mediakom 32

72

Upload: ppidkemenkes

Post on 25-Jun-2015

1.423 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 69

Page 2: Mediakom 32

70 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

LENTERA

Page 3: Mediakom 32

ETALASE

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 3

DJamu, obat tradisional rakyat Indonesia. Mereka sudah menggunakan secara turun temurun, dari generasi ke generasi berikutnya. Entah kapan dan siapa yang mengawalinya. Kini, jamu telah merevolusi diri menjadi lebih

moderen dalam penyajiannya. Awalnya, jamu disajikan dalam bentuk cair, dengan rasa pahit yang khas . Memang, beberapa jamu untuk penyakit tertentu, terasa sangat pahit, sehingga ada sebagian masyarakat yang tidak tahan dengan rasa tersebut. Seperti jamu sambiloto untuk penyakit gula darah (diabet). Tapi, seiring perkembangan ilmu dan teknologi, sekarang sudah ada dalam bentuk kapsul. Rasa pahit, tak terasa lagi.

Jamu tersebut, selain menyembuhkan penyakit, juga menambah kebugaran tubuh. Ada ribuan jenis tanaman obat tradisional dapat hidup dan tumbuh di bumi Indonesia. Semua jenis tanaman obat itu dengan kombinasi ramuan tertentu dapat menyembuhkan banyak jenis penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak sehat atau penyakit tidak menular. Dampak jamu sebagai obat terhadap penyakit, tidak langsung, butuh waktu sampai tiga minggu, bahkan satu bulan. Kelebihan jamu, tidak berefek negatif terhadap

kesehatan. Wajar, bila dr. Siti Mahfudzah, Kepala Puskesmas Colomadu 1 Jateng memilih “obatku jamu”.

Kini, Kementerian Kesehatan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Taman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Jawa Tengah, terus mengembangkan budidaya tanaman obat, bekerjasama dengan petani. Mengembangkan laboratorium, untuk menguji kualitas manfaat, mutu dan keamanan jamu. Juga terus melakukan penelitian untuk memperoleh bibit unggul berkhasiat tinggi. Bila ini terus dikembangkan dan mendapat dukungan semua pihak, tak menutup kemungkinan jamu akan menjadi penggerak ekanomi masyarakat, sekaligus menyehatkan, tanpa harus impor bahan baku jamu dari luar negeri. Secara lebih lengkap pembaca dapat menyimak rubrik media utama.

Selain jamu, Mediakom juga mengetengahkan berbagai informasi menarik tentang dunia vektor, deklarasi bebas buang air sembarangan, Kemenkes mendapat predikat terbaik dalam pelayanan informasi publik dan kisah kepahlawanan, layak jadi teladan dalam bekerja. Tak ketinggalan rubrik potret dan lentera yang dikemas dalam bahasa sederhana. Selamat membaca...!§

drg. Murti Utami, MPH

Mediakom

Redaksi meneRima naskah daRi pembaca, dapat dikiRim ke alamat email Redaksi

Obatku Jamu

susunan Redaksipenanggung Jawab : drg. Murti Utami, MPH Redaktur : Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPSEditor/Penyunting : Mulyadi, SKM, M.Kes, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Busroni S.IP, Mety Setiowati, SKM, Aji Muhawarman, STDesain Grafis dan Fotografer : Drg. Anitasari, M, Resti Kiantini, SKM, M.Kes, Dewi Indah Sari, SE, MM, Sri Wahyuni, S.Sos, MM,Giri Inayah, S.Sos., Wayang Mas Jendra, S.Snsekretariat : Waspodo Purwanto, Endang Retnowaty, Dodi Sukmana, S.I.Kom, Okto Rusdianto, ST, Yan Zefrial alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107, Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950telepon : 021-5201590; 021-52907416-9 Fax : 021- 5223002; 021-52960661 email: [email protected], [email protected] call center: 021-500567

Page 4: Mediakom 32

DAFTARISI

4 MediakoM No.32/oktober/2011

3 ETALASE

6 INFO SEHAT

6 kesehataN jemaah haji

7 kUraNGi kebiasaaN makaN berLebih

8 SURAT PEMBACA

9 STOPPRESS

9 kemeNteriaN kesehataN raih predikat terbaik keterbUkaaN iNformasi pUbLik

10 meNGabarkaN keterbUkaaN

12 kiprah kemeNkes di tmmd kUbar

14 MEDIA UTAMA

14 membUdayakaN miNUm jamU

16 memberdayakaN bisNis petaNi jamU

18 meNcetak dokter jamU

20 meNGUraNGi keterGaNtUNGaN impor bahaN bakU obat

23 ayo Wisata jamU

26 pembUktiaN iLmiah UNtUk meNjamiN mUtU daN khasiat jamU

31 apa kata dokter jamU?

34 RAGAM

34 rs dr.soetomo sUrabaya bUka poLikLiNik obat tradisioNaL

35 badaN LitbaNGkes : sUatU catataN

UNTUK RAKYAT

sampai dimaNa rpp tembakaU?

KOLOM

NASIONAL

dekLarasi stop bUaNG air besarsembaraNGaN

saLatiGa miLiki pUsat dUver

DAERAH

aceh: meNUjU aceh darUssaLam

aceh meraNGkUL kesWa

aceh tabUh GeNderaNG LaWaN maLaria

POTRET

dr. sUpriyaNtoro, sp.p, mars

SIAPA DIA

dik doaNk

ireNe kharisma

NUrUL arifiN

RESENSI BUKU

LENTERA

Page 5: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 5

38

38

41

42

42 dekLarasi stop bUaNG air besar sembaraNGaN

46

49

49

54

59 aceh tabUh GeNderaNG LaWaN

62

62

66

68

70

UNTUK RAKYAT

sampai dimaNa rpp tembakaU?

KOLOM

NASIONAL

dekLarasi stop bUaNG air besarsembaraNGaN

saLatiGa miLiki pUsat dUver

DAERAH

aceh: meNUjU aceh darUssaLam

aceh meraNGkUL kesWa

aceh tabUh GeNderaNG LaWaN maLaria

POTRET

dr. sUpriyaNtoro, sp.p, mars

SIAPA DIA

dik doaNk

ireNe kharisma

NUrUL arifiN

RESENSI BUKU

LENTERA

Page 6: Mediakom 32

INFO SEHAT

6 MediakoM No.32/oktober/2011

Kesehatan bukan segalanya tapi tanpa kesehatan segalanya tidak akan pernah ada.

Haji merupakan rukun Islam yang ke 5 (lima). Haji adalah perlehatan akbar yang berlangsung rutin (tiap tahun) di kota Makkah dan Masya’ir Al muqoddasah (Arafah. Muzdalifah, Mina)

Haji merupakan aktifitas ibadah yang didasari oleh “Napak Tilas” dari apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya dan tata caranya dicontohkan melalui Nabi Muhammad saw.

kita perlu mempersiapkan kesehatan karena: di tanah suci perbedaan Geografi (iklim, keadaan alam), saat ini musin dingin (-50 C s/d 100 C), Madinah lebih dingin dari Mekkah. Kelembaban udara sangat rendah 300 C s/d 400 C (di Indonesia 900 C). Perbedaan Waktu (kalau 4 jam), maka jam biologispun berubah seperti jam tidur, BAB dan lain sebagainya), Perbedaan situasi dan konsidi (dalam

Kesehatan jemaah haji

waktu bersamaan berada dalam 1 tempat, melakukan kegiatan yang sama), Perbedaan Sosio-Kultural antar bangsa.

Haji merupakan ibadah Rukun yang cukup berat (dibanding ibadah lain), karena melibatkan beberapa aspek yaitu fisik, psikis (mental), finansial, sosial dan pengetahuan.

Misalnya untuk kesehatan harus ada pengelompokan risiko tinggi yang bertujuan untuk memudahkan para petugas kesehatan dalam pengelolaan kesehatan jamaah haji.

Yang harus dilakykan bagi orang yang sudah mempunyai penyakit yaitu: Konsultasi rutin dari sekarang (dokter pribadi, Puskesmas, RS), Harus tahu obat-obatan yang wajib dibawa dengan dosis dan jumlahnya. Biasakan hidup sehat dengan gaya hidup dan kebiasaan, bila perlu membawa surat pengantar dari dokter yang merawat untuk dokter kloter.

Tips sehat pada saat melaksnaakan haji, adalah: Siapkan mental (Zero

Mind Process), keluar pemondokan seperlunya/ibadah, jangan terlalu memaksakaan diri, biasakan memakai masker (tempat-tempat keramaian), minum air yang banyak (min 4 liter/hari) hindari minum es/minum dingin ( bagi yang bermasalah), selektif terhadap makanan (gizi, pantangan, alergi), jangan menahan buang air, jika ada gejala sakit, segera datangi petugas kesehatan. § YN

PersiaPan Peralatan -----------------------------------------------Jaket/mantel, sweter, kain ihrom yang tebal, paying, kacamata hitam, masker (musin dingin)Bawa vitamin, food suplement seperlunya

Penyakit yang yang sering terjadi saat menjalankan ibadah haji di tanah suci-----------------------------------------------• Saluran pernapasan• Saluran pencernaan• Rehidrasi• Kardiovaskuler• Cerebrovaskuler• Neoropsikiatrik• Penyakit menular• Endokrin• Penyakit kulit, ginjal, hati (lever) dll.

ili ( influenza like illness) sering terjadi, dengan ciri-ciri sePerti-----------------------------------------------• Infeksi saluran pernapasan atas

yang disebabkan oleh virus dengan gejala mirip influenza

• Batuk kering, demam (38,5 C) menggigil, pegal-pegal, nyeri otot dan persendian, sakit kepala, sakit tenggorokan , hilangnya nafsu makan

• Tidak seperti pilek biasa, tidak disertai dengan hidung tersumbat atau berair

• Segera temui tenaga medis, petugas haji lainnya

• Minum yang banyak, makan cukup (buah) food Suplement (vitamin C dosis tinggi)

Page 7: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 7

Berapa BanyaK resolusi sehat yang Anda buat tahun ini? Daripada terbebani dengan banyak target kenapa tidak mencoba melakukan yang paling gampang. Mulailah hindari makanan yang berlebih.

Bukan lagi rahasia umum, kalau kebiasaan makan berlebihan bisa menimbulkan risiko penyakit seperti diabetes, obesitas atau penyakit kardiovaskular.

Tapi kenyataannya, mengubah pola makan tidaklah mudah. Aktifitas sehari-hari yang banyak menyita waktu sering kali membuat seseorang tidak sempat memilih dan mengatur berapa makanan yang sudah dikonsumsi. Tanpa disadari, makanan yang masuk berlebihan dan banyak mengandung kolesterol.

Memasuki waktu istirahat siang di kantor misalnya, kadang menjadi dilema dalam memilih menu makan yang akan dikonsumsi. Begitu banyak pilihan makanan yang disajikan setiap rumah makan yang dekat dengan kantor, tapi jarang sekali tersedia makanan yang benar-benar sehat, sayuran misalnya.

Kalau sudah begini jangan kaget jika kadar kolesterol (lemak jahat) meningkat gara-gara kebiasaan makan makanan yang berlebihan dan kurang serat. Ancaman penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar terhadap orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol 200-240 mg% dibanding dengan yang kadar kolesterolnya di bawah 200 mg%. Bahkan ancaman tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lebih besar apabila kadar kolesterol mencapai di atas 300 mg%.

Para pakar kesehatan tidak melarang makan enak asalkan setelah makan diimbangi dengan aktivitas fisik.§

AM, dari berbagai sumber

KURanGi KeBiasaanmaKan BeRLeBih

5. Jangan makan terlalu cepat karena dengan makan cepat orang cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak dibanding orang yang makan dengan santai.

1. Membiasakan sarapan karena makan pagi sangat penting untuk mengurangi rasa kelaparan di siang hari yang memicu orang makan banyak.

mulailah mengurangi porsi makan yang besar dengan kebiasaan berikut

2. Disela-sela makan 3 kali sehari, Anda masih bisa menyelingi dengan makan buah sebagai ganti makanan gorengan atau yang manis-manis.

3. Hindari stres karena bisa memicu seseorang makan tanpa terkontrol

6. Usahakan tidak makan berat 1-2 jam sebelum tidur.

4. Kurangi so-dium dan banyaklah minum air putih. Sodium tak hanya ada pada makanan yang asin tapi ma-kanan kaleng juga banyak mengandung sodium yang malah mengikat air dalam tubuh dan membuat perut terlihat lebih bergelambir.

Page 8: Mediakom 32

SURAT PEMBACA

8 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Redaksi Mediakom telah menetapkan 10 (sepuluh) orang pemenang dengan 3 buah jawaban sebagai berikut :

JAWABAN 1. AnakSehat,Kreatifdan

Berakhlak Mulia.2. Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial.3. Disebutperokokpasif.Perokok

pasifsamabahkanduakaliberisiko terhadap kesehatan.

Pemenang Kuis :1. Mansur TP, SKM, M.Kes Kepala Puskesmas Balocci KEPULAUAN SULAWESI SELATAN

No HP : 085656863xxx

2. Javed S Mataputung Puskesmas Cijagang Kecamatan

Cikalong Kulon Kab. Cianjur No HP : 081586562xxx

3. Mikindarti,SKM Perum. Trias Estate Blok. H10/35

RT. 006/010 Bekasi – Jawa Barat No HP : 081387843xxx

4. drg. Dedi Dumayanto Puskesmas Tanjung Marulak Kec. Rambutan, Kota Tebing

Tinggi – Sumatera Utara 20615 No HP : 081260651xxx

5. Tamrin Togatorop, S.Kep,.Ns Jl. Emas No. 13 Salak Provinsi Sumatera Utara 22272 No HP : 085261888xxx /

085373773xxx

6. Birman Mukron Jl. Pahlawan XII Desa Petaling,

Kec. Mendo Barat, Kab. Bangka Provinsi Bangka Belitung 33173 No HP : 081367425xxx

7. Regina, A.Md RSUD Harapan Insan Sendawar Sendawar – Kuta Barat 75576 No HP : 085250432xxx

8.AhmadTaufikAzis,SKM Dinas Kesehatan Kabupaten

Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan 91611 No HP : 081355691xxx

9. Delri Soni, SKM, MKM Puskesmas Air Santok Kota Pariaman- Sumatera Barat

No HP : 081374877xxx

10. drg. Rosnaniar Puskesmas Kampung Baqa Samarinda Seberang Kalimantan Timur No HP : 08125843xxx

MediaKuis1. Sebutkansalahsatutujuansaintifikasijamu?2. Kementerian Kesehatan RI memiliki unit

penelitiandanpengembangankhususjamuyangdisebutB2P2TOOT,apakepanjanganB2P2TOOT?dandimanalokasinya?

3. ApanamaKlinikSaintifikasiJamumilikB2P2TOOTTawangmangu?

Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi).Jawaban dapat dikirim melalui :Email : [email protected] : 021 - 52907421Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan

Jawaban diterima redaksi paling lambat minggu keempat (terakhir) bulan November 2011.Nama pemenang akan diumumkan di Majalah Mediakom edisi XXXIII Desember 2011.

10 Pemenang MediaKuis masing-masing akan mendapat T-Shirt unik dari Mediakom.Hadiah pemenang akan dikirim melalui pos.

KuisinitidakberlakubagiKeluargaBesarPusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.

PERTANYAAN:Kami akan menunaikan haji tahun 2011

ini (1432 H). Sesuai dengan ketentuan yang ada kami diwajibkan untuk pemeriksaan kesehatantermasukimunisasimeningitis.Apakah memang kami diharuskan membayar untuk imunisasi tersebut yang katanyadigratiskanolehPemerintah.Kamidan saudara-saudara kami di daerah lain yang akan menunaikan ibadah haji juga dikenakan biaya antara Rp 230 ribu – Rp 280 ribuuntukkepentinganimunisasitersebut.Kami sudah membayar biaya haji sesuai dengan ketentuan Pemerintah, namun kami masihdibebanibiayaimunisasimeningitistersebut. Kami menanyakan apakah imunisasiitumemanggratisatauadapungutan oleh oknum kesehatan di daerah?

Dari seorang Calon HajiDi Daerah

JAWABAN:Sesuai UU Nomor 13 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan bagi jamaah haji. Tugas perlindungan tersebut diperkuat denganNotaDiplomatikKerajaanArabSaudiNo. 558/PK/VI/06/61 yang menyatakan setiapcalonjamaahhajiharusdiberikanimunisasi meningitis meningococcus untuk mendapatkan visa.

Kementerian Kesehatan telah meng-alokasikan dana untuk pengadaan dan distribusi vaksin meningitis meningo coccus pada 33 Dinas Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia sesuai data kuota calon jamaah haji per provinsi dari Kemen terian Agama. Kementerian Kesehatan telah membuat surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang menyatakan pelaksanaan vaksinasi meningitis meningo-coccus ACW 123Y bagi calon jamaah haji 2011tidakdikenakanbiaya(gratis).

Kementerian Kesehatan juga telah melakukan sosialisasi melalui media tentang

pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelaksanaan bagi calon jamaah haji di Pus-kesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Mengenai biaya yang dibebankan sebesar Rp 230-280 ribu, biaya tersebut bukan untuk biaya imunisasi karena imunisasi diberikan gratis.BiayatersebutmerupakankewenanganDinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai Pe-raturan Daerah (Perda) setempat untuk biaya pemeriksaan kesehatan penunjang sesuai dengan indikasi medik dan biaya vaksinasi in-fluenza.Vaksinasiinfluenzasangatdisarankannamun bukan program yang diwajibkan oleh Pemerintah.Vaksinasiinfluenzaakandikena-kan biaya sesuai dengan ketentuan Perda Kabupaten/Kota setempat.

Demikian jawaban kami dan semoga Anda dapat menunaikan ibadah haji dengan baik dan menjadi haji yang mabrur. Amin..

PTRC Kemenkes(kode lokal setempat) 500567

PENETAPAN PEMENANG MEDIA KUISEDISI 31 AGUSTUS 2011

Page 9: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 9

omisi Informasi Pusat (kIP Pusat) memberikan piagam penghargaan bagi 10 badan publik

terbaik dalam memberikan pelayanan informasi melalui situs. Acara pemberian penghargaan tersebut disampaikan ketua komisi Informasi Pusat, Abdul rahman Ma’mun pada diskusi publik memperingati hari “Hak untuk tahu” (International Right to Know Day) yang diperingati setiap tanggal 28 September.

Diskusi Publik mengambil tema “Respon Badan Publik pasca 1,5 tahun diberlakunya UU no.14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik”, sebagai implemantasi UU No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik, yang berlaku sejak tahun 2010.

Adapun 10 badan publik yang memperoleh penghargaan yakni; 1) kementerian komunikasi dan

Informatika, skor 68.0, 2) Kementerian Keuangan, skor 62, 3) Dewan Perwakilan Rakyat, skor 57, 4) Kementerian Perhubungan, skor 57.0, 5) Kementerian Pekerjaan Umum, skor 53.9, 6) Mahkamah Agung, skor 51.0, 7) Kementerian Pertanian, skor 51.0, 8) Kejaksaan Agung skor, 50.6, 9) Kementerian Kesehatan, skor 50.2, 10) kementerian kehuatanan, skor 49.4.

Penilaian Penghargaan ini dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria, yaitu : informasi terkait badan publik (profile, dsb), informasi terkait kegiatan dan kinerja badan publik, informasi mengenai laporan keuangan dan informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang—undangan.

Hak untuk tahu adalah hak asasi setiap warga negara telah dijamin konstitusi, tercantum pada pasal 28f UUD 1945, “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

Kementerian Kesehatan raih prediKat terbaiK KeterbuKaan informasi publiK

stoppress

informasi terpenuhi sejak berlakunya UU kIP.

Namun demikian, meskipun ada Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), keterbukaan tidak bisa dimaknai sebebas-bebasnya. Masyarakat harus tetap dalam koridor memperoleh informasi sejalan dengan aturan main yang ada. Dalam UU kIP disebutkan ada prosedur dan syarat untuk menjaga keterbukaan informasi publik.

Disamping itu, hendaknya badan publik memaknai keterbukaan informasi publik lebih dari kewajiban, melainkan kebutuhan dari setiap badan publik karena dengan menjalankan UU kIP, badan publik dapat mengekspos atau memberitahukan kepada publik apa yang sudah dikerjakan dan yang belum dikerjakan sehingga menjadi jelas.§

Dyah

K

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

ketua komisi Informasi Pusat, Abdul Rahman Ma’mun mengatakan “Hari Hak untuk Tahu” yang diperingati setiap tahun sekali harus dijadikan sebagai momentum refleksi atas jaminan hak memperoleh informasi. Sejauhmana hak publik mendapatkan

dr. murti utami, mph (empat dari kanan) menerima penghargaan dari Kip mewakili Kemenkes.

Page 10: Mediakom 32

stoppress

10 MediakoM No.32/oktober/2011

agi kementerian kesehatan, penghargaan ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri,

mengingat upaya yang dilakukan dalam mewujudkan struktur PPID

ini memakan waktu yang cukup lama. kemenkes selama ini dengan sangat intensif mendorong seluruh jajarannya untuk menjalankan filosofi keterbukaan informasi publik. oleh karena itu, pada tahun 2010, Struktur PPID telah disahkan melalui keputusan Menteri kesehatan rI.

bStruktur PPID kemenkes terdiri atas

PPID Pembina (Menteri kesehatan), PPID Utama (Sekretaris Jenderal), dan PPID Pelaksana yaitu para Sesditjen/Sesbadan dan PPID Pelaksana Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Unit Utama, serta Pusat komunikasi Publik selaku PPID Pelaksana Sekretariat

Page 11: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 11

menGabarKan KeterbuKaan

Jenderal. Dalam pelaksanaan tugasnya, PPID Utama dan PPID Pelaksana dibantu oleh para pelaksana tugas kehumasan atau penyedia informasi di unitnya masing-masing.

Hal ini merupakan bentuk komitmen yang patut dibanggakan bagi para pejabat di lingkungan

kementerian kesehatan, khususnya para pejabat eselon 1 dan 2. Di beberapa badan publik lain, pejabat tinggi (eselon 1 dan 2) masih belum bersedia menjadi PPID Utama, karena khawatir jika harus menghadapi masalah sengketa informasi dengan masyarakat. tingkat keresahan para

pejabat publik masih begitu tinggi, sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan struktur PPID yang mempengaruhi terlambatnya implementasi UU kIP.

tentu saja PPID kemenkes juga masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam memberikan pelayanan informasinya kepada publik. keterbatasan tersebut antara lain bervariasinya sikap Satker kemenkes yang masih harus diberikan pengertian mengenai pentingnya pemberian informasi kepada masyarakat. tingkat penolakan sebagian Satker terhadap UU kIP masih cukup besar, diperkirakan karena kekhawatiran pihak terkait mengenai data yang diminta. Misalkan rkAkL, DIPA, atau Laporan keuangan, yang bagi sebagian Satker adalah merupakan dokumen yang perlu dirahasiakan. Sekalipun, menurut UU kIP dan Surat edaran komisi Informasi, dokumen itu merupakan informasi terbuka.

Untuk itu PPID kemenkes terus menerus melakukan pembenahan secara internal terkait pelayanan informasi publik kepada masyarakat. Dengan niat baik untuk memberikan pelayanan informasi yang terbaik, khususnya di bidang kesehatan bagi masyarakat Indonesia, diharapkan pelaksanaan UU kIP dapat dijalankan tanpa hambatan yang berarti di masa depan. DIS

pojok informasi Kemenkes

Page 12: Mediakom 32

stoppress

12 MediakoM No.32/oktober/2011

ada hari Senin, 10 oktober 2011, dilakukan upacara pembukaan tentara Manunggal Membangun Desa

(TMMD) ke-87, di Lapangan Linggar Amer, kec. Linggang bigung, kutai Barat, Kalimantan Timur. Bertindak selaku inspektur upacara kasad Jend. TNI Pramono Edhie Wibowo. Dihadiri sejumlah undangan antara lain Gubernur Kaltim, Bupati Kutai Barat, Dirjen BUK mewakili Menkes, dan juga perwakilan dari Kemendiknas, kemenpu, kemenpora, kemendagri dan Kemenkop UKM. Upacara diikuti

para anggota tNI peserta tMMD, Polisi, Satpol PP, Pramuka dan pelajar.

Dalam upacara pembukaan tMMD, Dirjen bUk kemenkes, dr. Supriatoro, Sp.P mewakili Menkes menyerahkan bantuan berupa rS bergerak untuk TNI dengan penempatan di wilayah Sintang, kalbar yang berbatasan dengan Malaysia, Ambulans, dan obat-obatan untuk bakti TMMD. Disamping itu, diserahkan juga bantuan kemenkes untuk Propinsi Kaltim, berupa Puskesmasling air untuk wilayah pedalaman Kaltim dan ambulan darat untuk Puskesmas di perbatasan Malaysia.

Sasaran fisik TMMD di Kubar antara

plain melakukan pembuatan jalan di kampung Linggang Amer, rehabilitasi SDN 7 Kampung Mancong, Tanjung Isuy, rehabilitasi gereja katolik di kampung Long Apari, pembuatan saluran irigasi di kampung Saka tada, pembuatan MCk di Kampung Tanjung Haur, serta semenisasi di kampung Gunung rampah.

Sementara untuk kegiatan nonfisik, dilakukan penyuluhan kesadaran berbangsa dan negara, pembinaan UkM, Lalu Lintas, kesehatan dan juga bakti sosial kesehatan.

