3-5 endang widuri_institut sains dan teknologi akprind yogyakarta_usulan perancangan

9
Workplace Safety and Health 1-146 Usulan Perancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Guna Meningkatkan Kinerja Pekerja Industri Kecil Mozaik Endang Widuri Asih 1 dan Titin Isna Oesman 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta [email protected], [email protected] Abstrak. Fasilitas kerja operator merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja dalam suatu system. Fasilitas kerja yang baik harus memperhatikan kenyamanan kerja pekerja yang menggunakanya. Pada industri Mozaik pekerja dalam melakukan pekerjaanya dan fasilitas kerja yang digunakanya belum memenuhi standarisasi konsep ergonomis. Peningkatan kinerja pekerja melalui perbaikan fasilitas kerja dengan merancang alat kerja yang ergonomis sesuai dengan kondisi pekerjaanya. Kriteria yang dapat digunakan dalam menguji pengaruh kondisi kerja terhadap kinerja manusia yaitu kriteria fisiologi dan kriteria psikologi. Pada penelitian ini untuk mengetahui keluhan dan kelelahan yang dialami pekerja dilakukan penyebaran kuesioner Nordic Body Map dan 30 item pertanyaan tentang kelelahan dengan sampel 15 pekerja. Perancangan fasilitas kerja di industri Mozaik berdasarkan prinsip Ergonomi dan Antropometri. Perancangan fasilitas kerja yang diperbaiki yaitu meja, kursi kerja dan wadah lem yang ergonomis. Meja dan kursi kerja yang dirancang untuk pekerjaan duduk berdiri dengan ukuran berdasarkan dimensi tubuh pekerja. Rancangan meja kerja dilengkapi 4 tempat bahan baku batu alam pada alas meja dan tempat cetakan mozaik, hal ini untuk mengeliminir kegiatan mencari yang dilakukan pekerja pada saat merakit Mozaik. Wadah lem yang dirancang sesuai dengan posisi kerja berdiri pada saat menuangkan lem. Kata kunci: Fasilitas Kerja, Ergonomis, Keluhan pekerja 1. PENDAHULUAN Kelangsungan dan pertumbuhan usaha pada industri besar maupun kecil sangat berpengaruh pada perekonomian nasional. Dengan adanya pertumbuhan usaha dapat meningkatkan kesempatan kerja dan dapat memberikan /menunjang pendapatan pemerintah. Industri kecil mempunyai potensi yang cukup besar dalam peningkatan penerimaan devisa negara, serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang dapat memberikan nilai tambah. Kebanyakan industri kecil lebih memprioritaskan pada permasalahan modal, pemasaran dan manajeman, sedangkan masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja, sistem kerja dan lingkungan kerja sering kali diabaikan. Untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja industry kecil , hal ini perlu mendapatkan perhatian serius bagi pemilik industri kecil seperti; resiko faktor ergonomi, sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah serta lingkungan kerja (Endang WA,2009). Salah satu industri kecil di Yogyakarta adalah industri Mozaik. Pada industri ini terlihat bahwa dalam proses produksinya baik fasilitas kerja atau posisi kerja karyawannya belum menerapkan prinsip Ergonomi. Hal ini terlihat dari posisi kerja karyawan dalam melakukan pekerjaanya duduk di bangku kayu pendek (dingklik dalam bahasa Jawa) dapat

Upload: irma-meutia

Post on 05-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ergo

TRANSCRIPT

  • Workplace Safety and Health 1-146

    Usulan Perancangan Fasilitas Kerja Yang

    Ergonomis Guna Meningkatkan Kinerja Pekerja

    Industri Kecil Mozaik

    Endang Widuri Asih1 dan Titin Isna Oesman

    2

    Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

    [email protected], [email protected]

    Abstrak. Fasilitas kerja operator merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

    performansi kerja dalam suatu system. Fasilitas kerja yang baik harus memperhatikan

    kenyamanan kerja pekerja yang menggunakanya. Pada industri Mozaik pekerja dalam

    melakukan pekerjaanya dan fasilitas kerja yang digunakanya belum memenuhi

    standarisasi konsep ergonomis. Peningkatan kinerja pekerja melalui perbaikan fasilitas

    kerja dengan merancang alat kerja yang ergonomis sesuai dengan kondisi pekerjaanya.

