilayah KBU harus memperhatikan zona indeks konservasi lingkungan
Analisis standar-standar ketentuan teknis peraturan bangunan-bangunan dan zoning regulation
Analisa kesesuaian rencanaa struktur
Analisis kesesuaian dengan nilai/harga lahan
Arahan ketinggian bangunan KLB Ketinggian bangunan
Data nilai harga lahan Data rata-rata maksimal dan
minimum besar kapling tiap penggunaan lahan
Analisis kesesuaian dengan rencana pola pemanfaatan ruang tiap blok
Analisis kesesuain dengan lingkungan khususnya yang berada di wilayah KBU harus memperhatikan zona indeks konservasi lingkungan
Arahan perpetakan kelompok ukuran besar
lahan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −38
PT. Ahassa Ciptanika
DATA ANALISA OUTPUT Analisis standar-standar
ketentuan teknis peraturan bangunan-bangunan dan zoning regulation
data garis sempadan bangunan dan jalan setiap penggunaan lahan dalam tiap blok peruntukan
Analisis kesesuaian dengan rencana pola pemanfaatan ruang tiap blok
Analisis kesesuain dengan lingkungan khususnya yang berada di wilayah KBU harus memperhatikan zona indeks konservasi lingkungan
Analisis standar-standar ketentuan teknis peraturan bangunan-bangunan dan zoning regulation
Arahan garis sempadan untuk berbagai jenis jalan
Data potensi dan masalah blok peruntukan
Data nilai lahan Rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang
Analisis kesesuaian dengan rencana pola pemanfaatan ruang tiap blok
Analisis kesesuain dengan lingkungan khususnya yang berada di wilayah KBU harus memperhatikan zona indeks konservasi lingkungan
Analisis dengan nilai/ harga lahan
Analisis potensi dan masalah lingkungan
Arahan penangan lingkungan blok peruntukan Konservasi Redelopment Renewal Ditingkatkan dll
Data potensi dan masalah Standar dan ketentuan teknis Data jumlah penduduk dan
proyeksi penduduk
Analisis potensi dan masalah Analisis kebutuhan
pengembangan (kesesuaian dengan standar dan ketentuan teknis)
Rencana penanganan jaringan prasarana & sarana
PEDOMAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Data permasalahan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada
Data sistem dan prosedur pengendalian pemanfataan ruang yang ada
Analisis SWOT Studi jkondisi eksisting
pengendalian Studi literatur Diskusi kelompok
stakeholder terakit
Kegiatan pengawasan dan penertiban dengan: Sistem dan mekanisme
perijinan Insentif dan disinsentif Konpensasi Sistem pelaporan Sistem pemantauan Mekanisme evalausi Mekanisme pengawasan Menganisme pengenaan
sanksi: o Sanksi administratif o Sanksi pidana o Sanksi perdata
Sumber : Hasil Analisis Sementara, 2007
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −39
PT. Ahassa Ciptanika
4.4.5 Penyusunan RDTR Kawasan Kota Medan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kota Medan sebagai bagian dari proses
penyusunan zoning regulation merupakan rencana yang berisikan:
1. Tujuan pengembangan Kawasan Kota Medan
2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Pengembangan Kota Medan,
meliputi:
Rencana Distribusi Penduduk Wilayah Perencanaan sampai akhir tahun perencanaan yang
dirinci dalam blok-blok peruntukan.
Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaan yang merupakan tata jenjang
kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam wilayah
perencanaan dalam bentuk distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan yang
dirinci sampai pusat pelayanan lingkungan permukiman. Pusat-pusat pelayanan terdiri
dari fungsi perdagangan, pendidikan, kesehatan, serta rekreasi dan olah raga.
Rencana Sistem Jaringan Pergerakan meliputi sistem jaringan pergerakan dan prasarana
penunjang (terminal, jalan, parkir) yaitu jaringan jalan (arteri sekunder, kolektor
sekunder, lokal sekunder dan sistem primer); terminal; jaringan trayek angkutan
penumpang.
Rencana Sistem Jaringan Utilitas, meliputi sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga
akhir tahun perencanaan, terdiri dari jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder);
Gambar 4.5 Ilustrasi Sistem Jaringan Pergerakan dan Jalur
Pejalan Kaki / Pedestrian
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −40
PT. Ahassa Ciptanika
jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu distribusi); jaringan gas; jaringan air
bersih (hingga jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan); jaringan air hujan;
jaringan air limbah; jaringan persampahan (hingga TPS komunal).
3. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan), menggambarkan ukuran, fungsi serta
karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok-blok
peruntukan.
a. Kawasan Budidaya
Fungsi yang dituangkan mencakup:
perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian bangunan, jenis
penggunaan, pengelompokan berdasarkan besaran perpetakan;
perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk bangunannya, antara lain pasar,
pertokoan, mal, dll;
industri, yang dirinci menurut jenisnya;
pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari pendidikan tinggi,
SLTA, SLTP, SD, dan TK;
kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari RS Umum kelas
A,B,C,D; puskesmas, puskesmas pembantu;
peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid, gereja, kelenteng, pura,
vihara;
olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara lain stadion, gelanggang,
dll;
rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman bermain, taman rekreasi,
taman lingkungan, taman kota, dll;
fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti panti asuhan, panti
wreda, dll; perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut instansinya;
terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang dan sarana
transportasi lainnya;
taman pemakaman umum,
taman pemakaman pahlawan.
b. Kawasan Lindung
Kawasan lindung terdiri dari kawasan lindung alam dan buatan, yaitu:
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −41
PT. Ahassa Ciptanika
Contoh Panduan Pembangunan Kawasan
Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan
bawahan lainnya;
Sempadan sungai,
Kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau;
Kawasan cagar budaya;
Kawasan rawan banjir.
4. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan
perkotaan, meliputi:
a. Arahan Kepadatan Bangunan, terbagi atas:
Blok peruntukan dengan koefisien dasar
bangunan sangat tinggi (lebih besar dari 75 %);
Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 % - 50 %);
Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5 % - 20 %);
Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat rendah ( > 5 %).
b. Arahan Ketinggian Bangunan
Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak
bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan
tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar;
Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan bertingkat
maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan
maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar;
Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan bertingkat
maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD) dengan tinggi puncak bangunan
maksimum 36 m dan minimum 24 m dari lantai dasar;
Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah blok dengan
bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum = 9 x KDB) dengan tinggi
puncak bangunan minimum 40 m dari lantai dasar;
Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok dengan bangunan
bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20 x KDB) dengan tinggi puncak
bangunan minimum 80 m dari lantai dasar.
c. Arahan Perpetakan Bangunan
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas 2500 m2);
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1000 – 2500 m2);
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −42
PT. Ahassa Ciptanika
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600 – 1000 m2);
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250 – 600 m2);
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100 – 250 m2);
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50 – 100 m2);
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50 m2);
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).
d. Arahan Garis Sempadan
Sempadan muka bangunan;
Sempadan pagar;
Sempadan sampingan bangunan.
e. Rencana Penanganan Blok Peruntukan
Bangunan/jaringan baru yang akan dibangun;
Bangunan/jaringan yang akan ditingkatkan;
Bangunan/jaringan yang akan diperbaiki;
Bangunan/jaringan yang akan diperbaharui;
Bangunan/jaringan yang akan dipugar;
Bangunan/jaringan yang akan dilindungi.
f. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana
jaringan prasarana dan sarana baru yang akan dibangun;
jaringan prasarana dan sarana yang akan ditingkatkan;
jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaiki;
jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaharui;
jaringan prasarana dan sarana yang akan dipugar.
5. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan
penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian
insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme
pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.
Materi yang diatur adalah ketentuan-ketentuan yang mencakup perijinan, pengawasan, dan
penertiban di kawasan perkotaan, yang berisikan:
Mekanisme advis planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi bagi kegiatan
perkotaan;
Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi kawasan yang didorong
pengembangannya, kawasan yang dibatasi pengembangannya, serta terhadap upaya-
Ilustrasi sempadan sungai
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −43
PT. Ahassa Ciptanika
upaya perwujudan ruang yang menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian
perkembangan di Wilayah Kota Bekasi dan sekitarnya;
Mekanisme pemberian kompensasi berupa mekanisme penggantian yang diberikan
kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperti
hutan, tambang, bahan galian, kawasan lindung yang mengalami kerugian akibat
perubahan nilai ruang dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang;
Mekanisme pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi secara obyektif
mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang
berwenang;
Mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan dengan cermat
perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dan dilakukan oleh
instansi yang berwenang;
Mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang
dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan instansi
yang berwenang;
Mekanisme pengenaan sanksi mencakup sanksi administratif, pidana, dan perdata.
