pbl 3 chem 3
DESCRIPTION
PBL 3 Chem 3TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
ANAKKU TERSIKSA GATAL
Gading, seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang ke Family Clinic
diantar ibunya dengan keluhan gatal disertai panas. Sebelum gatal Gading
mengeluh panas,nyeri kepala, dan lemas kurang lebih 2 hari, diikuti
munculnya plenting-plenting kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan
menyebar ke dada.
Semakin lama daerah yang terkena menyebar ke tangan, kaki dan organ
genitalnya. Tampak bekas lesinya berbentuk seperti jaringan parut ( krusta)
karena kebiasaannya menggaruk. Ibunya sudah berusaha memakai bedak
salicyl yang dipikir dapat mengurangi kulit kering, tetapi tetap gatal. Gading
merasa cemas karena lesinya bertambah banyak, dia berharap segera sembuh.
Keluhan dirasakan mulai musim pancaroba ini. Gading tidak memiliki
riwayat allergi. Sementara itu adik Gading yang berusia 4 tahun mulai
menunjukkan gejala yang serupa. Gading tinggal bersama kedua orang tuanya.
Gading adalah seorang siswa SD dan beberapa teman satu kelasnya ijin
tidak masuk sekolah karena keluhan yang sama. Rumah cukup asri di daerah
perumahan. Kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS di sekitar PEMDA
Kabupaten Banyumas. APGAR skore 9.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Lemah
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38oC
Status lokalis
Wajah, dada, tangan, kaki : teardrops vesikel, dasar eritema, krusta
Mukosa mulut dan genital : teardrops vesikel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah
1. Family Clinic
Family clinic adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang
menyelenggarakan praktek kedokteran keluarga. Klinik kedokteran
keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free
standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi
didirikan di luar komplek rumah sakit (satelit family clinic). Salah satu
tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasil rumah
sakit. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara mandiri
(solo practice) atau bersama sama dalam satu kelompok (group practice).
Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah
klinik dokter keluarga yang dikelolah secara berkelompok. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga (Arlindah,
2003).
2. Plenting – Plenting
Plenting-plenting merupakan gambaran yang disampaikan masyarakat
awam mengenai gelembung-gelembung berisi cairan pada kulit , dapat
berupa vesikel maupun pustula (Djuanda, 2009).
3. Krusta
a. Cairan badan yang mengering dapat bercampur dengan jaringan
nerotik maupun benda asing. Warnanya bermacam ada yang kuning
muda berasal dari serum. Kuning kehijauan berasal dari pus dan
kehitaman dari darah (Budimulja, 2007).
b. Akumulasi eksudat serosa (mirip serum) atau seropurulen (pus) yang
mengering di atas permukaan kulit, bisa berwarna kuning keemasan,
merah, coklat, hingga hitam. Krusta terjadi karena ketika papul, pustul,
vesikel, bula mengalami ruptur atau pecah sehingga cairan atau bahan-
bahan yang terkandung di dalamnya akan mengering (Corwin, 2009).
4. Bedak salicyl
Bedak pembunuh jamur terutama digunakan untuk pemakain luar.
Komposisinya adalah 2% acidum salicylicum atau asam salisilat , selain
sebagai iritan juga mempunyai sifat keratolitik pada konsentrasi diatas 3%
(Djuanda, 2009).
B. Batasan Masalah
Nama : Gading
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 9 tahun
Keluhan utama : Gatal dan panas
Lokasi : Wajah dan dada
Onset : 2 hari
Kualitas : -
Kuantitas : -
Progresifitas : Menyebar ke tangan, kaki, dan organ genital
Gejala penyerta :Panas, nyeri kepala, lemas, plenting-plenting
kemerahan
Riwayat alergi : -
Riwayat pengobatan : Bedak salicyl
Riwayat keluarga : Adik Gading berusia 4 tahun mempunyai gejala
serupa dengan Gading
Riwayat sosial ekonomi : Gading tinggal di perumahan yang cukup asri, ada
teman gading yang ijin tidak masuk sekolah
karena keluhan yang sama
Pekerjaan orang tua : PNS di PEMDA Banyumas
Skore APGAR : 9
C. Analisis Masalah
1. Apa saja diagnosis banding dari kasus tersebut ?
a. Impetigo krustosa
b. Varicella zooster
2. Apa diagnosis kerja dari kasus tersebut ?
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah varicella zooster karena :
a. Berdasarkan predileksi, Impetigo krustosa hanya akan terjadi pada
daerah yang terpajan saja dan jarang menyebar kecuali bila memang
tempat lain ikut terpajan juga. Daerah yang paling sering terpajan
adalahh wajah (sekitar hidung dan mulut), leher, dan ekstrimitas
(Siregar, 2005).
