3.filosofi bioetika 3

37
Bioethics – Humanities - Profesionalism

Upload: intanoktavianaadiyanto

Post on 23-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.Filosofi Bioetika 3

Bioethics – Humanities - Profesionalism

Page 2: 3.Filosofi Bioetika 3

Philosophy of Bioethics

Page 3: 3.Filosofi Bioetika 3

Pengantar

Bioetika merupakan perkembangan lebih lanjut dari etika kedokteran yang memang sudah ada sejak lama.

Salah satu etika profesi yang paling kuno keberadaanya adalah etika kedokteran

Sumbangan etika kedokteran dalam memperkembangkan Bioetika sangat besar sekali.

Prinsip-prinsip etis bioetika modern yang paling terkenal berasal dari buku tentang etika medis, yakni Principle of Biomedical Ethics oleh Tom L. Beauchamp dan James F. Childress

Page 4: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Aristoteles

• Salah satu filsuf yang paling berpengaruh: Aristoteles (384 – 322 BC): Etica Nicomachea, Etica Eudemia, Politica dan Magna Moralia.

• Prinsip Etikanya, “Hendaknya kita hidup dan bertindak sedemikian rupa sehingga kita mencapai hidup yang baik, yang bermutu dan berhasil.” Sebab semakin bermutu hidup manusia maka semakin bahagialah dia.

• Aristoteles, kebaikan yang tertinggi adalah kebahagiaan itu sebab dia dibuat hanya untuk dirinya sendiri. Segala pekerjaan manusia akhirnya akan bermuara ke kebahagiaan itu.

Page 5: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Aristoteles

• Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang menambah kebahagiaan (eudaimonia) dan perbuatan yang tidak baik adalah perbuatan yang tidak mendatangkan kebahagiaan. Etika Aristoteles disebut eudemonisme.

• Manusia menjadi bahagia apabila bisa merealisasikan diri secara sempurna dengan mengaktifkan kekuatan-kekuatan hakikatnya, terutama yang khas manusia: akal budi dan kehendak. Tuan – hamba.

Page 6: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Aristoteles

• Agar manusia bisa merealisasikan diri secara sempurna, dia harus mengembangkan bakat-bakat etis yang tertanam dalam kodratnya sampai dia menjadi manusia yang sempurna.

• Apa yang terpuji dalam diri seseorang adalah sifat karakternya dan bukan pada ketundukan seseorang terhadap aturan atau moral.

Page 7: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Deontologi berasal dari bhs Yunani deont = yang mengikat (kewajiban). Deontology = kewajiban moral yang mewajibkan kita untuk bertindak, lepas dari effek kebahagiaan untuk diri sendiri atau orang lain.

• Apakah sesudah saya bertindak saya rugi atau untung, itu tidak penting. Kalau saya merasa wajib, maka apapun juga harus dilakukan.

• Tokoh: salah satunya Immanuel Kant (1724 – 1804).

Page 8: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Kewajiban itu harus keluar dari diri sendiri dengan melihat bahwa ini memang baik untuk dilakukan dan bukan karena dipaksakan oleh pihak luar (moral otonom). Kant membedakan antara moral heteronome dan moral otonom.

• Benar dan salahnya suatu tindakan akan sangat tergantung pada apakah merasa wajib atau tidak.

• Moral yang otonom ini sangat tinggi nilainya karena perbuatannya bisa menjadi expresi jiwanya.

Page 9: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Consequentialism

• Aliran filsafat ini menekankan pada akibat (konsekwensi) dari perbuatan kita. Perbuatan kita adalah baik kalau memberikan konsekwensi yang baik sedangkan perbuatan kita akan menjadi buruk kalau konsekwensinya buruk.

• Salah satu aliran yang terbesar dan banyak penganutnya ialah Utilitarianism (Jeremy Bentham dan John Stuart Mill).

• Prinsipnya: “The greatest happiness of the greatest number”.

