document32

85
ASPIRASI DAN PARTISIPASI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK (Kasus pada Komunitas Pedagang Kakilima di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan) Skripsi Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Purnawati NIM : 1214990020 Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Upload: pustaka78

Post on 05-Dec-2014

57 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document32

ASPIRASI DAN PARTISIPASI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN

ANAK (Kasus pada Komunitas Pedagang Kakilima di Kecamatan

Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan)

Skripsi

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Purnawati

NIM : 1214990020

Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: Document32

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Orang yang baik adalah orang yang dapat menjaga perasaan diri sendiri dan

menjaga perasaan orang lain.

Kemalasan adalah satu-satunya tempat mengungsinya jiwa yang lemah.

PERSEMBAHAN:

I. Bapak dan Alm. Ibu Tercinta.

A. Mas Agus yang selalu

memberi motivasi

Pakdhe dan Budhe Sumahadi terima kasih atas doa

dan segalanya.

Mas Dodik Tersayang terima kasih atas segala

perhatian, cinta dan kasih sayangnya.

Page 3: Document32

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat, hidayah, kekuatan, kesabaran dan kemudahan bagi penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan walau masih jauh dari sempurna. Meskipun

demikian proses penyusunan skripsi ini adalah kerja keras dan sebagai ajang

belajar pengalaman tentang aspirasi dan partisipasi orangtua terhadap pendidikan

pada pedagang kakilima.

Penyusunan skripsi dengan judul; Aspirasi dan Partisipasi Orangtua

Terhadap Pendidikan Anak (Kasus pada Komunitas Pedagang Kakilima di

Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan) merupakan salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) guna mencapai gelar Sarjana

Pendidikan jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang tahun 2005.

Oleh karena itu dengan segala kekurangan dan ketidakmampuan yang

ada pada penulis, maka ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

Drs. Siswanto, MM, dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang, telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menyusun

skripsi ini, Drs. Achmad Rifai, R.C. M.Pd, Ketua jurusan Pendidikan Luar

Sekolah, Universitas Negeri Semarang yang memberi kelancaran sehingga penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Dosen

Page 4: Document32

pembimbing. Dra. Lilik Desmawati, M.Pd., dan Drs. Amin Yusuf, M.Si yang

telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan

dan arahan dalam penulisan skripsi ini. Dr. Agus Salim, M.S. Selaku dosen

penguji yang mana telah memberi saran dan masukan dalam memperbaiki skripsi

ini sehingga skripsi ini sempurna.

Segenap keluarga Pedagang Kakilima terima kasih telah meluangkan

waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Teman-temanku kost

“Cantik” Duwik, Anik, Anis, Aris, Rini, Rina, Heni, Nining, Indah, Iis, Ida, Dina,

Yanti, Heni Banjarnegara, Rustamaji, Edo, Abang. terima kasih atas dorongan

kalian semua sehingga skripsi ini selesai. Sahabat-sahabatku Pendidikan Luar

Sekolah angkatan 1999 dan segenap relasi yang tidak memungkinkan untuk

disebutkan satu persatu. Semua pihak tanpa terkecuali yang telah banyak

membantu mulai dari penelitian ini hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, dengan tangan terbuka dan tanpa mengurangi makna serta

esensial skripsi ini, semoga apa yang ada dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang,…Maret 2005

Penulis.

Page 5: Document32

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

ABSTRAK ..... .................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

PRAKATA ........................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Permasalahan ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

E. Definisi Operasional ................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aspirasi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak .......................... 9

1. Pendidikan Formal…………………………………………... 11

2. Pendidikan Informal................................................................ 13

3. Pendidikan Nonformal………………………………………. 14

Page 6: Document32

B. Partisipasi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak ...................... 17

C. Konsep Pedagang Kakilima ....................................................... 22

D. Kerangka Berpikir ...................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian …………….. ......................................... 29

B. Rancangan Penelitian…………….............................................. 30

C. Lokasi Penelitian dan Sasaran …………………………………. 31

D. Subyek dan Sumber Data ……………………………………… 31

E. Fokus Penelitian………………………………………………... 32

F. Teknik Pengumpulan Data……………………………………... 33

G. Keabsahan Data………………………………………………… 35

H. Teknik Analisis Data…………………………………………… 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 41

1. Gambaran Umum Jalan. raya Wonopringgo……………..... 41

2. Gambaran Umum Pedagang Kakilima di Jalan

raya Wonopringgo………………………………………..... 42

a. Pendidikan Pedagang Kakilima…………………………. 42

b Pendapatan Pedagang Kakilima…………………………. 43

c. Jumlah Tanggungan Keluarga…………………………… 45

d. Pengalaman dan Lama Usaha…………………………… 45

e. Umur Pedagang Kakilima…………………… ................. 46

Page 7: Document32

3. Deskripsi Aspirasi dan Partisipasi orangtua Terhadap

Pendidikan Anak dari Berbagai Jenis Pedagang

Kakilima di Kecamatan Wonopringgo

……………………. 47

4. Informasi PKL yang Mempunyai Aspirasi dan Partisipasi

Baik Terhadap Pendidikan Anak

……………………….…. 52

5. Informasi PKl yang Mempunyai Aspirasi Baik dan

Partisipasi Rendah Terhadap Pendidikan Anak……………. 53

6. Inforamasi PKL yang Mempunyai Aspirasi Rendah

dan Partisipasi Baik Terhadap Pendidikan anak .................. 54

7. Informasi PKL yang Mempunyai Aspirasi Rendah

dan Partisipasi Rendah Terhadap Pendidikan Anak ..……… 55

B. Pembahasan ................................................................................ 56

C. Hambatan Penelitian…………………………………………… 59

D. Unit Analisis Data ………..……………………………………. 60

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................... 74

B. Saran ........................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77

LAMPIRAN

Page 8: Document32

ABSTRAK

Purnawati, 2005. Aspirasi dan Partisipasi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak (Kasus pada Komunitas Pedagang Kakilima di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan). Skripsi Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Di bawah bimbingan Drs. Amin Yusuf, M.si., dan Dra. Lilik Desmawati, M.Pd.

Setiap orangtua mempunyai keinginan dan tujuan demi keberhasilan

anak pada masa yang akan datang. Partisipasi orangtua sangat diperlukan dalam menunjang kemajuan dan pendidikan seorang anak. Apabila orangtua memperoleh pemahaman yang benar mengenai pentingnya pendidikan bagi anak, maka terbentuk keyakinan mengarah pada pembentukan sikap yang positif, selanjutnya menumbuhkan aspirasi yang tinggi terhadap pendidikan. Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah 1). Bagaimana aspirasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima terhadap pendidikan anak di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan 2). Bagaimana partisipasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima terhadap pendidikan anak di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk mengetahui aspirasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima terhadap pendidikan anak 2). Untuk mengetahui partisipasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan. Subyek penelitian ini adalah pedagang kakilima di Kecamatan Wonopringgo. Sumber data yang diperoleh dari 10 informan pedagang kakilima. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan mendalam, dibantu dengan observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data digunakan melalui tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap kesimpulan.

Hasil Penelitian menunjukkan, bahwa 1). Aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak yaitu pada pemilihan pendidikan sekolah, harapan orangtua setelah anak lulus dari sekolah, cita-cita dan tujuan orangtua terhadap pendidikan, 2). Partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak yaitu keterlibatan orangtua dalam pemenuhan kebutuhan, biya pendidikan peranan orangtua dalam keluarga.

Simpulan penelitian ini adalah, 1). Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi baik yaitu dalam pemilihan pendidikan; tidak memprioritaskan pendidikan formal maupun nonformal, karena mereka merasa dapat membiayai sekolah dari penghasilannya, bahkan dapat menyekolahkan anak sampai Perguruan Tinggi. Harapan orangtua setelah anaknya lulus sekolah lebih mudah mendapatkan pekerjaan, orangtua berkeinginan agar anak memilih pada sekolah negeri karena biaya lebih murah. Partisipasi orangtua yaitu peranan orangtua dalam keluarga cukup baik, selalu memberi perhatian dan kasih sayang yang cukup dan berusaha memenuhi kebutuhan, 2) Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi baik dan partisipasi rendah yaitu adanya keinginan orangtua untuk menyekolahkan anak sampai pada Perguruan Tinggi tapi karena kurangnya biaya maka lebih memilih sekolah di kejuruan, dengan harapan setelah lulus nantiakan lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan. Adapun partisipasi orangtua rendah rendah yaitu kurangnya perhatian dan kasih sayang karena kesibukan mereka dalam berdagang. 3) Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi rendah dan partisipasi baik yaitu kurangnya pemahaman orangtua terhadap pendidikan dengan anggapan pendidikan tidak bermakna apa-apa bila

Page 9: Document32

tidak didukung dengan pekerjaan, orangtua kurang memperhatikan pendidikan anak, tidak adanya dukungan orangtua dalam memilih pendidikan, namun dalam partisipasinya orangtua yang cukup baik yaitu berusaha memenuhi kebutuhan dan peranan dalam keluarga baik; berusaha memberi perhatian yang cukup. 4) Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi rendah yaitu tidak adanya keinginan orangtua untuk menyekolahkan anak karena kurangnya biaya, kurangnya kepedulian dan perhatian orangtua dalam keluarga karena kesibukannya dalam berdagang.

Mengacu dari hasil penelitian tersebut peneliti mengajukan saran sebagai

berikut: 1) Dalam pemilihan pendidikan untuk anak hendaknya lebih

berorientasi pada pendidikan kejuruan karena mendapatkan ketrampilan yang

cukup sehingga akan lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan dibanding

dengan pendidikan formal. 2). Orangtua sebaiknya dalam memilih sekolah

untuk anaknya pada sekolahS negeri karena biaya lebih murah.3) Hendaknya

orangtua agar bisa memberi perhatian, kasih sayang, dan keterbukaan orangtua

terhadap anak, sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis

4) Orangtua tidak hanya memberikan materi saja kepada anak.

Page 10: Document32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyiapkan manusia Indonesia berkualitas merupakan suatu hal yang

tidak mudah. Pembentukan manusia dimulai dari masa anak dalam

kandungan, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah

dilahirkan dan tumbuh berkembang menjadi dewasa, oleh karena itu peran

keluarga terutama orangtua (ayah dan ibu) mempunyai arti yang sangat

penting terutama dalam pendidikan anak.

Setiap orangtua mempunyai keinginan dan tujuan demi keberhasilan

anaknya pada masa yang akan datang. Dalam hal ini partisipasi orangtua

sangat diperlukan dalam menunjang kemajuan dan pendidikan. Seperti dalam

ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang GBHN menyatakan bahwa,

pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan

rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Orangtua adalah teladan yang diidentifikasi dan diinternalisasi menjadi

peran dan sikap oleh anak. Maka salah satu tugas utama orangtua ialah

mendidik keturunannya, dengan kata lain dalam relasi antara anak dan

orangtua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk membangun

kepribadian anak dan mendewasakannya. Karena orangtua merupakan

1

Page 11: Document32

pendidik yang paling pertama dan utama bagi anak-anaknya. (Kartini, 1997 :

59-60).

Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang meliputi orangtua dan

orang yang tinggal serumah merupakan pusat pendidikan pertama dan utama.

Orangtua merupakan inti dalam keluarga adalah tanggung jawab utama

pendidikan anaknya.

Ayah dan ibu berkewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak-

anaknya, namun pendidikan di rumah biasanya dibebankan pada ibu karena

ibu lebih dekat dibanding dengan ayah. Tetapi pendidikan adalah tanggung

jawab keduanya. Namun tidak semua orangtua memiliki kebiasaan dan pola

pendidikan yang sama dalam mendidik anak, tidak semua orangtua memiliki

kesamaan dalam mengambil keputusan dan sikap, sehingga orangtua kurang

dan tidak memperhatikan anak karena kesibukannya mencari nafkah guna

mencukupi kebutuhan hidup, seperti dengan usahanya menjadi seorang

pedagang kakilima.

Pedagang kakilima merupakan salah satu pekerjaan yang paling nyata di

kebanyakan kota atau negara yang sedang berkembang pada umumnya.

Pedagang kakilima digambarkan sebagai wiraswasta yang independen dan

merupakan bagian terbesar dari mereka adalah pekerja yang tidak digaji.

Keberhasilannya sangat tergantung pada usaha dan kemampuan menarik

pembeli.

Page 12: Document32

Pedagang kakilima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan

masyarakat di sekitar dengan melakukan niaga, dalam arti menyalurkan atau

menghubungkan mata rantai antara produsen dan konsumen bagi barang dan

jasa yang dijual kepada orang-orang yang membutuhkan (Rusli

Ramli,1992:31– 35).

Kesibukan orangtuanya sebagai pedagang, sehingga waktu untuk

keluarga semakin berkurang, ini dikarenakan dalam kesehariannya mereka

berjualan di Pasar atau berkeliling menawarkan dagangannya. Waktu yang

dihabiskan untuk berjualan antara pukul 06.00 WIB hingga pada sore hari

sekitar pukul 18.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB, bahkan sampai dini hari.

Ini dilakukan orangtua demi mencukupi kebutuhan ekonomi dan untuk

keberhasilan pendidikan anaknya.

Para pedagang kakilima tidak semua mengharapkan anaknya ikut

menjadi pedagang, orangtua menginginkan anaknya memiliki pendidikan

yang lebih tinggi dari pada orangtuanya dan mereka berusaha agar anaknya

berhasil, sampai-sampai orangtua tidak segan-segan menjual kekayaan demi

membiayai belajar anaknya. Tetapi ada juga orangtuanya pedagang, anaknya

ikut menjadi seorang pedagang karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan

studi yang lebih tinggi.

Dengan melihat kenyataan di lapangan aspirasi dan partisipasi orangtua

sangat diperlukan, demi kemajuan dan keberhasilan pendidikan anak, apabila

peran serta orangtua baik dalam mendidik dan menunjang pendidikan anak

maka dapat menghasilkan sesuatu yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari

Page 13: Document32

harapan dan peran serta orangtua, mereka bekerja dari pagi sampai malam

guna mencukupi kebutuhan keluarga, baik kebutuhan ekonomi maupun

pendidikan anak.

Hal ini terbukti pada para pedagang kakilima walaupun ekonomi mereka

pas-pasan mereka sangat bahagia mempunyai keluarga yang harmonis. Dari

data yang diperoleh bahwa para pedagang rata-rata hanya mengenyam

pendidikan formal sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bahkan

ada yang hanya sampai Sekolah Dasar (SD), namun mereka mempunyai

peran, harapan dan cita-cita terhadap pendidikan anaknya agar dapat

menyekolahkan anak sampai pada Perguruan Tinggi atau lebih tinggi dari

pada orangtuanya yang hanya mengenyam pendidikan rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul :

Aspirasi dan Partisipasi Orangtua terhadap Pendidikan Anak (Kasus pada

Komunitas Pedagang Kakilima di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten

Pekalongan).

