39247612 4 laporan farmako anestesi umum kelinci

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes berasal dari bahasa Yunani anaisthēsia (dari an- ‘tanpa’ + aisthēsis ‘sensasi’) yang berarti tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: (1) anestesia lokal: hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran; (2) anestesia umum: hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran. Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah tindakan operasi, misalnya pada orang Mesir menggunakan narkotika, orang China menggunakan Cannabis indica, orang primitif menggunakan pemukulan kepala dengan kayu untuk menghilangkan kesadaran. Pada tahun 1776 ditemukan anestesia gas pertama, yaitu N 2 O, namun kurang efektif sehingga ada penelitian lebih lanjut pada tahun 1795 menghasilkan eter sebagai anestesia inhalasi prototipe, yang kemudian berkembang hingga berbagai macam yang kita kenal saat ini. 1 Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian eter terhadap perubahan kondisi kesadaran kelinci yang dapat diamati dengan beberapa parameter penting. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter dan memperhatikan efek (kerja) eter pada kelinci percobaan.

Upload: xena-poetri-xaverya-rengga

Post on 25-Oct-2015

984 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Istilah anestesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes berasal dari

bahasa Yunani anaisthēsia (dari an- ‘tanpa’ + aisthēsis ‘sensasi’) yang berarti

tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: (1) anestesia

lokal: hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran; (2) anestesia

umum: hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.

Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah tindakan

operasi, misalnya pada orang Mesir menggunakan narkotika, orang China

menggunakan Cannabis indica, orang primitif menggunakan pemukulan kepala

dengan kayu untuk menghilangkan kesadaran.

Pada tahun 1776 ditemukan anestesia gas pertama, yaitu N2O, namun

kurang efektif sehingga ada penelitian lebih lanjut pada tahun 1795 menghasilkan

eter sebagai anestesia inhalasi prototipe, yang kemudian berkembang hingga

berbagai macam yang kita kenal saat ini.1

Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian eter terhadap

perubahan kondisi kesadaran kelinci yang dapat diamati dengan beberapa

parameter penting.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter

dan memperhatikan efek (kerja) eter pada kelinci percobaan.

2. Mahasiswa mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui

parameter-parameter antara lain: respon nyeri, lebar pupil, jenis

pernafasan, frekuensi jantung dan tonus otot.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan stadium-stadium anestesi.

1.3 Manfaat

1. Mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter pada kelinci

percobaan.

2. Mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter

parameter antara lain: respon nyeri, lebar pupil, jenis pernafasan, frekuensi

jantung dan tonus otot.

Page 2: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

3. Mampu menjelaskan stadium-stadium anestesi.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan :

1. Stetoskop\

2. Pen light

3. Corong

4. Kapas

5. Mistar / penggaris

6. Alat penjepit (kohr / klem)

7. Hewan coba : kelinci

8. Obat anestesi : eter

2.2 Cara Kerja :

1. Untuk percobaan ini digunakan kelinci yang sehat.

2. Sebelum melakukan percobaan, periksa dan catatlah:

a. Keadaan pernapasan : frekuensi, dalamnya pernapasan, teratur atau

tidak jenis pernapasan (dada atau perut)

b. Keadaan mata : lebar pupil, reflek kornea, konjungtiva, pergerakan

mata

c. Keadaan otot/pergerakan : keadaan gerakan, tonus otot bergaris

d. Keadaan saliva : saliva banyak atau sedikit

e. Rasa nyeri : keadaan rasa nyeri (dengan mencubit telinga)

f. Lain-lain : muntah, ronkhii, warna telinga

3. Setelah hal tersebut dicatat, percobaan dapat dimulai.

4. Pasanglah corong anestesi pada moncong kelinci dengan baik dan

mulailah meneteskan eter dengan kecepatan kira-kira 60 tetes per menit.

5. Catatlah waktu :

a. Mulai meneteskan eter

b. Adanya tanda-tanda dari tiap-tiap stadium

c. Keadaan dimana binatang coba sudah berada dalam anestesi yang

cukup untuk memulai melakukan operasi

6. Bila keadaan terakhir sudah tercapai (stadium of anesthesia)

pertahankanlah keadaan ini untuk beberapa saat (5 menit), dan

Page 3: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

perhatikan/periksalah keadaan binatang coba tanpa menambah eter lagi.

Kemudian biarkanlah kelinci bangun/sadar kembali dan catatlah

waktunya. Hitunglah jumlah eter yang digunakan.