Page 10: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Bentham sangat hedonis “We ought to approve and do, or disapprove and refrain from doing, actions according to their promotion of pleasure and happiness.” -> Pig Philosophy

• Mill ukuran kenikmatan itu adalah kesesuaian dengan qualitative features, pleasures yang berasal dari "higher faculties“ (intelek, perasaan, imajinasi, perasaan moral) lebih bernilai dari pada pleasure yang berasal dari "lower faculties" yakni kenikmatan badaniah atau sensual. Dia mengatakan "It is better to be a human being dissatisfied than a pig satisfied; better to be Socrates dissatisfied than a fool satisfied"

Page 11: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Prinsip umum dari Utilitarianisme adalah “suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral apabila akibat-akibatnya menunjang kebahagiaan sebanyak mungkin orang yang bersangkutan dengan sebaik mungkin. “The greatest happiness of the greatest number.”

• Benar tidaknya sebuah tindakan

tergantung pada tujuan/kegunaan (Utility) dari tindakan itu, yakni apakah perbuatan itu menunjang kebahagiaan umum atau tidak.

Page 12: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

Kritik terhadap Utilitarianism• Apakah mungkin bahwa tindakan

manusia itu bisa memenuhi tolok ukur kebahagiaan semua orang?

• Utilitarianisme yang mendasarkan penilaiannya terhadap sesuatu tergantung pada kegunaannya, ini cenderung menempatkan manusia hanya sebagai obyek saja dan bukan sebagai subyek.

• Manusia cenderung dipandang hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Akibatnya bahwa harkat dan martabat manusia sering kurang dihormati dan sering dilanggar.

Page 13: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Utilitarianisme akan cenderung melegalkan segala macam cara asal konsekwensinya akan memberikan manfaat atau kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang. Tujuan menghalalkan cara (The end, indeed, does justify the means). Dalam hal ini, orang bisa membunuh seorang manusia yang tidak bersalah kalau kematiannya akan memberikan manfaat (kebahagiaan) bagi sebanyak mungkin orang.

Page 14: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Dalam utilitarianisme yang extrem, maka orang-orang tua yang sudah tidak banyak manfaatnya itu, apalagi sakit-sakitan dan menghabiskan banyak uang, lebih baik diterminasi saja karena dana dan tenaga yang dialokasikan kepadanya sebenarnya bisa dialokasikan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang.

Page 15: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Pengaruhnya dalam bidang bioetika cukup besar. Konsep pemilihan utilitarianisme sangat jelas berdampak dalam bidang medis. Biasanya ukuran yang dipakai ialah “the quality-adjusted life year” (QALY) dimana dicoba untuk diukur antara harapan hidup (life expectancy) dan kwalitas hidup (quality of life) berdasarkan nilai-nilai etis yang umum diperbandingkan dengan kurban yang harus dibayar.

Page 16: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

• Rasionalitas moral dan economis perhitungan berdasarkan metode QALY akan lebih mengedepan-kan pilihan mengenai hidup yang lebih sehat (walaupun pendek) dibandingkan dengan hidup yang panjang yang disertai dengan penyakit dan cacat.

• QALY juga dapat dipergunakan baik dalam tingkat micro untuk melakukan alternative therapies bagi pasien tertentu maupun dalam tingkat macro untuk membuat kebijaksa-naan mengenai alokasi sumberdaya kesehatan yang terbatas.

Page 17: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

Deontologi VS Consequentialism• Bagi para deontolog,

konsekwensi tindakan (apakah menguntungkan atau merugikan) tidak menjadi perhitungan. Yang penting merasa wajib untuk buat itu maka dia akan membuat.

Page 18: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Deontologi

Deontologi VS Consequentialism• Bagi para consequentialist persis

kebalikannya. Konsekuensi dari tindakan menentukan benar dan tidaknya suatu perbuatan. Oleh karena itu, kebahagiaan atau kepuasan merupakan satu-satunya kebaikan manusia intrinsik sedangkan penyakit atau ketidak bahagiaan merupakan intrinsic evil. Prinsip tindakannya: manusia harus bertindak demi “greatest happiness of the greatest number”. Dengan kata lain, benar salahnya suatu tindakan tergantung pada konsekwensi keseluruhan dan long-term bagi well being manusia, atau sekurang-kurangnya kebaikan yang paling banyak yang paling mungkin.

