makalah restorasi hutan mangrove

26
Makalah Restorasi Hutan “Hutan Mangrove Di Pantai Depok, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah” OLEH : EKO FITRIONO D1B510169 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALUOLEO

Upload: rio-jhiee

Post on 13-Jan-2016

183 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

buku bambu

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

Makalah Restorasi Hutan

“Hutan Mangrove Di Pantai Depok, Kabupaten

Pekalongan, Jawa Tengah”

OLEH :

EKO FITRIONOD1B510169

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2015

Page 2: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

Kata Pengantar

Sebelum mengawali aktivitas hendaknya kita mengucapkan Bismillah,

agar segala aktivitas yang kita lakukan berjalan dengan baik dan lancar.

Selanjutnya, mari kita panjatkan Puji syukur kepada Allah SWT, karena

atas rahmat dan karuniaNya kita dapat merasakan dan menikmati hidup yang

penuh berkah, terutama penulis dapat membuat dan menyusun makalah ini. Selain

itu, Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Junjungan Besar kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan juga para sahabat yang senantiasa

menemani dan mendukung Beliau, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove,

dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis

menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan

salah, oleh karena itu, penulis memohon maaf dan maklum serta selalu

mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari para

pembaca yang budiman serta para pembimbing yang bijak.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,

masayarakat umum dan khususnya bagi penulis, serta dapat menambah ilmu juga

memperluas wawasan kita.

2

Page 3: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar

Belakang…………………………………………………………….4

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………….

………………..6

1.3. Tujuan…………………………………………….…………………6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Isi…………………………………………………….………………7

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan……………………………………………………………24

3.2 Saran………………………………………………………………..24

3.3 Daftar Pustaka……………………………………………………...25

3

Page 4: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhir-akhir ini semakin banyak masalah yang timbul disebabkan oleh

antropogenik, khususnya tentang lingkungan. Antropogenik adalah istilah yang

umum dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang terjadi di alam karena

campur tangan manusia (efek, proses,obyek dan material), kejadian tersebut

sebagai lawan kata dari kejadian alami.

Sangat disayangkan banyak pihak-pihak yang belum menyadari arti dari

keberadaan dirinya di muka bumi ini, seperti yang telah dijelaskan dalam Al

Qur’an “Sesungguhnya hendak aku jadikan khlaifah di muka bumi ( Al

Baqarah ayat 30)”, “Orang yang merusak lingkungan berati telah melanggar dan

memerangi perintah Allah SWT dan RasulNya dan telah berbuat kerusakan

di muka bumi yang berdampak pada kerusakan fasilitas umum (lingkungan)

yang menjadikan kebutuhan dasar hidup semua makhluk di muka bumi”.

(Arie Budiman & Ahmad Jauhar Arief, 2007, p 244).

Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan bahwa

masyarakat bisa menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan lingkungan

(ekosistem), sebab bila manusia terus melakukan tindakan atau perbuatan yang

berdampak langsung pada keseimbangan ekosistem, maka keseimbangan

ekosistem ini akan hancur, dan secara tidak langsung juga berdampak pada

kehidupan manusia itu sendiri.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis akan membahas tentang Hutan

Mangrove atau Hutan Bakau. Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang

cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan

sedikit di subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta

4

Page 5: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha),

Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk,

1999).

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan

hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau,

dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu

tergenang oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan

untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di

rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari

bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk

kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas,

arang). 

Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan

keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan

dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan

mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai

penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya sebagai

penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan. Selain itu,

tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi hewan-

hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan

pertumbuhan dari banyak organisme epifit (Nybakken.1986).

Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran

dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran

ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan

lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang

mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta

mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis

5

Page 6: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini

kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan

evolusi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Hutan Mangrove ?

