39057736 laporan praktikum semsol piroksikam

22
“ Pengembangan Formulasi Gel Piroksikam” IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF Analgesik antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Analgesik berfungsi sebagai penghilang rasa sakit atau nyeri, sedangkan antiinflamasi berfungsi sebagai anti radang atau nyeri yang disertai panas dan bengkak. Analgesik-antiinflamasi dapat dibagi menjadi: 1. Asam karboksilat a. Asam asetat derivat asam fenilasetat: fenklofenak, diklofenak b. Derivat asam salisilat : metil salisilat c. Derivat asam propionat : ketoprofen, ibuprofen, naproksen d. Derivat asam fenamat : asam mefenamat, meklofenamat 2. Asam enolat a. Derivat pirazolon : fenilbutazon, oksifenazon b. Derivat oksikam : piroksikam, tenoksikam Piroxicam (C 15 H 13 N 3 O 4 S) (2H-1,2-Benzothiazine-3-carboxamide,4-hydroxy-2-methyl-N-2-Pyridinyl,1-1-dioxide) N S OH O O CH 3 CONH N BM : 331,35 Titik lebur : 198°C-200°C Deskripsi : kristal putih, larutan jenuh dalam dioxane:air (2:1) pKa : 6,3

Upload: andi-ade-nurqalbi

Post on 25-Nov-2015

89 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIFAnalgesik antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan kelompok obat yangheterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Analgesik berfungsisebagai penghilang rasa sakit atau nyeri, sedangkan antiinflamasi berfungsi sebagai antiradang atau nyeri yang disertai panas dan bengkak.Analgesik-antiinflamasi dapat dibagi menjadi:1. Asam karboksilata. Asam asetat  derivat asam fenilasetat: fenklofenak, diklofenakb. Derivat asam salisilat : metil salisilatc. Derivat asam propionat : ketoprofen, ibuprofen, naproksend. Derivat asam fenamat : asam mefenamat, meklofenamat2. Asam enolata. Derivat pirazolon : fenilbutazon, oksifenazonb. Derivat oksikam : piroksikam, tenoksikamPiroxicam (C15H13N3O4S)(2H-1,2-Benzothiazine-3-carboxamide,4-hydroxy-2-methyl-N-2-Pyridinyl,1-1-dioxide)NSOHOOCH3CONHNBM : 331,35Titik lebur : 198°C-200°CDeskripsi : kristal putih, larutan jenuh dalam dioxane:air (2:1)pKa : 6,3

TRANSCRIPT

  • Pengembangan Formulasi Gel Piroksikam

    IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

    Analgesik antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan kelompok obat yang

    heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Analgesik berfungsi

    sebagai penghilang rasa sakit atau nyeri, sedangkan antiinflamasi berfungsi sebagai anti

    radang atau nyeri yang disertai panas dan bengkak.

    Analgesik-antiinflamasi dapat dibagi menjadi:

    1. Asam karboksilat

    a. Asam asetat derivat asam fenilasetat: fenklofenak, diklofenak

    b. Derivat asam salisilat : metil salisilat c. Derivat asam propionat : ketoprofen, ibuprofen, naproksen d. Derivat asam fenamat : asam mefenamat, meklofenamat

    2. Asam enolat a. Derivat pirazolon : fenilbutazon, oksifenazon b. Derivat oksikam : piroksikam, tenoksikam

    Piroxicam (C15H13N3O4S)

    (2H-1,2-Benzothiazine-3-carboxamide,4-hydroxy-2-methyl-N-2-Pyridinyl,1-1-dioxide)

    NS

    OH

    OO

    CH3

    CONH

    N

    BM : 331,35

    Titik lebur : 198C-200C

    Deskripsi : kristal putih, larutan jenuh dalam dioxane:air (2:1)

    pKa : 6,3

  • Kelarutan : sedikit larut dalam air, kelarutan dalam kloroform (1:100), dalam

    etanol panas dan metanol (1:1000). Larut dalam diklormetan, sangat

    sedikit larut dalam kebanyakan larutan organik, sangat sedikit larut

    dalam larutan alkali cair.

