3._jurnal_mikroskop

32
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron=kecil dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat yang digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen dan Zacharias Janssen (ayah- anak) pada tahun 1590. Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer. Hal ini yang menyebabkan penulis ingin mengetahui/mengenal mikroskop dari segi praktik dan teoritis dan mengetahui pengaruh jarak antara lensa okuler dan lensa objektif. 1

Upload: elsa-mahardika

Post on 29-Dec-2015

101 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jurrnal mikroskop

TRANSCRIPT

Page 1: 3._jurnal_mikroskop

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu

kata micron=kecil dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat

yang digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat

oleh mata telanjang. Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat

mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen

dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan

mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei

(Italia), untuk membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan

pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan mikroskop yang

dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini

menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik.

Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas

dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit

difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya.

Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar

200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa

mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.

Hal ini yang menyebabkan penulis ingin mengetahui/mengenal

mikroskop dari segi praktik dan teoritis dan mengetahui pengaruh jarak antara

lensa okuler dan lensa objektif.

I. 2 Pembatasan Masalah

Percobaan ini dibatasi dengan bagaimana praktikan melakukan

percobaan dengan menentukan pengaruh jarak lensa okuler dan lensa

objektif.

1

Page 2: 3._jurnal_mikroskop

I. 3 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah mengenal mikroskop dari segi

praktik dan teoritis, serta mengetahui pengaruh jarak antara lensa

okuler dan lensa objektif.

I. 4 Metodologi

Adapun metodologi yang penulis gunakan dalam laporan

praktikum ini adalah berbentuk eksperimen di laboratorium dan

perhitungan secara kuantitatif.

I. 5 Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar belakang

I. 2 Pembatasan masalah

I. 3 Tujuan percobaan

I. 4 Metodologi

I. 5 Sistematika penulisan

BAB II KERANGKA TEORI

II. 1 Konsep tertulis

II. 2 Hipotesis

BAB III PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA

III. 1 Persiapan

III. 1. 1Alat dan Bahan

III. 2 Pelaksanaan

III. 2. 1 Cara kerja

III. 3 Pengolahan data

III. 3. 1 Data Ruangan

III. 3. 2 Lembar Data

2

Page 3: 3._jurnal_mikroskop

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN LAPORAN PENDAHULUAN

LAMPIRAN LEMBAR DATA PRAKTIKUM

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

KERANGKA TEORI

II. 1 Konsep Tertulis

Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa

cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa

cembung yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak fokus

lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif.

Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif diantara

fob dan 2fob (fob< 2fob). Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif

adalah I1 yang bersifat nyata, terbalik, diperbesar. I1 ini dipandang

sebagai benda oleh lensa okuler. Supaya l2 diperbesar, maka l1 harus

terletak di depan lensa okuler diantara titik optik O dan jarak fokus

okuler (fok).

Benda yang diamati diletakkan pada jarak lebih jauh sedikit dari

titik api lensa objektif. Bila mata pengamat tidak berakomodasi maka

letak benda ini harus sedemikian, sehingga bayangan yang dibentuk

oleh lensa objektif jatuh tepat di titik api pertama dari lensa okuler.

3

Page 4: 3._jurnal_mikroskop

Mikroskop digunakan oleh mata berakomodasi maksimum, berarti

bayangan dari lensa okuler harus terletak di depan lensa okuler sejauh

titik dekat pengamat. Jadi: S’ok= -Sn.

Jika mikroskop digunakan oleh mata tidak berakomodasi (dengan

titik jauh berada di tak hingga), maka bayangan dari lensa okuler harus

terletak di depan lensa okuler sejauh titik pengamat, yaitu tak hingga.

Ini akan memberikan jarak benda okuler sama dengan jarak fokus

okuler, Jadi :

S’ok = -memberikan Sok = fok

Perbesaran Mikroskop

Karena mikroskop tersusun atas dua lensa, maka perbesaran

total tentu sama dengan hasil kali dari kedua perbesaran itu. Untuk

lensa objektif, perbesaran yang dialami benda adalah perbesaran

linier, sehingga perbesaran objektif adalah Mob, sama dengan rumus

perbesaran linier lensa tipis.