Page 19: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Paternalistik

• Paternalistik berasal dari kata Pater yang berarti bapak/ayah. Dalam etika ini hubungan dua orang diperlakukan dan memperlukan diri yang satu sebagai bapak yang baik dan yang lainnya sebagai anaknya. Sebagai bapak yang baik, dia akan memikirkan dan memperjuangkan apa yang terbaik bagi anaknya, juga seandainya hal itu bertentangan dengan kehendak si anak tetapi jikalau dipandang baik oleh si bapak, maka si bapak akan memaksakan kehendaknya. Sebaliknya si anak, oleh karena dia tidak tahu banyak maka si anak hanya akan mengikuti saja apa yang diperintahkan oleh si ayah.

Page 20: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Paternalistik

• Sejak jaman Yunani kuno dulu, etika medis Paternalistik inilah yang banyak dipergunakan. “I will apply dietetic measures for the benefit of the sick according to my ability and judgement. I will keep them from harm and injustice.”

• Dalam Paternalistik, Dokter sebagai ayah yang baik dan pasien sebagai anak yang gak tahu apa-apa, tinggal nurut sama ayahnya.

Page 21: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Paternalistik

• Paternalistik: “pembenaran untuk campur tangan dalam kebebasan seseorang untuk bertindak dengan alasan khusus yakni demi kesejahteraan, kebaikan, kebahagiaan, kebutuhan, kepentingan dan nilai-nilai orang yang dipaksa itu.” Dengan kata lain, “Aku memaksa kamu untuk berbuat ini atau untuk tidak berbuat itu demi kebaikanmu!”

Gerald Dworkin, “Paternalism”, The Monist 56(1972) 65

Page 22: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Paternalistik

• Etika medis paternalistis bisa berlangsung lebih dari dua ribu tahun karena didukung oleh kedudukan pelayan kesehatan di mata masyarakat yang sangat istimewa dan juga oleh karena kesetiaannya untuk menjunjung etika medis dalam menjalankan profesi medisnya yang tidak mementingkan dirinya sendiri tetapi demi kepentingan pasien (altruisme).

Page 23: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Paternalistik

• Seorang dokter diharapkan mempunyai sifat dasar etis yang melekat pada profesinya sebagai dokter yang baik dan bijaksana. Dalam menjalankan tugasnya, mereka diharapkan mempunyai kemurnian niat dan kesungguhan kerja serta kerendahan hati oleh karena integritas ilmiah dan sosialnya, lebih-lebih karena profesi ini menuntut pandangan dan penghargaan kemanusiaan yang tinggi sehingga karya ini adalah karya kemanusiaan. Para pelayan kesehatan juga mempunyai kemauan teguh untuk membantu pasien sebaik mungkin.

Page 24: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

• Orang yang paling berpengaruh dalam bioetika modern adalah Tom L. Beauchamp dan James F. Childress yang menulis buku Principles of Biomedical Ethics

• Dia menyatakan ketidak puasannya atas beberapa teori etika yang beredar dan kemudian mengusulkan teori etika yang baru karena sudah tidak bisa menjawab kebutuhan.

Page 25: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

Perubahan itu didorong oleh dua pihak:1.Pihak masyarakat yang semakin

otonom untuk menentukan diri sendiri2.Pihak dokter yang tidak berhasil

memegang teguh syarat dan prinsip Hippokrates

Dalam bidang medis, otonomi diri inipun berdampak sangat besar. Oleh karena intervensi medis itu adalah intervensi yang mengena langsung pada diri/tubuh pasien, maka pelayan kesehatan tidak sembarangan bisa berbuat sesuatu terhadap pasien, Pasien yang menentukan dan bukan dokter.

Page 26: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

• Tom L. Beauchamp dan James F. Childress menawarkan serangkaian nilai etika baru yakni Respect for autonomy, nonmaleficence (do no harm), Beneficence dan Justice.

