3.analisis brand loyalty -...

27
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74 47 ANALISIS BRAND LOYALTY TERHADAP MEREK DETERJEN RINSO, ATTACK DAN DAIA (Studi Kasus pada Ibu-Ibu Perumahan Griya Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi) Fendi Ahmadi,SE. Alumni Program S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember Jl.Karimata No.49 Jember-Jawa Timur Drs. Agung Muljono, MM. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember Jl.Karimata No.49 Jember-Jawa Timur ABSTRAKSI Berbagai merek deterjen ditawarkan oleh produsen, seperti jenis bubuk dan krim. Perusahaan- perusahaan yang bergerak dibidang tersebut berpacu untuk memproduksi deterjen yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan juga bersaing dalam mempromosikan produknya dengan menonjolkan kelebihannyaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat loyalitas ibu-ibu perumahan Griya Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi terhadap deterjen merek Rinso, Attack dan Daia. Nilai tingkatan brand loyalty pada deterjen Rinso dan Attack menunjukkan tingkat loyalitas merek yang kuat kecuali pada tingkat committed buyer. Namun berbeda dengan tingkat brand loyalty pada deterjen Daia yang menunjukkan tingkat loyalitas yang belum terlalu kuat, terutama pada tingkat switcher buyer yang persentasenya masih tinggi dan sebaliknya pada tingkat committed buyer yang masih terlalu rendah Kata-kata Kunci : brand loyalty, committed buyerswitcher buyer ABSTRACTION Various brands of detergent are offered by manufacturers, such as the types of powders and creams. The companies engaged in the race to produce a detergent that suits your needs and desires of consumers. The company also competes in promoting their products by highlighting kelebihannyaTujuan this study was to determine the level of loyalty of mothers housing Griya Mulya I Tile Roof Banyuwangi District of Rinso detergent brand, Attack and Daia. Levels of brand loyalty on value Rinso detergent and Attack shows a strong degree of brand loyalty but on the level of committed buyers. However, different levels of brand loyalty in the detergent Daia which shows the level of loyalty that has not been too strong, especially at the level switcher is still a high percentage of buyers and vice versa at the level of committed buyers are still too low Key words: brand loyalty, committed buyer buyerswitcher I.PENDAHULUAN Dunia usaha khususnya pada bagian pemasaran, saat ini mengalami persaingan yang semakin meningkat. Pemasaran mempengaruhi hampir semua segi di kehidupan sehari-hari dan memegang peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Jadi suatu sistem pemasaran yang efektif adalah penting bagi masa depan bangsa. Konsep pemasaran menempatkan pembeli sebagai pusat kegiatan pemasaran. Hal ini berarti bahwa kebutuhan dan keinginan pembeli harus dimasukkan ke dalam produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Sedangkan pembeli dengan sumber-sumber yang terbatas akan memaksimalkan kepuasan mereka. Bagi perusahaan, pemasaran tidak hanya sekedar menjual dan memasang iklan atau mencari keuntungan semata, tetapi lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen. Seiring dengan majunya peradaban manusia dan perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat maka akan membawa perubahan terhadap perilaku

Upload: vandien

Post on 01-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

47

ANALISIS BRAND LOYALTY TERHADAP MEREK

DETERJEN RINSO, ATTACK DAN DAIA (Studi Kasus pada Ibu-Ibu Perumahan Griya Genteng Mulya I

Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi)

Fendi Ahmadi,SE.

Alumni Program S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Jember

Jl.Karimata No.49 Jember-Jawa Timur

Drs. Agung Muljono, MM.

Staf Pengajar

Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Jember

Jl.Karimata No.49 Jember-Jawa Timur

ABSTRAKSI

Berbagai merek deterjen ditawarkan oleh produsen, seperti jenis bubuk dan krim. Perusahaan-

perusahaan yang bergerak dibidang tersebut berpacu untuk memproduksi deterjen yang sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan juga bersaing dalam mempromosikan produknya dengan

menonjolkan kelebihannyaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat loyalitas ibu-ibu perumahan

Griya Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi terhadap deterjen merek Rinso, Attack dan

Daia. Nilai tingkatan brand loyalty pada deterjen Rinso dan Attack menunjukkan tingkat loyalitas merek yang

kuat kecuali pada tingkat committed buyer. Namun berbeda dengan tingkat brand loyalty pada deterjen Daia

yang menunjukkan tingkat loyalitas yang belum terlalu kuat, terutama pada tingkat switcher buyer yang

persentasenya masih tinggi dan sebaliknya pada tingkat committed buyer yang masih terlalu rendah

Kata-kata Kunci : brand loyalty, committed buyerswitcher buyer

ABSTRACTION

Various brands of detergent are offered by manufacturers, such as the types of powders and creams.

The companies engaged in the race to produce a detergent that suits your needs and desires of consumers. The

company also competes in promoting their products by highlighting kelebihannyaTujuan this study was to

determine the level of loyalty of mothers housing Griya Mulya I Tile Roof Banyuwangi District of Rinso

detergent brand, Attack and Daia. Levels of brand loyalty on value Rinso detergent and Attack shows a strong

degree of brand loyalty but on the level of committed buyers. However, different levels of brand loyalty in the

detergent Daia which shows the level of loyalty that has not been too strong, especially at the level switcher is

still a high percentage of buyers and vice versa at the level of committed buyers are still too low

Key words: brand loyalty, committed buyer buyerswitcher

I.PENDAHULUAN

Dunia usaha khususnya pada bagian

pemasaran, saat ini mengalami persaingan yang

semakin meningkat. Pemasaran mempengaruhi

hampir semua segi di kehidupan sehari-hari dan

memegang peranan yang sangat besar dalam

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Jadi suatu

sistem pemasaran yang efektif adalah penting bagi

masa depan bangsa. Konsep pemasaran

menempatkan pembeli sebagai pusat kegiatan

pemasaran. Hal ini berarti bahwa kebutuhan dan

keinginan pembeli harus dimasukkan ke dalam

produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Sedangkan pembeli dengan sumber-sumber yang

terbatas akan memaksimalkan kepuasan mereka.

Bagi perusahaan, pemasaran tidak hanya sekedar

menjual dan memasang iklan atau mencari

keuntungan semata, tetapi lebih mengarah pada

pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen.

Seiring dengan majunya peradaban manusia dan

perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat maka

akan membawa perubahan terhadap perilaku

Page 2: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

48 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

kehidupan manusia baik secara individual maupun

sosial. Termasuk membawa pengaruh terhadap

perilaku dan pola hidup konsumen dalam memilih

barang dan tempat untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Merek adalah nama, istilah, tanda,

lambang, atau desain atau kombinasinya yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi suatu produk

barang atau jasa dari seorang penjual atau

sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari

barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing (Kotler

dan Amstrong, 2006:275). Sebenarnya merek

merupakan nilai tangible dan intangible yang

terwakili dalam sebuah merek dagang yang mampu

menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila

diatur dengan tepat.Merek memegang peranan

sangat penting, yaitu menjembatani harapan

konsumen terhadap janji-janji yang ditawarkan oleh

perusahaan, sehingga akan terdapat ikatan

emosional antara konsumen dengan perusahaan

sebagai penghasil produk melalui merek, para

pesaing menawarkan produk yang sama tetapi tidak

mungkin menawarkan janji emosional yang sama

kepada konsumen. Dengan pemberian merek lalu

konsumen membeli, menggunakan produk merek

tersebut kemudian mengalami perasaan positif

(Positive feeling), maka merek tersebut memberikan

nilai emosional.

Produk dengan ekuitas merek (brand equity)

yang kuat dapat membentuk landasan merek (brand platform) yang kuat dan mampu mengembangkan

keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun

dalam rangka waktu yang lama. Brand Loyalty yang

telah diperkuat merupakan hal penting dalam

merespon inovasi yang dilakukan para pesaing dan

hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat

signifikan terhadap produk yang akan dipasarkan

secara kuantitas maupun kepuasan yang dirasakan

oleh para pemakai produk atau konsumen (Darmadi

Durianto, dkk, 2004:6). Semakin kuat ekuitas merek

(brand equity) suatu produk maka semakin kuat pula

daya tariknya dimata konsumen untuk

mengkonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya

membuat konsumen melakukan pembelian dan

mengantarkan perusahaan untuk meraih keuntungan

dari waktu ke waktu. Berbagai merek deterjen

ditawarkan oleh produsen, seperti jenis bubuk dan

krim. Perusahaan-perusahaan yang bergerak

dibidang tersebut berpacu untuk memproduksi

deterjen yang sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Perusahaan juga bersaing

dalam mempromosikan produknya dengan

menonjolkan kelebihannya.Salah satu jenis produk

deterjen yang beredar di pasaran adalah produk

deterjen jenis bubuk yang terkenal diantaranya

adalah Rinso, Attack dan Daia. Ketiga merek

tersebut merupakan deterjen yang sering dipakai

oleh ibu-ibu rumah tangga. Perumahan Griya

Genteng Mulya I merupakan daerah yang tepat

untuk memasarkan produk deterjen jenis bubuk

Rinso, Attack dan Daia. Alasan dipilihnya

perumahan Griya Genteng Mulya I karena

penduduknya bermata pencaharian heterogen

dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda

sehingga kebutuhan rumah tangga khususnya

deterjen akan berbeda-beda pula. Hal ini terperinci

dalam tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1

Data mata pencaharian dan populasi perumahan Griya Genteng Mulya 1

RT Mata Pencaharian

Populasi PNS Pegawai Swasta Wiraswasta

I 18 6 10 34

II 9 12 11 32

III 15 11 26 52

IV 10 14 28 52

V 6 16 39 61

Jumlah 58 59 114 231

Sumber : masing-masing ketua RT perumahan Griya Genteng Mulya 1.

Tabel .2

Data hasil pendapatan populasi perumahan Griya Genteng Mulya 1

Pendapatan Jumlah responden

< 1 juta per bulan 44

1 juta – 5 juta per bulan 169

> 5 juta per bulan 18

Jumlah populasi 231

Sumber : masing-masing ketua RT perumahan Griya Genteng Mulya 1.

Page 3: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 49

Untuk mempertahankan ketiga eksistensi produk

deterjen tersebut, maka perlu diadakan evaluasi

tentang tingkat loyalitas konsumen dari setiap merek

deterjen Rinso, Attack dan Daia sehingga dapat

membentuk citra merek (brand image) dalam benak

konsumen dari produk deterjen tersebut tetap

terjaga.Fenomena persaingan yang ada pada

deterjen Rinso, Attack dan Daia mengarahkan ke

sistem perekonomian dimana mekanisme pasar

memposisikan pemasar untuk selalu

mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market

share). Salah satu asset untuk mencapai keadaan

tersebut adalah merek (brand). Berdasarkan latar

belakang masalah yang telah diuraikan, maka

penelitian ini diberi judul ”Analisis Brand Loyalty

Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia.

(Studi Kasus Pada Ibu-Ibu Perumahan Griya

Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi)”Berdasarkan uraian dari latar

belakang, maka perumusan masalah yang diambil

adalah “Bagaimana tingkat loyalitas ibu-ibu

perumahan Griya Genteng Mulya I Kecamatan

Genteng Kabupaten Banyuwangi terhadap deterjen

merek Rinso, Attack dan Daia?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat loyalitas ibu-ibu perumahan Griya Genteng

Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi terhadap deterjen merek Rinso, Attack

dan Daia. Adapun kegunaan yang diharapkan

penulis adalah :

1. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini akan dapat

memberikan masukan dan memberikan

sumbangan pikiran bagi perusahaan yang

berkaitan dengan brand loyalty yang

mengakibatkan membentuk brand image (citra

merek) pada produk deterjen merek Rinso,

Attack dan Daia.

2. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah informasi dan pengetahuan

khususnya di bidang Ilmu Manajemen sub

bidang Manajemen Pemasaran.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Dita Afiani Saputri (2005) “Analisis Asosiasi

Merek Pada Produk Shampoo di Kalangan

Mahasiswa S1 Non Reguler Fakultas Ekonomi

Universitas Jember”. Merek yang digunakan adalah

adalah shampoo Pantene, Rejoice dan

Head&Shouder. Alat analisis yang digunakan

adalah reliabilitas rata-rata dan standar deviasi,

spearman brown dan test Cochran. Teknik

Berdasarkan pengujian test cochran diperoleh

bahwa yang melekat pada shampoo merek Pantene

adalah harga terjangkau, mudah diperoleh, banyak

pilihan sesuai kondisi rambut, merek shampoo

sudah dikenal, shampoo dengan kemasan ekonomis,

dan menghaluskan helai rambut. Asosiasi yang

melekat pada shampoo merek Rejoice adalah harga

terjangkau, mudah diperoleh, banyak pilihan sesuai

kondisi rambut, merek sudah dikenal, aman

digunakan setiap hari, shampoo dengan harum tahan

lama dan shampoo dengan kemasan ekonomis.

Asosiasi yang melekat pada shampoo merek

Head&Shouder adalah harga terjangkau, mudah

diperoleh, merek sudah dikenal, shampoo dengan

harum taham lama dan shampoo dengan kemasan

ekonomis.

Siswo Prayitno (2008) “ Analisis Brand Loyalty

pada Konsumen Ponsel Merek Nokia dan Sony

Ericsson Di Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Jember“. Merek yang digunakan

adalah Nokia dan Sony Ericsson. Alat analisis yang

digunakan adalah rata-rata dan standart deviasi,

brand switching pattern matrix, piramida brand

loyalty. Hasil penelitiannya adalah bahwa responden

memiliki tingkat loyalitas yang tinggi untuk merek

Nokia dan Sony Ericsson.

