3. pedoman ipsg (edit) 80913
DESCRIPTION
3. Pedoman Ipsg (Edit) 80913TRANSCRIPT
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARATRSPAD GATOT SOEBROTO
PEDOMAN
PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN / SKP
RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
Jakarta, Juli 2013
2
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARATRSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
PEDOMAN
TENTANG
PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
BAB I
PENDAHULUAN
1. UMUM
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang
terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit, oleh karena keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan terkait dengan isu mutu dan citra
rumah sakit.
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah badan pelaksanaan Ditkesad yang
bertugas menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tertinggi di jajaran TNI AD yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota TNI maupun Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan keluarga serta masyarakat umum dengan Visi “ Menjadi rumaha sakit
berstandar internasional, rujukan tertinggi, pendidikan utama serta kebanggaan prajurit
dan masyarakat “ Seiring dengan meningkatnya kesadaran serta tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 / Menkes / Per / VIII / 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Lampiran Keputusan Ka RSPADNomor Kep/SKP / / /2013Tanggal Juni 2013__________________
3
Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistim dimana rumah sakit
membuat suatu pasien lebih aman yang meliputi asesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemammpuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Melalui penerapan standar – standar dan langkah – langkah menuju Keselamatan
Pasien diharapkan dapat mengurangi angka kejadian kasus Insiden Keselamatan
Pasien (IKP) di rumah sakit. Walaupun hal ini baru merupakan tahapan awal dari
rangkaian proses yang panjang (never ending process) dan upaya ‘membangun budaya’
di lingkungan rumah sakit tetap juga membutuhkan rumusan konkret dan kegiatan-
kegiatan pelaksanaan yang memerlukan penjabaran. Hal ini disadari tidak mudah dan
memerlukan komitmen yang tinggi dari seluruh komponen pemberi pelayanan di rumah
sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad perlu
dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya penerapan standar
International Patient Safety Goals (IPSG) atau Sasaran Internasional Keselamatan pasien
(SIKP) agar angka kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Maksud dari Pedoman Penerapan keselamatan pasien
berstandar internasional khususnya IPSG/SIKP RSPAD Gatot Sebroto Ditkesad
untuk memberikan gambaran tentang penyelenggaraan Sistem Keselamatan
Pasien di lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
b. Tujuan.
1) Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad didalam mengambil keputusan terhadap keselamatan pasien.
2) Sebagai acuan bagi para dokter, dan petugas kesehatan lainnya
untuk dapat meningkatkan implementasi sasaran internasional keselamatan
pasien
4
3) Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang bekualitas dan citra
yang baik bagi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
4) Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab
dan rasa nilai kemanusian terhadap implementasi sasaran ineternasional
keselamatan pasien di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
5) Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap
tindakan yang akan dilakukan
6) Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
3. Ruang lingkup dan Tata Urut.
a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pedoman penerapan sasaran
internasional keselamatan pasien berstandar internasional RSPAD Gatot Sebroto
Ditkesad meliputi tujuan, prinsip pelaksanaan, metode pelaksanaan dan penerapan
Sistem Keselamatan Pasien sesuai Standar Pelayanan Medik RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad.
b. Tata Urut. Tata urut pedoman penyelenggaraan keselamatan pasien
berstandar internasional disusun sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, Bab II
Pengorganisasian, Bab III Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Bab IV
Monitoring Dan Evaluasi, Bab V Penutup, dan Lampiran - Lampiran
4. Landasan
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 / Menkes /
Per / VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
b. Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety),
Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006.
c. Buku Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Departemen kesehatan RI, Tahun 2007.
d. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit Joint Comission International edisi
Januari 2011.
5. Pengertian: Lampiran . A
5
BAB II
PENGORGANISASIAN
Keberhasilan penerapan sasaran internasional keselamatan pasien (SIKP/IPSG) sangat
tergantung pada kemampuan pengelolaan dan mengorganisir unsur – unsur unit kerja
dimana proses pelaksanaan SKP diterapkan mulai dari tingkat pelaksana sampai unsur
pimpinan unit kerja, agar pelaksanaan SIKP/IPSG dapat terlaksana dengan maksimal
khususnya unit kerja yang memberikan asuhan langsung kepada pasien seperti rawat
jalan , ruang tindakan dan rawa inap
6. Organisasi Pelaksana . Organisasi pelaksana SKP di RSPAD Gatot Seobroto
Ditkesad adalah rawat jalan, ruang tindakan ( IGD, Endoskopi, Hemodialisa, Kamar
Operasi, Cateterisasi Jantung ) dan rawat inap
7. Tugas dan tanggung jawab . Tugas dan tanggun jawab dalam penerapan SKP
adalah selusur tenaga kesehatan yang memberikan asuhan/pelayanan langsung kepada
pasien, adapun penanggung jawab pelaksana sebagai berikut :
a. Kepala ruang. Bertanggung jawab dalam melaksakan dan
mengumpulkan data, melaporan insiden , melakukan pembinaan pada staf terkait
penerapan SKP di masing - masing ruang dibawah tanggung jawabnya
b. Kasub instalasi / kepala unit. Bertangung jawab pada
pelaksanaan, pelaporan dan analisa, pembinaan personil terkait penerapan SIKP /
IPSG dari beberapa ruangan dibawah tanggung tanggungjawabnya
c. Kepala instalasi. Bertanggung jawab penuh atas penerapan SIKP/IPSG
mulai dari pengumpulan data, pelaporan dan analisa dan melakukan pembinaan
personil terkait penerapan SKP dibawah tanggung jawabnya
d. Kepala bagian keperawatan . Bertanggung jawab dalam pelaporan dan
analisa data insiden SKP serta melakukan koordinasi dengan Tim Mutu RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad .
e. Tim Mutu RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Bertanggung jawab dalam
mengolahan dan menganalisa laporan penerapan SIKP / IPSG di tingkat rumah
6
sakit dan selanjutnya melaporkan kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad melalui Direktur pelayanan medik
f. Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad memberikan tindak lanjut atas
temuan terkait penerapan SKP di Unit kerja RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
8. Tata Laksana Pelaporan. Pelaporan disusun secara berjenjang yaitu ;
a. Kepala ruang (Kaur) unit kerja terkait melaporkan data insiden SIKP / IPSG
kepada Kasub Instalasi / kepala unit kerja terkait
b. Kasub / Kaunit terkait membuat analisa dan selanjutnya melaporankan
kepada Kepala instalasi (KaInstal) terkait penerapan SIKP / IPSG di unit kerja
dibawah tanggung jawabnya
c. Kepala Instalasi (Kainstal ) melakukan analisa dan melaporkan insiden SKP
kepada tim Mutu RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad serta berkoordinasi dengan
kepala bagian keperawatan (Kabagwat)
d. Tim Mutu RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melakukan analisa dan membuat
laporan di Tingkat Rumah Sakit kepada kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
melalui Direktur pelayanan medik
e. Kepala RSPAD Gatot Seobroto Ditkesad menindak lanjuti laporan dan
memberi umpan balik ke Unit kerja, terkait insiden SIKP / IPSG di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad
9. Bagan Alur Pelaporan Insiden SKP
DIRBINYANMED KA RUMKIT
KA INSTALASI
KASUB
TIM MUTUKABAGWAT
KARU
7
10. Isi Laporan. Isi laporan adalah semua insiden / kejadian KNC, KTD ataupun
sentinel terkait pelaksanaan enam sasaran internasional keselamatan pasien
yang pelaksanaannya tidak sesuai atau menyimpang dari standar / SPO sasaran
internasional keselamatan pasien. Enam indikator sasaran keselamatan pasien
yang harus dilaporkan yaitu :
a. Indentifikasi pasien dengan benar
b. Implementasi Read Back pada pasien rawat Inap
c. Pemberian label pada obat – obat High Alert
d. Implementasi Site Marking sebelum tindakan operasi
e. Kepatuhan cuci tangan dokter dan perawat di rawat inap
f. Insiden pasien jatuh selamam perawatan rawat inap di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad.
11. Waktu Pelaporan. Waktu pelaporan adalah ketepatan waktu mengirim
laporan sasaran internasional keselamatan pasien (SIKP) yaitu setiap bulan
dan laporan diterima oleh Tim Mutu RSPAD Gatot Seobroto Ditkesad paling lambat
tanggal 10 pada setiap bulannya dan sudah di analisa oleh masing – masing kepala
instalasi terkait.
BAB III
PENERAPAN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat harus diterapkan di Rumah sakit yang
diakreditasi olek Komisi Akreditasi Rumah sakit. Maksud dan tujuannya adalah
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien, menyoroti bagian –bagian yang
bermasalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi.
12. Enam sasaran keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
SASARAN 1: Ketepatan Identitas Pasien
STANDAR : Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
ketepatan /ketelitian identifikasi pasien.
8
SASARAN 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
STANDAR : Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para pemberi pelayanan.