    Kriteria yang dapat digunakan dalam menguji pengaruh kondisi kerja terhadap kinerja

    manusia yaitu kriteria fisiologi dan kriteria psikologi. Pada penelitian ini untuk

    mengetahui keluhan dan kelelahan yang dialami pekerja dilakukan penyebaran kuesioner

    Nordic Body Map dan 30 item pertanyaan tentang kelelahan dengan sampel 15 pekerja.

    Perancangan fasilitas kerja di industri Mozaik berdasarkan prinsip Ergonomi dan

    Antropometri.

    Perancangan fasilitas kerja yang diperbaiki yaitu meja, kursi kerja dan wadah lem yang

    ergonomis. Meja dan kursi kerja yang dirancang untuk pekerjaan duduk berdiri dengan

    ukuran berdasarkan dimensi tubuh pekerja. Rancangan meja kerja dilengkapi 4 tempat

    bahan baku batu alam pada alas meja dan tempat cetakan mozaik, hal ini untuk

    mengeliminir kegiatan mencari yang dilakukan pekerja pada saat merakit Mozaik. Wadah

    lem yang dirancang sesuai dengan posisi kerja berdiri pada saat menuangkan lem.

    Kata kunci: Fasilitas Kerja, Ergonomis, Keluhan pekerja

    1. PENDAHULUAN

    Kelangsungan dan pertumbuhan usaha pada industri besar maupun kecil sangat

    berpengaruh pada perekonomian nasional. Dengan adanya pertumbuhan usaha dapat

    meningkatkan kesempatan kerja dan dapat memberikan /menunjang pendapatan

    pemerintah. Industri kecil mempunyai potensi yang cukup besar dalam peningkatan

    penerimaan devisa negara, serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang dapat

    memberikan nilai tambah.

    Kebanyakan industri kecil lebih memprioritaskan pada permasalahan modal, pemasaran

    dan manajeman, sedangkan masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja, sistem kerja dan

    lingkungan kerja sering kali diabaikan. Untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja

    industry kecil , hal ini perlu mendapatkan perhatian serius bagi pemilik industri kecil

    seperti; resiko faktor ergonomi, sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah serta lingkungan

    kerja (Endang WA,2009).

    Salah satu industri kecil di Yogyakarta adalah industri Mozaik. Pada industri ini terlihat

    bahwa dalam proses produksinya baik fasilitas kerja atau posisi kerja karyawannya belum

    menerapkan prinsip Ergonomi. Hal ini terlihat dari posisi kerja karyawan dalam

    melakukan pekerjaanya duduk di bangku kayu pendek (dingklik dalam bahasa Jawa) dapat

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-147

    dilihat pada gambar 1 dan 2, serta pada saat melakukan pemindahan bahan dilakukan

    manual yang dibawa dengan 3 pekerja (gambar 2 ). Ketinggian tempat duduk kira-kira 10

    sampai 20 cm, sehingga pada saat kerja, posisi duduk membungkuk dan kaki menekuk, hal

    ini menyebabkan terhambatnya sirkulasi darah pada kaki. Sirkulasi darah yang terhambat

    akan menyebabkan kelelahan otot sehingga kinerja para pekerja menurun dan cepat

    menimbulkan kelelahan serta sakit pada bagian tulang belakang (Theresia dalam Endang

    WA, 2006). Untuk meningkatkan kenerja pekerja, perlu dilakukan perbaikan fasilitas

    kerja dengan merancang alat kerja yang ergonomis sesuai dengan kondisi pekerjaanya.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    Pengertian Ergonomi

    McCormick dan Sanders (1993) mendefinisikan ergonomi dengan menggunakan

    pendekatan yang lebih komprehensif. Pendekatan ini dilakukan melalui tiga hal pokok

    yaitu; fokus, tujuan dan ilmu ergonomi.

    Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari.

    Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, memperbaiki keamanan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan,

    penerimaan pengguna yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan

    memperbaiki kualitas hidup.

    Pendekatan yang dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karateristik, perilaku dan

    motivasi manusia terhadap rancangan produk dan prosedur yang digunakan untuk

    lingkungan tempat menggunakannya.

    Berdasarkan pendekatan tersebut diatas maka Chappins (1995) merangkum definisi

    ergonomi sebagai ilmu yang menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi

    mengenai perilaku, kemampuan, keterbatasan,dan karateristik manusia lainnya untuk

    merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan

    produktivitas, keselamatan, kenyamanan, dan efektivitas pekerjaan manusia.