Pemasaran Dan Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-

kurangnya satu pihak dalam pertukaran potensial

mencurahkan pikiran pada sasaran dan sarana untuk

mendapatkan tanggapan dari pihak lain.Pemasaran

adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan

memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk

mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan pemangku

kepentingannya (Philip Kotler dan Kevin Lane

Keller, 2008:5).

Definisi pemasaran didasarkan pada konsep-

konsep inti berikut : kebutuhan, keinginan dan

permintaan, produk, utilitas, nilai dan kepuasan,

pertukaran, transaksi dan hubungan pasar,

pemasaran dan pemasar. Konsep-konsep ini

digambarkan pada gambar .1.

Gambar 1: Konsep Inti Pemasaran

Sumber : Philip Kotler (2000:11)

Pertukaran,

transaksi dan

hubungan

Nilai, biaya

dan

kepuasan

PRODUK

Kebutuhan,

keinginan dan

permintaan

Pemasaran

dan pemasar

PASAR

Page 4: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

50 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

Berdasarkan definisi konsep inti pemasaran

disimpulkan bahwa pemasaran mencakup usaha suatu

individu, kelompok atau badan usaha yang dimulai

dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan

salah satu pokok kegiatan perusahaan untuk mencari

laba dalam upaya mempertahankan kelangsungan

usahanya.

Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah suatu kombinasi yang

memberikan hasil maksimal dari unsur-unsur product,

price, place dan promotion (Buchari Alma,

2010:294). Antara lain seperti kualitas barang, harga

jual aktivitas dari penyalurnya, promosi penjualan.

Namun ada pula faktor yang tidak dikuasai oleh

perusahaan, misalnya peraturan pemerintah, tingkat

persaingan, daya beli penduduk, munculnya barang

pengganti, adanya tindakan dari pesaing dan

sebagainya. Marketing mix sebagaimana yang sudah

kita kenal dan umumnya diterapkan pada pemasaran

barang teridri dari 4 variabel yaitu :

1. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke sebuah pasar untuk memenuhi

keinginan atau kebutuhan. Produk yang

ditawarkan meliputi barang, jasa, tempat,

organisasi, dan gagasan. Dalam produk terdapat

tingkatan yang harus diketahui oleh pasar antara

lain (1) Manfaat inti yaitu produk / manfaat dasar

yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. (2)

pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi

produk dasar.(3) produk yang diharapkan. (4)

menyiapkan produk yang ditingkatkan yang

memenuhi keinginan pelanggan melampaui

harapan mereka. (5) terdapat produk potensial

yang mencakup semua peningkatan dan

transformasi yang akhirnya akan dialami produk

tersebut di masa depan.

2. Harga merupakan nilai suatu produk yang dapat

diukur dengan uang. Setiap orang yang ingin

memiliki setiap produk pasti harus mengeluarkan

sejumlah uang sebagai penukar barang / jasa

tersebut. Perusahaan dapat melakukan berbagai

kebijakan penetapan harga untuk mempengaruhi /

pembelian konsumen. Salah satunya dengan

berdasarkan pasar, dimana harga ditetapkan di

atas, di bawah, atau sama dengan harga produk

saingan.

3. Tempat atau lokasi merupakan tempat yang

menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk membuat produk tersedia dan

dapat diperoleh konsumen sesuai dengan sasaran

yang dimaksud. Oleh karena itu, perusahaan harus

mengidentifikasi dan menghubungkan berbagai

komunitas konsumen dalam rangka memperlancar

pemasaran produk. Pilihan dalam penentuan lokasi

merupakan faktor yang penting dalam usaha

menarik konsumen.

4. Promosi merupakan arus informasi satu arah yang

buat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi

kepada tindakan yang menciptakan pertukaran

dalam pemasaran.

Atribut Produk

Atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat

pada produk dan menjadi bagian dari produk itu

sendiri (Bilson Simamora,2001:167). Atribut produk

meliputi sesuatu yang terkandung di dalam produk

tersebut seperti halnya kualitas, gengsi, nilai harga

jual kembali, desain dan lain-lain.Atribut produk

meliputi segala sesuatu yang melekat pada produk

antara lain :

1. Desain Produk

Desain produk merupakan atribut yang sangat

penting untuk mempengaruhi konsumen agar

dapat menarik bagi mereka dan kemudian

membeli serta menggunakannya.

Desain produk yang baik dapat meningkatkan

pemasaran produk dalam berbagai hal

diantaranya:

a. Dapat mempermudah operasi pemasaran

produk.

b. Meningkatkan nilai kualitas dan keawetan

produk.

c. Menambah daya penampilan produk.

2. Kemasan Produk

Kemasan merupakan salah satu atribut produk.

Oleh karena itu, kemasan produk deterjen harus

dipilih dengan gambar, nama maupun warna

yang mudah dikenal dan sedap dipandang

(Kotler dan Amstrong, 2006:275).

3. Merek (Brand)

Merek dalam arti nama suatu jenis produk sangat

diperlukan untuk membedakan dalam pemasaran

produk dari barang-barang yang dihasilkan oleh

pesaing.

4. Label

Suatu produk di samping diberi merek, kemasan

maupun desain yang menarik juga harus

mencantumkan label. Label merupakan bagian

dari sebuah produk yang berupa keterangan atau

penjelasan mengenai produk tersebut atau

penjualnya.

Beberapa dimensi kualitas produk meliputi:

1. Kinerja (performance)

Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk

inti (core product) yang dibeli. Misalnya

kecepatan konsumsi bahan bakar, jumlah

penumpang yang dapat diangkut, kemudahan

dan kenyamanan dalam mengemudi dan

sebagainya.

2. Keistimewaan (feature)

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

Misalnya kelengkapan dash board, AC, sound

system, dan sebagainya. \

3. Kehandalan (reliability)

Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai. Misalnya tidak

sering ngadat/macet/rewel/rusak.

Page 5: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 51

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to

specification)

Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan

operaasi memenuhi standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar

keamanan dan emisi terpenuhhi seperti ukuran as

roda untuk truk tentunya harus lebih besar dari

pada mobil sedan.

5. Daya tahan (durability)

Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut

terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur

teknis maupun umur ekonomis penggunaan

mobil.

6. Estetika (asthethic)

Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik,

model atau desain yang artistik, warna dan

sebagainya.

Merek (Brand)

Merek adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau

desain atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi suatu produk barang atau jasa dari

seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk

membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan

oleh pesaing (Kotler dan Amstrong, 2006:275).

Dengan brand atau merek tersebut perusahaan

mengharapkan agar konsumen mempunyai kesan

positif pada barang atau jasa yang dihasilkan (brand image).

Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh

perusahaan dalam menetapkan atau memilih suatu

merek yaitu:

1. Merek mudah diingat

Dalam pemilihan suatu merek, perusahaan harus

bisa menentukan kata-kata, simbol atau gambar

yang akan menjadi citra dari suatu produk

dengan cara penggunaan kata atau gambar yang

mudah diingat dalam benak konsumen. Hal ini

bertujuan agar jika dikemudian hari konsumen

membutuhkan produk tersebut maka konsumen

dapat dengan mudah mengingat dan mengetahui

produk dengan merek yang dimaksud.

2. Menimbulkan kesan positif

Setiap perusahaan tentu mengharapkan supaya

dapat meningkatkan omset penjualan suatu

produk yang diproduksinya. Jadi perusahaan

selalu berupaya untuk tetap mampu

mengembangkan keberadaan suatu merek dalam

persaingan apapun dan dalam jangka waktu yang

lama dengan mencerrminkan pencitraan suatu

merek terhadap suatu kesan tertentu dalam

kaitannya dengan kebiasaan gaya hidup,

manfaat, atribut produk, geografi, harga, pesaing

dan selebritis sebagai bintang iklan. Dengan

kesan-kesan tersebut sehingga akan dapat

dirangkai dan membentuk citra positif tentang

merek (brand image) di benak konsumen.

3. Tepat untuk promosi

Salah satu yang juga berpengaruh adalah merek

tersebut tepat atau cocok untuk promosi. Hal

tersebut berarti merek harus dapat menunjukkan

kualitas produk yang bersangkutan dan sesuai

dengan kebutuhan konsumen.

Beberapa keuntungan atau manfaat merek bagi si

penjual yaitu :

1. Nama merek memudahkan penjual untuk

mengolah pesanan-pesanan dan menekan

permasalahan.

2. Nama merek dan tanda tangan akan secara

hukum melindungi penjual dari pemalsuan ciri-

ciri produk.

3. Merek memberi penjual peluang kesetiaan

konsumen pada produk.

4. Merek dapat membantu penjual dalam

mengelompokkan pasar ke dalam segmen-

segmen.

5. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya

merek yang baik.

Beberapa keuntungan atau manfaat merek bagi si

pembeli yaitu :

1. Memudahkan pembeli mengenali produk.

2. Menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang

mutu.

3. Menarik perhatian pembeli terhadap produk-

produk baru yang bermanfaat bagi mereka.

Ekuitas Merek (Brand Equity)

Brand Equity adalah satu set brand asset dan

liability yang berhubungan dengan sebuah merek,

nama, dan simbol yang disediakan sebuah produk atau

service bagi konsumen (Umar, 2003:424).

Lima kategori brand equity yaitu (Umar, 2003:424):

1. Kesadaran akan merek (brand awareness)

Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli

untuk mengenal atau mengingat kembali bahwa

suatu merek merupakan kegiatan dari kategori

produk tertentu.

2. Asosiasi merek (brand association)

Mencerminkan merek terhadap kesan tertentu

dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,

manfaat, atribut produk, geografis, harga pesaing,

selebritis dan sebagainya.

3. Persepsi/kesan akan merek (perceived quality)

Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas/keunggulan suatu produk yang

diharapkan.

4. Loyalitas merek (brand loyalty)

Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen

dengan suatu merek produk.

5. Paten, merek dagang, channel, relasi dan lain-lain

(other proprietary brand assets)

Brand Loyalty (loyalitas merek)

Loyalitas merek (brand Loyalty) merupakan suatu

ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.

Dengan kata lain, ukuran ini mampu memberikan

Page 6: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

52 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

gambaran tentang mungkin tidaknya seorang

pelanggan beralih ke merek produk yang lain,

terutama jika pada merek tersebut didapati adanya

perubahan baik menyangkut harga ataupun atribut

yang lain (Durianto Darmadi, 2004:126)

Adapun fungsi dari brand loyalty bagi perusahaan,

antara lain Durianto Darmadi, 2004:127):

1. Mengurangi biaya pemasaran.

Apabila brand loyalty meningkat, maka biaya

pemasaran akan semakin mengecil. Hal ini

disebabkan mempertahankan pelanggan lama

lebih murah dibanding mencari pelanggan baru.

2. Meningkatkan perdagangan.

Loyalitas konsumen yang kuat terhadap suatu

merek akan memperkuat keyakinan para

perantara pemasaran sehingga mampu

meningkatkan volume perdagangan.

3. Menarik minat pelanggan baru.

Pelanggan yang puas akan suatu merek produk,

umumnya akan merekomendasikannya kepada

orang lain sehingga secara tidak langsung akan

menciptakan pelanggan baru.

4. Memberi waktu untuk merespon ancaman

pesaing.

Apabila ada produk pesaing yang unggul,

pelanggan yang loyal akan memberikan waktu

pada perusahaan untuk memperbaharui

produknya.

Terdapat beberapa tingkatan brand loyalty yang

masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan

pemasaran yang harus dihadapi sekaligus asset yang

dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan brand loyalty

tersebut adalah sebagai berikut (Durianto, 2001:128):

1. Swicther Buyer (pembeli yang berpindah-

pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini

dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada

tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi

pelanggan untuk memindahkan pembeliannya

dari suatu merek ke merek yang lain

mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang

sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada

merek tersebut. Ciri-ciri yang paling nampak

dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli

suatu produk karena harganya yang murah.

2. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat

kebiasaan)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini

dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas

dengan merek produk yang dikonsumsinya atau

paling tidak mereka tidak mengalami

ketidakpuasan dalam mengonsumsi merek

tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini

dalam membeli dalam membeli suatu produk

didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya

peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli masuk dalam

kategori puas bila mereka mengkonsumsi suatu

merek tertentu tetapi tidak menutup

kemungkinan mereka akan memindahkan

pembeliannya ke merek lain dengan

menanggung biaya peralihan (switching cost). Bagi pesaing yang ingin menarik minat

pelanggan dari kategori ini perlu mengatasi

biaya peralihannya dengan menawarkan

berbagai manfaat yang cukup besar sebagai

kompensasinya.

4. Liking The Brand (menyukai merek)

Pelanggan yang berada pada tingkatan ini

dikatakan sebagai pelanggan yang sungguh-

sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkat

ini dijumpai perasaan emosional yang terkait

pada merek.

5. Commited Buyer (pembeli yang komit)

Pembeli pada tingkat ini merupakan pelanggan

yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan

sebagai pengguna suatu merek dan merek

tersebut menjadi sangat penting dipandang dari

segi fungsi dan nilainya. Mereka juga tidak

segan-segan merekomendasikan dan

mempromosikan merek tersebut pada orang lain.

Beberapa tingkat pengukuran loyalitas merek

menurut Durianto (2001:65) antara lain yaitu:

1. Behaviour measures (pengukuran perilaku)

Adalah tingkat pengukuran terutama perilaku

atau kebiasaan (Habitual Buyer) dengan

memperhitungkan pola pembelian yang aktual.

2. Epurchase rates (tingkat pembelian ulang)

Adalah tingkat persentase pelanggan yang

membeli merek yang sama pada kesempatan

membeli jenis produk tersebut.

3. Percent of purchase (persentase pembelian)

Adalah tingkat persentase pelanggan untuk

setiap merek yang dibeli dari beberapa

pembelian terakhir.

