3._jurnal_mikroskop
DESCRIPTION
jurrnal mikroskopTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
kata micron=kecil dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat
yang digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat
oleh mata telanjang. Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat
mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen
dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan
mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei
(Italia), untuk membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan
pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan mikroskop yang
dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini
menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik.
Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas
dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit
difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya.
Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar
200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa
mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.
Hal ini yang menyebabkan penulis ingin mengetahui/mengenal
mikroskop dari segi praktik dan teoritis dan mengetahui pengaruh jarak antara
lensa okuler dan lensa objektif.
I. 2 Pembatasan Masalah
Percobaan ini dibatasi dengan bagaimana praktikan melakukan
percobaan dengan menentukan pengaruh jarak lensa okuler dan lensa
objektif.
1
I. 3 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah mengenal mikroskop dari segi
praktik dan teoritis, serta mengetahui pengaruh jarak antara lensa
okuler dan lensa objektif.
I. 4 Metodologi
Adapun metodologi yang penulis gunakan dalam laporan
praktikum ini adalah berbentuk eksperimen di laboratorium dan
perhitungan secara kuantitatif.
I. 5 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar belakang
I. 2 Pembatasan masalah
I. 3 Tujuan percobaan
I. 4 Metodologi
I. 5 Sistematika penulisan
BAB II KERANGKA TEORI
II. 1 Konsep tertulis
II. 2 Hipotesis
BAB III PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA
III. 1 Persiapan
III. 1. 1Alat dan Bahan
III. 2 Pelaksanaan
III. 2. 1 Cara kerja
III. 3 Pengolahan data
III. 3. 1 Data Ruangan
III. 3. 2 Lembar Data
2
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN LAPORAN PENDAHULUAN
LAMPIRAN LEMBAR DATA PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KERANGKA TEORI
II. 1 Konsep Tertulis
Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa
cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa
cembung yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak fokus
lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif.
Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif diantara
fob dan 2fob (fob< 2fob). Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif
adalah I1 yang bersifat nyata, terbalik, diperbesar. I1 ini dipandang
sebagai benda oleh lensa okuler. Supaya l2 diperbesar, maka l1 harus
terletak di depan lensa okuler diantara titik optik O dan jarak fokus
okuler (fok).
Benda yang diamati diletakkan pada jarak lebih jauh sedikit dari
titik api lensa objektif. Bila mata pengamat tidak berakomodasi maka
letak benda ini harus sedemikian, sehingga bayangan yang dibentuk
oleh lensa objektif jatuh tepat di titik api pertama dari lensa okuler.
3
Mikroskop digunakan oleh mata berakomodasi maksimum, berarti
bayangan dari lensa okuler harus terletak di depan lensa okuler sejauh
titik dekat pengamat. Jadi: S’ok= -Sn.
Jika mikroskop digunakan oleh mata tidak berakomodasi (dengan
titik jauh berada di tak hingga), maka bayangan dari lensa okuler harus
terletak di depan lensa okuler sejauh titik pengamat, yaitu tak hingga.
Ini akan memberikan jarak benda okuler sama dengan jarak fokus
okuler, Jadi :
S’ok = -memberikan Sok = fok
Perbesaran Mikroskop
Karena mikroskop tersusun atas dua lensa, maka perbesaran
total tentu sama dengan hasil kali dari kedua perbesaran itu. Untuk
lensa objektif, perbesaran yang dialami benda adalah perbesaran
linier, sehingga perbesaran objektif adalah Mob, sama dengan rumus
perbesaran linier lensa tipis.