    Iftikar Z. Sutalaksana dkk (1979) mendefinisikan ergonomi sebagai suatu cabang

    ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

    kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang

    dapat hidup dan bekerja dalam sistem itu dengan baik mencapai tujuan yang diinginkan

    melalui pekerjaan dengan efektif, aman dan nyaman. Dalam ergonomi salah satu prinsip

    yang harus selalu digunakan adalah prinsip fitting the task/ job to man. Hal ini

    mengandung pengertian bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan

    keterbatasan manusia, sehingga hasil yang dicapai dapat menjadi lebih baik.

    Manusia dan Karakteristiknya

    Kinerja suatu sistem kerja di dalam suatu perusahaan atau unit produksi sangat

    tergantung pada interaksi antara elemen-elemen sistem kerjanya. Bila interaksi antara

    elemen-elemen tersebut baik, maka kegiatan produksi berjalan baik, sehingga dapat

    menghasilkan tingkat output yang diharapkan. Elemen-elemen tersebut antara lain

    peralatan, lingkungan kerja, tempat kerja dan tenaga kerja. Dari semua elemen ini yang

    terpenting adalah elemen manusia, karena manusia merupakan pelaksana dari pekerjaan,

    sedangkan elemen yang lainya merupakan elemen pendukung. Elemen-elemen

    pendukung perlu dirancang sedemikian rupa untuk menjamin optimalitas manusia dalam

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-148

    melakukan pekerjaanya. Prinsip ini disebut dengan Human Centered Design, atau

    perancangan yang berpusat pada manusia.

    Kriteria Penilaian

    Untuk menilai pengaruh kondisi kerja terhadap performansi kerja manusia diperlukan

    kriteria yang jelas. Kriteria yang dapat digunakan dalam menguji pengaruh kondisi kerja

    terhadap manusia adalah; kriteria fisiologi,kriteria psikologi dan kriteria performansi kerja

    (Tiffin dalam Oesman, 2007). Adapun penjelasanya sebagai berikut:

    a. Kriteria Fisiologis

    Kemampuan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan digambarkan sebagai aktifitas

    otot-otot tubuh. Pengurangan energi potensial dalam otot ini disebut kelelahan

    fisiologis.

    b. Kriteria Psikologis

    Perubahan psikologis terjadi dalam pekerjaaan atau kondisi tertentu. Ukuran dan

    karateristik perubahan-perubahan psikologis belum tergambarkan dengan jelas, tetapi

    ada alasan untuk mempercayai bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh, yaitu

    kebosanan (boredom) dan perasaan kelelahan atau keletihan, yang disebut kelelahan

    obyektif/ psikologis .

    c. Kriteria Hasil Kerja

    Kriteria performansi kerja atau hasil kerja merupakan indikator performansi kerja

    seseorang. Penurunan kerja ditandai oleh pengurangan hasil kerja dari waktu ke waktu

    atau dari satu kondisi ke kondisi yang lain . Kecenderungan penurunan hasil atau

    output kerja ini biasa disebut sebagai kelelahan industri (industrial fatique).

    Kelelahan (fatique)

    Kelelahan adalah suatu keadaan yang menunjukan penurunan efisiensi dalam

    melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan dibedakan dalam 2 bagian (grandjean, 1993) yaitu :

    a. Kelelahan Otot (muscular fatique)

    Kelelahan otot adalah suatu gejala kesakitan yang dirasakan pada otot yang muncul

    akibat otot terlalu tegang. Pada saat otot diberi stimulus misalnya dengan mengangkat,

    hal tersebut akan menjadikan berkontraksi dan terjadi ketegangan. Jika stimulus

    tersebut diberikan secara terus menerus maka dalam jangka waktu lama

    performansinya akan menurun, yaitu pada kekuatan otot dan gerakan semakin lambat.

    Kelelahan otot mengakibatkan hilangnya kemampuan koordinasi gerakan alat-alat

    tubuh, serta meningkatnya kecenderungan kesalahan dan kecelakaan yang menyertai

    kelelahan otot.

    b. Kelelahan Umum (General Fatique)

    Salah satu gejala kelelahan umum adalah munculnya perasaan letih. Suatu perasaan

    kelelahan akan teratasi jika diadakan istirahat. Berdasarkan penyebabnya gejala

    keletihan umum dapat dibedakan menjadi (grandjean, 1993): Visual fatique, General

    bodly fatique, Mental fatique, Nervous fatique, Kelelahan kronis, dan Circadian

    fatique.