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

1. Catatan Waktu

Mulai meneteskan eter 0

Tercapainya stadium I 12 menit

Tercapainya stadium II 15 menit

Tercapainya stadium III 16 menit (52 tetes eter)

2. Hasil Pemeriksaan:

Kontrol Tetesan Eter

Pernapasan

-Frekuensi 240/menit 2.35menit cepat

2.41menit pelan

3.52menit cepat

4.06menit cepat

-Irama Cepat dan teratur Tidak teratur

-Jenis Torakoabdominal abdominal

-Amplitudo Dangkal Sedang

-Lain-lain Keadaan stress 4.23menit nafas normal

Mata

-Lebar pupil 5mm 1.49menit 1mm

2.17menit 4mm

4.23menit 6mm

4.45menit 8mm

-Reflek cahaya Ada Kedip sedikit

-Reflek kornea Ada Kedip sedikit

-Pergerakan mata Normal normal

Gerakan/otot

-Tonus otot Ada tahanan 4.50menit tidak ada tahanan

-Gerakan Ada 3.32menit tidak ada

Rasa nyeri Ada Tidak ada

Page 4: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

Salivasi Tidak ada 6.30 ada hipersalivasi

Auskultasi

-Ronchi Tidak ada Ada tapi tidak kelihatan

-Lain-lain - -

3. Selama pemberian anestesi :

a. Pada menit ke-11 mulai mengangkat kepala

Pada menit ke-12.18 mulai mengedipkan mata

b. Jumlah anestesi yang digunakan : 450 tetes eter (sampai mencapai

stadium)

BAB IV

DISKUSI

4.1 Diskusi Hasil

Anestesi umum merupakan tindakan menghilangkan rasa nyeri secara

sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum

yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa

menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien. Anestesi umum ini dapat

dihasilkan dengan pemberian obat sesuai dengan bentuk fisiknya, yaitu anestetik

menguap, anestetik gas dan anestetik yang diberi secara IV (intravena). 2

Praktikum pemberian anestesi umum pada kelinci ini menggunakan obat

anestetik menguap, yaitu eter. Anestetik yang menguap (volatile anesthetic)

mempunyai 3 sifat dasar yang sama, yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar,

mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah dan relative mudah larut dalam

lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan dapat

memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlewatinya induksi. Namun hal ini

dapat diatasi dengan memberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan.

Bila stadium yang diinginkan sudah tercapai, kadar disesuaikan untuk

mempertahankan stadium tersebut. Untuk mempercepat induksi dapat diberika zat

anestetik lain yang kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik yang

menguap. 2

Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau, mudah

terbakar, mengiritasi saluran nafas dan mudah meledak. Eter juga merupakan

anestetik yang sangat kuat sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat

anastesi. Eter dapat menghasilkan efek analgesik dengan kadar dalam darah arteri

Page 5: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

10-15 mg % walaupun penderita masih sadar sehingga eter mempunyai sifat

analgesik yang kuat sekali. 2

Eter dapat merangsang sekresi kelenjar bronkus dan mengiritasi saluran

napas. Pada induksi dan waktu pemulihan, eter menimbulkan salivasi, tetapi pada

stadium yang lebih dalam, salivasi akan dihambat dan terjadi depresi nafas. Eter

menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi in vivo efek ini dilawan oleh

meningginya aktivitas simpatis sehingga curah jantung tidak berubah atau

meninggi sedikit. Eter tidak menyebabkan sensitisasi jantung terhadap

katekolamin. Pada anestesi ringan, eter dapat menyebabkan dilatasi pembuluh

darah kulit sehingga timbul kemerahan terutama di daerah muka dan pada

anestesi yang lebih dalam kulit akan menjadi lembek , pucat, dingin dan basah.

Eter juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal sehingga terjadi

penurunan laju filtrasi glomelurus dan produksi urine secara berlebihan.

Sedangkan pada pembuluh darah otak, eter menyebabkan vasodilatasi. 2

Eter menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu pemulihan,

tetapi dapat pula pada waktu induksi. Ini disebabkan oleh efek sentral eter atau

akibat iritasi lambung oleh eter yang tertelan. Aktivitas saluran cerna dihambat

selama dan sesudah anesthesia. 2

Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung berat badan dan kondisi

penderita, kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan. Eter

diabsorpsi dan disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui

urine, air susu, keringat dan difusi melalui kulit utuh. 2

Semua zat anestesi umum bekerja dengan menghambat SSP secara

bertahap. Penghambatan pertama dilakukan pada fungsi kompleks kemudian

dilanjutkan sampai medula oblongata (tempat pusat vasomotor dan pernafasan).