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

    Dosis : untuk pemakaian topikal pada sediaan topikal gel konsentrasi 0,5%

    digunakan 3-4 kali sehari. Pengobatan diamati kembali setelah 4

    minggu. Pada beberapa negara, digunakan 1% untuk sediaan krim.

    Penggunaan : piroksikam digunakan sebagai analgesik, anti inflamasi, antipiretik

    dan digunakan untuk penyembuhan rhematoid arthritis (radang sendi

    rematik) dan gangguan rematik lainnya. Dan juga mempunyai efek

    urikosurik dan telah digunakan dalam pengobatan asam urat akut.

    Dalam sediaan topikal yang berupa gel atau salep, penggunaannnya

    dengan dioleskan pada kulit yang luka 3-4 kali sehari.

    Efek samping : melepuh, ruam, menimbulkan rasa gatal bintik merah dan bengkak,

    kulit pucat, lemah lesu, gangguan pencernaan, kulit atau mata

    menguning.

    Mekanisme aksi : NSAID digunakan secara luas untuk mengurangi nyeri pada pasien

    ostearthritis. Mekanisme aksi NSAID akan menghalangi aktivitas

    cyclooksigenase (Cox) sehingga menghalangi sintesis prostaglandin,

    menghalangi pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang penting untuk

    merangsang agregasi pletelet.

    V. JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULA

    A. BASIS KRIM

    1. Vanishing Cream

    R/ Lanolini 2.0

    Cetylalcoholi 1.0

    Parafin liquidi 5.0

  • Acidi stearicini 9.0

    Kalii hydroidi 0.5

    Propylene glycoli 5.0

    Aquadest 77.5

    a. Lanolin

    Fungsi : emulsifying agent, ointment base

    Densitas : 0.932-0.945 g/cm3 pada 15C

    Temperatur autognisi : 445C

    Flash point : 238C

    Refraksi indek : nD40 = 1,478-1,482

    Solubilitas : mudah larut dalam benzena, kloroform, eter dn petroleum,

    larut dalam etanol 95% dingin, lebih larut dalam etanol panas

    (95%), praktis tidak larut dalam air.

    Inkompatibilitas : lanolin mungkin terdiri dari pro-oksidan yang mempengaruhi

    stabilitas obat tersebut.

    Deskripsi : lanolin berwarna kuning pucat, agak manis, seperti lilin yang

    buram mempunyai rasa yang khas, pada titik lelehnya. Lanolin

    berwarna terang atau hampir terang, cairan kuning.

    b. Cetyl alkohol

    Deskripsi : cetyl alkohol berbentuk seperti lilin, serpihan putih, granul,

    kubus atau gips. Karakteristik cetyl alkohol bau khas lemah

    rasa lemah.

    Titik didih : 314-344C

    344C untuk meterial murni

    Densitas : 0.908 g/cm3

  • Titik leleh : 45-52 C

    49 C untuk material murni

    Refraktive index : nD79 = 1,4283 (untuk material murni)

    Fungsi : coating agent, emulsifiying agent, stiffening agent.

    Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter. Kelarutan

    bertambah dengan naiknya suhu.

    Inkompatibilitas : tidak bercampur drngan oksidator kuat.

    c. Parafin cair

    Deskripsi : transparan, tidak berwarna, viskositas seperti minyak cair

    tidak dapat berflouresen pada siang hari. Praktis tidak berasa

    dan berbau ketika dingin. Berbau khas seperti petroleum ketika

    dipanaskan.

    Fungsi : emolien, solvent, lubrikan, fase minyak.

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air. Larut

    dalam aseton, benzena, kloroform, karbondisulfit, eter dan

    petroleum eter. Tidak bercampur dengan minyak menguap dan

    minyak jenuh, kecuali minyak castor.

