pbl 3 chem 3

32
BAB I PENDAHULUAN A. Skenario ANAKKU TERSIKSA GATAL Gading, seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang ke Family Clinic diantar ibunya dengan keluhan gatal disertai panas. Sebelum gatal Gading mengeluh panas,nyeri kepala, dan lemas kurang lebih 2 hari, diikuti munculnya plenting-plenting kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada. Semakin lama daerah yang terkena menyebar ke tangan, kaki dan organ genitalnya. Tampak bekas lesinya berbentuk seperti jaringan parut ( krusta) karena kebiasaannya menggaruk. Ibunya sudah berusaha memakai bedak salicyl yang dipikir dapat mengurangi kulit kering, tetapi tetap gatal. Gading merasa cemas karena lesinya bertambah banyak, dia berharap segera sembuh. Keluhan dirasakan mulai musim pancaroba ini. Gading tidak memiliki riwayat allergi. Sementara itu adik Gading yang berusia 4 tahun mulai menunjukkan gejala yang serupa. Gading tinggal bersama kedua orang tuanya.

Upload: normalisanovrita

Post on 23-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PBL 3 Chem 3

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 3 Chem 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario

ANAKKU TERSIKSA GATAL

Gading, seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang ke Family Clinic

diantar ibunya dengan keluhan gatal disertai panas. Sebelum gatal Gading

mengeluh panas,nyeri kepala, dan lemas kurang lebih 2 hari, diikuti

munculnya plenting-plenting kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan

menyebar ke dada.

Semakin lama daerah yang terkena menyebar ke tangan, kaki dan organ

genitalnya. Tampak bekas lesinya berbentuk seperti jaringan parut ( krusta)

karena kebiasaannya menggaruk. Ibunya sudah berusaha memakai bedak

salicyl yang dipikir dapat mengurangi kulit kering, tetapi tetap gatal. Gading

merasa cemas karena lesinya bertambah banyak, dia berharap segera sembuh.

Keluhan dirasakan mulai musim pancaroba ini. Gading tidak memiliki

riwayat allergi. Sementara itu adik Gading yang berusia 4 tahun mulai

menunjukkan gejala yang serupa. Gading tinggal bersama kedua orang tuanya.

Gading adalah seorang siswa SD dan beberapa teman satu kelasnya ijin

tidak masuk sekolah karena keluhan yang sama. Rumah cukup asri di daerah

perumahan. Kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS di sekitar PEMDA

Kabupaten Banyumas. APGAR skore 9.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Lemah

Tekanan Darah : 110/70

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38oC

Page 2: PBL 3 Chem 3

Status lokalis

Wajah, dada, tangan, kaki : teardrops vesikel, dasar eritema, krusta

Mukosa mulut dan genital : teardrops vesikel

Page 3: PBL 3 Chem 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Klarifikasi Istilah

1. Family Clinic

Family clinic adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang

menyelenggarakan praktek kedokteran keluarga. Klinik kedokteran

keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free

standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi

didirikan di luar komplek rumah sakit (satelit family clinic). Salah satu

tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasil rumah

sakit. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara mandiri

(solo practice) atau bersama sama dalam satu kelompok (group practice).

Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah

klinik dokter keluarga yang dikelolah secara berkelompok. Biasanya

merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga (Arlindah,

2003).

2. Plenting – Plenting

Plenting-plenting merupakan gambaran yang disampaikan masyarakat

awam mengenai gelembung-gelembung berisi cairan pada kulit , dapat

berupa vesikel maupun pustula (Djuanda, 2009).

3. Krusta

a. Cairan badan yang mengering dapat bercampur dengan jaringan

nerotik maupun benda asing. Warnanya bermacam ada yang kuning

muda berasal dari serum. Kuning kehijauan berasal dari pus dan

kehitaman dari darah (Budimulja, 2007).

b. Akumulasi eksudat serosa (mirip serum) atau seropurulen (pus) yang

mengering di atas permukaan kulit, bisa berwarna kuning keemasan,

merah, coklat, hingga hitam. Krusta terjadi karena ketika papul, pustul,

vesikel, bula mengalami ruptur atau pecah sehingga cairan atau bahan-

bahan yang terkandung di dalamnya akan mengering (Corwin, 2009).