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa permasalahan yang dapat

di ungkap:

a. Bagaimana aspirasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima

terhadap pendidikan anak di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten

Pekalongan?

Page 14: Document32

b. Bagaimana partisipasi orangtua dari berbagai jenis pedagang

kakilima terhadap pendidikan anak di Kecamatan Wonopringgo,

Kabupaten Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat tujuan sebagai

berikut :

a. Untuk menggambarkan/mendiskripsikan aspirasi orangtua dari berbagai

jenis pedagang kakilima terhadap pendidikan anak di Kecamatan

Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan

b. Untuk menggambarkan/mendiskripsikan partisipasi orangtua dari berbagai

jenis pedagang kakilima terhadap pendidikan anak di Kecamatan

Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

a. Memberi gambaran tentang aspirasi dan partisipasi di kalangan pedagang

kakilima terhadap pendidikan anak.

b. Memberikan pemahaman pada orangtua akan pentingnya pendidikan yang

baik bagi anak.

c. Sebagai pengembangan khasanah keilmuan dalam konsep aspirasi dan

partisispasi terhadap pendidikan anak.

Page 15: Document32

E. Definisi Operasional

Guna menghadapi interpretasi yang berbeda pada setiap istilah yang

terdapat pada judul penelitian, maka berikut ini dijelaskan batasan-batasan

istilah sebagai berikut:

a. Aspirasi

Harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan

datang (KBBI, 1993:53).

Aspirasi menunjukkan pada kerinduan akan hal yang lebih baik

atau tinggi tingkatnya dengan tujuan mencapai kemajuan tertentu (Adi,

1986 : 299).

b. Partisipasi

Hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan keikutsertaan,

peran serta (KBBI, 1993:650).

Partisipasi secara formal didefinisikan sebagai wewenang baik

secara mental dan emosional memberikan sumbangsih kepada proses

keterlibatan secara pribadi orang yang bersangkutan untuk melaksanakan

tanggung jawabnya (Winardi, 1979 : 323)

c. Orangtua

Orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu

keluarga atau rumah tangga yang dalam sehari-harinya lazim dengan ibu-

bapak (Thamrin Nasution, 1989:1)

d. Pendidikan

Menurut ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang

kemudian disempurnakan menjadi ketetapan MPR No. II/MPR/1999

tentang GBHN menyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup

dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan

Page 16: Document32

masyarakat. Karena itu pedidikan adalah tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat dan pemerintah.

e. Studi Kasus

Studi kasus adalah suatu teknik eksplorasi dan analisis dalam

penyelidikan mengenai sebuah kesatuan sosial tertentu yang menuntut

eksplorasi yang mendalam dan intensif, karena itu biasanya hanya

beberapa peristiwa saja yang dapat diangkat untuk menjadi bahan

penelitian atau penyelidikan dengan cara ini (Komarudin, 1984 : 41).

f. Kecamatan

Kecamatan adalah daerah bagian Kabupaten yang membawahi berbagai Kelurahan atau Desa, dikepalai oleh

Camat (Depdikbud, 1985 : 147).

g. Komunitas

Komunitas adalah kelompok organisme tertentu atau orang yang hidup dan saling berinteraksi di suatu daerah

tertentu (KBBI, 1993:454)

h. Pedagang Kakilima

Menurut (Siagian 1980 : 4) memberikan pengertian Pedagang Kakilima (PKL) sebagai orang yang dengan

modal relatif sedikit berusaha di bidang produksi penjualan barang-barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat. Usahanya dilaksanakan di tempat-tempat strategis dalam

suasana yang informal. Perkataan “Kakilima”, memberikan korelasi bahwa mereka umumnya menjajakan

barang-barang dagangan dengan gelar tikar dipinggir jalan atau dimuka toko-toko yang dianggap strategis,

menggunakan meja atau kereta dorong maupun kios-kios kecil. Umumnya menjajakan bahan makanan,

minuman dan barang konsumsi lain.

Jenis usaha yang dijual merupakan kebutuhan sehari-hari yang umumnya diperlukan oleh orang banyak. Jenis

usaha yang dijual menjadi kriteria utama untuk mementukan kegiatan usaha, seperti pedagang sayur, buah,

makanan, minuman, rokok, Koran, bensin, pedagang jasa (tambal ban, sepatu) dan sebagainya.

Kelas sosial antara pedagang yang satu dengan yang lain berbeda, dimana perbedaan itu terletak pada

permodalan, apabila modal mereka banyak maka jenis usaha yang dijualnya cukup besar seperti pedagang

kelontong, tekstil, pedagang makanan, sehingga pendapatan mereka lebih besar. Sedangkan jenis usaha dengan modal yang relatif sedikit seperti pada pedagang asongan seperti pedagang rokok, minuman, dimana mereka

menawarkan barang dagangannya dengan berkeliling. Keberhasilannya sangat tergantung usahanya dalam

menarik pembeli yang dapat dikatakan pada penjual atas komisi yaitu, mereka menjual barang dari hasil produk

perusahaan atau pengecer lainnya dengan harga yang relatif tetap pada pembeli dan menerima komisi, seperti

pada penjual koran atau majalah.

Pedagang kakilima merupakan satu pekerjaan nyata dan paling

penting dikebanyakan kota di negara yang sedang berkembang pada

umumnya. Pedagang kakilima digambarkan sebagai wiraswasta yang

independen dengan demikian bagian terbesar dari mereka adalah pekerja

Page 17: Document32

yang tidak digaji, yang keberhasilannya sangat tergantung pada usaha dan

kemampuan menarik pembeli (Rusli Ramli, 1992:31-35).

Page 18: Document32

C. BAB II

LANDASAN TEORI

Aspirasi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak

Pengertian Aspirasi

Aspirasi merupakan harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada

masa yang akan datang, (KBBI, 1993 : 53). Aspirasi menunjukkan pada

kerinduan akan hal yang lebih baik atau tinggi tingkatannya dengan tujuan

mencapai kemajuan tertentu, (Adi, 1986 : 299). Jadi yang dimaksud dengan

aspirasi disini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi harapan dan tujuan

orangtua yang bekerja sebagai pedagang kakilima demi pendidikan anak di

masa yang akan datang.

Sejak lahir anak mempunyai sifat ketidakberdayaan yang

memerlukan pertolongan, perlindungan, bantuan, tuntunan, asuhan,

pemeliharaan dari orangtua, (Tim Pengembangan MKDK, 1989 :22).

Dari pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa anak sejak lahir

membutuhkan pendidikan dari orangtuanya. Pendidikan dari orangtua sangat

diperlukan anak dalam mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri anak itu

sendiri, setiap orangtua tentu saja mempunyai cita-cita, tujuan dan harapan, itu

akan tercapai bila anak dapat mencapai dalam pendidikan dengan baik.

Orangtua

Orangtua adalah sosok teladan yang akan diidentifikasi dan

diinternalisasi menjadi peran dan sikap oleh anak, maka salah satu tugas

utama orangtua adalah mendidik keturunannya, dengan kata lain dalam relasi

antara anak dan orangtua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan

pengembangan kepribadian anak dan mendewasakannya. Karena itu orangtua

merupakan pendidik paling pertama dan paling utama bagi anak-anaknya,

(Kartono, 1997 : 59-60).

Menyinggung peranan orangtua sebagai manusia pertama yang akan

membentuk kepribadian diri anak, dalam keluarga itulah anak akan

mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai dalam

masyarakat dalam rangka perkembangan pribadinya. Jadi orangtua sangat

penting membentuk kepribadian anak dalam mengaktualisasikan potensi yang

ada sejak anak itu dilahirkan, maka penanaman pendidikan pada anak sangat

penting.

Pendidikan

Page 19: Document32

Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, (Undang-Undang No.

20/2003 tentang Sisdiknas pasal 1).

Pengertian pendidikan dalam Dictionary of Education menyebutkan

bahwa pendidikan ialah proses seseorang mengembangkan kemampuan

sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat ia

hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah),

sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan

kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Dirjen Dikti,

1983/1984 : 19).

Setiap orangtua menharapkan anak mendapat pendidikan yang baik

sehingga dengan berbagai cara yang dilakukan orangtua dalam

meningkatkan dan memberi pendidikan melalui pendidikan formal,

informal dan nonformal.

b. Ruang Lingkup Pendidikan

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal disebut sebagai pendidikan sekolahan berupa rangkaian

jenjang pendidikan yang telah berlaku mulai dari Sekolah Dasar sampai

dengan Perguruan Tinggi (Umar Tirtahardja, 1994: 78).

Pendidikan formal atau lebih dikenal dengan pendidikan sekolah

memiliki fungsi, jenjang dan tujuan yang diharapkan mampu

mengoptimalkan semua potensi dalam diri seseorang. Semakin tinggi

jenjang atau tingkat pendidikan yang dilalui individu akan membawa

pengaruh besar terhadap pola pikir dan perilaku. Bila keseluruhan dari

fungsi dan tujuan pendidikan tercapai, dapat mendorong individu untuk

lebih selektif, inovatif dan kreatif terhadap pengaruh dari luar sehingga

potensi dalam dirinya dapat berkembang lebih maksimal. Walaupun masa

Page 20: Document32

sekolah bukan satu-satunya masa untuk belajar, namun kita menyadari

bahwa sekolah adalah tempat dan saat yang sangat strategis bagi

pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam menghadapi

masa depannya.

Usaha pendidikan sekolah, merupakan kelanjutan dalam

pendidikan keluarga (informal), sekolah merupakan lembaga dimana

proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi

pribadi anak dan perkembangan sosialnya.

Berbagai pilihan pendidikan yang ditawarkan, ini tergantung dari

orangtua mereka sesuai keinginan anak untuk memilih program mana

yang akan dipilih. Apabila keinginan anak tersebut tercapai maka orang

tua akan merasa bangga.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu seperti:

teknik, boga, busana, perhotelan (Umar Tirtahardja, 1994: 277).

Mengapa orangtua memberikan pilihan pada anak disekolah

kejuruan, karena tidak mencukupinya kebutuhan ekonomi untuk

membiayai dan melanjutkan pada Perguruan Tinggi, dengan harapan

setelah lulus dari sekolah kejuruan, anak bisa dipersiapkan untuk dapat

bekerja walaupun tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Besar harapan orangtua agar anak dapat melanjutkan pendidikan

kejenjang yang lebih tinggi. Dalam hal ini banyak upaya yang dilakukan

Page 21: Document32

sehingga anak dapat memasuki Perguruan Tinggi dengan mudah, seperti

anak dimasukkan pada suatu lembaga pendidikan diluar sekolah seperti,

les privat, tes masuk UPT, dan pelajaran tambahan dari luar sekolah,

dengan harapan anak dapat bersaing dan masuk pada Perguruan Tinggi

yang diharapkan.

Banyak orangtua menginginkan anaknya setelah lulus dari

Perguruan Tinggi, dengan harapan mendapatkan kehidupan dan pekerjaan

yang layak, hidup bahagia dan sukses. Dengan bekal pendidikan dapat

meningkatkan derajat, dan martabat bagi keluarga, orangtua akan merasa

bangga apabila anak dapat meraih cita-cita dan gelar sarjana.

2. Pendidikan Informal

Pendidikan yang diberikan dalam lingkungan keluarga, sebagai

lembaga pendidikan yang terdiri dari ayah dan ibu. Keluarga merupakan

lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang berlangsung secara

wajar, dimana anak mengadakan sosialisasi yang pertama dalam keluarga.

Menurut Ki Hajar Dewantoro yang dikutip dari Umar Tirtahardja

(1994 : 74) adalah usaha kehidupan keluarga merupakan tempat yang

sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang seorang maupun

pendidikan sosial.

Keluarga sebagai tempat pendidikan yang sempurna sifat dan

wujudnya melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang

utuh bagi anak maupun remaja.

Page 22: Document32

Pendidikan yang diberikan orangtua dalam suatu kelurga

akan memberikan pengetahuan, keterampilan, dasar agama, moral sosial,

pandangan hidup dan nilai-nilai budaya yang diperlukan dapat berperan

dalam keluarga dan masyarakat.

3. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal sebagai mitra pendidikan formal yang

semakin hari semakin berkembang sejalan dengan bentuk yang beraneka

ragam seperti, kursus, klub-klub pemuda, kejar paket A dan B, pendidikan

ini tidak dipersyaratkan, berjenjang dan berkesinambungan dengan aturan

yang lebih luas dari pada pendidikan formal.

Menurut Umar Tirtahardja (1994: 79) faktor pendorong

perkembangan pendidikan nonformal adalah:

a. Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak melanjutkan

sekolah. Maka mereka terdorong untuk memasuki lapangan kerja dengan

memiliki keterampilan tertentu yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja.

b. Lapangan kerja khususnya sektor swasta yang berkembang pesat, masing-

masing lapangan kerja tersebut menuntut persyaratan khusus yang

lazimnya belum dipersiapkan oleh pendidikan formal.

Pendidikan nonformal merupakan pendidikan persiapan kerja

berorientasi pada pada penyiapan tenaga terdidik untuk mengisi

kesempatan kerja yang diwujudkan dalam bentuk program pendidikan,

baik yang diselenggarakan sekolah seperti SMK maupun pendidikan luar

Page 23: Document32

sekolah, seperti kursus ketrampilan, keahlian dan pelatihan kerja industri.

Program pendidikan kejuruan yang ada cenderung lebih berorientasi pada

kebutuhan pasar kerja sector formal, karena SMK adalah pendidikan

persekolahan yang bersifat konservatif dan tidak mudah berubah seiring

dengan perubahan dan perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Pendidikan persiapan kerja mengonsepkan pada pendidikan

kejuruan dan profesional agar secara lentur dapat mengikuti perubahan

kebutuhan lapangan kerja akan tenaga terampil dan ahli sesuai dengan

perkembangan teknologi dalam dunia kerja. Sistem pendidikan ini dinilai

lebih efisien dan diharapkan dapat menggatikan atau setidaknya

memperluas sistem pendidikan kejuruan yang diselenggarakan oleh SMK

(Ace Suryadi : 11-12).

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya untuk melanjutkan

pada pendidikan formal, tapi kondisi ekonomi yang tidak mencukupi

untuk masuk pada Perguruan Tinggi, maka orangtua memberikan

alternatif pendidikan seperti dimasukkan pada pendidikan nonformal

seperti Sekolah Kejuruan atau kursus, yang diharapkan setelah keluar dari

lembaga tersebut anak mendapat pengetahuan dan ketrampilan, sehingga

dapat masuk dalam lapangan kerja walaupun tidak mengenyam

pendidikan formal.