2. Apa saja fungsi dari Hutan Mangrove ?

3. Permasalahn apa saja yang terjadi pada Hutan Mangrove?

4. Apa saja dampak yang di timbulkan dari permasalahan tersebut ?

1.3. Tujuan

Untuk menjelaskan definisi dari Hutan Mangrove, fungsi dari Hutan Mangrove

tersebut, keanekaragaman yang berada dalam ekosistem Hutan Mangrove,

permasalahan yang di alami, dan dampak yang di timbulkan.

6

Page 7: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

BAB II

PEMBAHASAN

Hutan Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu

jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut.

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang

surut air laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat

pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas

lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat

mangrove.

Sebagian ilmuwan mendefinisikan, hutan mangrove adalah kelompok jenis

tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang

memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan

bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sebagian lainnya

mendefinisikan bahwa hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang

hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang

hidup disepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai

daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan

sub-tropis.

Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran

(polutan).  Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan

polutan, misalnya penelitian Darmiyati dkk tahun 1995 menemukan jenis

Rhizophora mucronata dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu dan

penelitian Saefullah tahun 1995 menginformasikan pada daun Avicennia marina

terdapat akumulasi Pb ³ 15 ppm, Cd ³ 0,5 ppm,   Ni ³ 2,4 ppm. Unsur-unsur

tersebut merupakan pulutan berupa logam berat jika berada dilingkungan akan

berbahaya bagi flora lain dan fauna, termasuk bagi manusia. Dengan demikian

hutan mampu mereduksi polutan dari lingkungan.

Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Seorang

peneliti, White (1987) melaporkan produktivitas primer ekosistem mangrove ini

7

Page 8: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari

ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu

menopang keanekaragaman jenis yang tinggi.

Vegetasi mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai

kondisi tempat tumbuhnya, (1) seperti adanya kelenjar garam pada golongan

secreter, dan kulit yang mengelupas pada golongan non-secreter sebagai

tanggapan terhadap lingkungan yang salin, (2) system perakaran yang khas, dan

lentisel debagai tanggapan terhadap tanah yang jenuh air, (3) struktur dan posisi

daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari dan suhu yang

tinggi.

Hutan mangrove mempunyai tiga fungsi utama bagi kelestarian sumber

daya, yakni : (1) Fungsi fisik, hutan mangrove secara fisik menjaga dan

menstabilkan garis pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap hempasan

gelombang dan arus, mempercepat pembentukan lahan baru serta melindungi

pantai dari erosi laut/abrasi (green belt). (2) Fungsi biologis adalah sebagai tempat

asuhan (nursery ground), tempat mencari makanan (feeding ground) ) untuk

berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang, tempat

berkembang biak (spawning ground), sebagai penghasil serasah/zat hara yang

cukup tinggi produktivitsnya, dan habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia,

mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan

sumber plasma nutfah. (3) Fungsi ekonomi yakni kawasan hutan mangrove

berpotensi sebagai tempat rekreasi (ecotourism), lahan pertambakan, dan

penghasil devisa dengan produk bahan baku industri. ( Saparinto, Cahyo. 2007)

Selain itu, secara khusus hutan mangrove juga berguna sebagai perangkap

zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, mengolah limbah

organik, dan sebagainya. Setiap saat pantai terancam abrasi akibat arus dan

gelombang laut yang selalu bergerak. Tanpa keberadaan hutan mangrove dan

hutan pantai, sangat besar peluang pinggir pantai tergerus oleh arus dan

gelombang yang terus menerpanya.

8

Page 9: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

Beberapa contoh hasil penelitian juga menunjukkan fungsi hutan

mangrove dan hutan pantai dalam meredam energi arus gelombang laut, seperti

tergambar dari hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto dkk (2003).

Pratikto melaporkan bahwa hutan mangrove di Teluk Grajagan - Banyuwangi

mampu mereduksi atau mengurangi energi gelombang yang menerpa kawasan

pantai tersebut. Istiyanto dkk (2003) melalui pengujian laboratorium juga

menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan,

dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan

tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut.