4. Number of brand purchase (jumlah merek yang

dibeli)

Tingkat persentase pelanggan dari suatu merek

produk untuk hanya membeli satu produk, dua

produk, tiga produk dan seterusnya.

Perilaku konsumen

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang

terlibat langsung dalam memahami tingkah laku

konsumen (Dahlan Iskan,2008:7). Memahami

perilaku konsumen bukanlah suatu pekerjaan yang

mudah karena banyaknya variabel yang

mempengaruhi dan variabel-variabel tersebut saling

berinteraksi. Dalam mempelajari pemasaran tidak

hanya berhenti pada perilaku konsumen semata saja

namun juga perlu mengkaitkannya dengan strategi

pemasaran yang akan disusunnya. Strategi pemasaran

yang baik pada hakekatnya didasarkan pada apa yang

diinginkan dan dibutuhkan konsumennya. Perusahaan

yang mampu memahami perilaku konsumen akan

mendapatkan keuntungan yang cukup besar dan dapat

Page 7: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 53

memberikan kepuasan yang lebih baik dibanding

pesaing..

Pengetahuan

Pengetahuan konsumen merupakan sejumlah

pengalaman yang telah dialami dan informasi tentang

suatu produk atau jasa yang dimiliki seseorang.

Pengetahuan produk terbagi menjadi tiga jenis

menurut ahli yang membaginya.

Pengetahuan produk yang dimiliki konsumen

dibedakan menjadi dua jenis yaitu

www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id :

1. Pengetahuan Deklaratif (declarative knowledge)

Mencakupi fakta subyektif yang diketahui oleh

konsumen yang meliputi :

a. Pengetahuan Episodik (episodic knowledge)

melibatkan pengetahuan yang dibatasi

dengan lintasan waktu.

b. Pengetahuan Semantik (semantic knowledge)

melibatkan pengetahuan yang

digeneralisasikan yang memberikan arti bagi

dunia seseorang.

2. Pengetahuan Prosedural (procedural knowledge)

Mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini

dapat digunakan.

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh konsumen

sebelum mengambil keputusan membeli suatu produk

adalah :

1. Pengetahuan Produk

Mencakupi informasi tentang merek apa yang

paling cocok dengan pribadi konsumen, selain

itu informasi tentang harga suatu produk.

2. Pengetahuan Pembelian

Mencakupi bermacam informasi yang

berhubungan erat dengan cara memproleh

produk yang melibatkan informasi berkenaan

keputusan tentang dimana produk tersebut harus

dibeli dan kapan pembelian harus terjadi.

3. Pengetahuan Pemakaian

Mencakupi informasi yang tersedia di dalam

ingatan bagaimana suatu produk digunakan dan

apa yang diperlukan agar benar-benar

menggunakan produk tersebut.

Kepribadian Konsumen

Kepribadian sering diartikan sebagai karakteristik

individual yang merupakan perpaduan dari sifat,

tempramen, kemampuan umum dan bakat yang dalam

perkembangannya dipengaruhi oleh interaksi individu

dengan lingkungannya (Dahlan Iskan, 2008:57).

Menurut John M. Ivancevich (2007:93)

mengemukakan bahwa kepribadian merupakan

produk bawaan atau nature termasuk keturunan dari

ayah atau ibu

.

Gambar 2 : Beberapa Kekuatan Utama yang Mempengaruhi Kepribadian

Sumber : John M. Ivancevich (2007:93)

Kepribadian Merek

Kepribadian merek merupakan kondisi di mana

konsumen menghubungkan berbagai sifat atau

karakteristik.

Elemen-elemen yang menjadi kepribadian

merek suatu produk antara lain.

1. Atribut fisik, seperti warna, harga dan bahan

2. Atribut fungsional, konsekuensi pemakaian

suatu merek.

3. Karakteristik, yaitu kepribadian merek

sebagaimana dirasakan oleh konsumen.

Merek mungkin dicirikan sebagai modern /

ketinggalan model, riang, erotik, bahaya,

mirip seperti manusia.

III.METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel

Penelitian ini merupakan jenis deskriptif yaitu

suatu metode penelitian yang digunakan untuk

memperoleh gambaran mengenai kejadian sehingga

metode ini berkehendak mengadakan akumulasi

data, memberikan gambaran terhadap fenomena-

fenomena. Penelitian ini berdasarkan data primer

Hubungan

keluarga

budaya

Kelas sosial dan

keanggotaan

kelompok lain

keturunan Kepribadian

individu

Page 8: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

54 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

yaitu diambil dari kuesioner kepada responden

yaitu ibu-ibu rumah tangga pada perumahan Griya

Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi yang telah atau pernah memakai

produk deterjen merek Rinso, Attack dan Daia.

Identifikasi variabel merupakan definisi yang

dilakukan atas sifat atau hal yang didefinisikan

sehingga dapat diamati atau diobservasi. Adapun

variabel yang digunakan dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai berikut :

1. Variabel bebas atau independent variable (X)

adalah variabel yang memberi pengaruh pada

variabel lain. Variabel atribut produk yang

melekat pada deterjen antara lain:

a. Merek terkenal (gengsi)

b. Bersih, harum dan irit

c. Busa melimpah

d. Harga murah

e. Lembut di tangan

f. Mudah diperoleh

g. Kemasan menarik

2. Variabel terikat atau dependent variable (Y)

adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah brand loyalty (Rinso, Attack dan

Daia).

Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel diperlukan dalam setiap

penelitian membatasi masalah-masalah yang ada di

dalam penelitian itu sendiri. Brand Loyalty

(loyalitas merek) merupakan ukuran keterkaitan

antara pelanggan dengan sebuah merek, dimana

ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang

mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke

merek produk yang lain.

Adapun variabel-variabel brand loyalty

(loyalitas merek) pada produk deterjen adalah :

1. Rinso

Rinso adalah suatu merek deterjen jenis bubuk

yang di produksi oleh PT. Unilever Indonesia,

Tbk. Memliki berbagai macam produk seperti

Rinso anti noda, Rinso warna, Rinso Exel,

dimana berbagai produk tersebut memiliki

fungsi-fungsi yang berbeda di dalam

melindungi pakaian.

Deterjen Rinso ini mengandung komposisi

sebagai berikut :

a. Ekstra butiran merah yang mampu

mecerahkan pakaian putih maupun

berwarna.

b. Mengandung double enzyme dan hanya

menggunakan surfaktan biodegradable

(LAS) demi menjaga lingkungan. Dapat

terurai oleh pengolah limbah dan proses

alamiah.

c. Bahan aktif (pada saat dikemas) LAS

27%, turunan tetra benzo terta

azoporphine 0,03%.

2. Attack

Attack adalah suatu merek deterjen jenis

bubuk yang di produksi oleh PT. Kao

Indonesia. Memiliki macam produk seperti

Attack Colour, Attack Softener. Salah satu

deterjen yang mengandung softener, jadi tidak

perlu menambah pewangi dan pelembut lagi.

Deterjen ini mengandung linear alkylbenzone

sulfanate yang ramah lingkungan sehingga

tidak membahayakan ekosistem di sekitarnya.

3. Daia

Daia adalah suatu merek deterjen jenis bubuk

yang di produksi oleh PT. Wings Surya.

Memiliki macam produk seperti daia putih,

daia bunga, daia lemon. Deterjen ini

mengandung linear alkylbenzone sulfanate

(LAS) yang ramah lingkungan dan mudah

terurai oleh air serta dapat membuat tangan

tetap lembut.

Adapun indikator atribut produk dari masing-

masing merek deterjen tersebut sebagai berikut :

a. Merek terkenal (gengsi)

Produk deterjen ini sudah dikenal dan

memiliki kesan positif di benak masyarakat

pada umumnya dan ibu-ibu rumah tangga

pada khususnya.

b. Bersih, harum dan irit

Konsumen produk deterjen sebagian besar

adalah ibu-ibu rumah yang sangat selektif

terhadap kualitas suatu produk. Dalam

penggunaannya kosumen menginginkan

deterjen yang hemat dalam penggunaan,

harum yang tahan lama setelah proses

pencucian maupun setelah penjemuran namun

bersih sehingga tampak seperti baru lagi.

c. Busa melimpah

Busa merupakan salah satu faktor yang

diperhatikan oleh konsumen. Semakin

melimpah atau banyak busa dari deterjen

maka semakin diminati oleh konsumen dan

sebaliknya.

d. Harga murah

Konsumen dari berbagai lapisan ekonomi

dapat menjangkau harga dari produk deterjen

tersebut sehingga konsumen dapat merasakan

kualitas dari suatu produk deterjen yang

diinginkan.

e. Lembut di tangan

Di dalam proses pencucian dan setelah

pemakaian deterjen tangan tidak menjadi

kasar maupun iritasi

f. Mudah diperoleh

Konsumen dapat dengan mudah memperoleh

(membeli) produk deterjen baik pada toko

besar maupun toko kecil karena lancarnya

pendistribusian produk tersebut.

g. Kemasan menarik

Kemasan merupakan salah satu atribut

produk. Oleh karena itu, kemasan produk

Page 9: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 55

deterjen harus dipilih dengan gambar, nama

maupun warna yang mudah dikenal dan sedap

dipandang.

Adapun indikator variabel dari brand loyalty

tersebut sebagai berikut :

a. Switcher Buyer (pembeli yang berpindah-

pindah).

Switcher yaitu pembeli yang memiliki

kemungkinan besar atau tinggi dalam

melakukan pembeliannya dari satu merek ke

merek lain. Ciri yang tampak adalah pembeli

ini membeli suatu produk karena harganya

yang murah.

b. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat

kebiasaan).

Habitual Buyer yaitu pembeli yang bersifat

kebiasaan atau pelanggan yang tidak puas

dengan merek produk yang dikonsumsi.

c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan

biaya peralihan).

Satisfied Buyer adalah pembeli yang puas

namun mereka memikul biaya peralihan

(switching cost) baik dalam hal waktu, uang

atau resiko sehubungan dengan upaya untuk

melakukan pergantian merek.

d. Liking The Brand (pembeli yang menyukai

merek).

Liking The Brand yaitu pembeli yang

sungguh-sungguh menyukai merek tersebut.

Pada tingkat ini dijumpai perasaan yang

terkait pada merek.

e. Commited Buyer (pembeli yang komit).

Commited Buyer yaitu pembeli yang setia

terhadap suatu merek dan mereka memiliki

kebanggaan bahkan merek tersebut menjadi

sangat penting bagi mereka sehingga pembeli

ini terkadang merekomendasikan kepada

orang lain.

Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat

disimpulkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dengan survei

lapangan yang menggunakan semua metode

pengumpulan data original (Mudrajad

Kuncoro, 2003:127). Sumber data primer

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jawaban responden.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipubilkasikan

kepada masyarakat pengguna data (Mudrajad

Kuncoro, 2003:127). Data yang dimaksud

seperti literatur yang mendukung penelitian

penulis dari karya ilmiah lain yang topiknya

hampir sama dengan penelitian yang penulis

lakukan.

Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu

perumahan Griya Genteng Mulya 1 Kecamatan

Genteng Kabupaten Banyuwangi sebanyak 231

responden tabel 1.Dalam metode pengambilan

sample, alur penelitian ini menggunakan stratified random sampling. Menurut J. Supranto (2000:75)

stratified random sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang mempunyai unsur tidak

homogen dan berstrata. Cara pengambilan

ditentukan terlebih dahulu, peneliti hanya

menetapkan jumlah sampel yang akan diambil

sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun kriteria sampling atau pengambilan

sampel ke responden adalah ibu rumah tangga yang

pernah atau telah menggunakan produk deterjen

Rinso, Attack dan Daia.

Lebih lanjut dijelaskan oleh J. Supranto

(2000:81) untuk mencari jumlah sampel digunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

nk = Jumlah anggota yang mewakili strata ke-

k dalam sampel

P = Jumlah populasi

Pk = Jumlah populasi ke- k

n = Jumlah sampel

Sedangkan untuk menghitung banyaknya n

(jumlah sampel) ini digunakan rumus (J. Supranto,

2000:81) sebagai berikut : 2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Standart error

Maka jumlah sampel yang digunakan adalah 70

responden yang dianggap dapat mewakili atas

populasi yang ada dalam perumahan Griya Genteng

Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian in adalah sebagai

berikut :

1. Kuesioner

Adalah suatu pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebar daftar pertanyaan

kepada responden atas pertanyaan tersebut (J.

Supranto, 2000:135).

2. Study Kepustakaan

Adalah metode penelitian yang dilakukan

dengan membaca literatur-literatur atau buku-

Page 10: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

56 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

buku yang ada kaitannya dengan masalah

yang diteliti.

Proses Pengolahan Data

Dalam persiapan mengolah data yang diperoleh

ada beberapa proses antara lain:

1. Editing

Yaitu suatu proses pemeriksaan kewajaran

dan kebenaran atau kualitas data mentah hasil

survei agar perbaikan yang diperlukan dapat

dilakukan (Budi Purwadi, 2000:157).

2. Coding

Yaitu proses identifikasi dan klasifikasi data

penelitian ke dalam skor numerik atau

karakteristik simbol.

3. Data

Yaitu proses penyusunan data dalam bentuk

tabel. Proses ini merupakan tahapan lanjutan

dalam proses analisa data.

Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Skala Linket dimana skala ini

merupakan skala yang digunakan untuk

memperlihatkan tanggapan responden terhadap

karakteristik suatu produk melalui daftar

pertanyaan yang diperoleh dari masing-masing

item dari dalam setiap variabel maka disarankan

alternatif pilihannya lima saja (Durianto, 2001:41).