Kegiatan lain yakni bakti sosial kesehatan, meliputi operasi katarak gratis yang diikuti sekitar 100 warga miskin, khitanan massal yang diikuti

Page 13: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 13

Kiprah Kemenkes di tmmd Kubar

sekitar 200 anak dan pemeriksaan kesehatan gratis, yang berlokasi di lapangan Linggar Amer. Disamping itu tNI bekerja sama dengan kemenkes menggelar operasi bibir sumbing yang berlokasi di rS AD di balikpapan.

Kegiatan TMMD 87 bertujuan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dan mempercepat pembangunan desa. Dipilihnya kab. kubar sebagai tempat pembukaan tMMD, karena kabupaten itu merupakan daerah perbatasan yang perlu mendapatkan perhatian. TMMD sendiri serentak dilakukan di 61 kabupaten/kota, 81 kecamatan, 162 kelurahan/desa di Indonesia.§ Teguh

tni bersama Kemenkes menggelar bakti sosial

Page 14: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

14 MediakoM No.32/oktober/2011

MEDIA UTAMA

Saya mempunyai penyakit darah tinggi. Jika sedang kambuh, akan mempengaruhi

kegiatan sehari-hari, seperti susah tidur dan sakit kepala. berobat ke dokter, kemudian diberi obat penurun tekanan darah, tetapi saya menjadi ketergantungan. Jika obat habis, maka tekanan darah segara naik. Atas saran dari seorang relasi, saya menggunakan jamu dari Klinik Saintifikasi Jamu. Setelah menjalani selama 6 bulan, saya merasakan kemajuan dan tekanan darah cenderung stabil. Disamping itu, menurut saya jamu mempunyai efek samping yang sedikit, Tutur Joko Daryanto (56 th), Kemunung Rt 4 / Rw 02, Ngaryonyoso, Karanganyar.

Ditengah meroketnya harga obat, bagi orang miskin menjadi takut untuk berobat ke pelayanan kesehatan. Apalagi untuk penyakit tertentu seperti darah tinggi, dapat menyebabkan ketergantungan dan berdampak negatif pada kesehatan tubuh lainnya. Untuk itu, jamu layak menjadi alternatif.

Mengapa harus jamu? Menurut Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Taman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Jamu sebagai salah satu alternatif untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Disamping secara turun temurun dari dulu nenek moyang mencontohkan memelihara kesehatan dengan

jamu. Termasuk juga untuk mengobati. Budaya ini sebagai modal untuk mengembangkan jamu yang selama ini mulai terlupakan.

“Sesungguhnya Indonesia ini memiliki kekayaan yang luar biasa, namun belum terangkat secara ilmiah, artinya belum terdokumentasi dengan baik. Selama ini hanya dari mulut ke mulut, yang menyebakan tidak semua orang dapat membaca” tutur Indah.

Selain itu, Indonesia mempunyai 1248 suku dan sub suku dengan kearifan lokal ramuan-ramuan. Kekayaan yang luar biasa ini semestinya dapat menggugah kembali penggunaan jamu sebagai alternatif pelayanan kesehatan. Ternyata, jamu bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan,

MEMbUDAyAkAn MInUM JAMU

Page 15: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 15

tapi juga mendorong perekonomian mikro masyarakat dari rumah tangga dan suatu saat akan menjadi arus utama perekonomian. “ tahun 2009 Pak SBY pernah bilang bahwa jamu ini bisa menjadi arus utama perekonomian Indonesia”, ujar Indah.

Sekedar contoh; di Tawangmangu saja, selama ini petani lebih suka menanam yang cepat menghasilkan uang seperti menanam kol, daun bawang, dll. Dua bulan daun bawang sudah dapat dijual, tapi harganya berapa? Kadang sekilo cuma Rp 500,-. Kalau lagi bagus bisa dapat 4000, kalau hujan Rp 500,- saja. Ternyata tanaman obat seperti jahe, dalam 6 bulan sudah panen dengan harga mulai Rp 120.000-Rp 125.000 per kilo. Dulu jahe itu paling

hanya Rp 20.000,-. Karena masyarakat dan

industri membutuhkan dalam jumlah besar, sehingga jahe menjadi salah satu komoditi yang menjanjikan. Untuk hal ini, masyarakat ini perlu mendapat informasi. “Kadang-kadang masyarakat sebelum melakukan sesuatu pasti menanyakan untung saya apa? ”, kata Indah.

Menurut Indah, sebagian besar masyarakat tidak sabar menunggu 8-9 bulan, padahal tanaman jenis purwoceng, 1 Kg kering mencapai Rp 1 juta rupiah lebih. Selama ini purwoceng hanya tumbuh dipegunungan Dieng, ternyata di Tawangmangu dapat tumbuh juga. Kalau banyak masyarakat menanam, kemungkinan harganya jatuh. Untuk itu perlu dibentuk konsorsium bahan baku yang menjamin pembeli dari Pemerintah, seperti bulog.

Kepala Badan B2P2TO-OT ini juga menceritakan khasiat Stevia. Tanaman jamu untuk pemanis alami non kalori. Berbeda dengan pemanis yang di supermarket. Itu terbuat dari jagung dan masih menyisakan kalorinya. “Waktu itu saya ditantang pak Presiden, mengapa tidak memproduksi secara luas, supaya dapat membantu penderita Diabetes. Padahal hasil Riset kesehatan dasar menunjukkan prevalensi diabetes tinggi. Bahkan sekarang usia yang terkena diabetes semakin muda, seperti remaja”, ungkap Indah.

Atas dasar tantangan itu, belakangan ini Kementerian Kesehatan, dari Badan Litbang sudah kerjasama dengan Indofarma untuk pemandirian bahan baku artemisinin. Selama masih ini impor dari Vietnam dan India untuk anti malaria. Apalagi Malaria sekarang

prevalensinya masih tinggi. Artinya Kementerian Kesehatan telah mengambil tindakan nyata, dari pada terus impor, sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan.

Kepala B2P2TO-OT Tawangmangu, terus mendekati petani agar tetap sabar menanam jamu. Ia membina dengan mengadakan pertemuan sekali setiap dua bulan, memberikan benih, terkadang hadiah dan melakukan berbagai pendekatan dari hati ke hati. Ibu dua anak ini berharap, kelak petani dapat meningkat taraf hidupnya, termasuk bersedia menjual hasil panen jamunya ke Klinik Jamu Tawangmangu. Tapi apa dikata, setelah panen jamu, ada saja petani yang menjual hasil panen ke tempat lain, padahal hanya mengejar selisih harga Rp 50,-/ kg. Hal ini bukan untuk dikeluhkan atau disesali. Justru menjadi pendorong untuk membina petani lebih baik lagi.

“Dengan kesungguhan dan kesabaran untuk terus membina. Sekarang Al-hamdulillah, semua petani sudah memahami maksud dan tujuan pimbinaan yang dilakukan selama ini”. Ujar Indah.

Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari penyediaan bibit obat, pembinaan petani, pengembangan laboratorium, Klinik Jamu, penelitian dan sosialisasi maaf jamu. Disamping itu juga telah melakukan kerjasama dengan pabrik obat dan berbagai pihak terkait, guna melestarikan budaya minum jamu, sebagai pemeliharaan kesehatan yang mudah dan murah. Bila ini terus membudaya, maka jamu akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.§ Pra

Page 16: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

16 MediakoM No.32/oktober/2011

Petani kecil itu serba kecil. Mulai dari ladang, rumah, modal, pengetahuan dan keterampilan bertaninya juga kecil. Karena semua

kecil menyebabkan serba sulit. Mereka akan beranjak bangkit bila ada pihak lain yang ikhlas membantu. Mengapa harus ikhlas? Karena membantu orang sulit itu lebih sulit dibanding membantu orang yang mampu. Sebab itu selain ikhlas juga harus sabar, agar petani kecil yang kesulitan dapat menikmati “kemudahan dalam hidup”.

Harsono, PNS yang telah mengabdi 30 tahun membina petani kecil merasakan sulit dan getirnya petani sayur. Modal besar, tapi tak sebanding dengan harga jual hasilnya. “Apalagi bila sedang panen raya, seperti kol, wortel, harga jatuh. Tidak sebanding dengan tenaga memanennya, bahkan dikasihpun saya tidak mau”, ujar Harsono.

Untuk memberdayakan petani kecil ini, Ia sejak tahun 1995 telah mengarahkan petani menanam jamu, khususnya stevia. Harga tinggi dan pembeli tersedia yakni pabrik jamu sidomuncul. Tapi mulai tahun 2005 Stevia terkena virus tak menemukan terapinya, sekalipun para ahli pertanian sudah turun tangan. Akhirnya petani tanam sayuran kembali dan sering rugi lagi.

Rupanya Harsono tak putus asa, tahun 2009 meneruskan hobi lama menghimpun petani menanam

MEMbErDAyAkAn bIsnIs pETAnI JAMU

sangkoba, kumis kucing dan jamu lainnya. Secara berkala, 2 bulan sekali Ia mengumpulkan kurang lebih 30 petani di Aula Balai Besar Penelitian dan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah. Bersama tenaga ahli pertanian, biologi dan farmasi memberi penyuluhan tentang keuntungan menanam jamu. Mengatur jenis jamu yang di tanam, menjelaskan cara menaman, merawat, memanen dan mengolah pasca panen.

Diantara perawatan jamu yang harus mendapat perhatian yakni tanaman jamu tidak boleh dipupuk dengan menggunakan pupuk kimia atau obat kimia. Misal ada ulat yang memakan daun, maka ulat itu harus dibasmi, tanpa obat kimia.

“Untuk meringankan petani, B2P2TO-OT telah menyiapkan benih jamu. Petani cukup menyiapkan lahan kemudian menanam, merawat, panen berulang kali dan menjual ke klinik jamu dengan harga yang pantas. Tak perlu

beli bibit dan khawatir harga jatuh. Insya Allah lebih untung dari pada tanam sayur”, ujar Harsono.

Bagaimana menghitungnya ? Misal: lahan 200 meter, memerlukan

modal 250 ribu untuk membeli mulsa ( plastik penutup lahan agar tidak mudah tumbuh gulma) dan pupuk kandang 200 ribu. Lahan kerjakan sendiri agar lebih hemat. Kemudian tanam jamu tempuyeng, setiap 2 bulan panen. Jadi setahun 6 kali panen. Panen pertama rata-rata 100 kg. Harga per kg Rp 1500,-. Panen kedua, ketiga dan seterusnya akan meningkat produksinya, mungkin 125 kg atau 150 kg dan seterusnya. Bila rata-rata 100 kg/ panen, maka setahun 600 kg. Total penjualan 600 kg x Rp 1500,- minimal Rp 900.000,- Modal Rp 450.000. Jadi keuntungan minimal Rp 450.000,-.

Akan lebih untung lagi, bila ditanam secara tumpang sari dengan Sangkoba. Artinya, pada lahan tersebut, selain ditanam Tempuyeng, juga ditanam Sangkoba yang panen setiap 40 hari.

Page 17: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 17

Rata-rata produksi 100 kg/ panen, harga Rp 1500/ kg. Bila setahun 6 kali panen saja akan mendapat hasil Rp 900.000,-. Tanpa modal mengolah lahan dan membeli plastik. Sebab Sangkoba cara memanennya dicabut bersama akarnya. Kemudian ditanam lagi dengan menyebarkan benih kembali, lalu panen dan begitu seterusnya.

Awalnya memang sulit, sebab petani mempunyai sifat pragmatis, memilih yang mudah dan cepat, tapi tidak menghitung secara cermat. Setelah mendapat penjelasan yang berulang-ulang, akhirnya mereka memilih menanam jamu, sebab lebih untung, ujar Harsono.

Kini, para petani itu tetap setia menanam jamu dan menjualnya ke klinik jamu B2P2TO-OT. Secara perlahan mereka mulai merasa ada tempat mengadu, bertanya dan bercengkerama tentang jamu. Seiring dengan perbaikan infrastruktur, kebijakan bahan baku, cakupan pengguna jamu, lambat laun

akan memberdayakan masyarakat petani jamu untuk hidup lebih layak dan lebih sehat.

Sekalipun produk bahan baku sudah diperoleh dari petani jamu, tapi baru mencukupi untuk Klinik Jamu B2P2TO-OT, belum mampu mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan yang lain. Jawa Tengah saja masih kurang apalagi untuk mememuhi kebutuhan luar Jawa tengah. Sementara animo masyarakat untuk menggunakan jamu semakin meningkat, bukan hanya Jawa

Tengah, tapi juga di luar Jawa Tengah, ujar dr. Danang Pengelola Klinik Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu.

Berdasarkan informasi di atas, jelas akan membutuhkan bahan baku jamu terstandar secara besar. Masih banyak peluang bagi petani untuk menanam jamu dan pengusaha memproduksi jamu. Jadi dengan besarnya animo masyarakat menggunakan jamu, maka peluang bisnis tanaman jamu cukup menjanjikan. Anda berminat menanam jamu?§ Pra

Harsono, salah satu petani Jamu di Tawangmangu

Ladang tanaman obat milik petani di Tawangmangu

Page 18: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

18 MediakoM No.32/oktober/2011

Alwan Efendi, kakek berumur 76 tahun, pernah terkena serangan stroke tahun 2008. Akibatnya sering kejang otot dan

kram pada kaki kiri, pegal disekujur tubuh sebelah kiri dan kesulitan untuk berjalan. Setelah minum jamu selama

MEncETAk DokTEr JAMU

4 bulan kesehatannya membaik, tidak lagi mengalami kejang otot, jarang kram dan berjalan lebih lancar. Hal ini disampaikan kakek dari Nambangan, Selogiri, Wonogiri ini kepada Klinik Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu beberapa waktu yang lalu.

Masih banyak kisah sukses pengguna jamu, tapi tak semua orang menyakini, sehingga mau menggunakan jamu. Keraguan seperti ini tentu hal yang wajar. Sebab bagi kalangan medis, selain bukti testimoni, juga masih memerlukan bukti ilmiah. Nah untuk menjawab keraguan, maka diperlukan penelitian jamu berbasis pelayanan. Bagaimana kisahnya...?

Saat ini umumnya, tenaga dokter konvensional memahami medis ala Barat, sama sekali belum mengenal pengobatan ala Timur, misalnya menggunakan jamu. Seperti yang dilakukan pada Klinik Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu dan Griya Sehat Kabupaten Kendal. Agar dokter konvensional memiliki pemahaman yang utuh tentang jamu, harus mengikuti Diklat jamu yang diselenggarakan Badan Litbangkes

Kementerian Kesehatan RI.“Saya sebagai dokter konvensional

awalnya ragu dan skeptis tentang jamu, tapi setelah mengikuti pelatihan saintifikasi jamu selama 50 jam dan melaksanakan penelitian berbasis pelayanan menjadi yakin, bila jamu mempunyai khasiat, manfaat dan aman”, ujar dr. Supriadi peserta Diklat jamu angkatan pertama.

Kini, sudah tiga angkatan Diklat jamu dengan total alumni 90 dokter. Mereka telah memperoleh materi tentang aspek legal, metologi penelitian, diagnostik, farmakodinamik dan praktek lapangan dari Dewan dosen kepakaran masing-masing. Untuk praktek lapangan peserta mendapat pengalaman baru bagaimana cara menanan jamu, merawat tanaman jamu, memanen dan mengolah pasca panen, uji laboratorium, formulasi ramuan dan pelayanan pada Klinik Jamu

dr. Danang Ardiyanto, kepala Klinik Jamu B2P2TO-OT

Page 19: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 19

Tawangmangu. Menurut dr. Danang Ardiyanto

Anggota Dewan Dosen Praktek Lapangan, setelah lulus Diklat jamu, para dokter akan mendapat sertifikat kelulusan dari Badan Litbangkes, Sertifikat Kopetensi dari Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Pusat, Surat Bukti Registrasi (SBR) dari Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan Surat Tugas (ST) dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat. Khusus SBR mempunyai masa berlaku 5 tahun dan ST masa berlakunya satu tahun.

Untuk lima tahun ke depan Badan Litbangkes mencanangkan 25 formula penelitian. Untuk tahun 2011 ditetapkan 4 formula penelitian yakni Kolesterol, Diabet, Asam Urat dan Darah Tinggi. Ke empat formula tersebut didasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh dokter seluruh Indonesia yang menghasilkan 4 besar penyakit, seperti disebutkan di atas.

Dalam formula penelitian juga telah ditetapkan berbagai aturan sehingga hasil penelitian tidak bias. “Untuk itu, bahan telah distandarisasi oleh Klinik Jamu Tawangmangu, kemudian didistribusikan ke 18 puskesmas penyelenggara penelitian jamu berbasis pelayanan”, kata dr. Danang.

Dari seluruh puskesmas penyelenggara penelitian telah diperoleh target 500 sampel dengan 125 sampel Kolesterol, 125 sampel Diabet, 125 sampel Asam Urat dan 125 sampel Darah Tinggi. Seluruh pasien yang menjadi sampel penelitian tidak dikenakan biaya, bahkan mendapat biaya bahan kontak Rp 50.000 setiap kunjungan ke puskesmas.

Menurut dr. Danang, saat ini sudah terbentuk kelompok kerja yang membicarakan body of knowledge tentang jamu. Sehingga dapat dibuktikan bahwa jamu, selain dapat menyembuhkan penyakit juga dapat

meningkatkan kebugaran tubuh.Hasil seluruh penelitian jamu

berbasis pelayanan rencana akan di Launching pada saat pertemuan pengobatan tradisional Asia, akhir Oktober 2011 di Tawangmangu, yang akan di hadiri peserta dari Negara Asean dan Presiden RI, kata Kepala B2P2TO-OT Tawangmangu Indah Yuning Prapti, SKM,M.Kes.

Sekalipun demikian, masih banyak tantangan menghadang didepan mata, seperti mewujudkan animo masyarakat akan kebutuhan jamu. Sementara kamampuan penyediaan bahan baku dan dokter jamu yang masih terbatas. Sedangkan Kemeterian Pertanian masih fokus pada penyediaan tanaman pangan. Untuk itu dibutuhkan kerjasama semua pihak, baik lintas program maupun lintas sektor untuk memenuhi animo masyarakat akan jamu yang semakin besar. Mampukah?§ Pra

Indah Yuning Prapti, SKM,M.Kes. Kepala B2P2TO-OT Tawangmangu. Sedang menyaksikan tanaman obat pasca panen.

Page 20: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

20 MediakoM No.32/oktober/2011

Jamu merupakan warisan nenek moyang sebagai salah satu alternative untuk memelihara kesehatan secara turun temurun sebelum

kemudian untuk mengobati penyakit. Merupakan salah satu modal untuk mengembangkan jamu yang selama ini mulai terlupakan. Filosofi yang lain sesunggunya di Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa namun belum terangkat secara ilmiah, belum terdokumentasi dengan baik. Selama ini informasi khasiat jamu hanya dari mulut ke mulut, ujar Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) kepada Mediakom.

Sekitar 30 ribu tanaman obat tumbuh subur di Indonesia dan sekitar 9 ribu diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Sayang sekali, sangat sedikit pemanfaatan

MEnGUrAnGI kETErGAnTUnGAn IMpor bAHAn bAkU obAT

jamu berdasarkan kajian ilmiah (evidence based).

Di Indonesia juga mempunyai banyak kearifan lokal ramuan obat tradisional. Di Jawa Tengah untuk mengobati malaria menggunakan ramuan daun johar dicampur kwalot/buah Makassar. Di Manado menggunakan buah sirih dicampur miama, sedangkan di Nusa Tenggara Timur menggunakan brotowali.

“Untuk mengekplorasi kearifan lokal ramuan obat tradisional tersebut, pada tahun 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan cq Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) akan menyelenggarakan riset khusus Nasional tanaman obat berbasis komunitas”, Indah Yuning Prapti menambahkan.

Tetapi di balik itu, masih banyak dibutuhkan riset-riset untuk menunjang pengembangan obat tradisional. Misalnya riset tentang

bagaimana budidaya tanaman obat yang memenuhi standar good agricultural practices (GAP), sehingga menghasilkan tanaman obat yang terstandar. Dengan demikian ditanam di mana pun, hasilnya sama. Hal ini perlu karena ada jenis tanaman obat tertentu yang hanya bisa ditanam di tempat itu saja, sedangkan ditempat lain tidak bisa. Contohnya, pasak bumi, hanya tumbuh subur di Kalimantan. Purwoceng (bahan baku obat untuk meningkatkan stamina) hanya bisa tumbuh subur di dataran tinggi Dieng dan Tawangmangu.

Selain itu, penelitian juga perlu diarahkan seperti halnya pada obat konvensional. Misalnya pada kasus orang alergi terhadap meniran, harus dilakukan penelitian untuk mencari tanaman obat yang khasiatnya sejenis, ujar Indah Yuning Prapti.

Menurut Kepala B2P2TOOT, masih banyak tantangan yang dihadapi untuk pengembangan obat tradisional di

Page 21: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 21

Indonesia. Tanaman obat belum terstandar,

solusinya harus dilakukan kerja sama dengan Pemda dan para petani untuk menanam tanaman obat. Memang tidak mudah tetapi harus dimulai dalam skala kecil dahulu (small scale) dahulu. Begitu petani merasakan untung menanam tanaman obat bila dibandingkan dengan menanam sayuran , maka mereka mau menanam tetapi juga harus ada yang menampung/membeli. Sedangkan Pemda terus melakukan pembinaan agar hasil tanaman obat para petani terstandar dengan baik.

Riset untuk mendukung khasiat, keamanan dan mutu perlu ditingkatkan, misalnya dilakukan secara terpadu dengan lembaga riset yang lain. Tidak cukup kalau hanya dilakukan Badan Litbangkes Kemenkes. Contoh, untuk standarisasi sambiloto dan rempah-rempah harus dilakukan Balai Tanaman Obat Tradisional

Kementerian Pertanian (Kementan). Saat ini peluang itu sudah terbuka, karena secara ex opisio Kepala B2P2TOOT menjadi Sekjen Kelompok Kerja Tanaman Obat Asli Indonesia yang keanggotaannya adalah pakar masing-masing lembaga.

Regulasi dalam pelayanan kesehatan untuk memanfaatkan jamu. Regulasinya di Rumah Sakit ada instalasi tenaga farmasi dan tenaganya, tetapi jamu belum masuk Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), mestinya harus mempunyai Daftar Jamu Esensial Nasional (DJEN). Jadi kalau sudah ada DJEN, dokter pun mau meresepkan jamu.

Pengembangan dokter Saintifikasi Jamu, sekarang baru 90 dokter yang telah mendapat pelatihan Saintifikasi Jamu, padahal Puskesmas di seluruh Indonesia saat ini jumlahnya sudah mencapai 9.005 unit.

Perlu dikembangkan Fakultas atau Diploma Obat Tradisional. Pada bulan

Oktober ini kalau tidak ada halangan, Poltekkes Solo akan membuka D3 Herbal. Kemudian ada S2 Herbal di MIPA-UI, tetapi pesertanya bukan dokter. Sedangkan di China, sudah ada Fakultas Kedokteran yang memberikan mata pelajaran Pengobatan Tradisional. Setelah menyelesaikan Sarjana Kedokteran, dibagi dua jurusan yaitu Sarjana Kedokteran Konvensional dan Sarjana Kedokteran Tradisional

MengurAngI KeTergAnTungAn BAHAn BAKu

ternyata tanaman obat itu promising untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Contohnya jahe, beberapa bulan yang lalu harganya 125 ribu rupiah per kg kering, padahal sebelumnya harganya paling tinggi 20 ribu rupiah. Hal ini terjadi karena masyarakat dan industri membutuhkan jahe yang luar biasa banyak sehingga jahe

Page 22: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

22 MediakoM No.32/oktober/2011

merupakan komoditi yang sangat menjanjikan. Namun masyarakat perlu diberikan sosialisasi. Kadang-kadang petani tidak tahu apa untungnya menanam jahe. Inilah pentingnya pembinaan oleh instansi terkait di bidang pertanian. Satu contoh lagi Purwoceng, tanaman yang hanya tumbuh subur di dataran tinggi Dieng, tetapi di Tawangmangu juga bisa hidup. Harga per kilogram kering bisa mencapai satu – satu setengah juta rupiah, tetapi petani tidak sabar karena waktu panenya lama, 9 bulan.

Contoh lain, misalnya stevia (pemanis non kalori) memang tanaman introduksi (tanaman dari Negara lain ) tetapi dapat diadaptasikan di Tawangmangu. Petani sudah bersedia menanam stevia dan sudah ada industri yang membeli, tetapi jumlahnya masih kurang.

Stevia digunakan untuk mengobati diabetes, ini penting karena diabetes menurut Riskesdas 2010 kasusnya di Indonesia cukup tinggi. Bahkan umur penderitanya semakin muda, sehingga stevia mempunya pasar sendiri yang bagus, daripada impor aspartame dari Amerika. Baru-baru ini Badan Litbangkes bekerjasama dengan PT Indofarma untuk kemandirian bahan baku artemisinin yaitu bahan baku obat anti malaria, yang selama masih impor dari Vietnam dan India. Malaria di Indonesia prevalensinya cukup tinggi.

Sehingga dengan budidaya artemisinin, dapat mengurangi impor sedikit demi sedikit, walaupun untuk itu diperlukan modal terlebih dahulu. Di samping itu, masih dibutuhkan lahan ribuan hektar untuk melayani kebutuhan industry karena malaria juga masih endemis di Indonesia.