Pendidikan formal, informal dan nonformal dipandang sebagai

subsistem dari sistem pendidikan, secara bersama-sama menjadikan

Page 24: Document32

pendidikan berlangsung seumur hidup dan dapat dilakukan dimana saja

kapan saja dan dengan apa saja.

Dalam hal ini apabila orangtua memperoleh pemahaman yang

benar mengenai pentingnya pendidikan bagi anak, maka terbentuk

keyakinan mengarah pada pembentukan sikap yang positif yang

selanjutnya menumbuhkan aspirasi yang tinggi terhadap pendidikan.

Dengan berbagai macam pelayanan pendidikan, maka diharapkan adanya perubahan yang terjadi di dalam

masyarakat terlihat bahwa aspirasi masyarakat dari waktu sekarang akan bergerak ke masa depan dengan karateristik

sebagai berikut:

a. Dengan rata-rata tingkat pendidikan yang semakin tinggi masyarakat akan semakin logis, disiplin, tepat

waktu dan memiliki wawasan yang semakin luas mempunyai sikap tanggap terhadap segala kegagalan

yang dihadapi.

b. Sejalan dengan sektor industri yang semakin berkembang, semakin banyak anggota masyarakat yang

berorientasi peningkatan dan efisiensi produktifitas dalam melaksanakan usahanya.

c. Proses industrialisasi yang terus melaju dalam berbagai sektor ekonomi yang menimbulkan pergeseran

nilai agraris kenilai masyarakat modern. Masyarakat dengan nilai modernitas ini berorientasi kedepan,

yaitu memiliki nilai dan sikap yang luwes, tanggap terhadap perubahan, memiliki semangat untuk

melakukan inovasi terus-menerus menyempurnakan dan selalu berorientasi kedepan menganggap penting

eksplorasi sesuai dengan tantangan, (Malik Fajar, 2004 : 206).

Page 25: Document32

Partisipasi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak

Partisipasi adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan

keikut sertaan peran serta (KBBI, 1993 : 650). Partisipasi secara

formal didefinisikan sebagai turut wewenang baik secara mental

dan emosional memberikan sumbangsih kepada proses pembuatan

dimana keterlibatan secara pribadi orang yang bersangkutan untuk

melaksanakan tanggung jawabnya (Winardi, 1979 : 323).

Sebagai orangtua yang bertanggung jawab terhadap anaknya

maka peran orangtua (keluarga) memegang fungsi dan peranan

penting dalam meningkatkan pendidikan anaknya.

Menurut Hasbullah (1999 : 39) peran orangtua (keluarga)

adalah : 1. Pengalaman pertama masa anak-anak

Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama dan utama merupakan faktor penting dalam

perkembangan pribadi anak. Pendidikan maksudnya bahwa kehadiran anak didunia disebabkan hubungan kedua

orangtuanya dan bertanggung jawab pada pendidikan anaknya.

2. Menjamin kehidupan emosional anak

Kehidupan emosional/kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berlembaga dengan baik, hal ini

dikarenakan adanya hubungan darah.

3. Menanamkan dasar pendidikan moral

Penanaman moral merupakan penanaman dasar bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku

orangtua sebagai tauladan.

4. Memberikan dasar pendidikan sosial

Perkembangan benih kesadaran sosial pada anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga

yang penuh rasa tolong menolong, gotong-royong secara kekeluargaan.

5. Peletakan dasar keagamaan

Nilai keagamaan berperan besar dalam proses internalisasi dan transformasi dalam pribadi anak.

Page 26: Document32

Berbagai cara yang ditempuh oleh orangtua dalam partisipasinya

terhadap pendidikan anak, yaitu dengan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan keluarga, orangtua yang bekerja dari pagi sampai malam tanpa

kenal lelah untuk mencari nafkah, seperti halnya pada pedagang kakilima di

Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, mereka berdagang dan

menawarkan barang baik berkeliling maupun menetap, guna memenuhi

kebutuhan untuk pendidikan anak.

Pedagang kakilima (Siagian 1980 : 4) memberikan pengertian sebagai

orang yang dengan modal relatif sedikit berusaha di bidang produksi

penjualan barang-barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok

konsumen tertentu di dalam masyarakat. Usahanya dilaksanakan di tempat-

tempat strategis dalam suasana yang informal. Perkataan “Kakilima”,

memberikan korelasi bahwa mereka umumnya menjajakan barang-barang

dagangan dengan gelar tikar dipinggir jalan atau dimuka toko-toko yang

dianggap strategis, menggunakan meja atau kereta dorong maupun kios-kios

kecil. Umumnya menjajakan bahan makanan, minuman dan barang konsumsi

lain.

Jenis usaha yang dijual merupakan kebutuhan sehari-hari yang umumnya diperlukan oleh orang banyak.

Jenis usaha yang dijual menjadi kriteria utama untuk mementukan kegiatan usaha, seperti pedagang sayur, buah,

makanan, minuman, rokok, Koran, bensin, pedagang jasa (tambal ban, sepatu) dan sebagainya.

Keadaan sosial ekonomi keluarga tentu mempunyai peranan terhadap

pendidikan anak apabila kita pikirkan bahwa dengan adanya perekonomian

yang cukup, lingkungan materiil yang dihadapi anak di dalam keluarga lebih

Page 27: Document32

luas, ia mendapat kesempatan untuk memperkembangkannya. (Gerungan W

A, 1983 : 182).

Hubungan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya

yang memadai, orangtua mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada

pendidikan anaknya, apabila mereka tidak disulitkan perkara memenuhi

kebutuhan primer kehidupan manusia. Tentulah status sosial ekonomi tidak

merupakan faktor mutlak dalam pendidikan, sebab ini juga tergantung kepada

sikap orangtua dalam mendidik anak.

Sebagian besar anak tidak melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi

orangtua tidak mampu dan kemudian disusul persepsi orangtua tentang

pendidikan dan kaitannya dengan pekerjaan. Masih banyak orangtua

menganggap bahwa pendidikan tidak bermakna apa-apa jika anaknya tidak

mendapat pekerjaan sebagai pegawai negeri dan swasta. Tidak semua

orangtua mengambil keputusan dan sikap menganggap bahwa pendidikan

tidak penting, sudah cukup banyak orang yang kehidupannya biasa saja

bahkan pekerjaannya sebagai pedagang, buruh anaknya berpendidikan tinggi.

Partisipasi orangtua dalam pendidikan anaknya tentu tidak hanya

diberikan sebatas pendidikan saja atau diberikan uang yang cukup, tapi juga

dengan pengasuhan dari orangtua, dengan memberi perhatian kasih sayang,

kepedulian dan dukungan dari anggota keluarga.

Page 28: Document32

Ada beberapa orangtua yang hanya memberikan anak berupa materi

saja, mungkin karena kesibukan mereka bekerja untuk mencari nafkah. Hal ini

tergantung dari masing-masing orangtua dalam mendidik anak, semua akan

berjalan dengan baik apabila orangtua mampu membagi waktu, dalam

mendidik serta memberi pendidikan dan perhatian yang cukup bagi anak.

Menurut teori Emile Durkheim dengan adanya kehidupan masyarakat

modern, berfikiran maju yang dipengaruhi oleh lingkungan dan masyarakat

tidak bisa lepas dari dukungan dari kesadaran kolektif, tidak ada pembatasan-

pembatasan alamiah apa pun pada kebutuhan dan hasrat manusia, maka

aspirasi masyarakat tidak terbatas yaitu memiliki aspirasi yang tinggi tanpa

memandang stratifikasi kelas sosial. Dengan aspirasi orangtua yang baik

terhadap pendidikan maka mendorong atau memotivasi seserorang untuk

berusaha keras agar dapat berparisipasi aktif dalam mewujudkan aspirasinya.

Jadi aspirasi orangtua dipengaruhi oleh perkembangan kemajuan

dilingkungan sehingga individu mempunyai kesadaran dan terseret

mempunyai pikiran yang maju, orangtua melakukan berbagai upaya untuk

kemajuan dan keberhasilan anak dalam pendidikan dan dan tidak segan-segan

menjual kekayaan atau usahanya menjadi pedagang kakilima. Walaupun

sebagian besar pedagang kakilima di Kecamatan Wonopringgo rata-rata ber

pendidikan rendah namun mereka memiliki kesadaran dan motivasi yang

cukup besar untuk dapat menyekolahkan anak setinggi-tingginya, bahkan ada

Page 29: Document32

beberapa pedagang yang dapat menyekolahkan anak sampai pada Perguruan

Tinggi. Hal ini dapat dilihat dari aspirasi dan partisipasinya yang baik.

D. Konsep Pedagang Kakilima

Pedagang kakilima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan

paling penting di kota atau negara berkembang pada umumnya (Rusli Ramli,

1992 : 31).

Pedagang kakilima umumnya digambarkan sebagai wiraswasta yang

independen, bagian terbesar dari mereka adalah pekerja yang tidak digaji.

Keberhasilan pedagang kakilima sangat tergantung pada usaha dan

kemampuan menarik pembeli. Keadaan ini tidak berlaku sepenuhnya dalam

kalangan pedagang kakilima dalam kategori penjualan atas komisi. Pedagang

kakilima, termasuk dalam penjual atas komisi adalah mereka yang menjual

barang hasil beberapa perusahaan milik penyalur atau pengecer lain dengan

menekan harga yang relatif tetap pada pembeli dan berusaha sendiri atau

modal sendiri, pedagang dalam kategori ini terutama memperdagangkan

bahan-bahan makanan yang sudah dimasak atau belum, baik yang

dipersiapkan dari rumah maupun dijalan. Pedagang kakilima dapat dilakukan

dengan cara:

a. Menjual barang ditempat umum seperti pasar, kios, tepi jalan dan

sebagainya.

Page 30: Document32

b. Dapat juga dilaksanakan dengan menjajakan barang itu ditempat orang

yang membutuhkan.

Pedagang kakilima termasuk pedagang kecil dan mereka melakukan

usaha yang tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya serta tidak

menguasai atau mendominasi pasar dimana mereka berada. Usaha kecil tidak

menjadi bagian dari bisnis lainnya sehingga sebagai pedagang kecil tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap pasar dimana mereka berada.

Kegiatan usaha pedagang kakilima tidak lepas dari apa yang disebut

dengan ekonomi pasar. Ekonomi pasar dimaksudkan disini adalah arus total

perdagangan yang terpecah-pecah kedalam transaksi dari orang keorang yang

masing-masing tidak ada hubungannya, terjadinya jual beli antara pedagang

dan pembeli dimana hubungan mereka sangat komersil yang terlepas dari

hubungan yang bersifat pribadi (Rusli Ramli, 1992 : 147).

Kegiatan usaha pedangang kakilima agar barang dagangannya terjual

tidak lepas dari banyaknya atau ramainya orang-orang berlalu lalang yang

diharapkan dapat menjadi calon pembeli dan penentu bagi pedagang kakilima.

Waktu berjualan yang dianggap tepat sebagian pedagang kakilima

adalah pagi hari, siang dan senja, karena pada waktu tersebut merupakan

Page 31: Document32

waktu yang paling banyak orang berlalu lalang. Banyak pedagang

kakilima berjualan mulai jam 06.00 WIB sampai jam18.00 WIB, dari jam

20.00 WIB bahkan sampai dini hari, mereka merupakan bagian yang paling

besar jumlahnya dibanding dengan kelompok kerja lainnya. Para pedagang

kakilima umumnya berdagang setiap hari atau melakukan kegiatan usaha

selama 7 hari penuh.

Pedagang kakilima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan

masyarakat disekitarnya dengan melakukan niaga, dalam arti menghubungkan

mata rantai antara produsen dengan konsumen bagi barang dan jasa yang

dijual kepada orang yang membutuhkan. Barang yang dijualnya merupakan

kebutuhan sehari-hari yang pada umumnya diperlukan oleh orang banyak.

F. Kerangka Berfikir

Orangtua merupakan sosok teladan yang akan diidentifikasi dan diinternalisasi

menjadi peran dan sikap oleh anak, maka salah satu tugas utama orangtua

adalah mendidik keturunannya. Dengan kata lain dalam relasi antara anak dan

orangtua secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk membangun

Page 32: Document32

kepribadian anak dan mendewasakannya karena orangtua merupakan

pendidikan paling pertama dan paling utama bagi anak-anaknya.

Setiap orangtua mempunyai keinginan dan tujuan demi keberhasilan anaknya

pada masa yang akan datang, sehingga untuk menunjang keinginan tersebut

setiap orang memberi prioritas pada satu kebutuhan dan menuntut pemenuhan

seterusnya. Dengan kebutuhan tersebut manusia secara kontinyu melakukan

usaha seperti halnya menjadi pedagang kakilima. Pedagang kakilima sebagai

oarang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan

penjualan barang-barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok

konsumen tertentu di dalam masyarakat, usahanya dilakukan di tempat

strategis dalam suasana yang informal. Jenis usaha yang dijual merupakan

kebutuhan sehari-hari yang umumnya diperlukan orang banyak, jenis usaha

yang dijual menjadi kriteria utama untuk menentukan kegiatan usahanya.

Para pedagang kakilima umumnya berdagang setiap hari (selama 7 hari

penuh) guna memenuhi kebutuhan dan biaya pendidikan anak.setiap orangtua

mengharapkan anaknya mendapatkan pendidikan yang layak, apabila orangtua

memperoleh pemahaman yang benar mengenai pendidikan maka terbentuk

keyakinan yang mengarah pada pembentukan sikap positif, yang selanjutnya

Page 33: Document32

menimbulkan aspirasi yang baik terhadap pendidikan, maka berbagai upaya

yang dilakukan dalam memberikan pedoman pemilihan pendidikan yaitu:

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan sekolahan berupa rangkaian

jenjang pendidikan yang telah berlalu mulai dari Sekolah Dasar sampai

dengan Perguruan Tinggi.

b. Pendidikan informal

Pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah dalam lingkungan

keluarga. Pendidikan ini berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa orang

tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik tanpa suatu program

yang harus di selesaikan dalam jangka waktu tertentu.

c. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal berorientasi pada penyiapan tenaga kerja terdidik

untuk mengisi kesempatan kerja yang tersedia pada berbagai sektor

ekonomi. Orientasi pendidikan ini berwujud jenis program pendidikan

bagi sebagian besar kelompok masyarakat, khususnya kelompok angkatan

kerja. Persiapan kerja di wujudkan dalam bentuk program pendidikan,

Page 34: Document32

baik yang diselenggarakan sekolah, maupun pendidikan diluar sekolah

(seperti kursus keterampilan dan pelatiahan kerja industri).