Page 4: PBL 3 Chem 3

4. Bedak salicyl

Bedak pembunuh jamur terutama digunakan untuk pemakain luar.

Komposisinya adalah 2% acidum salicylicum atau asam salisilat , selain

sebagai iritan juga mempunyai sifat keratolitik pada konsentrasi diatas 3%

(Djuanda, 2009).

B. Batasan Masalah

Nama : Gading

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 9 tahun

Keluhan utama : Gatal dan panas

Lokasi : Wajah dan dada

Onset : 2 hari

Kualitas : -

Kuantitas : -

Progresifitas : Menyebar ke tangan, kaki, dan organ genital

Gejala penyerta :Panas, nyeri kepala, lemas, plenting-plenting

kemerahan

Riwayat alergi : -

Riwayat pengobatan : Bedak salicyl

Riwayat keluarga : Adik Gading berusia 4 tahun mempunyai gejala

serupa dengan Gading

Riwayat sosial ekonomi : Gading tinggal di perumahan yang cukup asri, ada

teman gading yang ijin tidak masuk sekolah

karena keluhan yang sama

Pekerjaan orang tua : PNS di PEMDA Banyumas

Skore APGAR : 9

C. Analisis Masalah

1. Apa saja diagnosis banding dari kasus tersebut ?

a. Impetigo krustosa

b. Varicella zooster

Page 5: PBL 3 Chem 3

2. Apa diagnosis kerja dari kasus tersebut ?

Diagnosis kerja pada kasus ini adalah varicella zooster karena :

a. Berdasarkan predileksi, Impetigo krustosa hanya akan terjadi pada

daerah yang terpajan saja dan jarang menyebar kecuali bila memang

tempat lain ikut terpajan juga. Daerah yang paling sering terpajan

adalahh wajah (sekitar hidung dan mulut), leher, dan ekstrimitas

(Siregar, 2005).

b. Gejala klinis penyakit varicella zooster diawali oleh gejala promordal

(awal) yang singkat berupa demam, cephalgia, malaise, dan penurunan

nafsu makan. Selanjutnya, dalam kurun 3 sampai 5 hari akan muncul

ruam ruam yang terdiri atas papul papul yang kemudian berubah

menjadi vesicel. Penyebaran varicella bersifat hematogen, oleh karena

itu penyebarannya akan bersifat sentripetal dari wajah, leher dan dada

kemudian menuju daerah genital dan ekstremitas. Penderita varicella

akan mengalami rasa gatal yang hebat. Selanjutnya vesikel yang pecah

akan ditutupi oleh krusta-krusta yang berangsur-angsur akan

menghilang (Lichentein, 2002).

D. Penjelasan Mengenai Permasalahan

Diagnosis holistik merupakan salah satu standar dalam pelayanan dokter

keluarga. Di dalam mendiagnosis suatu penyakit dari pasien tersebut, seorang

dokter keluarga mampu melihat pasien sebagai individu dari komunitasnya

(bagian dari keluarga, tempat kerja, dan budayanya) serta mampu memahami

bahwa pasien sebagai individu utuh yang terdiri dari fisik, psikis, dan jiwa.

Terdapat lima aspek dalam diagnosis holistik :

a. Aspek Personal

Dalam aspek personal, dokter keluarga mampu menganalisis pertemuan

dengan pasien (Reason for Encounter). Reason for Encounter mencakup 4

hal, yakni :

i) Idea ( alasan kedatangan)

Page 6: PBL 3 Chem 3

Pada kasus di atas, alasan kedatangan pasien ditunjukkan dengan

gejala dan tanda yang dikeluhkan pasien tersebut seperti gatal, panas,

nyeri kepala, lemas kurang lebih 2 hari, dan plenting-plenting kemerahan

berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada.

ii) Concern (fokus utama pasien)