b. Gejala klinis penyakit varicella zooster diawali oleh gejala promordal
(awal) yang singkat berupa demam, cephalgia, malaise, dan penurunan
nafsu makan. Selanjutnya, dalam kurun 3 sampai 5 hari akan muncul
ruam ruam yang terdiri atas papul papul yang kemudian berubah
menjadi vesicel. Penyebaran varicella bersifat hematogen, oleh karena
itu penyebarannya akan bersifat sentripetal dari wajah, leher dan dada
kemudian menuju daerah genital dan ekstremitas. Penderita varicella
akan mengalami rasa gatal yang hebat. Selanjutnya vesikel yang pecah
akan ditutupi oleh krusta-krusta yang berangsur-angsur akan
menghilang (Lichentein, 2002).
D. Penjelasan Mengenai Permasalahan
Diagnosis holistik merupakan salah satu standar dalam pelayanan dokter
keluarga. Di dalam mendiagnosis suatu penyakit dari pasien tersebut, seorang
dokter keluarga mampu melihat pasien sebagai individu dari komunitasnya
(bagian dari keluarga, tempat kerja, dan budayanya) serta mampu memahami
bahwa pasien sebagai individu utuh yang terdiri dari fisik, psikis, dan jiwa.
Terdapat lima aspek dalam diagnosis holistik :
a. Aspek Personal
Dalam aspek personal, dokter keluarga mampu menganalisis pertemuan
dengan pasien (Reason for Encounter). Reason for Encounter mencakup 4
hal, yakni :
i) Idea ( alasan kedatangan)
Pada kasus di atas, alasan kedatangan pasien ditunjukkan dengan
gejala dan tanda yang dikeluhkan pasien tersebut seperti gatal, panas,
nyeri kepala, lemas kurang lebih 2 hari, dan plenting-plenting kemerahan
berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada.
ii) Concern (fokus utama pasien)
Sesuai dengan kasus di atas, concern atau fokus utama pasien adalah
mendapatkan pengobatan.
iii) Anxiety (kecemasan)
Kasus di atas menunjukkan bahwa pasien tersebut cemas karena
lesinya bertambah banyak.
iv) Expected (harapan)
Harapan dari pasien tersebut adalah melalui kunjungan ke dokter dan
pengobatan sehingga penyakit yang diderita oleh pasien tersebut dapat
sembuh.
b. Aspek klinis
Pada kasus di atas aspek klinis meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
i) Anamnesis
- Riwayat Penyakit Sekarang
Nama : Gading
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 9 tahun
Keluhan utama : gatal
Lokasi : wajah, dada, tangan, kaki, dan
organ genital.
Onset : 2 hari.
Kualitas : -
Kuantitas : -
Kronologis : Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh
gatal disertai dengan panas, nyeri, dan
lemas. Hal tersebut diikuti dengan
munculnya plenting-plenting kemerahan
berbentuk sentripetal pada wajah dan
menyebar ke dada, tangan, kaki, dan organ
genitalnya. Karena kebiasaan menggaruk,
terlihat bekas lesi berbentuk jaringan parut.
Progesifitas : -
Gejala penyerta : Panas, nyeri kepala, disertai
lemas.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi : -
Riwayat obat : bedak salicyl
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga, namun adik
Gading yang berumur 4 tahun mulai menunjukkan gejala yang
serupa dengan Gading.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Tempat tinggal : Perumahan yang cukup asri.
Sekolah : teman Gading ijin tidak masuk sekolah
karena keluhan yang sama.
Pekerjaan orangtua : PNS PEMDA Kab. Banyumas
Skor APGAR : 9
ii) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah.
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38oC.
Status lokalis :
- Wajah, dada, tangan, dan kaki : teardrop vesikel dengan dasar
eritema dan krusta.
- Mukosa mulut dan genital : teradrop vesikel.
