4. analisis strategi pengelolaan hutan mangrove (kasus di desa tongke-tongke kabupaten sinjai).pdf

10
Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036 100 ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI) Mangrove forest management strategy analysis (cases in the Tongke-Tongke Village, Sinjai Regency) Patang Politeknik Pertanian Negeri Pangkep [email protected] ABSTRAK Hutan mangrove harus selalu dijaga kelestariannya agar fungsi ekologinya tetap lestari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi hutan mangrove serta strategi pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksanakan di Kabupaten Sinjai. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analisis melalui pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April sampai Juli 2010. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan dan sekunder dan dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Hasil penelitian menunjukkan stretegi dalam pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat melakukan penanaman berdasarkan potensi yang ada, membentuk kawasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat diganggu, lebih meningkatkan peran organisasi masyarakat, lebih memberdayakan masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penebangan mangrove, perlu sentuhan teknologi dalam pengembangan mangrove, masyarakat dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan tentang mangrove peningkatan peran pemerintah, penyuluhan tentang lingkugan dan ekosistem mangrove, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pemanfaatan mangrove, peningkatan pendidikan/pelatihan kepada masyarakat, serta melakukan musyawarah antara masyarakat dan pemerintah tentang pemanfaatan dan pengelolaan mangove, sosialisasi penerapan peraturan pemerintah tentang lingkungan, melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan mangrove, pemerintah dan masyarakat bersama-sama mendukung pengelolaan mangrove, peningkatan penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai serta. Pada prinsipnya posisi model pengelolaan hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai masuk dalam kategori pertumbuhan dan stability strategy yaitu suatu strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Kata kunci: strategi, pengelolaan, dan mangrove ABSTRACT Mangrove forests should always be preserved in order to remain sustainable ecological functions. This study aims to analyze the potential of mangrove forest and mangrove forest management strategies are best implemented in Sinjai Regency. The design study is a survey research is descriptive analysis through a case study approach. This research was conducted in the Tongke-Tongke village of Sinjai Regency. Research was carried out for 3

Upload: jepa-mandar

Post on 18-Jul-2016

35 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

100

ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

(KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI)

Mangrove forest management strategy analysis

(cases in the Tongke-Tongke Village, Sinjai Regency)

Patang

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

[email protected]

ABSTRAK

Hutan mangrove harus selalu dijaga kelestariannya agar fungsi ekologinya tetap lestari.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi hutan mangrove serta strategi

pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksanakan di Kabupaten Sinjai. Desain

penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analisis melalui

pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan

Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan

April sampai Juli 2010. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan dan

sekunder dan dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, and Threat). Hasil penelitian menunjukkan stretegi dalam pengelolaan hutan

mangrove di Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat melakukan penanaman berdasarkan

potensi yang ada, membentuk kawasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat

diganggu, lebih meningkatkan peran organisasi masyarakat, lebih memberdayakan

masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penebangan mangrove, perlu

sentuhan teknologi dalam pengembangan mangrove, masyarakat dilibatkan dalam setiap

pengambilan kebijakan tentang mangrove peningkatan peran pemerintah, penyuluhan

tentang lingkugan dan ekosistem mangrove, memberikan pemahaman kepada masyarakat

tentang pemanfaatan mangrove, peningkatan pendidikan/pelatihan kepada masyarakat,

serta melakukan musyawarah antara masyarakat dan pemerintah tentang pemanfaatan dan

pengelolaan mangove, sosialisasi penerapan peraturan pemerintah tentang lingkungan,

melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan

mangrove, pemerintah dan masyarakat bersama-sama mendukung pengelolaan mangrove,

peningkatan penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai serta. Pada prinsipnya posisi

model pengelolaan hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai

masuk dalam kategori pertumbuhan dan stability strategy yaitu suatu strategi yang

diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kata kunci: strategi, pengelolaan, dan mangrove

ABSTRACT

Mangrove forests should always be preserved in order to remain sustainable ecological

functions. This study aims to analyze the potential of mangrove forest and mangrove forest

management strategies are best implemented in Sinjai Regency. The design study is a

survey research is descriptive analysis through a case study approach. This research was

conducted in the Tongke-Tongke village of Sinjai Regency. Research was carried out for 3