Mob = h ' obhob
=S ' obSob
Keterangan :
h’ob = tinggi bayangan benda objektif
hob = tinggi benda objektif
s’ob = jarak bayangan benda objektif
sob = jarak benda objektif
Perbesaran Lensa Okuler
a. Pada mata berakomodasi maksimum Mok = Snfok
+1
4
b. Pada mata tidak berakomodasi Mok = Snfok
Perbesaran total mikroskop (M) adalah hasil kali antara
perbesaran objektif dengan okuler :M = Mob × Mok
Atau dengan persamaan lensa objektif 1f =1s+
1s '
sehingga
persamaan perbesaran adalah : M = S'−f ₁f ₁
× 25f ₂
Daya Pisah dan Aperture Numerik
Daya pisah menurut Raileigh, “karena adanya difraksi oleh
lubang (aperture), bayangan dari suatu titik benda suatu lensa tidak
berupa titik, melainkan berupa bundaran cahaya yang dikelilingi cincin
gelap dan terang dan dinamakan pola difraksi. Dua titik cahaya yang
sangat berdekatan bayangannyaberupa dua bundaran yang
berpotongan. Dua bundaran ini dianggap terpisah, jika jarak
minimalnya sama dengan jari-jari Z = 0,61 λ₀n sinu
Keterangan :
Z = jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh sebuah
lensa
𝝺₀ = panjang gelombang cahaya yang dipakai untuk ruang hampa
n = indeks bias dimana benda berada
u = 1/2sudut puncak kerucut cahaya yang masuk lensa objektif
n sin u dinamakan aperture numerik
5
Suatu alat optik dikatakan mempunyai daya pisah yang besar,
bila jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh alat yang
sangat pendek, atau daya pisah makin besar bila Z makin kecil, berarti
bila An makin besar. Jika An makin besar tidak hanya menambah daya
pisah tetapi juga menambah cahaya yang masuk. Perbesaran total ini
di hitung secara langsung menurut persamaan : M = tgU 'tgU
= tgU’ ×
25y
Dimana y adalah panjang benda, jika bendanya adalah rambut, y
dapat diperoleh dengan mengukur diameter rambut, sedangkan y’
dapat diukur dengan menggunakan dua mata, yang satu melihat
rambut melalui mikroskop dan yang lain melihat garis skala mistar
yang ada di luar mikroskop. Dengan demikian diameter rambut yang
terlihat melalui mikroskop dapat diukur dengan penggaris. Jika a
adalah jarak rambut sampai mata, tgU’ = y 'a
dapat diketahui. Dengan
U adalahsudut pandang tanpa mikroskop, dan U’ adalah sudut
pandang dengan mikroskop.
II. 2 Hipotesis
1. Dengan menggunakan mikroskop kita akan lebih jelas melihat
benda-benda yang sangat kecil ketimbang dengan menggunakan
mata biasa.
6
2. Semakin besar perbesarannya maka bayangan yang dibentuk
akan semakin jelas.
3. Semakin kecil jarak Fok nya maka semakin kecil perbesarannya
total Mikroskopnya.
BAB III
PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA
III. 1 Persiapan
III. 1. 1 Alat dan Bahan
Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mikroskop 2. Penggaris 3. Rambut
III. 2 Pelaksanaan
III. 2. 1 Cara kerja
7
Mencatat keadaan ruang laboratorium (suhu), sebelum
dan sesudah percobaan.
1. Mula-mula meletakkan sumber cahaya dekat mikroskop dan
mengatur arah cermin di bawah mikroskop sehingga cahaya
dapat masuk ke dalam mikroskop.
2. Meletakkan sehelai rambut di atas meja objek, menumpangi
dengan kaca tipis agar kedudukannya tidak berubah.
Menurunkan kedudukan mikroskop sampai lensa objektif
hampir menyinggung meja objek.
3. Dengan mata melihat mikroskop, menaikkan kedudukan
mikroskop menjauhi benda objek dengan memutar halus
sedikit demi sedikit sehingga terlihat bayangan jelas dan
tajam.
4. Meletakkan sebuah mistar di atas meja objek disamping
mikroskop, dengan menggunakan dua mata,yang satu
melihat rambut melalui mikroskop dan yang lain melihat
garis skala mistar yang ada di luar mikroskop.
5. Menghitung berapa jumlah bagian skala mistar (mm) yang
sesuai dengan tebal rambut, mengukur jarak mata sampai
rambut.
III. 3 Pengolahan Data
III. 3. 1 Data Ruangan
Dalam praktikum telah dicatat suhu ruangan pada saat
sebelum dan sesudah melakukan praktikum.