TIgA MAnfAAT Tanaman obat tradisional

mempunya 3 pathway (kemanfaatan). Satu untuk bahan baku obat modern setelah diisolasi. Kedua, masyarakat Indonesia hampir 90% suka ramuan jamu. Jamu itu untuk pemeliharaan kesehatan (promotif dan preventif), sesuai dengan prioritas Kementerian

Kesehatan. Kalau minum jamu beras kencur, kunyit asem dan jahe sudah menjadi tradisi seperti minum kopi atau teh , bisa dibayangkan dimana-mana akan berdiri pabrik minuman tradisional. Dengan demikian, kebutuhan akan bahan baku jamu tersebut akan meningkat tajam, sehingga petani tidak tergantung pada tanaman pangan saja.

Ketiga, fox tradisional medicine seperti jamu gendong perlu dilestarikan. Kendati sudah ada Saintifikasi Jamu yang sudah ilmiah, jamu gendong tidak boleh dilupakan. Perlu pembinaan kepada penjual jamu gendong,agar dapat menghasilkan jamu gendong yang berkhasiat dan aman.

MAcAM-MAcAM ISTILAH. Mungkin juga jamu belum popular

karena macam-macam istilah yang digunakan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memakai istilah Herbal Medicine, ASEAN menggunakan istilah Tradisional Medicine, tetapi Indonesia menggunakan istilah jamu. Tradisional Medicine Indonesia is Jamu, kata Indah Yuning Prapti. “ Siapa pun, kalo kita halo-halo ke luar negeri sudah menggunakan istilah jamu. Orang luar negeri juga sudah tahu, kalau jamu itu dari Indonesia. Kalau dulu hampir

diklaim kepunyaan Malaysia”, ujar Kepala B2P2TOOT.

PerSIAPAn ASeAn cOnference InTernASIOnAL TrADISIOnAL MeDIcIne.

Tugas Indonesia dalam International Conference ASEAN Traditional Medicine, ada dua. Pertama, adalah sebagai model integrasi pelayanan jamu dalam system pelayanan formal. Jadi Indonesia menjadi model Integrited tradisional medicine in to health care system. Kedua, menjadi model medicional plan garden kebun tanaman obat, yaitu integrasi kebun tanaman obat, pemberdayaan masyarakat, proses produksi jamu dan pelayanan jamu di klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus”.

Kebun penelitian, kebun produksi, Etalase Tanaman Obat , laboratorium dan klinik sudah siap. Model pemberdayaan rumah tangga dalam menanam tanaman obat juga sudah siap sesuai dengan kemampuannya. Bahkan ada kampung tanaman obat berorientasi Saintifikasi Jamu. B2P2TOOT telah bekerja sama dengan kelompok tani mengembangkan tanaman obat. Benih disediakan B2P2TTOT, setelah panen hasilnya harus dijual ke B2P2TOOT, ini juga sudah berjalan.§

Jamu siap digunakan

Page 23: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 23

Serombongan ibu-ibu PKK Colomadu, berkaos biru, tampak sumringah dan berkali-kali berdecak kagum “iki apik banget” dengan logat jawa yang medok. Mengomentari setiap menyaksikan bunga nan indah, pohon yang lucu dan tanaman yang tertata rapi. Terkadang mereka terbengong

khusu’ mendengarkan penjelasan pemandu wisata jamu. Sampai teman dibelakang menepuk pundak “ Heh ayo jalan, bengong saja”.

Sementara Kepala B2P2TO-OT, Indah Prapti Yuning melihat dari kejauhan, gerak girik para wisatawan jamu yang sedang berada di Etalase Taman Obat. Apalagi saat mereka tertawa ria, sambil bergaya diatas jembatan buatan. Ada nenek yang bergaya seperti remaja, lalu

berteriak foto dong... foto dong...pret...pret, suara tustel berbunyi, horee... teriak mereka gembira. Tukang batupun asik mengerjakan jembatan yang masih setengah jadi. “Bagaimana kalau jembatan itu runtuh, kasihan sama ibu-ibunya”, kata Indah sambil terheran-heran.

Ternyata, keheranan Indah belum usai. Ada buah tanaman yang sudah mulai matang juga raib, setelah berlalunya para wisatawan jamu tersebut. Maklum buah tersebut warnanya merah unik dan rasanya manis, tentu sangat menggemaskan. Setiap orang yang memandang pasti ingin mencobanya. Wajar, bila serombongan ibu-ibu PKK pun akhirnya juga mencoba.he..he..he..manis lho..

Ayo WIsATA JAMU

Ibu-ibu PKK colomadu sedang menyimak penjelasan pemandu wisata jamu.

Page 24: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

24 MediakoM No.32/oktober/2011

Setelah capek berkeliling dan berfoto ria, mereka berobat ke Klinik Jamu. Ada yang berobat untuk dirinya, tapi ada yang membeli jamu untuk orang tua dan saudara. “ Wisata ke kebun jamu membuat sehat mata untuk memandang, sehat tubuh dapat membeli jamu yang murah dan sehat pula hatinya, mengagumi ciptaan Yang Maha Kuasa”, kata salah seorang peserta wisata.

Kebun koleksi seluas 3 hektar yang dirintis sejak tahun 1948 itu berada persis di pinggir jalan raya, berketinggian 1200 meter dari permukaan laut, di kawasan

Page 25: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 25

Tawangmangu. Lebih dari 950 species tanaman terkoleksi, termasuk koleksi dari luar negeri dengan tampilan nan elok, artistik dan menarik.” Rasanya ingin berlama-lama menikmati”, kataku dalam hati.

Selain etalase jamu, masih banyak tempat wisata jamu yang siap menyejukkan mata dan mengurai kekaguman. Yakni Tlogo Dlingo, pegunungan seluas 13 hektar berada di lereng gunung Lawu dengan ketinggian 1700-1800 meter di atas permukaan laut. Berpanorama cantik, perpaduan bukit dan lemah yang serasi. Sangat cocok untuk tanaman jamu dataran tinggi dan tanaman obat Gunung Lawu. Tersedia pula track dan areal outbond.

Pertengahan September 2011,

merupakan kesempatan ke dua kalinya mengunjungi Tlogo Dlingo. Ternyata sedang bagus-bagusnya. Seluruh bukit sedang penuh tanaman jamu yang siap panen. Apalagi Artemesia annua, tanaman obat anti malaria tumbuh subur memenuhi lereng bukit. Untuk menikmati tanaman ini, dapat mengitari jalan setapak yang terbuat dari batako merah tersusun rapi dan bersih.

Pada puncak bukit, ditanami jamu bernama purwoceng. Sejenis tanaman jamu yang dapat meningkatkan stamina. Bentuknya kecil dan pendek. Ia hannya tumbuh di Tlogo Dlingo Tawangmangu dan pegunungan Dieng. Siap panen setelah berumur 7-8 bulan. Harga jual 1kg kering Rp 1.500.000,-.

Selain mengunjungi kebun jamu,

wisatawan dapat pula mengunjungi Klinik Jamu, sekaligus berobat, konsultasi dengan dokter jamu dan mendapat ramuan jamu asli, berkhasit, penuh manfaat. Dapat juga menikmati wisata ilmiah dengan mengunjungi instalasi benih dan pembibitan jamu, isntalasi adaptasi dan pelestarian, instalasi pasca panen, laboratorium sistematika tumbuhan, laboratorium hama dan penyakit tanaman, laboratorium Galenika dan laboratoriun penelitian jamu lainnya.

Wisatawan juga dapat mengenali berbagai macam jenis jamu yang disajikan secara audio visual dalam mini teater, membeli berbagai perelengkapan rumah tangga seperti minyak atsiri, jamu instan, lilin aromaterapi, sabun, lulur, mangir dan lain-lain. Harga ditanggung murah, meriah dan berhasiat.

Bagi yang berminat untuk berwisata dapat mengunjungi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal ( B2P2TO-OT) Tawangmangu. Jalan Raya Lawu No. 11 Tawangmangu Karangannyar, Jateng. Tlp.0271-697010 atau wesite:www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id.§ Pra

Karyawan B2P2TO-OT sedang merawat tanaman obat.

Page 26: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

26 MediakoM No.32/oktober/2011

Di tengah-tengah kesulitan, pasti ada kemudahan. Pepatah ini lebih tepat untuk menggambarkan kondisi Indonesia dalam

menghadapi sulitnya bahan baku obat dan gempuran obat tadisional asing ke Indonesia. Saat ini hampir 95 persen bahan baku obat masih diimpor, sementara obat tradisional dari China dan Malaysia membanjiri pasar Indonesia. Akibatnya, pasar obat tradisional Indonesia makin terjepit dan harga obat Indonesia semakin mahal.

Kondisi ini bertambah parah, karena pemanfaatan jamu belum bisa diterima luas di kalangan medis karena minimnya hasil-hasil penelitian yang mendukung data/informasi efektivitas dan keamanan jamu.

Padahal Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil tanaman

pEMbUkTIAn ILMIAH UnTUk MEnJAMIn MUTU DAn kHAsIAT JAMU

obat terbesar di dunia karena 30 ribu tanaman obat tumbuh subur di tanah air.

Di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TTOT) Tawangmangu dengan lahan sekitar 15 hektar, memiliki sedikitnya 950 spesies tanaman berkhasiat obat. Baik untuk bahan baku obat tradisional maupun bahan baku obat modern. tetapi di balik kedigdayaan tanaman obat, obat tradisional khususnya jamu yang merupakan warisan nenek moyang sejak beratus-ratus tahun yang lalu belum mampu menjadi tuan di negeri sendiri.

Dengan penduduk 230 juta jiwa, Indonesia adalah pangsa pasar obat yang besar. Indonesia harus bangkit memanfaatkan tanaman obat yang melimpah ruah ini untuk kesejahteraan

masyarakat. Menurut Kepala B2P2TOOT Badan

Litbangkes Kementerian Kesehatan, Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes, terdapat beberapa kendala mengapa obat tradisional Indonesia belum berkembang seperti yang diharapkan. Pertama, tenaga medis yang memiliki keahlian mendiagnosis pasien belum percaya terhadap khasiat jamu karena minimnya data/informasi pendukung tentang efektivitas dan keamanan jamu. Tetapi hal ini bukan kesalahan tenaga medis, karena di bangku kuliah mereka hanya mendapatkan pelajaran kedokteran barat (baca : konvensional). Kedokteran konvensional umumnya, dalam mengobati pasien berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Sementara, khasiat dan mutu obat tradisional masih berdasarkan bukti-bukti emperis.

Kedua, tanaman obat belum menjadi

Karyawan mengolah jamu pasca panen.

Page 27: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 27

prioritas pengembangan, karena masih fokus pada tanaman pangan. Sehingga petani tanaman obat seolah-olah tidak mempunyai masa depan yang cerah, secerah petani tanaman pangan. Petani tanaman obat tradisional tidak bergairah, produksinya tidak mencukupi kebutuhan pasar dan mutunya pun belum terstandar.

Saintifikasi JamuDi tengah-tengah kebutuhan obat

yang semakin meningkat dan potensi tanaman obat yang dimiliki Indonesia, jamu harus masuk dalam pelayanan kesehatan formal. Juga dalam rangka mengantisipasi persaingan global di bidang jamu dan tersedianya jamu yang aman, memiliki khasiat nyata dan teruji secara ilmiah, Kementerian Kesehatan membuat terobosan baru. Terobosan baru itu namanya Santifikasi Jamu yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 003/MENKES/PER/I/2010. Tetapi terobosan yang diinisiasi Kementerian Kesehatan ini belum cukup, kata Indah Yuning Prapti menambahkan. Tidak cukup kalau hanya dilaksanakan di B2P2TOOT Tawangmangu saja, tetapi juga harus dikembangkan di daerah-daerah lain, karena tiap-tiap daerah mempunyai kearifan lokal tanaman obat yang luar biasa banyaknya. Selain itu, kebijakan ini juga harus didukung oleh instansi-instansi terkait lainnya dan masyarakat pada umumnya. Instansi-instansi terkait

tersebut antara lain Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat pada umumnya.

Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu program terobosan ini pada tanggal 6 Januari 2010 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,Dr. PH meluncurkan Program Saintifikasi Jamu bersamaan dengan pencanangan Pencatatan Kematian di 8 provinsi bertempat di Kendal Jawa Tengah.

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan Saintifikasi Jamu, Menkes juga telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1334/MENKES/SK/IX/2010 tentang Komisi Nasional (Komnas) Saintifikasi Jamu. Anggota Komnas Saintifikasi Jamu terdiri unsur Kementerian Kesehatan, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi (Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi), Badan Pengawas Obat dan Makanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Gabungan Pengusaha Jamu dan Rumah Sakit.

Komnas Saintifikasi Jamu antara lain mempunyai tugas menyusun pedoman nasional pelaksanaan saintifikasi jamu. Mengusulkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) bahan jamu,

khususnya segi budi daya, formulasi, distribusi dan mutu serta kemanan yang layak digunakan untuk penelitian. Melakukan koordinasi dengan peneliti, lembaga penelitian dan universitas serta organisasi profesi dalam dan luar negeri, pemerintah maupun sawsta di bidang produksi jamu. Membentuk jejaring dan membantu peneliti dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya yang melakukan praktik jamu dalam seluruh aspek penelitiannya. Membentuk forum antar tenaga kesehatan dalam saintifikasi jamu. Melakukan pendidikan berkelanjutan meliputi pembentukan dewan dosen, penentuan dan pelaksanaan silabus dan kurikulum serta sertifikasi kompetensi. Memberikan rekomendasi perbaikan dan berkelanjutan program Saintifikasi Jamu kepada Menteri, dan lain-lain.

Indah Yuning Prapti yang juga menjabat Anggota Bidang Pra Pelayanan (Ketersediaan, Kontiunitas Bahan Uji dan Distribusi Komnas Jamu kepada Mediakom di Tawangmangu baru-baru ini mengatakan , dalam Saintifikasi Jamu semua jamu yang dibutuhkan dalam penelitian disediakan oleh B2P2TTOT secara gratis, meliputi empat formula yaitu jamu untuk darah tinggi, diabetes, asam urat dan kolesterol. Hasil dari penelitian dokter Saintifikasi Jamu ini menurut rencana akan dilaunching pada akhir Oktober atau awal November 2011

Page 28: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

28 MediakoM No.32/oktober/2011

bersamaan dengan diselenggarakannya ASEAN Traditional Medicine di Solo, Jawa Tengah. Dikatakan, kalau untuk memenuhi kebutuhan jamu di sarana kesehatan formal di Jawa Tengah, B2P2TOOT masih mampu menyediakannya. Namun kalau penggunaan jamu untuk pengobatan di fasilitas kesehatan formal akan diperluas ke seluruh tanah air, maka perlu dikembangkan sentra-sentra pengembangan obat tradisional di daerah-daerah. Untuk itulah dukungan dan peran serta lintas sektor lain termasuk swasta sangat diperlukan, karena untuk masalah penyediaan bahan baku jamu yang notabene berasal dari tanaman bukan tugas pokok dan fungsinya Kementerian Kesehatan.

Pihak Kementerian Kesehatan sudah melakukan audiensi ke Kementerian Pertanian tentang bagaimana upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk penyediaan bahan baku jamu. Sementara ini Kementerian Pertanian masih fokus pada tanaman pangan, sedangkan tanaman obat belum menjadi prioritas. Karena Kemenkes berinisiatif menggalakkan penggunaan jamu , maka mau tidak mau, suka tidak suka Kemenkes melalui B2P2TOOT Tawangmangu menyiapkan bahan baku tanaman obat ini.

Untuk ke depan, ada wacana yang membahas wadah semacam Badan

Urusan Logistik Jamu , yaitu semacam badan penyangga yang menampung dan membeli bahan baku jamu untuk keperluan nasional, sehingga petani-petani mau menanam bahan baku obat tradisional sehingga secara tidak langsung pendapatan para petani meningkat dan kebutuhan bahan obat dapat terpenuhi.

dr. Danang Ardiyanto, salah seorang anggota Dewan Dosen Saintifikasi Jamu di B2P2TOOT, mengatakan “karena konsep Saintikikasi Jamu masih dalam ranah penelitian, dibutuhkan multi senter atau banyak tempat untuk melakukan penelitian penggunaan jamu secara bersama-sama”.

Sebelum melakukan penelitian, para dokter Puskesmas Karang Anyar dan Kendal yang akan melakukan penelitian diberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat) Saintifikasi Jamu . Saat ini B2P2TOOT telah melakukan 3 kali pelatihan Santifikasi Jamu pada masing-masing angkatan diikuti 30 dokter. “ Jadi sekarang sudah mempunyai 90 dokter yang telah dilatih Santifikasi Jamu”, tambah dr. Danang.

Sedangkan untuk melakukan pelayanan, diperlukan koordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai wadah organisasi para dokter. Bahkan telah ditandatangani MoU atau Kesepakatan Bersama antara Komnas Saintifikasi Jamu dengan Ketua Umum

IDI dr. Prijo Sidipratomo,Sp. Rad (K). Hal ini diperlukan karena sesuai Undang Undang Praktik Kedokteran bahwa dokter dalam memberikan sesuatu khususnya obat kepada pasien harus berdasarkan golden standar. Jadi harus berdasarkan evidencebase medicine, padahal untuk jamu belum banyak bukti-bukti pendukung ilmiahnya. Justru melalui Saintifikasi Jamu ini tujuannya untuk mendapatkan bukti-bukti ilmiah tersebut. Tetapi dokter juga perlu diberikan perlindungan dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar tidak dituduh melakukan malpraktik.

Setelah mengikuti pelatihan, dokter-dokter tersebut memperoleh surat kompetensi dari IDI sebagai persyaratan untuk memperoleh Surat Bukti Registrasi (SBR) yang dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Jadi SBR adalah surat ijin bagi dokter Saintifikasi Jamu untuk menjalankan penelitian penggunaan jamu kepada pasien di Puskesmas.

Kemudian dengan SBR, ditambah Surat Tanda Registrasi yang telah dimiliki dokter mengajukan ijin ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan surat tugas. Jadi dokter Saintifikasi Jamu mempunyai dua surat ijin praktik, yaitu Surat Ijin Praktik yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan Surat Tanda

Tenaga kesehatan mengolah jamu dalam kemasan khusus.

Page 29: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 29

Registrasi (STR) yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk menjalankan praktek konvensional, dan Surat Tugas berdasarkan SBR dan Surat Kompetensi yang dikeluarkan IDI untuk menjalankan praktik Saintifikasi Jamu.

Menurut dr. Danang, berdasarkan laporan para dokter peneliti Saintifikasi Jamu hampir 80 persen pasien ingin melanjutkan pengobatan dengan jamu. Hal ini menjadi penting,karena animo masyarakat sangat besar terhadap jamu. Tetapi ada beberapa hambatan bagaimana penyediaan bahan baku selanjutnya bila jamu akan digulirkan secara luas ke seluruh Indonesia. Tidak mungkin B2P2TTOT Tawangmangu mengampu semuanya.

Menurut dr. Danang, materi pelatihan dibagi dalam beberapa blok, pertama medico etiko legal, kedua tentang penelitiannya karena mereka dokter umum sehingga perlu dilatih untuk melakukan penelitian. Kemudian, blok diagnosis, karena dalam Saintifikasi Jamu akan memberikan sentuhan yang berbeda dibandingkan dengan pengobatan konvensional. Jadi penilaiannya lebih mendalam. Kemudian blok terapi, dasarnya karena mereka dokter umum pendidikannya western medicine untuk memberikan jamu harus diberikan pengetahuan, filosofi jamu dan sebagainya. Pengajarnya adalah dewan dosen yang merupakan kumpulan dari

pakar-pakar dari seluruh Indonesia, berbadasarkan blok. Untuk blok etiko medico legal meliputi masalah hukum, perijinan dan sebagainya dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Blok penelitian, selain dari Badan Litbangkes, juga dari Universitas-universitas seperti FK UGM, IDI, FK-Unair, dan lain-lain.

Untuk diagnosis menggunakan jamu, yang diukur dengan penggunaan jamu selain efikasi/ manfaat penyembuhan sakitnya, juga bagaimana meningkatkan kebugaran, sehingga ke depan akan terbentuk mengenai ilmu jamu. Contohnya, diagnosis masuk angin. Di kedokteran konvensional tidak ada, tetapi kalau ditanyakan kepada pasien yaitu sekumpulan gejala seperti kembung, diare, dan panas tenggorokan. Untuk itu BBTTOT sedang membentuk working grup untuk membangun bodi of knowledge mengenai jamu.

Empat formulaPada tahun ini, Saintifikasi Jamu

yang dijalankan meliputi 4 formula/jamu yaitu jamu untuk hipertensi, Diabetes Melitus, asam urat dan hiperkolesterol. Sebelum dilakukan pemilihan 4 formula sudah dilakukan penelitian oleh Badan Litbangkes tahun lalu. Karena Saintifikasi Jamu dalam ranah penelitian, otomatis bahan yang digunakan harus terstandar. Semua bahan, semua perlakukan, pengukuran harus terstandar. Bahan-bahannya pun yang terstandar harus dan berasal dari satu tempat yaitu B2P2TOOT Tawagmangu. Jadi teknis pelaksanaannya, semua bahan sudah diracik/diramu di B2P2TOOT Tawangmangu, sudah dikemas, kemudian didistribusikan ke seluruh dokter-dokter Saintifikasi Jamu. Jadi dokter Saintifikasi Jamu dalam meberikan obat tidak meracik sendiri, karena sudah diramu oleh B2P2TOOT. Dokter tinggal menjaring pasiennya, kemudian melakukan penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan dalam protocol yaitu kriteria formula, kemudian kriteria inklusi, berisi subyek penelitian yang dijaring itu apa saja, misalkan untuk hipertensi yang djaring adalah yang tensinya ringan dulu

Karyawan klinik melayani resep jamu

Page 30: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

30 MediakoM No.32/oktober/2011

saja, yang berat dan sedang tidak dimasukkan . Kemudian dari segi usia, kriterianya agak ketat. Misal, orang hamil tidak dimasukkan dulu. Jadi mengambil sample yang risikonya rendah. Selama penelitian tidak boleh menggunakan obat-obat yang lain, agar tidak bias manfaatnya, mengetahui kesembuhan pasien karena jamu atau obat yang lain. Juga diatur bagaimana menjamin keamanan jamunya, melalui pengukuran fungsi hati dan , fungsi ginjal sebelum dan sesudah meminum jamu.

Karena ini ranah penelitian, pasien tidak mengeluarkan biaya sedikit pun. Baik untuk jamunya, maupun untuk pemeriksaan penunjangnya serta biaya

konsultasinya juga gratis. Bahkan pasien mendapat bahan kontak, artinya pasien mendapat uang transport Rp 50 ribu setiap kunjungan.

Tim Pusat B2P2TOOT setiap dua minggu sekali melakukan monitor/evaluasi dengan melakukan kunjungan ke dokter-dokter Saintifikasi Jamu. Kemudian pada pertengahan Agustus 2011 dilakukan pertemuan untuk melakukan monitoring untuk semua dokter Saintifikasi Jamu. Dari hasil evaluasi tersebut, dilaporkan hambatan utamanya adalah rasa jamu. Keluhan terutama untuk jamu DM karena rasanya pahit. Tetapi secara teknis pelaksanaan tidak ada kesulitan yang berarti. Justru yang menjadi

penting adalah, bagaimana setelah penelitian ini selesai. Di satu sisi pasien masih ingin melanjutkan pengobatan jamu, di sisi lain masa penelitiannya hanya satu bulan. Karena setelah satu bulan, ternyata masih banyak pasien yang ingin melanjutkan pengobatan jamu. “ Hampir 80 persen ingin melanjutkan”, ujar dr. Danang.

Hak Kekayaan IntelektualSaintifikasi Jamu tahap pertama

sudah selesai dilakukan. Hasilnya berupa efektivitas jamu dalam mengobati 4 penyakit akan diumumkan pada akhir oktober atau awal November 2011 bersamaan diselenggarakannya ASEAN Conference Internatioanl Traditional Medecine di Solo, Jawa Tengah. Tetapi dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Agustus 2011, animo masyarakat terhadap jamu tinggi, lebih dari 80 responden ingin melanjutkan pengobatan dengan jamu, karena badannya lebih segar, buang air besar lebih lancar dibandingkan sebelumnya dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa jamu memberikan manfaat baik dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan maupun untuk mengobati berbagai penyakit. Sebagai awal program ada kendala yang dihadapi, tetapi kendala-kendala tersebut relative dapat diatasi. Kendala-kendala yang belum terpecahkan, menjadi masukan berharga untuk dilakukan perbaikan guna penyempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya. Keberhasilan Saintifikasi Jamu adalah buah perjuangan panjang yang dirintis Kementerian Kesehatan bersama para mitranya. Karena itu Saintifikasi Jamu adalah keberhasilan masyarakat Indonesia dalam memajukan dan menyejahterakan rakyat Indonesia.