Mob = h ' obhob

=S ' obSob

Keterangan :

h’ob = tinggi bayangan benda objektif

hob = tinggi benda objektif

s’ob = jarak bayangan benda objektif

sob = jarak benda objektif

Perbesaran Lensa Okuler

a. Pada mata berakomodasi maksimum Mok = Snfok

+1

4

Page 5: 3._jurnal_mikroskop

b. Pada mata tidak berakomodasi Mok = Snfok

Perbesaran total mikroskop (M) adalah hasil kali antara

perbesaran objektif dengan okuler :M = Mob × Mok

Atau dengan persamaan lensa objektif 1f =1s+

1s '

sehingga

persamaan perbesaran adalah : M = S'−f ₁f ₁

× 25f ₂

Daya Pisah dan Aperture Numerik

Daya pisah menurut Raileigh, “karena adanya difraksi oleh

lubang (aperture), bayangan dari suatu titik benda suatu lensa tidak

berupa titik, melainkan berupa bundaran cahaya yang dikelilingi cincin

gelap dan terang dan dinamakan pola difraksi. Dua titik cahaya yang

sangat berdekatan bayangannyaberupa dua bundaran yang

berpotongan. Dua bundaran ini dianggap terpisah, jika jarak

minimalnya sama dengan jari-jari Z = 0,61 λ₀n sinu

Keterangan :

Z = jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh sebuah

lensa

𝝺₀ = panjang gelombang cahaya yang dipakai untuk ruang hampa

n = indeks bias dimana benda berada

u = 1/2sudut puncak kerucut cahaya yang masuk lensa objektif

n sin u dinamakan aperture numerik

5

Page 6: 3._jurnal_mikroskop

Suatu alat optik dikatakan mempunyai daya pisah yang besar,

bila jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh alat yang

sangat pendek, atau daya pisah makin besar bila Z makin kecil, berarti

bila An makin besar. Jika An makin besar tidak hanya menambah daya

pisah tetapi juga menambah cahaya yang masuk. Perbesaran total ini

di hitung secara langsung menurut persamaan : M = tgU 'tgU

= tgU’ ×

25y

Dimana y adalah panjang benda, jika bendanya adalah rambut, y

dapat diperoleh dengan mengukur diameter rambut, sedangkan y’

dapat diukur dengan menggunakan dua mata, yang satu melihat

rambut melalui mikroskop dan yang lain melihat garis skala mistar

yang ada di luar mikroskop. Dengan demikian diameter rambut yang

terlihat melalui mikroskop dapat diukur dengan penggaris. Jika a

adalah jarak rambut sampai mata, tgU’ = y 'a

dapat diketahui. Dengan

U adalahsudut pandang tanpa mikroskop, dan U’ adalah sudut

pandang dengan mikroskop.

II. 2 Hipotesis

1. Dengan menggunakan mikroskop kita akan lebih jelas melihat

benda-benda yang sangat kecil ketimbang dengan menggunakan

mata biasa.

6

Page 7: 3._jurnal_mikroskop

2. Semakin besar perbesarannya maka bayangan yang dibentuk

akan semakin jelas.

3. Semakin kecil jarak Fok nya maka semakin kecil perbesarannya

total Mikroskopnya.

BAB III

PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA

III. 1 Persiapan

III. 1. 1 Alat dan Bahan

Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan

dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mikroskop 2. Penggaris 3. Rambut

III. 2 Pelaksanaan

III. 2. 1 Cara kerja

7

Page 8: 3._jurnal_mikroskop

Mencatat keadaan ruang laboratorium (suhu), sebelum

dan sesudah percobaan.

1. Mula-mula meletakkan sumber cahaya dekat mikroskop dan

mengatur arah cermin di bawah mikroskop sehingga cahaya

dapat masuk ke dalam mikroskop.

2. Meletakkan sehelai rambut di atas meja objek, menumpangi

dengan kaca tipis agar kedudukannya tidak berubah.

Menurunkan kedudukan mikroskop sampai lensa objektif

hampir menyinggung meja objek.

3. Dengan mata melihat mikroskop, menaikkan kedudukan

mikroskop menjauhi benda objek dengan memutar halus

sedikit demi sedikit sehingga terlihat bayangan jelas dan

tajam.

4. Meletakkan sebuah mistar di atas meja objek disamping

mikroskop, dengan menggunakan dua mata,yang satu

melihat rambut melalui mikroskop dan yang lain melihat

garis skala mistar yang ada di luar mikroskop.

5. Menghitung berapa jumlah bagian skala mistar (mm) yang

sesuai dengan tebal rambut, mengukur jarak mata sampai

rambut.

III. 3 Pengolahan Data

III. 3. 1 Data Ruangan

Dalam praktikum telah dicatat suhu ruangan pada saat

sebelum dan sesudah melakukan praktikum.