Dengan menyekolahkan anak, maka orangtua mempunyai harapan setelah

anak lulus dari sekolah mendapat pekerjaan yang layak, dan melanjutkan

sekolah yang lebih tinggi dari pada orangtuanya, menjadi pegawai negeri atau

swasta dan mendapat kehidupan yang lebih baik.

Untuk menunjang pendidikan maka partisipasi orangtua juga sangat

diperlukan. Partisipasi tersebut merupakan usaha orangtua dalam memenuhi

kebutuhan dan biaya pendidikan yaitu keterlibatan orangtua berusaha

memenuhi kebutuhan, seperti menjadi pedagang kakilima di pasar

Wonopringgo, dan dari penghasilannya menjadi pedagang diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan, penyisihan biaya (menabung), rata-rata dalam

berdagang mereka tidak ada libur kecuali hari libur besar.

Sebagai orangtua yang bertanggung jawab dalam kebutuhan keluarga tentu

akan memberikan yang terbaik, tidak hanya melahirkan, memberi makan dan

meyekolahkan tetapi juga peranannya dalam keluarga yaitu mengasuh,

mendidik dan membentuk tabiat yang baik untuk anak. Adapun peran

orangtua adalah memberi perhatian, kasih sayang yang cukup, pemberian

Page 35: Document32

nasehat-nasehat, sopan santun, disiplin yang tinggi, memberi motivasi belajar

dan menanamkan pendidikan agama maupun moral yang kuat. Namun tidak

semua orantua dapat mencurahkan perhatian kepada anaknya, ini dikarenakan

kesibukan mereka dalam berdagang, dari sebagian besar anak tidak dapat

melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi yang tidak mampu, yang

kemudian para orangtua timbul persepsi bahwa kaitannya dengan pekerjaan

dan menganggap pendidikan tidak berarti, apabila nanti anaknya tidak

mendapat pekerjaan. Tetapi tidak semua orangtua mengambil sikap dan

menganggap bahwa pendidikan tidak penting, apabila orangtua memahami

akan pentingnya pendidikan serta mendukung dan berperan dalam pendidikan

anaknya, maka keberhasilan pada anak akan lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka model penelitian dalam skripsi ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Aspirasi orangtua terhadap

Pendidikan anak

a. Pemilihan pendidikan

- pendidikan formal

- pendidikan

informal

- pendidikan

nonformal

Page 36: Document32

Keberhasilan

pendidikan

anak akan lebih

baik

Orangtua

sebagai

pedagang

kakilima

Partisipasi orangtua

terhadap pendidikan anak

- usaha dalam pemenuhan

kebutuhan

- peranan orangtua

Page 37: Document32

BAB III

METODE PENELITIAN

Agar mendapatkan hasil yang memuaskan dari suatu penelitian harus

ditunjang dengan berbagai metode yang tepat dan benar secara ilmiah,

sehingga kebenaran obyektif yang hendak diungkap dapat ditemukan. Maka

dalam penulisan skripsi ini menggunakan langkah-langkah penyajian sebagai

berikut :

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dengan pendekatan kualitatif akan diperoleh pemahaman dan penafsiran

secara realistis dan mendalam mengenai makna dan fakta yang ada (Moleong,

1995 : 7). Penelitian kualitatif menekankan sifat realita yang dibangun secara

sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan yang dipelajari dan

kendala situsional yang membentuk penyelidikan (Agus Salim, 2001 : 11).

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tapi

mendiskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan tentang aspirasi dan

partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak: kasus pada komunitas

pedagang kakilima di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

Page 38: Document32

Lebih lanjut peneliti mengadakan pendekatan secara kekeluargaan

sehingga mereka akan lebih terbuka dalam menyampaikan penjelasan atau

keterangan yang diajukan

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu titik tolak pemikiran yang akan

membantu pelaksanaan kerja yang lebih efektif, bagaimana merancang yang

berguna untuk mengumpulkan data-data yang bermanfaat terhadap penelitian,

kemudian dianalisis dan mencari peranannya yang dapat digunakan sebagai

pedoman yang diharapkan (Suryabrata, 2000:30). Rancangan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus ialah suatu bentuk

penelitian yang mendalam tentang aspek sosial termasuk manusia didalamnya

(Nasution, 1997:27). Untuk mengetahui secara rinci tentang aspirasi dan

partisipasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima di Kecamatan

Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, maka dalam penelitian ini dirancang

dengan menggunakan rancangan studi kasus, dilihat dari dari harapan

orangtua terhadap pendidikan anaknya, keterlibatan orangtua terhadap

pemenuhan kebutuhan anak, keterlibatan orangtua dalam pemilihan jenjang

pendidikan, serta peranan orangtua dalam keluarga.

Page 39: Document32

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara intensif dan mendalam, yaitu

dengan menganalisis pada 10 orang pedagang kakilima, tepatnya di Jalan raya

Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

Lokasi Penelitian dan Sasaran

Lokasi penelitian ini adalah para pedagang kakilima yang bertempat

tinggal di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, karena sebagian

dari mereka bermata pencaharian sebagai pedagang. Sasaran dalam penelitian

ini adalah para pedagang kakilima baik laki-laki maupun perempuan.

Subyek dan Sumber Data

Subyek penelitian dalam kasus ini adalah pedagang kakilima baik laki-

laki maupun perempuan disepanjang Jalan raya Wonopringgo, Pekalongan,

yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari : 1 orang pedagang bakso ( laki-

laki) ,1 orang pedagang bakso dan soto taoto (laki-laki), 2 orang pedagang

nasi goreng dan nasi (laki-laki dan perempuan), 1 orang pedagang sayur

(perempuan), 1 orang pedagang mie ayam dan bakso (laki-laki), 1 orang

pedagang buah (perempuan), 1 orang pedagang rokok (laki-laki), 1 orang

pedagang mainan (laki-laki). 1 orang pedagang koran (laki-laki).

Peneliti mengambil 10 orang pedagang kakilima yang sudah mempunyai

pengalaman berdagang selama 1 tahun dan yang mampu menyekolahkan

Page 40: Document32

anaknya. Peneliti mengambil 10 orang karena peneliti menganggap bahwa 10

orang tersebut sudah mewakili jumlah yang ada, dan mengetahui masalah

yang yang dikaji dalam penelitian ini.

Peneliti mengambil sampel ini bersifat purposive yaitu peneliti memilih

informasi yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji (Rachman,

1999 : 123).

Sumber Data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti mengambil dari dua sumber data

terdiri dari :

1. Sumber data primer : data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Dalam hal ini data berupa informasi langsung dari 10 orang pedagang

kaklima baik laki-laki maupun perempuan yang secara langsung terlibat

dalam penelitian ini.

2. Sumber data sekunder : data yang diperoleh secara tidak langsung. Dalam

penelitian ini data diperoleh dari literatur, brosur dan sumber data lain

yang berhubungan dengan penelitian.

Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah pada

permasalahan yaitu :

Aspirasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima terhadap

pendidikan anak di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

Page 41: Document32

Partisipasi orangtua dari berbagai jenis pedagang kakilima terhadap

pendidikan anak di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen

penelitian yang utama (Moleong, 2002 : 121). Interaksi antara peneliti dengan

informan dapat diharapkan memperoleh informasi yang mampu mengungkap

permasalahan dilapangan secara lengkap. Beberapa alat perlengkapan

penelitian dipersiapkan sebagai alat bantu seperti alat tulis, kamera foto, tape

recorder (perekam suara). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik wawancara dan dokumentasi.

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

2000:135). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara

langsung dengan informan secara mendalam karena peneliti ingin

mengetahui secara menyeluruh mengenai aspirasi dan partisipasi orangtua

terhadap pendidikan anak, dan tuntas apa yang sebenarnya terjadi

dilapangan dan pelaksanaan kegiatan ini. Agar wawancara ini dapat

dilakukan dengan baik, maka hubungan peneliti dengan subyek

hendaknya merupakan suatu partnership.

Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang utama dalam

penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam

Page 42: Document32

sebab peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih

jauh informasi yang diperoleh dari informan dan karena melalui teknik

wawancara peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami peran

orangtua dalam pendidikan anaknya.

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan wawancara

terstruktur dengan harapan mampu mengarahkan kepada kejujuran sikap

dan pemikiran subyek penelitian ketika memberikan informasi agar

informasi yang diberikan sesuai dengan fokus penelitian.

Data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara

adalah data mengenai pandangan masyarakat yang mendasari konsep

aspirasi dan partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak, meliputi

pemilihan pendidikan (sekolah), harapan, cita-cita dan tujuan orangtua

terhadap pendidikan anak, keterlibatan atau kepedulian orangtua dalam

pemenuhan kebutuhan anak serta peranan orangtua dalam keluarga. Untuk

mendukung pelaksanaan wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan

yang diajukan kepada informan.

Pada prinsipnya pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus

dan rumusan masalah dalam penelitian ini, baru kemudian dilakukan

wawancara. Adapun kegiatan wawancara dan jawaban dari seluruh

informan ditulis dalam catatan lapangan (lembar terlampir).

Adapun peneliti menggunakan teknik wawancara yaitu untuk

mendapatkan jawaban yang valid dari informan, maka peneliti harus

bertatap muka dan bertanya langsung dengan informan.

Page 43: Document32

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini

dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara.

Pertimbangan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah

karena dokumentasi merupakan sumber data yang stabil, menunjukkan

suatu fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan. Data dari

dokumentasi memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi akan kebenaran

atau keabsahan, dokumentasi sebagai sumber data yang kaya untuk

memperjelas identitas subyek penelitian, sehingga dapat mempercepat

proses penelitian.

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dicari oleh peneliti adalah

berupa gambar atau foto dan catatan-catatan lain yang mendukung dan

berhubungan dengan penelitian.

Keabsahan data

Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan yang

didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut (Moleong 2001 :173) ada empat

kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu : 1) derajat kepercayan, 2)

keteralihan, 3) kebergantungan, 4) kepastian.

Adapun teknik yang digunakan untuk membuktikan kebenaran data

yaitu melalui ketekunan pengamatan dilapangan, triangulasi, pengecekan

Page 44: Document32

dengan teman sejawat, referensi yang memadai. Untuk membuktikan

keabsahan data dalam penelitian ini, teknik yang digunakan hanya terbatas

pada teknik pengamatan dilapangan maksudnya adalah dengan melihat

kepastian data yang diberikan tiap-tiap informan pada saat diwawancarai.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzim dalam (Moleong, 2001 :

178) membedakan triangulasi menjadi empat yaitu : sumber, metode, penyidik

dan teori. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik pemeriksaan

dengan menggunakan sumber. Menurut Patton triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek balik kepercayaan derajat suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Dengan teknik triangulasi, peneliti membandingkan hasil wawancara

yang telah diperoleh dari informan yang satu dengan informan yang lain yaitu

melalui orangtua yang bekerja sebagai pedagang kakilima, baik pada saat

kegiatan maupun diluar kegiatan. Disamping itu juga peneliti mengecek

kebenaran data hasil wawancara dengan teori yang terkait dengan penelitian.

Teknik Analisis Data

Analisis data bukan hanya merupakan tindak lanjut logis dari

pengumpulan data, tetapi juga merupakan proses yang tidak terpisahkan

dengan pengumpulan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu informan kunci hasil wawancara, dari

hasil pengamatan yang tercatat dalam berkas di lapangan, dan dari hasil studi

dokumentasi (Moleong, 2002 : 209).

Page 45: Document32

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berlangsung

bersamaan dengan proses pengumpulan data. Langkah-langkah yang

ditempuh adalah :

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis dilapangan. Dengan tujuan untuk memudahkan

pemahaman terhadap data yang terkumpul. Aspek yang direduksi adalah

aspirasi dan partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak.

a. Mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi, kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan

kemiripan data.

b. Data yang telah dikategorikan tersebut diorganisir sebagai bahan

penyajian data.

2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data dilaksanakan dengan cara deskriptif yang didasarkan

kepada aspek yang diteliti. Dengan demikian kemungkinan dapat

mempermudah gambaran seluruhnya atau bagian tertentu dari aspek yang

diteliti.

3. Simpulan atau verifikasi, yaitu suatu kegiatan konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan ini dibuat berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang

telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami

dengan menguji pada pokok permasalahan yang diteliti.

Page 46: Document32

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data

kualitatif model interaktif yang merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan

terus-menerus.

Menurut Miles (1992 : 16-20) analisis model interaktif yang terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Analisis Data

Model Analisis Data Kualitatif dari Miles dan Huberman dalam Burhan

(2001 : 99).

Dengan demikian dalam penelitian ini mengumpulkan data, reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sebagai suatu yang terkait pada

saat sebelum, dan sesudah pengumpulan data.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan metode

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data sesuai dengan tema, yaitu data mengenai pandangan

masyarakat mengenai sosok pedagang kakilima dalam aspirasi dan

partisipasinya terhadap pendidikan anak.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Simpulan atau Verifikasi

Penyajian Data

Page 47: Document32

2. Menetapkan konsep-konsep kunci atau konsep dasar yaitu menetapkan

pokok-pokok pengertian yang bersifat konseptual yang mendasari dan

mengarah kepada pemecahan masalah.

Alat-alat yang digunakan untuk mengurai konsep, ada beberapa aspek

yaitu :

a. Pengembangan konsep aspirasi orangtua terdiri dari : 1) Pemilihan

pendidikan bagi anak, 2) Harapan orangtua terhadap pendidikan anak.

b. Pengembangan konsep partisipasi orangtua terdiri dari : 1)

keterlibatan orangtua dalam pemenuhan kebutuhan anak yaitu dengan

pemenuhan kebutuhan ekonomi untuk biaya pendidikan, dan biaya

hidup, 2) peranan atau kepedulian orangtua dalam rumah tangga yaitu

pemberian kasih sayang, perhatian, bimbingan dan sebagainya.

3. Membaca dan menjabarkan pernyataan, definisi dan postulat yang cocok,

yang dimaksud adalah membaca data-data sumber, maka tindakan

selanjutnya adalah mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan

konsep-konsep kunci yang telah ditetapkan baik berupa pernyataan,

definisi, unsur-unsur dan sebagainya.

4. Mengkategorikan catatan-catatan yang diambil dari berbagai sumber data

diatas lalu mengklasifikasikannya kedalam kategori yang sama.

5. Mengkategorikan kategori-kategori yang telah disusun dan dihubungkan

kategori yang lainnya. Hasilnya akan diperoleh susunan pembicaraan yang

sistematis dan berhubungan satu sama lain.