    Jika kelelahan tidak disembuhkan, maka pada suatu saat akan terjadi kelelahan kronis

    yang menyebabkan:

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-149

    Meningkatnya ketidak stabilan psikis (perilaku)

    Depresi

    Tidak semangat dalam bekerja.

    Meningkatnya kecenderungan sakit

    Prestasi yang diukur pada output industri merupakan petunjuk yang pertama

    kali dipakai untuk menilai akibat dari kelelahan. Perubahan prestasi atau

    performansi kerja berubah secara teratur selama hari kerja dan selama minggu

    kerja yang berkorelasi dengan perubahan ketegangan dan kelelahan (Grandjean,

    1993).

    3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada penelitian kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang digunakan

    Oesman,2009. Kuesioner yang digunakan hanya 3 Form yaitu Form 1 berisi 2 bagian

    yaitu pertama berisi tentang data karateristik responden memuat informasi mengenai,

    nama, jenis kelamin, usia,dan pendidikan terakhir, bagian 2 berisi status kesehatan dan

    data antropometri. Form kedua memuat informasi tentang keluhan-keluhan biomekanika

    yang dialami oleh responden/ pekerja. Dan Form ketiga memuat tentang 30 pertanyaan

    kelelahan yang dimodifikasi dengan skala Likert. Sampel yang dijadikan responden adalah

    pekerja perempuan di industri kecil Mozaik. Jumlah sampel responden 15 orang.

    Berdasarkan hasil kuesioner form kedua yaitu tentang keluhan musculoskeletal dengan

    Nordic Body Map ( Tarwaka,2010 ) , terlihat bahwa keluhan yang paling banyak adalah

    leher bagian atas &bagian bawah, punggung, bahu kanan & bahu kiri, pinggang, bokong

    serta lutut kanan & kiri. Dan hasil kuesioner form ketiga tentang kuesioner 30 item

    pertanyaan yang menunjukan kelelahan secara umum berdasarkan bobot yang paling besar

    adalah kelelahan pada seluruh badan, Kaki pekerja merasa berat, Bagian bahu pekerja

    merasa berat, pekerja merasa nyeri dipunggung, dan pekerja merasa nafasnya tertekan.

    Dari hasil kuesioner terlihat bahwa responden dalam melakukan pekerjaanya belum

    ergonomis. Hal ini disebabkan karena postur dan alat kerjanya belum ergonomis. Sehingga

    responden atau pekerja mengalami kelelahan otot dan kelelahan umum. Kesalahan postural

    tersebut pada awalnya tidak terlalu menimbulkan rasa sakit, tapi lama kelamaan rasa sakit

    tersebut akan terakumulasi oleh ruas tulang belakang. Akumulasi rasa tersebut akan

    menyebabkan timbulnya low back pain. Dan adanya beban statis yang terus menerus dapat

    mengganggu kenyamanan bagian tulang belakang.

    Kesalahn postural kerja yaitu,pekerja pada saat kerja posisi tulang belakang membentuk

    kurva cembung atau konvex yang disebut khyposis. Lumbar khyposis akan menghasilkan

    pertambahan tekanan pada piringan (L5/S1) yang berada antar ruas tulang belakang.

    Tekanan pada piringan antar ruas tulang belakang yang berlebihan dapat merusak piringan

    antar ruas tulang belakang tersebut.

    Keluhan pada bagian leher terjadi karena posisi kepala dan leher pekerja pada saat kerja

    inklinasi ke depan membentuk sudut lebih dari 150

    . Menurut Grandjean (1993) posisi

    kerja yang baik adalah tidak melenturkan kepala dan leher ke depan lebuh dari 150

    maka

    akan menyebabkan keluhan yang kronis pada leher.