SASARAN 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (higt-
Alert medications)
STANDAR : Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan keamnanan obat –obatan yang perlu diwaspadai (higt-Alert)
SASARAN 4 : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.
STANDAR : Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
SASARAN 5 : Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
STANDAR : Rumah sakit menyususn pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
akibat perawatan kesehatan
SASARAN 6 : Mengurangi risiko cedera akibat terjatuh
STANDAR : Rumah sakit menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko
cedera yang menimpa pasien akibat jatuh.
13. LANGKAH – LANGKAH PENERAPAN STANDAR
SASARAN SKP 1. Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Tujuan :
1) Mencegah terjadinya keliru pasien dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
2) Meningkatkan keselamatan pasien
b. Kebijakan :
1) Semua pasien rawat Jalan dan rawat Inap harus dilakukan identifikasi
minimal dengan dua parameter yaitu nama lengkap, nomor rekam medis dan
atau tanggal lahir
9
2) Identifikasi pasien rawat jalan : dilakukan minimal dengan dua
identitas, dengan menanyakan nama lengkap dan nomor rekam medik dan
atau tanggal lahir serta memverifikasi / mencocokan dengan Nomor Rekam
pada kartu berobat pasien
3) Identifikasi Rawat Inap dan ruang tindakan : dilakukan dengan dua
identitas, dengan menanyakan nama lengkap dan nomer rekam medik
pasien serta memasangkan gelang identitas
4) Gelang identitas dibedakan berdasarkan jenis kelamin: Gelang warna
biru untuk pasien laki-laki, gelang warna pink ( merah muda) untuk pasien
perempuan
5) Gelang identitas dipasang di tangan kanan, bila tidak memungkinkan
dipasang pada tangan kiri. Lakukan pemasangan pada kaki bila pada tangan
tidak memungkinkan, pasang pada pakaian bila tangan dan kaki tidak
memungkinkan dan atau pasien alergi gelang.
6) Pelepasan gelang identitas dilakukan oleh perawat saat pasien
hendak pulang dengan cara menggunting gelang dan di buang di tempat
sampah medis, untuk pasien yang sudah dinyatakan meninggal gelang di
gunting oleh petugas kamar jenazah saat menyerahkan jenazah kepada
keluarga dan di buang pada sampah medis.
7) Untuk pasien dengan kondisi khusus (pasien jiwa, luka bakar , atau
yg tidak memungkinkan memakai gelang identitas)) identifikasi
mempergunakan foto setengah badan dengan ukuran 3 R . yang dipasang
di Rekam medis pada halaman bagian depan
8) Gelang identitas dipasang pada pasien Instalasi gawat darurat
(Gadar), rawat inap, hemodialisa, Endoskopi, Kateterisasi Jantung, Kamar
operasi. Pemasangan gelang pasien di Gadar bersifat sementara, apabila
pasien masuk rawat inap gelang di ganti dengan gelang yang di dapat dari
bagian Administrasi pasien setelah terdaftar sebagai pasien rawat inap.
10
9) Identifikasi pasien dilakukan sebelum memberikan obat, sebelum
memberikan produk darah / tranfusi, sebelum pengambilan spesimen darah,
atau pengambilan spesimen lain serta sebelum melakukan tindakan medis
atau keperawatan lainnya
10) Gelang tambahan warna merah untuk pasien alergi dan warna
kuning untuk pasien risiko jatuh dipasang di tempat data diperoleh.
11) Pasien tidak sadar dan tanpa keluarga, beri nama: Mr X / Mrs Y.
12) Pasien bayi baru lahir dipasang gelang pada tangan kanan bila tidak
memungkinkan di tangan kiri, atau kaki kanan /kiri dengan warna sesuai
jenis kelamin dan ditulis nama ibu, tanggal lahir bayi, dan no RM bayi bila
sudah diregistrasi ( BY Ny X....) dan di beri cap kaki kanan dan kiri bayi serta
cap jempol tangan kanan dan kiri ibu di rekam medis bayi.
13) Untuk ibu yang melahirkan diberi dua identitas yaitu gelang pertama
sesuai identitas ibu, gelang kedua sesuai jenis kelamin bayi (Identitas bayi)
dengan no RM bayi
14) Pasien tidak sadar, pasien anak atau pasien yang mengalami
keterbatasan lainnya, Identitas ditanyakan kepada penunggu pasien dan
cocokkan dengan gelang pasien.
15) Pasien yang sudah dinyatakan DNR “ditulis DNR “ pada label tom
and jeri yang ditempelkan di sebelah kanan atas formulir identitas RM
pasien
c. PROSEDUR :
1) Identifikasi dilakukan oleh petugas kesehatan saat melakukan
asesment awal dan atau menerima pasien di rawat jalan, ruang tindakan
(Hemodialisa, endoskopi, Gadar) ataupun rawat inap.
11
2) Identifikasi dilakukan saat petugas kesehatan akan / sebelum
melakukan tindakan pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan
darah atau spesimen lainnya serta sebelum melakukan prosedur pengobatan
dan atau tindakan invasif ataupun non invasif lainya.
3) Verifikasi Identitas pasien rawat jalan dilakukan saat asesmen awal,
sesaat sebelum tindakan TTV dan atau pemberian obat, pemeriksaan
penunjang dan pemberian resep
SASARAN SKP 2. Komunikasi Efektif
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi pelayanan.
a. Tujuan :
1) Mengurangi kesalahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien
2) Meningkatkan keselamatan pasien
b. Kebijakan :
1) Meningkatkan komunikasi yang efektif harus dilakukan saat menerima
instruksi dan atau hasil kritis secara lisan / melalui telepon dengan
mencatat, membaca ulang oleh penerima pesan dan mengkonfirmasi oleh
pemberi perintah dengan membubuhkan nama jelas serta membubuhkan
tanda tangan pada cap Read Back dalam waktu kurang dari 24 jam
2) Tenaga kesehatan penerima pesan atau instruksi dan atau hasil kritis
(dokter, perawat ) menulis pesan/instruksi yang diterima di dalam catatan
terintegrasi dan ditandatangani.
3) Pesan verbal ditulis lengkap dan dapat dibaca dengan jelas,
menggunakan singkatan terstandar, akronim dan simbul yang berlaku di
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad (lihat buku standar singkatan RSPAD)
4) Verifikasi pemberi instruksi menanda tangani catatan pesan yang
ditulis penerima pesan dalam kotak stempel READ BEACK sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 X 24 jam
5) Tenaga kesehatan yang melaporkan kondisi pasien /hasil kritis kepada
DPJP atau serah terima pasien menggunakan tehnik SBAR (situation,
Beckground, Asessment, Recomendation)
12
6) Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil
pemeriksaan penunjang yang memerlukan penanganan segera dan harus
dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 1 jam.
c. Prosedur:
1) Petugas kesehatan yang menerima pesan / insruksi secara lisan atau
melalui telepon menulis ulang pada catatan terintegrasi dan ditandatangani
2) Petugas kesehatan yang akan melaporkan kondisi dan atau hasil
kritis kepada DPJP mempergunakan tehnik SBARS (situasi-backgroun-
assesment- situation)
3) Jika program dokter/pemberi pesan berupa pemberian medikasi,
maka lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
a) Menulis nama obat pada catatan terintegrasi RM pasien
b) Mengulang kembali nama obat, dilanjutkan dengan mengeja
nama obat tersebut huruf demi huruf untuk obat-obatan
LASA/NORUM (nama hampir mirip dg obat lain) dengan huruf
Alfabet
c) Ulang kembali penyebutan dosis, cara pemberian dan waktu
pemberian
4). Cap “ READ BACK” pada catatan perkembangan terintegrasi dan
ditanta tangani oleh pemberi pesan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam
PEMINDAHAN PASIEN ANTAR RUANGAN DI LINGKUNGAN RSPAD
GATOT SOEBROTO DITKESAD
Kebijakan :
1) Informasi tentang kepindahan pasien dan hal-hal yang perlu
diserahterimakan dalam rangka alih rawat harus ditulis dengan lengkap,
jelas dan akurat
2) Proses serah terima menggunakan metoda komunikasi efektif
SBAR
Prosedur Kerja :
S = SITUATION
13
1) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke
ruang tujuan pemindahan
2) Dokter yang merawat : isi dengan nama DPJP atau dokter spesialis
yang merawat
3) Diagnosa medis : isi dengan diagnose medis yang terakhir
diputuskan oleh dokter yang merawat
4) Isi pilihan ya atau tidak bila pasien/keluarga sudah atau belum
dijelaskan mengenai diagnose pasien.
5) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah
keperawatan pasien yang secara actual pada pasien yang wajib
dilanjutkan diruang kepindahan yang baru
B = BACKGROUND
1) Riwayat alergi/reaksi obat, isi dengan apa jenis alergi yang diderita
atau jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
2) Intervensi medik/ keperawatan : isi dengan jenis tindakan yang
sudah dilakukan terhadap pasien, baik tindakan dokter maupun perawat.