Diagnosis kerja : Varicella zoster.
c. Aspek Faktor Risiko Internal.
i) Usia
Usia merupakan salah satu faktor risiko internal. Pada kasus di atas,
usia anak tersebut 9 tahun. Usia anak-anak sering terkena penyakit cacar
air karenn berhubungan dengan imunitas atau daya tahan tubuh terhadap
lingkungan sekitar. Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia
dibawah 20 tahun terutama usia 3 – 6 tahun (Lubis, 2008).
ii) Kebiasaan
Pada kasus tersebut, diketahui bahwa anak tersebut memiliki
kebiasaan menggaruk. Hal itu dapat memperparah lesi penyakitnya
(Lubis, 2008).
.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
i) Tempat tinggal
Ditinjau dari lingkungan rumahnya cukup asri. Pasien tinggal
bersama dengan kedua orangtuanya dan satu adiknya.
ii) Sekolah
Dilihat dari sisi sekolahnya, pasien tersebut memiliki beberapa
teman kelasnya yang ijin tidak masuk sekolah karena keluhan yang sama.
e. Derajat fungsional
Penilaian kualitas hidup pasien. Penilaian dengan skor 1 – 5 berdasarkan
disabilitas pasien. Menurut kasus di atas, pasien tersebut mempunyai skor 2
yaitu pasien sudah mengurangi aktivitasnya (tidak masuk sekolah).
E. Merumuskan Masalah
1. Apa perbedaan dokter umum dengan dokter keluarga ?
2. Apa saja karakteristik family medicine ?
3. Apa saja prinsip family medicine ?
4. Mengapa pasien ke family clinic ?
5. Apa saja peran dokter keluarga terhadap pasien?
6. Apa itu APGAR SCORE ? Dan apa hubungannya dengan kasus ?
7. Apa saja tindak lanjut yang dapat dilakukan dokter untuk kasus varicella
zooster ?
8. Bagaimana cara pencegahan varicella zooster ?
F. Belajar Mandiri
Telah dilaksanakan
G. Pembahasan Masalah
1. Perbedaan dokter umum dengan dokter keluarga
Dokter umum adalah dokter yang dalam praktiknya menampung
semua masalah yang dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status
sosial, jenis penyakit, golongan usia, ataupun sistemorgan (Fujiati, 2005).
Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya
dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki
pengetahuaun dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan
praktek dokter keluarga (Fujiati, 2005).
Status dokter keluarga dalam sistem pelayanan kedokteran ada 4
(Geyman,2000) :
a. Dokter keluarga sama dengan dokter umum
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Inggris dan
Australia. Inilah sebabnya organisasi yang didirikan untuk menghimpun
para dokter keluarga tidak disebut dengan organisasi dokter keluarga
melainkan organisasi dokter umum (general practitioner).
b. Dokter keluarga adalah dokter spesialis
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Amerika Serikat.
Inilah sebabnya, di negara tersebut seorang dokter yang akan
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga diharuskan unuk
mengikuti pendidikan tambahan selama 3 tahun. Di Amerika Serikat,
dokter keluarga memang telah diangap sebagai spesialis umum yang
kedudukannya setara dengan berbagai spesialis lainnya.
c. Dokter keluarga adalah semua dokter yang menyelenggarakan pelayanan
dokter keluarga
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Indonesia.
Menurut pendapat ini, siapapun dokter tersebut sepanjang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai prinsip dokter keluarga
maka dokter yang dmaksud adalah dokter keluarga.
d. Dokter keluarga tidak sama dengan dokter umum, tetapi diantara
keduanya memiliki banyak kesamaan
Pendapat yang seperti ini merupakan pendapat awal yang muncul
ketika konsep dokter keluarga pertama kali diperkenalkan. Tidak
emngherankan jika kemudian sering disebutkan bahwa dokter keluarga
tersebut pada dasarnya perkembangan lanjut dari dokter umum, yakni
setelah sebelumnya para dokter yang dimaksud memperoleh pendidikan
lebih lanjut.
2. Karakteristik Family Medicine
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter
keluarga (family clinic). Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara
khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center) (Wahyuni, 2003).
Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama,
klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan
bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit
(satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini
mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang
pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit. Terlepas apakah klinik
dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan
klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut
menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit (Wahyuni,
2003).
Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat
sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter
keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau
bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk
klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter
keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan
gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga (Wahyuni, 2003).
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu
sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung
dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan
memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen
keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang
sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan
diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Wahyuni, 2003).
3. Prinsip family medicine
Prinsip Family Medicine adalah (Philips & Haynes, 2001) :
a. The Five Stars Doctor.
1. Care provider
Selain memberikan perawatan dan pengobatan individu,
seorang “five star doctor” harus memperhatikan aspek total yang
dibutuhkan oleh pasien (fisik, mental, dan sosial). Mereka harus
memastikan memenuhi seluruh aspek penyembuhan-kuratif,
preventif, dan rehabilitatif, yang diberikan secara saling melengkapi,
terintegritas, dan berkesinambungan, serta dalam kualitas terbaik .
2. Decision maker
Dalam tujuan tercapainya transparansi informasi, seorang
”five star doctor” harus dapat mengambil keputusan yang
memperhatikan efikasi dan biaya. Dari seluruh upaya yang mungkin
untuk menyembuhkan masalah kesehatan, harus dapat dipilih upaya
yang paling memungkinkan dalam kondisi tersebut .
3. Communicator
Aspek gaya hidup seperti pola makan, keamanan saat
bekerja, keadaan lingkungan, dan lain-lain dapat memberikan
pengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Keterlibatan
individu dalam menjaga kesehatannya sendiri sangatlah penting,
karena paparan dengan faktor resiko penyakit sangat dipengauhi
oleh perilaku seseorang. Dokter harus bisa menjadi komunikator
yang baik untuk meyakinkan individu, keluarga, dan komunitas
dalam hal mengadaptasi dan menjalankan gaya hidup yang sehat
serta menjadi partner dalam pencapaian tujuan masyarakat sehat.
4. Community leader
Kebutuhan dan masalah dalam seluruh komunitas-di
pedesaan maupun perkotaan, tidak boleh dilupakan. Dengan
memahami determinan penyakit pada lingkungan fisik dan sosial,
seorang ”five star doctor” tidak hanya memperhatikan pelayanan
terhadap individu yang datang mencari bantuan saja, tapi juga
memperhatikan komunitas dimana individu tersebut tinggal .
5. Manager
Untuk dapat menjalankan semua fungsi di atas, dibutuhkan
kemampuan managerial. Hal ini memungkinkan dokter untuk
berinisiatif dalam mempertukarkan informasi guna memilih pilihan
yang lebih baik, dan untuk bekerja dengan tim multidisiplin lain
untuk membentuk lingkungan sosial yang sehat.
b. Gate Keeper
c. Care Coordinator / Case Manager
d. Advisor, Konselor , teman bagi pasien
e. Researcher
Prinsip-prinsip dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO
dan WONCA yaitu (Prasetyawati, 2011) :
i. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
ii. Pelayanan yang kontinu
iii. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
iv. Penlayanan yang koordinatif dan kolaboratif
v. Pelayanan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
vi. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya.
vii. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
viii. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
ix. Pelayanan yangsadar biaya dan sadar mutu
4. Alasan pasien ke Family Clinic
Reason for Encounter mencakup 4 hal, yakni (Puspitasari, 2010) :
a. Idea (alasan kedatangan)
Pada kasus di atas, alasan kedatangan pasien ditunjukkan dengan
gejala dan tanda yang dikeluhkan pasien tersebut seperti gatal, panas,
nyeri kepala, lemas kurang lebih 2 hari, dan plenting-plenting
kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada.
b. Concern (fokus utama pasien)
Sesuai dengan kasus di atas, concern atau fokus utama pasien
adalah mendapatkan pengobatan.
c. Anxiety (kecemasan)
Kasus di atas menunjukkan bahwa pasien tersebut cemas karena
lesinya bertambah banyak.
d. Expected (harapan)
Harapan dari pasien tersebut adalah melalui kunjungan ke dokter
dan pengobatan sehingga penyakit yang diderita oleh pasien tersebut
dapat sembuh.