Page 48: Document32

6. Menelaah relevansi data dengan cara mengkaji susunan pembicaraan yang

sistematik dan relevansinya dengan permasalahan yang dipecahkan serta

tujuan penelitian. Bila perlu dengan mengurangi hal-hal yang dipandang

tidak ada relevansinya dan menambah hal-hal yang belum ada yang

kaitannya dengan permasalahan yang akan dikaji.

7. Melengkapi data dengan cara data yang tersusun secara sistematis dikaji

isinya baik data yang berkaitan dengan pandangan masyarakat sebagai

pedagang kakilima dalam aspirasi dan partisipasinya terhadap pendidikan

anak di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

8. Menjadikan jawaban, maksudnya adalah hasil kajian data kemudian

dijadikan jawaban setelah dianalisis. Oleh karena itu diperlukan

penjabaran jawaban terperinci.

9. Menyusun laporan, setelah menjabarkan jawaban secara terperinci

kemudian menyusunnya dalam bentuk yang kita inginkan.

Page 49: Document32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Jalan raya Wonopringgo

Jalan raya Wonopringgo membentang di tengah Kecamatan

Wonopringgo. Jalan ini merupakan jalan menuju kota Pekalongan dari

arah selatan. Di sekitar Jalan raya Wonopringgo terdapat pasar yang cukup

besar, yang mana di sekitarnya banyak terdapat Pedagang Kakilima

(PKL). Selain pasar juga terdapat gedung perkantoran, misalnya : seperti,

kantor Kecamatan, kantor Kelurahan, kantor P dan K, gedung pertemuan,

Sekolah Dasar, pertokoan, swalayan kecil, dan tempat lain yang

menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat. Panjang Jalan raya

Wonopringgo kurang lebih 2 km, dari sebelah timur desa Kwagean, dan

Mudinan. Dari arah selatan terdiri dari desa Jetak kidul, Gending dan

beberapa kecamatan seperti Karanganyar, dan Kajen. Dari arah barat,

terdiri dari desa Wonopringgo, dari arah utara desa Gondang, Rowokembu

dan Kecamatan lain seperti Kedungwuni dan juga desa-desa yang lain.

Jalan tersebut banyak dilalui kendaraan kecil maupun besar

seperti, bus, truk, angkutan kota, mobil pribadi, motor, becak, delman,

sepeda yang mengangkut berbagai jenis produksi dan hasil lainnya

sehingga jalan tersebut sangat ramai. Badan Jalan raya Wonopringgo

Page 50: Document32

hanya menggunakan satu jalur sehingga kadang terjadi kemacetan lalu

lintas tapi tidak begitu berarti.

Disepanjang ruas Jalan raya Wonopringgo tersebut banyak

dijumpai Pedagang Kakilima (PKL) terutama disekitar lingkungan pasar

Wonopringgo dengan berbagai variasi barang dagangan yang dijajakan.

Adapun variasi dagangan yang dijajakan para pedagang kakilima adalah

sebagai berikut :

Tabel 1. Variasi Dagangan Pedagang Kakilima di Jalan raya Wonopringgo

No D. Jenis Dagangan

Jumlah

1

2

3

4

Makanan dan minuman (tidak tahan

lama), buah, sayuran.

Kebutuhan makanan tahan lama

Koran, rokok

Jasa-jasa (tambal ban, sepatu)

15

9

3

3

E. Jumlah 30

Sumber : Kantor Pemasaran Wonopringgo

Dari hasil penelitian yang diperoleh, terlihat kecenderungan

bahwa para pedagang kakilima tersebut menjajakan barang dagangannya

dilakukan ditempat-tempat yang ramai dipinggir jalan seperti didepan

dipinggir pasar, didepan rumah sakit, dekat kantor-kantor, pertokoan, alun-

alun dan sebagainya.

Gambaran Umum Pedagang Kakilima di Jalan raya Wonopringgo

Pendidikan pedagang kakilima

Page 51: Document32

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal para pedagang kakilima yang pernah

diselesaikan dan ditempuh dalam jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang dimaksud adalah

Sekolah Dasar, SLTP, MTS, SLTA, SMK, MA.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Formal Pedagang Kakilima

No. Jenis Pendidikan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

Perguruan Tinggi

Tamat SLTA

Tamat SLTP/MTS

Tamat Sekolah Dasar

Tidak Sekolah

-

4

17

6

3

B.

Ju

ml

ah

30

Sumber : Kantor Pemasaran Wonopringgo

Dari tabel 2 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar pedagang kakilima adalah lulusan

SLTP, kemudian lulusan SD dan SLTA. Hal ini membuktikan sebagian besar pedagang kakilima

mempunyai latar belakang pendidikan formal yang kurang.

Pendapatan pedagang kakilima

Pendapatan adalah hasil bersih pedagang kakilima dari hasil keseluruhan yang diperoleh

dikurangi dengan keseluruhan biaya pengeluaran, diukur dalam rupiah perbulan. Berdasarkan data yang

diperoleh diketahui bahwa tingkat pendapatan para pedagang kakilima antara yang satu dengan yang lain

bervariasi. Rata-rata Rp 600.000,00 perbulan, dan terendah Rp 300.000,00 perbulan, dan pendapatan

tertinggi Rp 1000.000,00 perbulan.

Menurut (Arsyad, 1998 : 57), pendapatan merupakan segala hasil yang diterima oleh seseorang

yang turut serta dalam proses produksi baik berupa gaji, upah maupun keuntungan (laba) yang dapat

digunakan untuk memenuhi hidupnya.

Tabel.3 Pendapatan Pedagang Kakilima

Page 52: Document32

No. Pendapatan Frekuensi

1.

2.

3.

Rp. 300.000,00 – Rp. 500.000,00

Rp. 600.000,00 – Rp. 900.000,00

Rp. 900.000,00 – Rp. 1000.000,00

5

19

6

Jumlah 30

Sumber : Kantor Pemasaran.

Tingkat pendapatan pedagang kakilima di Jalan raya Wonopringgo semuanya rata, dari penjual

makanan yang sudah jadi dengan peralatan kereta dorong yang mangkal, pendapatannya rata-rata antara

Rp 300.000,00 - Rp 1000.000,00. tingkat pendapatan tertinggi diperoleh pada pedagang sembako dan

sayuran, karena kebutuhan ini tiap harinya dikonsumsi oleh masyarakat.

Laba (keuntungan) dari para pedagang rata-rata tidak mengetahui seberapa besar laba bersih

atau laba kotor, mereka hanya memperhatikan penghasilan yang didapat, dan dari pendapatan tersebut

mereka dapat membeli barang dagangan yang akan dijual kembali, dan sisanya untuk kebutuhan keluarga.

Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan adalah jumlah yang ditanggung dalam pemenuhan kebutuhan, baik jasmani

maupun rohani, yang menjadi jumlah tanggungan adalah keluarga tersebut. Berdasarkan data yang

diperoleh dari 30 orang pedagang kakilima, diketahui tingkat jumlah tanggungan keluarga bervariasi.

Jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 3 orang sampai 7 orang.

Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi. Anggota keluarga

merupakan tanggungan sebuah rumah tangga, baik dalam pemenuhan jasmani maupun rohani. Dengan

semakin banyaknya jumlah anggota keluarga, maka semakin besar beban ekonomi dan sosial yang

ditanggung. Begitu pula sebaliknya, jumlah anggota yang sedikit maka kecil pula tanggungan sosial

ekonominya.

Pengalaman usaha dan lama usaha

Lama usaha yaitu berapa lamanya pedagang kakilima melakukan usaha tersebut, yang dihitung

dalam satuan-satuan tahun sejak pertama kali pedagang kakilima berusaha sampai saat dilakukan

penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 30 pedagang kakilima yang berada di Jalan raya

Wonopringgo antara 4 sampai 7 dengan frekuensi 20 orang dari total 30 orang, dengan tingkat lama 1

Page 53: Document32

sampai 3 tahun dengan frekuensi 2 orang dari total 30 pedagang dan tingkat terlama usaha yaitu 11 tahun

dengan frekuensi 2 orang dari 30 pedagang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4 Lama Usaha Pedagang Kakilima

No. Lama Usaha Frekuensi

1.

2.

3.

4.

5.

1 – 3 tahun

3 – 5 tahun

5 – 7 tahun

7 – 9 tahun

9 –15 tahun

2

12

8

5

3

Jumlah 30

Sumber : Kantor Pemasaran Wonopringgo.

Lama usaha berkaitan dengan pengalaman seseorang dalam mengelola kegiatan usahanya,

dengan anggapan bahwa semakin lama berusaha semakin kaya pengalaman dan terampil dalam mengelola

usahanya. Begitu pula dengan lama usahanya berkaitan dengan pengalaman usaha seorang pedagang

kakilima. Umumnya pedagang kakilima muncul setelah krisis moneter yang menimbulkan efek sosial

ekonomi yang menurun sampai sekarang ini.

Umur pedagang kakillima

Dari data yang diperoleh umur pedagang kaki lima sebagai berikut :

Tabel 5. Umur Pedagang Kakilima

No. Umur PKL Jumlah

Page 54: Document32

1.

2.

3.

4.

20 – 30 tahun

30 – 40 tahun

40 – 50 tahun

50 – 60 tahun

2

12

9

7

Jumlah 30

Sumber : Kantor Pemasaran Wonopringgo

Semakin tua umur seseorang, semakin banyak pula pengalaman yang dapat digunakan untuk

meningkatkan keberhasilan usaha. Rata-rata pedagang kakilima itu berumur 35 tahun atau setengah umur

manusia.

Deskripsi Aspirasi dan Partisipasi Orangtua terhadap Pendidikan Anak

dari Berbagai Jenis Pedagang Kakilima di Kecamatan Wonopringgo,

Kabupaten Pekalongan

Dari hasil wawancara diperoleh tentang :

Aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak

Sebagian besar pedagang kakilima di Kecamatan

Wonopringgo mempunyai latar belakang pendidikan formal yang

rendah, mereka tidak mengenyam pendidikan tinggi dan mendapat

penghasilan yang pas-pasan tetapi mereka merasa cukup, dan berusaha

untuk memenuhi kebutuhan dan biaya pendidikan anak walaupun

mereka hanya sebagai pedagang kakilima namun mereka mempunyai

aspirasi yang cukup tinggi terhadap pendidikan anaknya yaitu

mempunyai cita-cita dan harapan yang besar, karena tidak semua

orangtua mengharapkan anak ikut menjadi pedagang seperti

orangtuanya.

Page 55: Document32

Dengan kesibukan mereka sebagai pedagang yang banyak

menyita waktu, sehingga waktu bersama keluarga menjadi berkurang,

namun mereka berusaha memberi perhatian yang cukup. Orangtua

mempunyai harapan dan cita-cita yang cukup tinggi terhdap

pendidikan anaknya. Pendidikan ini dapat ditempuh melalui

pendidikan sekolah yang berfokus mulai dari Sekolah Dasar (SD)

sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendidikan kejuruan seperti Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Adapun pendidikan nonformal seperti

kursus, les privat, sedangkan pendidikan informal diberikan dalam

lingkungan keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu.

Dari hasil wawancara para pedagang kakilima yaitu pada

pemilihan pendidikan terhadap anak yaitu tergantung dari kemampuan

anak itu sendiri, kebanyakan orangtua memilih pendidikan formal

untuk anak, namun ada beberapa orang yang memilih pendidikan

kejuruan dengan alasan akan mudah mendapat pekerjaan sesuai

dengan keahliannya seperti menjahit dan ada yang memilih pendidikan

nonformal seperti kursus komputer dan sebagainya. Sebagian besar

orangtua mengharapkan anaknya untuk dapat bersekolah di negeri

dengan alasan biayanya relatif lebih murah dibandingkan dengan

sekolah swasta, sehingga dapat terjangkau oleh para pedagang

kakilima yang penghasilannya relatif pas-pasan.

Harapan dan cita-cita orangtua setelah anak lulus dari

sekolah, sebagian besar dari mereka mengharapkan anak mendapat

Page 56: Document32

pekerjaan yang layak, pekerjaan apapun asalkan halal dan tidak

menganggur dari sebagian besar para pedagang kakilima

mengharapkan anak menjadi pegawai. Menurutnya dengan menjadi

pegawai dapat mengangkat derajat keluarga, mendapat kehidupan yang

lebih baik. Dan para pedagang kakilima tidak mengharapkan anaknya

menjadi pedagang seperti orangtuanya.

Dalam kehidupan sehari-hari mereka berusaha memberi

perhatian, kasih sayang yang cukup, walaupun disibukkan dengan

pekerjaannya sebagai pedagang yang banyak menyita waktu. Dalam

pemberian pendidikan, perhatian dan kasih sayang pada anak baik laki-

laki maupun perempuan tidak ada perbedaan.

Partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak

Para pedagang kakilima di Kecamatan Wonopringgo

khususnya berada dilingkungan pasar sebagian besar adalah usahanya

sendiri, dan ada beberapa yang mendapat warisan orangtuanya berupa

peralatan dagang seperti gerobak, kereta dorong, mangkuk dan

sebagainya, dalam mereka berdagang dibantu oleh saudara atau

anggota keluarga. Modal awal yang digunakan merupakan modal

pribadi, mereka menjajakan dagangannya mulai dari pagi sampai

dengan sore hari bahkan sampai malam hari, penghasilan mereka rata-

rata berkisar antara Rp. 350.000 sampai dengan Rp. 900.000 perbulan.

Tingkat pendidikan para pedagang kakilima rata-rata lulusan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Walaupun pendidikan mereka

Page 57: Document32

rendah namun mereka mempunyai harapan dan cita-cita agar anaknya

dapat mengenyam pendidikan minimal lulus Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas (SLTA). Dari hasil penelitian ini rata-rata anak pedagang

kakilima mempunyai prestasi yang bagus, karena faktor ekonomi yang

menjadi kendala jadi tidak semua anak para pedagang dapat

melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tetapi orangtua mempunyai

motivasi yang besar untuk menyekolahkan anaknya walaupun

kehidupan ekonominya pas-pasan.

Menurut mereka pendidikan disekolah sangat penting dan

berpengaruh dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang dalam

sehari-hari, walaupun pendidikan bukan prioritas utama. Peran serta

orangtua sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari partisipasinya

yaitu peran dan kepedulian orangtua dalam pemenuhan kebutuhan

keluarga seperti dalam pembiayaan sekolah, makan, dan pemenuhan

kebutuhan lainnya, walaupun mereka hanya sebagai pedagang namun

mereka memandang pendidikan itu sangat penting bagi anak dan lebih

menomorsatukan untuk biaya sekolah, adanya keterlibatan saudara

atau istri seperti membantu dalam berdagang, tidak adanya libur

kecuali pada hari besar yaitu hari raya biasanya hanya libur 1 minggu

bahkan hari rayapun ada yang tetap berjualan karena mendapat

pendapatan lebih banyak, adanya penyisihan uang (menabung) untuk

biaya pendidikan dan keperluan lain yang mendesak.