Sesuai dengan kasus di atas, concern atau fokus utama pasien adalah

mendapatkan pengobatan.

iii) Anxiety (kecemasan)

Kasus di atas menunjukkan bahwa pasien tersebut cemas karena

lesinya bertambah banyak.

iv) Expected (harapan)

Harapan dari pasien tersebut adalah melalui kunjungan ke dokter dan

pengobatan sehingga penyakit yang diderita oleh pasien tersebut dapat

sembuh.

b. Aspek klinis

Pada kasus di atas aspek klinis meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.

i) Anamnesis

- Riwayat Penyakit Sekarang

Nama : Gading

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 9 tahun

Keluhan utama : gatal

Lokasi : wajah, dada, tangan, kaki, dan

organ genital.

Onset : 2 hari.

Kualitas : -

Kuantitas : -

Kronologis : Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh

gatal disertai dengan panas, nyeri, dan

lemas. Hal tersebut diikuti dengan

munculnya plenting-plenting kemerahan

Page 7: PBL 3 Chem 3

berbentuk sentripetal pada wajah dan

menyebar ke dada, tangan, kaki, dan organ

genitalnya. Karena kebiasaan menggaruk,

terlihat bekas lesi berbentuk jaringan parut.

Progesifitas : -

Gejala penyerta : Panas, nyeri kepala, disertai

lemas.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi : -

Riwayat obat : bedak salicyl

- Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga, namun adik

Gading yang berumur 4 tahun mulai menunjukkan gejala yang

serupa dengan Gading.

- Riwayat Sosial Ekonomi

Tempat tinggal : Perumahan yang cukup asri.

Sekolah : teman Gading ijin tidak masuk sekolah

karena keluhan yang sama.

Pekerjaan orangtua : PNS PEMDA Kab. Banyumas

Skor APGAR : 9

ii) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : lemah.

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 38oC.

Status lokalis :

- Wajah, dada, tangan, dan kaki : teardrop vesikel dengan dasar

eritema dan krusta.

- Mukosa mulut dan genital : teradrop vesikel.

Diagnosis kerja : Varicella zoster.

Page 8: PBL 3 Chem 3

c. Aspek Faktor Risiko Internal.

i) Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko internal. Pada kasus di atas,

usia anak tersebut 9 tahun. Usia anak-anak sering terkena penyakit cacar

air karenn berhubungan dengan imunitas atau daya tahan tubuh terhadap

lingkungan sekitar. Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia

dibawah 20 tahun terutama usia 3 – 6 tahun (Lubis, 2008).

ii) Kebiasaan

Pada kasus tersebut, diketahui bahwa anak tersebut memiliki

kebiasaan menggaruk. Hal itu dapat memperparah lesi penyakitnya

(Lubis, 2008).

.

d. Aspek Faktor Risiko Eksternal

i) Tempat tinggal

Ditinjau dari lingkungan rumahnya cukup asri. Pasien tinggal

bersama dengan kedua orangtuanya dan satu adiknya.

ii) Sekolah

Dilihat dari sisi sekolahnya, pasien tersebut memiliki beberapa

teman kelasnya yang ijin tidak masuk sekolah karena keluhan yang sama.

e. Derajat fungsional

Penilaian kualitas hidup pasien. Penilaian dengan skor 1 – 5 berdasarkan

disabilitas pasien. Menurut kasus di atas, pasien tersebut mempunyai skor 2

yaitu pasien sudah mengurangi aktivitasnya (tidak masuk sekolah).

E. Merumuskan Masalah

1. Apa perbedaan dokter umum dengan dokter keluarga ?

2. Apa saja karakteristik family medicine ?

3. Apa saja prinsip family medicine ?

4. Mengapa pasien ke family clinic ?

5. Apa saja peran dokter keluarga terhadap pasien?

6. Apa itu APGAR SCORE ? Dan apa hubungannya dengan kasus ?

Page 9: PBL 3 Chem 3

7. Apa saja tindak lanjut yang dapat dilakukan dokter untuk kasus varicella

zooster ?