Contoh pemasangan gips, NGT, dll
3) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat
pasien datang ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat
( riwayat keluhan saat masuk rumah sakit)
4) Kewaspadaan / precaution: pilih apa jenis kewaspadaan sesuai
dengan jenis kasus pasien. contoh : TBC, maka dipilih droplet
A = ASSESSMENT
1) Observasi terakhir, GCS : E..V..M : isi dengan vital sign dan tingkat
kesadaran pasien secara numorik . Contoh :E 4, V 5 M 6
2) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist
sesuai keadaan pasien
3) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini ( misalnya ada pus,
jaringan nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
4) CVP : isi dengan ceklist dan skor/undulasi dengan satuan CmH20
5) Peralatan khusus yang diperlukan.: isi misalnya WSD, colar brace,
infuse pump dll
6) Hal-hal istimewa yang berhubungan dengan kondisi pasien :
misalnya pasien tidak ada keluarga
14
R = RECOMENDATION
1) Konsultasi , fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana
fisiotherafi dll
2) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang /
berkas
SASARAN SKP 3. Pengelolaan obat yang perlu kewaspadaan tinggi.
SKP 3 : Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obatan yang harus diwaspadai.
a. Tujuan
1) Menghindari kekeliruan dan kesalahan yang tidak diharapkan baik
kejadian nyaris cedera, KTD, ataupun kejadian sentinel medication
2) Meningkatkan keselamatan pasien
b. Kebijakan
1) Penetapan obat-obat yang termasuk dalam high alert berpedoman
pada ketetapan yang dikeluarkan oleh Institute for Safe Medication
Practices 2007
2) Obat yang termasuk dalam kategori High Alert antara lain:
a) Elektrolit pekat / Konsentrasi tinggi
●KCL 7,46%
●Bicarbonat Natrikus 8,4%
●MgSO4 40%
●NaCl 3%
b) Golongan Narkotika
●Fentanil
●Kodein HCL
● Morfin sulfat
●Pethidin HCl
c) Trombolitik: Streptokinase
b) Insulin
c) Obat Kemoterapi
d) Obat kontras
15
3) Obat-obat High Alert khususnya elektrolit pekat (Natrium
Bicarbonat 8,4%, KCL 7,46 %, Nacl 3 %, MgSO4 40% ) disimpan di unit
kerja khusus seperti : Instalasi Gawat Darurat, Intensif Care Unit, Depo
Farmasi.
4) Obat High Allert dan LASA diberi label khusus, label merah untuk
obat Higt Allert, label hijau untuk obat LASA
5) Obat - obat jenis Narkotik, psikotropik dan sitostatika disimpan di
farmasi serta terpisah dari obat Higt Allert lainnya.
6) Instruksi lisan terkait obat High Allert hanya diperbolehkan dalam
keadaan emergency
7) Obat-obat high alert yang harus disimpan pada suhu tertentu
(refrigerator) harus terpisah dari obat-obat yang lain dan diberi
penandaan/label “High Alert”
8) Obat-obat High Alert yang terdapat pada trolley emergency harus
ditempelkan label “High Alert”
9) Dispensing obat-obat high alert di depo-depo farmasi harus
disertai dengan penempelan label “High Alert” pada obat-obat high alert
yang didispensing
c. Prosedur
1) Apoteker/asisten apoteker memverifikasi Resep obat Higt Allert dan
obat LASA sesuai ketentuan.
2) Sebelum diserahkan kepada perawat Obat Higt allert / LASA harus
diperiksa ulang oleh petugas farmasi yang berbeda, disertai informasi yang
memadai.
3) Pemberian obat Higt Allert melalui infus yang lebih dari satu jenis
harus diberi label nama obat
4) Setiap kali pasien pindah rawat, perawat pengantar menjelaskan
kepada perawat penerima bahwa pasien mendapat obat Higt Allert dan
harus terdokumentasi di lembar serah terima pasien.
5) Perawat/ petugas kesehatan lainnya yang akan memberikan obat Higt
Allert dan atau LASA harus sesuai prinsif 7 Benar
16
6) Perawat/ petugas kesehatan lainnya sebelum memberikan obat Higt
Allert dan atau obat LASA harus melakukan identifikasi pasien dengan
benar.
7) High Alert di depo farmasi :
a) Identifikasi setiap obat yang diresepkan apakah obat
tersebut termasuk dalam kategori high alert atau tidak.
b) Tempelkan label / stiker ”High Alert” pada kemasan obat
pada saat melakukan dispensing obat, label / stiker ”High Alert”
tidak boleh menutupi identitas obat
c) Lakukan pengecekan ulang
d) Obat siap diserahkan
8) High Alert di Ruang Perawatan :
a) Identifikasi setiap obat yang diterima dari farmasi apakah
obat tersebut termasuk dalam kategori high alert atau tidak.
b) Jika obat yang diidentifikasi termasuk obat high alert dan
tempat tersebut dapat diakses oleh orang lain maka obat tersebut
harus disimpan di tempat penyimpanan khusus (lemari high alert)
dan terkunci.
c) Pengambilan obat high alert harus dilakukan supervisi dari
ketua tim perawat
SASARAN SKP 4. Kepastian Tepat lokasi Tepat prosedur Tepat pasien.
Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan
yang benar, prosedur yang pembedahan yang benar, dan benar pasien
a. Tujuan
1) Menghindari kekeliruan dan atau kesalahan tindakan pembedahan
baik lokasi, prosedur ataupun pasien
2) Menjamin keselamatan pasien
b. Kebijakan
1) Dilakukan untuk tindakan: operasi, endoscopy, bronchoscopy, cath
lab, gigi dan radiologi intervensi.
2) Petugas unit kerja menggunakan daftar tilik (formulir keselamatan
pasien) untuk verifikasi pra operasi terhadap: benar sisi / lokasi operasi,
17
benar prosedur dan benar pasien serta lakukan verifikasi dokumen dan
peralatan yang dibutuhkan guna memastikan benar dan berfungsi
3) Petugas kamar operasi dan anastesi harus melaksanakan sign in,
time out dan sign out serta penandaan operasi pada organ yang akan
dioperasi
4) Penandaan operasi dilaksanakan pada multi organ oleh dokter
operator dengan melibatkan pasien di Instalasi rawat inap dan rawat jalan,
paling lambat di tandai sesampainya pasien di ruang penerimaan kamar
operasi(OK).
5) Sign in, Time Out, Sign Out dilakukan untuk tindakan: kamar operasi,
endoscopy, bronchoscopy, cath lab, gigi, mata, THT, dan radiologi
intervensi.
6) Pelaksanaan SIGN IN dilakukan sebelum tindakan induksi dan tim
dinyatakan siap, dipimpin oleh dr anestesi, dilakukan di ruang persiapan,
minimal dihadiri oleh dokter anestesi, dan perawat.
7) Pelaksanaan TIME OUT dilakukan sebelum insisi area operasi,
dipimpin oleh dokter operator, dilakukan di kamar operasi, dihadiri oleh tim
bedah.
8) Pelaksanaan SIGN OUT dilakukan sebelum dilakukan tindakan
penutupan luka operasi, dipimpin oleh dokter operator, dilakukan di kamar
operasi, dihadiri oleh tim bedah.
c. Prosedur
1) Siapkan rekam medik pasien dan hasil pemeriksaan penunjang serta
alat jika diperlukan
2) Siapkan checklist keselamatan pasien dan lakukan Sigt in, lakukan
cek list sesuai format yang terdia sebelum induksi dimulai serta beri tanda
tangan dan nama jelas
3) Lakukan Time Out dengan melanjutkan melengkapi checklist
keselamatan pasien sebelum dilakukan insisi pada pasien, beri tanda
tangan dan nama jelas
4) Lakukan Sigt out dengan melanjutkan melengkapi ckecklist
keselamatan pasien, beri tanda tangan dan nama jelas
5) Pastikan semuai checklist keselamatan pasien sudah lengkap, sudah
18
ditanda tangani oleh perawat/dokter anestesi/ dokter operator dan pasien
sudah aman, kirim pasien ke ruang Recoveri room (RR) dengan melakukan
serah terima pasien disertai informasi yang memadai
SASARAN SKP 5. PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANA
KESEHATAN
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan
a. Tujuan
1) Mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi silang akibat
pelayanan kesehan
2) Meningkatkan keselamatan pasien
b. Kebijakan
1) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan dengan cara
melakukan hand hygiene sesuai standar WHO, pemberian label tanggal
pada kadaluarsa alat steril dan tindakan invasif.