    Viskositas : 110-230 mpas pada suhu 20C

    Inkompatibilitas : tidak bercampur dengan reduktor kuat

    Penyimpananan : terlindung dari cahaya, simpam di tempt sejuk dan kering

    Titik leleh : lebih dari 360C

    Flash point : 210-224C

    Index refraktive : nD2o = 14756-14800

  • d. Acidi stearicinini

    Deskripsi : keras, putih, kunuing buram, berkilau, berupa kristal padat

    atau serbuk putih kekuningan, bau khas tajam.

    Fungsi : emulsifying agent, solubilizying agent.

    Karakteristik : biasa digunakan untuk sediaan topikal dan oral, untuk sediaan

    topikal asam stearat digunakan sebagai emulsifying dan

    solubilizying agent.

    Inkompatibilitas : asam stearat inkompatibel dengan sebagian besar logam

    hidroksida dan agen-agen oksidasi.

    Penggunaan : ointment dan creams 1-2%

    Pelicin tablet 1-3%

    Kelarutan : mudah larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform,

    eter. Larut dalam etanol, heksana dan propilen glikol. Praktis

    tidak larut air.

    e. Kalii Hidroksida

    Karakteristik : basa digunakan dalam formulasi farmasetis sebagai adjuster

    pH larutan. Juga dapat digunakan untuk membentuk garam

    dengan mereaksikan dengan asam lemah. Efek terapeutik

    Kalium Hidroksida untuk aplikasi dermatologi sangat

    bervariasi. Bersifat higroskopis dan deliquesent dengan

    pemejanan di udara. Cepat diabsorbsi oleh karbondioksida

    membentuk potassium karbonat.

    Kelarutan : Pelarut Kelarutan

    (pada suhu 20o C) Etanol 95% 1 : 3

    Eter praktis tidak larut

    Glycerin 1 : 2,5

  • Air 1 : 0,9 dan 1 : 0,6

    dalam 100o C

    Inkompatibilitas : inkompatibel dengan banyak senyawa yang mudah

    terhidrolosis atau teroksidasi.Tidak boleh disimpan dalam gelas

    atau wadah aluminium dan akan bereaksi dengan asam, ester,

    dan eter terutama dalam larutan air.

    Fungsi : Sebagai agen pengalkalis

    f. Propylen glykol

    Karakteristik : digunakan sebagai solvent, zat- zat pengekstraksi dan sebagai

    pengawet dalam berbagai sediaan parenteral dan non

    parenteral. Secara umum sebagai plastisizer dalam formulasi

    tablet salut film.Sebagai emulsifier dan pembawa dalam

    kosmetik dan idustri makanan.

    Penggunaan : sebagai humectant untuk sediaan topikal 15 %. Pengawet,

    untuk larutan dan semisolid 15-30 %. Sebagai solvent atau

    kosolvent, sediaan aerosol 10-30 %; oral 10-25 %; parenteral

    10-60 %; topikal 5-80 %

    Inkompatibilitas : inkompatibel denganreagen oksidasi seperti kalium

    permanganat.

    Kelarutan :larut dalam aseton, kloroform, etanol 95 %, gliserin, dan air.

    Larut dalam 1: 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan minyak

    mineral, atau fix oil. Tidak larut dalam beberapa minyak

    esensial

    Fungsi : Antimikroba, preservatif, disinfektan, humectant, plastisizer,

    solvent, stabilizer, kosolvent

    2. Emulsifiying Agent

  • a. Carbomer

    Sinonim : Carbopol, Carboxy polymethilene, Polyacrilic Acid

    Karakteristik : biasa digunakan untuk sediaan topikal/ preparasi semisolid

    dan oral. Larut dalam air dan setelah netralisasi larut dalam

    etanol (95 %) dan gliserin. Tingkat viskositas yang lebih tinggi

    pada pH 6-11 dan viskositas akan menurun pada pH di bawah 3

    atau di atas 12.

    Inkompatibilitas : carbomer akan kehilangan warna dengan adanya resorsinol.