    Keluhan pada bahu diakibatkan karena karakteristik pekerjaan. Bagian paling dominan

    dalam melakukan pekerjaan pengeleman Mozaik (gambar 2) adalah pergelangan tangan

    sampai ke lengan atas (extriminitas atas). Sistem kerja bagian-bagian tersebut ditopang

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-150

    oleh otot-otot pergelangan tangan dan bahu. Disamping hal tersebut keluhan bagian bahu

    juga disebabkan oleh kondisi meja yang terlalu rendah. Meja kerja yang terlalu rendah

    dapat menyebabkan bagian lengan bawah terlalu menjulur ke bawah akan mengakibatkan

    otot pergelangan tangan dan bahu mengeluarkan gaya penahan bagi lengan bawah.

    Keluhan bagian kaki disebabkan karena ketinggian meja dan tempat duduk terlalu

    rendah (gambar 1 dan 2), sehingga posisi kerja pekerja dengan kaki menekuk. Kaki

    menekuk menyebabkan timbulnya hambatan sirkulasi darah (Theresia Linda, dalam

    Endang WA,2006). Sirkulasi darah yang terhambat akan menyebabkan kelelahan otot

    sehingga kinerja para pekerja menurun.

    Gambar 1. Posisi kerja pada saat pengeleman Gambar 2. Posisi pada saat penuangan

    lem

    Gambar 3. Posisi kerja pengangkatan bahan

    Kinerja responden atau pekerja dapat ditingkatkan dengan dilakukan perbaikan

    fasilitas kerja (merancang alat kerja yang ergonomis) sesuai kondisi pekerjaanya. Dalam

    penelitian ini fasilitas yang dirancang adalah meja, kursi pekerja dan tempat penuangan

    lem.

    Perancangan Meja Ergonomis

    Meja yang dirancang disesuaikan dengan karakteristik pekerja dan pekerjaanya. Pada

    industri ini pekerja melakukan serangkaian pekerjaan yg diawali dengan mengambil bahan

    baku di area penyimpana dan dibawa meja tempat produksi. Kemudian dilanjutkan pekerja

    tersebut merakit sebuah mozaik yaitu pekerja memilih batu alam sesuai dan di tempelkan

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-151

    pada pola cetakan dan model yang telah ditentukan. Bahan pembuatan mozaik antara lain:

    batu alam, kawat kasa, lem dan pola dari kayu.

    Meja tersebut dirancang pada bagian alas meja dibuatkan 4 (empat) kotak ukuran

    40x40cm, sebagai tempat Mozaik yang sudah dipisah berdasarkan jenisnya. Hal ini

    dimaksudkan untuk mengeliminir gerakan mencari yang dilakukan pada cara sebelumnya.

    Bagian bawah sebelah kanan dan kiri meja dibuatkan tempat penempatan kotak alas

    cetakan serta kawat kasa tempat menempelkan batu alam. Hasil rancangan meja dapat

    dilihat pada gambar 4.

    Ukuran meja berdasarkan dimensi tubuh pekerja, untuk tinggi meja didasarkan pada

    tinggi siku berdiri dengan persentil 50 yaitu 97 cm ditambah kelonggaran sebesar 5 cm

    sehingga tinggi meja adalah 102 cm.. Lebar meja berdasarkan dimensi tubuh jangkauan

    tangan dengan persentil 95 yaitu 90 cm ditambah kelonggaran sebesar 30 sehingga total

    ukuran lebar meja adalah 120 cm. Dan panjang meja berdasarkan rentangan tangan

    persentil 95 yaitu 195 cm dengan kelonggaran 5 cm sehingga panjang meja adalah 200 cm.

    Ukuran tempat cetakan dan kawat kasa adalah 40x40cm, dan tinggi dari permukaan

    lantai berdasarkan dimensi tubuh tinggi pergelangan tangan pada saat posisi berdiri

    persentil rata-rata adalah 75cm.

    Perancangan Kursi Ergonomis

    Konsep dasar posisi duduk adalah terbentuknya sudut 900

    antara paha dengan tulang

    belakang, Sedangkan pada posisi berdiri sudut yang terbentuk antara paha dengan tulang

    belakang adalah 0180 . Posisi duduk-berdiri adalah posisi yang berada di antara posisi duduk

    dan berdin, Menurut Sutalaksana (2000), seseorang dapat dikatakan berada pada posisi

    setengah duduk dan berdiri bila sudut antara paha dan tulang belakang sebesar I20''sampai

    135.

    Sudut Alas Duduk Berdasarkan besaran sudut antara paha dan tulang belakang tersebut,

    sudut alas duduk yang dapat mengakomodasi besar sudut tersebut adalah sebesar 45 terhadap

    horisontal .