Suhu sebelum percobaan : 25oC

Suhu sesudah percobaan : 26oC

III. 3. 2 Lembar Data

MOk FOk FOb SOk

5x ( 5,7 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 22,1 ± 0,05 ) cm

( 22,2 ± 0,05 ) cm

8

Page 9: 3._jurnal_mikroskop

( 22 ± 0,05 ) cm

6 x ( 4,5 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 20 ± 0,05 ) cm

( 19,8 ± 0,05 ) cm

( 19,9 ± 0,05 ) cm

10x ( 3,3 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 20,7 ± 0,05 ) cm

( 20,6 ± 0,05 ) cm

( 20,6 ± 0,05 ) cm

12,5 x ( 2,9 ± 0,05 ) cm ( 2,5 ± 0,05 ) cm ( 20,2 ± 0,05 ) cm

( 20 ± 0,05 ) cm

( 20,1 ± 0,05 ) cm

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

1. Menghitung perbesaran total mikroskop yang digunakan.

A. Untuk Perbesarann 5x

1. Fok = ( 5,7 ± 0,05 ) cm Sok = ( 22,1 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −122,1

=−0,04

1

S 'ok= 15,7

− 122,1

dS ' okdSok

= 1Fok

= 15,7

=0,17

9

Page 10: 3._jurnal_mikroskop

1S ' ok

=2,8822,1

S’ok = 7,67 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,04||0,05|+|0,17||0,05|

∆ S 'ok = 0,002 + 0,0085

∆ S 'ok=0,01 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,017,67

.100% = 0,13%

KC = 100% - KR = 100% - 0,13% = 99,87%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(7,67±0,01)cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=7,67−2,52,5

x255,7

M=2,068 x 4,38

M=9,06 kali

2. Fok = ( 5,7 ± 0,05 ) cm Sok = ( 22,2 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −122,2

=−0,04

10

Page 11: 3._jurnal_mikroskop

1

S 'ok= 15,7

− 122,2

dS ' okdSok

= 1Fok

= 15,7

=0,17

1S ' ok

=2,8922,2

S’ok = 7,68 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,04||0,05|+|0,17||0,05|

∆ S 'ok = 0,002 + 0,0085

∆ S 'ok=0,01 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,017,68

.100% = 0,13%

KC = 100% - KR = 100% - 0,13% = 99,87%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(7,68±0,01 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=7,68−2,52,5

x255,7

M=2,072 x 4,38

M=9,07 kali

3. Fok = ( 5,7 ± 0,05 ) cm Sok = ( 22 ± 0,05 ) cm

11

Page 12: 3._jurnal_mikroskop

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

=−122

=−0,04

1

S 'ok= 15,7

− 122

dS ' okdSok

= 1Fok

= 15,7

=0,17

1S ' ok

=2,8622

S’ok = 7,69 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,04||0,05|+|0,17||0,05|

∆ S 'ok = 0,002 + 0,0085

∆ S 'ok=0,01 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,017,69

.100% = 0,13%

KC = 100% - KR = 100% - 0,13% = 99,87%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(7,69±0,01 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=7,69−2,52,5

x255,7

M=2,076 x 4,38

M=9,09 kali

12

Page 13: 3._jurnal_mikroskop

M = ∑Mn

=27,223

=9,07 kali

∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2

n2(n−1)

=√3 .246,98 – ¿¿¿¿

¿√ 740,94−740,9318 = 0,02 kali

M=(M±∆M )

M=(9,07±0,02) kali

KR = ∆MM.100% =

0,029,07

.100% = 0,22%

KC = 100% - KR = 100% - 0,22% = 99,79%

B. Untuk Perbesaran 6x

1. Fok = ( 4,5 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20 ± 0,05 ) cm

13

No M M2

1 9,06 82,08

2 9,07 82,27

3 9,09 82,63

∑ 27,22 246,98

Page 14: 3._jurnal_mikroskop

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

=−120

=−0,05

1

S 'ok= 14,5

− 120

dS ' okdSok

= 1Fok

= 14,5

=0,22

1S ' ok

=3,4420

S’ok = 5,81 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,22||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,011