Selain itu, Hutan Mangrove juga merupakan potret ekosistem yang miliki

keanekaragaman hayati yang banyak di dalamnya. Keanekaragaman hayati

tersebut membentuk hubungan yang erat dan saling menjaga satu sama lain,

layaknya keluarga besar, serta menjadi contoh potret keluarga yang harmonis.

Mereka menghasilkan akar panggung mana proyek di atas lumpur dan air

untuk menyerap oksigen. Terendam di air asin dan sampai berlutut di lumpur,

tanaman di Rawa Mangrove memiliki cara cerdas untuk mengatasi lingkungan

mereka. Tanaman mangrove membentuk komunitas yang membantu untuk

menstabilkan bank dan garis pantai dan menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan.

Disamping itu Hutan Mangrove juga memiliki manfaat yang lain, yaitu

menyediakan buffer untuk negeri itu, bakau juga berinteraksi dengan laut.

Sedimen terperangkap oleh akar mencegah pendangkalan habitat laut yang

berdekatan di mana air keruh mungkin membunuh karang atau padang rumput

melimpahi lamun. Selain itu, tanaman bakau dan sedimen telah terbukti untuk

menyerap polusi, termasuk logam berat. Mangrove juga sangat efektif dalam

menyimpan karbon.

Bila diamati dan dipahami dengan baik, Hutan Mangrove mempunyai

banyak manfaat yang mendukung kelangsungan kehidupan manusia. Namun,

manusia selalu merasa belum puas dan ingin mendapatkan lebih banyak

9

Page 10: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

keuntungan, sehingga menggunakan segala upaya untuk memperoleh keuntungan

yang besar walaupun harus merusak ekosistem Hutan Mangrove.

Kerusakan hutan mangrove di Indonesia mencapai 70% dari total potensi

mangrove yang ada seluas 9,36 juta hektare. Yaitu 48% atau seluas 4,51 juta

hektare rusak sedang dan 23% atau 2,15 juta hektare dalam kondisi rusak berat.

Seperti yang telah diutarakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel

Muhammad dalam keterangannya ketika membuka Jambore Mangrove di

Pantai Depok, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (19/3), ia

mengatakan bahwa kerusakan sebagian besar hutan mangrove di Indonesia

diakibatkan oleh ulah manusia, baik berupa konversi mangrove menjadi

pemanfaatan lain seperti pemukiman, industeri, rekreasi dan lain sebagainya

Seperti contoh kasus yang terjadi di daerah Sumatera Utara yaitu adanya

pengalihan fungsi lahan hutan mangrove menjadi tambak masyarakat dan

dikonversi lagi menjadi lahan kelapa sawit. Seperti yang sudah kita ketahui Hutan

mangrove atau bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau,

terletak pada garis pantai dan dipengaruhi pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh

khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan

organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di

sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang

dibawanya dari hulu.

Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dan penyebabnya antara lain,

(1)     Tekanan penduduk untuk kebutuhan ekonomi yang tinggi sehingga

permintaan konversi mangrove juga semakin tinggi. Penduduk disini lebih

mementingkan kebutuhannya sendiri-sendiri dibandingkan kepentingan ekologis

dan kepedulian akan dampak lingkungan hidup. Banyaknya pihak yang tidak

bertanggung jawab juga dengan meminta untuk mengkonversi lahan mangrove

tapi setelah dikonversi lahan tersebut mereka tidak menindak lanjutinya. Mereka

lebih paham bahwa manfaat dengan dikonversinya hutan mangrove menjadi

tambak dan lahan kelapa sawit akan lebih menguntungkan padahal kalau ditinjau

10

Page 11: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

secara keuntungan jangka panjang hutan mangrove akan lebih bermanfaat.