4.4.6 Penyusunan Zoning Regulation
Hasil utama dari pekerjaan ini adalah tersusunnya dokumen zoning regulation yang terdiri dari 2
(dua) bagian utama yakni zoning text dan zoning map. Secara keseluruhan pekerjaan zoning
regulation meliputi :
1. Asas, Tujuan dan Fungsi Zoning Regulation
2. Peruntukan Lahan
Peruntukan lahan adalah jenis penggunaan atas sebuah bidang lahan. Jenis penggunaan ini
disusun berdasarkan hirarki ketelitiannya dalam sebuah blok, sub blok, atau persil seperti
yang dijelaskan dalam 4.1.3 bagian A. Ilustrasi peruntukan lahan pada kawasan terpilih dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.4 Ilustrasi Hirarki Peruntukan Lahan
HIRARKI I HIRARKI II HIRARKI III HIRARKI IV
Lindung KL-1 Sempadan sungai
Kawasan Perlindungan Setempat KL-2 Daerah tangkapan
air/Embung/Situ
KL-3 Instalasi berbahaya (SUTT dan SUTET)
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −44
PT. Ahassa Ciptanika
HIRARKI I HIRARKI II HIRARKI III HIRARKI IV
Budidaya Perumahan RS-1 Rumah tunggal
Perumahan Kepadatan Sedang (RS) Bangunan tunggal atau kelompok bangunan yang memiliki kepadatan sedang (maksimal 60%)
RS-2 Rumah deret, kopel, townhouse
RT-1 Rumah tidak terstruktur/perumahan kampung
RT-2 Rumah rusun dengan ketinggian kurang dari 5 lantai
RT-3 Rumah rusun dengan ketinggian antara 5-8 lantai
Perumahan Kepadatan Tinggi (RT) Bangunan tunggal atau kelompok bangunan yang memiliki kepadatan rendah (maksimal 80%) RT-4 Rumah rusun dengan
ketinggian lebih dari 8 lantai
KP-1
Perdagangan skala BWK
KP-2
Perdagangan skala kecamatan
KP-3
Perdagangan skala kelurahan
Perdagangan
KP-4
Perdagangan skala lingkungan
KJ-1 Perkantoran swasta (office park)
KJ-2 Jasa pelayanan hiburan
KJ-3 Jasa pelayanan otomotif tunggal (one stop service)
Jasa
KJ-4 Jasa pelayanan otomotif berkelompok
PT-1 Perguruan Tinggi
Pendidikan Tinggi PT-2 Akademi
FP-1 Skala kecamatan
Fasilitas Pelayanan Umum FP-2 Skala kelurahan
TH-1 Taman kota/taman lingkungan TH-2 Sarana olah raga dan rekreasi
Ruang Terbuka Hijau TH-3 Pemakaman umum
Prasarana Transportasi TT Terminal
Sumber: Hasil Analisis Awal
3. Pemanfaatan Ruang Wilayah Pengembangan
Pemanfaata ruang atau yang sering disebut juga dengan istilah daftar kegiatan adalah semua
aktivitas atau kegiatan yang mungkin terjadi pada masing-masing peruntukan lahan hirarki
IV. Pemanfaatan ini didapatkan dari survei lapangan semua pemanfaatan ruang yang ada dan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −45
PT. Ahassa Ciptanika
dalam waktu dekat dimungkinkan ada di wilayah studi. Pemanfaatan ruang yang dimaksud
secara ilustratif dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.5
Ilustrasi Pemanfaatan Ruang No Guna
Lahan Pemanfaatan Ruang
1 Perumahan 1. Rumah Tunggal 2. Rumah Kopel 3. Rumah Deret 4. Townhouse
5. Rumah Susun Rendah (<5 lantai)
6. Rumah Susun Sedang (5-8 lantai)
7. Rumah Susun Tinggi (>8 lantai) 8. Asrama 9. Kost-kostan 10. Panti Jompo 11. Panti Asuhan Yatim Piatu 12. Guest House
13. Rumah Dinas 2 Perdagangan dan Jasa
1. Warung 2. Toko 3. Pertokoan 4. Pasar Tradisional 5. Pasar Lingkungan 6. Penyaluran Grosir 7. Pusat Perbelanjaan 8. Supermarket 9. Mall 10. Toko Bahan Bangunan dan
Perkakas 11. Apotik 12. SPBU 13. Jasa bangunan 14. Lembaga keuangan 15. Komunikasi 16. Jasa Pemakaman 17. Jasa kesehatan komersial 18. Perawatan/perbaikan/renovasi
barang 19. Perbaikan kendaraan (bengkel) 20. Jasa Pergudangan 21. Penyediaan makanan dan
minuman 22. Travel dan pengiriman barang 23. Pemasaran properti 24. Perkantoran/ bisnis lainnya 25. Jasa pelayanan bisnis
26. Jasa personal