Page 2: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

101

(three) months, April to July 2010. The data was collected consists of secondary and

primary data and analyzed with the approach and SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, and Threat). The results of research showed strategy in the management of

mangrove forests in Sinjai Regency is the community planting based on the existing

potential, forming a protected mangrove forest which can not be bothered, further

enhancing the role of community organization, empower, socialization to the public about

the dangers of mangrove harvesting, need to touch technology in the development of

mangrove, the community is involved in any decision-making on mangrove increase the

role of government, and of environmental education on mangrove ecosystems, provide

insight to the community on mangrove utilization, increase education/training to the

community, and to conduct meetings between citizens and government about the use and

management mangove, socialization of the application of government regulations on the

environment, involve the community in the preparation of the planning and

implementation of mangrove management, government and community together to support

the management of mangroves, increased planting around the coast as well. In principle,

the position of the mangrove forest management in the Eastern District of Sinjai, Sinjai

Regency in the category of growth and stability strategy is a strategy that is applied

without changing the direction of a predetermined strategy.

Keywords: Strategy, management and mangrove

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan

yang memiliki hutan mangrove terluas di

dunia (Onrizal, 2010). Hutan mangrove

umumnya terdapat di seluruh pantai Indo-

nesia dan hidup serta tumbuh berkembang

pada lokasi-lokasi yang mempunyai hu-

bungan pengaruh pasang air (pasang su-

rut) yang merembes pada aliran sungai

yang terdapat di sepanjang pesisir pantai

(Tarigan, 2008). Hutan mangrove merupa-

kan suatu ekosistem yang mempunyai

peranan penting ditinjau dari sisi ekologis

maupun aspek sosial ekonomi. Hutan

mangrove adalah tipe hutan yang ditum-

buhi dengan pohon bakau (mangrove)

yang khas terdapat di sepanjang pantai

atau muara sungai dan dipengaruhi oleh

pasang surut air laut (Hogarth, 1999).

Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda

dan merupakan mata rantai yang sangat

penting dalam memelihara keseimbangan

siklus biologi di suatu perairan (Waas dan

Nababan, 2010).

Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya

alam, pemanfaatan mangrove diarahkan

untuk kesejahteraan ummat manusia dan

untuk mewujudkan pemanfaatannya agar

dapat berkelanjutan, maka ekosistem

mangrove perlu dikelola dan dijaga ke-

beradaannya. Kerangka pengelolaan hutan

mangrove terdapat dua konsep utama. Per-

tama, perlindungan hutan mangrove yaitu

suatu upaya perlindungan terhadap hutan

mangrove menjadi kawasan hutan mang-

rove konservasi. Kedua, rehabilitasi hutan

mangrove yaitu kegiatan penghijauan

yang dilakukan terhadap lahan-lahan yang

dulu merupakan salah satu upaya rehabi-

litasi yang bertujuan bukan saja untuk

mengembalikan nilai estetika, tetapi yang

paling utama adalah untuk mengembali-

kan fungsi ekologis kawasan hutan mang-

rove yang telah ditebang dan dialihkan

fungsinya kepada kegiatan lain.

Walters et al. (2008) menyatakan bahwa

hutan mangrove di sepanjang pesisir pan-

tai dan sungai secara umum menyediakan

habitat bagi berbagai jenis ikan. Hutan

mangrove sebagai salah satu lahan basah

di daerah tropis dengan akses yang mudah

serta kegunaan komponen biodiversitas

Page 3: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

102

dan lahan yang tinggi telah menjadikan

sumberdaya tersebut sebagai sumberdaya

tropis yang kelestariannya akan terancam

(Valiela et al., 2001) dan menjadi salah

satu pusat dari isu lingkungan global.

Konversi hutan mangrove terus meningkat

untuk dijadikan lahan pertanian atau tam-

bak ikan/udang, sehingga menyebabkan

penurunan produktivitas ekosistem ter-

sebut (Dave, 2006).

Salah satu daerah di Sulawesi Selatan

yang masih memiliki hutan mangrove

yang cukup luas adalah Kabupaten Sinjai.