    Inkompatibilitas dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan

    elektrolit. Intensitas panas akan meningkat ketika kontak

    dengan basa kuat seperti amonia, KOH, NaOH, dan basa amin

    kuat.

    Penggunaan : Emulsifiying agant 0,10,5%, Gelling agent 0,52,0%,

    Suspending Agent 0,5- 1,0 %, Pengikat tablet 5- 10 %.

    b. TEA

    Sinonim : daltogen, Tealan, Triethanolamin

    Karakteristik : digunakan secara luas untuk formulasi emulsi topikal.

    Digunakan untuk membentuk emulsi stabil minyak dan air.

    Sering digunakan untuk sediaan topikal analgesik. Secara luas

    tidak menimbulkan toksisitas yang berarti pada penggunaan,

    kemungkinan hipersensitivitas dan iritasi.

    Penggunaan :Emulsifiying Agent 2-4 % v/v

    Inkompatibilitas : bereaksi dengan amin tersier dan alkohol.Bereaksi dengan

    asam mineral membentuk garam kristal dan ester. Dengan asam

    lemak TEA membentuk garam larut air dan dapat menimbulkan

    penyabunan. TEA bereaksi dengan thionil klorida untuk

    mengganti gugus hidroksi dan halogen. Produk yang dihasilkan

    sangat toksik.

  • c. Diethanolamine

    Sinonim:

    Bis (hydroxyethyl) amin

    DEA

    Diolamine

    Karakteristik:

    Bersifat higroskopis

    Menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan membran mukosa pada konsentrasi tinggi.

    Pada tikus toksisitas akut dan sub akut lebih besar.

    Pada tikus merupakan hepatokarsinogenik dan dapat menyebabkan defisiensi colin

    hepatik.

    Inkompatibilitas:

    Bereaksi dengan amin sekunder dan alkohol.

    Gugus menimbulkan aktivitas yang lebih besar dengan mengambil alih gugus amin

    atau gugus hidroksi yang lain.

    Penggunaan:

    Emulsifiying agent

    d. CMC Na

    Sinonim:

    Akucell

    Aquasorb

    Cellulose gum

    Tylose CB

    Karakteristik:

    Digunakan secara luas untuk formulasi oral dan topikal.

    Mudah terdispersi dalam air, praktis tidak larut dalam pelarut organik (eter, etanol,

    toluen).

  • Stabil pada pH 2-10

    Konsumsi dalam jumlah besar berfungsi sebagai pencahar

    Menyebabkan iritasi mata

    Bersifat higroskopis.

    Penggunaan:

    Emulsifiying Agent 0,25 1,0 %

    Gel forming agent 3,0 6,0 %

    Injection 0,05 0,75 %

    Oral solution 0,1 1,0 %

    Tablet binder 1,0 6,0 %

    Inkompatibilitas:

    Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan garam besi dan beberapa logam

    lain seperti Al, Hg, dan Zn.

    Presipitasi terjadi pada pH

  • - inkompatibel dengan pewarna, fluoresent da dengan desinfektan kuarterner

    dengan adanya peningkat viskositas dalam larutan berair

    2. Hypromellose

    Sinonim : hydroxypropil methyl cellulose

    Karakteristik :

    - lebih cocok digunakan untuk sediaan gel karena menghasilkan massa yang

    jernih

    - menimbulkan efek pencahar ( laksantif )

    - digunakan dengan konsentrasi 20-30% dalam larutan berair, dan 0.45-1%

    untuk sediaan tetes mata dan telinga, 2-5% sebagai pengikat

    - tidak direkomendasikan untuk penggunaan oral

    Penggunaan : suspending agent, pengikat, coating agent

    Inkompatibilitas :

    - terhadap senyawa pengoksidasi

    - jika dalam bentuk nonionik, hipromellose tidak menimbulkan kompleks garam

    metal dan ion organik untuk membentuk senyawa tidak larut

    4. Preservatif

    1. Propilenglikol

    Sinonim : 1,2-dihydroxypropane, methyl ethylene glycol

    Karakteristik :