2) Panduan menjaga kebersihan tangan di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad disusun berdasarkan panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia
WHO
3) Menggunakan alat pelindung diri (APD) pada ruangan khusus ( ruang
isolasi tekanan negatif) dan tindakan yang beresiko (Khemoterapi, pasien
infeksi dg penularan kontak ataupun penularan droplet / udara)
c. Prosedur
a. Menjaga kebersihan tangan (hand hygiene ) dengan enam langkah dan 5
moment sesuai stadar WHO
b. Setiap personil yang baru dan peserta didik yang akan memberikan
pelayanan kepada pasien diberikan pembekalan/educasi tentang hand
hygiene sesuai standar
c. Pasien dan keluarga serta pengunjung di beri edukasi tentang cara cuci
tangan sesuai standar
d. Lima moment Hand hygiene yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien
19
2. Sebelum melakukan tindakan aseptis
3. Setelah kena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien
e Hand Hygiene dapat mempergunakan Hanrub dan atau sabun
f. Hand Hygiene dengan hanrub dilakukan selama 30-40 detik dan dengan sabun
selama 40-60 detik
g. Beri label tanggal pada tindakan invasif di daerah fixaxi
h. Beri label tanggal kadaluarsa pada alat yang disterilkan.
i. Setiap petugas kesehatan yang memberikan pelayanan pada pasien di
ruangan yang beresiko harus mempergunakan APD sebagai berikut:
1). Petugas kesehatan yang merawat pasien dengan TBC dengan BTA
Positif
a) Petugas mempergunakan masker N95
b) Pasien diberi masker bedah biasa
2). Pasien dengan H5N1 atau H1N1
a). Skot bedah
b). Masker biasa dilapisi masker N95
c) Apron
d) Sarung tangan
e) Sepatu bot
f) APD bersifat disposable dan langsung dimasukkan kedalam plastik
kuning (sampah medis)
g). Pasien dirawat inap di ruang isolasi bertekanan negatif
3). Pasien dengan HIV-AIDS
1) Sarung tangan
3) Masker
4) Kaca mata gogle
5) Penutup kepala
SASARAN SKP 6. Mengurangi Risiko Pasien Jatuh
Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien cedera karena jatuh.
Kebijakan :
20
a. Semua pasien rawat Jalan dan rawat Inap dinilai resiko jatuh saat
asessment awal dan dilakukan penilaian ulang jika terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, meliputi pasien anak, dewasa, dan pasien psikiatri
b. Semua pasien neonatus dikategorikan beresiko jatuh.
c. Pengkajian risiko jatuh untuk pasien anak menggunakan skala Humpty
Dumty, pasien dewasa menggunakan skala Morse, dan pasien psikiatri
menggunakan skala Edmonson
d. Penilaian resiko jatuh pasien dewasa di rawat jalan dengan metode Up &
Go
e. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat resiko jatuh.
f. Pakaikan gelang/pin resiko jatuh berwarna kuning dan tanda warna kuning
dipintu kamar pada pasien dengan kategori risiko sedang dan tinggi.
g. Lakukan Intervensi sesuai hasil penilaian skoring sesuai dengan pedoman
yang telah ditentukan (risiko ringan, sedang dan tinggi )
h. Gelang tanda risiko jatuh dilepas jika score pada pasien risiko jatuh
berkurang atau hasil scoring resiko rendah
Prosedur Kerja :
a. Identifikasi faktor risiko jatuh dikaji saat pasien baru masuk Rumah Sakit
atau saat pengkajian awal dilakukan
b. Lakukan pengkajian risiko jatuh jika terjadi perubahan kondisi atau
perubahan terapi / pengobatan.
c. Dokumentasikan pada pengkajian dan di form terintegrasi.
d. Pasang gelang kuning dan lambang risiko jatuh bila skor skala sedang
dan berat (Morse > 7 dan skor skala Humpty Dumpty > 12 ).
e. Pasang lambang pasien risiko jatuh pada pintu masuk , dan pasang pada
brancard untuk pasien di ruang gawat darurat / hemodialisa
Pemantauan Pasien Risiko Jatuh
a. Pasang gelang /pin risiko jatuh ( warna kuning) dipasang pada pasien
dengan skala risiko sedang dan tinggi dengan skala Morse dan risiko tinggi
pada Skala Humpty Dumpty.
b. Lambang risiko jatuh digunakan segi empat warna dasar kuning berisi
gambar orang mau jatuh berwarna putih.
21
c. Pasien rawat jalan (poliklinik) pengkajian resiko jatuh mempergunakan
metode GO and UP yang tercantum dalam formulir Pengkajian pasien rawat
jalan
d. Identifikasi faktor risiko jatuh sesuai dengan form pemantauan pasien
jatuh.
e. Jumlahkan total skor yang didapat dan kategorikan sesuai dengan jumlah
skor yang didapat.
f. Lakukan Intervensi sesuaikan dengan kategori yaitu:
1) Skala Morse; Skor Risiko Rendah: 0 – 5
a) Orientasikan pasien pada lingkungan kamar / bangsal.
b) Pastikan roda tempat tidur terkunci.
c) Pastikan bel pasien terjangkau.
d) Singkirkan barang yang berbahaya terutama pada malam
hari (kursi tambahan dan lain-lain).
e) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
f) Pastikan pengaman tempat tidur terpasang
g) Minta persetujuan pasien agar lampu malam tetap menyala
karena lingkungan masih asing.
h) Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan (bila
menggunakan).
i) Pastikan alas kaki tidak licin.
j) Pastikan kebutuhan pribadi dalam jangkauan.
k) Tempatkan meja pasien dengan baik agar tidak
menghalangi.
l) Tempatkan pasien sesuai dengan tinggi badannya.
2) Skor Risiko Tinggi: 6 - 13
a) Lakukan semua pedoman pencegahan jatuh resiko ringan.
b) Pasangkan gelang / pin warna kuning sebagai tanda resiko
jatuh.
c) Pasang tanda resiko jatuh pada pintu kamar pasien bagian
dalam.
d) Minta agar pasien segera memencet bel bila perlu Awasi
atau bantu sebagian aktivitas Daily Living pasien.
22
d) Cepat menanggapi bel.
e) Review kembali obat-obatan yang berisiko.
f) Beritahu pasien agar mobilisasi secara bertahap: duduk
perlahan-lahan sebelum berdiri.
3) Skor Risiko Tinggi ≥ 14
a) Lakukann semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
b) Kunjungi dan monitor pasien setiap jam.
c) Tempatkan pasien di kamar yang paling dekat dengan nurse
station (jika memungkinkan)
d) Kaji kebutuhan BAB / BAK secara teratur setiap 2 – 3 jam
e) Dokumentasikan setiap perubahan pada pengkajian risiko
jatuh
4) Lakukan pemantauan /monitoring terhadap resiko jatuh
BAB IV
MONOTORING DAN EVALUASI
Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan
data secara sistematis berdasarkan indikator untuk memberikan informasi pada
manajemen dan stakeholder yang berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang
dicapai
Evaluasi merupakan penilaian yang sistematis dan objektif yang berkaitan
dengan pelaksanaan atau hasil dari program, kebijakan berdasarkan perecanaan
implementasi dan hasilnya dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
hasil, dampak yang ditimbulkan
Monitoring dan evaluasi penerapan Sasaran internasional keselamatan pasien
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilaksanakan oleh unit kerja yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dan selanjutnya dilaporkan secara berjenjang
kepada kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melalui Tim Mutu
23
Dibawah ini adalah indikator yang dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap penerapan SKP/IPSG sebagai berikut :
1. SASARAN KESELAMATAN PASIEN / SASARAN INTERNASIONAL
KESELAMATAN PASIEN (SKP/IPSG ) 1
STANDAR IPSG 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
JUDUL
INDIKATOR
Kepatuhan identifikasi pasien di ruangan rawat inap
TIPE INDIKATOR Struktur √ Proses Outcome Proses &
Outcome
TUJUAN Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien
DEFINISI
OPERASIONAL
Pelaksanaan standar identifikasi pasien pada pemberian identitas
pasien untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan untuk memastikan
identitas pasien dengan menggunakan gelang identitas sebagai berikut
: Identitas pada gelang minimal dua informasi yaitu nama lengkap,
nomor RM dan tanggal lahir.
Warna gelang identitas yaitu :
Biru : untuk pasien laki-laki.
Pink : untuk pasien perempuan
Semua standar identitas pasien harus dilakukan dengan tepat dan
benar, apabila ada salah satu atau lebih elemen yang tidak
dilaksanakan maka dinyatakan insiden nyaris cedera.
ALASAN/
IMPLIKASI/
RASIONALISASI
Memperbaiki dan meningkatkan ketelitian identifikasi pasien pada saat
melaksanakan pelayanan atau pengobatan dan kesesuaian pelayanan
atau pengobatan kepada pasien.
Kesalahan identifikasi pasien diakui sebagai masalah yang terbesar di
dalam organisasi kesehatan. Kesalahan mengidentifikasi pasien
merupakan salah satu risiko paling serius terhadap keselamatan pasien.