Pengelolaan hutan mangrove di daerah ini

telah dilakukan oleh masyarakat secara

swadaya, mengingat beberapa waktu yang

lalu ketika mereka melaut ke berbagai

daerah, maka pada saat kembali mereka

membawa bibit mangrove untuk selanjut-

nya ditanam di sekitar pantai karena me-

reka meyakini bahwa tanaman mangrove

memiliki banyak fungsi, di antaranya da-

pat menahan angin kencang, ombak yang

besar dan sebagainya. Selanjutnya, wila-

yah di Kabupaten Sinjai yang masih me-

miliki hutan mangrove yang cukup luas

adalah Desa Tongke-Tongke dan Kelurah-

an Samataring. Pada tahun 1995 Desa

Tongke-Tongke dan Lingkungan Pangasa

Kelurahan Samataring Kecamatan Sinjai

Timur Kabupaten Sinjai telah melakukan

penanaman kembali terhadap hutan mang-

rove yang telah mengalami degradasi aki-

bat penebangan secara sembarangan.

Hutan mangrove yang telah ditanam oleh

masyarakat tersebut tumbuh dan berkem-

bang sesuai dengan yang diharapkan, dan

setelah 18 tahun kemudian, tanaman

mangrove tersebut sudah dapat dimanfaat-

kan, dan setelah tanaman tersebut ingin

dimanfaatkan oleh masyarakat, timbul

Peraturan Pemerintah Kabupaten Sinjai

tentang pelarangan penebangan hutan

mangrove. Luas hutan di Kelurahan Tong-

ke-Tongke merupakan hutan terluas yang

ada di Kabupaten Sinjai, ternasuk hutan

mangrove-nya.

Meningkatnya kecenderungan pengrusa-

kan ekosistem hutan mangrove seiring

dengan meningkatnya kebutuhan hidup

masyarakat lokal seperti, penebangan po-

hon mangrove yang dijadikan kayu bakar

untuk kebutuhan rumah tangga dan bara

arang untuk diperdagangkan, tanpa mem-

perhatikan daya dukung dan daya pulih-

nya, serta meningkatnya aktivitas pencari

kepiting (pasodok) yang mencari kepiting

ke wilayah ekosistem mangrove juga me-

micu peningkatan kerusakan hutan mang-

rove.

Upaya pelestarian kembali hutan mang-

rove yang telah mengalami kerusakan be-

berapa waktu lalu, telah menjadi per-

hatian oleh masyarakat Desa Tongke-

Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabu-

paten Sinjai dengan melakukan penanam-

an kembali terhadap hutan mangrove yang

rusak melalui swadaya masyarakat.

Masalah berikutnya adalah penebangan

secara liar baik digunakan sebagai kayu

bakar, atau dijadikan arang untuk dijual,

perluasan areal tambak secara tidak ter-

kendali, sehingga apabila hal ini tidak

segera dihentikan, maka suatu saat kita

tidak melihat lagi hutan mangrove di Ka-

bupaten Sinjai dan hal ini merupakan ben-

cana besar. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis potensi hutan mang-

rove serta strategi pengelolaan hutan

mangrove yang terbaik untuk dilaksana-

kan di Kabupaten Sinjai.

BAHAN DAN METODE

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan untuk

menjawab permasalahan dalam penelitian

ini adalah penelitian survai yang bersifat

deskriptif analisis yang dilanjutkan de-

ngan analisis kuantitatif yang berusaha

mengungkap hubungan antara satu varia-

bel dengan variabel lainnya. Format pe-

Page 4: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

103

nelitian yang digunakan adalah pendekat-

an studi kasus.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Desa

Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur,

Kabupaten Sinjai. Penelitian ini dilaksana-

kan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan

April sampai Juli 2010, yang terdiri atas 1

(satu) bulan persiapan, dan 2 (dua) bulan

penelitian inti termasuk pengolahan data,

analisis data sampai penyusunan laporan

akhir.

Teknik Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan pengumpulan data,

maka akan dilakukan terlebih dahulu

pengamatan lapangan yang meliputi ke-

seluruhan kawasan hutan dengan tujuan

untuk melihat secara umum keadaan

fitososiologi dan komposisi tegakan hu-

tan serta keadaan pasang surut daerah

setempat dan sebagainya. Data yang di-

kumpulkan terdiri atas data primer dan

dan sekunder. Data primer dikumpulkan

melalui observasi langsung di lapangan,

serta wawancara dengan menggunakan

daftar kuesioner secara terstruktur. Se-

dangkan data sekunder diperoleh dari

dinas terkait dengan penelitian ini.