No Guna Lahan
Pemanfaatan Ruang
27. Jasa Pendidikan 28. Klinik & Laboratorium
Kesehatan 29. Penginapan hotel 30. Penginapan losmen 31. Penitipan Anak 32. Salon 33. Spa Perawatan Kecantikan 34. Ruko 35. Rukan
3 Pendidikan 1. TK 2. SD/MI 3. SLTP/MTS 4. SMU/MA/SMAK 5. Akademi
6. Perguruan Tinggi 4 Peribadatan
1. Masjid 2. Langgar 3. Gereja 4. Pura
5. Kelenteng 5 Kesehatan
1. Rumah Sakit tipe C 2. Rumah Sakit tipe D 3. Rumah Sakit gawat darurat 4. Rumah Sakit bersalin 5. Laboratorium Kesehatan 6. Puskesmas 7. Puskesmas pembantu 8. Balai pengobatan 9. Posyandu 10. Dokter umum 11. Dokter spesialis 12. Bidan 13. Klinik/poliklinik
14. Rumah Sakit Ibu dan Anak 6 Hiburan
1. Museum 2. Galeri Seni 3. Perpustakaan 4. Panti pijat 5. Klub malam dan bar 6. Bioskop
7. Teater
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −46
PT. Ahassa Ciptanika
No Guna Lahan
Pemanfaatan Ruang
8. Restoran 9. Kafe 10. Kios Makanan dan Minuman 11. Gedung Serba Guna 12. Kolam Pemancingan Umum
7 Olahraga 1. Lapangan olahraga 2. Lapangan golf, driving range
3. Gedung olahraga 8 Ruang Terbuka Hijau
1. Taman lingkungan 2. Taman kota 3. Taman rekreasi 4. Pemakaman
5. Danau/situ/waduk
No Guna Lahan
Pemanfaatan Ruang
6. Kolam Tandon 7. Penjualan Tanaman Hias dan
Bunga 9 Perkantoran
1. Kantor kecamatan 2. Kantor Kelurahan 3. Kantor Pos 4. Kantor PLN 5. Pemadam Kebakaran 6. Pos Polisi
7. Polsek/ Polsekta 10 Transportasi
1. Terminal Tipe C 2. Lapangan Parkir Umum
3. Gedung Parkir Sumber: Hasil Identifikasi Awal
4. Zoning Text
Zoning text yang dimaksud meliputi matriks pemanfaatan ruang, ketentuan teknis
pemanfaatan ruang, ketentuan pembangunan dan ketentuan khusus lainnya yang terkait.
a. Matriks Pemanfaatan Ruang
Matriks pemanfaatan ruang yang dimaksud merupakan ketentuan boleh tidaknya
pemanfaatan ruang untuk sebuah hirarki IV peruntukan lahan ditunjukkan dengan 4
indkator, yakni diijinkan (I), terbatas (T), bersyarat (B) dan terlarang (-). Secara lebih
jelasnya pada tabel berikut.
Tabel IV.6
Deskripsi Indikator Pemanfaatan Ruang Simbol Deskripsi
I Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kota
T
Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kota
B
Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, PKL, dan RPL
- Pemanfaatan yang tidak diizinkan (dilarang)
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −47
PT. Ahassa Ciptanika
Pemanfaatan Terbatas
Jika sebuah pemanfatan ruang memiliki tanda T atau merupakan pemafaatan yang
terbatas, berarti penggunaan tersebut mendapatkan ijin dengan diberlakukan
pembatasan-pembatasan, seperti:
• Pembatasan pengoperasian. Baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya
sebuah pemanfaatan ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan ruang tersebut
untuk kegiatan yang diusulkan
• Pembatasan intensitas ruang. Baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, atauun ketinggian
bangunan. Pembatasan ini dilakukan oleh pemerintah kota dengn menurunkan nilai
maksimum atau meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang
• Pembatasan jumlah pemanfaatan. Jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada, masih
mampu melayani, dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah kawasan
perumahan yang telah cukup jumlah masjidnya, tidak diperkenankan membangun
mesjid baru), maka pemanfaatan tersebut tidak bolh diijinkan dengan pertimbangan-
pertimbangan khusus.
• Pengenaan aturan-aturan tambahan seperti disinsentif, keharusan menyediakan
analisis dampak lalulintas, dan sebagainya yang tercantum dalam bagian lain dokumen
laporan ini.
