30s_pki

Upload: elizabeth-silvyana

Post on 16-Jul-2015

88 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2. Lubang Buaya Pada pukul 2.30 pagi dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Letnan Satu Dul Latief sebagai pemimpin Kesatuan Pasopati dari Gerakan 30 September memeriksa seluruh pasukannya. Pasukannya dibagi menjadi 7 sub-kesatuan. Masing-masing pasukan ditugaskan untuk menculik satu jendral yang ada di dalam daftar dan membawanya ke Lubang Buaya. Berikut pembagian tugas dari masing-masing kesatuan : 1. Komando Pembantu Letnan Dua Djahurub dari Resimen Tjakrabirawa (terdiri dari satu regu Batalyon I Resimen Tjakrabirawa, satu peleton masing-masing dari Batalyon Pasukan Para 454 dan 303, Kesatuan Pasukan Para Angkatan Udara, dan satu peleton sukarelawan dan Pemuda Rakyat) bertugas menculik Jenderal Abdul Haris Nasution. 2. Komando Pembantu Letnan Satu Mukidjan dari Brigade 1 (terdiri dari masingmasing satu peleton dari Brigade Infanteri 1, Batalyon Pasukan Para 454, dan 530, satu regu dari Tjakrabirawa dan dari Kesatuan Pasukan Para Angkatan Udara, serta dua regu dari Pemuda Rakyat) bertugas menculik Jenderal Achmad Yani. 3. Komando Sersan Kepala Sulaiman dari Tjakrabirawa (terdiri dari satu Resimen Tjakrabirawa) bertugas menculik Mayor Jenderal Suprapto. 4. Komando Sersan Mayor Satar dari Tjakrabirawa (terdiri dari satu regu Resimen Tjakrabirawa dan satu peleton dari Batalyon 530) bertugas menculik Mayor Jenderal S. Parman. 5. Komando Sersan Mayor Surono dari Tjakrabirawa (terdiri dari tiga regu Resimen Tjakrabirawa) bertugas menculik Brigadir Jenderal Sutojo Siswomihardjo) 6. Komando Sersan Kepala Bungkus dari Tjakrabirawa (terdiri dari tiga regu resimen bentukannya sendiri) bertugas menculik Mayor Jenderal M.T. Harjono. 7. Komando Sersan Mayor Sukardjo dari Batalyon Kesatuan Para 454 (terdiri dari masing-masing satu regu Brigade Infanteri 454 dab Brigade Infanteri 1) bertugas menculik Brigader Jenderal D.I. Pandjaitan. Letnal Dul Arief mengatakan kepada para komandan sub-kesatuannya bahwa adanya komplotan Dewan Jenderal dan para jenderal yang mereka culik adalah orang-orang yang merencanakan perebutan kekuasaan. Karena itu mereka harus ditangkap dan dibawa ke Lubang Buaya tidak peduli hidup atau mati. Agar para jenderal yang diculik tidak curiga, mereka akan diberitahukan bahwa mereka

mendapat panggilan dari Presiden. Lalu ketujuh sub-kesatuan tersebut meninggalkan tempat kira-kira pada 3.30 pagi. Sersan Bungkus menuju ke rumah Jendral Harjono yang disambut oleh istrinya. Bungkus memberitahu Ny. Harjono bahwa suaminya di panggil oleh Presiden. Ny. Harjono pun segera memberitahu suaminya, namun Jenderal Harjono merasa agak curiga. Karena itu beliau meminta istrinya untuk memberitahu pasukan Tjakrabirawa itu untuk kembali pada keesokan harinya pada pukul 8.00 pagi. Namun Bungkus tetap memaksa, Jenderal Harjono pun menyuruh anak dan istrinya utuk pergi ke kamar lain. Jenderal Harjono yang tidak bersenjata berusaha melawan, namun ia justru ditembaki beberapa kali. Saat beliau diseret ke truk, putranya yang mengikuti ayahnya justru dipukul jatuh dengan senapan. Ketika penculik sampai di rumah Jenderal S. Parman, beliau sendiri yang membuka pintu. Sersan Mayor Satar mengatakan bahwa beliau dipanggil oleh Presiden. Awalnya Jenderal S. Parman tidak curiga karena biasa dipanggil tengah malah ke Istana pada saat-saat genting. Beliau segera menuruti dan masuk ke dalam untuk berganti pakaian. Namun istrinya curiga karena ada beberapa prajurit yang mengikui Pak Jenderal ke dalam rumah dan menanyakan surat perintah mereka. Salah satu prajurit mengelak dan mengatakan suratnya dipegang perwira di luar. Hal ini menimbulkan kecurigaan, Jenderal S. Parman pun menyuruh istrinya untuk menelepon Jenderal Yani. Tapi kabel telepunnya sudah di putus. Akhirnya Jenderal S. Parman ikut pergi tanpa perlawanan. Yang terjadi dengan Jenderal Suprapto tidak berbeda dengan Jenderal S. Parmaan. Perbedaanya beliau tidak diberi kesempatan untuk berganti pakaian. Dan langsung dipaksa masuk ke dalam truk. Peristiwa yang sama terjadi di rumah Jenderal Sutojo. Tetapi para penculik menambahkannya dengan memecahkan barang-barang yang ada di rumah Jenderal Sutojo.