Guedel (1920) membagi anestesi umum menjadi 4 stadium. Praktikum yang

dilakukan pada kelinci dengan obat anestetik eter ini hanya sampai pada stadium

ketiga. 2

Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengamatan pada keadaan kelinci

yang nantinya akan digunakan sebagai kontrol. Pada keadaan normal, frekuensi

pernapasan kelinci adalah 240 kali/menit, iramanya teratur, dan jenis pernapasan

adalah thorako-abdominal. Selain itu, masih terdapat gerakan reflek dari kelinci

ketika telinga kelinci disentuh menggunakan gunting penjepit. Hal ini juga

menunjukkan masih adanya rasa nyeri yang dapat dirasakan kelinci tersebut.

Page 6: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

Tonus otot juga masih ada saat kaki kelinci dipegang dan kaki tersebut

menghasilkan tahanan otot. Keadaan mata kelinci saat keadaan normal

menunjukkan lebar pupil 5 mm, terdapat refleks cahaya, refleks kornea dan

pergerakan mata. Kelinci tidak mengalami hipersalivasi dan ronchi pada

auskultasi tidak ada.

Stadium I anestesi umum dicapai setelah 2 menit 41 detik. Hal ini ditandai

dengan terjadinya bradikardi. Tahap ini dimulai dari saat pemberian zat anestetik

sampai hilangnya kesadaran. Kesadaran kelinci masih tampak namun ukuran

pupil mengecil dari keadaan awal. Pada tahap ini, rasa sakit telah hilang (efek

analgesia telah muncul).

Stadium II, yang disebut juga dengan stadium eksitasi atau delirium, dimulai

dari hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Kelinci

memasuki stadium ini pada setelah 3 menit 52 detik, yang ditandai dengan

pernapasan cepat dan tidak teratur. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi

dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti refleks bulu mata, pelebaran

pupil mata (midriasis), tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, gerakan

pernafasan yang tak teratur, laryngospasme atau muntah (bahaya aspirasi),

terkadang disertai apnae dan hiperapnae, tonus muskulus skeletal meningkat,

inkontinensia urin, takikardia, hipertensi hingga terjadinya kematian, sehingga

harus segera dilewati 3,4,5,6 .

Eksitasi dapat disebabkan karena adanya depresi atau hambatan pada pusat

inhibisi. Pernafasan torakal–abdominal yang cepat dan tidak teratur diakibatkan

oleh depresi pernafasan sehingga terjadi retensi CO2 dan menuju pada Sympatho

Adrenal Discharged (SAD) yaitu pelepasan adrenalin dari kelenjar medula

adrenalin dan noradrenalin dari ujung saraf simpatis. Bola mata bergerak-gerak

karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata sehingga kontraksinya tak

terkoordinir 6.

Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga

hilangnya pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan

spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri

dan kekanan dengan mudah.9 Stadium III ini dibagi dalam 4 plane, yaitu 7,8,9 :

1. Plane 1

Page 7: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 23 detik, ditandai dengan pernafasan

teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola

mata tak teratur, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi

(miosis) dan refleks cahaya masih ada, lakrimasi akan meningkat, refleks

farings dan muntah menghilang, tonus otot menurun.7,8 Belum tercapai relaksasi

otot lurik yang sempurna.9

2. Plane 2

Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 23 detik, ditandai dengan pernafasan

yang teratur tetapi kurang dalam bila dibanding plane 1 8, volume tidal menurun

dan frekwensi pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola

mata terfiksir ditengah, pupil mulai midriasis dengan refleks cahaya menurun

dan refleks kornea menghilang.7 Relaksasi otot lurik sedang, refleks laring hilang.9