• Autonomi “Personal Autonomy… personal ruleof the self that is free from both controlling interferences by others and from personal limitations that prevent meaningful choice, such as inadequate understanding. The autonomous individual freely acts in accordance with a self-chosen plan, analogous to the way an independent government manages its territories and sets its policies

Page 27: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

• Nonmaleficence “The principle of nonmaleficence asserts an obligation not to inflict harm intentionally. It has been closely associated in medical ethics with the maxim Primum non nocere: above all (or first) do no harm.”

Page 28: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

• Beneficence “Morality requires but only that we treat persons autonomously and refrain from harming them, but also that we contribute to their welfare. Such beneficial actions fall under the heading of beneficence … agents must take positive steps to help others, not merely refrain from harmful act.”

• Justice “Justice as fair, equitable, and appropriate treatment in light of what is due or owed to persons.”

Page 29: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

• Pasien yang berhak menetukan dan bukan dokter, juga seandainya bukan pilihan terbaik menurut medis.

• Pasien perlu informasi yang baik, benar dan lengkap agar bisa mengambil keputusan yang adekuat. Untuk itu maka perlu informed consent

Page 30: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

Penerapan Informed Consent menemui kendala:

a. Penerapan informed consent itu mengandaikan level pendidikan tertentu dari pasien yang ternyata di Indonesia sangat variatif. Mengandaikan bahwa semua pasien kita berpendidikan tinggi jelas pengandaian yang salah; demikian pula sebaliknya, mengandaikan bahwa pasien kita bodoh semua, ini jelas salah juga. Ada orang yang sudah diterangkan tetapi tidak mengerti tetapi kalau tidak diterangkan jelas ada banyak yang menuntut.

Page 31: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

Penerapan Informed Consent menemui kendala:

b. Mengenai siapa yang harus tanda tangan juga tidak mudah penyelesainnya. Hukum hanya mengatakan bahwa persetujuan atau penolakan itu dilakukan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat. Siapa keluarga terdekat? Bagaimana kalau terjadi konflik antar mereka: siapa yang harus dimenangkan? Bagaimana kalau pasien mau tetapi keluarga tidak mau? Bagaimana kalau terjadi perselisihan antar anggota keluarga. Di negara maju mungkin lebih mudah karena semua biaya ditanggung oleh asuransi

Page 32: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

Penerapan Informed Consent menemui kendala:

c. Consentnya apakah individual atau keluarga atau kelompok? Ini juga tidak mudah untuk diatasi karena ada banyak orang Indonesia yang memang sudah individualis tetapi di beberapa tempat sangat komunal sehingga consent ini harus bersifat kekeluargaan atau bahkan suku.

d. Ada dokter yang karena alasan pasiennya sangat banyak sehingga tidak punya waktu untuk menerangkan kepada pasien.

Page 33: 3.Filosofi Bioetika 3

Aliran Etika: Otonomi

Walau banyak kesulitan, tetapi saya yakin bahwa suka atau tidak suka, etika paternalistik pasti akan ditinggalkan dan diganti dengan etika otonomi yang baru ini apalagi di UU praktek kedokteran sudah dicantumkan mengenai informed consent ini. Ini berarti pelanggarannya bisa terkena sangsi hukum dan bukan hanya sangsi etis.

Page 34: 3.Filosofi Bioetika 3

1. Eudonisme perbuatan untuk mencapai

kebahagiaan

2. Deontologi kewajiban moral untuk

mengerjakan

3. Consequentialism perbuatan tergantung

hasil.

Baik baik, buruk burtuk

- Utilitarianism: tindakan dibenarkan bila

menunjang kebahagiaan orang banyak.

Page 35: 3.Filosofi Bioetika 3

4. Paternalistik demi kebaikan pasien,

pasien dianggap tidak tahu apa apa.

5. Norma baruotonomi, bebas menentukan

sendiri perinsip dasar bioetika.

Page 36: 3.Filosofi Bioetika 3

1. Respect for

Autonomy

2. Nonmaleficence

3. Beneficence

4. Justice

Prinsip Dasar Bioetika:

Page 37: 3.Filosofi Bioetika 3

TerimaKasih