33363396-asites

6
ASITES I. Definisi Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal abdomen. Asites biasanya merupakan tanda dari proses penyakit kronis yang mungkin sebelumnya bersifat subklinis. II. Pengelompokan Berdasarkan jumlahnya ada tingkatan: Grade 1: Sedang, hanya tampak pada pemeriksaan USG Grade 2: dapat terdeteksi dengan pemeriksaan puddle sign dan shifting dullness Grade 3: tampak dari pemeriksaan inspeksi, dapat dikonfirmasi dengan tes undulasi Secara klinis dikelompokkan menjadi eksudat dan transudat: Asites eksudatif: Biasanya terjadi pada proses peradangan (biasanya infektif, misalnya pada tuberculosis) dan proses keganasan. Eksudat merupakan cairan tinggi protein, tinggi LDH, ph rendah (<7,3), rendah kadar gula, disertai peningkatan sel darah putih. Beberapa penyebab dari asites eksudatif: keganasan (primer maupun metastasis), infeksi (tuberkulosis maupun peritonitis bakterial 1 | Asites

Upload: kriswanti

Post on 04-Jul-2015

206 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 33363396-asites

ASITES

I. Definisi

Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga

peritoneal abdomen. Asites biasanya merupakan tanda dari proses penyakit

kronis yang mungkin sebelumnya bersifat subklinis.

II. Pengelompokan

Berdasarkan jumlahnya ada tingkatan:

Grade 1: Sedang, hanya tampak pada pemeriksaan USG

Grade 2: dapat terdeteksi dengan pemeriksaan puddle sign dan shifting

dullness

Grade 3: tampak dari pemeriksaan inspeksi, dapat dikonfirmasi dengan tes

undulasi

Secara klinis dikelompokkan menjadi eksudat dan transudat:

Asites eksudatif:

Biasanya terjadi pada proses peradangan (biasanya infektif, misalnya

pada tuberculosis) dan proses keganasan. Eksudat merupakan cairan tinggi

protein, tinggi LDH, ph rendah (<7,3), rendah kadar gula, disertai

peningkatan sel darah putih.

Beberapa penyebab dari asites eksudatif: keganasan (primer maupun

metastasis), infeksi (tuberkulosis maupun peritonitis bakterial spontan),

pankretitis, serositis, dan sindroma nefrotik.

Asites transudatif:

Terjadi pada sirosis akibat hipertensi portal dan perubahan bersihan

(clearance) natrium ginjal, juga bisa terdapat pada konstriksi perikardium

dan sindroma nefrotik. Transudat merupakan cairan dengan kadar protein

rendah (<30g/L), rendah LDH, pH tinggi, kadar gula normal, dan sel darah

putih kurang dari 1 sel per 1000 mm³.

Beberapa penyebab dari asites transudatif: sirosis hepatis, gagal

jantung, penyakit vena oklusif, perikarditis konstruktiva, dan kwasiokor.

1 | A s i t e s

Page 2: 33363396-asites

III. Patofisiologi

Ada 3 kondisi yang memungkinkan terjadinya asites, yaitu:

Hipoalbumin

Retensi natrium dan air

ada tiga teori yang menyebabkan, yaitu underfill, overflow, dan vasodilatasi

perifer

Sintesis dan aliran limfe yang meningkat

IV. Gambaran Klinis

Pada asites derajat sedang sulit untuk dideteksi, tapi pada derajat yang

lebih berat bisa menimbulkan distensi abdomen. Pasien dengan asites biasanya

akan mengeluh perutnya yang bertambah berat dan tekanan yang meningkat,

yang berakibat terjadinya napas pendek (shortness of breath) karena

keterbatasan gerak dari diafragma.

Dari pemeriksaan fisik, ada tiga pemeriksaan yang dapat dilakukan

berdasar jumlah cairan asites. Pada asites yang minimal dapat dilakukan

pemeriksaan puddle sign, untuk derajat yang lebih berat dapat dilakukan

pemeriksaan shifting dullness dan tes undulasi (pada asites yang berjumlah 1,5

sampai 2 liter).