∆ S 'ok=0,0135 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01355,81

.100% = 0,23%

KC = 100% - KR = 100% - 0,23% = 99,77%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(5,81±0,0135 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=5,81−2,52,5

x254,5

M=1,324 x 5,56

M=7,36 kali

14

Page 15: 3._jurnal_mikroskop

2. Fok = ( 4,5± 0,05 ) cm Sok = ( 19,8 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −119,8

=−0,05

1

S 'ok= 14,5

− 119,8

dS ' okdSok

= 1Fok

= 14,5

=0,22

1S ' ok

= 3,419,8

S’ok = 5,82 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,22||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,011

∆ S 'ok=0,0135 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01355,82

.100% = 0,23%

KC = 100% - KR = 100% - 0,23% = 99,77%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(5,82±0,0135 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=5,82−2,52,5

x254,5

15

Page 16: 3._jurnal_mikroskop

M=1,328 x5,56

M=7,38 kali

3. Fok = ( 4,5 ± 0,05 ) cm Sok = ( 19,9 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −119,9

=−0,05

1

S 'ok= 14,5

− 119,9

dS ' okdSok

= 1Fok

= 14,5

=0,22

1S ' ok

=3,4219,9

S’ok = 5,82 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,22||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,011

∆ S 'ok=0,0135 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01355,82

.100% = 0,23%

KC = 100% - KR = 100% - 0,23% = 99,77%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(5,82±0,0135)cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

16

Page 17: 3._jurnal_mikroskop

M=5,82−2,52,5

x254,5

M=1,328 x5,56

M=7,38 kali

M = ∑Mn

=22,123

=7,37 kali

∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2

n2(n−1)

=√3 .163,2 –¿¿¿¿

¿√ 489,6−489,2918 = 0,13 kali

M=(M±∆M )

M=(7,37±0,13) kali

KR = ∆MM.100% =

0,137,37

.100% = 1,76%

KC = 100% - KR = 100% - 1,76% = 98,24%

C. Untuk Perbesaran 10x

17

No M M2

1 7,36 54,2

2 7,38 54,5

3 7,38 54,5

∑ 22,12 163,2

Page 18: 3._jurnal_mikroskop

1. Fok = ( 3,3 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,7 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −120,7

=−0,05

1

S 'ok= 13,3

− 120,7

dS ' okdSok

= 1Fok

= 13,3

=0,3

1S ' ok

=5,2720,7

S’ok = 3,93 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,3||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,015

∆ S 'ok=0,0175 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01753,93

.100% = 0,45%

KC = 100% - KR = 100% - 0,45% = 99,55%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(3,93±0,0175 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=3,93−2,52,5

x253,3

M=0,572 x7,58

18

Page 19: 3._jurnal_mikroskop

M=4,34 kali

2. Fok = ( 3,3± 0,05 ) cm Sok = ( 20,6 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −120,6

=−0,05

1

S 'ok= 13,3

− 120,6

dS ' okdSok

= 1Fok

= 13,3

=0,3

1S ' ok

=5,2420,6

S’ok = 3,93 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,3||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,015

∆ S 'ok=0,0175 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01753,93

.100% = 0,45%

KC = 100% - KR = 100% - 0,45% = 99,55%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(3,93±0,0175 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

19

Page 20: 3._jurnal_mikroskop

M=3,93−2,52,5

x253,3

M=0,57 x 7,58

M=4,32 kali

3. Fok = ( 3,3 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,6 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −120,6

=−0,05

1

S 'ok= 13,3

− 120,6

dS ' okdSok

= 1Fok

= 13,3

=0,3

1S ' ok

=5,2420,6

S’ok = 3,93 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,3||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,015

∆ S 'ok=0,0175 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01753,93

.100% = 0,45%

KC = 100% - KR = 100% - 0,45% = 99,55%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(3,93±0,0175 ) cm

20

Page 21: 3._jurnal_mikroskop

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=3,93−2,52,5

x253,3

M=0,57 x 7,58

M=4,32 kali

M = ∑Mn

=12,983

=4,33 kali

∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2

n2(n−1)

=√3 .56,16 – ¿¿¿¿

¿√ 168,72−168,4818 = 0,12 kali

M=(M±∆M )

M=(4,33±0,12) kali

KR = ∆MM.100% =

0,124,33

.100% = 2,77%

KC = 100% - KR = 100% - 2,77% = 97,23%

D. Untuk Perbesaran 12,5x

1. Fok = ( 2,9 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,2 ± 0,05 ) cm

21

No M M2

1 4,34 18,84

2 4,32 18,7

3 4,32 18,7

∑ 12,98 56,24

Page 22: 3._jurnal_mikroskop

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −120,2

=−0,05

1

S 'ok= 12,9

− 120,2

dS ' okdSok

= 1Fok

= 12,9

=0,34

1S ' ok

=5,9620,2

S’ok = 3,39 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,34||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,017