Page 58: Document32

Interaksi antara orangtua dan anak cukup baik, hal ini dapat

dilihat dari kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan dengan adanya

sifat keterbukaan dan komunikasi sehingga terlihat akrab dan harmonis

di dalam keluarga dan tidak jarang orangtua selalu memberikan

nasehat-nasehat, motivasi, selain itu juga mengajarkan nilai–nilai

agama yang kuat, berusaha memberi perhatian dan kasih sayang yang

cukup. Perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari cukup baik dan

sopan walaupun orangtua membebaskan anak untuk bergaul. Hal ini

tidak lepas dari peran kedua orangtua dalam mendidik anak.

Informasi Pedagang Kakilima yang Mempunyai Aspirasi dan Partisipasi Terhadap

Pendidikan Anak.

Page 59: Document32

Pedagang Kakilima yang Mempunyai Aspirasi dan Partisipasi Baik Terhadap

Pendidikan Anak

Aspirasi Baik

Partisipasi Baik

No

Nama

Pemilihan

Pendidikan

Formal/Nonfor

Mal

Alasan

Pemilihan

Pendidikan

Harapan/

Cita-cita

Orangtua

Peranan

Orangtua

Dalam

Keluarga dan

Pendidikan

Pemenuhan

Kebutuhan

dan Biaya

Pendidikan

1.

2.

3.

4.

Kasan

(pedagang

bakso)

Sunarto

(pedagang

nasi

goring)

Haryanto

(pedagang

Koran)

Sulasmi

(pedagang

nasi)

Tidak

memprioritaskan

pendidikan

formal, karena

tergantung dari

kemampuan

anak, lebih

memilih sekolah

kejuruan, dan

sekolah yang

negeri.

Memilih

pendidikan

formal,

tergantung dari

kemampuan dari

anak. Dan

sekolah di negeri

Memilih

pendidikan

formal, memilih

sekolah di negeri

Memilih

pendidikan

kejuruan dan

Mendapat

ketrampilan,

biaya lebih

murah.

Mutu

pendidikan

lebih baik dan

biaya lebih

murah

Biaya lebih

murah

dibanding

sekolah swasta

Mendapat

keterampilan

yang cukup,

Mudah

mendapat

pekerjaan,

tidak menjadi

pedagang,

menjadi

pegawai

Dapat masuk

pada

Perguruan

Tinggi,

mendapat

pekerjaan yang

layak, menjadi

pegawai

karena dapat

mengangkat

derajat

keluarga

Dapat

menyekolah

kan anak ke

Perguruan

Tinggi,

mendapat

pekerjaan dan

kehidupan

yang lebih

baik.

Agar anak

dapat masuk

Perguruan

Selalu

berusaha

memberi

perhatian,

kasih sayang,

seperti

menunggu

anak belajar,

menanamkan

nilai agama.

Memberi

perhatian dan

kasih saying,

memberi

motivasi anak

untuk belajar,

menanamkan

nilai moral

agama

Memberi

motivasi anak

dalam

belajar,membe

ri kasih saying,

menanamkan

nilai agama.

Menanamkan

nilai agama,

menanamkan

Dapat

memenuhi

biaya

kebutuhan

pendidikan

dari

pengahasilann

yang cukup.

Dapat

memenuhi

kebutuhan dan

biaya

pendidikan

Bisa

memenuhi

kebutuhan

keluarga dan

biaya dalam

pendidikan

anak

Dapat

memenuhi

kebutuhan

Page 60: Document32

5.

Jaroh

(pedagang

sayur)

sekilah di negeri

Memilih

pendidikan

formal, dan ingin

sekolah di negeri

biaya

pendidikan

lebih murah

Mendapat

keterampilan

yang cukup di

sekolah

kejuruan,

biaya

pendidikan

lebih murah

Tinggi,dapat

menjadi

pegawai

Mendapat

pekerjaan yang

layak, menjadi

pegawai

karena dapat

mengangkat

derajat

keluarga

hidup bersih,

memberi kasih

sayang

Memberi

perhatian dan

kasih sayang,

menanamkan

nilai agama

yang tinggi

pendidikan

dan kebutuhan

keluarga

Dapat

memenuhi

biaya hidup

dan biaya

pendidikan

dalm usahanya

berdagang

2. Pedagang Kakilima yang Mempunyai Aspirasi Baik dan Partisipasi Rendah

Terhadap Pendidikan Anak

Aspirasi Baik

Partisipasi Rendah

Nama

Pemilihan

Pendidikan

Formal/Nonfor

Mal

Alasan

Pemilihan

Pendidikan

Harapan/Cita-

cita Orangtua

Peranan

Orangtua Dalam

Keluarga dan

Pendidikan

Pemenuhan

Kebutuhan dan

Biaya

Pendidikan

Partono

(pedagang

rokok)

Khaerudin

(Pedagang

mainan)

Memilih

pendidikan

kejuruan,

menginginkan

sekolah di negeri

Menurut

kemampuan

anak, memilih

pendidikan

formal,

menginginkan

sekolah di negeri

Biaya lebih

murah,

mendapatkan

keterampilan

yang cukup

Biaya sekolah

lebih murah

Menginginkan

anak sekolah

yang tinggi,

mendapat

pekerjaan yang

layak

Mendapat

pekerjaan yang

layak,

mengingikan

anak sekolah

yang lebih tinggi

Kurang adanya

perhatian dan

kasih sayang,

kurang adanya

keterbukaan,

kurangnya

motivasi

orangtua

terhadap belajar

anak

Kurangnya

perhatian, kurang

adanya

komunikasi

terhadap anak

Kurangnya biaya

karena

penghasilan

rendah

Kurangnya biaya

pendidikan

karena

penhasilan yang

rendah

Page 61: Document32

3. Pedagang Kakilima yang Mempunyai Aspirasi Rendah dan Parisipasi Baik

Terhadap Pendidikan Anak

Aspirasi Rendah

Partisipasi Baik

No

Nama

Pemilihan

Pendidikan

Formal/Nonfor

mal

Alasan

Pemilihan

Pendidikan

Harapan/Cita-

cita Orangtua

Peranan

Orangtua

Dalam

Keluarga dan

Pendidikan

Pemenuhan

Kebutuhan dan

Biaya

Pendidikan

1.

2.

Slamet

(pedagang

Koran)

Poniman

(pedagang

soto)

Menurut

kemampuan

anak,

menginginkan

anak sekolah di

negeri]

Terserah anak

dalam memilih

sekolah,

berharap anak

dapat sekolah di

negeri

Biaya

pendidikan

lebih murah

Sekolah di

negeri lebih

murah

biayanya

Mendapat

pekerjaan yang

layak

Mendapat

pekerjaan yang

layak kalau

bisa menjadi

pegawai

Berusaha

memberi

perhatiandan

kasih sayang,

menanamkan

nilai agama

yang kuat,

memotivasi

belajar anak

Memberi

dorongan dan

motivasi

kepada anak

agar belajar

yang giat

Dapat

memenuhi

kebutuhan

keluarga dan

biaya

pendidikan,

hari libur tetap

berdagang

Dapat

memenuhi

kebutuhan

pendidikan

dan kebutuhan

keluarga

Page 62: Document32

4. Pedagang Kakilima yang Mempunyai Aspirasi Rendah dan Partisipasi Rendah

Aspirasi Rendah

Partisipasi Rendah

No.

Nama

Pemilihan

Pendidikan

Formal/Nonformal

Alasan

Pemilihan

Pendidikan

Harapan/Cita-

cita Orangtua

Peranan

Orangtua

Dalam

Keluarga dan

Pendidikan

Pemanuhan

Keburuhan

dan Biaya

Pendidikan

1.

Jamilah

(pedagang

buah)

Kurangnya

keinginan

orangtua untuk

menyekolahkan

anak

Tidak adanya

perhatian dalam

pendidikan

anak

Bersikap

masa bodoh

Kurangnya

perhatian dan

kasih sayang,

Kurangnya

motivasi dan

dorongan

untuk anak di

dalam belajar,

Kurangnya

biaya dalam

pendidikan

untuk anak

Page 63: Document32

Pembahasan

Ke sepuluh informan di atas menjelaskan tentang 2 fokus penelitian

yaitu, aspirasi dan partisipasi orangtua terhadap pendidikan anak yang terbagi

menjadi 4 kategori :

1. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi baik terhadap

pendidikan anak.

Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi baik dimana dalam

pemilihan pendidikan tidak memprioritaskan pada pendidikan formal

maupun nonformal semua itu tergantung dari kemampuan anak, karena

mereka mampu untuk membiayaai sekolah dari penghasilannya

berdagang, bahkan dapat menyekolahkan anak sampai pada Perguruan

Tinggi. Menurut mereka dengan adanya pendidikan dapat merubah pola

pikir dan tingkah laku seseorang dan ditunjukkan dengan adanya

pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga mereka rela

berkorban demi kemajuan anak. Upaya yang dilakukan orangtua sehingga

anak dapat memasuki Perguruan Tinggi yaitu, dimasukkannya pada les

privat, pelajaran tambahan sehingga dapat masuk Perguruan Tinggi yang

diharapkan. Ada beberapa pedagang yang memilih pada pendidikan

nonformal seperti dimasukkannya pada sekolah kejuruan karena mendapat

ketrampilan dengan harapan setelah lulus mudah mendapat pekerjaan, dan

lebih memilih pada sekolah negeri karena biaya lebih murah.

Page 64: Document32

Harapan orangtua setelah anak lulus dari sekolah yaitu

mendapatkan pekerjaan, tidak menjadi pedagang, menjadi pegawai

karena menurutnya dapat mengangkat derajat keluarga, mereka juga tidak

pernah membeda-bedakan anak laki-laki maupun perempuan dalam

pemberian pendidikan dan perhatian.

Partisipasi orangtua dalam pendidikan adalah peranan dan

kepedulian mereka dalam keluarga, karena salah satu tugas orangtua

adalah mendidik keturunannya, yaitu berusaha memenuhi kebutuhan dari

penghasilannya berdagang, tidak adanya libur kecuali hari besar, berusaha

memberi perhatian dan kasih sayang yang cukup, memotivasi dan

menunggui anak belajar, pemberian jadwal anak untuk belajar,

menanamkan nilai moral dan agama yang kuat, memberikan nasehat,

mengajarkan hidup sederhana dan hemat seperti menabung, adanya sifat

keterbukaan dalam keluarga, adanya diskusi dalam memecahkan masalah,

dengan adanya kesadaran orangtua dalam aspirasi dan partisipasinya

maka keberhasilan pendidikan anak akan lebih baik.

Orangtua adalah sosok teladan yang akan diidentifikasi dan

internalisasi peran dan sikap anak. Maka salah satu tugas utama orangtua

adalah mendidik keturunannya. Dengan kata lain relasi antara anak dan

orangtua secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk membangun

kepribadian anak dan mendewasakannya. Karena orangtua merupakan

pendidik pertama dan paling utama bagi anak-anaknya. (Kartono,

1997:56-59)

2. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi baik dan partisipasi rendah

terhadap pendidikan.

Page 65: Document32

Pedagang yang mempuyai aspirasi baik ditunjukkan dengan

adanya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan. Dalam pemilihan

pendidikan orangtua menganjurkan agar anak dapat masuk pada sekolah

kejuruan dengan alasan mendapat ketrampilan sehingga setelah lulus anak

mudah mendapat pekerjaan setidaknya dapat menghidupi keluarganya,

memasukkan anak pada sekolah negeri karena biaya lebih murah. Karena

tidak adanya biaya untuk melanjutkan sekolah dengan pendapatannya

yang hanya Rp.300.000 perbulan, sehingga anak diprioritaskan masuk

pada sekolah kejuruan walaupun mereka mempunyai keinginan agar anak

masuk pada Perguruan Tinggi.

Dalam partisipasinya orangtua kurang, yaitu dalam memberi

perhatian dan kasih sayang karena kesibukannya berdagang, kurang

adanya keterbukaan dalam keluarga, kurangnya penanaman nilai moral

sehingga anak bebas dalam pergaulan, kurang memberi motivasi anak

untuk belajar.

3. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi rendah dan partisipasi baik

terhadap pendidikan.

Aspirasi merupakan harapan dan tujuan demi keberhasilan anak

di masa yang akan datang. Apabila tidak didukung dengan aspirasi yang

baik maka pendidikan anak akan berkurang. Adapun aspirasi orangtua

yang rendah yaitu, Mereka berpandangan bahwa pendidikan tidak

bermakna apa-apa apabila tidak ditunjang dengan pekerjaan sebagai

pegawai negeri atau swasta, kurangnya pemahaman orangtua akan

pentingnya pendidikan sehingga orangtua bersikap masa bodoh dalam

Page 66: Document32

pemilihan pendidikan yang akan dimasuki anak, tidak memperhatikan

kemampuan (prestasi) dan kemauan anak, kurang adanya perhatian

orangtua Namun partisipasi orangtua cukup baik dalam membina

keluarga, ini ditunjukkan dengan adanya keterbukaan, perhatian, kasih

sayang dan menanamkan nilai-nilai agama tinggi. Dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari mereka berusaha mencukupi kehidupan keluarga

dengan cara berdagang di Jalan raya Wonopringgo.

4. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi rendah

terhadap pendidikan.

Kemajuan dan keberhasilan anak sangat tergantung dari peran

orangtua karena merupakan peran utama dalam keluarga. Adapun aspirasi

dan partisipasi rendah yaitu kurangnya pemahaman terhadap pentingnya

pendidikan sehingga orangtua bersikap masa bodoh, tidak adanya

keinginan orangtua untuk menyekolahkan anak karena kurangnya biaya,

ditambah dengan kesibukan mereka berdagang sehingga orangtua kurang

memberi perhatian dan kasih sayang sehingga tingkah laku anak dalam

pergaulan tidak terkontrol, kurangnya keterbukaan dalam keluarga, tidak

adanya motivasi orangtua terhadap anak dalam belajar. Apabila

kepedulian mereka kurang maka kemajuan dan keberhasilan anak tidak

akan terwujud.

Hambatan Penelitian

Di dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami hambatan untuk

mengambil data dari informan. Adapun hambatan dalam wawancara tersebut

Page 67: Document32

adalah ada beberapa pedagang kakilima yang tidak mau diwawancarai sehingga

peneliti mengalami kesulitan seperti; pedagang tidak mau diambil gambar dan

diambil suara dengan alasan karena malu. Namun dengan pendekatan peneliti

memberi pengertian dan penjelasan sehingga mereka mau diwawancarai dan

diambil gambar.