Agar hasil kerja keras ini tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sudah saatnya semua proses Saintifikasi Jamu didokumentasikan dan bahan serta hasilnya didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual Indonesia. Jangan sampai di kemudian hari, bahan baku obat Asli Indonesia dan hasil penelitian Jamu dipatenkan oleh industri apalagi Negara lain.§ Smd

Pelayanan resep jamu

Page 31: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 31

Dr. Siti MahfudzahKePALA PuSKeS cOLOMADu 1, ALuMnuS fK unS TAHun 2003

--------------------------------------------------

Ikut pelatihan dokter Saintifikasi Jamu angkatan ke-2, akhir September sampai awal Oktober 2010 selama 50 jam atau satu minggu. Dalam pelatihan dibekali dengan teori penelitian, dilanjutkan dengan ilmu tentang jamu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

(B2P2TOOT) Tawangmangu termasuk kunjungan ke kebun tanaman obat, etalase tanaman obat, sekaligus ke Klinik Saintifikasi Jamu B2P2TOOT di Tawangmangu.

Ketika mengikuti pelatihan dr. Siti sedang mengandung. Sosialisasi Saintifikasi Jamu kepada responden dan penjaringan pasien baru dilakukan usai cuti melahirkan. Semua respondennya yang berjumlah 12 orang, responnya bagus. Respondennya terdiri dari PNS maupun pasien-pasien yang sudah kenal baik. Awalnya, Jamu yang akan digunakan untuk penelitian dipajang

Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, pada tanggal 6 Januari 2010 di Kendal, Jawa Tengah

mencanangkan Saintifikasi Jamu. Tujuannya memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara emperis melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam upaya preventif, promotif, rehabilitative dan paliatif melalui penggunaan jamu. Meningkatnya kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk mengetahui bagaimana para dokter melakukan penelitian tentang khasiat jamu dan bagaimana respon responden dalam Saintifikasi Jamu, Mediakom berbincang-bincang dengan tiga peneliti Saintifikasi Jamu. Berikut petikannya.

ApA kATA DokTEr JAMU?

Page 32: Mediakom 32

MEDIA UTAMA

32 MediakoM No.32/oktober/2011

di Puskesmas, sehingga menarik perhatian beberapa pasien. “Bu niki nopo to bu, saya mau bu”, ujar dr. Siti menirukan pasiennya. Wah ini jamu dari Klinik Hortus Medicus Tawangmangu . Untuk penelitian terhadap 12 pasien. Nanti kalau ada penelitian lagi, saya usahakan, jawab dr. Siti.

Sebelum dilakukan penelitian, para pasien dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Tetapi pasien yang menjadi sasaran penelitian menginfokan ke para tetangga secara “getok tular”. Sehingg banyak pasien yang meminta jamu. Kemudian saya informasikan bahwa di Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” milik B2P2TOOT Tawangmangu sudah melayani pengobatan dengan jamu.

Di tempat saya bertugas, Desa Siaga-nya berjalan baik, dan Bu Lurah sebagai Ketua PKK sangat aktif, bahkan pernah mengajak piknik kader PKK ke B2P2TOOT Tawangmangu. Pada kesempatan tersebut juga dimanfaatkan untuk berobat di klinik Saintifikasi Jamu. Mereka bangga, kendati harus merogoh kocek 20 ribu rupiah untuk biaya sekali berobat.

Saya kebetulan juga konsumen jamu, setiap melahirkan saya pakai jamu, dan sekarang saya juga pakai jamu untuk pelancar ASI. Hasilnya,

subhanalloh aman-aman saja dan saya pernah gunakan yang pelancar ASI ekstrak dari pabrikan ternnyata hasilnya sama dengan yang digunakan untuk penelitian, ujar dr. Siti.

Dr. Siti menceritakan, dalam penelitian ada 1 pasien yang gagal bukan karena jamu tetapi karena tidak patuh dalam mengkumsi makanan. Pasien yang dimaksud menderita sakit gula, mestinya diet tetapi justru , minum es cendol, es degan, tahu bacem dan sebagainya. Akibatnya pernah sampai muntah-muntah.

Ada satu lagi pasen PNS yang menderita Diabetes Melitus (DM). Selain minum jamu yang disediakan juga dikonsultasikan ke ahli gizi. Sebelum minum jamu, gula darahnya 348, setelah diobati dengan jamu selama satu bulan gula darahnya turun menjadi 156.

Semua pasien menyatakan rasa enak di badan “seger”, meskipun kadang-kadang, gulanya turunnya sedikit. Ada satu pasien ibu-ibu, ketika ditanya “pripun Bu kok mboten kontrol malih”( bagaimana bu, kok tidak kontrol lagi?). Kulo pun sekeco e bu (saya udah enak bu), ujar dr. Siti menirukan pasiennya.

Biasanya kalau sakit DM seluruh badannya sakit semua (neoropati), tetapi setelah minum satu minggu

sudah merasa tidurnya enak, kesemutannya berkurang. Satu lagi pasien yang sudah sepuh, ketika ditanya “ pripun mbah “? Jawabannya, kulo mbucale (buang air besar) lancar, padahal sebelum minum jamu buang air besarnya tidak lancar, kata dr. Siti menceritakan pengalamannya.

Dari semua formula, jamu untuk DM rasanya paling pahit karena merupakan campuran sambiloto dan brotowali, kata para responden. Untuk menghilangkan rasa pahit itu, kadang-kadang pasien prustasi, akhirnya ada yang ngemut gula,sehingga waktu diperiksa gula darahnya naik lagi. Tetapi jamu untuk kolesterol, asam urat dan hipertensi umumnya bagus. “Pasien saya sebelum pengobatan, gula darahnya 180 dan 160 tetapi karena kontrolnya baik, penurunnya signifikan”, ujar dr. Siti. Jadi setelah penelitian ini perlu tindak lanjut. Dari 12 pasien tingkat keberhasilnya sekitar 85 persen

Dr. Siti menyarankan untuk ke depan, Saintifikasi Jamu membutuhkan dukungan semua pihak, tidak bisa hanya dilakukan Kementerian Kesehatan saja. Contoh, penyediaan bahan baku obat, kalau hanya dari B2P2TOOT Tawangmangu tidak mencukupi, juga distribusinya ke Puskesmas memerlukan dukungan.§

Dr. SupardiALuMnuS fK uMY YOgYAKArTA., TAHun 2002, PTT 1,5 THn DI PuSKeSMAS JATIOSO . KArAngAnYAr. SeKArAng KePALA PuSKeSMAS TAwAng MAngu, SeJAK 2006.--------------------------------------------------

Seperti rekannya dr. Siti, pelatihan Saintifikasi Jamu yang diikuti dr. Supardi. Setelah pelatihan, dengan motivasi, dukungan dan niat baik dari Badan Litbangkes, saya tergugah untuk ikut berperan dalam Saintifikasi Jamu menuju kemandirian bangsa. Indonesia mempunyai potensi tanaman obat yang luar biasa kalau digali dan ditekuni tetapi kelanjutannya perlu dukungan semua pihak. Saya sebagai dokter yang langsung berhubungan dengan masyarakat, mengharapkan

para pengambil kebijakan meneruskan penelitian ini untuk kemandirian bangsa.

Empat penyakit yang menjadi sasaran penelitian merata diderita masyarakat berpenghasilan rendah maupun yang ekonominya mapan. Dari keempat formula tersebut respon pasien cukup baik. Tetapi yang perlu diinformasikan kepada mereka bahwa minum jamu tidak seperti minum obat kimia, jamu efeknya baru kelihatan setelah rata-rata pengobatan minggu ke-3. Bahkan untuk hipertensi pada minggu ke-4. Pada minggu ke-3 tensinya masih fluktuatif, tetapi setelah minggu ke-4 tensinya sudah normal. “Dari pengalaman ini mungkin sebaiknya penelitian diperpanjng menjadi 3-4 bulan. Kalau pengobatan baru berjalan satu sampai dua minggu penurunannya baru

Page 33: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 33

dr. ItaKusumawati, M.KesKePALA PuSKeSMAS JenAwI, ALuMnuS fK unS TAHun 2000

----------------------------------------------------------------------------------

Awalnya para dokter Puskesmas di Kabupaten Karanganyar direkrut B2P2TOOT Tawangmangu untuk mengikuti program pelatihan Saintifikasi Jamu. Setelah dilatih, kemudian diberikan bekal untuk melakukan penelitian jamu berbasis pelayanan kesehatan. Menjadi dokter Saintifikasi Jamu sangat menarik, karena harus membandingkan sesuatu yang di bangku kuliah tidak diterimanya yaitu jamu, ujarnya memulai percakapan.

Kebetulan, saya bertugas di daerah cukup terpencil yaitu , di Puskesmas Gunung Lawu. Pasien yang dijadikan obyek penelitian rata-rata 50-60 persen sudah pernah menggunakan jamu. Jadi sosialisasi pengobatan menggunakan jamu, tidak mengalami kesulitan. Baik jamu untuk sekedar menjaga stamina seperti jahe, beras kencur maupun jamu untuk terapi itu sendiri. Dalam proses penelitian, banyak sekali liku-likunya, dr. Ita menambahkan.

Tetapi yang menarik, ada seorang pasien yang akhirnya gagal terapi dalam pengertian drop out. Hanya karena “ kendil yang digunakan untuk merebus jamu” pecah sampai ketiga kalinya. Akhirnya dia melapor “ sampun lah bu , kulo mboten usah melanjutkan saja”. Kejadian ini sudah disampaikan sebagai masukan kepada Tim, untuk kedepan selain jamu juga harus dipersiapkan kualinya.

Pihak B2P2TOOT sudah menyediakan paket jamu dalam tas-tas, untuk satu minggu. Satu tas isinya 7 kantong, satu kantong untuk sehari. Secara pribadi, Saintifikasi Jamu itu positif . “Saya merasa ini suatu terobosan. Sebetulnya, kita lihat dari segi masyarakat mereka butuh juga. Kalau pun tidak diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan, mereka akan mencari sendiri”, ujar dr. Ita.

Tetapi itu pengalaman emperis. Akan lebih bagus lagi, kalau jamu diberikan oleh tim medis, distandarisasi, dosisnya sudah diukur, juga sudah dicoba keamanannya dan sebagainya. Dari segi masyarakat itu senang sekali. Kalau dari kami (dokter), satu terobosan karena jamu itu memang untuk penyakit-penyakit generatif. Lebih kepada yang secara medis pun, contoh DM tidak ada obatnya. Jadi obat DM adalah untuk mempertahankan kadar gula dalam posisi terkontrol. Kalau menggunakan obat modern dalam jangka waktu lama akan berefek pada ginjal dan sebagainya. Tetapi dengan terapi jamu sangat efektif, karena tidak berdampak negative, dr. Ita menambahkan.

Antusiasme pasien itu luar biasa. Kendati pasien-pasien yang menjadi obyek penelitian hanya mendapatkan jamu satu bulan. tetapi mereka mengatakan, Bu saya merasa enak, gula saya terkontrol, badan saya jadi enteng. Saya minta lagi. Saudara saya juga minta. Ada juga yang adiknya minta, dr. Ita menirukan pasiennya.

Menghadapi banyaknya permintaan jamu, dr. Ita awalnya bingung,

iki piye carane yo, kita kan hanya dijatah satu bulan. Untuk mengatasi hal itu, dr. Ita berkoordinasi dengan B2P2TOOT dan mereka dapat menyediakan jamu. 90 persen mereka ingin melanjutkan pengobatan dengan jamu. Dari B2P2TOOT sudah menyatakan kesediaannya untuk menyediakan bahan bakunya, tetapi karena di luar penelitiana harus bayar. Mereka umumnya mau membayar. Bahkan berapa pun mereka mau membayar. Lalu ada kesepakatan dengan B2P2TOOT, karena di Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus sekali berobat pasien membayar 20 ribu rupiah, maka pasien lanjutan juga dikenakan hal yang sama.

Di Karanganyar sudah ada 18 dokter menjadi peneliti Saintifikasi Jamu. Jadi seluruh kecamatan . Hasilnya sudah disampaikan, secara umum 85 persen mengalami perbaikan. Keluhan dari pasien, ada beberapa yang bersifat mual, tetapi bisa diatasi dengan memberikan obat anti mual. Ada pula pasien yang mual, tetapi setelah jamunya ditambah madu, tidak mual lagi. Ada juga yang memakai Antasit.§ Smd

sedikit”, ujar dr. Supardi.Kendati penelitian sudah selesai,

ada beberapa pasien yang minta jamu lagi karena kebugarannya meningkat, badan lebih enteng, lebih nyaman, makan lebih lahap dan sebagainya. Ini yang tidak terdapat pada obat

konvensional, karena memang obat konvensional satu obat untuk penyakit itu tetapi untuk jamu ada beberapa zat untuk mengatasi penyakit lain, dr. Supardi menambahkan.

Dr. Supardi mengarapankan ke depan kalau jamu dikembangkan

dengan baik, yang jelas potensinya luar biasa dan sumber dayanya lumayan banyak, maka pengobatan jamu berbasis penelitian ini harus berlanjut. Lebih ditingkatkan dan lebih bersemangat terutama para pengambil kebijakan.§

Page 34: Mediakom 32

RAGAM

34 MediakoM No.32/oktober/2011

umah sakit Dr. Soeomo Surabaya, telah membuka poliklinik obat tradisional. Pasien yang berobat,

di tawarkan menggunakan obat tradisional. bila berkenan, pasien di rujuk ke poli pengobatan tradisional. Pasien di observasi dahulu oleh dokter, kemudian mendapat obat racikan tradisional sesuai dengan penyakit yang diderita.

Selain itu, poli pengobatan tradisional juga menyediakan akupuntur, message (pijit) dengan harga yang terjangkau. Poliklinik obat

R

RS Dr.Soetomo Surabaya buka Poliklinik Obat Tradisional

tradisional rS.Dr.Soetomo bukan hanya melayani resep obat tradisional, tapi juga mengunakan sentuhan kain batik sebagai ornament jendela, bad, bantal dan aroma terapi harum semerbak dalam ruangan.

kehadiran poliklinik ini sungguh menguntungkan. Masyarakat jadi mempunyai pilihan untuk berobat. Selain harga obat tradisional lebih murah, khasiatnya pun manjur. kehadiran obat tradisional untuk melengkapi obat modern.

Menurut dr. Arijanto Jonosewojo, SpPD, kepala poliklinik pengobatan tradisonal rS Dr. Soetomo, sejak dibuka poliklinik obat tradisional

(Pot), rumah sakit menggunakan istilah sistem dua pintu. Ketika pasien datang berobat, setelah dilakukan diagnosis serta diketahui penyakitnya, pasien akan ditawari, apakah akan memanfaatkan pengobatan tradisional atau pengobatan modern. Diharapkan dengan penggunaan obat tradisonal di rumah sakit, kelak akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta menjadi tamu terhormat di mancanegara.

Awalnya, POT tidak berjalan dengan mulus, banyak yang meragukan pengobatan tradisional ini. Setelah beberapa tahun beroperasi dan didukung penelitian tentang manfaat obat tradisional, misal jahe, temulawak, daun sambiloto dan sebagainya. kemudian para dokter mendukung obat tradisional ini, kata dr. Arijanto.

Sekalipun demikian, diagnosis penyakit pasien tetap menggunakan sarana teknologi kedokteran modern, misalnya hasil laboratorium atau rontgen. Seperti menggunakan pengobatan modern.“Yang terpenting dalam pengobatan tradisional juga harus mengetahui secara jelas sakit pasien melalaui diagnosis awal” tambah dr. Arjianto.

obat tradisional, juga sama dengan obat modern bahwa ada jamu-jamu tertentu yang sifatnya hanya menghilangkan rasa sakit, tapi tidak bisa mengobati sumber sakitnya. Untuk itu, fungsi diagnosis sangat penting, sehingga pengobatan tepat sasaran.

“kehadiran obat tradisional fungsi dan keberadaannya untuk saling melengkapi obat-obat modern. banyak penyakit-penyakit tertentu yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya oleh teknik pengobatan modern, namun bisa disembuhkan dengan obat tradisional”, ujar dr. Arjianto.§ YN

dr. Arijanto Jonosewojo, SpPD, kepala poliklinik pengobatan tradisonal RS Dr. Soetomo

Page 35: Mediakom 32

No.32oktober/2011 MediakoM 35

itbang, sulit berkembang. begitu pesimisnya seseorang membuat joke dengan institusi penelitian dan pengembangan.

Semestinya, Litbangkes memang menjadi lokomotif. Ia menjadi penggerak, pendorong dan penarik gerbong pembangunan kesehatan. Ia juga memberi arah dan landasan perencanaan pembangunan kesehatan. Nah, seperti apakah cita-cita mulia Badan Litbangkes yang bervisi lokomotif, legitimator dan pengawal pembangunan kesehatan ?

Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan merupakan, unit yang punya tanggung jawab mengelola litbang bagi kebutuhan pembangunan kesehatan Indonesia melalui Kemenkes. Secara sederhana, Badan Litbangkes harus mengelola litbang yang dapat menjadi dasar perencanaan dan pengorganisasian pembangunan kesehatan (riset prasyarat), mengelola litbang yang menjadi dasar dalam pelaksanaan dan monev pembangunan kesehatan (riset evaluasi), dan mengelola pengembangan hasil riset.

Dalam mengelola visi, perlu perencanaan yang baik, benar, efektif dan efisien. Perencanaan secara sederhana dimulai dari penetapan rencana stratejik dan kebijakan kemenkes, sampai dengan implementasi di Badan Litbangkes. Mulai dari formulasi dan penetapan agenda litbangkes. Dilanjutkan formulasi protokol sampai dengan menyusun rencana diseminasi dan utilisasi hasil litbangkes.

LPERANAN PERENCANAAN

Secara umum peran perencanaan meliputi; Pertama, Penetapkan tujuan, sasaran dan prioritas. Penetapan sasaran dan prioritas untuk mencapai tujuan yang ditentukan dalam rencana. Dalam menyusun rencana, hal yang harus dilakukan lebih dahulu harus mendapat prioritas tertinggi. Pola prioritas tidak kaku artinya dapat diubah sesuai dengan dinamika atau kebutuhan.

Kedua, mobilisasi sumber. Suatu rencana harus menetapkan pembiayaan yang akan menjadi dasar mobilisasi sumber-sumber yang perlu. Ada beraneka ragam sumber eksternal dan internal yang dapat di gunakan untuk membiayai suatu rencana. Selain itu, rencana harus menentukan kebijakan dan piranti untuk memobilisasi sumber yang dapat memenuhi pembiayaan rencana dengan sudah memperhitungkan segala kemungkinan.

Ketiga, administrasi yang efisien dan tidak korup. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup adalah syarat mutlak keberhasilan perencanaan. Namun di sinilah sering ditemukan kekurangan pengelola sehingga dibutuhkan tenaga administrasi yang cakap dengan tugas utama untuk meyiapkan laporan kelayakan yang baik mengenai rencana yang diusulkan.

Keempat, keseimbangan dalam rencana. Suatu rencana harus menjamin keseimbangan yang tepat dalam banyak hal, kalau tidak akan muncul kelangkaan atau surplus pada waktu rencana dilaksanakan. Harus ada keseimbangan antara dana yang dimiliki dan investasi atau pembelanjaan, antara ketersediaan dan permintaan, antara kebutuhan aset

manusia dan penyebarluasannya, dll.Kelima, hemat struktur dan kaya

fungsi. Setiap usaha harus dibuat berdampak positif dalam administrasi, khususnya dalam pengembangan unit-unit. Serta dukungan internal dan eksternal merupakan faktor penting bagi keberhasilan perencanaan. Perencanaan memerlukan dukungan luas dari lingkungan pembuat rencana dan penerima rencana. Perencanaan harus di atas kepentingan golongan/elemen tertentu tetapi pada saat yang sama harus mendapatkan persetujuan semua golongan/elemen.

PERENCANAAN LITBANGKESBadan Litbangkes sebagai unit

utama kemenkes bertanggung jawab mengelola litbangkes, seyogyanya merencanakan litbangkes dengan penggunaan sumber atau aset yang dominan. Porsi kegiatan dan anggaran litbangkes ideal adalah lebih besar daripada kegiatan dan anggaran rutin penggajian, pemeliharaan dan operasional.

Proses perencanaan litbangkes dalam implementasi dapat dibagi dua jenis, meliputi 1) perencanaan mikro, yaitu bagaimana litbangkes dapat dilaksanakan sesuai kaidah ilmiah dan etik, dan 2) perencanaan makro, yaitu bagaimana litbangkes dapat dimanfaatkan. kedua jenis perencanaan litbangkes ini harus dilakukan secara pararel dan berkesinambungan.

Proses ideal perencanaan litbangkes dimulai setelah ada agenda litbangkes. Agenda litbangkes bila dipahami akan memunculkan ide yang dilanjutkan dengan memformulasikan protokol

Badan Litbangkes:SUATU CATATAN

NAGIoT CANSALoNy TAmBUNAN, SKm, mEKasubbag Program, Sekretariat Badan Litbangkes, Kemenkes

Page 36: Mediakom 32

RAGAM

36 MediakoM No.32/oktober/2011

litbangkes (rencana konkrit litbangkes), menyiapkan instrumen dan bahan pendukung, menyusun orientasi hasil, dan mengidentifikasi institusi sasaran manfaat, sampai dengan menyusun kebutuhan anggaran dan biaya.

kualitas dari proses tersebut harus dijaga, karena itu diperlukan mekanisme yang bisa menyempurnakan protokol dan menyusun rencana anggaran dan biaya yang mengakomodasi protokol. Mekanisme ini dikenal dengan seminar protokol. Seminar ini harus melibatkan pihak program teknis kesehatan dan ilmuwan. Dalam hal ilmuwan, adalah yang memiliki keahlian atau kepakaran sesuai substansi dan juga ilmuwan yang memiliki keahlian atau kepakaran yang terkait substansi (beyond health).

Mekanisme di atas selalu ada di Badan Litbangkes, mulai dari seminar melibatkan Dewan riset Nasional pada periode-periode awal Badan Litbangkes, seminar yang dikelola Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Badan Litbangkes dengan seleksi in dan out, seminar internal di satuan kerja dengan melibatkan universitas, juga seminar yang dikelola oleh Sekretariat dengan melibatkan Komisi Ilmiah, Pengelola Program teknis kesehatan, dan Universitas. tujuan seminar adalah sama, untuk menyediakan rencana litbangkes yang sesuai kaidah ilmiah, etik dan bermanfaat.

Dengan semua pengalaman dan kondisi mekanisme penjaminan

kualitas proses perencanaan litbangkes, tentu perlu dinilai bagaimanakah kualitas perencanaan litbangkes yang sudah berjalan? Hal ini perlu karena litbangkes dikelola untuk memberikan bukti prasyarat dan evaluasi dalam pengelolaan program teknis kemenkes.

berdasarkan peran perencanaan secara umum di atas, dapat dibuat daftar tilik untuk menilai hal tersebut, yaitu:

Tujuan: Apakah tujuan sudah relevan dan bermanfaat bagi program teknis kemenkes? bagaimanakah prospek pencapaian tujuan dengan rencana tahapan implementasi?

Penetapan Sasaran dan Prioritas, terkait tujuan litbangkes:

Apakah sasaran yang ingin dicapai dalam tujuan sudah menyangkut hal umum dan khusus dan dinyatakan secara tegas?

bagaimanakah prospek untuk menentukan sasaran bisa dicapai? Apakah alat ukur atau indikator sudah tersedia?

Mobilisasi Sumber:Apakah rencana sudah berhasil

mengidentifikasi sumber-sumber internal dan eksternal (al. dana, keahlian/kepakaran, lab, referensi, dll)?

Apakah rencana sudah mengakomodasi kerjasama dengan institusi lain terkait pengembangan jejaring atau kemitraan berdasarkan identifikasi sumber? Bagaimana rencana mobilisasi sumber (al. dana,

keahlian/kepakaran, lab, dll) dalam hal profesionalisme dan akuntabilitas?

Administrasi yang Efisien dan Tidak Korup:

Apakah kelengkapan dokumen rencana sudah layak sebagai protokol?

Apakah kebutuhan anggaran dan biaya sudah memenuhi prinsip-prinsip aturan keuangan yang berlaku?

bagaimana penerjemahan kebutuhan substansi dalam rencana anggaran dan biaya?

Keseimbangan dalam Rencana:Apakah rencana sudah mendukung

implementasi tugas dan fungsi?Apakah permintaan dana dinilai layak

sesuai volume dan substansi?Apakah penggunaan aset manusia

sudah sesuai dengan kebutuhan protokol?

bagaimana pengelolaan sumber daya yang dimiliki dengan rencana kebutuhan dalam protokol?

Hemat Struktur dan Kaya Fungsi:Litbangkes harus memanfaatkan

sumber yang dimiliki Badan Litbangkes dengan tidak menimbulkan ongkos tambahan, al. pembentukan tim yang melaksanakan tugas yang sudah menjadi tugas unit kerja tertentu, atau unit kerja yang melakukan tugas unit dari organisasi lain

Kemitraan tidak membebani anggaran Badan Litbangkes karena prinsip win-win solution atau kesetaraan

Dukungan:Apakah sudah relevan dengan agenda

litbangkes?Apakah sudah mengakomodasi

kebutuhan kemenkes?Apakah sudah mendapat dukungan

dari peer group di lingkungan litbang dan iptek?

Apakah protokol sudah diproses di internal dan direkomendasikan oleh reviewer peer group?

KEBIJAKAN PUBLIKkebijakan publik yang dipahami dan

bermanfaat, sebagai salah satu indikator yang menggambarkan keberhasilan dari proses diseminasi dan utilisasi hasil litbangkes, bisa tercapai melalui translasi hasil litbangkes ke dalam rencana aksi program atau kegiatan teknis kemenkes. Seperti diketahui, output dari litbang

Pertemuan jaringan Litbangkes.