8. Bagaimana cara pencegahan varicella zooster ?

F. Belajar Mandiri

Telah dilaksanakan

G. Pembahasan Masalah

1. Perbedaan dokter umum dengan dokter keluarga

Dokter umum adalah dokter yang dalam praktiknya menampung

semua masalah yang dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status

sosial, jenis penyakit, golongan usia, ataupun sistemorgan (Fujiati, 2005).

Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya

dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki

pengetahuaun dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang

kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan

praktek dokter keluarga (Fujiati, 2005).

Status dokter keluarga dalam sistem pelayanan kedokteran ada 4

(Geyman,2000) :

a. Dokter keluarga sama dengan dokter umum

Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Inggris dan

Australia. Inilah sebabnya organisasi yang didirikan untuk menghimpun

para dokter keluarga tidak disebut dengan organisasi dokter keluarga

melainkan organisasi dokter umum (general practitioner).

b. Dokter keluarga adalah dokter spesialis

Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Amerika Serikat.

Inilah sebabnya, di negara tersebut seorang dokter yang akan

menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga diharuskan unuk

mengikuti pendidikan tambahan selama 3 tahun. Di Amerika Serikat,

dokter keluarga memang telah diangap sebagai spesialis umum yang

kedudukannya setara dengan berbagai spesialis lainnya.

Page 10: PBL 3 Chem 3

c. Dokter keluarga adalah semua dokter yang menyelenggarakan pelayanan

dokter keluarga

Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Indonesia.

Menurut pendapat ini, siapapun dokter tersebut sepanjang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai prinsip dokter keluarga

maka dokter yang dmaksud adalah dokter keluarga.

d. Dokter keluarga tidak sama dengan dokter umum, tetapi diantara

keduanya memiliki banyak kesamaan

Pendapat yang seperti ini merupakan pendapat awal yang muncul

ketika konsep dokter keluarga pertama kali diperkenalkan. Tidak

emngherankan jika kemudian sering disebutkan bahwa dokter keluarga

tersebut pada dasarnya perkembangan lanjut dari dokter umum, yakni

setelah sebelumnya para dokter yang dimaksud memperoleh pendidikan

lebih lanjut.

2. Karakteristik Family Medicine

Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter

keluarga (family clinic). Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan

pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara

khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family

clinic/center) (Wahyuni, 2003).

Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama,

klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan

bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit

(satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini

mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang

pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit. Terlepas apakah klinik

dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan

klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut

menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit (Wahyuni,

2003).

Page 11: PBL 3 Chem 3

Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat

sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter

keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau

bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk

klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter

keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan

gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga (Wahyuni, 2003).

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu

sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung

dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan

memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan

pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen

keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang

sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan

diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Wahyuni, 2003).

3. Prinsip family medicine

Prinsip Family Medicine adalah (Philips & Haynes, 2001) :

a. The Five Stars Doctor.

1. Care provider

Selain memberikan perawatan dan pengobatan individu,

seorang “five star doctor” harus memperhatikan aspek total yang

dibutuhkan oleh pasien (fisik, mental, dan sosial). Mereka harus

memastikan memenuhi seluruh aspek penyembuhan-kuratif,

preventif, dan rehabilitatif, yang diberikan secara saling melengkapi,

terintegritas, dan berkesinambungan, serta dalam kualitas terbaik .

2. Decision maker

Dalam tujuan tercapainya transparansi informasi, seorang

”five star doctor” harus dapat mengambil keputusan yang

memperhatikan efikasi dan biaya. Dari seluruh upaya yang mungkin

Page 12: PBL 3 Chem 3

untuk menyembuhkan masalah kesehatan, harus dapat dipilih upaya

yang paling memungkinkan dalam kondisi tersebut .

3. Communicator

Aspek gaya hidup seperti pola makan, keamanan saat

bekerja, keadaan lingkungan, dan lain-lain dapat memberikan

pengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Keterlibatan

individu dalam menjaga kesehatannya sendiri sangatlah penting,

karena paparan dengan faktor resiko penyakit sangat dipengauhi

oleh perilaku seseorang. Dokter harus bisa menjadi komunikator

yang baik untuk meyakinkan individu, keluarga, dan komunitas

dalam hal mengadaptasi dan menjalankan gaya hidup yang sehat

serta menjadi partner dalam pencapaian tujuan masyarakat sehat.