Analisis data

Untuk mengetahui bagaimana upaya dan

strategi dalarn pengelolaan hutan mang-

rove, di Kabupaten Sinjai dianalisis de-

ngan pendekatan Analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity, and Threat). Me-

tode ini bertujuan untuk mengidentifikasi

berbagai faktor internal dan eksternal

secara sistematis yang hasilnya akan

digunakan dalam perencanaan pengelola-

an untuk merumuskan strategi pengelola-

an mangrove. Model-model analisis yang

dipakai dalam mengolah data-data yang

telah terkumpul adalah matrik IFAS dan

matrik EFAS, sedangkan untuk mengana-

lisis hasil pengolahan data tersebut di-

gunakan model matrik IE dan matrik

TOWS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi Pegelolaan Mangrove di Kabu-

paten Sinjai

Dalam membahas mengenai strategi-stra-

tegi dalam pengelolaan mangrove di Ka-

bupaten Sinjai, maka terlebih dahulu di-

kemukakan faktor-faktor internal dan eks-

ternal yang diperoleh dari hasil analisis

yang selanjutnya ditransfer ke dalam

matriks TOWS untuk membuat berbagai

alternatif strategi (SO, ST, WO, WT),

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

1. Strategi SO (Stength-Oportunity)

Kabupaten Sinjai memiliki potensi pe-

ngembangan mangrove yang sangat besar.

Desa Tongke-tongke merupakan salah

satu desa yang memiliki potensi mangrove

yang cukup besar yaitu sekitar 152,5 ha.

Apabila hutan mangrove tersebut dikelola

dengan baik, maka akan memberikan

manfaat yang sangat besar baik terhadap

lingkungan sekitar (sebagai tempat hidup

beberapa jenis biota flora dan fauna)

maupun dapat melindungi masyarakat dari

abrasi pantai. Hasil penelitian Onrizal et

al., (2009) yang melakukan penelitian di

Pantai Timur Sumatera Utara menyebut-

kan bahwa kerusakan hutan mangrove

dapat berdampak pada penurunan volume

dan keragaman jenis ikan yang ditangkap

(65,7% jenis ikan menjadi langka/sulit

didapat, dan 27,5% jenis ikan menjadi

hilang/tidak pernah lagi tertangkap) serta

penurunan pendapatan nelayan sebesar

40,5%.

Salah satu cara untuk mengurangi pene-

bangan hutan mangrove adalah memben-

tuk suatu kawasan yang dinamakan ka-

wasan hutan lindung yaitu suatu kawasan

dimana hutan mangrove dilindungi dan

tidak dapat ditebang karena dengan pe-

nebangan yang tida terkendali dapat

Page 5: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

104

menyebabkan menurunnya kualitas dan

kuantitas hutan mangrove. Onrizal dan

kusmana, 2008), menyatakan bahwa me-

nurunnya kualitas dan kuantitas hutan

mangrove telah mengakibatkan dampak

yang sangat mengkawatirkan, seperti ab-

rasi yang meningkat, penurunan tang-

kapan perikanan pantai, intrusi air laut

yang semakin jauh ke arah darat, malaria

dan lainnya (Onrizal & Kusmana, 2008).

Tabel 1. Matrik TOWS

IFAS

EFAS

Strengths (S)

1. Masyarakat melakukan

penanaman mangrove

2. Penanaman melalui swa-

daya masyarakat

3. Peran pemerintah dalam

pengelolaan mangrove

4. Terdapat organisasi kema-

syarakatan yang menge-

lola mangrove

5. Dapat memperbaiki per-

ekonomian daerah

Weaknesses (W)

1. Masyarakat melakukan pe-

nebangan mangrove

2. Mangrove digunakan untuk

kayu bakar

3. Belum tersentuh teknologi

4. Bantuan yang diberikan

masyarakat dalam penge-

lolaan mangrove

5. Masyarakat tidak dilibat-

kan dalam penyusunan

peraturan pemerintah

Oportunities (O)