Page 37: Mediakom 32

No.32oktober/2011 MediakoM 37

adalah berbentuk laporan hasil, set data, usulan HKI, HKI, publikasi dan opsi kebijakan.

Namun dalam artikel ini lebih ditekankan pada opsi kebijakan, karena diharapkan ada manfaat hasil litbangkes terhadap masyarakat melalui implementasi kebijakan publik, yang sebenarnya merupakan bentuk kontribusi ideal litbang terhadap pembangunan sesuai alasan pembentukan pada awal Pelita II.

translasi dalam hal ini akan menghasilkan makalah dari hasil litbangkes untuk pengambil/pembuat/perumus kebijakan di kemenkes. Mengadopsi dari artikel Menjembatani Penelitian dan Kebijakan, berikut adalah beberapa upaya dalam menghasilkan makalah tersebut, yaitu:

Menyediakan makalah kebijakan dan makalah pembekalan kebijakan. Makalah kebijakan ditujukan secara khusus untuk menampilkan bukti-bukti sebagai penyokong informasi bagi suatu kebijakan. Makalah pembekalan kebijakan ditulis dengan tujuan yang sama, hanya saja lebih pendek (sekitar 1-6 halaman)

Menyediakan kriteria untuk menilai makalah kebijakan dan makalah pembekalan kebijakan. tiga komponen inti yang menandakan kualitas makalah adalah: (i) menjelaskan inti persoalan ii) memberikan pilihan solusi, termasuk juga solusi yang dipilih oleh penulis makalah; dan (iii) memuat kebijakan yang direkomendasikan

Evaluasi meliputi ketiga komponen inti tersebut, dijabarkan sebagai berikut:

Apakah klaim atas sesuatu disertai oleh bukti yang mendukung? Apakah argumen disampaikan dengan saling berkaitan (koheren), contoh terkait:

kejelasan sub-judul dan nomor. Misalnya bagian awal jangan hanya diberi label ‘Pendahuluan’; tapi harus disertai penjelasan singkat tentang label tersebut

Kalimat pembuka dari setiap bagian membawa pada argumen yang ingin disampaikan. kalimat pertama atau terakhir dari setiap paragraf menunjukkan hal paling penting. Penyampaian secara efektif dan mudah dimengerti. Isi tulisan yang koheren.

Hal-hal tersebut memiliki satu kesamaan tujuan, yaitu untuk memungkinkan seseorang membaca makalah secara sekilas namun masih dapat menyerap keseluruhan argumen yang disampaikan.

Apakah opsi kebijakan dipaparkan dan dibandingkan sejelas mungkin? Apakah ada penekanan lebih lanjut terhadap opsi kebijakan yang direkomendasikan?

Dalam elemen opsi kebijakan, penasehat kebijakan perlu menunjukkan keahlian yang dimiliki dan memberikan argumen yang mendukung opsi kebijakan yang dia rekomendasikan. Ilmu kebijakan berorientasi pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai, karena itu makalah kebijakan harus membuktikan bahwa rekomendasi yang diberikan merupakan suatu solusi praktis atas isu yang diangkat, dengan demikian memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembuatan kebijakan

dan komunitas kebijakan.bagaimana bagian penutup dan

rekomendasi merangkum keseluruhan makalah secara jelas bagi para pembaca/pengguna? Berikut daftar uji terkait:

Apakah bagian ini menyimpulkan bagian utama dari studi yang dilakukan?

Apakah rekomendasi diberikan secara logis dalam beberapa bagian serta dipaparkan dengan jelas?

Apakah rekomendasi telah ditulis secara efektif?

Apakah bagian penutup benar-benar telah membuat pembaca/pengguna merasa bahwa makalah tersebut telah komplit?

Visi Lokomotif Pembangunan Kesehatan menuntut Badan Litbangkes mampu menyediakan arah dan acuan untuk digunakan dalam mengelola program atau kegiatan teknis kemenkes. Visi Legitimator Pembangunan Kesehatan menuntut Badan Litbangkes mampu memberikan bukti untuk manajemen program atau kegiatan teknis kemenkes. Visi Pengawal Pembangunan kesehatan menuntut Badan Litbangkes mampu memberikan gambaran dinamika dan stratejik untuk mencapai tujuan program atau kegiatan teknis kemenkes.

Dalam mencapai visi, badan Litbangkes harus mampu memberikan data dasar, data mengenai hambatan dan penerapan intervensi utama, data kelayakan (hasil riset prasyarat); data mengenai monitoring, evaluasi, dampak dan manfaat (hasil riset evaluasi); dan mengembangkan pendekatan baru, efektivitas, dan peningkatan layanan (hasil pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan invensi).

Perencanaan litbangkes yang baik dan benar, efektif dan efisien berpengaruh pada pembuatan kebijakan pembangunan kesehatan oleh kemenkes. Semoga dengan catatan ini, proses translasi hasil litbangkes menjadi rencana aksi program dan kegiatan teknis kemenkes berjalan dengan mekanisme yang tepat, sehingga asupan kebijakan dari makalah kebijakan dan makalah pembekalan kebijakan dapat dipahami oleh pembuat, pembaca dan pengguna makalah.§

Pertemuan perencanaan penelitian.

Page 38: Mediakom 32

38 MediakoM No.32/oktober/2011

untuk rakyat

erokoklah, asal tak mengganggu orang lain. karena orang lain juga punya hak untuk tidak terganggu asap

rokok. Perokok dan bukan perokok terus berdebat, berargumen menurut cara pandangnya sendiri, sampai terasa tak berujung. Untuk itu perlu aturan yang mengatur keduanya, agar mendapat keadilan untuk menikmati hidup. Sayang, aturan itu belum terwujud. Jalan panjang masih harus terus ditempuh. Sebagian menanyakan seperti lagunya Ting ting, sampai dimana..dimana...dimana ?

Sejarah rokok dimulai saat warga asli benua Amerika (Maya, Aztec dan Indian) mengisap tembakau pipa atau mengunyah tembakau sejak 1000 sebelum masehi. Tradisi membakar tembakau kemudian dimulai untuk menunjukkan persahabatan dan

M

SAMPAI DIMANARPP TEMBAKAU?

persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan. Kru Columbus membawa tembakau beserta tradisi mengunyah dan membakar lewat pipa ini ke “peradaban” di Inggris. Namun demikian, seorang diplomat dan petualang Perancis-lah yang justru paling berperan dalam menyebarkan popularitas rokok di seantero Eropa, orang ini adalah Jean Nicot, darimana istilah Nikotin (dari Nicot) berasal.

Setelah permintaan tembakau meningkat di Eropa, budi daya tembakau mulai dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika. John Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa. Secara ilmiah, buku petunjuk bertanam tembakau pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1855.

Di Indonesia, Haji Jamahri dari

Kudus adalah orang yang pertama kali meramu tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880. Tujuan awal Jamahri adalah mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh letupan cengkeh (kretek..kretek..).

Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simbol kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib setiap prajurit saat Perang Dunia Pertama.

Simbol rokok sebagai kejantanan lelaki makin menguat sejak iklan Marlboro Man. Iklan ini juga menjadi simbol kebangkitan Philip Morris sebagai produsen rokok terbesar di dunia dengan bendera Marlboro. Dengan iklan ini, Marlboro mengubah image dari rokoknya perempuan menjadi rokok laki-laki sejati.

Industri rokok mulai redup sejak 1964, sejak persatuan dokter bedah Amerika mengeluarkan pernyataan rokok mengakibatkan kanker paru-paru. Iklan rokok di televisi mulai dilarang sejak 1965 (Inggris) dan 1970 (Amerika). Peringatan kesehatan di kemasan rokok mulai muncul sejak 1970, dan makin diperkuat dengan peringatan melalui gambar.

Merokok ditempat umum mulai dilarang pada tahun 1987 larangan merokok di penerbangan, tahun 1993 larangan merokok ditempat publik mulai dikenal di Amerika dan Inggris, berlanjut dengan tahun 2003 saat New York, London & Irlandia mulai memberlakukan larangan merokok di semua tempat tertutup. Tahun 1998 eksekutif perusahaan rokok terbesar di Amerika mengeluarkan pengakuan bahwa nikotin adalah candu, tuntutan legal terhadap perusahaan rokok mengakibatkan ganti rugi yang mencapai 250 Triliun Dollar Amerika.

MASALAH AKIBAT ROKOK DI

Page 39: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 39

INDONESIAKita semua pasti memahami betapa

dampak rokok merusak kesehatan manusia, dari janin yang sedang dikandungan ibunya hingga manusia dewasa. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli tentang bahayanya dampak rokok kepada kesehatan untuk menanggulangi hal tersebut namun entah mengapa upaya tersebut seolah tak terasa membawa banyak manfaat.

Menurut data Susenas 1995, 2001, dan 2004 dan data Riskesdas 2007 dan 2010, perokok remaja (usia 15 – 19) meningkat lebih dari dua kali lipat dari 7% di tahun 1995 menjadi 19% di tahun 2010, dan yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah perokok remaja perempuan meningkat tajam dari 0,3% di tahun 1995 menjadi 1,6% di tahun 2010 (naik lebih dari 5 kali lipat). Jumlah perokok anak (usia 10 0 14 tahun) juga diperkirakan meningkat 6 kali lipat selama 12 tahun (1995 – 2007).

Dalam perhitungan sederhana. apabila rata-rata konsumsi 10 batang rokok @ Rp. 600,- per-orang per hari, maka diperkirakan pengeluaran per-hari mencapai Rp. 6.000,- maka pengeluaran untuk rokok per-orang selama satu bulan adalah Rp. 180.000,-. Angka tersebut lebih besar dari Program Keluarga Harapan (Conditional Cash Transfer) untuk keluarga miskin yang hanya rp. 100.000,- per-bulan/keluarga. Secara makro total biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok pada tahun 2010 adalah sebanyak 230 Milyard batang X Rp. 600,- = 138 Trilyun rupiah.

Pada tahun 2009, pengeluaran untuk rokok pada rumah tangga termiskin yang ada perokoknya menempati urutan nomor 2. Sebanyak 68% atau 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia memiliki pengeluaran untuk membeli rokok, sementara 57% atau 6 dari 9 rumah tangga termiskin ternyata memiliki pengeluaran untuk membeli rokok. Hal ini tentunya sangat menyedihkan karena ternyata masyarakat miskin memilih untuk membeli rokok ditengah belitan masalah ekonomi yang dihadapinya.

Para ahlipun membuat perhitungan biaya medis penyakit terkait karena tembakau. Hasilnya, biaya medis rawat inap (selektif) sebanyak 629.017 kasus yang terkait dengan penggunaan tembakau di Indonesia pada tahun 2010 adalah penyakit pernapasan, penyakit jantung dan pembuluh darah (termasuk stroke), neoplasma/kanker, dan gangguan perinatal. Total pengeluaran untuk rawat inap penyakit-penyakit tersebut adalah + Rp. 1,85 Trilyun Rupiah. Perhitungan untuk biaya rawat jalan juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Total biaya rawat jalan pada tahun 2010, dengan total kunjungan 1.258.034, dengan rata-rata satuan biaya per-penderita/kunjungan (tanpa subsidi) adalah sebesar Rp. 208.337,-, maka total pengeluaran untuk biaya rawat jalan penyakit terkait penggunaan tembakau adalah sebesar 0,26 trilyun rupiah.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara makro, tembakau di Indonesia pada tahun 2010 mengakibatkan pengeluaran yang tidak perlu sebesar 231,27 Trilyun Rupiah, yang terdiri atas Rp. 138 Trilyun untuk pembelian rokok, Rp. 2,11 Trilyun Rupiah untuk biaya medis rawat inap dan rawat jalan, dan rp. 91,16 trilyun rupiah kehilangan produktivitas karena kematian premature dan morbiditas-disabilitas atau kecacatan.

Secara ekonomi makro, Indonesia mengalami kerugian karena jumlah tersebut jauh lebih besar dibanding pendapatan Negara dari cukai tembakau pada tahun yang sama yaitu hanya sebesar Rp. 55 Trilyun Rupiah! Data tersebut menggugurkan anggapan bahwa negara akan kehilangan pendapatan dari biaya cukai rokok jika diberlakukan peraturan yang baku pengenai pembatasan penggunaan tembakau.

UP-DATE PROSES PENYUSUNAN RPP TEMBAKAU

Pemerintah dan DPR tentunya tidak bisa diam saja melihat kondisi ini. Sebagai amanat dari Undang-Undang kesehatan tahun 36 tahun 2009

khususnya pasal yang menyatakan bahwa zat adiktif harus diamankan karena membahayakan kesehatan dan ditetapkan melalui Peraturan pemerintah, perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah pendukungnya, maka sejak Bulan Desember 2010 dimulailah proses penyusunan rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, selanjutnya disebut dengan RPP Tembakau.

Proses penyusunan RPP Tembakau dimulai dengan berbagai pertemuan lintas kementerian dan lembaga yang terlibat dalam penggunaan tembakau, sebanyak 18 K/L, diantaranya adalah kementerian kesehatan, kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dll.

Pada rapat Koordinasi Tingkat Menteri di Kementerian Kesejahteraan Rakyat, 17 Februari 2011 disepakati bahwa tidak akan dilakukan pelarangan total atas iklan rokok. rPP Tembakau hanya akan melakukan pembatasan, adapun materi pokok yang akan dibatasi adalah:

Peringatan Kesehatan Berupa Gambar dan Tulisan, sebagai bentuk edukasi kesehatan masyarakat dan pemenuhan hak konsumen atas informasi yang jelas, benar, dan jujur serta tidak menyesatkan,

Pengendalian Iklan, Promosi, dan Sponsor Rokok, diperlukan sebagai perlindungan terhadap anak dan remaja dari paparan iklan dan bahaya merokok, dan

Kawasan Tanpa Rokok (KTR), sebagai perlindungan terhadap masyarakat atas lingkungan hidup yang sehat

Page 40: Mediakom 32

40 MediakoM No.32/oktober/2011

untuk rakyat

Sosialisasi mengenai RPP Tembakau terus dilakukan, salah satunya pada tanggal 10 Mei 2011di Kementerian Kesehatan. Tujuannya memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai rPP ini, sehingga kesalahpahaman dapat dihindarkan. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Staf Khusus Menteri Bidang Politik Kebijakan Kesehatan dr. Bambang Sulistomo, dan Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan dr. Budi Sampurna.

Kubu pertama mengutarakan keberatan, karena RPP Tembakau merugikan rakyat yang hidupnya terkait dengan tembakau, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mematikan ekonomi petani tembakau, dan mengajukan keberatan terhadap pasal RPP Tembakau, khususnya pada pasal 3, yang berbunyi “Penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan dilaksanakan dengan pengaturan: (a) ruang lingkup produk tembakau; (b) tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah; (c) produksi; (d) peredaran; (e) perlindungan; (f) kawasan tanpa rokok; (g) peran serta masyarakat; dan (h) pembinaan dan pengawasan.” Kubu ini secara tegas menolak RPP Tembakau.

Kubu kedua, membela dan menuntut agar RPP Tembakau segera disahkan. Mereka berargumen bahwa rokok berdampak membahayakan kesehatan masyarakat, telah ada sekitar 70,000 hasil penelitian di seluruh dunia yang membuktikan bahwa rokok merupakan factor resiko berbagai penyakit. Karenanya tidak diragukan lagi rokok merusak kesehatan.

Kelompok ini menyatakan bahwa generasi muda sebagai generasi penerus bangsa patut diselamatkan dari ancaman bahaya rokok, dan bahwa semua orang punya hak yang sama untuk tidak menghirup asap rokok. karena perokok pasifpun terkena dampak yang sama dengan para perokok aktif.

Bambang S menjelaskan

mengatakan selamatkan generasi muda. Perokok pemula SD, SMP ke mana-mana sudah merokok. Itu pasti mempengaruhi kesehatan mereka. Inilah yang dikhawatirkan ke depan, Jadi bukan bicara soal pertanian dan keuangan tapi ingin mengatur bagaimana supaya produk tembakau itu tidak mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang memang makin memberatkan masyarakat.

“Karena tahu betul beberapa penyakit yang ada di masyarakat itu karena dampak produk tembakau. Faktor risikonya tinggi sekali. Itu terbukti dari beberapa ribu penelitian”. ujar Bambang S.

Di kalangan DPR, juga dirasakan dampak dari kontroversi RPP tembakau ini, salah satunya karena masyarakat tidak memahami dengan pasti judul RUU itu. Sehingga, ada kesan DPR sedang berencana untuk mengatur produk tembakau dari hulu sampai hilir. Padahal, bila judul RUU dibaca kembali, tidaklah seperti itu.

Pemahaman yang keliru itu juga yang membuat DPR akhirnya harus berhadapan dengan demonstran pro dan kontra tembakau yang menyampaikan aspirasinya di Kompleks Parlemen Senayan. Sejumlah 18 anggota DPR dari 9 fraksi sepakat untuk menunda RPP Tembakau sembari mempersiapkan judul yang lebih seimbang dalam hal ekonomi.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, Kementerian Kesehatan optimis RPP Tembakau dapat disahkan pada tahun 2011. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, turut mendukung

pengesahan tersebut. Hal tersebut disampaikan seusai mendampingi Presiden menemui Komisi Nasional Pengendalian Tembakau di Kantor Presiden, pada Senin (26/9/2011). Salah satu hal yang masih terus didiskusikan adalah terkait gambar tentang bentuk rokok.

Menurut Menkes, terkait ratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) yang mengatur cukai rokok, iklan, peringatan bergambar, kawasan tanpa rokok, kampanye antirokok, dan pendidikan masih banyak hal yang perlu didiskusikan. Saat ini pemerintah tengah mematangkan roadmap pengendalian tembakau.

“Presiden sangat mendukung dan memberikan instruksi kepada saya agar membuat iklan-iklan yang intinya menganjurkan orang untuk tidak merokok bersama-sama dengan LSM, Komnas Pengendalian tembakau. Kemudian kawasan tanpa rokok. Kemudian soal gambar di bungkus ini, nanti sesuai dengan RPP”, ujar Menkes.

Pada rapat harmonisasi tingkat Kementerian pada tanggal 5 dan 9 Agustus 2011 di Kementerian Hukum dan HAM, salah satu kesepakatannya adalah akan diselenggarakan Rapat Terbatas Tingkat Menteri yang akan dipimpin oleh Presiden. Hingga kini (17/10/2011) belum ada informasi mengenai waktu pasti pelaksanaan Rapat Terbatas tersebut, namun jajaran kementerian kesehatan telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan disampaikan oleh Menteri Kesehatan kepada Presiden, khususnya mengenai peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan.

Jalan panjang penyusunan rPP Tembakau masih akan terus berlanjut, namun upaya-upaya Pemerintah dan DPR patut diacungi jempol. Diharapkan penyusunan RPP ini dapat segera diselesaikan dan Peraturan Pemerintah tersebut dapat segera diberlakukan, mengingat pembatasan distribusi dan konsumsi rokok di Indonesia sudah memasuki tahap darurat. Generasi muda Indonesia harus diselamatkan dari ancaman bahaya rokok.§ DIS

Page 41: Mediakom 32

KOLOM

No.32/oktober/2011 MediakoM 41

"Nasib menentukan saya sebagai penderita kanker paru, bahkan stadium lanjut. kini,

waktuku sangat berharga, sebab yang saya terima tak banyak lagi. Saya dan suami mempertimbangkan banyak alternatif, kemana harus berobat. Ada saran dari teman seprofesi, akhirnya kami memutuskan datang ke rS Fuda Guangzhou, Cina”. kata dr. endang Rahayu Sedyaningsih, kepada Prof. Xu kecheng, dokter dan sekaligus pemilik Fuda Center Hospital Guangzhou.

Menurut Prof. Xu, setelah divonis kanker, Menkes sebagai manusia biasa juga merasa terpukul, baik secara fisik maupun mental, seperti penderita kanker lainnya. Namun, Ia tidak menjadi penakut, tetap bersemangat bekerja dan berobat mengisi kehidupannya. bahkan tak ada kesan gelisah yang berkepanjangan.

“Selama 40 tahun bergelut di dunia medis, belum pernah saya menyaksikan seorang pejabat menderita penyakit berat, seolah melupakan kematian dan bekerja tanpa kenal lelah. tapi, setelah menjalani perawatan setengah tahun lebih, kesehatannya sudah amat baik”, tulis kecheng.

Menteri endang telah menjalani hidup sebagai “kisah kepahlawan” dalam menghapi kanker paru yang mengacam hidupnya. Ia berjuang, mencari kesembuhan, tapi tak merasa

sedang menderita. Bekerja seperti biasa, melakukan perjalanan luar negeri, pertemuan dan berbagai aktivitas harian lainnya. Ia seperti menikmati isu penyakit kanker yang sempat menjadi opini publik. bahkan, ketika wartawan bertanya bagaimana kesehatan ibu ? Baik, baik aja... seperti yang Anda lihat, jawab Endang enteng sambil tersenyum.

kisah kepahlawan memiliki ciri; lebih banyak memikirkan orang lain dari pada diri sendiri. Seperti Jenderal Sudirman. Ia dalam keadaan sakit, bahkan harus digotong pakai tandu, tetap memimpin pasukan keluar masuk hutan berperang melawan penjajah. tak peduli dengan sakit yang dideritanya. bahkan, karena semangat yang membara, tidak lagi merasa sedang sakit.

bagaimana dengan Menteri endang? Disaat menjalani perawatan, Ia pernah menyampaikan kepada Prof. Xu “Saya berharap dalam waktu lima tahun, warga desa seluruh Indonesia dapat menikmati layanan pengobatan dasar. Saya amat berharap disisa hidup ini dapat melaksanakan target itu semua”. Mendengar penjelasan itu saya sangat kagum. Meski menderita kanker paru tak mengubah sikap untuk tetap mensejahterakan rakyat, kata Xu.

kisah kepahlawanan memang selalu lahir dari rahim bumi pertiwi, mulai dari level RT, RW, Kelurahan, kecamatan, kabupaten dan seterusnya sampai tingkat Nasional, bahkah

internasional. Berarti, setiap orang Indonesia mempunyai kesempatan menjadi pelaku kisah kepahlawanan sesuai dengan cita-cita luhur masing-masing. Sebab, sebaik-baik manusia, adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri.

tugas kita, belajar kepada para pahlawan. Ia telah memberi keteladanan menjalani hidup. Mulai dari ketabahan, keuletan, kejujuran, kedisiplinan, kecintaan kepada sesama. Mereka lebih banyak berfikir, bekerja dan berjuang penuh pengorbanan untuk orang lain.

Mereka memiliki optimisme di atas rata-rata orang pada umumnya. Optimisme yang terkadang melebihi umur hidupnya, bahkan melebihi umur satu generasi. Seperti dikatakan Nabi Muhammad SAW, jikalau kalian tahu, lusa akan terjadi kiamat, sementara ditanganmu ada biji kurma, maka tanamlah. Untuk apa ? Yakni menanam untuk generasi berikutnya.

kisah heroisme kepahlawanan pada level tertentu juga ada pada Menteri endang. Ia pahlawan kesehatan, melawan penyakit paru, hingga sembuh kembali. Semangat sembuh bukan hanya untuk kepentingan diri, tapi untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Setiap tahun kita mengenang Detik-Detik Proklamasi Agustusan, sebenarnya meneladani kisah hidup para pahlawan. Adakah kisah kepahlawanan itu dalam diri kita?§

Prawito

Kisah Kepahlawanan

Page 42: Mediakom 32

NASIONAL

42 MediakoM No.32/oktober/2011

asyarakat di delapan Desa di empat kecamatan kabupaten boyolali menyatakan Stop buang Air besar

Sembarangan (Stop bAbS). Pernyataan Stop bAbS dibacakan kepala Desa tarubatang, kec. Selong, Sutadi, kepala Desa Suroteleng kec. Selong, Sumardi, Kepala Desa Genting Kec. Cempogo, komedi, kepala Desa kembang kuning kec. Cempogo, Mulyono, kepala Desa Candigatak kec. Cempogo, Mardidono, kepala Desa Kunti Kec. Andong, Sudarto , Kepala Desa trayu kec. Andong, Suyatna , dan kepala Desa Ngadirojo kec. Ngampel, Haryoko. Acara dihadiri Menteri kesehatan dr. endang rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan kemenkes Prof. dr. tjandra Yoga Aditama, Sp.P.

MARS, Bupati Boyolali Seno Samudro, Muspida kab. boyolali, serta para tokoh Masyarakat setempat.

Bupati Boyolali Seno Samudro melaporkan, pendapatan asli Daerah (PAD) boyolali sebesar 94 milyar rupiah per tahun. Dari jumlah itu 30 persen berasal dari pendapatan rumah sakit.

“ Tetapi simbulnya sapi seperti yang dinyanyikan tadi. Itu ngapusi, mestinya simbolnya inpus”, seloroh Seno Samudro.

boyolali memiliki 3 rumah sakit umum daerah dan salah satunya berstatus badan Layanan Umum Daerah (bLUD) dengan kapasitas 330 tempat tidur. Sampai saat ini Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi lainnya sudah mengcover 79 persen penduduk, tepatnya 746 ribu jiwa sudah memiliki pembiayaan kesehatan, itu artinya bila sakit dapat berobat secara gratis, ujar Bupati

deklarasi stop buang air besar sembarangan

Mboyolali.