Untuk setiap item dalam daftar pertanyaan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Jawaban “a” diberi skor 1, yang bermakna

bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut

mengandung arti “Tidak pernah/ sangat tidak

setuju/ sangat tidak puas/ sangat tidak suka”.

2. Jawaban “b” diberi skor 2, yang bermakna

bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut

mengandung arti “Jarang/ tidak setuju/ tidak

puas/ tidak suka”.

3. Jawaban “c” diberi skor 3, yang bermakna

bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut

mengandung arti “ cukup sering/cukup

setuju/cukup puas/cukup suka”.

4. Jawaban “d” diberi skor 4, yang bermakna

bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut

mengandung arti “Sering/ setuju /puas /suka”.

5. Jawaban “e” diberi skor 5, yang bermakna

bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut

mengandung arti “Sangat sering/ sangat

setuju/ sangat puas/ sangat suka”.

Teknik Analisis Data

Rata-rata dan Standar Deviasi

Menurut Durianto (2001;43), untuk mengetahui

ukuran pemusatan dan ukuran keragaman

tanggapan responden maka perlu dicari nilai rata-

rata dan standar deviasinya dari data yang

diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Rata-rata (x) = n

fixiå .

Standar Deviasi =

( )

1

..

2

2

-

-åå

n

n

xifixifi

Keterangan:

Xi = Nilai pengukuran ke- i

fi = Frekuensi kelas ke- i

n = Banyaknya pengamatan

Besarnya interval kelas bagi tiap-tiap kelas adalah

(Durianto 2001:43) :

Setelah besarnya interval diketahui, kemudian

dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui

dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap

setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana

variasinya.

Rentang skala tersebut adalah:

1,00 – 1,80 = sangat jelek (SJ)

1,80 – 2,60 = jelek (J)

2,60 – 3,40 = cukup (C)

3,40 – 4,20 = baik (B)

4,20 – 5,00 = sangat baik (SB)

Brand Switching Pattern Matrix dan Piramida

Brand Loyalty

Menurut Durianto (2001:133) analisis ini

digunakan untuk menghitung Possibility Rate of

Transition (kemungkinan perpindahan merek) dari

berbagai merek produk sejenis yang beredar di

pasaran. Formula yang digunakan adalah :

ProT = xtxAtx

AlxLn

t%100

1

Dimana :

ProT = kemungkinan perpindahan merek

Alx = konsumen yang tetap setia / loyal

terhadap merek X yang bersangkutan

Atx = total konsumen yang diteliti dari merek

X yang bersangkutan

t = banyaknya / jumlah penelitian

Pengukuran terhadap variabel ini dapat

mengindikasikan loyalitas pelanggan terhadap

suatu merek. Jika nilai ProT yang diperoleh

semakin besar, maka diperkirakan tingkat loyalitas

pelanggan semakin kecil.

Tiap tingkatan brand loyalty mewakili

tantangan pemasaran yang berbeda dan juga

mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan

dan eksploitasinya.

Jika pada tingkatan switcher buyer

menunjukkan persentase atau nilai yang besar dan

Page 11: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 57

sebaliknya pada tingkatan commited buyer

menunjukkan persentase atau nilai yang kecil maka

tingkat brand loyalty konsumen tersebut dapat

dikatakan jelek atau bahkan sangat jelek. Namun,

jika tingkatan yang membentuk segitiga atau

piramida yang terbalik maka hal itu menunjukkan

brand equity yang paling kuat karena persentase

tiap tingkatan mulai dari tingkat switcher buyer,

habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand

dan commited buyer mengalami kenaikan. Hal

tersebut dapat tergambar pada piramida brand

loyalty yang semakin ke atas semakin melebar. .

Commited Buyer

Liking The Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

Switcher

Gambar 3 : tingkatan brand loyalty

Sumber : Durianto, dkk, (2001: 130)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Obyek Penelitian

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang

digunakan untuk membantu pembersihan dan

terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai

keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang

lebih baik.Deterjen sudah sangat akrab di

kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga

yang digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk

menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik

menambahkan natrium perborat, pewangi,

pelembut, natrium silikat, penstabil, enzim, dan zat

lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi

diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa

dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme

sehingga otomatis menyebabkan pencemaran

lingkungan. Apabila air yang mengandung deterjen

dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan

pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan

menyebabkan kandungan oksigen dalam air

berkurang dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan

kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah

deterjen juga menyebabkan pencemaran tanah yang

menurunkan kualitas kesuburan tanah yang

mengakibatkan tanaman serta kehidupan tanah

termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa

menguraikan limbah organik, non organik &

menyuburkan tanah.Bahan utama deterjen ialah

garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan

asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan

dalam pembuatan deterjen merupakan molekul

berantai panjang yang mengandung 12 hingga 18

atom karbon per molekul. Deterjen pertama

disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium

dari alkyl hydrogen sulfat.

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-

bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan

zat aktif permukaan yang mempunyai ujung

berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan

hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini

berfungsi menurunkan tegangan permukaan

air sehingga dapat melepaskan kotoran yang

menempel pada permukaan bahan. Secara

garis besar, terdapat empat kategori surfaktan

yaitu:

2. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan

efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara

menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan

air.

3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan

deterjen yang tidak mempunyai kemampuan

menambah daya cuci, tetapi menambah

kuantitas. Contoh : Sodium sulfate.

4. Additives adalah bahan suplemen/tambahan

untuk membuat produk lebih menarik.

Misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna,

dst tidak berhubungan langsung dengan daya

cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih

untuk maksud komersialisasi produk. Contoh:

enzyme, borax, sodium chloride, carboxy

methyl cellulose.

Profil Deterjen Rinso

Rinso adalah merek dari sebuah cuci sabun

yang paling umum digunakan di Australia ,

Indonesia , Selandia Baru , di Inggris dan Amerika

Serikat . Merek ini dibuat oleh Hudson Sabun yang

dijual kepada Lever Brothers dari Port Sunlight ,

Inggris , pada tahun 1908. Hal itu juga diproduksi

oleh Lever Brothers Perusahaan (kemudian dikenal

sebagai Unilever ) di Amerika Serikat , mulai tahun

1918. Rinso adalah salah satu sabun bubuk massal

pertama dipasarkan yang diiklankan secara luas di

Amerika Serikat Radio yang menjadi sponsor dari

banyak program radio seperti opera sabun populer

“Siang Kakak” 1936-1946, antologi dramatis

“Grand Central Station” 1940-1942, pada waktu

program malam “Kota Besar” dari 1937 sampai

1942, “Walikota Kota” 1942-1943, dan terutama

“The 'Amos' n Andy Show” 1943-1950. Selama ini

Page 12: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

58 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

iklan produk tersebut dengan gembira meneriakkan

slogan "Rinso putih, Rinso terang” dan

menyombongkan diri bahwa Rinso berisi solium,

bahan sinar matahari. Mengklaim produk untuk

pembilasan yang lebih baik adalah karena

penggabungan dari natrium silikat sebagai seorang

pembangun dan bukan, atau sebagai tambahan,

yang digunakan natrium karbonat lebih umum.

Endapan dibentuk oleh metasilikat dan kalsium

cenderung lebih halus dan karena itu kurang

cenderung terjebak dalam kain dari kapur kalsium

karbonat.

Pada tahun 1950, penjualan anjlok ketika

deterjen baru “Tide” diproduksi oleh saingan

Procter & Gamble , ternyata jauh lebih populer.

Rinso telah dirubah pada pertengahan tahun 1960,

dan diberi nama baru, Sunshine Rinso. Perbaikan

untuk perubahan nama Rinso baru sekarang telah

menjadi "whiteners sinar matahari". Ada

pendukung utama iklan (misalnya, saat memainkan

komersial selama periode ini adalah versi pop

jingle “Rinso Sunshine” yaitu You Are My

Sunshine ). Penjualan menurun secara drastis, dan

Rinso akhirnya menghilang dari rak-rak toko di

pertengahan tahun 1970-an, meskipun deterjen

Rinso Blue cair masih bisa dilihat di rak-rak AS

baru ini akhir-akhir 1980-an. Rinso itu pada

dasarnya, diganti dengan deterjen lain Unilever

yaitu Surf di empat pasar utama. Namun, Rinso

masih dipasarkan oleh Unilever untuk Turki , Asia ,

dan Amerika Tengah pasar.

Pada tahun 1992, berbasis di California Selatan

adalah perusahaan yang membeli hak dengan

nama Rinso dari Unilever untuk digunakan di

Amerika Serikat. Merek Rinso membersihkan

persediaan, sekarang ditampilkan secara jelas di

toko mereka. Sedangkan Rinso diluncurkan di

Indonesia sebagai merek deterjen pertama bangsa.

Hal ini dikarenakan Rinso adalah nomor satu

pemimpin di pasar deterjen Indonesia

(http://en.wikipedia.org/wiki/Rinso). Di Indonesia

itu sendiri memiliki berbagai macam produk seperti

Rinso anti noda, Rinso warna, Rinso Exel, dimana

berbagai produk tersebut memiliki fungsi-fungsi

yang berbeda di dalam melindungi pakaian.

Deterjen Rinso ini mengandung komposisi

sebagai berikut :

d. Ekstra butiran merah yang mampu

mecerahkan pakaian putih maupun berwarna.

e. Mengandung double enzyme dan hanya

menggunakan surfaktan biodegradable (LAS)

demi menjaga lingkungan. Dapat terurai oleh

pengolah limbah dan proses alamiah.

f. Bahan aktif (pada saat dikemas) LAS 27%,

turunan tetra benzo terta azoporphine 0,03%.

Profil Deterjen Attack

Sejak didirikan, PT. Kao telah menawarkan

sabun konsumen mutakhir dan produk deterjen

dalam pencarian saat ini untuk memberikan tingkat

yang lebih tinggi kebersihannya. Yang menonjol di

antara produk-produk ini yaitu Attack deterjen kita.

Diluncurkan pada 1987, Attack mempelopori tren

dalam deterjen terkonsentrasi dan sebagai salah

satu produk ramah lingkungan pertama di lapangan

dengan cepat menetapkan standar global dengan

mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan

dalam kemasan dan jumlah energi yang digunakan

dalam produksi dan distribusi. Namun, Kao

bertekad untuk pergi lebih jauh dalam mengurangi

dampak lingkungan dan meningkatkan nilai

produk. Kami mengerti bahwa untuk menerobos ke

tingkat evolusi berikutnya, desain produk kami

upayakan harus dapat melampaui deterjen itu

sendiri dan mempertimbangkan dampak

penggunaan oleh konsumen. Dengan pemikiran ini,

Kao memprakarsai upaya dua penelitian yang

bertujuan untuk penggunaan yang lebih efisien

tentang sumber daya air. Yang pertama dari upaya

ini difokuskan pada proses bilas dari cucian yang

menghilangkan residu deterjen (surfaktan) yang

tersisa di pakaian setelah tanah dihilangkan dalam

proses pencucian. Kami tahu bahwa surfaktan

meniggalkan residu dalam pakaian secara dramatis

dapat mengurangi jumlah air yang dibutuhkan

untuk membilas. Namun, kebijaksanaan

konvensional yang rendah residu surfaktan inferior

dalam membersihkan kekuasaan.

Masalah kemudian adalah bagaimana untuk

menggabungkan rinsability unggul dan kaya

pembersih dalam satu produk dan Kao

mengerahkan semua keahlian kimia surfaktan

untuk memenuhi tantangan ini. Bahwa semua

usaha ini terbayar sudah dengan keberhasilan

pengembangan suatu surfaktan revolusioner yang

terkait ke tanah untuk daya pembersih beredar

belum meninggalkan residu yang minimal. Hal ini

dikarenakan busa yang dihasilkan oleh surfaktan

yang sangat mudah larut. Pakaian dicuci deterjen

dan kemudian hanya memerlukan satu kali bilasan

saja. Selain harga yang ditawarkan ekonomis,

kemudahan lainnya yang diberikan adalah hemat

air dalam proses pencucian, hemat waktu, hemat

tenaga karena tidak memerlukan tenaga yang besar

untuk mencuci deterjen ini, hanya dengan satu

bilasan revolusioner telah menunjukkan jalan ke

gaya baru dan bertanggung jawab terhadap

lingkungan pencucian.

Kao juga mulai mengembangkan teknologi baru

untuk mengurangi kadar air dalam produk itu

sendiri. Sistem baru kami berkoagulasi menolak

surfaktan sehingga memungkinkan untuk

megurangi kadar air deterjen ke minimum mutlak

dan masih mempertahankan fluiditas yang sangat

baik meskipun pada suhu rendah. Mengambil dari

keunggulan dari properti ini, Kao menyempurnakan

teknik baru untuk memproduksi sebuah deterjen

cair ultra-terkonsentrasi kuat sehingga konsumen

Page 13: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 59

dapat menikmati kinerja pembersihan yang sangat

baik sebagai produk yang sudah ada, Kami

menggunakan 60% lebih sedikit. Hal ini

memungkinkan kita untuk mengurangi beban pada

lingkungan pada tahap ditribusi dan penjualan juga.

Pada bulan Agustus 2009, Kao meluncurkan

produk baru ultra-terkonsentrasi yaitu Attack Neo

yang menggabungkan daya pembersih. Hal ini

demi mewujudkan harapan konsumen dari merek

Attack dengan janji baru yaitu berkecepatan tinggi

dalam proses pembilasan. Dengan cara Attack Neo

ini sebagai yang pertama dalam baris baru produk

yang mewujudkan cita-cita dari Kao dalam

menjaga lingkungan.Dorongan untuk

meminimalkan dampak lingkungan dan

memaksimalkan nilai bagi konsumen, Kao akan

terus melanjutkan pencarian untk mengembangkan

produk yang lebih menawarkan nilai yang inovatif.