Suhu sebelum percobaan : 25oC
Suhu sesudah percobaan : 26oC
III. 3. 2 Lembar Data
MOk FOk FOb SOk
5x ( 5,7 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 22,1 ± 0,05 ) cm
( 22,2 ± 0,05 ) cm
8
( 22 ± 0,05 ) cm
6 x ( 4,5 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 20 ± 0,05 ) cm
( 19,8 ± 0,05 ) cm
( 19,9 ± 0,05 ) cm
10x ( 3,3 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 20,7 ± 0,05 ) cm
( 20,6 ± 0,05 ) cm
( 20,6 ± 0,05 ) cm
12,5 x ( 2,9 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 20,2 ± 0,05 ) cm
( 20 ± 0,05 ) cm
( 20,1 ± 0,05 ) cm
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
1. Menghitung perbesaran total mikroskop yang digunakan.
A. Untuk Perbesarann 5x
1. Fok = ( 5,7 ± 0,05 ) cm Sok = ( 22,1 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −122,1
=−0,04
1
S 'ok= 15,7
− 122,1
dS ' okdSok
= 1Fok
= 15,7
=0,17
9
1S ' ok
=2,8822,1
S’ok = 7,67 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,04||0,05|+|0,17||0,05|
∆ S 'ok = 0,002 + 0,0085
∆ S 'ok=0,01 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,017,67
.100% = 0,13%
KC = 100% - KR = 100% - 0,13% = 99,87%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(7,67±0,01)cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=7,67−2,52,5
x255,7
M=2,068 x 4,38
M=9,06 kali
2. Fok = ( 5,7 ± 0,05 ) cm Sok = ( 22,2 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −122,2
=−0,04
10
1
S 'ok= 15,7
− 122,2
dS ' okdSok
= 1Fok
= 15,7
=0,17
1S ' ok
=2,8922,2
S’ok = 7,68 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,04||0,05|+|0,17||0,05|
∆ S 'ok = 0,002 + 0,0085
∆ S 'ok=0,01 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,017,68
.100% = 0,13%
KC = 100% - KR = 100% - 0,13% = 99,87%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(7,68±0,01 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=7,68−2,52,5
x255,7
M=2,072 x 4,38
M=9,07 kali
3. Fok = ( 5,7 ± 0,05 ) cm Sok = ( 22 ± 0,05 ) cm
11
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
=−122
=−0,04
1
S 'ok= 15,7
− 122
dS ' okdSok
= 1Fok
= 15,7
=0,17
1S ' ok
=2,8622
S’ok = 7,69 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,04||0,05|+|0,17||0,05|
∆ S 'ok = 0,002 + 0,0085
∆ S 'ok=0,01 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,017,69
.100% = 0,13%
KC = 100% - KR = 100% - 0,13% = 99,87%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(7,69±0,01 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=7,69−2,52,5
x255,7
M=2,076 x 4,38
M=9,09 kali
12
M = ∑Mn
=27,223
=9,07 kali
∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2
n2(n−1)
=√3 .246,98 – ¿¿¿¿
¿√ 740,94−740,9318 = 0,02 kali
M=(M±∆M )
M=(9,07±0,02) kali
KR = ∆MM.100% =
0,029,07
.100% = 0,22%
KC = 100% - KR = 100% - 0,22% = 99,79%
B. Untuk Perbesaran 6x
1. Fok = ( 4,5 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20 ± 0,05 ) cm
13
No M M2
1 9,06 82,08
2 9,07 82,27
3 9,09 82,63
∑ 27,22 246,98
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
=−120
=−0,05
1
S 'ok= 14,5
− 120
dS ' okdSok
= 1Fok
= 14,5
=0,22
1S ' ok
=3,4420
S’ok = 5,81 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,22||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,011
∆ S 'ok=0,0135 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01355,81
.100% = 0,23%
KC = 100% - KR = 100% - 0,23% = 99,77%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(5,81±0,0135 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=5,81−2,52,5
x254,5
M=1,324 x 5,56
M=7,36 kali
14
2. Fok = ( 4,5± 0,05 ) cm Sok = ( 19,8 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −119,8
=−0,05
1
S 'ok= 14,5
− 119,8