    - secara luas digunakan sebagai pelarut dan pengawet

    - larut pada berbagai macam bahan seperti : kortikosteroid, fenol, obat sulfa,

    barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid dan anestesi lokal lainnya

    Kelarutan :

    - tidak larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air

    - larut pada 1 dalam 6 bagian eter

    - tidak larut dengan minyak mineral ringan tetapi larut dalam beberapa minyak

    atsiri

  • - stabil pada suhu dingin dalam kemasan tertutup dan stabil pada suhu panas

    dalam kondisi terbuka

    - secara kimia stabil saat dilarutkan dengan etanol 95%, gliserin atau air

    - propilenglikol higroskopis, disimpan dalam kemasan tertutup, terlindung dari

    cahaya, tempat yang dingin dan kering

    - memberi efek iritasi minimal kecuali penggunaaan pada membran mukosa

    Penggunaan : pengawet antimikroba

    Viskositas : 58.1 mPas (58.1 cP) pada suhu 20oC

    Inkompatibilitas : inkompatibel dengan reagenpengoksidasi seperti Kalium

    permanganat

    2. Chlorocresol

    Sinonim : 4-chloro-m-cresol; p-chloro-m-cresol; 2-chloro-5-hydroksitoluen; PCMC

    Karakteristik :

    - digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik dan formulasi farmasetik

    - digunakan secara luas dengan konsentrasi di atas 0.2% kecuali untuk

    pemakaian peroral

    - pada konsentrasi tinggi, chlorocresol aktif sebagai desinfektan

    - aktif terhadap gram positif dan negatif ( termasuk Pseudomonas aeruginosa ),

    spora dan jamur

    - memiliki toksisitas lebih rendah dari fenol

    - menyebabkan iritasi kulit, mata dan membran mukosa

    - jika terbakar menghasilkan asap beracun berisi fosgen dan rice

    Penggunaan :

    - tetes mata 0.05%

    - injeksi 0.1%

    - shampo dan kosmetik lain 0.1-0.2%

    - cream topikal dan emulsi 0.075-0.12%

    Inkompatibilitas :

    - efektifitas akan menurun dengan penambahan surfaktan nonionik

    - dapat didekomposisi dengan penambahan alkali kuat

  • - inkompatibel dalam larutan yang mengandung CaCl2, kodeinfosfat, diamorfin

    HCl, papavertum dan kuinin HCl

    - pada konsentrasi 0.1% akan diinaktifkan secara sempurna dengan adanya

    surfaktan anionik seperti polisorbat 80

    - penurunan kemampuan bakterisida dengan adanya cetomacrogel atau

    methylcellulose

    3. Metil paraben

    Sinonim : methyl hydroksi benzoat

    Karakteristik :

    - kristal putih tidak berwarna, serbuk putih, tidak berbau, rasa getir

    - aktivitas antimikroba akan meningkat 2-5% jika dikombinasi dengan

    propilenglikol

    - aktif pada pH 4-8, efek preserfatif akan menurun dengan kenaikan pH

    - titik lebur 125-128oC

    - relatif aman

    - jika dikombinasi dengan propil paraben umumnya digunakan pada formulasi

    sediaan parenteral (0.18%-0.22%)

    Kelarutan pada suhu 25oC :

    Pelarut Kelarutan

    - etanol 1:2

    - etanol 95% 1:3

    - etanol 50% 1:6

    - eter 1:10

    - gliserin 1:60

    - minyak mineral tidak larut

    - propilen glikol 1:5

    - water 1:400, 1:50 suhu 50oC, 1:30 suhu 80oC

    Inkompatibilitas :

    - aktivitas menurun dengan adanya surfaktan nonionik seperti polysorbat 80

    - inkompatibel dengan bentonit, atropin, minyak esensial dan sodium alginat

    4. Asam benzoat

  • Sinonim : benzenecarboxylic acid, benzeneformic acid, phenylformic acid

    Karakteristik :