FORMULA
Jumlah pasien yang dilaksanakan standar identitas dengan tepat dan
benar dalam 1 bulan (pasien) : Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam
24
1 bulan (pasien) x 100% = ___%
NUMERATOR Jumlah pasien yang dilaksanakan standar identitas dengan tepat dan
benar dalam 1 bulan
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan
TARGET 100%
SAMPLING Hanya bisa surveilans (observasi langsung) dengan purposive sampling
ketika ada kegiatan yang seharusnya dilakukan identifikasi pasien
dengan benar menggunakan 2 parameter.
KRITERIA
INKLUSI
Seluruh pasien rawat inap
KRITERIA
EKSKLUSI
-
PENCATATAN Dilaksanakan oleh Kepala Ruangan Rawat Inap dengan melaksanakan
supervisi identifikasi pasien setiap hari.
ANALISA &
PELAPORAN
Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala Ruangan
Rawat Inap sebagai informasi awal untuk unit masing-masing, kemudian
data akan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Rawat Inap. Data
beberapa Ruangan Rawat Inap akan direkapitulasi dan dianalisis oleh
Kepala Instalasi Rawat Inap, kemudian akan dilaporkan kepada komite
mutu RS. Data Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis oleh
komite mutu RS pada setiap bulannya dan selanjutnya dilaporkan
kepada Kepala RS. Secara umum data akan dievaluasi serta
dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap tiga
bulan yang dikoordinir oleh Tim Mutu dan Manajemen Risiko.
AREA Ruang rawat inap
PIC Ketua Sub Komite Keselamatan pasien dan manajemen Resiko
25
FORMAT
PENCATATANNO
TA
NG
GA
L
NAMAPASIEN
NORM
DILAKSANAKAN PROSEDURIDENTIFIKASIDGN BENAR
(ya/tidak)
WARNAGELANG YG
DIPAKAISESUAI DGN
PASIEN(ya/tidak)
INFORMASIPD GELANGIDENTITASTERDAPATMINIMAL 2IDENTITAS(ya/tidak)
KET
1 2 3 4 5 6 7
12345
dstVerifikasi :
2.. SKP / IPSG 2 : Kepatuhan penerapan komunikasi dengan metode READ BACK pada saat
pelaporan pasien dan penerimaan pasien secara verbal melalui telepon
INDIKATOR QPS IPSG
STANDAR IPSG 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
JUDUL
INDIKATOR
Kepatuhan penerapan komunikasi dengan metode READ BACK pada
saat menerima perintah/instruksi lisan atau melalui telepon dan
melaporkan hasil kritis pemeriksaan penunjang pasien secara verbal
melalui telepon
TIPE INDIKATOR Struktur √ Proses Outcome Proses &
Outcome
TUJUAN Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien
dalam prosedur peningkatan komunikasi efektif.
DEFINISI
OPERASIONAL
Prosedur READ BACK adalah kegiatan untuk memastikan setiap
intruksi verbal agar dilakukan dengan benar dan sesuai instruksi,
melalui kegiatan menulis, membacakan kembali instruksi;
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dibaca ulang / atau
dengan mengeja huruf apabila instruksi dokter tentang obat yang
bersifat sound a like / ucapan mirip, dilanjutkan dengan memberikan
stempel READ BACK pada catatan perkembangan terintegrasi (kolom
ke tiga), pemberi instruksi segera menandatangi paling lambat dalam
waktu 1x 24 jam. Kriteria READ BACK yang tepat dan lengkap jika
memenuhi : ●Tulis instruksi dari dokter/pemberi instruksi
Cap Stempel : TULIS, READ BACK, KOMFIRMASI
Tanda tangan dokter dan pelapor
26
Tanggal dan jam pemberian instruksi
ALASAN/
IMPLIKASI/
RASIONALISASI
Instruksi verbal merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam
pelayanan di rumah sakit, kegiatan ini memiliki risiko tinggi untuk
terjadinya kesalahan instruksi yang diterima, sehingga tindakan dapat
membahayakan pasien. Prosedur READ BACK adalah kegiatan untuk
memastikan setiap intruksi verbal dilakukan dengan benar dan sesuai
instruksi.
FORMULA Jumlah instruksi verbal yang dilakukan prinsip READ BACK dengan
tepat dan benar dalam 1 bulan (kali) : Jumlah seluruh instruksi verbal
yang terdokumentasi dalam 1 bulan (kali) x 100% = ___%
NUMERATOR Jumlah instruksi verbal dilakukan prinsip READ BACK dengan tepat
dan benar dalam 1 bulan
DENOMINATOR Jumlah seluruh instruksi verbal yang terdokumentasi dalam 1 bulan
TARGET 100%
SAMPLING Seluruh instruksi verbal yang terdokumentasi
KRITERIA
INKLUSI
Seluruh instruksi verbal yang terdokumentasi
KRITERIA
EKSKLUSI
-
PENCATATAN Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruangan
ANALISA &
PELAPORAN
Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala Ruangan
Rawat Inap sebagai informasi awal untuk unit masing-masing,
kemudian data akan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Rawat Inap.
Data beberapa Ruangan Rawat Inap akan direkapitulasi dan dianalisis
oleh Kepala Instalasi Rawat Inap, kemudian dilaporkan kepada komite
Mutu RS. Data Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis oleh
komite mutu RS dan selanjutnya akan dilaporkan kepada Kepala
Rumah Sakit. Secara umum data akan dievaluasi serta
dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap tiga
bulan yang dikoordinir oleh komite Mutu dan Manajemen Risiko.
AREA Ruang Rawat Inap, IGD, ICU
PIC Ketua Sub Komite Keselamatan pasien dan manajemen Resiko
27
FORMAT
PENCATATANNO
TG
L NAMAPASIEN
NO.RM
PROFESIPEMBERI
INSTRUKSI
JUMLAHINSTRUKSI
VERBALYANG
TERIDENTIFIKASI
JUMLAH INSTRUKSIVERBAL YANG TELAH
DI READ BACKDENGAN TEPAT DAN
BENAR
KET
1 2 3 4 5 6 7 8
12345
dstVerifikasi :
3. SKP / IPSG 3 : Kepatuhan Pemberian Label Obat High Alert oleh Farmasi
INDIKATOR QPS IPSG
STANDAR IPSG 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai
JUDUL
INDIKATOR
Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi.
TIPE INDIKATOR Struktur √ Proses Outcome Proses &
Outcome
TUJUAN Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien
dalam pemberian obat elektrolit pekat
DEFINISI
OPERASIONAL
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat
yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event) dan
obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse event)
Yang termasuk obat high alert adalah sebagai berikut :
1. Elektrolit Pekat:
a. Kalium Clorida (KCL) 7,46%
b. Bicarbonat Natrikus 8,4%
c. Magn esium Sulfat (MgSO4) 40%
d. Natrium Clorida (NaCl) 3%
2. Golongan Narkotika:
28
a. Fentanil
b. Kodein HCL
c. Morfin Sulfat
d. Pethidin HCL
3. Thrombolitik : streptokinase
4. Insulin
5. Kemotherapi
6. Obat kontras
Label harus diisi pada obat-obat diatas pada bagian obat yang tidak
menutupi identitas obat. Apabila obat diatas tidak diberikan label high
alert sesuai standar makan harus dilaporkan sebagai KNC.
ALASAN/
IMPLIKASI/
RASIONALISASI
Obat high alert memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan insiden jika
tidak dilakukan manajemen yang benar. Elektrolit pekat yang tidak
dilaksanakan manajemen yang baik akan membahayakan bagi pasien
jika diberikan dalam konsentrasi yang tinggi. Pemberian label adalah
langkah pertama mengidentifikasi obat high alert agar diperlakukan
sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
FORMULA Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar oleh farmasi
dalam 1 bulan : Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau dalam 1
bulan x 100 = ___%
NUMERATOR Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar oleh farmasi
dalam 1 bulan
DENOMINATOR Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau dalam 1 bulan
TARGET 100%
SAMPLING Pengumpulan data dilakukan dengan total sampling, yaitu dengan
melakukan supervisi di Instalasi Farmasi setiap menerima order Obat
High Alert dari ruang rawat yang dilaksanakan setiap hari.
KRITERIA
INKLUSI
Seluruh pengiriman obat high alert dari Instalasi Farmasi ke Ruangan
Rawat Inap
KRITERIA
EKSKLUSI
-
PENCATATAN Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruang perawatan
ANALISA &
PELAPORAN
Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala Ruangan
Rawat Inap sebagai informasi awal untuk unit masing-masing, kemudian
29
data akan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Rawat Inap. Data
beberapa Ruangan Rawat Inap akan direkapitulasi dan dianalisis oleh
Kepala Instalasi Rawat Inap, kemudian akan dilaporkan kepada Komite
mutu RS. Data Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis oleh
Komite mutu setiap bulannya yang selanjutnya akan dilaporkan kepada
Kepala RS. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan
kepada seluruh komponen rumah sakit setiap tiga bulan yang dikoordinir
oleh Komite Mutu dan Manajemen Risiko.