(2) Perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir di masa lalu bersifat sangat

sektoral. Dari sini kita mengetahui bahwa pengelolaan yang sektoral ini akan

mengakibatkan terjadinya perusakan hutan mangrove berat yang akan berdampak

pada masa yang akan datang. Kemudian rendahnya kesadaran masyarakat tentang

konversi dan fungsi ekosistem mangrove. (3)     Hutan rawa dalam lingkungan

yang asin dan anaerob di daerah pesisir selalu dianggap daerah yang yang

marginal atau sama sekali tidak cocok untuk pertanian dan akuakultur. Namun

karena kebutuhan lahan pertanian dan perikanan yang semakin meningkat maka

hutan mangrove dianggap sebagai lahan alternative. Reklamasi seperti itu telah

memusnakan ekosistem mangrove dan juga mengakibatkan efek – efek yang

negatif teradap perikanan di perairan pantai sekitarnya.

Rusminarto et al. (1984) dalam pengamatannya di areal hutan mangrove di

Tanjung Karawang menjumpai 9 jenis nyamuk yang berada di areal tersebut.

Dilaporkan bahwa nyamuk Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit

malaria, ternyata makin meningkat populasinya seiring dengan makin terbukanya

pertambakan dalam areal mangrove. Ini mengindikasikan kemungkinan

meningkatnya penularan malaria dengan makin terbukanya areal-areal

pertambakan perikanan. Kajian lain yang berkaitan dengan polutan, dilaporkan

oleh Gunawan dan Anwar (2005) yang menemukan bahwa tambak tanpa

mangrove mengandung bahan pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih

tinggi dari perairan hutan mangrove alami dan 14 kali lebih tinggi dari tambak

yang masih bermangrove (silvofishery). Saat ini sedang diteliti, di mana

kandungan merkuri diserap (pohon mangrove, biota dasar perairan, atau pun

ikan).

Dampak ekologis secara umum akibat berkurang dan rusaknya ekosistem

mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi

dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu

keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya.

Selain itu, menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove telah

11

Page 12: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

mengakibatkan dampak yang sangat mengkhawatirkan, seperti abrasi yang selalu

meningkat, penurunan tangkapan perikanan pantai, intrusi air laut yang semakin

jauh ke arah darat, malaria dan lainnya.

Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang  terjadi adalah rantai

makanan  detritus. Sumber utama detritus adalah hasil penguraian guguran daun

mangrove yang  jatuh ke perairan oleh bakteri dan fungi (Romimohtarto dan

Juwana 1999).

Gambar Rantai Makanan Detritus

Gambar Rantai Makanan Detritus

12

Page 13: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

Rantai  makanan detritus dimulai  dari proses penghancuran  luruhan dan

ranting mangrove oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus. 

Hancuran bahan organic (detritus) ini kemudian menjadi bahan makanan penting

(nutrien) bagi  cacing, crustacea, moluska, dan hewan lainnya (Nontji, 1993).

Setyawan dkk (2002) menyatakan nutrient di dalam ekosistem mangrove dapat  

juga berasal dari luar ekosistem, dari sungai atau laut. Lalu ditambahkan oleh

Romimohtarto dan Juwana (1999) yang menyatakan bahwa bakteri dan fungi tadi

dimakan oleh sebagian   protozoa dan avertebrata.

Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang

selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi. Karena dengan adanya lahan

hutan mangrove yang dikonversi ini fauna-fauna baik itu pemangsa maupun yang

dimangsa akan berpindah ke lahan yang belum mengalami kerusakan. Contohnya

saja spesies monyet dan bangau mungkin tidak aka ada lagi karena spesies ikan

yang ada akan berkurang dan habitat mereka telah rusak. Pengaruh bahan-bahan

kimia dari pupuk pertanian juga. Secara tidak langsung akan mengubah siklus

biogeokimianya karena unsur-unsur yang ada akan berubah dan berkurang.