V. Pemeriksaan Penunjang

Analisa cairan asites

Untuk memeriksa warna, kadar protein, hitung sel bakteri, dan

keganasan. Asites biasanya berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan

pada keganasan, dan keruh pada infeksi. Hitung leukosit adalah >250

PMN/mL pada peritonitis bakterialis. Pemeriksaan sitologi bisa

menegakkan diagnosis keganasan. Pada pankreatitis juga bisa terjadi asites,

jadi amilase harus diukur.

USG abdomen

Digunakan untuk mengukur ukuran hati (kecil pada sirosis), tanda-

tanda hipertensi portal (splenomegali), dan lebamya vena portal dan vena

hepatika (untuk menyingkirkan dugaan trombosis vena hepatika dan

2 | A s i t e s

Page 3: 33363396-asites

sindrom Budd-Chiari). Juga bermanfaat untuk menemukan kelainan fokal

(mengarahkan dugaan ke keganasan diseminata) dan untuk diagnosis tumor

intraabdomen (misalnya tumor ovarium).

Tes darah

Tes biokimia dan tes fungsi hati untuk mencari penanda sirosis hepatis

(kadar albumin rendah, hiperbilirubinemia, kenaikan enzim hati,

trombositopenia, dan lain-lain). Pemeriksaan penanda tumor jika ada

dugaan keganasan (terutama α-fetoprotein untuk hepatoma, CA 125 untuk

kanker ovarium)

VI. Tatalaksana

Asites eksudatif: obati penyakit yang mendasari

Peritonitis bakterialis: diberikan antibiotik. Pada asites dengan

kadar protein rendah bisa diberikan antibiotik

profilaksis.

Pada keganasan: obati keganasan yang menjadi penyebab (paling

sering kanker ovarium). Umumnya harus dilakukan

parasentesis terapeutik untuk mengurangi gejala. Pintasan

peritovena dengan pembedahan (shunt LeVeen) jarang

dilakukan.

Asites transudatif

Diberikan pengobatan untuk penyakit dasar, dan dapat dipertimbangkan

untuk melakukan:

- restriksi cairan dan garam,biasanya cukup dengan restriksi cairan sampai

l-I,5/hari dan diet tanpa tambahan garam

- pemberian diuretik, umumnya digunakan spironolakton dengan atau

tanpa furosemid

- parasentesis terapeutik untuk asites refrakter (yaitu asites yang tidak

merespons terhadap terapi diuretik atau mengalami efek samping yang

tak bisa dihindari, hiponatremia, ensefalopati, dan lain-lain). Indikasi

parasentesis: asites permagna, ada edema tungkai, derajat Child B (pada

3 | A s i t e s

Page 4: 33363396-asites

sirosis hepatis), protombin >40%, bilirubin serum <10, trombosit

>40.000, serum kreatinin <3.

VII. Komplikasi

Peritonitis bakterial spontan:

Adalah suatu bentuk peritonitis yang timbul pada pasien dengan sirosis

dan pada anak-anak dengan sindroma nefrotik. Sering terjadi pada 10-30%

penderita asites yang dirawat di rumah sakit. Gejala yang dikeluhkan pasien

meliputi demam, menggigil, mual, muntah, kaku pada dinding perut, dan

lemah badan. Pada pemeriksaan fisik bisa didapat nyeri tekan dan nyeri tekan

lepas, redup hepar yang menghilang, dan penurunan status mental. Gejala

lanjutan dapat berupa nyeri perut dan asites yang membesar. Seluruh

penderita peritonitis bakterial spontan harus menjalani parasentesis untuk

menegakkan diagnosisnya. Secara epidemiologi, 70% dari analisis cairan

asites penderita peritonitis bakterial spontan merupakan gram negatif,

sedangkan 30% merupakan golongan kokus gram positif. Dari analisis cairan

asites, dikatakan terjadi peritonitis bakterial spontan apabila jumlah PMN

>250 mm2. Tatalaksana pada peritonitis bakterial spontan yang

monomikrobial dapat diberikan cefalosforin generasi III, dan apabila

polimikrobial dapat diberikan cefalosforin generasi III yang dikombinasi

dengan metronidazol.

4 | A s i t e s