dS ' okdSok
= 1Fok
= 14,5
=0,22
1S ' ok
= 3,419,8
S’ok = 5,82 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,22||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,011
∆ S 'ok=0,0135 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01355,82
.100% = 0,23%
KC = 100% - KR = 100% - 0,23% = 99,77%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(5,82±0,0135 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=5,82−2,52,5
x254,5
15
M=1,328 x5,56
M=7,38 kali
3. Fok = ( 4,5 ± 0,05 ) cm Sok = ( 19,9 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −119,9
=−0,05
1
S 'ok= 14,5
− 119,9
dS ' okdSok
= 1Fok
= 14,5
=0,22
1S ' ok
=3,4219,9
S’ok = 5,82 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,22||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,011
∆ S 'ok=0,0135 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01355,82
.100% = 0,23%
KC = 100% - KR = 100% - 0,23% = 99,77%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(5,82±0,0135)cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
16
M=5,82−2,52,5
x254,5
M=1,328 x5,56
M=7,38 kali
M = ∑Mn
=22,123
=7,37 kali
∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2
n2(n−1)
=√3 .163,2 –¿¿¿¿
¿√ 489,6−489,2918 = 0,13 kali
M=(M±∆M )
M=(7,37±0,13) kali
KR = ∆MM.100% =
0,137,37
.100% = 1,76%
KC = 100% - KR = 100% - 1,76% = 98,24%
C. Untuk Perbesaran 10x
17
No M M2
1 7,36 54,2
2 7,38 54,5
3 7,38 54,5
∑ 22,12 163,2
1. Fok = ( 3,3 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,7 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −120,7
=−0,05
1
S 'ok= 13,3
− 120,7
dS ' okdSok
= 1Fok
= 13,3
=0,3
1S ' ok
=5,2720,7
S’ok = 3,93 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,3||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,015
∆ S 'ok=0,0175 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01753,93
.100% = 0,45%
KC = 100% - KR = 100% - 0,45% = 99,55%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(3,93±0,0175 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=3,93−2,52,5
x253,3
M=0,572 x7,58
18
M=4,34 kali
2. Fok = ( 3,3± 0,05 ) cm Sok = ( 20,6 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −120,6
=−0,05
1
S 'ok= 13,3
− 120,6
dS ' okdSok
= 1Fok
= 13,3
=0,3
1S ' ok
=5,2420,6
S’ok = 3,93 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,3||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,015
∆ S 'ok=0,0175 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01753,93
.100% = 0,45%
KC = 100% - KR = 100% - 0,45% = 99,55%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(3,93±0,0175 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
19
M=3,93−2,52,5
x253,3
M=0,57 x 7,58
M=4,32 kali
3. Fok = ( 3,3 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,6 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −120,6
=−0,05
1
S 'ok= 13,3
− 120,6
dS ' okdSok
= 1Fok
= 13,3
=0,3
1S ' ok
=5,2420,6
S’ok = 3,93 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,3||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,015
∆ S 'ok=0,0175 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01753,93
.100% = 0,45%
KC = 100% - KR = 100% - 0,45% = 99,55%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(3,93±0,0175 ) cm
20
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=3,93−2,52,5
x253,3
M=0,57 x 7,58
M=4,32 kali
M = ∑Mn
=12,983
=4,33 kali
∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2
n2(n−1)
=√3 .56,16 – ¿¿¿¿
¿√ 168,72−168,4818 = 0,12 kali
M=(M±∆M )
M=(4,33±0,12) kali
KR = ∆MM.100% =
0,124,33
.100% = 2,77%
KC = 100% - KR = 100% - 2,77% = 97,23%
D. Untuk Perbesaran 12,5x