Ternyata dengan adanya lahan perkebunan kelapa sawit ini tentu saja akan

menurunkan tingkat kualitas tanah sebagai salah satu indikator dan pemegang

peranan penting didalam ekosistem apalagi dengan semua aspek fungsi ekologis

yang dimilikinya. Juga akan terjadi pendangkalan perairan pantai karena

pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap

dihutan mangrove. Dengan begitu hutan mangrove yang asalnya tempat

pemijahan ikan dan udang secara alami akan beralih fungsi dan bahkan tidak

berfungsi lagi sebagai tempat pemijahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa lahan

tersebut secara struktur akan berubah dan mungkin tercemar oleh bahan-bahan

kimia yang berasal dari pupuk pertanian untuk lahan kelapa sawit. Sehingga

dengan melihat tingkat degradasi dan konversi pada areal hutan mangrove

tersebut maka harus direncanakan suatu penelitian untuk mengetahui dan

mengkaji kualitas tanah sebagai akibat dari konversi mangrove yang telah

dilakukan. (Anonim, 2009)

13

Page 14: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

Dari situ kita tahu bahwa dengan adanya lahan konversi baik itu menjadi

tambak atau pun lahan perkebunan kelapa sawit. Ternyata akan merusak ekositem

mangrove dan akan mengubah struktur kimia fisika dan fungsi ekologisnya yaitu

rantai makanan, rantai energy dan siklus biogeokimianya. Seharusnya kita

menyadari dan menyadarkan masyarakat akan fungsi dan peranan masing-masing

ekosistem karena untuk ke depannya alam ini akan merugikan kita apabila kita

merusaknya. Mungkin secara waktu dekat lahan kelapa sawit akan

menguntungkan tapi untuk jangka panjang dan dampak yang ditimbulkan akan

merugikan.  persepsi yang menganggap mangrove  merupakan sumber daya yang

kurang berguna yang hanya cocok untuk pembuangan sampah atau dikonversi

untuk keperluan lain harus diluruskan. Karena apabila persepsi keliru tersebut

tidak dikoreksi, maka masa depan hutan mangrove Indonesia dan juga hutan

mangrove dunia akan menjadi sangat suram.

Oleh karena itu, diperlukan solusi yang dapat menolong ekosistem Hutan

Mangrove tersebut dari segala ancaman. Berikut adalah beberapa solusinya:

Pertama, Keterlibatan/partisipasi Masyarakat. Peran serta atau keterlibatan

masyarakat dalam upaya pengembangan wilayah, khususnya rehabilitasi hutan

mangrove sangan penting dan perlu dilakukan. Pemerintah baik pusat maupun

daerah harus memberikan kesempatan pada masyarakat untuk ikut serta terlibat

dalam pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove. Selanjutnya masyarakat perlu

diberikan bimbingan dan penyuluhan tentang arti pentingnya hutan mangrove

pada kehidupan ini terutama kehidupan di masa yang akan datang.

Masyarakat harus tahu bahwa keberhasilan merehabilitasi hutan mangrove

akan berdampak pada adanya peningkatan pembangunan ekonomi- khususnya

dalam bidang perikanan, pertambakan, industri, pemukiman, rekreasi dan lain-

lain. Kayu tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan

kayu bakar, bahan tekstil dan penghasil tanin, bahan dasar kertas, keperluan

rumah tangga, obat dan minuman, dan masih banyak lagi lainnya. Hutan

mangrove juga berfungsi untuk menopang kehidupan manusia, baik dari sudut

ekologi, fisik, maupun sosial ekonomi misalnya untuk menahan ombak, menahan

14

Page 15: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

intrusi air laut ke darat, dan sebagai habitat bagi biota laut tertentu untuk bertelur

dan pemijahannya. Hutan mangrove dapat pula dikembangkan sebagai wilayah

baru dan untuk menambah penghasilan petani tambak dan nelayan, khususnya di

bidang perikanan dan garam.