Profil Deterjen Daia

Sejak awal mula didirikannya PT. Wings Surya

telah memproduksi berbagai jenis sabun maupun

deterjen. Daia adalah suatu merek deterjen jenis

bubuk yang di produksi oleh PT. Wings Surya.

Memiliki macam produk seperti daia putih, daia

bunga, daia lemon. Deterjen ini mengandung linear

alkylbenzone sulfanate (LAS) yang ramah

lingkungan dan mudah terurai oleh air serta dapat

membuat tangan tetap lembut. Bubuk deterjen yang

ekonomis dari Wings, namun memiliki daya cuci

yang baik dan mampu membersihkan pakaian

dengan sempurna. Daia tersedia dalam berbagai

kemasan yang cocok dengan kebutuhan mencuci

keluarga. PT.Wings Surya memasarkan produk

deterjen ini ke internasional dan menggunakan

individu sub-merek untuk segmen pasar tersebut.

Karakteristik responden yang terkumpul

disajikan dalam bentuk deskripsi dan tabel. Cara

membuat tabulasi yaitu dengan memasukkan data

ke dalam kelompok yang telah ditentukan dan

menghitung angka-angka untuk digolongkan ke

dalam berbagai kategori, maka diperoleh

karakteristik :

Tabel 3

Hasil Rekapitulasi Tingkat Usia Responden

Usia Merek

Jumlah Persentase Rinso Attack Daia

23 – 32 tahun 9 4 5 18 25,71

33 – 42 tahun 3 15 8 26 37,15

43 – 52 tahun 10 6 6 22 31,43

>52 tahun 1 3 0 4 5,71

Jumlah 23 28 19 70 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diambil kesimpulan

bahwa sebagian besar usia responden adalah usia

33 – 42 tahun yaitu sebanyak 26 responden atau

37,15%; usia 43 – 52 tahun sebanyak 22 responden

atau 31,43%; usia 23 – 32 tahun sebanyak 18

responden atau 25,71% dan untuk usia 52 tahun

keatas sebanyak 4 responden atau 5,71%.

Berdasarkan tabel 4.dapat diambil kesimpulan

bahwa yang paling banyak menjadi responden

adalah wiraswasta sebanyak 33 responden atau

47,14%; pegawai swasta sebanyak 27 atau 38,57%

dan PNS sebanyak 10 responden atau 14,29%,

Pekerjaan Responden

Tabel 4

Hasil Rekapitulasi Tingkat Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase

PNS 10 14,29

Pegawai swasta 27 38,57

Wiraswasta 33 47,14

Jumlah 70 100

Alasan Responden Memilih Deterjen

Tabel 5

Hasil Rekapitulasi Tingkat Alasan Responden

No Alasan memilih deterjen Rinso % Attack % Daia %

1 Merek terkenal (gengsi) 3 13,04 6 21,44 3 15,79

2 Bersih, harum dan irit 12 52,17 14 50 3 15,79

3 Busa melimpah 5 21,74 3 10,71 1 5,26

4 Harga murah 0 0 1 3,57 6 31,58

5 Lembut di tangan 1 4,35 3 10,71 1 5,26

Page 14: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

60 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

6 Mudah diperoleh 2 8,7 1 3,57 2 10,53

7 Kemasan menarik 0 0 0 0 3 15,79

8 Lain-lain 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 23 100 28 100 19 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Berdasarkan tabel 5 dari 23 orang responden

yang memilih Rinso, dapat diketahui bahwa alasan

responden tersebut memilih Rinso adalah karena

bersih, harum dan irit yaitu sebanyak 12 responden

atau 52,17%; kemudian yang memilih karena

alasan busa melimpah sebanyak 5 responden atau

21,74%; yang memilih karena alasan merek

terkenal sebanyak 3 responden atau 13,04%; yang

memilih karena alasan mudah diperoleh sebanyak 2

responden atau 8,7%; sedangkan yang memilih

karena alasan lembut di tangan sebanyak 1

responden atau 4,35%. Berdasarkan tabel 5 dari

28 orang responden yang memilih Attack, dapat

diketahui bahwa alasan responden tersebut memilih

Attack adalah karena bersih, harum dan irit yaitu

sebanyak 14 responden atau 50%, kemudian yang

memilih karena alasan merek terkenal sebanyak 6

responden atau 21,43%; yang memilih karena

alasan busa melimpah dan lembut di tangan

masing-masing sebanyak 3 responden atau 10,71%;

yang memilih karena alasan harga murah dan

mudah diperoleh masing-masing sebanyak 1

responden atau 3,57%. Berdasarkan tabel 5 dari

19 orang responden yang memilih Daia, dapat

diketahui bahwa alasan responden tersebut memilih

Daia adalah karena harga murah yaitu sebanyak 6

responden atau 31,58%; kemudian yang memilih

karena alasan merek terkenal; bersih, harum dan

irit; kemasan menarik masing-masing sebanyak 3

responden atau 15,79%; yang memilih karena

alasan mudah diperoleh sebanyak 2 responden atau

10,53%; yang memilih karena alasan busa

melimpah dan lembut di tangan sebanyak 1

responden atau5,26 %.

Analisis Data

Analisis Brand Loyalty

Berikutnya akan dianalisis kondisi brand

loyalty dari deterjen Rinso, Attack dan Daia. Hasil

dari perhitungan terhadap semua tingkatan brand

loyalty dirangkum dalam satu kesatuan berbentuk

piramida brand loyalty dan selanjutnya dikuatkan

dengan analisis brand switching pattern matrix atau

matrik perpindahan merek dari satu merek ke

merek yang lain atau Pro T (possibility rate of

transition) berikut ini adalah analisis brand loyalty

dari produk deterjen Rinso, Attack dan Daia.

1. Analisis Switcher Buyer (pembeli yang suka

berpindah merek)

Switcher adalah konsumen yang sensitif

terhadap perubahan harga, sehingga pada tingkatan

loyalitas di tempatkan pada urutan paling bawah

mereka tidak loyal atau mudah berpindah merek

yang biasanya paling banyak disebabkan oleh

kecilnya biaya peralihan (switching cost). Yang

termasuk switcher adalah responden yang

menjawab “sering” dan “selalu”. Hasil perhitungan

produk deterjen Rinso, Attack dan Daia terperinci

pada tabel 6, tabel 7 dan tabel 8 :

Tabel 6

Switcher buyer/X1- Brand Loyalty Rinso

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Tidak pernah 6 1 6 1 6 26,09

Jarang 6 2 12 4 24 26,09

Cukup sering 2 3 6 9 18 8,7

Sering 5 4 20 16 80 21,74

Sangat sering 4 5 20 25 100 17,39

JUMLAH 23 64 228 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Keterangan :

F = frekuensi jawaban responden

X = nilai atau skor jawaban kuesioner

Rata-rata jawaban resonden= = 2,78

Switcher = x 100% = 39,13%

Standar Deviasi = 506,1123

23

64228

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan pada tabel 6 dapat

diketahui bahwa dari 23 yang berpindah merek

sebanyak 9 responden atau 39,13%. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa rata-rata responden merek

Rinso jarang berpindah merek. Pada analisis

switcher (pembeli yang berpindah-pindah) pada

deterjen Rinso rentang skala yang digunakan

adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek),

2,60-3,40 (cukup), 3,60-4,20(baik), 4,20-

5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata responden

Page 15: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 61

sebesar 2,78. Hal ini berarti nilai 2,78 dari jawaban

responden termasuk dalam kategori cukup (rentang

2,60-3,40) dengan standart deviasi 1,506 dengan

memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,

tolerasi satu kali standart deviasi memetakan

responden switcher dari Rinso ke posisi sangat

jelek (batas bawah penyimpangan data switcher

sebesar 1,274) hingga sangat baik (batas atas

penyimpangan data switcher sebesar 4,286).

Dengan demikian informasi ini dapat memberikan

harapan yang cukup baik bagi Rinso.

Tabel 7

Switcher buyer/X1- Brand Loyalty Attack

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Tidak pernah 4 1 4 1 4 14,29

Jarang 6 2 12 4 24 21,43

Cukup sering 9 3 27 9 81 32,14

Sering 6 4 24 16 96 21,43

Sangat sering 3 5 15 25 75 10,71

JUMLAH 28 82 280 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 2,92

Switcher = x 100% = 32,14%

Standar Deviasi = 215,1128

28

82280

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan pada tabel 7 dapat

diketahui bahwa dari dapat diketahui bahwa dari 28

yang berpindah merek sebanyak 9 responden atau

32,14%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata

responden merek Attack jarang berpindah merek.

Pada analisis switcher (pembeli yang

berpindah-pindah) pada deterjen Attack rentang

skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat

jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-

4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai

rata-rata responden sebesar 2,92. Hal ini berarti

nilai 2,92 dari jawaban responden termasuk dalam

kategori cukup (rentang 2,60-3,40) dengan standart

deviasi 1,215 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden switcher dari Attack ke

posisi sangat jelek (batas bawah penyimpangan

data switcher sebesar 1,705) hingga baik (batas atas

penyimpangan data switcher sebesar 4,135).

Dengan demikian informasi ini dapat memberikan

harapan yang cukup baik bagi Attack.

Tabel 8

Switcher buyer/X1- Brand Loyalty Daia

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Tidak pernah 0 1 0 1 0 0

Jarang 6 2 12 4 24 31,58

Cukup sering 2 3 6 9 18 10,53

Sering 7 4 28 16 112 36,84

Sangat sering 4 5 20 25 100 21,05

JUMLAH 19 66 254 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 3,47

Switcher = x 100% = 57,89%

Standar Deviasi = 206,1119

19

66254

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan pada tabel 8 dapat

diketahui bahwa dari dapat diketahui bahwa dari 19

yang berpindah merek sebanyak 11 responden atau

57,89%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata

responden merek Daia cukup sering berpindah

merek. Pada analisis switcher (pembeli yang

berpindah-pindah) pada deterjen Daia rentang skala

yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek),

1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20

(baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata

responden sebesar 3,47. Hal ini berarti nilai 3,47

dari jawaban responden termasuk dalam kategori

baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart deviasi

1,206 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden switcher dari Daia ke posisi

cukup (batas bawah penyimpangan data switcher sebesar 2,264) hingga sangat baik (batas atas

penyimpangan data switcher sebesar 4,676).

Dengan demikian informasi ini dapat memberikan

harapan yang tidak baik bagi Daia sehingga dapat

Page 16: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

62 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

ditingkatkan lagi agar deterjen Daia dapat bersaing

dengan deterjen lain.

Analisis Habitual Buyer (pembeli yang

berdasarkan kebiasaan)

Seseorang pembeli yang melakukan pembelian

berdasarkan kebiasaan dapat dikatakan sebagai

habitual buyer, dimana pembeli tidak melalui

proses pengambilan keputusan yang panjang.

Pembeli ini juga dapat dikatakan sebagai pembeli

yang loyal karena tidak lagi mau untuk berpindah-

pindah merek. Habitual buyer dihitung berdasarkan

jawaban “setuju” dan “sangat setuju”. Hasil

perhitungan produk deterjen Rinso, Attack dan

Daia terperinci pada tabel 9, tabel 10 dan tabel 11 :

Tabel 9

Habitual buyer/X2- Brand Loyalty Rinso

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak setuju 3 1 3 1 3 13,04

Tidak setuju 3 2 6 4 12 13,04

Cukup setuju 6 3 18 9 54 26.09

Setuju 9 4 36 16 144 39,13

Sangat setuju 2 5 10 25 50 8,7

JUMLAH 23 97 263 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 4,22

Habitual buyer = x 100% = 47,83%

Standar Deviasi = 576,2123

23

97263

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 9, dapat

diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih

Rinso, sebanyak 11 responden atau 47,83%

menyatakan setuju atau sangat setuju jika

pembelian deterjen Rinso didasarkan atas

kebiasaan, 6 responden atau 26,09% menyatakan

cukup setuju, sedangkan responden yang tidak

setuju atau bahkan sangat tidak setuju masing-

masing 3 responden atau 13,04%. Pada analisis

habitual buyer (pembeli yang berdasarkan

kebiasaan) pada deterjen Rinso rentang skala yang

digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-

2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),

4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata

jawaban responden sebesar 4,22. Hal ini berarti

nilai 4,22 dari jawaban responden termasuk dalam

kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart

deviasi 2,576 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden habitual buyer dari Rinso ke

posisi sangat jelek (batas bawah penyimpangan

data habitual buyer sebesar 1,644) hingga sangat

baik (batas atas penyimpangan data habitual buyer

sebesar 6,796). Dengan demikian informasi ini

pada tingkat habitual buyer dari deterjen Rinso

adalah baik.