1. Fok = ( 2,9 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,2 ± 0,05 ) cm
21
No M M2
1 4,34 18,84
2 4,32 18,7
3 4,32 18,7
∑ 12,98 56,24
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −120,2
=−0,05
1
S 'ok= 12,9
− 120,2
dS ' okdSok
= 1Fok
= 12,9
=0,34
1S ' ok
=5,9620,2
S’ok = 3,39 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,34||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,017
∆ S 'ok=0,0195 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01953,39
.100% = 0,57%
KC = 100% - KR = 100% - 0,57% = 99,43%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(3,39±0,0195 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=3,39−2,52,5
x252,9
M=0,356 x 8,62
22
M=3,07 kali
2. Fok = ( 2,9± 0,05 ) cm Sok = ( 20 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
=−120
=−0,05
1
S 'ok= 12,9
− 120
dS ' okdSok
= 1Fok
= 12,9
=0,34
1S ' ok
=5,8920
S’ok = 3,39 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,34||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,017
∆ S 'ok=0,0195 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01953,39
.100% = 0,58%
KC = 100% - KR = 100% - 0,58% = 99,42%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(3,39±0,0195 ) cm
M=S' ok−FobFob
x25Fok
23
M=3,39−2,52,5
x252,9
M=0,356 x 8,62
M=3,07 kali
3. Fok = ( 2,9 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,1 ± 0,05 ) cm
1S ' ok
= 1Fok
− 1Sok
dS ' okdFok
= −1Sok
= −120,1
=−0,05
1
S 'ok= 12,9
− 120,1
dS ' okdSok
= 1Fok
= 12,9
=0,34
1S ' ok
=5,9520,1
S’ok = 3,38 cm
∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,34||0,05|
∆ S 'ok = 0,0025 + 0,017
∆ S 'ok=0,0195 cm
KR = ∆ S ' okS ' ok
.100% = 0,01953,38
.100% = 0,58%
KC = 100% - KR = 100% - 0,58% = 99,42%
S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )
S' ok=(3,38±0,0195 ) cm
24
M=S' ok−FobFob
x25Fok
M=3,38−2,52,5
x252,9
M=0,352 x 8,62
M=3,03 kali
M = ∑Mn
=9,173
=¿ 3,06
∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2
n2(n−1)
=√3 .28,02 – ¿¿¿¿
¿√ 84,12−84,0918 = 0,04 kali
M=(M±∆M )
M=(3,07±0,04) kali
KR = ∆MM.100% =
0,043,07
.100% = 1,3%
KC = 100% - KR = 100% - 1,3% = 98,7%
2. Mengapa tidak ada perbesaran lateral untuk lensa okuler pada waktu mata
melihat tanpa berakomodasi?
25
No M M2
1 3,07 9,43
2 3,07 9,43
3 3,03 9,18
∑ 9,17 28,04
Jawab : Karena perbesaran lateral itu hanya dimiliki/terdapat pada lensa objektif
saja.
3. Mana yang lebih menguntungkan, melihat mikroskop tanpa berakomodasi atau
berakomodasi sekuat-kuatnya? beri alasan !
Jawab : Lebih menguntungkan melihat mikroskop dengan mata berakomodasi
maksimum karena penglihatan bayangan di mikroskop tampak lebih
jelas dan tajam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1 Kesimpulan
26
Mikroskop adalah alat optik yang dipergunakan untuk melihat benda-benda
yang sangat kecil. Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung.
Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa
cembung yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler
lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum.
Pengaruh dan jarak antara lensa okuler dengan lensa objektif adalah
dengan nilai Fob nya yang tetap. Jadi, semakin kecil Fok nya, maka
semakin kecil juga perbesaran mikroskop totalnya. Dan apabila
semakin besar Foknya maka semakin besarpula perbesaran mikroskop
totalnya. Jadi yang berpengaruh adalah jarak Fok nya yang dapat
berpengaruh pada bayangan rambut yang diamati.
V. 2 Saran
Alat peraga atau yang berhubungan dengan praktikum agar lebih
disempuranakan, dilengkapi, dan di perbanyak lagi, sehingga dalam
praktikum seorang praktikan mendapatkan hasil yang sebaik mungkin.
27