Kedua, Supremasi Hukum Lingkungan yaitu Undang-undang no 32

Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Setelah masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan, pengembangan hutan mangrove

dan diberi penyuluhan atau wawasan mengenai arti pentingan lingkungan hutan

mangrove, maka pemerintah harus menindaklanjuti dengan menegakkan hukum

sesuai dengan ketetapan undang-undang yang berlaku. Masyarakat baik

perorangan maupun berkelompok atau perseroan harus ditindak tegas bilamana

melakukan pelanggaran. Selama ini yang terjadi adalah di samping pemerintah

kurang dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat,

aspek penegakan hukum pun sangat lemah. Apalagi jika yang melanggar seorang

pejabat atau pengusaha kaya. Sering kali si pelanggar dapat dengan mudah

terbebas dari jeratan hukum.

Pada akhirnya banyak  manfaat yang dapat diperoleh dengan keberadaan

hutan mangrove, dengan ini masyarakat, khususnya masyarakat pesisir harus turut

diberdayakan dalam usaha pelestarian maupun rehabilitasi hutan mangrove. Baik

dengan memberikan peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya

ekosistem hutan mangrove, maupun dengan turut memberdayakan masyarakat

dalam usaha rehabilitasi hutan mangrove tersebut. Di samping itu, juga supremasi

hukum harus ditegakkan agar program-program pemerintah yang telah di

rencanakan dan dilaksanakan dapat berjalan lancar dan berhasil guna. Pemerintah

dan masyarakat harus bersinergi dalam mengelola dan menjaga kelestarian

lingkungan hidup khususnya kelestarian hutan mangrove yang kita punya ini. Tak

ada lagi kesalahpahaman antara pemerintah dan masyarakat, semuanya harus

bersama-sama bertanggung jawab sebagai upaya melaksanakan undang-undang

no 32 tahun 2009. (*)

15

Page 16: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Ekosistem Hutan Mangrove sangat berperan penting terhadap kehidupan

makhluk hidup. Bila keseimbangan ekosistem Hutan Mangrove terganggu

ataupun dengan sengaja dirusak, maka secara langsung hal tersebut akan

berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan

maupun hewan, sebab beberapa makhluk hidup bergantung pada ekosistem Hutan

Mangrove.

Selain itu, bila Hutan Mangrove di alih fungsikan menjadi tambak, lalu

dialih fungsikan lagi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal itu tidak dapat

memberikan investasi yang lama disebabkan salinitas diwilayah tersebut sangat

tinggi, dan juga jenis tanah yang digunakan sebagai perekebunan tersebut kurang

cocok untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa

sawit,serta hal itu hanya akan menurunkan kualitas tanah.

Dan juga, bila ekosistem Hutan Mangrove terusik, secara tidak langsung

akan berdampak pada ekosistem yang lain, karena ekosistem yang satu dengan

yang lain saling memiliki keterkaitan atau hubungan. Disamping itu, flora fauna

yang hidup dalam ekosistem tersebut dapat terganggu pertumbuhan dan

perkembangannya, dan yang paling parah flora fauna tersebut punah. Bila hal itu

terjadi, maka manusia pun akan merasakan dampaknya sendiri.

3.2 Saran

Ada beberpa saran atau solusi yang dapat membantu menjaga dan

memelihara ataupun membudidayakan Hutan Mangrove, yaitu : 1) Mengharidi

pertemuan kota dan menyambaikan suara keberatan atas pembangunan

mengganggu habitat satwa liar maupun suatu ekosistem, 2) Pelajari semua tetang

pentinganya Rawa Mangrove, dan membuat orang lain terkesan mengenai

pentingnya Rawa Mangrove terhadap keanekaragaman hayati di Bumi,

16

Page 17: Makalah Restorasi Hutan MANGROVE

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Hutan Mangrove. Di akses pada tanggal 30 September 2011 di

http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ar_id=NjkxOQ

Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan. 2011. Diakses pada tanggal 15 september

2011 di

www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf

FAO. Management and Utilization of mangroves in Asia Pasific. FAO Environmental Paper 3, FAO, Rome. 1983 Hutching, P and P.Saenger. Ecology of Mangroves. University of Queensland,London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters. Second Edition. Blackwell Science. 2000 Saenger, P. E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie. Global Status of Mangrove Ecosystems. 

17