∆ S 'ok=0,0195 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01953,39

.100% = 0,57%

KC = 100% - KR = 100% - 0,57% = 99,43%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(3,39±0,0195 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=3,39−2,52,5

x252,9

M=0,356 x 8,62

22

Page 23: 3._jurnal_mikroskop

M=3,07 kali

2. Fok = ( 2,9± 0,05 ) cm Sok = ( 20 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

=−120

=−0,05

1

S 'ok= 12,9

− 120

dS ' okdSok

= 1Fok

= 12,9

=0,34

1S ' ok

=5,8920

S’ok = 3,39 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,34||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,017

∆ S 'ok=0,0195 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01953,39

.100% = 0,58%

KC = 100% - KR = 100% - 0,58% = 99,42%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(3,39±0,0195 ) cm

M=S' ok−FobFob

x25Fok

23

Page 24: 3._jurnal_mikroskop

M=3,39−2,52,5

x252,9

M=0,356 x 8,62

M=3,07 kali

3. Fok = ( 2,9 ± 0,05 ) cm Sok = ( 20,1 ± 0,05 ) cm

1S ' ok

= 1Fok

− 1Sok

dS ' okdFok

= −1Sok

= −120,1

=−0,05

1

S 'ok= 12,9

− 120,1

dS ' okdSok

= 1Fok

= 12,9

=0,34

1S ' ok

=5,9520,1

S’ok = 3,38 cm

∆ S 'ok=|dS ' okdFok ||∆Fok|+|S ' okdSok ||∆Sok|∆ S 'ok=|0,05||0,05|+|0,34||0,05|

∆ S 'ok = 0,0025 + 0,017

∆ S 'ok=0,0195 cm

KR = ∆ S ' okS ' ok

.100% = 0,01953,38

.100% = 0,58%

KC = 100% - KR = 100% - 0,58% = 99,42%

S' ok=(S ' ok ±∆S 'ok )

S' ok=(3,38±0,0195 ) cm

24

Page 25: 3._jurnal_mikroskop

M=S' ok−FobFob

x25Fok

M=3,38−2,52,5

x252,9

M=0,352 x 8,62

M=3,03 kali

M = ∑Mn

=9,173

=¿ 3,06

∆M = √ n (∑M2 )−(∑M )2

n2(n−1)

=√3 .28,02 – ¿¿¿¿

¿√ 84,12−84,0918 = 0,04 kali

M=(M±∆M )

M=(3,07±0,04) kali

KR = ∆MM.100% =

0,043,07

.100% = 1,3%

KC = 100% - KR = 100% - 1,3% = 98,7%

2. Mengapa tidak ada perbesaran lateral untuk lensa okuler pada waktu mata

melihat tanpa berakomodasi?

25

No M M2

1 3,07 9,43

2 3,07 9,43

3 3,03 9,18

∑ 9,17 28,04

Page 26: 3._jurnal_mikroskop

Jawab : Karena perbesaran lateral itu hanya dimiliki/terdapat pada lensa objektif

saja.

3. Mana yang lebih menguntungkan, melihat mikroskop tanpa berakomodasi atau

berakomodasi sekuat-kuatnya? beri alasan !

Jawab : Lebih menguntungkan melihat mikroskop dengan mata berakomodasi

maksimum karena penglihatan bayangan di mikroskop tampak lebih

jelas dan tajam.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1 Kesimpulan

26

Page 27: 3._jurnal_mikroskop

Mikroskop adalah alat optik yang dipergunakan untuk melihat benda-benda

yang sangat kecil. Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung.

Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa

cembung yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler

lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum.

Pengaruh dan jarak antara lensa okuler dengan lensa objektif adalah

dengan nilai Fob nya yang tetap. Jadi, semakin kecil Fok nya, maka

semakin kecil juga perbesaran mikroskop totalnya. Dan apabila

semakin besar Foknya maka semakin besarpula perbesaran mikroskop

totalnya. Jadi yang berpengaruh adalah jarak Fok nya yang dapat

berpengaruh pada bayangan rambut yang diamati.

V. 2 Saran

Alat peraga atau yang berhubungan dengan praktikum agar lebih

disempuranakan, dilengkapi, dan di perbanyak lagi, sehingga dalam

praktikum seorang praktikan mendapatkan hasil yang sebaik mungkin.

27