1. Potensi pengembangan mang-

rove besar

2. Adanya larangan penebangan

hutan mangrove

3. Penanaman mangrove tidak

melanggar kebiasaan dan adat

istiadat

4. Memperbaiki ekonomi ma-

syarakat

5. Peran lembaga masyarakat

Stretegi SO :

a. Masyarakat melakukan

penanaman berdasarkan

potensi yang ada

b. Perlunya membentuk ka-

wasan hutan lindung

mangrove yang tidak dapat

diganggu

c. Lebih meningkatkan peran

oraganisasi masyarakat

d. Lebih memberdayakan

masyarakat

Strategi WO :

a. Sosialisasi kepada masya-

rakat tentang bahaya pene-

bangan mangrove

b. Perlu sentuhan teknologi

dalam pengembangan

mangrove

c. Masyarakat dilibatkan da-

lam setiap pengambilan

kebijakan tentang mang-

rove

d. Peningkatan peran peme-

rintah

Threats (T)

1. Pengetahuan masyarakat

tentang pengelolaan ling-

kungan masih kurang

2. Masyarakat melakukan pena-

naman hanya untuk memba-

ngun tambak

3. Adanya ketidakpatuhan ma-

syarakat terhadap peraturan

pemerintah tentang pelarang-

an penebangan hutan mang-

rove

4. Tingkat pendidikan masya-

rakat masih rendah

5. Munculnya komplik peman-

faatan hutan mangrove

Strategi ST :

a. Penyuluhan tentang ling-

kugan dan ekosistem

mangrove

b. Memberikan pemahaman

kepada masyarakat tentang

pemanfaatan mangrove

c. Peningkatan pendidikan/

Pelatihan kepada masya-

rakat

d.Melakukan musyawarah

antara masyarakat dan Pe-

merintah tentang peman-

faatan dan pengelolaan

mangove

Strategi WT :

a. Sosialisasi penerapan per-

aturan pemerintah tentang

lingkungan

b. Melibatkan masyarakat da-

lam penyusunan peren-

canaan dan pelaksanaan

pengelolaan mangrove

c. Pemerintah dan masya-

rakat bersama-sama men-

dukung pengelolaan mang-

rove

d. Peningkatan penanaman

mangrove di sekitar pesisir

pantai

Page 6: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

105

Penanaman mangrove di Kabupaten Sinjai

telah dibangun berdasarkan swadaya ma-

syarakat, namun saat ini yang menjadi

kendala adalah pemeliharaan hutan mang-

rove yang telah dibangun tersebut sehing-

ga dapat menjadi ekosistem yang mampu

bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

2. Strategi ST (Strength-Threat)

Penyuluhan merupakan salah satu metode

yang dapat digunakan untuk menyampai-

kan sesuatu hal yang baru, baik mengenai

pengelolaan mangrove, lingkungan terma-

suk hal-hal yang berkaitan dengan pem-

bangunan kepada masyarakat. Namun de-

mikian, yang sering menjadi kendala ada-

lah kurangnya informasi hasil-hasil riset

yang diterima penyuluh untuk disampai-

kan kepada masyarakat atau pengalaman

lapangan yang dapat menunjang keberha-

silan penyuluhan.

Pemanfaatan mangrove harus dilakukan

secara dinamis dan berkesinambungan de-

ngan mempertimbangkan dimensi ekolo-

gis, sosial ekonomi, sosial budaya, sosial

politik, peraturan dan kelembagaan. Ada

beberapa kemungkinan pemanfaatan hu-

tan mangrove di Kabupaten Sinjai, di

antaranya sebagai obyek wisata (ekotour-

isme), sylvofishery, sumber benih ber-

bagai komoditas, hutan pendidikan, pe-

manfaatan kayu terbatas serta berbagai

pemanfaatan lainnya. Menurut Onrizal

(2010), perubahan luas hutan mangrove

primer menjadi hutan mangrove sekunder

terutama disebabkan oleh aktivitas. Pene-

bangan, baik untuk industri kayu arang

maupun kayu bakar dan perancah. Per-

ubahan dari hutan mangrove primer dan

sekunder menjadi areal non hutan mang-

rove diakibatkan oleh konversi, terutama

pembukaan areal untuk pertambakan dan

pertanian (Onrizal, 2010).