4. Community leader

Kebutuhan dan masalah dalam seluruh komunitas-di

pedesaan maupun perkotaan, tidak boleh dilupakan. Dengan

memahami determinan penyakit pada lingkungan fisik dan sosial,

seorang ”five star doctor” tidak hanya memperhatikan pelayanan

terhadap individu yang datang mencari bantuan saja, tapi juga

memperhatikan komunitas dimana individu tersebut tinggal .

5. Manager

Untuk dapat menjalankan semua fungsi di atas, dibutuhkan

kemampuan managerial. Hal ini memungkinkan dokter untuk

berinisiatif dalam mempertukarkan informasi guna memilih pilihan

yang lebih baik, dan untuk bekerja dengan tim multidisiplin lain

untuk membentuk lingkungan sosial yang sehat.

b. Gate Keeper

c. Care Coordinator / Case Manager

d. Advisor, Konselor , teman bagi pasien

e. Researcher

Prinsip-prinsip dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO

dan WONCA yaitu (Prasetyawati, 2011) :

Page 13: PBL 3 Chem 3

i. Pelayanan yang holistik dan komprehensif

ii. Pelayanan yang kontinu

iii. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan

iv. Penlayanan yang koordinatif dan kolaboratif

v. Pelayanan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari

keluarganya

vi. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan

lingkungan tempat tinggalnya.

vii. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum

viii. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan

ix. Pelayanan yangsadar biaya dan sadar mutu

4. Alasan pasien ke Family Clinic

Reason for Encounter mencakup 4 hal, yakni (Puspitasari, 2010) :

a. Idea (alasan kedatangan)

Pada kasus di atas, alasan kedatangan pasien ditunjukkan dengan

gejala dan tanda yang dikeluhkan pasien tersebut seperti gatal, panas,

nyeri kepala, lemas kurang lebih 2 hari, dan plenting-plenting

kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada.

b. Concern (fokus utama pasien)

Sesuai dengan kasus di atas, concern atau fokus utama pasien

adalah mendapatkan pengobatan.

c. Anxiety (kecemasan)

Kasus di atas menunjukkan bahwa pasien tersebut cemas karena

lesinya bertambah banyak.

d. Expected (harapan)

Harapan dari pasien tersebut adalah melalui kunjungan ke dokter

dan pengobatan sehingga penyakit yang diderita oleh pasien tersebut

dapat sembuh.

5. Peran dokter keluarga terhadap pasien

Page 14: PBL 3 Chem 3

Menurut The American Academy of Family Physician, peran dokter

keluarga pada strata primer :

a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, dan bermutu

guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.

b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan

tepat.

c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat

sehat dan sakit.

d. Memberikan pelayanan kedokteran individu dan keluarga.

e. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan

taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.

f. Menangani penyakit akut dan kronik

g. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim kerumah

sakit

h. Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan kedokter spesialis

atau dirawat di rumah sakit.

i. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.

j. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.

k. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan

pasien.

l. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

6. APGAR SCORE

APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi

keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap

hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR Scoretersebut

meliputi 5 aspek yaitu (Prasetyawati, 2010):

a. Adaptation, yaitu kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi

dengan anggota keluarga lain, serta penerimaan, dukungan dan saran

dari anggota keluarga lain.

Page 15: PBL 3 Chem 3

b. Partnership, yaitu menggambarkan komunikasi, saling membagi,

saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang

dialami oleh keluarga tersebut.

c. Growth, yaitu dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang

dilakukan anggota keluarga tersebut.

d. Affection, yaitu menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi

antar anggota keluarga.

e. Resolve, yaitu menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang

kebersamaan da waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga lain.