AREA Ruangan Rawat Inap
PIC Ketua Sub Komite Keselamatan pasien dan manajemen Resiko
FORMAT
PENCATATANNO
TA
NG
GA
L
RUANGAN
JUMLAH OBATHIGH ALERT
YANGDIBERIKAN
LABEL SESUAISTANDAR
JUMLAHOBAT HIGH
ALERTYANG
DIPANTAU
NAMA OBATHIGH ALERTYANG TIDAKDIBERIKAN
LABEL (KNC)
KET
1 2 3 4 5 6 7
12345
Verifikasi :
2. SKP / IPSG 4 : Kepatuhan pelaksanaan prosedur Site Marking sebelum
tindakan operasi
INDIKATOR QPS IPSG
STANDAR IPSG 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar
JUDUL INDIKATOR Kepatuhan pelaksanaan prosedur Site Marking sebelum
tindakan operasi
TIPE INDIKATOR Struktur Proses √ Outcome Proses &
Outcome
TUJUAN Tergambarnya kepedulian dan ketelitian staf terhadap keselamatan
pasien tindakan operasi
DEFINISI
OPERASIONAL
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah
sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah
sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif
30
atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan
tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan
atas satu tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator /
orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien
terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat
akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua
kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki,
lesi), atau multipel level (tulang belakang).
ALASAN/ IMPLIKASI/
RASIONALISASI
SITE MARKING yang tepat dan benar akan :
Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang;
Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau
implant-implant yang dibutuhkan.
FORMULA Jumlah pasien operasi yang dinyatakan ada SITE MARKING
lengkap : Jumlah seluruh tindakan operasi dalam satu bulan (hitung
per-jumlah tindakan) x 100% = ___%
NUMERATOR Jumlah pasien operasi yang dinyatakan ada SITE MARKING
lengkap
DENOMINATOR Jumlah seluruh tindakan operasi dalam satu bulan (hitung per-
jumlah tindakan)
TARGET 100%
SAMPLING Pengumpulan data dilakukan dengan total sampling, yaitu dengan
melihat dokumentasi seluruh check list keselamatan pasien operasi
dalam satu bulan
KRITERIA INKLUSI Seluruh tindakan operasi
KRITERIA EKSKLUSI -
PENCATATAN Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruangan.
ANALISA & Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala
31
PELAPORAN Instalasi kamar operasi (IKO) dalam hal ini kepala ruang Instalasi
Kamar Operasi sebagai informasi data awal, kemudian data akan
dilaporkan kepada Kepala Instalasi Kamar Operasi.Selanjutnya data
akan direkapitulasi dan dianalisis oleh Kepala Instalasi Kamar
Operasi, kemudian akan dilaporkan kepada Komite mutu RS. Data
Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis oleh Komite mutu RS
setiap bulannya yang selanjutnya dilaporkan kepada Kepala RS.
Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada
seluruh komponen rumah sakit (unit terkait) setiap tiga bulan yang
dikoordinir oleh Tim Mutu dan Manajemen Risiko.
AREA Instalasi Kamar Operasi
PIC Ketua Sub Komite Keselamatan pasien dan manajemen Resiko
FORMAT
PENCATATAN NO
TGL
NAMAPASIEN
NO.RM
JENISTINDAKANOPERASI
SITE MARKING ADA(YA/TIDAK)
KET
1 2 3 4 5 6 7
12345
Verifikasi :
3. SKP / IPSG 5 : Persentase kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan
kebersihan tangan dengan metode enam langkah dan lima momen
INDIKATOR QPS IPSG
STANDAR IPSG 5 : Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
JUDUL INDIKATOR Persentase kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan
kebersihan tangan dengan metode enam langkah dan lima
momen
TIPE INDIKATOR Struktur Proses Outcome √ Proses &
Outcome
TUJUAN Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan
pasien khususnya dari infeksi nosokomial
DEFINISI
OPERASIONAL
Kepatuhan cuci tangan adalah ketaatan petugas dalam melakukan
prosedur cuci tangan dengan menggunakan metode 6 langkah dan
32
lima momen. Lima momen yang dimaksud adalah :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melaksanakan tindakan aseptic
3. Setelah kontak dengan pasien
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan alat dan lingkungan sekitar pasien
ALASAN/
IMPLIKASI/
RASIONALISASI
Cuci tangan adalah salah satu prosedur yang paling penting dalam
mencegah infeksi nosokomial. Tangan adalah 'instrumen' yang
digunakan untuk menyentuh pasien, memegang alat, perabot rumah
sakit dan juga untuk keperluan pribadi seperti makan. Ignaz
Semmelweis adalah orang pertama yang menunjukkan pentingnya
penularan infeksi melalui tangan. Ketika ia menjadi staf dokter di
rumah sakit di Vienna pada tahun 1840-an ia memperhatikan bahwa
cuci tangan ternyata dapat mencegah penularan infeksi. Sejak itu dan
ditunjang dengan penelitian, cuci tangan jadi komponen paling
penting dalam pencegahan infeksi.
FORMULA Jumlah kumulatif kegiatan lima momen petugas yang diawali dengan
melakukan kebersihan tangan metode enam langkah yang tepat dan
benar dalam suatu periode survey (momen) : Jumlah komulatif
seluruh kegiatan lima momen petugas yang seharusnya diawali
dengan melakukan kebersihan tangan metode enam langkah yang
tepat dan benar dalam periode survey yang sama (momen) x 100%
=___%
NUMERATOR Jumlah komulatif kegiatan lima momen petugas yang diawali dengan
melakukan kebersihan tangan metode enam langkah yang tepat dan
benar dalam suatu periode survey (momen)
DENOMINATOR Jumlah komulatif seluruh kegiatan lima momen petugas yang
seharusnya diawali dengan melakukan kebersihan tangan metode
enam langkah yang tepat dan benar dalam periode survey yang
sama (momen)
TARGET ≥80%
SAMPLING Hanya bisa surveilans (observasi langsung) dengan purposive
sampling ketika ada kegiatan yang seharusnya dilakukan kebersihan
tangan dengan metode enam langkah dan lima momen.
33
KRITERIA INKLUSI -
KRITERIA
EKSKLUSI
-
PENCATATAN Survey ini dilakukan oleh tim PPI-RS dengan dimungkinkan
melakukan sampling (quick survey). Survey dilakukan 5 hari dengan
jumlah sample tertentu, setiap hari ada 20 interaksi yang diukur oleh
setiap surveyor.
ANALISA &
PELAPORAN
Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh tim PPI-RS,
kemudian data akan kempulkan dan akan dikoordinasikan kepada
Komite mutu RS. Data Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis
oleh komite mutu setiap bulannya yang selanjutnya dilaporkan
kepada Kepala RS. Secara umum data akan dievaluasi serta
dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit terkait setiap
tiga bulan yang dikoordinir oleh Komite Mutu dan Manajemen Risiko.
AREA Semua Area Klinis
PIC Komite Infektion Control
FORMAT
PENCATATAN
Checklist dan format observasi kebersihan tangan dengan metode
enam langkah dan lima momen sesuai format PPI-RS
INSTALASI : RUANG: HARI: TANGGAL: JAM:………….SAMPAI………… OBSERVER :NO TENAGA KESEHATAN KEPATUHAN
HAND HYGIENE1 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk2 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk3 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk4 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk5 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk6 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk7 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk8 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk9 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
10 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk11 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk12 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk13 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk14 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk15 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk16 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk17 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk18 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk19 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk20 D P CS PL PR FT PG DM MP Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
TOTAL% KEPATUHAN % %
Keterangan :D : Dokter PG : Petugas gisiP : Perawat DM : Dokter MudaCS : Cleaning service MP : Mahasiswa perawatPL : Petugas lab Kepatuhan melakukan hand hygiene :1. Hand hygiene sebelum dan sesudah kontak dengan pasienPR : Petugas radiologi 2. Hand Hygiene sebelum melakukan tindakanFT ; Fisioterapi 3. Hand Hygiene setelah terpapar cairan tubuh pasien
4. Hand hygiene setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
BLANKO SURVEY KEPATUHAN MELAKUKAN HAND HYGIENE
SBL KONTPASIEN
STLKONTPASIEN
SEBELUMTINDAKAN
STL TERPAPARCAIRAN
STL KONTAKLINGKUNGAN
34
6. SKP / IPSG 6 : Insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di rumah
sakit
INDIKATOR QPS IPSG
STANDAR IPSG 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
JUDUL INDIKATOR Insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di rumah sakit
TIPE INDIKATOR Struktur Proses Outcome √ Proses &
Outcome
TUJUAN Kejadian pasien jatuh yang terjadi selama dirawat di rumah sakit
dapat menyebabkan konsekuensi yang serius dan bahkan
mengancam keselamatan banyak pasien.