Dalam pengelolaan dan pengembangan

hutan mangrove juga diperlukan musya-

warah antara pihak pemerintah dan ma-

syarakat tentang model pengelolaan hutan

mangrove yang dapat dikembangkan.

3. Strategi WO (Weakness-Oportunity)

Sosialisasi kepada masyarakat tentang ba-

haya yang dapat ditimbulkan akibat pe-

nebangan hutan mangrove perlu senan-

tiasa dilakukan. Adanya kerusakan terha-

dap hutan mangrove di Kabupaten sinjai

dapat terjadi sebagai akibat keinginan

memiliki luas lahan yang lebih besar,

kurangnya pengetahuan tentang kegunaan

ekosistem mangrove, keinginan memiliki

areal tambak yang lebih luas, tekanan

ekonomi masyarakat, pemanfaatan kayu

mangrove untuk kayu bakar secara tidak

terkendali, perburuan fauna yang memiliki

peluang pasar tertentu, hambatan dalam

pengamanan dan penegakan hukum.

Dalam pengelolaan dan pengembangan

hutan mangrove diperlukan teknologi te-

pat guna, misalnya bagaimana mendapat-

kan mutu bibit mangrove yang berkua-

litas, metode pemeliharaan melalui ka-

jian/penelitian dari para peneliti serta hal-

hal lain yang bernuansa ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Keterlibatan masyarakat dalam setiap ke-

giatan pengelolaan hutan mangrove di

kabupaten Sinjai utlak diperlukan, meng-

ingat hampir seluruh kawasan hutan

mangrove yang ada di Kabupaten Sinjai

merupakan hasil swadaya masyarakat, se-

hingga dengan melibatkan masyarakat,

maka mereka merasa ikut dilibatkan dan

bertanggung jawab terhadap pelestarian

dan pengelolaan hutan mangrove di Ka-

bupaten Sinjai.

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh

pemerintah di atas dirasakan masih perlu

dilanjutkan dan ditingkatkan lagi supaya

apa yang telah dicapai saat ini dapat

berlanjut dan berkesinambungan.

Page 7: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

106

Tabel 2. Matriks IFAS

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Komentar

Kekuatan :

1. Masyarakat melakukan pena-

naman mangrove melalui

swadaya masyarakat

2. Peran Dinas Kehutanan da-

lam pengelolaan mangrove

3. Peran organisasi kemasyara-

katan dalam pengelolaan

mangrove

4. Pengaruh keberadaan mang-

rove terhadap perekonomian

5. Kegiatan penelitian mang-

rove semakin berkembang

0.11

0.11

0.09

0.10

0.09

4

4

3

4

3

0.44

0.44

0.27

0.40

0.27

Masyarakat melaku-

kan penanaman

Penanaman melalui

swadaya masyarakat

Peran pemerintah

belum optimal

Pengelolaan dilakukan

secara terorganisir

melalui kelompok

Belum tampak secara

nyata meningkatkan

PAD

Kelemahan :

1. Masyarakat melakukan pene-

bangan mangrove untuk dija-

dikan tambak

2. Mangrove digunakan untuk

kayu bakar

3. Belum tersentuh teknologi

4. Bantuan yang diberikan ma-

syarakat dalam pengelolaan

mangrove

5. Masyarakat tidak dilibatkan

dalam penyusunan peraturan

pemerintah

0.11

0.09

0.10

0.11

0.09

1

2

2

3

2

0.11

0.18

0.20

0.33

0.18

Dengan semakin inten-

sifnya penjagaan Di-

nas Kehutanan, kegiat-

an penebangan mang-

rove untuk dijadikan

tambak menjadi berku-

rang, bahkan sudah

tidak kelihatan lagi

Penggunaan mangrove

sebagai kayu bakar

semakin terkendali

Perlu teknologi tepat

guna

Bantuan umumnya be-

rupa tenaga

Perlu melibatkan ma-

syarakat dalam setiap

pengambilan kebijak-

an dan keputusan

Jumlah 1.00 2.82

4. Strategi WT (Weakness-Threat)

Pada saat ini Pemerintah kabupaten Sinjai

telah berupaya mensosialisasi peraturan

pemerintah tentang pengelolaan lingku-

ngan dan pelarangan penebangan hutan

mangrove sedang digiatkan. Namun demi-

kian, dalam pelaksanaan ini tentu tidaklah

mudah karena akan bersentuhan langsung

dengan kepentingan masyarakat yang juga

ingin memanfaatkan hutan mangrove yang

telah mereka tanam. Sosialisasi yang telah

dilakukan antara lain melalui penyuluhan

maupun pertemuan dengan masyarakat

yang bermukim di sekitar hutan mang-

rove.