D. Unit Analisis Informan

Informan ke I

Ks (42 th) inisial, kepala keluarga 1, beragama Islam, pendidikan

terakhir lulus Sekolah Dasar (SD). Ks sehari-hari bekerja sebagai penjual bakso di

depan pasar Wonopringgo. Sebelumnya Ks bekerja sebagai Pak bon di SMP

Muhamadiyah Pekajangan selama 11 tahun dan mengundurkan diri, akhirnya

beralih menjadi pedagang bakso sudah hampir 10 tahun, Ks mulai berdagang dari

jam 15.00.WIB sore sampai jam 19.00.WIB malam. Penghasilan Ks antara Rp

700.000 sampai Rp 800.000 perbulan. Dalam berdagang Ks berusaha sendiri

tanpa bantuan dan kerjasama orang lain.

Ks harus menanggung semua biaya kebutuhan hidup dan sekolah anak,

tapi sekarang agak ringan karena anaknya sudah lulus. Ks merasa cukup

membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Dalam sehari-harinya Ks selalu

memperhatikan dan memberi kasih sayang terhadap keluarga walaupun sibuk

mencari nafkah. Dalam lingkungan rumah Ks selalu mengarahkan anak untuk

selalu hidup bersih.

Pemahaman disiplin dan tanggung jawab anak, yaitu nilai-nilai sosial

yang menganggap anak adalah segala-galanya, dalam keseharianya tidak

Page 68: Document32

menggunakan bahasa yang hierarkis namun tidak mengesampingkan dari nilai

kesopanan. Nilai ilmiah yang ditanamkan menganggap bahwa prestasi belum

menjamin kehidupan seseorang menjadi terbaik. Namun beliau lebih bangga

terhadap ketekunan belajar anaknya yang selalu mendapat prestasi yang baik.

Nilai kebersihan dan keteraturan adalah paling utama menurutnya, perilaku

menjaga kebersihan dilakukannya sebagai contoh bagi keluarga dan tetangganya.

Sedangkan dalam nilai agama beliau memberikan pemahaman tentang agama, dan

menganjurkan anggota keluarganya untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai

agama dan patuh pada semua ajaran agamanya.

Dalam menyikapi pendidikan anak, ditunjukkan dengan adanya

pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga sebagai orang tua beliau

rela berkorban apa saja demi anak, dan beliau selalu memberi nasehat-nasehat

yang memotivasi agar anak belajar dengan rajin di sekolah. Kebebasan yang

diberikan pada anak-anak untuk mengatur sendiri waktu di rumah sesuai dengan

kebutuhan, serta bergaul dengan anak-anak sebayanya. Nasehat-nasehat ringan

terkadang diberikan sebagai rambu-rambu agar kebebasan anak tidak kebablasan.

Dalam penilaian pendidikan untuk anak, beliau sangat berpengaruh, tapi

juga melihat kemampuan dari diri anak. Ks tidak membeda-bedakan antara anak

laki-laki dan perempuan dalam menempuh pendidikan. Ks selalu memperhatikan

anak dan memberi yang terbaik. Beliau selalu peduli dan berusaha untuk

mencukupi kebutuhan baik biaya sehari-hari maupun biaya pendidikan.

Page 69: Document32

Harapan Ks setelah anak lulus dari sekolah supaya mendapat pekerjaan yang

layak. Ks sangat mengharapkan anaknya menjadi pegawai. Ks mempunyai Cita-

cita supaya anaknya sukses.

Informan ke II

Jr (54 th) inisial, adalah seorang ibu rumah tangga, memeluk agam

Islam. Pendidikan terakhirnya adalah lulus Sekolah Dasar (SD). Selain sebagai

ibu rumah tangga, beliau juga bekerja sebagai pedagang sayur selama 4 tahun

untuk membantu suaminya mencukupi kebutuhan dan biaya anak sekolah. Jr

berdagang mulai jam 06.00.WIB pagi sampai jam 13.00.WIB siang,

penghasilannya kurang lebih Rp 600.000,- perbulan.

Sebagai seorang pedagang sayur Jr mampu menyekolahkan anak sampai dengan

Perguruan Tinggi. Menurutnya adalah suatu kebanggaan bagi Jr, apalagi anak-

anaknya setelah lulus kuliah langsung bekerja dan mampu membantu orang

tuanya.

Dalam sehari-harinya beliau selalu memberi perhatian dan kasih sayang

serta memberi motivasi anak untuk selalu belajar. Jr selalu memandang bahwa

pendidikan adalah nomor satu dan sangat penting demi kemajuan dan masa depan

anak.

Dalam pemilihan pendidikan untuk anak, Jr tidak begitu dominan semua

tergantung dari kemampuan anak. Beliau mengharapkan dalam menempuh

pendidikan anaknya dapat bersekolah di sekolah negeri. Selain biayanya murah,

juga cepat mendapat pekerjaan menurutnya. Harapan Jr terhadap anak supaya

Page 70: Document32

anak mendapat pekerjaan dan menjadi pegawai. Jr tidak membeda-bedakan anak

laki-laki dan perempuan dalam menempuh pendidikan.

Dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi Jr berusaha untuk memberikan

kebutuhan anak dan membiayai sekolah sampai dengan Perguruan Tinggi. Nilai

ekonomi ditanamkannya melalui hidup sederhana, dan mengarahkan anak untuk

selalu hidup sederhana dan hemat. Jr selalu menanamkan anak sikap rajin belajar

dan pentingnya prestasi untuk bekal besok setelah lulus sekolah. Nilai kebersihan

dan keteraturan merupakan hal utama yang ditunjukkannya agar menjadi teladan

yang pantas ditiru anak-anaknya, dan ada pembagian tugas dalam sehari-hari yaitu

menjaga kebersihan seperti menyapu dan membantu pekerjaan rumah.

Informan ke III

Pr (43 th) inisial, kepala keluarga ke III, pendidikan terakhir lulus

Sekolah Dasar (SD), pekerjaanya sebagai pedagang rokok di dekat pasar

Wonopringgo, beliau berdagang sudah sekitar 6 tahun, karena kebutuhan dan

harga semakin meningkat, Pr berusaha mencukupi kebutuhan dan biaya

pendidikan anak.

Pendapatan Pr sebagai pedagang rokok antara Rp 350.000,00 sampai Rp

400.000,00 perbulan, dalam usahanya kadang beliau dibantu oleh anak

pertamanya. Pr menanggung semua biaya kebutuhan hidup dan sekolah anak-

anaknya sedangkan istrinya selain sebagai ibu rumah tangga beliau juga sebagai

penjual makanan kecil seperti gorengan guna sedikit membantu beban suami.

Dalam sehari-harinya Pr selalu memperhatikan dan memberi kasih sayang pada

anak-anaknya walaupun beliau sibuk bekerja mencari nafkah. Pr juga selalu

Page 71: Document32

mengarahkan keluarganya untuk selalu hidup bersih, menurutnya “kebersihan itu

sebagian dari iman”. Nilai sosial ditunjukkannya dengan kedekatan dan

keakraban, sehingga ada keterbukaan pribadi dengan anak-anak. Sering adanya

dialog dengan anak menjadikannya lebih dekat dengan anak. Nilai ekonomi di

tanamkannya melalui hidup sederhana, mengarahkan agar anak hemat.

Menanamkan sikap rajin belajar dan pentingnya prestasi untuk bekal besok

setelah lulus sekolah. memotivasi anak agar rajin belajar.

Dukungan terhadap pendidikan anak ditunjukkan dengan adanya

pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sebagai orangtua beliau tidak

menganggap berat pembiayaan untuk sekolah anak. Dalam pemilihan pendidikan

Pr juga ikut menentukan sekolah mana yang akan dipilih, Pr menginginkan

anaknya sekolah di STM, menurutnya sekolah di STM akan mendapatkan

ketrampilan tidak seperti di SMU, dengan adanya ketrampilan yang dimiliki maka

akan mudah mendapat pekerjaan tapi tergantung dari kemampuan anak.

Informan ke IV

Sr (52 th) inisial, dari kepala keluarga IV, beragama Islam, pendiikan

terakhirnya lulus SLTP, pekerjaannya sebagai pedagang nasi goreng di pinggir

pasar Wonopringgo, beliau berdagang sudah sekitar 9 tahun, Sr menjadi pedagang

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan biaya sekolah anak. Pendapatan Sr

setiap bulannya sekitar Rp.900.000,- . Dalam kegiatan jualannya Sr dibantu oleh

istri dan saudaranya.

Sr menanggung semua biaya kebutuhan hidup dan sekolah anak-anaknya

dengan berjualan nasi goreng, Sr merasa cukup membiayai kebutuhan hidup

Page 72: Document32

keluarganya, termasuk biaya anak untuk sekolah. Dalam menyikapi pendidikan

anak, ditunjukkan dengan adanya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan

sehingga sebagai orangtua beliau rela berkorban apa saja demi anak dan

memberikan nasehat yang memotivasi anak belajar dengan rajin. Sr tidak pernah

membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan dalam memberi kasih

sayang dan pendidikan. Dalam menanamkan nilai demokrasi, Sr sangat

demokratis dalam menghadapi pemikiran anak, walaupun sifat Sr agak keras

dalam mendidik menurutnya demi kebaikan anak-anaknya. Nilai sosial

ditunjukkannya melalui dengan kedekatan dan keakraban sehingga ada

keterbukaan pribadi dengan anak-anak sering adanya dialog dan diskusi dengan

anak menjadikannya lebih dekat dengan anak sehingga keluarga terlihat begitu

harmonis. Nasehat-nasehat terkadang diberikannya sebagai rambu-rambu agar

anak tidak kebablasan. Nilai kebersihan dan keteraturan merupakan hal utama

ditunjukkan agar menjadi contoh yang pantas ditiru anak-anaknya. Adapun nilai

agama yaitu diajarkannya agama Islam dan ibadah sejak anak-anak kecil dan

berusaha untuk aktif ibadah. Baik buruknya kelakuan, tata cara sopan santun dan

tingkah laku menurutnya dapat dilihat dengan tinggi rendahnya pendidikan yang

ditempuh, sehingga Sr menganggap bahwa pendidikan itu sangat penting dan

diharuskan bagi anak-anaknya, cara apapun akan ditempuh yaitu dengan bekerja

keras berjualan nasi goreng untuk mencukupi kebutuhan dan biaya sekolah anak.

Dalam aspirasinya yaitu pada pemilihan pendidikan untuk anak Sr

bersifat demokratis semua diserahkan anak-anaknya untuk memilih sekolah mana

yang tepat menurut kemampuannya. Sr mengharapkan anak-anaknya untuk dapat

Page 73: Document32

sekolah di negeri karena biayanya lumayan murah. Sr mengharapkan setelah lulus

dari sekolah mendapat pekerjaan yang layak seperti menjadi pegawai negeri atau

pegawai swasta. Menurutnya dengan menjadi pegawai dan berpendidikan tinggi

dapat mengangkat derajat keluarganya, setidaknya tidak menganggur. Sr juga

tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan.

Dalam partisipasinya ditunjukkan dengan keterlibatanya dalam

pemenuhan kebutuhan dan biaya sekolah dari penghasilannya berdagang,

penyisihan biaya yaitu dengan menabung. Berusaha memberi perhatian yang

cukup, menurutnya pendidikan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan

perilaku seseorang, adanya keterbukaan dalam keluarga, mengajarkan nilai agama

yang kuat, menanamkan rajin belajar untuk mendapat prestasi dan penanaman

disiplin kepada anak.

Informan ke V

Pn (52 th) inisial, beragama Islam, pendidikan terakhirnya SLTP. Sehari-

harinya beliau bekerja sebagai pedagang soto di depan pasar Wonopringgo.

Penghasilannya antara Rp.600.000 sampai Rp.700.000 perbulan. Sebelum Pn

menjadi pedagang soto beliau bekerja dipabrik kurang lebih 1 tahun karena di

PHK Pn akhirnya berjualan soto. Jumlah anggota keluarga ada 4 orang, dikaruniai

2 orang anak. Pn harus menanggung semua biaya kebutuhan dan biaya sekolah

anak-anaknya.

Dalam aspirasinya terhadap pendidikan anak yaitu pada pemilihan

pendidikan, Pn menggunakan sikap demokratis yaitu tergantung dari kemampuan

anaknya, namun Pn menginginkan anaknya untuk sekolah di negeri karena

biayanya agak murah. Harapan Pn setelah anak lulus dari sekolah yaitu mendapat

Page 74: Document32

pekerjaan, tidak menganggur dan menjadi pegawai, cita-cita Pn adalah agar

anaknya kelak menjadi orang sukses, menurutnya dengan adanya pendidikan akan

sangat berpengaruh bagi kehidupan anaknya kelak sehingga timbul kreatifitas. Pn

tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan peremupan dalam

memberikan pendidikan, perhatian dan kasih sayang.

Dalam partisipasinya terhadap pendidikan anak, ditunjukkkan dengan

adanya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga sebagai orangtua

beliau rela berkorban apa saja demi kemajuan anak, berusaha memenuhi

kebutuhan dan biaya sekolah dari penghasilannya berdagang, sebagai orangtua Pn

tidak pernah mengeluh, kadang istrinya ikut membantu berdagang, bahkan pada

hari libur Pn tetap berjualan. Pn juga berusaha membagi waktu dengan sebaik-

baiknya dengan keluarga, berusaha memberi perhatian dan kasih sayang yang

cukup, memberikan nasehat dan motivasi kepada anak agar mereka belajar dengan

rajin, adanya sikap demokratis ini ditunjukkan dengan adanya diskusi dalam

pemecahan masalah dan adanya sifat keterbukaan didalam keluarga.

Informan Ke VI

Jm (36 th) inisial, beragama Islam, pendidikan terakhir lulus Sekolah

Dasar (SD), selain sebagai ibu rumah tangga Jm juga bekerja sebagai pedagang

buah di depan pasar Wonopringgo, guna memenuhi kebutuhan dan membantu

suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan. Jm sudah berdagang selama 6

tahun sampai sekarang, beliau berangkat dari jam 08.00 WIB pagi sampai jam

17.30 Wib, pendapatannya antara Rp.400.000 sampai Rp.500.000 perbulan, Jm

kadang dibantu oleh suami kalau beliau tidak bekerja. Bahkan hari libur Jm tetap

jualan kecuali hari lebaran libur 1 minggu. Jumlah anggota keluarganya ada 5

Page 75: Document32

orang, Jm dikaruniai 2 orang anak. Selain sebagai ibu rumah tangga Jm juga

berdagang buah untuk membantu suami guna mencukupi kebutuhan dan biaya

sekolah.