Seno Samudro mengatakan, terkait Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat atau Pamsimas di boyolali sudah berjalan 5 tahun dengan hasil yang menggembirakan. Pemda boyolali mengalokasikan dana 100 juta rupiah untuk droping air bagi daerah-daerah di saat musim kering. tetapi pada tahun ini, dana tersebut tidak digunakan karena program Pamsimas sudah berjalan.

Pada tahun ini sudah 18 kecamatan yang memiliki PDAM dari 19 kecamatan yang ada. tinggal 1 kecamatan lagi yang belum memiliki PDAM yaitu kecamatan Selong, tetapi pada tahun depan sudah direncanakan pembangunannya, ujar Seno Samudro.

Pamsimas adalah program dan aksi nyata penyediaan air minum, sanitasi dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. tahun depan boyolali

Kepala desa sedang membaca deklarasi Stop BABS

Siswa membaca dendang gulo (lagu Jawa) BABS

Page 43: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 43

mengajukan program Pamsimas sebanyak 20 paket senilai 20 milyar rupiah. boyolali berkomitmen menyukseskan Pamsimas, sehinga pada tahun 2015 program MDG’s akan terpenuhi. Upaya untuk menurunkan penyakit berbasis lingkungan, antara lain dengan melaksanakan program percepatan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)”, kata Bupati boyolali.

Pada kesempatan itu Menkes menyatakan bangga atas semangat yang kuat Pemerintah dan masyarakat boyolali untuk meningkatkan derajat kesehatan diwilayahnya, memperjuangkan pentingnya perilaku sehat, memenuhi kebutuhan akan sarana air minum dan sanitasi dasar melalui pemberdayaan masyarakat sesuai kearifan lokal setempat.

“Dengan semangat kebersamaan kita akan berjuang menyelamatkan hidup anak-anak atau adik-adik kita

agar terhindar dari berbagai penyakit menular. oleh karena itu ajaklah masyarakat di sekitar kita untuk ikut membiasakan perilaku yang sederhana yaitu bAb di jamban tertutup dan menjadikannya sebagai perilaku hidup sehari-hari, imbuh Menkes.

Upaya promosi dan prevensi merupakan upaya penanganan masalah di hulu yang tidak cepat terlihat hasilnya dibandingkan upaya kesehatan di hilir seperti mengobati orang sakit. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan ini hendaknya terus disosialisasi kepada semua masyarakat untuk menjadikan air minum dan sanitasi sebagai prioritas pemenuhan kebutuhan dasar serta upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perilaku higienis dan menumbuhkan rasa memiliki, ujar Menkes.

Kebersihan itu penting, karena kebersihan pangkal kesehatan. begitu

pentingnya kebersihan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika mengadakan safari ramadhan di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura) menyempatkan melihat Puskesmas, Sekolah Dasar dan lain-lain. Pada kesempatan tersebut Presiden menyatakan apresiasi karena sudah ada kemajuan, tetapi ada hal-hal yang perlu diperbaiki, salah satunya soal kebersihan. ternyata , di banyak tempat seperti Sekolah Dasar, Puskesmas dan lain-lain masih kotor. Hal ini tidak dibenarkan, kebersihan harus dijaga dan diusahakan. Sebab kalau lingkungan Puskesmas, rumah Sakit dan Sekolah kotor, bagaimana bisa menjalankan tugas kesehatan dan anak-anak didik semasa kecil terbiasa dengan lingkungan kotor.

bAb Sembarang merupakan perilaku tidak bersih. “Saya mengapresiasi karena 8 desa ini sudah mendeklarasikan StoP bAb

Menkes kunjungi program Stop BABS di Boyolali

Page 44: Mediakom 32

NASIONAL

44 MediakoM No.32/oktober/2011

Sembarangan. Saya berharap Pak Bupati agar hal ini biaa diikuti desa-desa yang lain sehingga 100 persen desa di kabupaten boyolali bebas bAb Sembarangan”, ujar Menkes.

Pada kesempatan tersebut, Menkes mengingatkan agar semua anak di boyolali diberikan imunisasi secara lengkap. “Sebab kalau tidak disamping merugikan diri sendiri juga merugikan lingkungannya. Sebab kalau dia terkenan campak akan menularkan ke anak-anak di lingkungannya”, imbuh dr. endang.

Pada kesempatan tersebut Menkes juga mengingatkan beberapa program kemenkes. Diantaranya program Jamkesmas adalah program pemerintah untuk menjamin pelayanan kesehatan bagi yang sakit baik di Puskesmas maupun di rumah sakit kepada keluarga miskin dan tidak mampu. Karena kalau hanya yang miskin, jumlahnya hanya sekitar 30 juta jiwa, tapi program Jamkesmas sasarannya 76,4 juta jiwa. kemudian yang tidak dicakup Jamkesmas dicakup oleh Jamkesda.

Program Jampersal, adalah program jaminan untuk semua ibu hamil bukan hanya untuk melahirkan, tetapi kontrol kehamilan sebanyak 4 kali, bersalin, kemudian kontrol

Menkes kunjungi pasar sehat Sragen

Page 45: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 45

waktu nifas 3 kali dan keluarga berencana ( kb ). “Selain peserta yang telah dijamin Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi lainnya, siapa pun ibu-ibu yang hamil boleh menggunakan Jampersal, asalkan mau periksa dan bersalin di Puskesmas”, ujar Menkes.

Jangan lupa ASI Eksklusif, seperti dalam “tembang dandang gulo” disebutkan menggunakan susu lembu, tetapi boleh diberikan setelah bayi usianya 7 bulan. kalau dari lahir sampai usia 6 bulan diberikan ASI ibunya saja, jangan dicampur dengan yang lain. “Penelitian menunjukkan anak yang diberi ASI saja selama 6 bulan kecerdasannya lebih baik. tetapi ASI-nya boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun dan bisa dikombinasi dengan susu lembu tadi”, kata Menkes.

Menurut Menkes, sekarang ini terjadi perubahan penyakit. kalau tadinya masih repot dengan malaria, penyakit tbC, AIDS dan sebagainya, sekarang penyakit itu masih merepotkan tetapi sudah relative berkurang, namun sudah berhadapan dengan penyakit darah tinggi, kencing manis, asam urat, kolesterol dan lain-lain.

Pada kesempatan tersebut Menkes minta agar para calon jemaah haji melakukan vaksinasi meningitis dan meningkatkan kesehatan seoptimal

mungkin di tanah air. Hal ini penting, karena tahun lalu banyak sekali jemaah haji yang meninggal di tanah suci karena lebih 50 persen jemaah calon haji Indonesia usianya diatas 60 tahun.

“Mereka tidak bisa dihalangi, tetapi mohon supaya ditingkatkan kesehatannya, yang sakit jangan lupa membawa obat-obatan sesuai penyakitnya dan di tanah suci jangan memaksakan diri. Kalau tidak kuat berjalan, gunakan kursi roda”, pinta Menkes.

Menkes tak lupa menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bupati dan seluruh jajarannya, Kepala Dinas kesehatan dan seluruh kepala Puskesmas, rumah Sakit, perawat dan bidan serta seluruh jajaran kesehatan termasuk para kader kesehatan.

“tidak mungkin masalah kesehatan diselesaikan oleh jajaran kesehatan sendiri, tetapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat termasuk swasta. Jadi mohon perusahaan-perusahaan di boyolali memperhatikan kesehatan buruhnya, apalagi kalau buruhnya sebagian besar wanita harus disediakan pemeriksaan papsmear untuk memeriksa kanker leher rahim, pemeriksaan mamografi untuk periksa kanker payudara dan menyediakan pojok atau ruang ASI

serta kesehatan reproduksi lainnya, tambah Menkes.

Program PAMSIMAS dimulai pada tahun 2008, di 15 provinsi dan 110 kabupaten/kota, serta 5.500 desa di Indonesia. kegiatan program ini merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia, Pemerinta Australia dan bank Dunia yang bertujuan meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyaraat miskin di perdesaan, khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri urban), melalui pendekatan Demand Responsive Approach.

PAMSIMAS saat ini telah banyak membantu masyarakat di perdesaan, terutama yang tidak mendapatkan akses sarana air minum dan akses sanitasi dasar yang layak. tercatat, sampai dengan 30 Agustus 2011, dari target (2012) 6-7 juta jiwa pemanfaat Sarana Air bersih yang layak, telah mencapai 3.5 juta jiwa pemanfaat Sarana Air Minum (SAM) dari target 2 s/d 3 juta jiwa pemanfaat sarana sanitasi dasar yang dibangun secara swadaya.

khusus di provinsi Jawa tengah, dari 30 kab/kota target desa PAMSIMAS tercatat sebanyak 1.486 desa, dan yang telah diintervensi program adalah 1452 desa. Dari 5 komponen program PAMSIMAS, salah satu komponen program terpenting adalah perubahan perilaku melalui Sanitasi total berbasis Masyarakat (StbM). Program ini sejalan dengan kebijakan kementerian kesehatan, yang sejak tahun 2008 menjadikan StbM sebagai pintu masuk program pemberdayaan di bidang kesehatan, dengan Community Led Total Sanitation (CLTS) sebagai pendekatan utama dalam pemicuan di masyarakat menuju perubahan perilaku Stop buang Air besar Sembarangan.

Proses penyadaran masyarakat untuk meninggalkan kebiasaan buang Air besar (bAb) Sembarangan menjadi BAB di jamban tertutup, ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan bagi pelaksanan program untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.§

Smd

Bak penampungan di PAMSiMAS Boyolali

Page 46: Mediakom 32

NASIONAL

46 MediakoM No.32/oktober/2011

ota Salatiga, kini memiliki Pusat Dokumentasi dan referensi Dunia Vektor dan reservoir (DUVer)

yang berlokasi di jantung kota Salatiga, tepatnya di kantor Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan reservoir (b2P2VrP) Jl. Sultan Hasanuddin No. …. DUVer berisi koleksi dan referensi vektor dan reservoir penyakit terlengkap dan terkemuka di Indonesia.

Adapun b2P2VrP adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPt) Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan (badan Litbangkes) kementerian kesehatan yang mempunyai tugas …...

Pusat DUVer diresmikan Menteri kesehatan dr. endang rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, tanggal 14 September 2011 sekaligus membuka Seminar Nasional dengan tema “ Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir sebagai Lokomotif Pengendalian Penyakit bersumber binatang Dalam rangka Mendukung Pembangunan kesehatan bangsa. Selain itu, Menkes juga meluncurkan buku Atlas Vektor Penyakit,serta meresmikan peningkatan status dua Loka menjadi balai yaitu balai Pemberantasan Penyakit bersumber binatang (P2b2) tanah bumbu, kalimantan Selatan dan balai P2b2

salatiga miliki pusat duver

K

Menkes resmikan Pusat Duver.

Page 47: Mediakom 32

No.32/oktober/2011 MediakoM 47

banjarnegara, Jawa tengah…..? banjar atau banjar Negara mohon dicek …...

Dengan diresmikannya Duver ini dan kegiatan-kegiatan inovatif lainnya, diharapkan suatu saat nanti b2P2VPr menjadi Pusat kolaborasi Pengendalian Vektor dan reservoir bagi Negara-negara anggota WHo Asia tenggara (WHO Colaborating Center). Selain itu, B2P2VPR Salatiga dapat menyajikan wahana wisata yang bernuansa ilmiah yang mudah diakses dan dipahami pengunjung sehingga lebih dikenal masyarakat secara luas, kata Dr. dr. trihono, M.Sc., kepala badan Litbangkes.

Menkes dalam sambutannya mengatakan, dalam suatu penelitian berhasil diidentifikasi 1.415 spesies organisme penyakit yang bersifat pathogen bagi manusia, meliputi 217 virus dan prion, 538 bakteri dan rickettsia, 307 fungi, 66 protozoa, dan 287 parasit cacing. Dari data tersebut, sebanyak 61,6 persen atau 872 spesies bersifat pathogen bersumber dari hewan, dan 70,6 persen diantaranya atau 616 spesies pathogen

berasal dari ternak. Dari jumlah itu, 476 atau 77,3 persen spesies di antara spesies pathogen yang berasal dari ternak, dapat menyerang multi spesies. Selain itu, ada 175 spesies pathogen yang berkaitan dengan penyakit infeksi baru atau emerging infectious diseases dan sebanyak 132 atau 75 persen spesies adalah penyebab penyakit zoonosis”.

Melihat besarnya masalah penyakit menular , Menkes minta agar jajaran pemerintah memperkuat kemitraan bersama masyarakat dan swasta mengantisipasi munculnya masalah zoonosis, melalui berbagai kegiatan, yaitu :

Penelitian terintegrasi yang intensif antara kesehatan manusia dan kesehatan hewan; Pengembangan pusat penelitian penyakit zoonosis dan surveilans terstruktur pada manusia dan hewan; Pembentukan tim respon kesehatan dan kesehatan hewan; Pengembangan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia; serta Peningkatan koordinasi antar instansi yang terkait dengan

pengendalian penyakit zoonosis.Menurut Menkes, Pemerintah

Daerah berperan menentukan keberhasilan pemberantasan penyakit bersumber binatang dan zoonosis. Sedangkan masyarakat berperan dalam upaya promotif, preventif dan pengendalian faktor risiko zoonosis. Sementara forum komunikasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor di daerah berupaya agar pengendalian zoonosis berjalan efektif.

“Peresmian DUVer ini hendaknya menjadi momentum guna meningkatkan komitmen jajaran Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengendalikan penyakit bersumber binatang di Indonesia. Disamping itu masyarakat juga makin memahami bahwa dengan berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terhindar dari berbagai penyakit”, ujar Menkes.

Menkes mengharapkan, DUVer terus dikembangkan dan dibuat menarik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai khasanah wisata ilmiah dunia vektor dan reservoir di Indonesia. “ Ini Suatu pusat yang unik, harapan

Page 48: Mediakom 32

NASIONAL

48 MediakoM No.32/oktober/2011

saya diperkenalkan ke kementerian Pendidikan Nasional untuk keperluan wisata ilmiah bagi anak-anak SD, SMP maupun SMA ”, ujar Menkes.

Menkes menyampaikan penghargaan atas Peluncuran buku Atlas Vektor Penyakit yang merupakan sumbangsih b2P2VrP kepada dunia ilmu pengetahuan dan minta agar buku ini menjadi sumber informasi penting tentang vektor di Indonesia.

Sementara seminar nasional Penyakit tular Vektor dan reservoir 2011, merupakan sarana komunikasi dan tukar informasi antara peneliti, akademisi, pemegang program, serta para peminat di bidang vektor dan reservoir penyakit. Sekaligus merupakan media diseminasi hasil penelitian tentang penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir di Indonesia.

Pada akhir sambutannya Menkes menyampaikan penghargaan kepada Gubernur dan seluruh jajaran kesehatan Provinsi Jawa tengah atas partisipasi, semangat dan dukungannya dalam berbagai program kesehatan, khususnya dalam pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir. Di samping itu, Jawa tengah juga telah dapat menurunkan angka kematian ibu (AkI) tahun ini menjadi 102 per 100 ribu kelahiran Hidup (kH). Padahal di tingkat nasional, angka tersebut akan dicapai pada tahun 2015.

Diharapkan angka kematian ibu tersebut bisa ditekan mencapai dibawah 100 per 100 ribu kH sehingga otomatis akan menurunkan AKI secara Nasional, karena Jawa tengah merupakan salah satu dari 3 provinsi dengan penduduk paling besar di Indonesia.

Penghargaan juga disampaikan kepada Walikota dan jajaran kesehatan Kota Salatiga, karena program kesehatan merupakan salah satu program unggulan di Salatiga. Pada kesempatan tersebut Menkes minta, instalasi kesehatan menjadi contoh dalam hal kebersihan. Sampah tidak boleh berceceran di mana-mana dan toilet harus diperhatikan kebersihannya. “Jangan sampai

mencari toilet dengan hidung, tetapi harus ada papan penunjuk. “Saya minta instalasi kesehatan, Puskesmas, rumah Sakit, Laboratorium dan lain-lain dijaga kebersihannya. Selain itu, juga menyediakan pojok ASI (Air Susu Ibu), yaitu tempat para karyawati bisa memberikan ASI atau memerah ASI”, ujar Menkes.

Pesan ini disampaikan Menkes, mengutip pernyataan Presiden Susilo bambang Yudhoyono pada Sidang kabinet beberapa waktu lalu. Presiden perlu menyampaikan pesan tersebut, karena ketika melakukan Safari ramadhan ke berbagai kota di Pantai Utara Jawa (Pantura), menemukan beberapa instansi pemerintah, sekolah

dan fasilitas kesehatan kondisinya masih jorok.

Sementara itu Walikota Salatiga, Julianto meminta masyarakat memanfaatkan moment ini dan membekali generasi penerus tentang dunia vektor dan reservoir serta mengimplementasikan dalam mencegah penyakit yang ditularkan vektor seperti demam berdarah dengue yang angka kejadiannya di Salatiga masih tinggi. Bahkan, tidak hanya DbD tetapi banyak penyakit tular vektor yang harus diketahui untuk menambah wawasan sehingga generasi muda lebih mampu dan lebih siap dalam menghadapi berbagai ancaman penyakit.§ Smd

Menkes luncurkan buku "Atlas Penyakit di indonesia"

Page 49: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 49

Penulis: Hikmandari dan Udiani; Fotografer: Anitasari

ACEH:Menuju Aceh Darussalam

LIPUTAN DAERAH

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 49

Page 50: Mediakom 32

50 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Jika ke Aceh, jangan lupa mencoba mie Aceh, ayam tangkap, dan kopi --penganan khas negeri di ujung barat Sumatera itu, yang merekam pengaruh-pengaruh baik budaya India, Tionghoa, Melayu, maupun Eropa. Aceh memang bangsa besar yang dulu pernah menjadi pusat pertemuan dunia. Sayang, kekerasan demi kekerasan menderanya dari waktu ke waktu, sampai kesepakatan damai tercapai 15 Agustus 2005. Sejak itu keselamatan yang mula-mula sangat mahal menjadi terjangkau, dan kesehatan mulai terurus.

Beberapa data tentang Provinsi Aceh

Sebelumnya bernama Daerah Istimewa Aceh • (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009).

Luas wilayah 58.375 km• 2 ; jumlah penduduk (2010) 4.494.410 jiwa; PDRB (2008) 17, 124 milyar rupiah.

Terdiri dari 18 kab, 5 kota, 264 kecamatan, 6.656 • desa.

Fasilitas kesehatan: RSUD 24 unit, RSJ 1, Puskesmas • 316 , Pustu 856.

Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk: • dokter umum 16 (ideal 24), dokter spesialis 4,3 (6), dokter gigi 6 (11), bidan 32 (40), perawat 63 (158).

50 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Page 51: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 51

Selama 30 tahun terlibat dalam perang melawan

kolonial, sekitar 30 tahun tenggelam dalam konflik

bersenjata, dan hanya dalam 30 menit setelah

gempa mengguncang tersapu oleh gelombang

tsunami, Aceh terluka raga dan jiwanya. Provinsi

di ujung barat Nusantara ini tergolong daerah yang

bermasalah kesehatan. Indeks pembangunan kesehatan

masyarakatnya rendah. Jumlah orang dengan masalah

kejiwaan (ODMK) tinggi.

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 51

Page 52: Mediakom 32

52 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Siang itu Pantai Lampuuk riuh dengan pengunjung. Tiga banana boat masing-masing

berpenumpang enam orang melaju kencang. Puluhan pemuda-pemudi berenang-renang, dan anak-

anak asik bermain pasir putih yang halus. Yang lain, duduk santai di gubuk-gubuk panggung yang

rapi berderet di sepanjang pantai menikmati kelapa muda, indomi hangat, atau ikan panggang

segar. Tak satu pun di antara mereka menunjukkan muka cemas. “Takut dengan laut? Mau ke mana

lagi kita kalau begitu,” tutur Pak Rizal yang membawa kami berkeliling kota. “Tempat ini selalu

ramai tiap akhir pekan. Orang-orang dari luar kota pun datang kemari untuk bersantai.”

Setelah Keluar dari Serambi Konflik

Pantai Lampuuk dan wilayah Lhoknga lainnya merupakan salah satu daerah di Aceh yang terparah diterjang gelombang tsunami pada tahun 2004. Ribuan orang hanyut tersapu gulungan air laut. Hutan pinus, ternak, dan bangunan lain habis tak tersisa. Satu-satunya yang berdiri tegak ketika itu hanyalah Masjid Rahmatullah, yang ketika itu seolah menjadi nisan bisu kematian massal di kecamatan itu akibat gempa dan gelombang tsunami.

Kini Lampuuk dan wilayah Aceh lain sudah pulih, bahkan lebih segar. Lihat saja jalan raya, perumahan, bangunan kantor, taman kota—semua tampak modern. Toko, kedai kupi, dan rumah makan ramai dikunjungi pembeli. Benar-benar Aceh “Darussalam” (Tanah yang Damai).

Namun itu baru separo cerita. Gambaran yang berbeda diberikan oleh catatan kesehatan di tanah rencong ini. Aceh termasuk dalam PDBK dengan IPKM nomor 23 dari

33 provinsi. Jumlah kasus penyakit menular, seperti malaria dan tuberculosis, dan tak menular cukup tinggi.

Lokasi geografis yang sangat sulit dijangkau menjadi salah satu alasan, seperti dikatakan oleh Kadinkes Aceh, Dr. M. Yani, M.Kes, PKK, bahkan “kendaraan biasa pun tidak sampai ke daerah itu.” Penjelasan lain yang lebih mendasar, Aceh adalah negeri yang baru saja keluar dari 30 tahun konflik. Selama itu pembangunan terhenti, kekerasan demi kekerasan berlangsung tanpa ha lang an. Tidak heran bila masyarakat terkoyak. Ma salah kesehatan jiwa mencuat. Prevalensi gangguan emosional warga Aceh 14,1 persen, lebih tinggi daripada rata-rata nasional (11,6%).

Berbagai upaya te lah dilakukan oleh peme rintah. Yang mendasar ada lah menyediakan ja minan kesehatan gratis untuk seluruh warga melalui program JKA (jaminan kesehatan Aceh). Upaya lain adalah membangun pusat unggulan diagnostik ATM. Yang juga dilakukan adalah membina komunitas dan desa-desa siaga guna membangun struktur kesehatan yang kokoh.

Dr. M. Yani, M.Kes, PKK

Kadinkes Aceh

Pasca-tsunami Aceh berbenah. Kapal PLTD Apung (kiri) yang terhempas oleh tsunami pada 2004 ini i menjadi saksi geliat masyarakat Aceh. Pada akhir pekan, warga datang berkunjung, memandang dari atasnya ke arah panyai Ulee Lheu. Demikan juga dengan Museum Tsunami (kanan) yang didirikan untuk mengenang peristiwa maut itu. Di bidang kesehatan, jaminan kesehatan diberikan oleh pemerintah kepada warga. Salah satunya melalui skema JKA yang memberi banyak manfaat, termasuk diskon untuk penumpang kapal.

Page 53: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 53

Anggapan “orang miskin tak boleh sakit” rupanya tak berlaku di negeri ujung barat Indonesia ini.

Sejak Juli 2010, pemerintah Provinsi Aceh telah memberlakukan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA).

Keputusan ini bahkan telah dimasukkan ke dalam Qanun, atau Peraturan Daerah, No. 4, sehingga

siapa pun gubernurnya, jaminan kesehatan wajib disediakan oleh negara kepada warganya.

Dengan demikian, setiap warga Aceh yang tidak memiliki Jamkesmas, Askes, atau asuransi

kesehatan lain dapat memperoleh pengobatan tanpa bayar.

JKA: Tak Perlu Bayar, tapi Bukan Gratis

Yang istimewa pada JKA adalah skema ini memberi premi yang lebih tinggi daripada Jamkesmas, yaitu 16.000 rupiah per orang. JKA juga menutup biaya transpor pasien yang miskin dan seorang pendampingnya. Yang lebih istimewa, untuk kasus-kasus darurat, JKA juga menutup biaya perawatan selama-lamanya 3 x 24 jam di rumah sakit manapun.

Menurut Kadinkes Aceh, Dr. M. Yani, M.Kes, PKK, agar tidak terjadi kesenjangan di antara mereka yang memiliki jamkesmas dan tidak, maka diputuskan kepesertaan JKA terbuka untuk mereka yang tak memiliki jaminan kesehatan apa pun dan peserta Jamkesmas. Saat ini ada sekitar 3, 8 juta warga yang memenuhi persyaratan tersebut dengan 2,6 juta di antaranya adalah peserta Jamkesmas.

Semua dana itu hingga tahun ketiga, yaitu 2013 ditanggung provinsi, tahun keempat kabupaten diminta untuk ikut

menanggung, dan tahun kelima penduduk yang mampu akan diminta ikut mengiur dengan mekanisme tertentu sehingga mereka tidak perlu mengiur secara langsung.

Apakah itu berarti warga Aceh tak perlu lagi mencegah agar tak sakit dengan berperilaku sehat? “JKA bukan pengobatan gratis. Ini hanyalah salah satu jaminan yang dibayar pemerintah dari pajak,” demikian dituturkan oleh dr Abdul Fatah , Kabid. P2PL, “dan hal itu selalu kami tanamkan kepada legislatif dan semua pihak sehingga anggapan bahwa ‘sakit sajalah’, itu tidak akan ada.”