5. Peran dokter keluarga terhadap pasien
Menurut The American Academy of Family Physician, peran dokter
keluarga pada strata primer :
a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, dan bermutu
guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.
b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan
tepat.
c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat
sehat dan sakit.
d. Memberikan pelayanan kedokteran individu dan keluarga.
e. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
f. Menangani penyakit akut dan kronik
g. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim kerumah
sakit
h. Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan kedokter spesialis
atau dirawat di rumah sakit.
i. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.
j. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
k. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan
pasien.
l. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
6. APGAR SCORE
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR Scoretersebut
meliputi 5 aspek yaitu (Prasetyawati, 2010):
a. Adaptation, yaitu kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi
dengan anggota keluarga lain, serta penerimaan, dukungan dan saran
dari anggota keluarga lain.
b. Partnership, yaitu menggambarkan komunikasi, saling membagi,
saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang
dialami oleh keluarga tersebut.
c. Growth, yaitu dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
d. Affection, yaitu menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi
antar anggota keluarga.
e. Resolve, yaitu menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan da waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga lain.
7. Tindak lanjut yang dapat dilakukan dokter untuk kasus varicella zooster
a. Medikamentosa (Lubis, 2008):
- Antiviral
Dokter dapat memberikan obat antivirus yang dapat mengurangi lama
sakit, keparahan, dan mempersingkat waktu penyembuhan. Golongan
yang dapat diberikan yaitu asiklofir, valasiklofir, dan famasiklovir.
Dalam kasus ini, pasien adalah anak dengan usia 9 tahun. Dimana
anak-anak dengan usia 2-12 tahun dapat diberikan Asiklovir oral 4 x
20 mg/KG BB/Hari selama 5 hari.
- Antibiotik topikal
- Antipiretik : Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/ kali.
b. Non medikamentosa (Corwin , 2007) :
i) Penatalaksanaan varicella aktif terutama bersifat supportif dan
ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi sekunder. Anak
perlu dipotong kukunya untuk menghindari garukan.
ii) Menjaga kebersihan tubuh dan kulit yang gatal dapat dikompres
dengan air dingin.
iii) Edukasi pasien mengenai penyakit tersebut dan risiko penularannya.
iv) Mengurangi aktivitas yang bertujuan untuk menjaga kulit dalam
keadaan bersih dan kering serta mengoptimalkan keadaan fungsiologi
tubuh.
v) Makan makanan yang bergizi yaitu tinggi kalori dan tinggi protein.
8. Cara pencegahan varicella zooster
Lima langkah pencegahan penyakit yaitu (Pelter, 2009) :
a. Health promotion
Pada tingkatan ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan segitiga epidemiologi yaitu agen, host, dan lingkungan
sehingga dapat menghindari atau meniadakan menculnya faktor resiko.
Hal ini dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbaiki lingkungan. Tindakan ini umumnya dilakukan pada orang
sehat. Pada kasus ini untuk pasien bisa dilakukan dengan pencegahan
bersinggungan dengan orang lain, meningkatkan higiene, dan
mempertahankan imunitas dalam keadaan baik.pada keluarga bisa
dilakukan edukasi tentang penyakit, sanitasi yang baik, asupan gizi yang
baik, peningkatan fungsi keluarga dan olahraga. Pada komunitas bisa
dilakukan penyuluhan mengenai varicella.
b. Spesific protection
Jika ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit, pelayanan
kedokteran dibedakan atas lima macam. Kelima macam pelayanan
kedokteran tersebut adalah peningkatan derajat kesehatan, pencegahan
khusus, diagnosis dini dan pengobatan tepat, pembatasan cacat, serta
pemulihan kesehatan. Beberapa contoh dari pelayanan diatas yakni :
i) Vaksinasi
Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan.
pemberian vaksin varicella di USA sejak tahun 1955 telah
menurunkan angka insidensi dan kematian yang disebabkan varicella.
ii) Imunoglobulin varicella zooster (VZIG)
Diberikan sebagai profilaksi setelah terpapar virus, dan terutama pada
orang orang dengan resiko tinggi. Dosis yang diberikan adalah 125
IU/ 10 kgBB. 125 IU adalah dosis minimal. Sedangkan dosis
maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskuler. VZIG
hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka kematian
varicella sehingga pada orang orang yang tidak mengalami gangguan
imunologi lebih baik diberikan vaksin varicella.
c. Early diagnosis and treatment
Tahap ini dilakukan bila penjamu sakit, setidak tidaknya diduga
sakit. Adapun dalam konteks penyakit menular, tahap ini bertujuan
untuk mencegah penularan lebih lanjut kepada orang lain. Contoh
langkah yang dapat diambil adalah case finding dan skrining survei
penyakit simtomatis.