DEFINISI
OPERASIONAL
Pasien jatuh adalah pasien yang mengalami insiden secara cepat
dan tiba-tiba berpindah posisi dari tempat tidur ke lantai sampai
setengah atau lebih bagian tubuh berada di lantai, sehingga
memungkinkan pasien mengalami cedera ringan sampai berat atau
tidak menimbulkan cedera.
ALASAN/
IMPLIKASI/
RASIONALISASI
Perawat bertanggung jawab dalam mengidentifikasi pasien yang
beresiko jatuh dan membuat suatu rencana perawatan untuk
meminimalkan resiko. Kekurangan staf, perawat yang tidak
berpengalaman, serta tidak memiliki pengetahuan yang cukup dapat
membuat pasien beresiko untuk jatuh dan mengalami perlukaan.
Salah satu upaya untuk mengurangi resiko pasien jatuh adalah
dengan menempatkan perawat profesional pada bangsal-bangsal
tempat perawatan pasien. Insiden : selalu terjadi insiden setiap bulan.
FORMULA Jumlah pasien jatuh selama satu bulan (orang) : Jumlah pasien yang
beresiko jatuh dirawat inap dalam bulan yang sama (hari) x
100 %=___%
NUMERATOR Jumlah pasien jatuh selama satu bulan
DENOMINATOR Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat Inap dalam bulan yang
sama
TARGET 0%
SAMPLING Dicari dengan total sampling setiap ada insiden pasien jatuh dengan
dokumentasi pelaporan keselamatan pasien yang dapat dicatat
berdasarkan format pelaporan yang ditetapkan rumah sakit
KRITERIA INKLUSI Pasien jatuh yang terjadi saat berada di unit rawat inap
35
KRITERIA
EKSKLUSI
-
PENCATATAN Pencatatan setiap laporan keselamatan pasien dilakukan oleh
masing-masing rawat inap yang mengalami insiden pasien jatuh,
yang dipantau setiap hari
ANALISA &
PELAPORAN
Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala
Ruangan Rawat Inap, kemudian data akan dikoordinasikan kepada
Tim Keselamatan pasien RS, Data Rumah sakit akan direkapitulasi
dan dianalisis oleh komite mutu RS setiap bulannya yang akan
dilaporkan kepada Kepala RS. Secara umum data akan dievaluasi
serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap
tiga bulan yang dikoordinir oleh Komite Mutu dan Manajemen Risiko
AREA Ruang Rawat Inap
PIC Ketua Sub Komite Keselamatan pasien dan manajemen Resiko
FORMAT
PENCATATAN
Khusus Pasien Jatuh
NO
TA
NG
GA
LM
RS NAMA
PASIEN /UMUR
NO.RM
TANGGAL /JAM
INSIDENPASIENJATUH
KLASIFIKASIPERLUKAAAN
TINDAKLANJUT
PELAPO-RAN
InsidenKPRS
(ya/tidak)
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1234dstVerifikasi :
Sumber : Pedoman JCI’s Library Of Measures I-NSC-4 : All documented falls with or without
injury, experienced by patients in a calendar month
BAB V
PENUTUP
Dengan adanya buku pedoman penyelenggaraan sasaran keselamatan pasien
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad akan mempermudah pelaksanaan kegiatan pelayanan
36
kesehatan yang mencerminkan visi, misi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Dengan
metode pelaksanaan dan pengelolaan manajemen keselamatan pasien diharapkan
keberhasilan pelayanan kesehatan dapat menjadi tolak ukur peningkatan mutu kesehatan
rumah sakit.
Pedoman penerapan sasaran keselamatan pasien di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad disusun sebagai langkah awal guna memudahkan pemahaman, koordinasi dan
sinkronisasi antar unit kerja pelayanan dalam implementasi penerapan sasaran
keselamatan pasien di lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Hal-hal lain yang
dipandang perlu dan belum dicantumkan dalam pedoman penerapan sasaran
keselamatan pasien ini akan disarankan lebih lanjut sebagai langkah penyempurnaan
Seiring perkembangan waktu kedepan dalam penerapan sasaran keselamatan
pasien ini senantiasa terbuka penyesuaian-penyesuaian dan revisi materi atau substansi
terkait penerapan saaran keselamatan pasien sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada.
Jakarta,Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dr. Doglas S Umboh, MARSBrigadir Jenderal TNI
LAMPIRAN 1
FORMULIR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARATRSPAD GATOT SOEBROTO
TIM KESELAMATAN PASIEN RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 X 24 JAM
37
LAPORAN INSIDEN(INTERNAL)
I. DATA PASIENNama : ............................................No MR : ............................................Ruangan : ............................................Umur*
Jenis Kelamin : Laki-laki PerempuanBerat Badan : …............... Kg
Kategori : Berhak Gakin / Askeskin / SKTM Swasta (Pribadi) Swasta Jaminan Askes Angkatan Askes Non Departemen
Tgl. Masuk RS : ..............................................
II. RINCIAN KEJADIAN1. Tanggal dan Waktu Kejadian :
Tanggal : ……………..…………………Jam........................................................
2. Insiden : ………………………………………………………………………............
3. Kronologis Insiden :...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................Tipe Insiden* : Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
4. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden* : Karyawan (Dokter/Perawat/Petugas Lain) Pasien Keluarga / Pendamping Pasien Pengunjung Lain-lain ...................................................................................................
( sebutkan )5. Insiden terjadi pada* :
Pasien Karyawan / Dokter Pengunjung Rumah Sakit Pendamping pasien / keluarga
6. Tempat Insiden :Lokasi Kejadian : .......................................................................................................
7. Insiden terjadi pada pasien : ( sesuai kasus penyakit / spesialisasi ).....................................................................................................................................
8. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insidenUnit kerja penyebab ....................................................................................................
0-1 bulan > 1 bulan – 1 tahun > 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun > 15 tahun – 30 tahun > 30 tahun – 65 tahun > 65 tahun
38
9. Akibat Insiden Terhadap Pasien* : Kematian Cedera Irreversibel / Cedera Berat Cedera Reversibel / Cedera Sedang Cedera Ringan Tidak ada cedera
10. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
11. Tindakan Dilakukan oleh* : Tim , terdiri dari : .................................................................................................... Dokter Perawat Petugas lainnya...........................................................................................................
12. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ?* Ya TidakApabila ya, isilah yang dibawah ini.Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebutuntuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Pembuat Laporan : ................................ Penerima Laporan : ...............................
Paraf : ................................ Paraf : ...............................
Tgl Terima : ................................ Tgl Lapor : ...............................
Grading Resiko Kejadian* (Diisi oleh atasan pelapor) : BIRU HIJAU KUNING MERAH
B.* = pilih salah satu jawaban.
LAMPIRAN 2
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARATRSPAD GATOT SOEBROTO
KTD
39
LAPORAN OLEHUNIT – UNIT
TERKAIT
DISKUSIDAN ANALISIS
AKAR MASALAH
PENGEMBANGANSOLUSI
UMPAN BALIK
UNIT – UNITTERKAIT
PEMANTAUAN
IMPLEMENTASI
TKP – RSPAD
40
LAMPIRAN 4
FORMULIR PENGKAJIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN ANAK
41
LAMPIRAN 5
FORMULIR PENGKAJIAN RISIKO BUNUH DIRI
RSUP SANGLAH DENPASAR RM.../ASS.RI/2012
PENGKAJIAN RISIKOBUNUH DIRI
(Skala SAD PERSONS)
Nama :
Tgl.Lahir : L/P
No RM :
Ruangan : Lembar ke:NO
ITEM PENILAIAN TGLJAM
SKOR IA 1 2 31 Sex :
(laki-laki)- Ya- Tidak
10
2 Age :(umur kurang dari 19 tahun atau lebih dari 45
42
tahun)- Ya- Tidak
10
3 Depression :(pasien MRS dengan depresi atau penurunan
konsentrasi, gangguan tidur,gangguan pola makan, dan/atau gangguan libido)- Ya- Tidak
10
4 Previous suicide :(ada riwayat percobaan bunuh diri atau perawatan
psikiatri)- Ya- Tidak
10
5 Excessive alcohol :(ketergantungan alkohol atau pemakai narkoba)- Ya- Tidak
10
6 Rational thinking loss :(kehilangan pikiran rasional: psikosis, organic
brain syndrome)- Ya- Tidak
10
7 Separated :(bercerai, atau janda)- Ya- Tidak
10
8 Organized plan :(menunjukkan rencana bunuh diri yang
terorganisasi atau niat yang serius)- Ya- Tidak
10
9 No social support :(tidak ada pendukung)- Ya- Tidak
10
10 Sickness :(menderita penyakit kronis)- Ya- Tidak
10
TOTAL SKORKETERANGAN :Risiko Rendah 1 – 2Risiko Sedang 3 – 5Risiko Tinggi 7 – 10Nama / Paraf
43
CATATAN :1. PengkajianAwalRisikoBunuh Diridilakukanpadasaatpasienmasukrumahsakit,
dituliskanpadakolom IA (Initial Assessment).