3. Plane 3

Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 45 detik, ditandai dengan pernafasan

abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal

yang makin bertambah sehingga pada akhir plane 3 terjadi paralisis total otot

interkostal, juga mulai terjadi paralisis otot-otot dikiafragma, relaksasi otot

lurik sempurna 9, pupil melebar tetapi belum maksimal dan refleks cahaya akan

menghilang pada akhir plane 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal

menghilang, tonus otot-otot makin menurun.7,8

4. Plane 4

Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 50 detik, ditandai dengan pernafasan

tidak adekuat, pernafasan dengan perut sempurna karena kelumpuhan otot

interkostal sempurna 8,9, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot diafragma yg

makin nyata, pada akhir plane 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin

menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar maksimal dan refleks cahaya

menghilang, refleks sphincter ani menghilang.7 Tekanan darah mulai menurun.8,9

Stadium IV (paralisis medula oblongata), dimulai dengan melemahnya

pernafasan perut dibanding stadium III plana 4, tekanan darah tak terukur karena

pembuluh darah kolaps, jantung berhenti berdenyut dan akhirnya penderita

meninggal. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan

Page 8: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

pernapasan buatan 4,5. Pada percobaan kali ini kelinci tidak diberi anestesi hingga

mencapai stadium IV karena stadium ini sangat berbahaya dan dapat

menyebabkan kematian.

Dalamnya anastesi yang berjalan bergantung pada kadar anastetik di dalam

sistem saraf pusat, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi

transfer anastetik dari alveoli paru darah dan dari darah ke jaringan otak, yaitu :

(1) kelarutan zat anastetik, (2) kadar anastetik dalam udara yang dihirup pasien

(tekanan parsial), (3) ventilasi paru, (4) aliran darah paru, dan (5) perbedaan

antara tekanan parsial anastetik di darah arteri dan darah vena. Hasil praktikum

membuktikan bahwa semakin banyak kadar anastesi yang diterima oleh tubuh

pasien, dalam hal ini binatang coba (kelinci) maka kelinci akan merasakan

anastesi yang lebih dalam.

4.2 Jawaban Pertanyaan

1. Apakah semua stadium pada anastesi umum dengan eter dapat terlihat

pada percobaan ini?

Ya, semua stadium pada anastesi umum dengan eter dapat terlihat dengan

jelas.

2. Bila dapat terlihat dengan jelas, apakah tanda-tanda pada tiap stadium

didapatkan? Tanda-tanda mana sajakah yang tidak didapatkan atau tidak

terlihat dengan jelas?

Ya, terdapat tanda-tanda yang khas pada setiap stadium anastesi sehingga

dapat dibedakan dengan jelas sudah memasuki stadium yang mana.

Efek euphoria (disertai rasa nyaman) sulit dideteksi pada percobaan ini.

3. Pada auskultasi, apakah yang didapatkan? Kenapa hal ini dapat terjadi?

Jelaskan!

Pemeriksaan denyut jantung dengan auskultasi menunjukkan berbagai

perubahan selama waktu kontrol serta saat anastesi dan saat sadar kembali.

a. Pada waktu kontrol (sebelum anastesi)

Frekuensi denyut jantung normal dan teratur.

b. Pada saat anastesi berlangsung

Page 9: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

Pada beberapa saat setelah anastesi, frekuensi denyut jantung

meningkat cepat dan tak teratur. Hal ini dikarenakan adanya

pelepasan adrenalin dan nor-adrenalin (Sympatho Adrenal

Discharged) oleh kelenjar medula adrenal, selanjutnya adrenalin

akan merangsang reseptor beta 2 pada jantung untuk menimbulkan

efek takikardi (stadium II anasthesi). Kemudian frekuensi denyut

jantung perlahan-lahan menurun karena eter memberikan efek

depresi pada sistem kardiovaskular (stadium III/2 atau III/3).

Selanjutnya pada saat efek anastesi mulai hilang dan hewan coba

mulai sadar kembali, denyut jantung pun kembali normal akibat

adanya efek homeostasis.

4. Pada stadium manakah rasa nyeri mulai hilang?

Pada penggunaan anastesi eter, efek analgesia mulai didapatkan pada

stadium I. Pada stadium tersebut, hewan coba mulai tidak merasakan nyeri

dan kesadaran mulai berkurang.

5. Pada stadium manakah terdapat relaksai otot bergaris ?

Relaksasi otot bergaris terjadi pada stadium tiga, dimulai dari akhir

stadium II, dimana pernafasan mulai teratur. Ditandai dengan pernafasan

teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal,

pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya   eksentrik,  

pupil   mengecil   lagi dan  refleks  cahaya  (+), lakrimasi  akan 

meningkat,  refleks  farings  dan muntah menghilang, dan tonus otot

menurun.

6. Bagaimanakah salivasinya ? mengapa hal ini dapat terjadi ?

Salivasi terjadi karena penurunan reflek kelenjar ludah. Untuk

menghindarinya, dalam tindakan anastesi diperlukan pemberian

premedikasi. Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anestesi

dengan tujuan untuk melancarkan induksi, salah satu diantaranya

mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.