    - digunakan secara luas untuk sediaan kosmetik, makanan dan pengobatan

    sebagai pengawet

    - aktivitas paling besar pada pH 2.5-4.5

    - dapat terjadi konjugasi dengan glisin di dalam liver membentuk asam hippuric

    yang diekskresikan lewat urin, sehingga dihindari penggunaan bagi pasien

    dengan penyakit liver

    - menyebabkan iritasi lambung dan iritasi biasa pada kulit serta pada mata dan

    membran mukosa

    Penggunaan :

    - IM dan IV injeksi 0.17%

    - Larutan oral 0.01-0.1%

    - Suspensi oral 0.1%

    - Sirup oral 0.15%

    - Topikal 0.1-0.2%

    - Preparasi vaginal 0.1-0.2%

    Inkompatibilitas :

    - reaksi asam organik dengan alkali atau logam berat

    - aktivitas antibakteri barkurang dengan interaksi kaolin

    5. propyl paraben

    Sinonim : nipasol, propagin BM = 180.20

    Karakteristik :

    - warna putih kristal, tidak berbau, tidak berasa

    - aktivitas antimikroba berada pada pH 4-8, aktivitas akan menurun dengan

    adanya kenaikan pH

    - pKa 8.4 pada suhu 22oC

    Kelarutan pada suhu 20oC :

    - mudah larut pada aseton dan eter

  • - etanol (1:1.1), etanol 50% (1:5.6), gliserin (1:20), mineral oil (1:3330),

    minyak kacang (1:70), propilen glikol (1:3.9), propilen glikol 50% (1:110), air

    (1:2500)

    Inkompatibilitas :

    - aktivitas menurun dengan adanya surfaktan nonionik, magnesium aluminium

    silikat, magnesium trisilikat, yellow iron oxid, ultramarina blue

    Penyimpanan : tempat tertutup, sejuk dan kering

    6. Chloroxylenol

    Sinonim : 4-chloro-3,5-dimethylphenol, nipacide Px, PCMx

    Karakteristik :

    - digunakan secara meluas sebagai disinfektan untuk kulit

    - digunakan dengan konsentrasi rendah untuk preservative pada krim dan salep

    - digunakan untuk terapi jerawat

    - efektif terhadap gram positif dan sedikit pada gram negatif

    - aktivitas terhadap gram negatif akan meningkat dengan penambahan kelating

    agent seperti asam adetat

    - relatif aman digunakan sebagai bahan tambahan meskipun pernah dilaporkan

    menyebabkan reaksi alergi pada kulit

    Penggunaan :

    - bubuk atau serbuk antiseptik 0.5%

    - untuk preparasi topikal dan telinga 0.1-0.8%

    - disinfektan 0.25-0.50%

    Inkompatibilitas : inkompatibel dengan surfaktan nonionik dan metil selulosa

    5. Adjuster pH larutan

    a. Natrium hidroksida

    Karakteristrik:

    1. sebagai adjuster pH larutan

    2. Untuk membentuk garam dengan mereaksikan dengan asam lemah

    Kelarutan pada suhu 20o celcius:

  • Pelarut Kelarutan

    Etanol 1:7,2

    Eter tidak larut

    Gliserin larut

    Metanol 1:4,2

    Air 1:0,9 dan 1:0,3 pada suhu 100o celcius

    Inkompatibilitas

    1. Inkompatibel dengan senyawa senyawa yang mudah mengalami teroksidasi

    dan terhidrolisis.

    2. Ketika ada kontak dengan udara NaOH cepat mengabsorbsi kelembaban dan

    menjadi cair. Tetapi menjadi padat kembali dengan mengabsorbsi

    karbondioksida membentuk Na Karbonat.

    Fungsi:

    1. sebagai buffer agent

    2. sebagai alkalizing agent

    b. Asam sitrat

    Karakteristrik:

    1. sebagai adjuster pH larutan

    2. Asam sitrat monohidrat digunakan untuk formulasi sediaan terapoeutik dan

    sediaan makanan terutama untuk mengadjust pH larutan.