Menurut dr Abdul Fatah, sebetulnya rancang bangun JKA ini mulai pada 2008. Sejak itu, atas dukungan kuat gubernur dan wakil gubernur berbagai studi telah dilakukan, termasuk menimba pengetahuan dan pengalaman pada pemerintah Jembrana, Bali.

Page 54: Mediakom 32

54 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Dibandingkan prevalensi nasional yang 11,6% (Riskesdas 2007), gangguan mental emosional di Aceh lebih tinggi yaitu 14,1%. Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Aceh Tengah,

Aceh Selatan, dan Bener Meriah.

Aceh Merangkul Keswa

54 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Page 55: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 55

Tidak ada definisi sehat tanpa mengikutsertakan kesehatan jiwa. Definisi WHO yang dianut

praktisi kesehatan seantero dunia jelas menyatakan hal tersebut. Suatu keadaan yang sempurna

fisik, mental dan sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan. Mental atau jiwa.

Di Gampong Keswa Dijaga

Sejak sekolah dasar dan belum paham artinya pun kita sudah fasih menyebut slogan mens sana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Setangkup sisi mata uang, Syaifuddin, Kepala RSJ Banda Aceh, mensitir dua kalimat sakral tentang sentralnya jiwa dalam kehidupan. Yang pertama dari penggalan lagu kebangsaan yang selalu kita nyanyikan, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.” Tergetar rasanya menyadari hal tersebut. Jiwanya dulu, baru badannya. Yang kedua, dari firman Allah SWT: “Hai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada-Ku, dan mendapat keridhoan-Ku.”

Jiwa, jiwa. Begitu melekat dengan tubuh kita. Begitu menyatu dengan tarikan napas kita. Tapi sudahkah keberadaannya mendapat cukup perhatian, baik secara individu, sosial, maupun formulasinya dalam program kesehatan?

Sekali lagi, puncak gunung esSehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (WHO). Jadi gangguan jiwa bukanlah seperti anggapan awam tentang orang gila. Bertubi para spesialis jiwa, praktisi, dan pemerhati kesehatan jiwa mengingatkan bahwa gangguan kesehatan

jiwa bukanlah keadaan gila. Dan gila atau gangguan jiwa berat itu hanyalah puncak gunung es. Terlambat kalau kita hanya mengurus sekelumit yang terberat dari piramida kesehatan jiwa. Seperti halnya penyakit fisik, upaya pencegahan dan promotif akan jauh lebih besar dan bermakna hasilnya dalam mengelola kesehatan jiwa masyarakat. Sebutan ODMK, orang dengan masalah kejiwaan, pun kini dipopulerkan untuk menghilangkan stigma orang gila. Apalagi tak ada keraguan bahwa gangguan jiwa dapat diobati. Sudah waktunya berbagai paradigma dalam kesehatan jiwa diluruskan.

Profesor Ascobat Gani dari FKM-UI, memberikan gambaran konkrit dengan melakukan perhitungan kerugian ekonomi akibat masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Dengan mendasarkan perhitungannya pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang menyatakan sekitar 19 juta orang mengalami gangguan mental emosional dan satu juta mempunyai gangguan jiwa berat, Ascobat memperkirakan kerugian ekonomi sebesar 20 trilyun rupiah per tahun.

Bukan jumlah bed, tapi komunitas yang pentingDibandingkan prevalensi nasional yang 11,6% (Riskesdas 2007), gangguan mental emosional di Aceh lebih tinggi yaitu 14,1%. Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Selatan, dan Bener Meriah.

Penanganan kesehatan jiwa di Aceh mendapat perhatian secara khusus setelah terjadinya bencana tsunami. Penanganan trauma kejiwaan pasca bencana yang bermagnitude luar biasa mengundang kiprah para pemerhati kejiwaan yang luar biasa pula, baik dari dalam maupun luar negeri. Asesmen, terapi, dilanjutkan dengan penyusunan model keswa untuk Aceh disertai dukungan sumber daya telah membuka penanganan yang lebih komprehensif atas luka jiwa yang sesungguhnya telah menganga sejak jauh bertahun sebelum bencana. Hampir semua orang menyatakan luka akibat konflik (Gerakan Aceh

Merdeka dan Pemerintah RI) meninggalkan bekas yang lebih dalam dan panjang.

drg. Yessi Syarifah, M.Kes.Kasie Konseling Trauma Dinkes Aceh

Page 56: Mediakom 32

56 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

“Beda ya penerimaan bencana dengan penerimaan konflik. Kalau konflik itu kan hubungan antar manusia. Kalau bencana itu alam, Tuhan, jadi bisa diterima,” tutur drg. Yessi Syarifah, MKes., Kasie Konseling Trauma Dinas Kesehatan Aceh yang kehilangan sebagian keluarganya dalam bencana tsunami.

Dengan besarnya jumlah masyarakat yang mempunyai masalah kejiwaan, juga didorong perubahan paradigma penanganan masalah kesehatan jiwa yang lebih terbuka dan berbasis keluarga dan komunitas, maka penanganan keswa masyarakat di Aceh dengan tegas menempatkan prioritas penanganan sejalan dengan piramida kebutuhan pelayanan. Enam lapis pelayanan kesehatan jiwa digerakkan bersama, mulai pelayanan di tingkat individu dan masyarakat hingga di Rumah Sakit Jiwa. Jumlah kebutuhan pelayanan lebih besar di lapis bawah piramida. Sementara dari segi biaya, relatif lebih rendah dibandingkan pelayanan di tingkat atasnya.

Dengan model piramida pelayanan keswa tersebut, dimulailah perluasan program dengan tulang punggung perawat kesehatan jiwa masyarakat atau lazim disebut dengan singkatan CMHN (community mental health nurse). Selain itu, di tingkat Puskesmas didukung dengan diklat dokter mahir jiwa. Di lapangan, peran kader menjadi tumpuan keberlangsungan kegiatan. Program ini juga

dikoordinasikan secara lintas sektor di setiap kabupaten. Intinya, seperti dikatakan Yessi, "bukan menambah jumlah bed, tapi memperluas komunitas."

Data Dinas Kesehatan Provinsi menunjukkan jumlah pasien gangguan jiwa yang teridentifikasi di Aceh pada 2010 sebanyak 15.025 orang. Sekitar 80 persen diantaranya (11.960 orang) telah mendapat pelayanan dari CMHN. Dari jumlah tersebut, 58 persen telah mandiri, yaitu dapat menolong dirinya sendiri bahkan kembali produktif.

Jumlah kader keswa saat ini tercatat 6.301 orang. CMHN berjumlah 553 dan dokter mahir keswa 196. Dari 316 Puskesmas, 85 persen diantaranya menerapkan model pelayanan keswa masyarakat ini. Sejumlah 958 Gampong melaksanakan kegiatan dan menjadi Gampong Siaga Sehat Jiwa. Berkali-kali Yessi menyatakan acungan jempol kepada para CMHN dan kader. “Mereka luar biasa. Dedikasi dan kesabarannya betul-betul membuat saya terharu dan kagum.” Sukriyah, CMHN yang sering berakrobat dengan dana yang minim, sebaliknya tak henti menyatakan syukur, “Saya belajar banyak dari pekerjaan saya. Mendengarkan, berbicara, mendampingi keluarga ODMK dan melihat ODMK menjadi mandiri, sangat membahagiakan. Yang paling nyata, saya jadi lebih sabar dan tidak mudah emosi di rumah.” Wajahnya serius, meskipun senyumnya semburat.

DewiKader

Sukriyah CMHN

Page 57: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 57

Wajah Dewi nampak sedikit cemas. Tergopoh dia menyambut kedatangan kami. Setengah berbisik, Dewi yang siang itu berbalut baju kurung dan kerudung coklat ini menjelaskan ada ODMK (orang dengan masalah kejiwaan) baru di lingkungan-nya. “Baru dibawa pulang kemarin dari tempatnya bekerja. Stres nampaknya.”

Penjelasan Sukriyah, perawat kesehatan jiwa komunitas Puskesmas Kotabaru, Aceh Besar, tentang tahapan kegiatan pendampingan ODMK tiba-tiba menjadi fakta. Seorang perempuan bertubuh kecil yang sedang duduk di bale-bale bambu menunjukkan reaksi marah dan ketakutan. Ketika Dewi dan Sukriyah mendekat, dia bangkit dan berjalan cepat ke arah kebun. Sesekali dia menengok, memastikan tak seorang pun mengusiknya. Sekejap kemudian dia menghilang di rerimbunan hijau.

Dewi dan Sukriyah berunding. Suara bebek. Desau angin. Gesekan perdu. Sejenak menanti. “Nuuur.... Nuuur...,” Dewi akhirnya melangkah menyusul masuk rerimbunan. Nur yang tengah galau terdengar menyahut marah. Ketika Dewi mendekat, dia menyingkir. Begitu beberapa kali. Tapi

Dewi santai saja. Terus bicara, membujuk, berkomunikasi, dan ikut melakukan hal yang sama, mencari mangga. Dewi menemukan satu mangga, memberikannya pada Nur... dan dia menerimanya. Wow, perilaku yang biasa itu menjadi luar biasa. Sukriyah menjelaskan, “Biasanya perlu lima atau enam kali pertemuan untuk mendapat perhatian dan kepercayaan ODMK. Awal-awal kedatangan, mereka tidak peduli. Tapi setelah beberapa kali kunjungan, mereka akan menanyakan jika kita tidak datang. Kemana ya ibu itu. Mereka kehilangan teman bicara.”

Nur akhirnya kembali ke bale-bale dengan seonggok mangga, Dewi mengiringinya. Ibunya yang sudah tua, kakak ipar, dan Sukriyah duduk bergabung. Nur mengupas mangga. Sukriyah berbicara--memompa harapan dan melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga ODMK agar dapat memberi dukungan sebaik-baiknya.

Sukriyah dan Dewi berpamitan, Nur sudah jauh lebih tenang. Dia beranjak, merapikan satu demi satu belimbing wuluh yang sedang dijemur. Bahasa mangga itu memompa dan menghidupkan harapan.

Bahasa Mangga Itu...

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 57

Page 58: Mediakom 32

58 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Duduk berdampingan dengannya adalah Saridah yang dua tahun lebih muda. Mereka berdua baru seminggu ini menjadi penghuni RSJ setelah dilepaskan oleh petugas rumah sakit dari pasungan masing-masing dan dibawa ke rumah sakit. Tak jelas mengapa dan sudah berapa lama Anisa dipasung, tapi kakinya yang kecil mengurus dan tubuhnya yang terus ingin meringkuk itu membuat kita memperkirakan

bahwa pasung telah lama menemaninya—cukup lama untuk membuat Saridah adiknya yang melihat kondisi itu mengalami depresi dan mengalami gangguan jiwa pula. Saridah pun dipasung.

Aceh memang mencanangkan Aceh Bebas Pasung pada 2010, lebih cepat daripada target nasional 2014 dan RSJ Provinsi NAD merupakan salah satu lembaga yang gencar dan aktif mengusahakannya, termasuk menjemput pasien-pasiennya untuk dirawat di rumah sakit itu. Tidak heran bila kini pasien RSJ telah mencapai 600 orang, melebihi kapasitas yang tersedia. Berdiri di atas tanah seluas 40.701 meter persegi, rumah sakit ini memiliki kapasitas 350 tempat tidur.

Direktur RSJ Prov. NAD, Drs. H. Saifuddin Abdurrahman, SMPH, MKes, mengaku bahwa Aceh sekarang sudah bebas pasung, meski ia tidak memungkiri bila satu dua kasus pasung masih ditemukan. “Itu OGB, orang gila baru,” ia berkilah. “Seperti rambut, meski tiap bulan dipangkas, tak akan habis, seperti itu juga orang sakit ini, orang dipasung tak akan habis.” Sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut, Saifuddin menegaskan perlunya partisipasi masyarakat. Rumah sakit hanyalah pemangkas pamungkas, bukan penjaring utama, karena sesungguhnya hanya 1 persen penderita yang perlu dirawat di rumah sakit. Pandangan buruk masyarakat terhadap penderita penyakit jiwa harus diubah karena menghambat penyembuhan dan partisipasi keluarga. “Di sini sampai [pasien itu] meninggal pun, tak ada yang datang,”Saifudin menyayangkan.

Belum jelas bagaimana rumah sakit mendorong peran aktif masyarakat tersebut, namun dalam hal pengobatan, penyembuhan di rumah sakit ini bukan hanya mengandalkan obat atau pharmaco-therapy, tetapi juga dengan pendekatan kerohanian, terapi religi.

Tak jenak Anisa, perempuan berusia 25 tahun dari Kuta Cane itu, duduk di sofa. Sebentar-sebentar ia coba selonjorkan kedua kakinya, lalu ditekuknya kembali, diselonjorkan lagi, kemudian merosot turun duduk meringkuk di lantai dengan kaki ditekuk di depan dada, dan naik lagi ke sofa. Begitu seterusnya.

RSJ Aceh: Harusnya Pemangkas Pamungkas

Drs. H. Saifuddin Abdurrahman, SMPH, MKes Direktur RSJ Aceh

RSJ di Aceh telah berumur hampir seabad, yaitu sejak 1920 pada zaman Hindia Belanda dengan memanfaatkan Rumah Sakit Tentara di Sabang. Bangunan yang

sekarang ditempati ini dibangun pada 1976, dan pasca-tsunami sebagian telah direkonstruksi oleh BRR dan sebagian bangunan lainnya oleh Palang Merah Norwegia. Melibatkan sekitar 360 lebih karyawan, dalam setahun rumah sakit ini melayani sekitar

2.000 pasien rawat inap dan 7.517 pasien rawat jalan.

Page 59: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 59

Tsunami menimbulkan perubahan lingkungan yang dramatis. Kerusakan pada bibir pantai menyebabkan terjadinya percampuran air tawar dan air asin yang terperangkap di daratan --tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk, khususnya nyamuk Anopheles, perantara

Malaria. (WHO Report, 2006).

Aceh Tabuh Genderang Lawan Malaria

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 59

Page 60: Mediakom 32

60 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

kok malaria saja. Nah makanya kami kembangkan menjadi ATM. Jadi Pusat Unggulan Diagnostik Malaria, Aids dan TB. Terpadu.” Dokter Fattah, Kabid P2PL Dinkes Aceh, menjelaskan keberadaan laboratorium megah yang terus berbenah untuk menjadi pusat unggulan. “Kami berharap Menteri Kesehatan dapat meresmikan laboratorium terpadu ini sebelum akhir tahun,” lanjutnya.

Dokter Cut Maneh yang belum lama memimpin BLK Aceh senang dengan tugas baru ini. Memang cukup banyak yang harus berubah. Para analis dan petugas laboratorium sekarang harus turun gunung. Pembinaan wilayah menjadi tambahan tugasnya. “Kami sekarang lebih proaktif ke daerah,” ujar Kepala BLK yang ramah itu. Meskipun menjadi lebih besar beban kerjanya, mereka antusias dengan berbagai kegiatan yang tak lagi dibatasi dinding BLK. “Kami lebih tahu masalah di lapangan”, kata seorang Analis yang sedang bekerja di salah satu ruang pemeriksaan lab.

“Kami melakukan pemetaan di 23 kabupaten. Kami tes tenaga lab-nya. Kami jadi tahu di mana yang kekurangan tenaga, di mana yang punya tenaga pintar, berapa yang harus kita latih dari nol lagi dan sebagainya”.

Ruang pelatihan khusus, berikut teaching microscope yang dapat digunakan bersama oleh sepuluh orang peserta dan satu instruktur, telah disiapkan. Fasilitas bantuan UNICEF ini juga dilengkapi dengan 40.000 slide standar untuk pelatihan malaria yang dibuat oleh Lembaga Eijkman. “Mungkin baru Aceh yang punya, soalnya kan mahal ya,” setengah bertanya Cut Maneh menjelaskan. Untuk tenaga pengajar, Aceh telah memiliki lima orang analis yang telah lulus sebagai fasilitator nasional yang diuji oleh laboratorium Eijkman di Jakarta. Dua orang berada di BLK, tiga orang di kabupaten, yang akan siap dipanggil untuk melatih. Gairah baru di BLK, gairah tekad eliminasi malaria.

Eliminasi Malaria di seluruh Kabupaten/kotaMalaria sudah ditemukan di Aceh jauh sebelum tsunami. KLB malaria beberapa kali dilaporkan, terutama dari daerah konflik yang sulit diakses. Namun pasca tsunami, angka resmi insidens malaria melonjak dari 4,54% (2003) menjadi 8,41% (2005). Pada tahun 2015 Aceh ditargetkan bebas dari malaria. Gubernur Aceh mengeluarkan peraturan tentang Eliminasi Malaria di Aceh melalui Pergub nomor 4 tahun 2010. Satu-satunya provinsi yang mencanangkan eliminasi untuk seluruh kabupaten di wilayahnya, bukan satu atau dua saja.

Pusat Unggulan Diagnostik Terpadu Malaria, Aids dan TBSesuai syarat eliminasi, seluruh kasus harus dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Untuk itu Pemerintah Aceh mengembangkan Pusat Unggulan Diagnostik Malaria yang dilaksanakan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan (BLK). “Dalam perkembangannya, kami berpikir kenapa

dr. Abdul FattahKabid P2PL Dinkes Aceh

dr. Cut Maneh, M.Kes.Kepala UPTD Balai Lab. Kesehatan

UPTD Balai Lab Kesehatan bersiap menjadi Pusat Unggulan Diagnostik ATM (Aids, Tuberkulosis, Malaria)

Page 61: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 61

kungan (semacam RT/RW). Kami mem punyai 79 JML. Mere ka lah ujung tombak kami.” Kepala Dinas Kesehatan Kota Sa bang menjelaskan. Pe -me rintah Kota Sabang menyadari pentingnya peran pa ra kader ini. Perhatian antara lain diberikan dengan alokasi uang transport sebesar 200 ribu per bulan untuk setiap JML. Rasanya wajar dan layak kalau biaya bergerak para kader tidak menjadi tanggungan pribadi mereka. Keikhlasan dan keringanan mereka menjalankan tugas sungguh menjadi benteng pertama masyarakat dari ancaman penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.

Hari itu juga Juru Malaria Lingkungan (JML) yang sudah bercucu dua itu meminta menantunya mengirim preparat kepada koordinator JML di Puskesmas. Masyarakat di lingkungannya sudah paham, jika ada yang demam, mereka akan mengontak JML berwajah bersih dan ceria itu. Pengetahuan praktis tentang malaria sudah sangat dikuasainya. Baginya melakukan apapun untuk kebaikan sekitar adalah ibadah yang membahagiakan. Selain membantu program malaria, dia juga menjadi kader posyandu dan KB. “Super kader,” celetuknya.

Dengan ujung tombak anggota masyarakat seperti Ibu Yanti, tak terlalu sulit bagi Kota Sabang, yang hanya mempunyai 2 Kecamatan, mengendalikan situasi kesehatan dan penyakit di wilayahnya. Di Aceh, indeks pembangunan kesehatan masyarakat Sabang adalah yang terbaik. Untuk penanggulangan malaria, Sabang sudah menjadi tempat belajar bagi kabupaten atau provinsi lain. Sejak 2008, Sabang menangani malaria dengan intensif. Berbagai kegiatan, mulai pelatihan perawat, dokter, analis, kader, dan berbagai program intervensi lainnya digalakkan. Status Sabang sebagai kota tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing, turut mendorong percepatan penanganan. Inovasi dengan penunjukan JML, menggenjot keberhasilan lebih nyata. “Kalau di tempat lain ada Juru Malaria Desa, kami menurunkannya menjadi tingkat Ling-

SriyantiJuru Malaria Lingkungan

(atas) Monyet merupakan hewan endemis Sabang

yang dilindungi oleh pemerintah. Mereka

dibiarkan hidup liar di alam bebas.

(bawah) Tugu peringatan tenggelamnya KMP

Gurita pada 19 Januari 1996 di perairan Sabang.

Tugu ini didirikan oleh Wangsungtee Warga

Negara Taiwan di dermaga Sabang.

Tangan Ibu Yanti (59) terampil memberi catatan pada kertas berperekat yang baru saja

ditempelnya di kaca bening persegi empat. Sejenak dia berhenti, memastikan kode yang

ditulisnya sudah benar, juga nama dan lokasi pasien. Ujung jarum di-klik-nya ke ujung jari

‘pasien’. Setelah itu bak seorang analis profesional, dia membuat sapuan darah dan menutup

serta memasukkan preparat yang sudah jadi itu ke dalam amplop.

Super Kader

Page 62: Mediakom 32

62 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

POTRET

Dapat Dijelaskan tugas Ditjen Bina upaya kesehatan ?

Jadi kalau bicara tugas Bina Upaya Kesehatan (BUK) merupakan penjabaran dari Bina Upaya Kesehatan Medik. Melihat luasnya pelayanan BUK sedikit berbeda dengan Bina Pelayanan Medik. Bina Pelayanan Medik bertanggung jawab terhadap prasarana dan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada BUK tanggung jawab sampai pada layanan kesehatan dasar yaitu puskesmas.

Dengan tugas dan tanggung jawab itu, maka BUK harus mampu mengiventarisasi masalah, yakni belum terjangkaunya pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia khususnya Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan dalam akses maupun keterjangkauan.

Bagaimana keterjangkauan pelayanan kesehatan selama ini?

Bicara keterjangkauan, yakni akses pelayanan dan kemampuan pembiayaan. Harus diakui masih tidak seimbangnya antara produksi

SDM kesehatan terutama dokter dan spesialis, terhadap percepatan pertumbuhan pelayanan kesehatan. Untuk itu harus mencari solusi menghadapi tantangan disparitas, terutama mutu pelayanan.

Pertumbuhan institusi kesehatan seperti rumah sakit sangat pesat, akhir September 2011 berjumlah 1703 rumah sakit. Berarti membutuhkan tenaga sumber daya dan tenaga kesehatannya. Sehingga beberapa daerah masih kurang, baik puskesmas maupun rumah sakit.

Bagaimana pelayanan kesehatan masyarakat miskin ?

Pemerintah sangat memperhatikan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin yang di tuangkan dalam program Jamkesmas dan Jampersal. Dari waktu ke waktu semakin meningkat pengguna program Jamkesmas. Untuk itu harus diimbangi dengan peningkatan fasilitas pelayanan terutama kelas tiga. Hanya saja anggaran tidak mampu

ehat menjadi dambaan semua orang. Apakah mereka kaya, miskin, tua atau muda. Sebab

sehat menjadi modal hidup yang tak ternilai harganya. Kementerian Kesehatan, melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan sangat berkepentingan dengan pembinaan kesehatan masyarakat Indonesia. Sudah banyak upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan, mulai dari peningkatan mutu SDM, melengkapi sarana dan prasarana, serta mendekatkan akses pelayanan. Sekalipun demikian, karena berbagai keterbatasan, masih banyak tantangan kedepan yang harus dilalui, termasuk mewujudkan pelayanan kesehatan “Rumah Sakit Peduli Pasien”. Bagaimanakah kiat-kiat mencapainya ? Berikut wawancara Mediakom dengan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

s

Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

MengembangkanRumah SakitPeduli Pasien

Page 63: Mediakom 32

No.31/AgUSTUS/2011 MediakoM 63

Page 64: Mediakom 32

64 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

POTRET

mengimbangi. Tetapi apapun alasannya,

tidak boleh pasien di tolak, tidak terlayani. Untuk itu tahun 2012 BUK memprioritaskan penambahan tempat tidur RS untuk pasien kelas tiga dan di Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Disamping itu juga membuat program prioritas seperti Flying Health Care , menggunakan penerbangan udara (helikopter), yang dilengkapi SDM kuratif, preventif dan promotif.

apa yang suDah Dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ?

Melakukan intervensi dengan melakukan peningkatan sistem rujukan rumah sakit. Dengan mengoptimalkan jejaring dengan rumah sakit di bawahnya yang sudah dilakukan selama ini. Disamping itu juga meningkatkan mutu pelayanan dengan melakukan akreditasi rumah sakit secara internasional. Sehingga stratanya menjadi meningkat dari

pratama, madya dan paripurna. Keuntungan dari akreditasi rumah

sakit secara internasional pada outcome yaitu: pertama; standar customer care (kepedulian terhadap pelanggan). Karena standar ini kurang sehingga banyak pasien yang berobat ke luar negeri. Kedua; standar manajemen RS seperti akuntabilitas dan mencegah pelayanan yang tidak efisien. Ketiga; sasaran menuju pasien yang safety yaitu pasien dapat tertangani dengan baik. Keempat; sesuai degan sasaran nasional yaitu program MDgs. Dengan upaya ini diharapkan ada pelayanan yang merata di rumah sakit.

Bagaimana mekanisme pemBinaannya ?

Khusus pembinaan rumah sakit, Kementerian Kesehatan bertangung jawab secara nasional, tapi pembinaan di daerah secara berjenjang yaitu Dinas Kesehatan wajib membina. Berdasarkan Surat Edaran Tiga Menteri yaitu Bappenas, Kemendagri dan Kemenkeu, November 2010. Propinsi/gubernur merupakan perpanjangan tangan di daerah. Sebelumnya, RS mengajukan anggarannya langsung pusat, sekarang tidak boleh. Tapi harus melalui provinsi terlebih dahulu. Sebab mereka yang tahu tentang prioritas pembangunan kesehatan di daerahnya. Dengan upaya itu di harapkan pengalokasian anggaran dari pusat sesuai dengan anggaran di daerah.