Tabel 10

Habitual buyer/X2- Brand Loyalty Attack

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak setuju 4 1 4 1 4 14,28

Tidak setuju 6 2 12 4 24 21,43

Cukup setuju 6 3 18 9 54 21,43

Setuju 12 4 48 16 192 42,86

Sangat setuju 0 5 0 25 0 0

JUMLAH 28 82 274 100

Tabel 11

Habitual buyer/X2- Brand Loyalty Daia

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak setuju 0 1 0 1 0 0

Tidak setuju 5 2 10 4 20 26,31

Cukup setuju 2 3 6 9 18 10,53

Setuju 10 4 40 16 160 52,63

Sangat setuju 2 5 10 25 50 10,53

JUMLAH 19 66 248 100

Page 17: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 63

Tabel 12

Satisfied buyer/X3- Brand Loyalty Rinso

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak puas 0 1 0 1 0 0

Tidak puas 1 2 2 4 4 4,35

Cukup puas 8 3 24 9 72 34,78

Puas 6 4 24 16 96 26,09

Sangat puas 8 5 40 25 200 34,78

JUMLAH 23 90 372 100

Rata-rata jawaban resonden= = 2,93

Habitual buyer = x 100% = 42,86%

Standar Deviasi = 119,1128

28

82274

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 10, dapat

diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih

Attack, sebanyak 12 responden atau 42,86%

menyatakan setuju jika pembelian deterjen Attack

didasarkan atas kebiasaan, 6 responden atau

21,43% menyatakan cukup setuju dan tidak setuju,

sedangkan responden yang sangat tidak setuju

sebanyak 4 responden atau 14,28%. Pada analisis

habitual buyer (pembeli yang berdasarkan

kebiasaan) pada deterjen Attack rentang skala yang

digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-

2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),

4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata

jawaban responden sebesar 2,93. Hal ini berarti

nilai 2,93 dari jawaban responden termasuk dalam

kategori cukup (rentang 2,60-3,40) dengan standart

deviasi 1,119 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden habitual buyer dari Attack

ke posisi jelek (batas bawah penyimpangan data

habitual buyer sebesar 1,811) hingga baik (batas

atas penyimpangan data habitual buyer sebesar

4,049). Dengan demikian informasi ini dapat

memberikan harapan yang cukup baik bagi Attack.

Rata-rata jawaban resonden= = 3,47

Habitual buyer = x 100% = 63,16%

Standar Deviasi = 020,1119

19

66248

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 11, dapat

diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih

Daia, sebanyak 12 responden atau 63,16%

menyatakan setuju atau sangat setuju jika

pembelian deterjen Daia didasarkan atas kebiasaan,

2 responden atau 10,53% menyatakan cukup setuju,

sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 5

responden atau 26,31%. Pada analisis habitual

buyer (pembeli yang berdasarkan kebiasaan) pada

deterjen Daia rentang skala yang digunakan adalah

1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-

3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat

baik) dengan nilai rata-rata jawaban responden

sebesar 3,47. Hal ini berarti nilai 3,47 dari jawaban

responden termasuk dalam kategori baik (rentang

3,40-4,20) dengan standart deviasi 1,020 dengan

memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,

tolerasi satu kali standart deviasi memetakan

responden habitual buyer dari Daia ke posisi jelek

(batas bawah penyimpangan data habitual buyer

sebesar 2,45) hingga sangat baik (batas atas

penyimpangan data habitual buyer sebesar 4,49)..

Dengan demikian informasi ini dapat memberikan

harapan yang baik bagi Daia.

Analisis Satisfied buyer (pembeli yang merasa

puas)

Pembeli yang merasa puas terhadap suatu

merek yang telah digunakannya disebut juga

satisfied buyer. Pembeli ini akan melakukan

pembelian merek yang sama pada waktu yang akan

datang secara konsisten. Untuk perhitungan

satisfied buyer ini, jawaban yang diberikan adalah

“puas” dan “sangat puas”. Tabulasi satisfied buyer

pada produk deterjen Rinso, Attack dan Daia

disajikan pada tabel 12, tabel 13 dan tabel 14.

Rata-rata jawaban resonden= = 3,91

Satisfied buyer = x 100% = 60,87%

Standar Deviasi = 949,0123

23

90372

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 12, dapat

diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih

Rinso, sebanyak 14 responden atau 60,87%

menyatakan puas atau sangat puas dalam

pembelian deterjen Rinso, 8 responden atau

34,78% menyatakan cukup puas, sedangkan

responden yang tidak puas hanya 1 responden atau

4,35%. Pada analisis Satisfied buyer (pembeli

yang merasa puas) pada deterjen Rinso rentang

skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat

jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-

4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai

rata-rata jawaban responden sebesar 3,91. Hal ini

berarti nilai 3,91 dari jawaban responden termasuk

dalam kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan

Page 18: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

64 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

standart deviasi 0,949 dengan memanfaatkan

informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali

standart deviasi memetakan responden satisfied

buyer dari Rinso ke posisi cukup (batas bawah

penyimpangan data satisfied buyer sebesar 2,961)

hingga sangat baik (batas atas penyimpangan data

satisfied buyer sebesar 4,859). Dengan demikian

informasi ini dapat memberikan harapan yang baik

bagi Rinso.

Tabel 13

Satisfied buyer/X3- Brand Loyalty Attack

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak puas 0 1 0 1 0 0

Tidak puas 2 2 2 4 4 7,14

Cukup puas 5 3 15 9 45 17,86

Puas 10 4 40 16 160 35,71

Sangat puas 11 5 55 25 275 39,29

JUMLAH 28 122 484 100 .

Tabel 14

Satisfied buyer/X3- Brand Loyalty Daia

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak puas 0 1 0 1 0 0

Tidak puas 1 2 2 4 4 5,26

Cukup puas 7 3 21 9 63 36,85

Puas 9 4 32 16 128 47,37

Sangat puas 2 5 10 25 50 10,52

JUMLAH 19 65 245 100

Tabel 15

Liking the brand /X4- Brand Loyalty Rinso

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak suka 0 1 0 1 0 0

Tidak suka 0 2 0 4 0 0

Cukup suka 7 3 21 9 63 30,43

Suka 9 4 32 16 128 39,14

Sangat suka 7 5 35 25 175 30,43

JUMLAH 23 88 366 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 4,36

Satisfied buyer = x 100% = 75%

Standar Deviasi = 327,1128

28

122484

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 13, dapat

diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih

Attack, sebanyak 21 responden atau 75%

menyatakan puas atau sangat puas dalam

pembelian deterjen Attack, 5 responden atau

17,86% menyatakan cukup puas, sedangkan

responden yang tidak puas hanya 2 responden atau

7,14%. Pada analisis Satisfied buyer (pembeli

yang merasa puas) pada deterjen Attack rentang

skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat

jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-

4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai

rata-rata jawaban responden sebesar 4,36. Hal ini

berarti nilai 4,36 dari jawaban responden termasuk

dalam kategori sangat baik (rentang 4,20-5,00)

dengan standart deviasi 1,327 dengan

memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,

tolerasi satu kali standart deviasi memetakan

responden satisfied buyer dari Attack ke posisi

cukup (batas bawah penyimpangan data satisfied

buyer sebesar 2,809) hingga sangat baik (batas atas

penyimpangan data satisfied buyer sebesar 5,687).

Dengan demikian informasi ini dapat memberikan

harapan yang sangat baik bagi Attack.

Rata-rata jawaban resonden= = 3,42

Satisfied buyer = x 100% =57,89 %

Standar Deviasi = 121,1119

19

65245

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 14 dapat

diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih

Daia, sebanyak 11 responden atau 57,89%

menyatakan puas atau sangat puas dalam

pembelian deterjen Daia, 7 responden atau 36,85%

Page 19: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 65

menyatakan cukup puas, sedangkan responden

yang tidak puas hanya 1 responden atau 5,26%.

Pada analisis Satisfied buyer (pembeli yang

merasa puas) pada deterjen Daia rentang skala yang

digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-

2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),

4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata

jawaban responden sebesar 3,42. Hal ini berarti

nilai 4,36 dari jawaban responden termasuk dalam

kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart

deviasi 1,121 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden satisfied buyer dari Daia ke

posisi jelek (batas bawah penyimpangan data

satisfied buyer sebesar 2,299) hingga sangat baik

(batas atas penyimpangan data satisfied buyer

sebesar 4,541). Dengan demikian informasi ini

dapat memberikan harapan yang baik bagi Daia.

Analisis Liking the brand (pembeli yang menyukai

merek)

Jika pembali telah menyukai performa dari

suatu merek produk yang digunakan, maka lambat

laun akan tetap menyukai produk tersebut secara

keseluruhan. Pembeli semacam ini dapat dikatakan

sebagai liking the brand. Responden yang termasuk

dalam tingkatan liking the brand adalah yang

menjawab “suka” dan “sangat suka”. Berikut ini

akan disajikan tabulasi liking the brand deterjen

Rinso, Attack dan Daia pada tabel 15, tabel 16 dan

tabel 17.

Rata-rata jawaban resonden= = 3,83

Liking the brand = x 100% =69,57%

Standar Deviasi = 154,1123

23

88366

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 15, dapat

diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih

Rinso, sebanyak 16 responden atau 69,57%

menyatakan suka atau sangat suka dalam

pembelian deterjen Rinso, 7 responden atau

30,43% menyatakan cukup suka dan tidak ada

responden yang menyatakan bahwa responden

tidak suka sangat tidak suka dengan deterjen Attack

tersebut. Pada analisis liking the brand (pembeli

yang menyukai merek) pada deterjen Rinso rentang

skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat

jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-

4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai

rata-rata jawaban responden sebesar 3,83. Hal ini

berarti nilai 3,83 dari jawaban responden termasuk

dalam kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan

standart deviasi 1,154 dengan memanfaatkan

informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali

standart deviasi memetakan responden liking the

brand dari Rinso ke posisi cukup (batas bawah

penyimpangan data liking the brand sebesar 2,676)

hingga sangat baik (batas atas penyimpangan data

liking the brand sebesar 4,984). Dengan demikian

informasi ini dapat memberikan harapan yang baik

bagi Rinso.

Tabel 16

Liking the brand /X4- Brand Loyalty Attack

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak suka 0 1 0 1 0 0

Tidak suka 2 2 4 4 8 7,14

Cukup suka 2 3 6 9 18 7,14

Suka 14 4 56 16 224 50

Sangat suka 10 5 50 25 250 35,71

JUMLAH 28 116 500 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= =4,14

Liking the brand = x 100% = 85,71%

Standar Deviasi = 848,0128

28

116500

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 16, dapat

diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih

Attack, sebanyak 24 responden atau 85,71%

menyatakan suka atau sangat suka dalam

pembelian deterjen Attack, responden yang

menyatakan cukup suka dan tidak suka masing-

masing sebanyak 2 responden atau 7,14% dan tidak

ada responden yang menyatakan sangat tidak suka.

Pada analisis liking the brand (pembeli yang

menyukai merek) pada deterjen Attack rentang

skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat

jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-

4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai

rata-rata jawaban responden sebesar 4,14. Hal ini

berarti nilai 4,14 dari jawaban responden termasuk

dalam kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan

standart deviasi 0,848 dengan memanfaatkan

informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali

standart deviasi memetakan responden liking the

brand dari Attack ke posisi cukup (batas bawah

penyimpangan data liking the brand sebesar 3,292)

Page 20: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

66 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

hingga sangat baik (batas atas penyimpangan data

liking the brand sebesar 4,988). Dengan demikian

informasi ini dapat memberikan harapan yang baik

bagi Attack.

Tabel 17

Liking the brand /X4- Brand Loyalty Daia

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Sangat tidak suka 0 1 0 1 0 0

Tidak suka 1 2 2 4 4 5,26

Cukup suka 6 3 18 9 54 31,58

Suka 10 4 40 16 160 52,63

Sangat suka 2 5 10 25 50 10,53

JUMLAH 19 70 268 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 3,68

Liking the brand = x 100% = 63,16%

Standar Deviasi = 749,0119

19

70268

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 17, dapat

diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih

Daia, sebanyak 12 responden atau 63,16%

menyatakan suka atau sangat suka dalam

pembelian deterjen Daia, 6 responden atau 31,58%

menyatakan cukup suka, 1 responden atau 5,26%

menyatakan tidak suka, dan tidak ada responden

yang menyatakan sangat tidak suka. Pada analisis

liking the brand (pembeli yang menyukai merek)

pada deterjen Daia rentang skala yang digunakan

adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek),

2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik), 4,20-5,00

(sangat baik) dengan nilai rata-rata jawaban

responden sebesar 3,68. Hal ini berarti nilai 3,68

dari jawaban responden termasuk dalam kategori

baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart deviasi

0,749 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden liking the brand dari Daia ke

posisi cukup (batas bawah penyimpangan data

liking the brand sebesar 2,931) hingga sangat baik

(batas atas penyimpangan data liking the brand

sebesar 4,429). Dengan demikian informasi ini

dapat memberikan harapan yang baik bagi Daia.

Analisis Committed buyer (pembeli yang komit)

Pada tingkatan ini, pembeli telah merasa

mempunyai ikatan “emosional” dengan merek yang

telah disukai sebelumnya. Pada tingkatan ini

pembeli mempunyai tingkat perpindahan merek

yang sangat kecil, dan ini menjadi harapan bagi

setiap produsen dari produk yang digunakan oleh

para pembeli yang komit. Responden yang

termasuk dalam tingkatan committed buyer adalah

responden yang menjawab “sering” dan “selalu”.

Selanjutnya akan disajikan dalam tabulasi pada

tabel 18, tabel 19 dan tabel 20

Tabel 18

Committed buyer/X5- Brand Loyalty Rinso

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Tidak pernah 7 1 7 1 7 30,43

Jarang 4 2 8 4 16 17,4

Cukup sering 4 3 12 9 36 17,4

Sering 7 4 24 16 96 30,43

Sangat sering 1 5 5 25 25 3,35

JUMLAH 23 56 173 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 2,43

Committed buyer = x 100% = 34,78%

Standar Deviasi = 291,1123

23

56173

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 18, dapat

diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih

Rinso, sebanyak 8 responden atau 34,78%

merupakan responden yang benar-benar komit

terhadap deterjen Rinso, 4 responden atau 17,4%

merupakan responden yang cukup komit, 4

responden atau 17,4% menyatakan jarang

merekomendasikan kepada orang lain dan 7

responden atau 30,43% menyatakan tidak pernah

merekomendasikan kepada orang lain.Pada analisis

committed buyer (pembeli yang komit) pada

deterjen Daia rentang skala yang digunakan adalah

1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-

Page 21: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 67

3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat

baik) dengan nilai rata-rata jawaban responden

sebesar 2,43. Hal ini berarti nilai 3,68 dari jawaban

responden termasuk dalam kategori jelek (rentang

1,80-2,60) dengan standart deviasi 1,291 dengan

memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,

tolerasi satu kali standart deviasi memetakan

responden committed buyer dari Rinso ke posisi

sangat jelek (batas bawah penyimpangan data

committed buyer sebesar 1,139) hingga baik (batas

atas penyimpangan data committed buyer sebesar

3,721). Dengan demikian informasi ini dapat

memberikan harapan yang kurang baik bagi Rinso.