    3. Dalam produk makanan asam sitrat digunakan sebagai flavor pemberi rasa

    asam.

    Kelarutan dalam etanol 95% dengan perbandingan 1:1,5, larut eter.

    Inkompatibilitas

    1. asam sitrat inkompatibel dengan potasium tartrat alkali bikarbonat, karbonat.

  • 2. Inkompatibel dengan oksidator, basa dan nitrat.

    3. Bisa meledak jika dikombinasikan dengan logam nitrat.

    Fungsi:

    1. sebagai chelating agent

    2. sebagai antioksidan

    3. sebagai flavor enhancer

    4. sebagai buffer agent

    c. Natrii sitrat

    Karakteristrik:

    1. Umumnya digunakan sebagai sediaan farmasetis pada produk makanan untuk

    mengadjust pH dari larutan.

    2. Na sitrat anhidrous digunakan untuk tablet effervesen.

    3. sodium sitrat umumnya digunakan sebagai anti koagulan, baik digunakan

    sendiri maupun dikombinasikan dengan sitrat yang lain seperti disodium

    hidrogen sulfat.

    Kelarutan:

    Pelarut Kelarutan

    Air 1:1,5

    Air mendidih 1:0,6

    Praktis tidak larut dalam etanol 95%

    Inkompatibilitas

    1. pada larutan berair akan bereaksi dengan substansi asam.

    2. Inkompatibilitas dengan basa, reduktor dan oksidator.

    Fungsi:

    1. sebagai sequestering agent

    2. sebagai emulsifier

    3. sebagai buffer agent

    VI. Susunan formula dan Komposisi Bahan yang Direncanakan

  • no bahan Fungsi 1 wadah (15 g ) Per 100 g

    1 piroxicam Bahan aktif 0,15 1

    2 Carbomer (carbopol

    guo)

    emulgator 0,075 0,5

    3 Triethanolamin emulgator 0,045 0,3

    4 Hydroxypropyl

    methyl cellulose

    (HPMC)

    Gelling agent 0,3 2

    5 Propilen glikol Pelarut dan pengawet

    kombinasi

    0,75 5

    6 Methyl paraben pengawet kombinasi 0,0075 0,05

    7 NaOH Dapar 0,23 1,53

    8 Asam sitrat Dapar 0,003 0,02

    9 Air murni Pelarut Ad 15 g Ad 100 g

    Perhitungan pembuatan pH adjuster sebanyak 2% dari sediaan (dari asam sitrat dan NaOH)

    Jumlah pH adjuster yang akan dibuat =

    pH sediaan = 7,5

    pKa asam sitrat pKa1 = 3,1

    pKa2 = 4,8

    pKa3 = 6,4 (Handbook of Excipient: 159)

    pH = 7,5 H+ = 3,1 . 10 -8

    pKa= 6,4 Ka = 3,981 . 10 -7

    yang diinginkan = 0,1

  • c = 0,648

    0,6477 0,6477 -

    0,6477 0,6477 0,6477

    - - 0,6477

    0,6477 0,6477 -

    0,6477 0,6477 0,6477

    - - 0,6477

    0,6477 0,6003 -

    0,6003 0,6003 0,6003

    0,048 - 0,6003

    - Penimbangan

    = 0,003 gram

    = 0,230 gram

  • VII. Metode Pembuatan

    a. Alat:

    a. Alat pembuatan skala kecil

    1. timbangan analitik

    2. mortir

    3. stamper

    4. gelas ukur

    5. pipet

    6. gelas arloji

    7. cawan porselen

    b. Alat pembuatan skala produksi industri

    1. mixer

    2. timbangan analitik ohaus scout

    3. filling machine

    4. sealing machine

    5. homogenisator

    c. Alat Evaluasi

    1. brookfield viscometer

    2. pH meter

    3. himogenisator

    4. cawan petri

    5. ose

    6. bunsen

    7. inkubator

    b. Prosedur Pembuatan:

    1. setarakan timbangan

    2. Timbang HPMC 0,3 g, taburkan di atas air panas 20 kalinya sampai

    mengembang, aduk cepat ( 100 rpm) ad terbentuk massa gel.