7. Tanda-tanda apakah yang didapatkan pada waktu binatang coba dari

keadaan anastesi kembali ke keadaan bangun ?

a. Frekuensi nafas, frekuensinya berubah menjadi lebih cepat.

Page 10: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

b. Mata mulai kembali normal, ada reflek cahaya dan reflek kornea.

c. Tonus otot ada tahanan dan ada gerakan.

8. Cara pemberian anestesi pada percobaan ini disebut cara apa? Cara-cara

apa saja yang dapat digunakan pada pemberian anestesi umum?

Teknik anestesi umum dengan cara anestesi inhalasi. Untuk anestesi

umum, ada 3 cara pemberian yang dapat digunakan, yaitu anestesi

inhalasi, parenteral (IV, IM, drip), per-rectal.

9. Apa kerugian / keuntungan eter sebagai anestesi umum?

Kerugian: a. Kemungkinan aspirasi besar

b. Waktu operasi terburu-buru/diteruskan dengan insuflasi

c. Tidak dapat menggunakan diatherm

Keuntungan : a. Cocok untuk prosedur yang singkat

b. Trauma laryng kurang

10. Dan bagaimana pula dengan kloroform, halotan, siklopropan, nitrous

oksida dan pentotal?

a. Kloroform

Non irritable, pelemas otot yang baik, tidak mudah terbakar, tidak

mudah meledak, depresi miokard, hepatotoksik.

b. Halotan

Tidak mudah terbakar, tidak mudah meledak, daya larut di jaringan

rendah, rendahnya angka kejadian nausea dan vomittus pada

penggunaannya, sifat hipnotik kuat, relaksasi cukup, analgetik

kurang baik, tidak merangsang saluran napas, bronkodilator serta

waktu pemulihan cepat, dapat mensensitisasi miokardium terhadap

katekolamin, metabolit halotan juga berperan terhadap nekrosis

hepar

c. Siklopropan

Dapat meledak, tidak stabil, mudah terbakar sehingga menghalangi

penggunaan kauter bedah dan monitoring elektrik.

d. Nitrous oksida

Anestesi umum yang lemah, umumnya tidak digunakan sendirian

pada anestesi inhalasi. Tapi sifat analgesik kuat, tidak terbakar,

tidak mengiritasi.

Page 11: 39247612 4 Laporan Farmako Anestesi Umum Kelinci

e. Pentotal

Pemberian terlalu pagi dapat merangsang muntah.

11. Anasthesi umum apa sajakah yang tidak boleh digunakan pada penderita

yang baru menderita hepatitis infeksiosa?

Anasthesi halotan, enfluran, dan isofluran, karena jenis anasthesi ini akan

menghasilkan metabolit yang dapat merusak hepar.

12. Anastesi manakah yang baik / dapat digunakan pada penderita dengan

tuberculosis paru dupleks?

Anasthesi yang baik / dapat digunakan pada penderita dengan tuberculosis

paru dupleks adalah anasthesi yang tidak mengiritasi saluran napas dan

tidak merangsang sekresi kelenjar bronkus, yaitu Ketamin, karena hanya

menganasthesia area spesifik saja di otak, dan tidak menyebabkan depresi

pernafasan, sehingga nafas tetap normal.

13. Apakah pemberian adrenalin dapat dilakukan pada semua anasthesi diatas?

Dengan anastesi apa yang tidak boleh? Jelaskan!

Tidak. Pada anasthesi menggunakan halotan tidak boleh diberikan

adrenalin, karena halotan memberikan efek kardiovaskular dengan

meningkatkan sensitifitas miokardium terhadap adrenalin, sehingga jika

diberikan adrenalin, bisa menyebabkan terjadinya aritmia. Pada anestesi

menggunakan ketamin juga tidak boleh dikombinasikan dengan adrenalin

recovery-nya sudah lama dan tekanan darahnya sudah bisa meningkat

tanpa adrenalin

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Bekerjanya eter sebagai obat anestesi umum pada kelinci dapat dilihat

dengan pengamatan pada ciri-ciri tiap stadiumnya.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengamatan secara teliti pada kelincing percobaan

sehingga dapat benar-benar dikethaui kapan kelinci mulai memasuki stadium

I,II, dst. Selain itu, juga perlu berhati-hati saat kelinci akan pulih dari

pengaruh obat anestesi karena kelinci cendrung memberontak.