Tabel 19

Committed buyer/X5- Brand Loyalty Attack

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Tidak pernah 8 1 8 1 8 28,57

Jarang 5 2 10 4 20 17,86

Cukup sering 1 3 3 9 9 3,57

Sering 11 4 44 16 176 39,29

Sangat sering 3 5 15 25 75 10,71

JUMLAH 28 80 288 100

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Rata-rata jawaban resonden= = 2,86

Committed buyer = x 100% = 50%

Standar Deviasi = 483,1128

28

80288

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 19, dapat

diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih

Attack, sebanyak 14 responden atau 50%

merupakan responden yang benar-benar komit

terhadap deterjen Attack, 1 responden atau 3,57%

menyatakan cukup sering merekomendasikan

kepada orang lain, 5 responden atau 17,86%

menyatakan jarang merekomendasikan kepada

orang lain dan 8 responden atau 28,57%

menyatakan tidak pernah merekomendasikan

kepada orang lain

Pada analisis committed buyer (pembeli yang

komit) pada deterjen Attack rentang skala yang

digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-

2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),

4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata

jawaban responden sebesar 2,86. Hal ini berarti

nilai 2,68 dari jawaban responden termasuk dalam

kategori cukup (rentang 2,60-3,40) dengan standart

deviasi 1,483 dengan memanfaatkan informasi nilai

standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi

memetakan responden committed buyer dari Attack

ke posisi sangat jelek (batas bawah penyimpangan

data committed buyer sebesar 1,377) hingga sangat

baik (batas atas penyimpangan data committed

buyer sebesar 4,343). Dengan demikian informasi

ini dapat memberikan harapan yang cukup baik

bagi Attack.

Tabel 20

Committed buyer/X5- Brand Loyalty Daia

Jawaban F X FX X2

FX2

%

Tidak pernah 8 1 8 1 8 42,11

Jarang 7 2 14 4 28 36,84

Cukup sering 3 3 9 9 27 15,79

Sering 0 4 0 16 0 0

Sangat sering 1 5 5 25 25 5,26

JUMLAH 19 36 88 100

Rata-rata jawaban resonden= = 1,89

Committed buyer = x 100% =5,26 %

Standar Deviasi = 048,1119

19

3688

2

=

-

-

Berdasarkan perhitungan tabel 20, dapat

diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih

Daia, hanya 1 responden atau 5,26% merupakan

responden yang benar-benar komit terhadap

deterjen Daia, 3 responden atau 15,79%

menyatakan cukup sering merekomendasikan

kepada orang lain, 7 responden atau 36,84%

menyatakan jarang merekomendasikan kepada

orang lain, dan 8 responden atau 42,11%

menyatakan tidak pernah merekomendasikan

kepada orang lain.Pada analisis committed buyer

(pembeli yang komit) pada deterjen Daia rentang

skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat

jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-

4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai

Page 22: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

68 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

rata-rata jawaban responden sebesar 1,89. Hal ini

berarti nilai 1,89 dari jawaban responden termasuk

dalam kategori jelek (rentang 1,80-2,60) dengan

standart deviasi 1,048 dengan memanfaatkan

informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali

standart deviasi memetakan responden committed

buyer dari Daia ke posisi sangat jelek (batas bawah

penyimpangan data committed buyer sebesar 0,842)

hingga cukup (batas atas penyimpangan data

committed buyer sebesar 2,938). Dengan demikian

informasi ini dapat memberikan harapan yang

kurang baik bagi Daia.

Brand Switching Pattern Matrix

Dari kata-kata yang sudah diuraikan, maka

posisi suatu produk dapat juga dilihat dengan

analisis Brand Switching Pattern Matrix atau

matrik perpindahan merek, matrik perpindahan

merek dari deterjen Rinso, Attack dan Daia yang

disajikan pada tabel 21. Setelah menggunakan

metode brand switching pattern matrix, selanjutnya

dapat dihitung tentang tingkat kemungkinan

perpindahan dari satu merek ke merek yang lain

atau disebut juga Pro T (possibility rate of

transition) yang disajikan pada tabel 22

Tabel 21

Matrik Perpindahan Merek Produk Deterjen Rinso, Attack dan Daia

Dari / Ke Rinso Attack Daia Lainnya Jumlah

Rinso 14 4 4 1 23

Attack 4 21 2 1 28

Daia 3 5 7 4 19

Jumlah 21 30 13 6 70

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Tabel 22

Possibility Rate of Transition

Pro T/ merek Pro T (%) Percentage of Unloyal(%) Attrion Rate

Rinso

21,74%

Attack

50%

Daia

26,32%

Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)

Keterangan :

Pro T = kemungkinan perpindahan merek

Percentage of Unloyal = persentase responden yang tidak loyal/setia

Attrition Rate = persentase perbandingan responden yang loyal dan tidak loyal.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 21, dapat

diketahui bahwa 14 orang responden tetap loyal

pada produk deterjen Rinso, 4 orang responden

berpindah ke deterjen Attack, 4 orang responden

berpindah ke deterjen Daia dan 1 orang responden

berpindah ke deterjen lainnya. Data kuesioner yang

telah diisi oleh responden menunjukkan bahwa

alasan utama responden berpindah merek karena

harga murah. Berdasarkan perhitungan pada tabel

21, dapat diketahui bahwa 21 orang responden tetap

loyal pada produk deterjen Attack, 4 orang

responden berpindah ke deterjen Rinso, 2 orang

responden berpindah ke deterjen Daia dan 1 orang

responden berpindah ke deterjen lainnya. Data

kuesioner yang telah diisi oleh responden

menunjukkan bahwa alasan utama responden

berpindah merek karena bersih, harum dan irit serta

harga murah.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 21, dapat

diketahui bahwa 7 orang responden tetap loyal pada

produk deterjen Daia, 3 orang responden berpindah

ke deterjen Rinso, 5 orang responden berpindah ke

deterjen Attack dan 4 orang responden berpindah ke

deterjen lainnya. Data kuesioner yang telah diisi

oleh responden menunjukkan bahwa alasan utama

responden berpindah merek karena bersih, harum

dan irit, harga murah serta busa melimpah.

Berdasarkan perhitungan Pro T pada tabel 22,

dapat diketahui bahwa nilai Pro T atau tingkat

kemungkinan perpindahan merek pada deterjen

Rinso sebesar 60,87%, untuk kemungkinan

perpindahan merek pada deterjen Attack sebesar

75%, sedangkan untuk kemungkinan perpindahan

merek pada deterjen Daia sebesar 36,84%.

Kemudian persentase pada konsumen yang tidak

loyal pada deterjen Rinso sebesar 39,13%, untuk

konsumen yang tidak loyal pada deterjen Attack

sebesar 25%, sedangkan untuk konsumen yang tidak

loyal pada deterjen Daia sebesar 63,16%.

Page 23: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 69

2. Piramida Brand Loyalty

Setelah melakukan perhitungan pada seluruh

elemen brand loyalty, selajutnya dapat dirangkum

dalam kesatuan bentuk yaitu piramida brand loyalty.

Piramida ini terdiri dari elemen-elemen brand

loyalty, dan cenderung membentuk segitiga terbalik.

Apabila segitga brand loyalty pada posisi normal

maka pihak manajemen perusahaan harus

melakukan evaluasi tentang kesetiaan konsumen

dari masing-masing produk. Berikut analisa masing-

masing segitiga dari masing-masing produk deterjen

Rinso, Attack dan Daia.

Keterangan :

CB = Committed Buyer

LB = Liking the Brand

SB = Satisfied Buyer HB = Habitual Buyer

S = Switcher Buyer

a. Piramida Brand Loyalty Deterjen Rinso

b.

Gambar 5 : Piramida Brand Loyalty Deterjen Rinso

Sumber : tabel 6, 9, 12, 15 dan 18

Berdasarkan gambar 3 , dapat diketahui bahwa

brand loyalty deterjen Rinso membentuk segitiga

terbalik dengan tidak sempurna. Dengan komposisi

pada committed buyer sebesar 34,78%, liking the brand sebesar 69,57%, satisfied buyer sebesar

60,87%, habitual buyer sebesar 47,83% dan

switcher buyer sebesar 39,13%. Persentase untuk

committed buyer perlu ditingkatkan lagi agar

penjualan atau pemasaran produk deterjen Rinso

lebih meningkat juga.

c. Piramida Brand Loyalty Deterjen Attack

Gambar 4: Piramida Brand Loyalty Deterjen Attack

Sumber : tabel 7, 10, 13, 16 dan 19

Berdasarkan gambar 4., dapat diketahui bahwa

brand loyalty deterjen Attack membentuk segitiga

terbalik dengan tidak sempurna. Dengan komposisi

pada committed buyer sebesar 50%, liking the brand

sebesar 85,71%, satisfied buyer sebesar 75%,

habitual buyer sebesar 42,86% dan switcher buyer sebesar 32,14%. Persentase untuk committed buyer

perlu ditingkatkan lagi agar penjualan atau

pemasaran produk deterjen Attack lebih meningkat

juga.

d. Piramida Brand Loyalty Deterjen Daia

Gambar 6 : Piramida Brand Loyalty Deterjen Daia

Sumber : tabel 8, 11, 14, 17 dan 20

Berdasarkan gambar 6, dapat diketahui bahwa

brand loyalty deterjen Daia membentuk segitiga

terbalik dengan tidak sempurna. Dengan komposisi

pada committed buyer sebesar 5,26%, liking the

brand sebesar 63,16%, satisfied buyer sebesar

57,89%, habitual buyer sebesar 63,16% dan

switcher buyer sebesar 57,89%. Persentase untuk

committed buyer perlu ditingkatkan lagi agar

penjualan atau pemasaran produk deterjen Daia

lebih meningkat juga.

Pembahasan Tingkatan Brand Loyalty Rinso,

Attack dan Daia

Berdasarkan perhitungan dan analisis data yang

telah dilakukan, menunjukkan bahwa Rinso

mempunyai konsumen yang paling banyak pada

tingkatan liking the brand sebesar 69,57% atau 16

responden dan paling rendah pada tingkatan

committed buyer sebesar 34,78% atau 8 responden.

Pada tingkatan switcher buyer sebesar 39,13% atau

9 responden akan berpindah merek karena alasan

faktor harga. Pada tingkatan habitual buyer sebesar

47,83% atau 11 responden setuju bahwa pembelian

deterjen Rinso tersebut berdasarkan karena

kebiasaan, hal itu disebabkan karena konsumen

menganggap bahwa deterjen Rinso adalah sebuah

kebutuhan yang mereka perlukan. Pada tingkatan

Page 24: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

70 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

satisfied buyer sebesar 60,87% atau 14 responden

merasa puas karena alasan bersih, harum dan irit. Ini

terbukti bahwa dari 23 responden, 12 responden

atau 52,17% diantaranya memilih deterjen Rinso

karena bersih, harum dan irit yang merupakan

alasan terbanyak dari jawaban yang diberikan oleh

responden. Pada tingkatan liking the brand sebesar

69,57% atau 16 responden yang menyatakan suka

terhadap merek deterjen Rinso, kondisi seperti ini

akan berdampak atau berprospek baik di masa

mendatang pada deterjen Rinso. Pada tingkatan

committed buyer sebesar 34,78% atau 8 responden

yang merupakan konsumen yang benar-benar komit

terhadap deterjen Rinso, hal ini perlu di tanggapi

serius oleh perusahaan agar dapat di tingkatkan lagi

jumlah konsumen yang komit terhadap deterjen

Rinso. Hal ini bisa secara ringkas dilihat dalam tabel

23.

Pada deterjen Attack, responden yang berada

pada tingkatan switcher buyer sebesar 32,14% atau

9 responden, kondisi ini hendaknya perlu segera

ditindak lanjuti agar di masa mendatang persentase

konsumen yang berada pada tingkatan ini tidak

tambah meningkat bahkan sebaiknya dapat

menurunkan persentasenya. Pada tingkatan habitual

buyer sebesar 42,86% atau 12 responden

menyatakan setuju bahwa mereka memilih deterjen

Attack karena alasan kebiasaan. Pada tingkatan

selanjutnya yaitu satisfied buyer menunjukkan

kenaikan yang cukup menonjol yaitu sebesar 75%

atau 21 responden. Mereka merasakan puas karena

alasan bersih, harum dan irit sebesar 50% atau 14

responden dari 28 responden yang memilih deterjen

Attack. Pada tingkatan liking the brand sebesar

85,71% atau 24 responden menyukai merek deterjen

Attack. Hal ini nantinya di harapkan dapat

menyebabkan pembelian yang berulang karena

merek telah disukai oleh konsumen. Selanjutnya

tingkat committed buyer sebesar 50% atau 14

responden merupakan konsumen yang benar-benar

komit. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan dapat

meningkatkan persentase konsumen yang komit

dengan menerapkan strategi pemasaran yang lebih

baik. Hal ini bisa secara ringkas dilihat dalam tabel

24..