Saat ini, anggaran dari pusat, 85% dialokasikan untuk pembangunan fasilitas kesehatan di daerah khususnya rumah sakit dan puskesmas. Sedangkan pembangunan fasilitas kesehatan vertikal, unit pelayanan teknis hanya 15%.

Sudah merupakan perinsip untuk senantiasa mengawal problem yang kian komplek di tingkat pelayanan dasar, puskesmas. Bila hal ini dapat ditingkatkan, maka akan meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya upaya preventif dan promotif. Dampak positif berikutnya jumlah rujukan dari puskesmas ke rumah sakit akan menurun. Secara otomatis juga akan menekan biaya kesehatan.

pemerintah sangat memperhatikan

pelayanan kesehatan masyarakat miskin Dan

hampir miskin. yang Di tuangkan Dalam

program jamkesmas Dan jampersal.

Page 65: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 65

mengapa Banyak Wni yang BeroBat ke luar negeri?

Pelayanan kesehatan masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas yang lebih suka berobat keluar negeri, harus mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik di dalam negeri. Sehingga devisa tidak ikut keluar negeri. Salah satunya adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sampai pada tingkat customer care.

Untuk mengatasi hal tersebut sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJPM) yakni membentuk rumah sakit dengan pelayanan berstandar internasional. Saya tekankan disini mutu pelayanan internasional tidak harus membuat gedung baru dan penambahan alat canggih. Tapi rumah sakit itu dari yang palingh atas sampai yang paling bawah harus meningkatkan mutu pelayanan sehingga sikap, standar dan mutu pelayanannya bertaraf rumah sakit internasional.

Terutama sikap mutu dari SDM kesehatannya. Hasil survey ICW (Indonesia Coruption Watch) menunjukan bahwa alasan mereka berobat keluar negeri akibat kekecewaan pada komunikasi, pelayanan dan empati kepada pasien. Sangat sedikit sekali mereka berobat keluar negeri karena salah diagnosis, gedung kurang bagus atau dokter yang kurang pintar.

Berdasarkan hasil survey dan hasil pengamatan, harus diakui bahwa pelayanan belum menerapkan sikap yang berorientasi pada customer. Pengalaman lain yang diamati banyak pasien yang memilih berobat bukan ke rumah sakit modern, tapi rumah sakit bernuansa asri dengan pelayanan kekeluargaan yang memberikan kenyamanan daripada dengan pelayanan formal, kaku tanpa ada keramahtamahan.

Bagaimana cara meminimalkan Wni tiDak BeroBat ke luar negeri?

Apabila menginginkan masyarakat sama sekali tidak berobat keluar negeri besar sekali usaha yang harus dilakukan dan tidak mudah. Dulu Malaysia, tidak ada artinya apa-apa buat Indonesia, tapi sekarang

masyakarat banyak berobat kesana. Sekarang bagaimana caranya masyarakat tetap berobat di Indonesia dan warga Malaysia berobat ke Indonesia.

Salah satu yang dilakukan yakni membuat rumah sakit Internasional di titik-titik yang masyarakatnya lebih banyak ke luar negeri seperti Jakarta, Medan dan Bali. Sebab Medan dekat Malaysia, masyarakatnya lebih memilih berobat ke Malaysia. Bali juga mendapat prioritas guna menarik turis, bukan hanya wisata, tapi juga medisnya, seperti medical tourism. Walau, mungkin tidak dapat menghentikan seratus persen masyarakat berobat keluar negeri, tetapi paling tidak mengurangi.

apa yang akan Dilakukan untuk meningkatkan sDm kesehatan ?

Atas dasar semangat untuk memperbaiki, dengan anggaran yang sangat terbatas berusaha merubah SDM menjadi lebih baik. Mengalokasikan anggaran untuk pelatihan. Melakukan monitoring dan evaluasi bekerjasama degan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Menyusun konsep membentuk customer service di semua rumah sakit dan pelayanan publik yang memadai. Membentuk unit informasi publik untuk melaksanakan UU Keterbukaan Informasi Publik. Hal ini diharapkan menjadi masukan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan.

Dapat Dijelaskan pengemBangan medical tourism ?

Medical Tourism pada dasarnya memberikan pelayanan kesehatan dengan kombinasi paket wisata. di daearahnya. Contohnya Medical check-up yang ada di rumah sakit Denpasar, ruangannya didesain bernuasa Jepang. Jadi pasien yang berasal dari Jepang merasa seperti di daerahnya sendiri. Disisi lain, pasien juga dapat menikmati objek wisata di Bali.

Selain itu, ada pengembangan obat tradisional. Saya pernah di tawari spa di Kuwait ternyata yang melayani orang dari Bali. Sebenarnya banyak kemampuan orang Indonesia, tapi kurang dimanfaatkan di dalam negeri.

Jadi diharapkan rumah sakit dapat mengembangkan ciri khas tersendiri dari Indonesia sebagai daya tarik. Yang sudah berhasil mengembangkan medical tourism adalah Korsel, Thailand, Malaysia dan India.

Bagaimana pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin Dan menjelang miskin ?

Untuk masyarakat miskin disediakan program Jamkesmas, Jampersal dan Jamkesda oleh daerah. Saat ini pembiayaan Jamkesmas dan Jampersal terus meningkat. Program Jampersal menjamin setiap orang yang bersalin sebelum partus/melahirkan ditangani oleh bidan/tenaga kesehatan di puskesmas atau di RS kelas tiga.

Anggaran untuk masyarakat miskin melalui Jamkesmas terus meningkat. Walau demikian harus diakui, masih banyak keluhan dari masyarakat berkenaan dengan kepesertaan. Sebab kepersertaan Jamkesmas berdasarkan data hasil Susenas. Masyarakat yang di luar itu menjadi tangung jawab kepala daerah seperti Jaminan Kesehatan Daerah. Tapi karena belum semua daerah mampu, tentu masih menjadi tantangan. Saat ini daerah yang sudah menjamin biaya kesehatan seluruh penduduknya baru empat provinsi yaitu Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Bali.

Umumnya sebagian besar sudah tercover, tetapi tidak dapat dihindari “tanpa komplain” di dunia manapun. Tapi karena sering dipolitisasi, dimobilisir oleh media sehingga terkesan selalu tidak baik. Tapi tidak mengapa, karena itu sebagian respon masyarakat yang harus dicari solusinya.

Pada dasarnya pembangunan SDM tidak bisa sepotong-sepotong, harus menjadi komitmen top leader sampai bawah. Komitmen-komitmen di BUK sampai rumah sakit yang melakukannya. Tanpa komitmen tidak akan jalan atau hanya musiman. Kita harus membentuk budaya pelayanan yang peduli pasien. Oleh karena itu harus membentuk tim customer servicenya yang berkesinambungan. Monitor terus, agar tetap berjalan. Targetnya tahun 2014, 92,3% menuju rumah sakit berstandar Internasional.§Pra,YN

Page 66: Mediakom 32

SIAPA DIA

66 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

foto

-fo

to: w

ww

.ka

pan

lag

i.co

m

Kebiasaan mencuci tangan ternyata sudah dilakoni Dik Doank sejak usia dini. Namun, pria yang biasa disapa om ganteng ini baru menyadari pentingnya cuci tangan setelah melakukan aktivitas bermain gitar.

menurut Dik Doank kebiasaan menjaga kesehatan dengan mencuci tangan sebenarnya telah diajari oleh ayahnya, salah satunya jika selesai memainkan senar gitar.

“Kalau kebiasan itu sih baru saya sadari sejak duduk di bangku Smp. Kan, senar gitar ada karatnya dan

oleh bapak almarhum saya selalu diingatkan,” katanya.

Kebiasaan tersebut kini ternyata sudah ditularkan pada anak-anaknya di kediamannya, termasuk dengan anak-anak Kandang Jurank Doank, lokasi sekolah alam miliknya.

“alhamdulillah di rumah nggak kesulitan air sehingga di mana pun ada kran air. apalagi kalau sholat juga kan cuci tangan. Jadi sebetulnya sudah mengakar,” ucap lulusan institut Kesenian Jakarta ini.§

(kapanlagi.com)

Dik Doankcuci tangan selesai main gitar

nama irene kharisma Sukandar pasti sudah tidak asing lagi di dunia catur. Dia adalah pecatur nasional Women Grandmaster yang Juli kemarin berangkat ke Swiss untuk mengikuti kejuaraan catur Biel Chess Festival yang diadakan pada 16-29 Juli sebagai persiapan menjelang SEa games 2011. Selain irene, ada 13 atlet catur lain yang juga mengikuti uji coba pada kejuaraan tersebut.

pada kejuaraan tersebut, ada banyak nomor yang dipertandingkan. tetapi irene dan teman-temannya hanya mengikuti 3 nomor yang sesuai dengan nomor yang akan dipertandingkan di ajang SEa games, yaitu catur cepat (rapid), kilat dan klasik.

Setelah mengikuti try out di Swiss, tidak ada rencana uji coba bertanding ke luar negeri lagi. Uji coba selanjutnya akan dilakukan di dalam negeri, seperti kejuaraan indonesia open dan Japfa chess festival. Seluruh rangkaian jadwal

irenekharismapersiapan menjelang sea games

Page 67: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 67

Kepedulian nurul arifin terhadap permasalahan HiV dan aiDS sudah tidak diragukan lagi. perempuan kelahiran Bandung, 18 Juli 1966 ini aktif memberikan ceramah tentang pencegahan HiV dan aiDS ke berbagai daerah di indonesia hingga ke merauke, papua.

Kita semua tahu masalah-masalah yang dihadapi oDHa, rasanya tidak pernah habis dan terus berjalan. Banyak dukungan yang bisa kita berikan kepada mereka. Salah satunya, kita bisa mencegah agar masalah-masalah penularannya tidak terjadi, terutama menyangkut stigma.

Stigma adalah label negatif yang diberikan pada orang dengan HiV/ aiDS atau oDHa (orang

Dengan HiV/aiDS). Saat ini, stigma tidak hadir dalam rupa fisik, tapi dalam perlakuan masyarakat yang memojokkan dan menghinakan. Stigma menjadikan oDHa didiskriminasi, yaitu tindakan yang mengucilkan.

Stigma berlebihan terhadap oDHa dapat diatasi jika semua pihak peduli dan mendapatkan informasi yang tepat tentang perbedaan HiV dengan aiDS. pandangan awam yang sangat mapan menyatakan HiV ditularkan melalui hubungan seks. padahal, kenyataan yang terjadi adalah HiV terutama ditularkan melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian yang lazim terjadi pada kalangan pengguna narkoba.§

(www.nurularifin.com)

nurul arifinhentikan stigma kepaDa oDha

irenekharismapersiapan menjelang sea games

uji coba ini sudah disusun lama, sehingga para atlet catur sekarang bisa lebih fokus mempersiapkan diri dalam menghadapi pesta olahraga tingkat aSEan yang akan digelar di palembang dan Jakarta pada november mendatang.

Selain itu, untuk dapat lebih mematangkan persiapan latihan, pB percasi telah memanggil pelatih catur dari Rusia, grandmaster Ruslan Scherbakov. nama pelatih ini sudah tidak asing lagi bagi tim catur nasional. Sebelumnya dia telah melatih irene dan grandmaster Susanto megaranto saat menjelang asian games 2010 lalu.§

(diambil dari agen-taruhanonline.biz,diubah seperlunya)

Page 68: Mediakom 32

68 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

Keragaman berbagai spesies vektor dan penyebarannya di seluruh wilayah Indonesia mengakibatkan epidemiologi penyakit tular vektor bertambah kompleks.

RESENSI BUKU

Nomor Klasifikasi : 614.43.Ind.a.

Judul : Atlas Vektor Penyakit Di Indonesia Seri 1

Impresum : Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kolasi : xiv, 150 hlm; 29,5 x 21 cm

Subyek : 1. ENTOMOLOGY

2. GENETIC, VECTORS

3. ARTHRPOD VECTORS

4. ARBOVIRUS INFECTIOUS

PenyaKIt yang ditularkan melalui vektor hingga kini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa .

Vektor adalah antropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/ atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia. Penyakit tular vektor di Indonesia antara lain malaria, arbovirosis seperti DBD, Chikungunya, Japanese B. encephalitis (radang otak), filariasis limfatik (kaki gajah), pes (sampar) dan demam semak (scrub typhus).

Keragaman berbagai spesies vektor dan penyebarannya di seluruh wilayah Indonesia mengakibatkan

epidemiologi penyakit tular vektor bertambah kompleks. Dinamika penularan disuatu wilayah berbeda dengan wilayah lain karena perbedaan bio-geografi, lingkungan, spesies vektor, bio-ekologi, distribusi dan pola sosial budaya serta perilaku masyarakat.

Atlas vektor penyakit ini adalah salah satu seri dari pengendalian vektor dan reservoir penyakit yang disusun untuk memberikan informasi tentang antropoda yang berperan sebagai vektor penyakit terutama pada manusia yang terdapat di Indonesia. Buku ini juga mencantumkan beberapa pokok pengertian tentang klasifikasi, morfologi, daur hidup, habitat dan distribusi vektor.§

Page 69: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 69

Buku ini merupakan panduan yang sangat relevan untuk dijadikan pedoman tidak saja di unit-unit pemerintah, akan tetapi swasta dan LSM atau institusi lain yang berkepentingan terhadap masalah kesehatan khususnya pada penanganan TB.

Nomor Klasifikasi : 614.542

Judul : Stop TB: Terobosan Menuju Akses Universal Strategi

Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014

Impresum : Jakarta, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan – Kementerian Kesehatan RI – 2011

Kolasi : viii, 70 hlm, 17 x 24 cm

Subyek : TUBERCULOSIS TB CONTROL PROGRAM

BerBagaI kemajuan telah dicapai sejak tahun 2003, namun problematika pengendalian Tuberkulosis (TB) tidak kunjung selesai. Saat ini muncul tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten obat dan tantangan lain dengan tingkat kompleksitas yang semakin tinggi. Kebijakan pemerintah selayaknya harus menyesuaikan dengan kondisi terkini. Permenkes Nomor 565/MENKES/PER/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian TB Tahun 2011-2014 menjadi acuan pengendalian TB yang berkualitas dan berkesinambungan di Indonesia.

Terdapat delapan jilid yang merangkum 8 Rencana Aksi Nasional Kementerian Kesehatan, diantaranya Rencana Aksi Nasional Public Private Mix, Programmatic Management

of Drug Resistance Tuberculosis, Logistik, Penguatan Laboratorium, Pengembangan SDM, Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, Informasi Strategis, dan TB-HIV yang kesemuanya merupakan rangkaian aksi lanjutan dari periode sebelumnya.

Buku ini merupakan panduan yang sangat relevan untuk dijadikan pedoman tidak saja di unit-unit pemerintah, akan tetapi swasta dan LSM atau institusi lain yang berkepentingan terhadap masalah kesehatan khususnya pada penanganan TB. Program yang berkesinambungan, kerja sama antar instansi, kinerja optimal, anggaran tepat sasaran dan terkendali diharapkan dapat terwujud untuk mencapai tujuan pengendalian TB secara nasional maupun global.§

Page 70: Mediakom 32

70 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

LENTERA

Mama Cika, begitu panggilan sehari-hari ibu rumah tangga beranak tiga itu. Kedua anaknya belajar nyantri di salah satu pesantren di Banten. Ia tinggal bersama Najla anak ketiga yang menderita Down

Syndrome. Jenis penyakit kelainan kromosom yang di bawa sejak lahir. Kini menjadi anak berkebutuhan khusus. Kelainan itu tampak dari wajah tidak normal, jari dan lengan tangan yang pendek.

Meski, Najla baru berumur tiga tahun, telah memerankan anak berkebutuhan khusus sangat sempurna. Dulu, hampir setiap hari minimal satu peralatan rumah tangga pecah, seperti piring, gelas, kaca, dll. Belum lagi perilaku seperti mengacak-acak pakaian, buku, perabotan rumah tangga, bahkan kotorannya sendiri setelah Buang Air Besar (BAB). Seluruh perilaku khusus itu makin bertambah seru dan kombinasi. “Aku hanya pasrah dan ikhlas menerima kado ini dari yang Maha Kuasa” kata Mama Cika saat silaturahmi lebaran Idul Fitri 1432 H.

Ibu yang bernama asli Sumini atau Mini ini justru merasa bersyukur dengan mendapat amanah anak seperti Najla. Sebab anak berkebutuhan khusus dapat menjadi ladang ibadah dan amal. Ia termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri sebagai ibu. Sumini berusaha mencari tahu sendiri tentang apa dan bagaimana Down Syndrome melalui berbagai media termasuk internet.

Dengan pemahaman yang benar tentang Down Syndrome membuatnya lebih tenang, sabar dan bersahaja menghadapi berbagai kesulitan mendidik Najla. Bahkan berbagai kesulitan menjadi tantangan tersendiri untuk menemukan solusi terbaik bagi buah hatinya. Berbagai cara dilakukan sehingga menemukan cara yang paling cocok untuk mengendalikan perilaku iseng yang merusak.

Salah satu cara yakni dengan memberi kaca cermin dan mic di ruang main. Dengan dua alat terseut, ternyata Najla dapat bermain sendiri dan aman. Ia bernyanyi-nyanyi sambil melihat gayanya sendiri pada cermin. Kemudian Najla tertawa, bergaya dan terus menyanyikan lagu karangannya sendiri. “Lagu yang hanya diketahui oleh Najla sendiri, baik lirik maupun syairnya”, ujar Sumini sambil tersenyum.

Bila Najla sedang bernyanyi, maka sumini menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah dengan tenang. Ia cukup mengawasi dari kejauhan sambil bekerja. “ Tapi saya tidak tahu seberapa lama Najla akan nyaman bermain cermin dan bernyanyi. Bila sudah bosan harus mencari permainan baru yang membuatnya tenang, disinilah tantangannya” ujar Mini.

Mini juga merasa mendapat banyak hikmah dengan amanah anak berkebutuhan khusus. Ia menjadi lebih peduli terhadap nasib orang lain. Khusus bagi keluarga yang sedang mendapat ujian seperti pasangan suami-istri yang sedang bermasalah. Semua keluarga di lingkungannya yang sedang dirundung prahara rumah tangga curhat padanya. Mama Cika berusaha memberi solusi dan menyediakan waktu menjadi tempat curhat yang aman dan menyenangkan bagi istri yang sedang mendapat ujian. “Sampai suatu ketika ada diantara mereka yang mengucapkan hanya engkau Mama Cika yang peduli kepadaku, aku salah seorang istri”, kata Mini mengisahkan.

Tidak hanya sampai disitu, ternyata Mini juga dapat melaksanakan ibadah lebih baik, khusuk dan istiqomah dibanding sebelumnya. Dengan mengendalikan Najla yang bermain tak terduga, sehingga harus membagi konsentrasi mengawasi anak dan melaksanakan shalat taraweh. Ternyata Ia mampu melaksanakan shalat Taraweh di Mushala dekat rumah sebulan penuh tanpa absen, bahkan bulan Ramadhan 1432 H dapat mengkatamkan bacaan Al-quran sebanyak 3 kali. Sementara banyak ibu yang tidak mendapat kesulitan seperti Mama Cika belum tentu dapat melakukannya.

Hikmah lain membuat dia lebih bijak dalam menyikapi persoalan hidup, baik yang menimpa diri sendiri, keluarga atau yang dialami orang lain. Memandang persoalan tidak kaku dan hitam putih. Ia menyikapi setiap masalah dan ujian sebagai cara untuk mendewasakan diri menjadi lebih baik. Juga meyakini pasti ada hikmah kebaikan dibalik setiap masalah dan ujian itu. “Untuk itu, saya berusaha tidak panik menghadapi ujian hidup” ujar Mini mengakhiri cerita dengan optimis.§

Prawito

ANAKKUDOWN SYNDROME

Page 71: Mediakom 32

No.32/OKTOBER/2011 MediakoM 71

Mengendarai motor dengan salah satu rodanya bocor, sungguh tidak nyaman. Demikian pula mengendarai mobil, becak atau bajaj. Kenyamanan akan terjadi bila semua roda dalam keadaan baik, sehingga dapat

berbutar secara seimbang. Menggunakan kendaraan apapun, bila terjadi keseimbangan akan nyaman. Intinya seimbang, termasuk dalam memandang kehidupan.

Terlalu banyak memandang ke atas, leher segera capek dan terasa pegal. Apalagi ketika sedang berjalan, bila banyak memandang ke atas akan berbahaya. Lubang didepan tak terlihat, berakibat terperosok atau bertabrakan. Merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, perlu keseimbangan, sesuai dengan kebutuhan. Tentu pandangan yang paling nyaman, bila lebih banyak memandang ke bawah dan kedepan. Hanya sesekali melihat ke atas, samping dan ke belakang. Apa makna dari seluruh cara pandang itu dalam kehidupan ?

Memandang ke bawah, menunduk secara fisiologis lebih mudah dan nyaman di banding memandang ke atas. Dalam aktifitas keseharian berkomunikasi, berinteraksi dan apapun kegiatannya, akan lebih mudah diterima dan dikerjakan. Tak banyak birokrasi, bahkan dapat berinteraksi dan berkomunikasi kapan saja. Bila ke atas, banyak prosedur yang harus dipenuhi. Mengajukan permintaan terlebih dahulu. Selanjutnya menunggu respon, sementara respon belum tentu sesuai harapan, mungkin ditunda atau bahkan ditolak. Intinya, apapun ke bawah lebih mudah daripada ke atas.

Bila hidup banyak melihat ke bawah akan lebih nyaman dan mudah. Seperti air lebih mudah mengalir ke bawah dari pada muncrat ke atas. Menuruni tangga lebih mudah dari pada naik tangga. Selain itu juga lebih nyaman, karena tidak terlalu capek, apalagi turunannya landai. Dalam hidup, memandang ke bawah, membuat lebih mudah bersyukur, menerima karunia dengan lapang dada dan ikhlas. Merasa lebih beruntung, karena masih banyak yang lebih menderita dibanding dirinya.

Kondisi seperti ini, membuat hidup lebih mudah mengendalikan diri, seperti memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian memilih yang baik, walau tidak menambah keuntungan materi. Melihat ke bawah akan mendorong lebih empati dan peduli kepada orang lain yang berkekurangan. Apakah kekurangan dalam materi, pengetahuan, akses kesehatan dan bentuk lainnya. Sehingga lebih mudah membantu kepada orang lain yang membutuhkan

sesuai dengan kemampuan. Tumbuhnya kemauan membantu sesama akan membuat diri merasa cukup dengan apa yang ada. Bila merasa cukup, pasti hidup terasa “nyaman”.

Jika hidup banyak melihat ke depan, dapat mengarahkan pada sasaran yang akan menjadi tujuan. Menata langkah, tahap demi tahap, terus melaju menuju cita-cita yang diharapkan. Tidak mudah terperdaya gangguan, rayuan, bisikan yang menggoda dan menyesatkan. Tetap teguh pendirian pada tujuan. Bila menoleh ke kanan dan ke kiri, hanya memastikan tidak ada bahaya dan acaman yang mengintainya. Apa tujuan hidup ? Setiap orang berbeda-beda. Tetapi semakin mulia tujuan hidupnya, semakin besar pula godaannya. Maka, berhati-hatilah menghadapi godaan. Jangan sampai tergoda.

Perlu melihat ke atas, tapi cukup sesekali saja. Mungkin ada bintang dan rembulan yang sedang bersinar memberi penerang dan inspirasi kehidupan. Gunakan inspirasi tersebut untuk memicu kreasi diri, sehingga hidup lebih dinamis dan produktif. Mencari terobosan baru, sehingga lebih efektif dan efisien. Jangan terlalu sering melihat ke atas, disamping cepat capek juga dapat menimbulkan stress, apabila harapan tak tercapai. Sebaliknya, bila harapan terpenuhi, bisa lupa diri. Lupa segala-galanya. Lupa teman, saudara dan orang tua. Sebab sudah merasa kaya, hebat dan kuat. Tak perlu bantuan orang lain.

Jangan pula terlalu sering melihat kebelakang, bernostalgia. Cukup sesekali saja untuk belajar dari masa lalu. Seperti mengendarai mobil, harus banyak melihat ke depan, fokus pada tujuan yang akan dicapai. Hanya sesekali saja melihat kebelakang lewat kaca spion, sekedar memastikan kendaraan dalam posisi aman. Tidak mengganggu perjalanan menuju tujuan. Sebab, bila terlalu banyak melihat kebelakang berbahaya, dapat mengacaukan konsentrasi dan dapat lupa dengan tujuan yang sebenarnya. Mereka akan asyik dengan berandai-andai dan angan-angan masa lalu. Tak ada perbaikan apa-apa pada dunia nyata.

Jadi, agar dapat menjalani hidup dengan baik, maka perlu keseimbangan dalam memandang kehidupan. Baik memandang ke atas, ke bawah, depan, belakang maupun ke kanan dan kekiri. Bila keseimbangan pandangan hidup dapat dilakukan secara proporsional, tentu akan memberi dampak positif dan pelajaran yang berharga. Ia tak akan kekurangan pengalaman dan media belajar untuk menggapai hidup yang lebih berguna dan menjadi pribadi yang lebih paripurna.§

Seimbang Cara MemandangPrawito

Page 72: Mediakom 32

68 MediakoM No.32/OKTOBER/2011

LENTERA