  • 3. Timbang carbomer 0,075 g taburkan di atas air panas 10 kalinya sampai

    mengembang, aduk cepat ( 100 rpm) ad terbentuk massa gel, masukkan

    no 2.

    4. Timbang TEA, masukkan no 3, aduk ad homogen.

    5. Timbang metal paraben 7,5 mg, dilarutkan dalam prppilen glikol (1:5) aduk

    ad larut, masukkan no 4, aduk ad homogen.

    6. Timbang piroksikam, larutkan dalam aquadest, masukkan no 5, aduk ad

    homogen.

    7. tambah sisa aquadest, aduk ad homogen.

    8. masukkan sediaan gel ke dalam tube + etiket + brosur + wadah sekunder.

    C. Prosedur Evaluasi

    1. Homogenitas

    Sampel dioleskan pada lempeng kaca secara merata, kemudian diamati secara visual

    homogenitas krim peroksikam dalam basis.

    2. Daya sebar

    Krim sebanyak 0.5 g diletakkan ditengah-tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain

    yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama satu menit kemudian di ukur

    diameter sebar krim. Setelah itu ditambah beban 50 g dan dibiarkan satu menit

    kemudian di ukur diameter sebarnya. Penambahan berat seberat 50 g setelah satu

    menit dilakukan terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat

    pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim.

    3. Daya lekat

    Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: Krim dengan berat 0.25 g

    diletakkan diatas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan

    beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu objek gelas dipasang pada alat tes. Alat tes

    diberi beban 80 g dan kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek.

    4. Pemisahan

    Formula yang telah dibuat dituang kedalam adah sebanyak 10 ml. pemisahannya

    diamati pada minggu 0, 1, 2, 3, dan 4. Cara pengukuran persen pemisahan dapat

    dilihat pada:

    F= Hu X 100%

    Ho

  • F : Persen pemisahan (%)

    Hu : Tinggi endapan air

    Ho : Tinggi mula-mula

    IX. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dipilih sediaan gel daripada krim, karena berdasarkan literatur jurnal

    In Vitro and In Vivo Percutaneous absorption of Topical Dosage Form: Case Studies yang

    dilakukan oleh, universitas Szegaed, Hongaria. Jurnal tersebut meneliti perbandingan absorpsi sediaan

    piroksikam berupa hidrogel, likuid kristal, dan krim. Hidrogel dibuat dengan cara menambahkan

    carbapol 971P yang berupa polimer ke dalam aquadest, kemudian karbamide dilarutkan ke dalam fase

    air tersebut. Likuid kristal dibuat dengan memanaskan campuran likuid petroleum, gliserol dan brijj

    96V sampai 80 C. Sedangkan krim dibuat dengan mencampur lelehan polisorbat 80, cetostearyl alkohol, isopropil miristat, kemudian piroksikam disuspensikan dalam basis. Dari jurnal

    tersebut didapatkan hasil bahwa:

    1. Tingkat difusi piroksikm kedalam membran sintetik dari yang terbesar hingga terkecil: hidro

    gel> liquid kristal > krim o/w. absorbsi hidro gel dalam membran memiliki absorbsivitas

    paling besar ( paling mudah berpenetrasi ke membran / sel sasaran )

    2. Meskipun tingkat aktivitas antiinflamasi dari liquid kristal paling besar dibanding hidrogel dan krim (likuid kristal paling poten), tetapi bila tingkat absorpsivitas likuid kristal lebih kecil

    daripada hidrogel, maka untuk mendapatkan aktivitas antiinflamasi, likuid kristal

    membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan hidrogel.

  • 3. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa tingkat keefektivan antiinflamasi dari hidrogel dan

    likuid kristal lebeih besar dibandingkan krim o/w.

    Efektivitas : hidrogel : besar

    Likuid kristal : besar

    Krim : sedang