7. Tindak lanjut yang dapat dilakukan dokter untuk kasus varicella zooster

a. Medikamentosa (Lubis, 2008):

- Antiviral

Dokter dapat memberikan obat antivirus yang dapat mengurangi lama

sakit, keparahan, dan mempersingkat waktu penyembuhan. Golongan

yang dapat diberikan yaitu asiklofir, valasiklofir, dan famasiklovir.

Dalam kasus ini, pasien adalah anak dengan usia 9 tahun. Dimana

anak-anak dengan usia 2-12 tahun dapat diberikan Asiklovir oral 4 x

20 mg/KG BB/Hari selama 5 hari.

- Antibiotik topikal

- Antipiretik : Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/ kali.

b. Non medikamentosa (Corwin , 2007) :

i) Penatalaksanaan varicella aktif terutama bersifat supportif dan

ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi sekunder. Anak

perlu dipotong kukunya untuk menghindari garukan.

ii) Menjaga kebersihan tubuh dan kulit yang gatal dapat dikompres

dengan air dingin.

iii) Edukasi pasien mengenai penyakit tersebut dan risiko penularannya.

iv) Mengurangi aktivitas yang bertujuan untuk menjaga kulit dalam

keadaan bersih dan kering serta mengoptimalkan keadaan fungsiologi

tubuh.

v) Makan makanan yang bergizi yaitu tinggi kalori dan tinggi protein.

Page 16: PBL 3 Chem 3

8. Cara pencegahan varicella zooster

Lima langkah pencegahan penyakit yaitu (Pelter, 2009) :

a. Health promotion

Pada tingkatan ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga

keseimbangan segitiga epidemiologi yaitu agen, host, dan lingkungan

sehingga dapat menghindari atau meniadakan menculnya faktor resiko.

Hal ini dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan

memperbaiki lingkungan. Tindakan ini umumnya dilakukan pada orang

sehat. Pada kasus ini untuk pasien bisa dilakukan dengan pencegahan

bersinggungan dengan orang lain, meningkatkan higiene, dan

mempertahankan imunitas dalam keadaan baik.pada keluarga bisa

dilakukan edukasi tentang penyakit, sanitasi yang baik, asupan gizi yang

baik, peningkatan fungsi keluarga dan olahraga. Pada komunitas bisa

dilakukan penyuluhan mengenai varicella.

b. Spesific protection

Jika ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit, pelayanan

kedokteran dibedakan atas lima macam. Kelima macam pelayanan

kedokteran tersebut adalah peningkatan derajat kesehatan, pencegahan

khusus, diagnosis dini dan pengobatan tepat, pembatasan cacat, serta

pemulihan kesehatan. Beberapa contoh dari pelayanan diatas yakni :

i) Vaksinasi

Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan.

pemberian vaksin varicella di USA sejak tahun 1955 telah

menurunkan angka insidensi dan kematian yang disebabkan varicella.

ii) Imunoglobulin varicella zooster (VZIG)

Diberikan sebagai profilaksi setelah terpapar virus, dan terutama pada

orang orang dengan resiko tinggi. Dosis yang diberikan adalah 125

IU/ 10 kgBB. 125 IU adalah dosis minimal. Sedangkan dosis

maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskuler. VZIG

hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka kematian

Page 17: PBL 3 Chem 3

varicella sehingga pada orang orang yang tidak mengalami gangguan

imunologi lebih baik diberikan vaksin varicella.

c. Early diagnosis and treatment

Tahap ini dilakukan bila penjamu sakit, setidak tidaknya diduga

sakit. Adapun dalam konteks penyakit menular, tahap ini bertujuan

untuk mencegah penularan lebih lanjut kepada orang lain. Contoh

langkah yang dapat diambil adalah case finding dan skrining survei

penyakit simtomatis.

d. Disability limitation

Disability limitation atau pembatasan kecacatan dan berusaha

untuk menghilangkan gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang

diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit. Usaha ini merupakan

lanjutan dari usah early diagnosis and promotif treatment yaitu dengan

pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh

kembali dan tidak cacat (tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi

kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat

dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal

mungkin. Berbagai cara dalam melakukan Disability limitation atau

pembatasan kecacatan diantaranya adalah:

1) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.

2) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan

pemerikasaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan

laboratorium dan pemerikasaan penunjang lainnya agar penderita

dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada komplikasi lanjut.

Serta sejak dini semua kekuatan pembangunan harus dilibatkan dalam

upaya mengembangkan pola hidup sehat sejahtera, disamping harus

ada penanganan yang sangat profesional pada mereka yang terkena

suatu penyakit, strategi yang dikembangkan di Indonesia, terutama

karena masyarakat yang awam dan sangat rendah kesadarannya dalam

bidang kesehatan, harus secara jelas dan tegas bersifat komprehensif.

Page 18: PBL 3 Chem 3

Untuk mengembangkan strategi dengan target-target yang jelas dan

terarah perlu dilakukan penelitian epidemiologi suatu penyakit yang

benar dan tepat.

3) Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi

Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan

benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak

mengalami komplikasi. Selain itu untuk mencegah terjadinya

komplikasi maka penderita yang dalam tahap pemulihan, dianjurkan

untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukan

pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna.

e. Rehabilitation

Rehabilitasi merupakan usaha pengendalian fungsi fisik, psikologis

dan sosial. Seoptimalnya mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/

medis, rehabilitasi mental dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap

individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berdaya

guna (Noor, 2008).

Usaha yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut (Polter, 2009):

1) Gaya hidup

2) Pola diet

i. Diet bergizi (energi kalori dan protein)

ii. Menjaga kebersihan diri

3) Lingkungan

i. Lingkungan harus selalu sehat

ii. Dukungan keluarga

iii. Pengamanan, barang-barang diusahakan tidak bercampur dengan

anggota keluarga lain

4) Biologis manusia

i. Terapi medika mentosa

ii. Terapi medika non mentosa

iii. Kepatuhan pengobatan

iv. Sistem pelayanan

Page 19: PBL 3 Chem 3

v. Pelayanan komplikasi

vi. Pelayanan secara personal, komprehensif, dan berkelanjutan

Page 20: PBL 3 Chem 3

BAB III

KESIMPULAN

1. Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang

profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuaun dan

keterampilan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai prinsip

dokter keluarga.

2. Prinsip dokter keluarga adalah dengan prinsip five star doctor yaitu meliputi

care provider, decision maker, communicator,community leader,dan manager.

3. Diagnosis holistik merupakan salah satu standar dalam pelayanan dokter

keluarga, dimana melihat pasien sebagai individu yang merupakan bagian dari

keluarga dan masyarakat.

4. Diagnosis holistic meliputi aspek personal, aspek klinis, faktor risiko internal,

faktor risiko eksternal, aspek sosial, dan aspek fungsional.

Page 21: PBL 3 Chem 3

DAFTAR PUSTAKA

Budimulja, U. 2007. Dermatofikosis Superfisial. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: EGC

Fujiati, Isti Ilmiati. 2005. Dasar-Dasar Kedokteran Keluarga. Medan : USUpress.

Lichenstein R. 2002. Article: Pediatrics-Chicken Pox or Varicella

Lubis, Ramona D. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Universitas Sumatera Utara: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Noor, Nur N. 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta

Pelter, P. E, Perry, Anne. 2009. Fundamentals of NursiNG 17th ed. Masby, pp. 75,77.

Philips, William R. Dan Deborah G. Haynes . 2001. The Domain of Family Practice: Scope, Role, and Function, Family Medicine , 33 (4): 273 – 277

Prasetyawati, Arsita Eka. 2011. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Puspitasari, Ika. 2010. Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Yogyakarta: Benteng Pustaka.

Siregar R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.

The American Academy of Family Physician. 2000.Family Doctor Dalam: Soetono, Gatot, dkk. 2005. Membangun Praktik Dokter Keluarga Mandiri PBIKDI. Jakarta

Wahyuni, Arlinda. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. Terdapat pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3535/1/fk-arlinda%20sari.pdf. (diakses 20 Desember 2013)