Dalam kesehariannya Jm kurang begitu memperhatikan kedua anaknya,

namun beliau tidak merasa khawatir karena ada ibunya yang membantu mengurus

kedua anaknya bila Jm berdagang. Dalam nilai sosial yang ditunjukkan pada anak

kurang sehingga mereka kurang akrab, kedua anaknya lebih dekat dengan

neneknya karena sejak kecil sering di tinggal jualan, dalm keseharinnnya Jm

mempunyai sifat keras pada anak, sehingga anak cenderung takut dan selalu patuh

pada neneknya. Jadi semua peran dalam mengurus keluarga terutama anak lebih

dominan pada neneknya. Jm hanya memenuhi kebutuhan materi saja terutama

untuk biaya sekolah anaknya. Walaupun Jm kurang memberi perhatian pada

anaknya, namun Jm mempunyai aspirasi yang cukup tinggi yaitu keinginannya

untuk menyekolahkan anaknya sampai pada Perguruan Tinggi. Dengan harapan

setelah lulus dari sekolah mendapat pekerjaan atau menjadi pegawai, dalam

pemilihan pendidikan untuk kedua anaknya Jm menginginkan kedua anaknya

dapat memperoleh pendidikan formal minimal lulus SLTA atau Perguruan

Tinggi. Jm menganggap bahwa pendidikan itu sangat penting untuk masa depan

anaknya kelak. Hal ini ditunjukkan dengan berusaha memenuhi kebutuhan dari

penghasilannya berdagang.

Informan ke VII

Mh (44 th) inisial, dari kepala keluarga VI, beragama Islam pendidikan

terakhirnya lulus SLTA, pekerjaannya sebagai pedagang mainan di pinggir pasar

Wonopringgo, beliau berjualan sudah sekitar 4 tahun. Sebelum Mh menjadi

Page 76: Document32

pedagang bekerja sebagai buruh menjahit konveksi di Jakarta, karena biaya

kehidupan di Jakarta mahal akhirnya Mh pulang kampung dan bekerja menjadi

pedagang mainan. Mh menjadi pedagang untuk mencukupi kebutuhan hidup

keluarga, berjualan dari jam 08.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Pendapatannya

sekitar Rp. 300.000-Rp.400.000 perbulan, dalam berdagang beliau berusaha

sendiri kadang sering dibantu oleh istrinya.

Mh harus menanggung semua biaya kebutuhan dan sekolah anaknya,

dengan hasil berjualan mainan, Mh merasa cukup membiayai hidup keluarga. Mh

mempunyai partisipasi cukup tinggi yang ditunjukkan dengan usahanya menjadi

pedagang mainan, dengan usahanya Mh berusaha memenuhi kebutuhan dan biaya

sekolah, bahkan tetap berjualan walaupun hari libur, kecuali hari libur besar beliau

libur. Dalam kesehariannya Mh tidak pernah mengeluh, Mh selalu memperhatikan

keluarganya dan memberikan contoh yang baik untuk anaknya. Nilai kebersihan

dan keteraturan merupakan hal yang penting untuk kesehatan, dan mengajarkan

untuk selalu hidup bersih. Mh berusaha membagi waktu dengan keluarga

walaupun sibuk berdagang, sedangkan dalam memberikan pemahaman tentang

agama Mh selalu mengajarkan untuk berpegang teguh pada nilai agama dan

mengajarkan kewajiban sebagai umat Islam yaitu, menanamkan nilai agama yang

kuat. Dalam pergaulan anaknya sehari-hari terlihat baik dan sopan.

Dalam aspirasinya pendidikan anak ditunjukkan dengan adanya

pemahaman terhadap pentingnya pendidikan yaitu, pada pemilihan pendidikan

Mh menyerahkan pada kemampuan anak, harapannya dapat melanjutkan sekolah

yang lebih tinggi, dan menjadi pegawai. Dalam memberikan pendidikan dan

Page 77: Document32

perhatian Mh tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan

perempuan.

Mh mengharapkan anaknya mendapat pekerjaan yang layak, tidak

mengharapkan manjadi pedagang. Cita-cita Mh pada anaknya agar hidup sukses,

beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan terutama dalam pendidikan yaitu

menomorsatukan untuk biaya pendidikan anak.

C. Informan ke VIII

St (50 th) inisial, dari informan ke 9, pendidikan terakhirnya SLTP,

pekerjaanya sebagai pedagang bakso dan taoto. Beliau berjualan sudah sekitar 5

tahun, St berjualan untuk mencukupi kebutuhan dan biaya pendidikan anaknya.

Beliau berdagang dari jam 10.00.WIB sampai dengan 18.00.WIB sore.

Pendapatannya sekitar Rp.700.000 perbulan, St berdagang merupakan warisan

dari orangtuanya berupa peralatan berjualan seperti gerobak, tenda, mangkok dan

kompor, sedangkan modalnya dalam berdagang dari diri sendiri, St dibantu oleh

keponakannya.

St tidak menanggung sendiri semua biaya keluarga tetapi juga dibantu

olehnya yang bekerja di Jakarta sebagai penjahit, sedangkan istrinya juga bekerja

segabai penjahit dirumah sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Dalam

kesehariannya St berusaha membagi waktu dengan keluarganya walaupun beliau

sibuk bekerja sebagai pedagang.

St mempunyai aspirasi yang cukup tinggi terhadap pendidikan anak,

walaupun beliau hanya mengenyam pendidikan di SLTP saja, menurutnya

pendidikan itu sangat penting dan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

Page 78: Document32

dan perilaku seseorang. Dengan mengenyam pendidikan yang tinggi harapannya

supaya anak sukses dan dapat bekerja walaupun tidak memprioritaskan menjadi

pegawai, asalkan tidak menganggur. Dalam sehari-hari St tidak pernah membeda-

bedakan antara anak laki-laki dan perempuan dalam memberi perhatian, kasih-

sayang dan pendidikan. St memilih pendidikan formal untuk anaknya dan dapat

belajar di sekolah negeri karena biayanya relatif murah dibanding sekolah swasta,

namun beliau tidak memaksakan kehendak semua tergantung dari kemampuan

anaknya.

St selalu berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan

keterlibatan istri bekerja sebagai penjahit guna membantu mencukupi kebutuhan,

dalam keluarga St berusaha memberi perhatian walaupun beliau mempunyai sifat

yang keras dalam membimbing anak namun cukup demokratis dan adanya sifat

keterbukaan, beliau juga selalu mengajarkan nilai agama yang kuat bagi

keluarganya.

D. Informan ke IX

Sl ( 44 th) inisial informan ke 10, pendidikan terakhirnya lulus SLTP.

Selain sebagai ibu rumah tangga beliau juga bekerja menjadi pedagang nasi di

depan pasar Wonopringgo selama 14 tahun. Penyebab Sl menjadi pedagang

karena tidak mendapat pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan serta biaya sekolah

anaknya, sedangkan suaminya sudah meninggal. Sl berdagang dari jam

06.00.WIB sampai jam 16.00.WIB. Penghasilannya kurang lebih Rp.500.000

perbulan. Sebagai ibu rumah tangga Sl harus nmenganggung biaya kebutuhan

hidup dan keempat anaknya serta ibunya, dari penghasilanya berdagang dan hasil

Page 79: Document32

pensiunan suaminya. Sl sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjadi kepala

keluarga karena suaminya sudah meninggal, beliau dapat menyekolahkan anaknya

sampai pada Perguruan Tinggi, dan beliau tidak pernah mengeluh dan berusaha

memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam kesehariannya Sl mengganggap bahwa

anak adalah sahabatnya sendiri sehingga dalam kesehariannya terlihat harmonis.

Dan dalam pergaulan sehari-hari keempat anaknya terlihat baik dan sopan.

Sl mempunyai aspirasi dan partisipasi yang cukup tinggi terhadap

pendidikan anaknya, ini ditunjukkan dalam anaknya memilih pendidikan,

orangtua menyerahkan pada kemampuan anak. Harapan Sl setelah anak lulus dari

sekolah supaya mendapat pekerjaan yang layak dan menjadi pegawai, tidak

seperti ibunya menjadi pedagang nasi. Dalam pemberian pendidikan dan kasih

sayang Sl tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan

semua sama saja tidak ada perbedaan. Sebagai orangtua Sl selalu berusaha

memenuhi kebutuhan keluarga dan rela berkorban demi kemajuan anaknya. Hal

ini di tunjukkan dengan usahanya menjadi pedagang nasi, walaupun hari libur Sl

tetap barjualan, apabila Sl tidak mempunyai uang beliau berusaha meminjam pada

saudara atau tetangganya. Dalam kesehariannya Sl berusaha membagi waktu

untuk keluarga dan memberi perhatian, kasih sayang yang cukup, dan selalu

memotivasi anak untuk selalu belajar, adanya sifat keterbukaan dan diskusi dalam

setiap memecahkan masalah sehingga keluarga mereka terlihat akrab dan

harmonis.

Informan ke X

Page 80: Document32

Hr (43 th), pendidikan terakhir lulusan SLTA. Hr sehari-harinya bekerja

sebagai pedagang koran di pinggir pasar Wonopringgo, beliau berjualan sudah

sekitar 11 tahun, berjualan dari jam 06.00.WIB pagi sampai 18.00.WIB sore.

Penghasilan Hr Rp.600.000 perbulan. Dalam berdagang Hr berusaha sendiri tanpa

bekerja sama dengan orang lain, Hr terkadang dibantu oleh anaknya. Pada hari

libur Hr tetap berjualan kecuali hari lebaran libur 1 minggu.

Dalam menyikapi pendidsikan anaknya, ditunjukkan dengan adanya

pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga sebagai orangtua beliau

rela berkorban apa saja demi kemajuan anaknya. Dalam Aspirasinya terhadap

pendidikan, Hr menyerahkan pada anakya dalam memilih sekolah sesuai

kemampuan anaknya, tetapi Hr mengharapkan anaknya untuk sekolah di negeri

karena biayanya agak murah. Harapan Hr setelah anak lulus dari sekolah adalah

mendapat pekerjaan, dapat menjadi pegawai, tapi beliau tidak memprioritaskan

anaknya menjadi pegawai menurutnya pekerjaan apa saja yang penting halal,

setidaknya anaknya jangan sampai menganggur, Hr tidak mengharapkan anaknya

menjadi pedagang koran seperti ayahnya. Hr tidak pernah membeda-bedakan

antara anak laki-laki dan perempuan dalam pemberian pendidikan, perhatian, dan

kasih sayang.

Hr mempunyai partisipasi yang cukup tinggi terhadap pendidikan

anaknya, ini ditunjukkan dengan keterlibatannya dalam memenuhi kebutuhan

yaitu, dengan berdagang koran untuk memenuhi kebutuhan dan biaya pendidikan

anaknya, pada hari libur Hr tetap berjualan, beliau berusaha membagi waktu dan

memberi perhatian, kasih sayang yang cukup, memberikan nasehat dan motivasi

Page 81: Document32

kepada anaknya untuk giat belajar, adanya keterbukaan dalam keluarga dan

diskusi dalam memecahkan masalah sehingga keluarga Hr terlihat akrab dan

harmonis. Dalam pergaulan anaknya sehari-hari Hr memberi kebebasan dan

memberi kepercayaan kepada anaknya, tetapi Hr tetap memantau pergaulan

anaknya.

Page 82: Document32

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi baik terhadap

pendidikan anak. Yaitu dalam pemilihan pendidikan; tidak

memprioritaskan pendidikan formal maupun nonformal, karena mereka

merasa dapat membiayai sekolah dari penghasilannya, bahkan dapat

menyekolahkan anak sampai Perguruan Tinggi, namun ada beberapa

orangtua yang memilih sekolah kejuruan dengan harapan setelah lulus

sekolah nanti anaknya kelak mudah mendapatkan pekerjaan. Partisipasi

orangtua yaitu peranan mereka dalam keluarga dan pemenuhan kebutuhan

adalah berusaha memberi perhatian, kasih sayang yang cukup, memberi

motivasi dan membimbing anak agar belajar, menanamkan nilai moral dan

agama, memberi nasehat, mengajarkan hidup sederhana dan hemat seperti

menabung, adanya sifat keterbukaan dalam keluarga,

2. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi baik dan partisipasi rendah

yaitu ditunjukkan dengan adanya pemahaman orangtua akan pentingnya

pendidikan, sehingga adanya keinginan kuat agar dapat menyekolahkan

anak setinggi-tingginya, karena kurangnya factor biaya, maka dalam

pemilihan pendidikan lebih memilih pada sekolah kejuruan karena

Page 83: Document32

mendapatkan ketrampilan yang cukup dan mudah mendapat pekerjaan.

Adapun partisipasi orangtua rendah yaitu, kurangnya perhatian dan kasih

sayang terhadap anak hal ini dikarenakan kesibukan orantua berdagang,

kurangnya penanaman nilai moral dan agama, sehingga pergaulan anak

kurang terkontrol.

3. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi rendah dan partisipasi baik

yaitu kurangnya pemahaman orangtua terhadap pentingnya pendidikan

mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak bermakna apa-apa bila tidak

ditunjukkan dengan pekerjaan, tidak adanya dukungan orangtua dalam

memilih pendidikan utuk anaknya walaupun mereka dapat membiayai

sekolah, orangtua hanya memenuhi kebutuhan materi tanpa

memperdulikan sekolah anak. Peranan orantua dalam keluarga cukup baik

yaitu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi, memberi perhatian dan

kasih sayang yang cukup, mengajarkan nilai agama. Walaupun mereka

mempunyai peranan yang baik dalam keluarga, namun mereka kurang

memperhatikan anak dalam pendidikan maka keberhasilan anak akan

terhambat.

4. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi rendah

terhadap pendidikan yaitu kurangnya pemahaman terhadap pendidikan

sehingga orangtua bersikap masa bodoh, tidak adanya keinginan orangtua

untuk menyekolahkan anak karena kurangnya biaya, kurangnya perhatian

dan kasih sayang, kurangnya keterbukaan dalam keluarga. Apabila

Page 84: Document32

kepedulian orangtua dalam pendidikan dan keluarga kurang, maka

kemajuan dan keberhasilan anak tidak akan terwujud.

B. Saran

Dalam pemilihan pendidikan untuk anak hendaknya lebih berorientasi pada

pendidikan kejuruan karena akan mendapatkan ketrampilan yang cukup,

sehingga akan lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan dibanding

dengan pendidikan formal.

Orangtua sebaiknya dalam memilih sekolah untuk anaknya pada sekolah

negeri karena biaya lebih murah.

Hendaknya orangtua agar bisa memberi perhatian, kasih sayang, dan

keterbukaan orangtua terhadap anak, sehingga akan terwujud keluarga

yang bahagia dan harmonis

Orangtua sebaiknya tidak hanya memberikan materi saja kepada anaknya.

Page 85: Document32