d. Disability limitation
Disability limitation atau pembatasan kecacatan dan berusaha
untuk menghilangkan gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang
diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit. Usaha ini merupakan
lanjutan dari usah early diagnosis and promotif treatment yaitu dengan
pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh
kembali dan tidak cacat (tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi
kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat
dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin. Berbagai cara dalam melakukan Disability limitation atau
pembatasan kecacatan diantaranya adalah:
1) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
2) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan
pemerikasaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemerikasaan penunjang lainnya agar penderita
dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada komplikasi lanjut.
Serta sejak dini semua kekuatan pembangunan harus dilibatkan dalam
upaya mengembangkan pola hidup sehat sejahtera, disamping harus
ada penanganan yang sangat profesional pada mereka yang terkena
suatu penyakit, strategi yang dikembangkan di Indonesia, terutama
karena masyarakat yang awam dan sangat rendah kesadarannya dalam
bidang kesehatan, harus secara jelas dan tegas bersifat komprehensif.
Untuk mengembangkan strategi dengan target-target yang jelas dan
terarah perlu dilakukan penelitian epidemiologi suatu penyakit yang
benar dan tepat.
3) Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi
Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan
benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak
mengalami komplikasi. Selain itu untuk mencegah terjadinya
komplikasi maka penderita yang dalam tahap pemulihan, dianjurkan
untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukan
pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna.
e. Rehabilitation
Rehabilitasi merupakan usaha pengendalian fungsi fisik, psikologis
dan sosial. Seoptimalnya mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/
medis, rehabilitasi mental dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap
individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berdaya
guna (Noor, 2008).
Usaha yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut (Polter, 2009):
1) Gaya hidup
2) Pola diet
i. Diet bergizi (energi kalori dan protein)
ii. Menjaga kebersihan diri
3) Lingkungan
i. Lingkungan harus selalu sehat
ii. Dukungan keluarga
iii. Pengamanan, barang-barang diusahakan tidak bercampur dengan
anggota keluarga lain
4) Biologis manusia
i. Terapi medika mentosa
ii. Terapi medika non mentosa
iii. Kepatuhan pengobatan
iv. Sistem pelayanan
v. Pelayanan komplikasi
vi. Pelayanan secara personal, komprehensif, dan berkelanjutan
BAB III
KESIMPULAN
1. Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuaun dan
keterampilan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai prinsip
dokter keluarga.
2. Prinsip dokter keluarga adalah dengan prinsip five star doctor yaitu meliputi
care provider, decision maker, communicator,community leader,dan manager.
3. Diagnosis holistik merupakan salah satu standar dalam pelayanan dokter
keluarga, dimana melihat pasien sebagai individu yang merupakan bagian dari
keluarga dan masyarakat.
4. Diagnosis holistic meliputi aspek personal, aspek klinis, faktor risiko internal,
faktor risiko eksternal, aspek sosial, dan aspek fungsional.
DAFTAR PUSTAKA
Budimulja, U. 2007. Dermatofikosis Superfisial. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: EGC
Fujiati, Isti Ilmiati. 2005. Dasar-Dasar Kedokteran Keluarga. Medan : USUpress.
Lichenstein R. 2002. Article: Pediatrics-Chicken Pox or Varicella
Lubis, Ramona D. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Universitas Sumatera Utara: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Noor, Nur N. 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Pelter, P. E, Perry, Anne. 2009. Fundamentals of NursiNG 17th ed. Masby, pp. 75,77.
Philips, William R. Dan Deborah G. Haynes . 2001. The Domain of Family Practice: Scope, Role, and Function, Family Medicine , 33 (4): 273 – 277
Prasetyawati, Arsita Eka. 2011. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Puspitasari, Ika. 2010. Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Yogyakarta: Benteng Pustaka.
Siregar R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
The American Academy of Family Physician. 2000.Family Doctor Dalam: Soetono, Gatot, dkk. 2005. Membangun Praktik Dokter Keluarga Mandiri PBIKDI. Jakarta
Wahyuni, Arlinda. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. Terdapat pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3535/1/fk-arlinda%20sari.pdf. (diakses 20 Desember 2013)