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko bunuh diriditulis pada kolom keterangan dengan kode :
Perubahan kondisi ( Change of Condition ) dengan kode : CC
Kodeinidituliskanpadakolomketerangan
Implementasi Risiko Bunuh DiriRisiko Rendah : Skor 1 – 2 Risiko Sedang : Skor 3 – 5 Risiko Tinggi : Skor 7 – 10
1. Identifikasi dan jauhkanperalatan atau barang-barangyang bisa dipakai oleh pasienuntuk melakukkan bunuh diri.
2. Berikan kesempatan kepadapasien untuk dikunjungi olehanggota keluarga atauvolunteer yang dapatmemberikan dukungan psikis.
1. Identifikasi dan jauhkanperalatan atau barang-barangyang bisa dipakai oleh pasienuntuk melakukkan bunuh diri.
2. Berikan kesempatan kepadapasien untuk dikunjungi olehanggota keluarga atauvolunteer yang dapatmemberikan dukungan psikis.
3. Libatkan pasien yang berisikodan keluarga pasien tentangrencana perawatan pasien ;rencana tersebut harusmenyangkut perawatansetelah keluar dari rumahsakit.
1. Identifikasi dan jauhkanperalatan atau barang-barangyang bisa dipakai oleh pasienuntuk melakukkan bunuh diri.
2. Berikan kesempatan kepadapasien untuk dikunjungi olehanggota keluarga atauvolunteer yang dapatmemberikan dukungan psikis.
3. Libatkan pasien yang berisikodan keluarga pasien tentangrencana perawatan pasien ;rencana tersebut harusmenyangkut perawatansetelah keluar dari rumahsakit.
4. Siagakan staf atau petugasuntuk setiap tanda atau gejalaakan terjadinya percobaanbunuh diri.
5. Setiap pergantian shift,komunikasikan setiapperubahan kondisi atau jikaterjadi tanda-tanda pasienakan melakukan percobaanbunuh diri.
LAMPIRAN 6
FORMULIR PENGKAJIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN PSIKIATRI
RSUP SANGLAH DENPASAR RM.../ASS.RI/2012
44
PENGKAJIAN RISIKO
JATUH PSIKIATRI
(Skala Edmonson)
Nama :
Tgl.Lahir : L/P
No RM :
Ruangan : Lembar ke:
NO
ITEM PENILAIAN TGL
JAM
SKOR
1 USIA
a. Kurang dari 50 tahun
b. 50 – 70 tahun
c. Lebih dari 80 tahun
81026
2 STATUS MENTAL
a. Kesadaran
baik/Orientasi baiksetiap
saat
b. Agitasi/Ansietas
c. Kadang-kadang bingung
d. Bingung/Disorientasi
-4121314
3 ELIMINASI
a. Mandiri dan mampu
mengontrol BAB/BAK
b. Dower
Catheter/Colostomy
c. Eliminasi dengan
bantuan
d. Gangguan eliminasi
(Inkontinensia/Nokturia/
Frekwensi)
e. Inkontinensia tetapi
mampu untuk mobilisasi
8121012
12
4 PENGOBATAN
a. Tanpa obat-obatan
b. Obat-obatan Jantung
c. Obat-obat Psikotropika
(termasuk
Benzodiazepine dan
10108
12
45
Antidepresan)
OR
d. Mendapat tambahan
obat-obatan dan/atau
obat-obat PRN
(psikiatri, antinyeri) yang
diberikan dalam24 jam
terakhir
5 DIAGNOSA
a. Bipolar/Gangguan
Schizoaffective
b. Penggunaan Obat-
obatan terlarang /
Ketergantungan Alkohol
c. Gangguan Depresi
Mayor
d. Dimensia/Delirium
108
1012
6 AMBULASI /
KESEIMBANGAN
a. Mandiri/Keseimbangan
Baik /Immobilisasi
b. Dengan Alat Bantu
(kursi roda, walker, dll)
c. Vertigo/Kelemahan
d.
Goyah/Membutuhkanban
tuandanmenyadari
kemampuan
e.Goyah tapi lupa
keterbatasan
78108
15
7 NUTRISI
a. Mengkonsumsi
sedikitmakananatauminu
man
dalam24jamterakhir
b.Tidak ada kelainan
dengan nafsu makan
12
0
8 GANGGUAN POLA TIDUR
a. Tidak ada gangguan
812
46
tidur
b. Ada keluhan gangguan
tidur yang dilaporkan
oleh
pasien,keluargaatau
petugas
9 RIWAYAT JATUH
a. Tidak ada riwayat jatuh
b. Ada riwayat jatuh
dalam 3 bulan terakhir
812
TOTAL SKOR
KETERANGAN :
Tidak Beresiko <90
Beresiko >90
Nama / Paraf
CATATAN :1. PengkajianAwalRisikoJatuhdilakukanpadasaatpasienmasukrumahsakit,
dituliskanpadakolom IA (Initial Assessment).
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan dengan kode :
a. Setelah pasien jatuh ( Post Falls ) dengan kode : PF
b. Perubahan kondisi ( Change of Condition ) dengan kode : CC
c. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain ( On Ward Transfer ) dengan kode :
WT
d. Setiap minggu ( Weekly ) dengan kode : WK
e. Saat pasien pulang ( Discharge) dengan kode : DC
Kodeinidituliskanpadakolomketerangan
3. Implementasi Resiko Jatuh
Tidak Berisiko: Skor < 90 Berisiko: Skor > 90
1. Orientasikan pasien pada lingkungan
kamar/bangsal
2. Pastikan rem tempat tidur terkunci
3. Pastikan bel terjangkau
4. Singkirkan barang yang berbahaya
terutama pada malam hari (kursi
tambahan dan lain-lain)
5. Minta persetujuan pasien agar lampu
malam tetap menyala karena lingkungan
masih asing
6. Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan
(bila menggunakan)
7. Pastikan alas kaki tidak licin
8. Pastikan kebutuhan pribadi dalam
jangkauan
1. Orientasikan pasien pada lingkungan
kamar/bangsal
2. Pastikan rem tempat tidur terkunci
3. Pastikan bel terjangkau
4. Singkirkan barang yang berbahaya
terutama pada malam hari (kursi
tambahan dan lain-lain)
5. Minta persetujuan pasien agar lampu
malam tetap menyala karena lingkungan
masih asing
6. Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan
(bila menggunakan)
7. Pastikan alas kaki tidak licin
8. Pastikan kebutuhan pribadi dalam
jangkauan
47
9. Tempatkan meja pasien dengan baik agar
tidak menghalangi
10. Tempatkan pasien sesuai dengan tinggi
badannya.
9. Tempatkan meja pasien dengan baik agar
tidak menghalangi
10.Tempatkan pasien sesuai dengan tinggi
badannya.
11.Pasang penanda risiko jatuh di luar
kamar/di brankard/di atas tempat tidur
12.Minta agar pasien segera memencet bel
bila perlu bantuan atau segera
menghubungi petugas
13.Awasi atau bantu sebagian ADL pasien
14.Cepat menanggapi bel atau keluhan pasien
15.Review kembali obat-obatan yang berisiko
16.Beritahu pasien agar mobilisasi secara
bertahap : duduk perlahan – lahan
sebelum berdiri.
LAMPIRAN 7
FORMULIR PENGKAJIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN NEONATUS
PROTOKOL PENGELOLAAN RISIKO JATUH/CEDERA PADA NEONATUSRSUP SANGLAH DENPASAR
48
Tanggal : ___________________Waktu : ___________________Ruangan : ___________________
PENGKAJIAN RISIKO JATUH NEONATUS
Semua Neonatus dikategorikan berisiko jatuh
INTERVENSI Orientasi ruangan pada
orangtua/keluarga
Dekatkan box bayi dengan ibu
Pastikan selalu ada pendamping
Pastikan lantai dan alas kaki tidak
licin
Kontrol rutin oleh perawat/bidan
Bila dirawat dalam incubator,
pastikan semua jendela terkunci
Edukasi orangtua/keluarga
EDUKASI YANG DIBERIKAN Tempatkan bayi pada tempat yang aman
Teknik menggendong bayi
Cara membungkus bayi
Segera istirahat apabila merasa lelah dan tempatkan bayi pada boxnya
Libatkan keluarga untuk mendampingi atau segera panggil perawat/bidan jika
dibutuhkan
SASARANEDUKASI
Ibu Keluarga lain Bapak Wali Lainnya………..
EVALUASI Memahami dan mampu menjelaskan kembali
Mampu mendemonstrasikan
Perlu edukasi ulang
Keluarga Petugas
(………………………………..) (………………………………..)
Nama : L/PTgl lahir :No.RM :