Pemanfaatan Bersyarat
Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan bersyarat,
berarti untuk mendapatkan ijin, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang besar
bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain:
• Penyusunan dokumen AMDAL
• Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
• Penyusunan Analisis Dampak Lalu lintas (ANDALIN)
• Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau aturan
disinsentif lainnya yang tercantum dalam bagian lain laporan ini.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −48
PT. Ahassa Ciptanika
Persyaratan ini dapat dikenakan secara bersamaan atau salah satunya saja. Penentuan
persyaratan mana yang dikenakan ditentukan oleh pemerintah kota dengan
mempertimbangkan besarnya dampak bagi lingkungan sekitarnya.
b. Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang
Ketentuan teknis pemanfaatan ruang merupakan ketentuan lanjutan matriks
pemanfaatan ruang di atas. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai syarat-syarat dari
ketentuan pemanfaatan ruang Bersyarat dan Terbatas seperti dijelaskan sebelumnya.
c. Ketentuan Pembangunan
Ketentuan pembangunan adalah ketentuan-ketentuan umum pembangunan yang berlaku
tanpa syarat (berlaku dalam segala kondisi).
5. Zoning Map
Zoning map yang dimaksud meliputi:
d. Distribusi zona lahan sesuai dengan karakteristiknya, lingkungan sekitar, dan statusnya.
e. Peta lahan yang membutuhkan perlindungan atau kemungkinan-kemungkinan yang dapat
muncul dari penggunaannya.
f. Usulan (rekomendasi) penggunaan lahan untuk masa yang akan datang dan kawasan
mana saja yang memerlukan tindakan-tindakan dalam rangka mengatasi konflik dari
penggunaan lahan.
g. Dokumen yang rinci tentang penggunaan lahan, aktivitas/kegiatan penggunaan lahan,
mekanisme pengawasan yang diperlukan untuk menjamin kelestarian sumber daya lahan.
Sebagai ilustrasi, di bawah ini ditampilkan contoh penerapan zoning map yang diberlakukan di
Amerika Serikat (Gambar 4.6).
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −49
PT. Ahassa Ciptanika
Gambar 4.6 Ilustrasi Penerapan Zoning Map Di Amerika Serikat
6. Mekanisme Pelaksanaan Zoning Regulation
Mekanisme pelaksanaan zoning regulation umumnya meliputi kelembagaan, mekanisme
pelaksanaan pemanfaatan ruang, mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang, mekanisme
perubahan pemanfaatan ruang, mekanisme penerapan insentif dan disinsentif serta
mekanisme peran serta masyarakat.
a. Kelembagaan
Aspek kelembagaan meliputi jenis-jenis lembaga penataan ruang yang berada di wilayah
studi beserta uraian tugas dan wewenangnya.
b. Mekanisme Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
Bagian ini meliputi mekanisme perizinan di Kota Medan serta mekanisme pelaksanaan
ketentuan pemanfaatan ruang dan pembangunan. Mekanisme perijinan meliputi jenis-
jenis perijinan yang ada di Kota Medan, jenjang perinjinan serta mekanisme perijinan.
Mekanisme pelaksanaan ketentuan pemanfaatan ruang dan pembangunan merupakan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Pendahuluan
4 −50
PT. Ahassa Ciptanika
syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi dalam memanfaatkan/membangun
sebuah kawasan.
c. Mekanisme Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Secara umum mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang meliputi aspek pengawasan,
evaluasi pemanfaatan ruang dan prosedur penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang.
d. Mekanisme Perubahan Pemanfaatan Ruang
Ketentuan mekanisme perubahan pemanfaatan ruang mengacu kepada Permendagri No.
4 Tahun 1996 yang meliputi dasar pertimbangan perubahan pemanfaatan ruang,
pemrakarsa perubahan pemanfaatan ruang, prinsip-prinsip perubahan pemanfaatan
ruang, syarat dan ketentuan perubahan pemanfaatan ruang, alternatif prosedur teknis
perubahan pemanfaatan ruang, dan alternatif prosedur administrasi perubahan
pemanfaatan ruang.
e. Mekanisme Penerapan Insentif dan Disinsentif
Meliputi prosedur penilaian atau penetapan suatu kegiatan dapat diberikan insentif dan
disinsentif, yang diberikan dalam rencana tata ruang maupun pada saat permohonan izin
kepada pemerintah daerah.
f. Mekanisme Peran Serta Masyarakat.
Meliputi hak dan kewaiban masyarakat dalam tata ruang, jenis-jenis dan tata cara peran
serta yang dapat dilakukan oleh masyarakat serta bentuk kelembagaan masyarakat dala
prosedur penataan ruang.