Page 8: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

107

Tabel 3. Matriks EFAS

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar

Peluang :

1. Potensi pengembangan

mangrove besar

2. Adanya larangan penebangan

hu-tan mangrove

3. Penanaman mangrove tidak

me-langgar kebiasaan dan

adat isti-adat

4. Memperbaiki ekonomi masya-

rakat

5. Peran lembaga masyarakat

0.11

0.09

0.10

0.09

0.11

4

4

3

3

4

0.44

0.36

0.30

0.27

0.44

Pengembangan se-

cara berkelanjutan

Sosialisasi dan pe-

nyuluhan

Dapat dijalankan

menurut norma-

norma dalam masya-

rakat

Pengelolaan diikuti

kegiatan ke arah

usaha

Lebih mengoptimal-

kan peran organisasi

Ancaman

1. Pengetahuan masyarakat

tentang pengelolaan

lingkungan masih kurang

2. Masyarakat melakukan

penanaman hanya untuk

membangun tambak

3. Adanya ketidakpatuhan

masya-rakat terhadap

peraturan pemerintah tentang

pelarangan penebangan hutan

mangrove

4. Tingkat pendidikan masya-

rakat masih rendah

5. Munculnya komplik

pemanfaatan hutan mangrove

0.11

0.11

0.10

0.09

0.09

2

1

1

2

1

0.22

0.11

0.10

0.18

0.09

Pelatihan, penyuluh-

an secara berkala

Menumbuhkan kesa-

daran dan peran serta

masyarakat

Melibatkan masya-

rakat pada setiap ke-

giatan pengelolaan

mangrove

Pemberantasan buta

aksara

Melibatkan semua

pihak dalam peng-

ambilan kebijakan

dan keputusan

Jumlah 1.00 2.51

Salah satu penyebab munculnya komplik

antara masyarakat yang telah menanam

mangrove dengan pihak pemerintah bebe-

rapa waktu yang lalu karena masyarakat

kurang dilibatkan dalam setiap pengam-

bilan keputusan tentang pengelolaan hutan

mangrove.

Langkah yang paling tepat dalam penge-

lolaan hutan mangrove di Kabupaten

Sinjai adalah jika pemerintah dan masya-

rakat secara bersama-sama dalam menge-

lola dan mengembangkan hutan mang-

rove.

Dengan semakin menurunnya mutu dan

jumlah tanaman mangrove di sekitar pe-

sisir pantai, maka perlu dilakukan pena-

naman mangrove secara berkelanjutan

yang dilakukan oleh masyarakat yang be-

kerjasama dengan pihak pemerintah. De-

ngan demikian ekosistem mangrove akan

tetap terjaga. Selain itu, pihak pemerintah

dan masyarakat juga perlu secara ber-

1.0

Page 9: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

108

sama-sama dalam memelihara dan meles-

tarikan hutan mangrove.

Analisis berdasarkan Matrik Internal

Eksternal (IE)

Adapaun nilai yang diperoleh dari hasil

analisis terhadap faktor strategi internal

dan faktor eksternal dalam pengelolaan

hutan mangrove di Kabupaten Sinjai, akan

dianalisis menggunakan matrik internal

eksternal (IE) dapat dilihat dengan jelas

pada Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bah-

wa pada prinsipnya posisi model penge-

lolaan hutan mangrove di Kecamatan

Sinjai Timur Kabupaten Sinjai termasuk

dalam kategori pertumbuhan dan stability

strategy, yaitu suatu strategi yang di-

terapkan tanpa mengubah arah strategi

yang telah ditetapkan sebelumnya.

TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL

4.0 3.0 2.82 2.0 1.0

1

PERTUMBUHAN

Konsentrasi melalui

integrasi vertikal

2

PERTUMBUHAN

Konsentrasi melalui

integrasi horisontal

3

PENCIUTAN

Turnaround

4

STABILITAS

Hati-hati

5

PERTUMBUHAN

Konsentrasi melalui

integrasi horisontal

6

PENCIUTAN

Captive company atau

divestment

7

PERTUMBUHAN

Diversifikasi

Konsentrik

8

PERTUMBUHAN

Diversifikasi

konglomerat

9

LIKUIDASI

Bangkrut atau likuidasi

Gambar 1. Matrik internal eksternal (IE)

KESIMPULAN

Stretegi pengelolaan hutan mangrove di

Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat me-

lakukan penanaman berdasarkan potensi

yang ada, membentuk kawasan hutan lin-

dung mangrove yang tidak dapat digang-

gu, lebih meningkatkan peran oraganisasi

masyarakat dan lebih memberdayakan

masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat

tentang bahaya penebangan mangrove,

perlu sentuhan teknologi dalam pengem-

bangan mangrove, masyarakat dilibatkan

dalam setiap pengambilan kebijakan ten-

tang mangrove serta peningkatan peran

pemerintah, penyuluhan tentang lingkugan

dan ekosistem mangrove, memberikan

pemahaman kepada masyarakat tentang

3.0

2.0

Tinggi

Menengah

rendah

2.5

TO

TA

L S

KO

R F

AK

TO

R S

TR

AT

EG

I

EK

ST

ER

NA

L

Page 10: 4. ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI).pdf

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036

109

pemanfaatan mangrove, peningkatan pen-

didikan/pelatihan kepada masyarakat, ser-

ta melakukan musyawarah antara masya-

akat dan pemerintah tentang pemanfaatan

dan pengelolaan mangove, sosialisasi pe-

erapan peraturan pemerintah tentang ling-

ungan, melibatkan masyarakat dalam pe-

yusunan perencanaan dan pelaksanaan pe-

gelolaan mangrove, pemerintah dan ma-

yarakat bersama-sama mendukung penge-

olaan mangrove, peningkatan penanaman

mangrove di sekitar pesisir pantai.

Pada prinsipnya posisi model pengelolaan

hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai

Timur Kabupaten Sinjai masuk dalam ka-

egori pertumbuhan dan stability strategy

yaitu suatu strategi yang diterapkan tanpa

mengubah arah strategi yang telah di-

etapkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dave, R., 2006. Mangrove ecosystem of

south, west Madagascar: an ecolo-

ical, human impact, and subsistence

value assessment. Tropical Res.

Bulletin 25: 7 – 13

Harold, J. D., H.J.D. Waasp, dan B.

Nababan, 2010. Pemetaan dan ana-

lisis index vegetasi mangrove di

Pulau Saparua, Maluku Tengah. e -

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan

Tropis 2 (1): 50 – 58,

Hogarth, P.J., 1999. The Biology of

Mangroves. Oxford University

Press, Oxford.

Onrizal, 2010. Perubahan tutupan hutan

mangrove di Pantai Timur Sumatera

Utara Periode 1977-2006. J. Biologi

Indonesia 6(2): 163 – 172.

Onrizal, A. Purwoko, dan M. Mansor.

2009. Impact of mangrove forests

degradation on fisherman income

and fish catch diversity in eastern

coastal of North Sumatra, Indonesia.

International Conference on Natural

and Environmental Sciences 2009

(ICONES’09) at the Hermes Palace

Hotel Banda Aceh on May 6-8,

2009.

Tarigan, M. S. 2008. Sebaran dan luas

hutan mangrove di Wilayah Pesisir

Teluk Pising Utara Pulau Kabaena

Provinsi Sulawesi Tenggara. Bidang

Dinamika Laut, Pusat Penelitian

Oseanografi, LIPI, Jakarta 14430,

Indonesia. Makara, Sains 2: 108 –

112.

Valiela, I., J.L. Bowen, dan J.K. York.

2001. Mangrove Forest: One of the

World’s Threatened Major Tropical

Environments. Bioscience 51 (10):

807 – 815.

Walters, BB., P. Ronnback, JM. Kovacs,

B. Crona, S.A. Hussain, R. Badola,

J.H. Primavera, E. Barbier, dan F.

Dahdouh-Guebas, 2008. Ethnobio-

logy, Socio-Economic and Manage-

ment of Mangrove Forests: a review.

Aquatic Botany 89: 220 – 236.