Untuk perhitungan dan analisis data pada

deterjen Daia menunjukkan bahwa tingkat switcher

buyer sebesar 57,89% atau 11 responden, kondisi ini

patutnya diwaspadai oleh perusahaan karena dapat

menyebabkan penjualan menurun sehingga

perusahaan harus menyiapkan strategi yang bisa

mengurangi persentase dari konsumen pada

tingkatan switcher buyer ini. Pada tingkat habitual

buyer ada 63,16% atau 12 responden yang

menyatakan setuju jika mereka memilih deterjen

Attack karena kebiasaan. Selanjutnya, pada tingkat

satisfied buyer sebesar 57,89% atau 11 responden

menyatakan puas terhadap atribut yang melekat

pada produk deterjen Daia terutama karena harga

murah. Alasan tersebut terbukti bahwa sebesar

31,58% atau 6 responden dari 19 responden

menyatakan puas karena harga murah. Pada

tingkatan liking the brand menunjukkan sebesar

63,16% atau 12 responden menyukai merek Daia.

jika konsumen telah menyukai merek tersebut maka

biasanya di waktu yang akan datang akan kembali

lagi melakukan pembelian. Namun, kenyataan yang

ada hanya sebesar 5,26% atau 1 responden dari 19

responden yang benar-benar komit. Hal itu

merupakan masalah bagi perusahan yang harus

segera di atasi agar konsumen yang komit terhadap

produk lebih besar dari pada sekarang. Hal ini bisa

secara ringkas dilihat dalam tabel 25.

Tabel 23

Tingkatan Brand Loyalty Rinso

No Switcher buyer Habitual buyer Satisfied buyer Liking the brand committed buyer

1

39,13%

atau

9 responden

47,83%

atau

11 responden

60,87%

Atau

14 responden

69,57%

atau

16 responden

34,78%

atau

8 responden

2 Karena faktor

harga Kebiasaan

Karena bersih,

harum dan irit Suka

Sering atau sangat

sering merekomendasi-

kan kepada orang lain

Tabel 24

Tingkatan Brand Loyalty Attack

No Switcher

buyer Habitual buyer Satisfied buyer

Liking the

brand committed buyer

1

32,14%

atau

9 responden

42,86%

atau

12 responden

75%

Atau

21 responden

85,71%

atau

24 responden

50%

atau

14 responden

2 Karena faktor

harga Kebiasaan

Karena bersih,

harum dan irit Suka

Sering atau sangat sering

merekomendasi-kan kepada

orang lain

Page 25: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 71

Tabel 25

Tingkatan Brand Loyalty Daia

No Switcher buyer Habitual buyer Satisfied buyer Liking the brand committed buyer

1

57,89%

atau

11 responden

63,16%

atau

12 responden

57,89%

atau

11 responden

63,16%

atau

12 responden

5,26%

atau

1 responden

2 Karena faktor

harga Kebiasaan

Karena harga

murah Suka

Sering atau sangat

sering

merekomendasi-

kan kepada orang

lain

Tabel 26

Tingkatan Brand Loyalty Rinso

Pro T/ merek Pro T (%) Kemungkinan Berpindah Merek

Rinso

60,87% x 14 = 9 orang

Tabel 27

Tingkatan Brand Loyalty Attack

Pro T/ merek Pro T (%) Kemungkinan Berpindah Merek

Rinso

75% x 21 = 16 orang

Tabel 28

Tingkatan Brand Loyalty Daia

Pro T/ merek Pro T (%) Kemungkinan Berpindah Merek

Rinso

36,84% x 7 = 3 orang

Pembahasan Kemungkinan Terjadinya

Perpindahan Merek

Konsumen Rinso mempunyai kemungkinan

perpindahan merek yang cukup perlu untuk

diwaspadai yaitu 60,87%. Artinya dari 14

responden yang saat ini sedang memakai produk

ini, pada masa mendatang kemungkinan responden

yang akan beralih ke merek lain sebanyak 9 orang

(60,87% x 14). Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa jumlah yang tidak loyal terhadap merek ini

sebanyak 9 responden atau 39,13%. Hal ini bisa

secara ringkas dilihat dalam tabel 26. Konsumen

Attack mempunyai kemungkinan perpindahan

merek yang cukup perlu untuk diwaspadai yaitu

75%. Artinya dari 21 responden yang saat ini

sedang memakai produk ini, pada masa mendatang

kemungkinan responden yang akan beralih ke

merek lain sebanyak 16 orang (75% x 21). Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah yang

tidak loyal terhadap merek ini sebanyak 7

responden atau 25%. Hal ini bisa secara ringkas

dilihat dalam tabel 27. Konsumen Daia mempunyai

kemungkinan perpindahan merek yang cukup perlu

untuk diwaspadai yaitu 36,84%. Artinya dari 14

responden yang saat ini sedang memakai produk

ini, pada masa mendatang kemungkinan responden

yang akan beralih ke merek lain sebanyak 3 orang

(36,84% x 7). Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa jumlah yang tidak loyal terhadap merek ini

sebanyak 12 responden atau 63,16%. Hal ini bisa

secara ringkas dilihat dalam tabel 28.

Pembahasan Gambaran Piramida Brand Loyalty

Bentuk piramida brand loyalty pada deterjen

Rinso adalah mendekati bentuk segitiga terbalik,

maksudnya semakin ke atas semakin melebar.

Namun, dalam deterjen Rinso ini pada tingkatan

committed buyer nilainya mengalami penurunan

menjadi 34,78%. Nilai tersebut lebih kecil jika

dibandingkan dengan nilai pada tingkatan liking the

brand sehingga piramida brand loyalty pada

deterjen Rinso ini belum dapat dikatakan sebagai

piramida terbalik secara sempurna. Bentuk

piramida brand loyalty pada deterjen Attack adalah

mendekati bentuk segitiga terbalik, maksudnya

semakin ke atas semakin melebar. Namun, dalam

deterjen Attack ini pada tingkatan committed buyer

nilainya mengalami penurunan menjadi 50%. Nilai

tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai

pada tingkatan liking the brand sehingga piramida

brand loyalty pada deterjen Attack ini belum dapat

dikatakan sebagai piramida terbalik secara

sempurna. Bentuk piramida brand loyalty pada

deterjen Daia adalah mendekati bentuk segitiga

terbalik, maksudnya semakin ke atas semakin

melebar. Namun, dapat dilihat bahwa piramida

brand loyalty dalam deterjen Daia ini mengalami

fluktuatif pada tingkatan satisfied buyer dan

Page 26: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia

Fendi Ahmadi, Agung Muljono

72 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia

committed buyer nilainya mengalami penurunan

yang masing-masing menjadi 57,89% dan 5,26%.

Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan

nilai pada tingkatan habitual buyer dan liking the brand sehingga piramida brand loyalty pada

deterjen Daia ini belum dapat dikatakan sebagai

piramida terbalik secara sempurna.

V.KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan proses analisis, perhitungan dan

pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya,

maka selanjutnya diperoleh hasil atau kesimpulan

tentang tingkat loyalitas merek (brand loyalty)

terhadap produk deterjen Rinso, Attack dan Daia

(studi kasus pada ibu-ibu perumahan Griya

Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi) adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan melalui proses

analisis dapat simpulkan bahwa :

Dari 70 orang responden yang dijadikan sebagai

sampel, 23 orang diantaranya memilih deterjen

Rinso dan didapatkan hasil bahwa pada tingkat

switcher buyer (39,13%), habitual buyer (47,83%),

satisfied buyer (60,87%), liking the buyer (69,57%)

dan committed buyer (43,78%).

Dari 70 orang responden yang dijadikan sebagai

sampel, 28 orang diantaranya memilih deterjen

Attack dan didapatkan hasil bahwa pada tingkat

switcher buyer (32,14%), habitual buyer (42,86%),

satisfied buyer (75%), liking the buyer (85,71%)

dan committed buyer (50%).

Dari 70 orang responden yang dijadikan sebagai

sampel, 19 orang diantaranya memilih deterjen

Daia dan didapatkan hasil bahwa pada tingkat

switcher buyer (57,89%), habitual buyer (63,16%),

satisfied buyer (57,89%), liking the buyer (63,16%)

dan committed buyer (5,26%).

Nilai tingkatan brand loyalty pada deterjen

Rinso dan Attack menunjukkan tingkat loyalitas

merek yang kuat kecuali pada tingkat committed

buyer. Namun berbeda dengan tingkat brand

loyalty pada deterjen Daia yang menunjukkan

tingkat loyalitas yang belum terlalu kuat, terutama

pada tingkat switcher buyer yang persentasenya

masih tinggi dan sebaliknya pada tingkat committed

buyer yang masih terlalu rendah.

2. Berdasarkan perhitungan dengan Pro T atau

possibility rate of transition (kemungkinan

perpindahan merek). Responden pada deterjen

Rinso sebesar 60,87% atau 14 responden

artinya pada mendatang kemungkinan

responden yang akan beralih ke merek lain

sebanyak 9 orang (60,87% x 14) , pada deterjen

Attack sebesar 75% atau 21 responden artinya

pada mendatang kemungkinan responden yang

akan beralih ke merek lain sebanyak 16 orang

(75% x 21) dan pada deterjen Daia sebesar

36,84% atau 7 responden artinya pada

mendatang kemungkinan responden yang akan

beralih ke merek lain sebanyak 3 orang

(36,84% x 7). Berdasarkan besarnya nilai Pro T

tersebut yang di hasilkan oleh merek deterjen

Rinso, Attack dan Daia menunjukkan bahwa di

masa mendatang, ada kemungkinan tingkat

loyalitas akan melemah.

Saran

1. Dalam mempertahankan tingkat loyalitas merek

yang sudah ada ataupun meningkatkannya,

berdasarkan teori dan penelitian ini maka

sebaiknya menerapkan metode brand loyalty

dalam mengetahui tingkat loyalitas konsumen

terhadap produknya sehingga produk yang

dipasarkan dapat membentuk piramida terbalik

yang sempurna pada pasar, yang mana jika

semakin keatas maka akan semakin melebar

maka hal itu menunjukkan brand equity yang

paling kuat karena persentase tiap tingkatan

mulai dari tingkat switcher buyer, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand dan

commited buyer mengalami kenaikan.

Kemudian sebaiknya produk bisa lebih

memudahkan konsumen dalam pencucian.

Misalnya tidak membutuhkan perendaman dan

penyikatan ( kucekan) yang lama serta tidak

memerlukan produk tambahan untuk

pengharum atau penghilang noda.

2. Untuk mengurangi tingkat perpindahan

pelanggan ke merek lain perlu adanya usaha

agar jumlah konsumen yang loyal dapat

ditingkatkan dengan cara meningkatkan

keterkaitan konsumen terhadap merek yang

digunakan dari segi fungsional dikarenakan

tingkatan brand loyalty mewakili tantangan

pemasaran yang berbeda.

3. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya lebih

memperluas lagi penelitian tentang tingkat

loyalitas konsumen dan memperluas wilayah

penelitian karena semakin luas wilayah

penelitian maka akan didapatkan hasil yang

lebih kongkrit dari suatu wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

Bilson Simamora, 2001, Manajemen Pemasaran,

Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

--------------, 2005, Panduan Riset Perilaku

Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Buchari Alma, 2010, Pengantar Bisnis, Cetakan

Keempat Belas, Alfabet, Bandung.

Budi Purwadi, 2000, Riset Pemasaran, PT

Grasindo, Jakarta.

Dahlan Iskan, 2008, Perilaku Konsumen, Edisi

Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Dita Afiani Saputri, 2005, Analisis Asosiasi Merek

Pada Produk Shampoo di Kalangan

Mahasiswa S1 Non Reguler Fakultas

Page 27: 3.ANALISIS BRAND LOYALTY - digilib.unmuhjember.ac.iddigilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/14/umj-1x-drsagungmu-698-1-3... · menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila diatur

JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA

Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74

Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 73

Ekonomi Universitas Jember, Skripsi,

Universitas Jember.

Durianto Darmadi, Sugiarto dan Tony Sitinjak,

2001, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui

Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Durianto Darmadi, 2004, Brand Equity Ten, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

--------------, 2004, Strategi Menaklukan Pasar

Melalui Riset Equitas dan Perilaku Merek,

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Freddy Rangkuti, 2002, Measuring Customer Satisfaction, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Harinaldi, 2005, Prinsip-Prinsip Statistik, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Ivancevich, John M.,2007, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid I, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

J. Supranto, 2000, Metodologi Penelitian Bisnis,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip and AB. Susanto, 2000, Manajemen

Pemasaran Di Indonesia Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol ,

Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Kotler, Philip and Gary Amstrong, 2006, Prinsip-

Prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jilid

I, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2008,

Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas,

Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Mudrajad Kuncoro, 2003, Metode Riset Untuk

Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

Siswo Prayitno, 2008, Analisis Brand Loyalty pada

Konsumen Ponsel Merek Nokia dan Sony Ericsson Di Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Jember, Skripsi,

Universitas Muhammadiyah Jember.

http://statistik4life.blogspot.com/2009/11/uji-q-

cochran.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produk-

definisi-klasifikasi-dimensi_30.html

http://suchaini.wordpress.com/2008/12/17/teknik-

pengumpulan-data-dan-teknik-sampling/

http://id.wikipedia.org/wiki/Loyalitas_merek

http://consumerbehaviour.blogsome.com/2007/12/1

3/kepribadian-merk/

http://worldofandika.blogspot.com/2011/03/bab-6-

pengetahuan-konsumen-chapter-6.html

SUMBER Taufan Darussalam : 2007

http://bonteng.wordpress.com/2009/11/16/atribut-

produk/