    Lebar alas duduk, lebar alas duduk dapat diperoleh dari nilai persentil 95 lebar pinggul.

    Hal ini ditujukan untuk membuat nyaman pengguna yang mempunyai pinggul besar, hasil

    pengolahan data antropometri persentil 95 dari lebar pinggul ditambah kelonggaran 4 cm ,

    sehingga lebar alas duduk adalah 40 cm.

    Panjang alas duduk dapat ditentukan dari nilai persentil 95 jarak pantat popliteal. Hal ini

    ditujukan untuk memudahkan peletakkan pantat ke alas duduk bagi pengguna yang

    mempunyai dimensi pantat popliteal tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh

    nilai persentil 95 dari jarak pantai popliteal sebesar 45,5 cm, dengan kelonggaran 4,5 cm maka

    panjang alas duduk adalah 50 cm. Dan seseorang dapat dikatakan bekerja dalam posisi duduk-

    berdiri apabila sudut yang terbentuk antara tulang belakang dan paha pekerja tersebut antara

    I20 dan 135 . Tinggi kursi dari data antropometri yang telah diolah, adalah persentil 95 tinggi

    pinggul adalah 87 cm (gambar 5).

    Perancangan Wadah Lem.

    Untuk memperbaiki posisi kerja seperti gambar 2. yaitu pekerja menuangkan lem

    ke dalam botol dengan cara membungkuk maka dirancang tempat lem yang ergonomis.

    Tempat wadah lem yang ergonomis dirancang untuk penuanganya dengan cara berdiri.

    Untuk itu dalam perancangan ini mengadopsi sistem Dispenser. Tinggi wadah lem adalah

    berdasarkan dimensi tinggi siku berdiri dengan persentil rata-rata yaitu 97 cm dengan

    kelonggaran 5cm jadi ukuran tinggi adalah 102cm. Untuk ukuuran panjang sertai lebarnya

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-152

    sesuai ukuran kaleng lem yaitu 30 cm x 30cm dengan kelonggaranya 10 cm, sehingga

    ukuran panjang kali lebar adalah 40cm x40cm (gambar 6).

    4. KESIMPULAN

    Hasil Kuesioner menunjukan keluhan yang paling banyak dialami oleh pekerja industri

    kecil Mozaik adalah leher bagian atas & bagian bawah, punggung, bahu kanan & bahu kiri,

    pinggang, bokong serta lutut kanan & kiri. Dan hasil kuesioner 30 item pertanyaan yang

    menunjukan kelelahan secara umum berdasarkan bobot yang paling besar adalah kelelahan

    pada seluruh badan, Kaki pekerja merasa berat, Bagian bahu pekerja merasa berat, pekerja

    merasa nyeri dipunggung, dan pekerja merasa nafasnya tertekan.

    Perancangan fasilitas kerja yang dirancang untuk mengurangi keluhan dan kelelahan

    pekerja yaitu meja, kursi kerja dan wadah lem yang ergonomis. Meja dan kursi kerja yang

    dirancang untuk pekerjaan duduk berdiri dengan ukuran berdasarkan dimensi tubuh

    pekerja. Rancangan meja kerja dilengkapi 4 tempat bahan baku batu alam pada alas meja

    dan tempat cetakan mozaik, hal ini untuk mengeliminir kegiatan mencari yang dilakukan

    pekerja pada saat merakit Mozaik. Wadah lem yang dirancang sesuai dengan posisi kerja

    berdiri pada saat menuangkan lem.

    Gambar 4. Rancangan Meja Kerja Duduk Berdiri

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-153

    Gambar 5. Rancangan Kursi Kerja Duduk Berdiri

    Gambar 6. Rancangan Wadah Lem Ergonomis

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Chaffin,Don B., Anderson B.J., 1995, Occuptional Biomechanics, 2nd edition, John Willey

    and Son Ltd, England

    Endang WA, 2006, Perancangan Meja Putar Alat Pembuat Gerabah Berdasarkan

    Kriteria Fisik dan Metode Quality Function Deployment, UTY, Proseding Seminar

    Nasional, UTY,Yogyakarta.

    Endang WA, 2009 Perancangan Alat Pemecah Kedelai yang Ergonomis dengan

    Pendekatan Integrasi Model kano dan Function Deployment, jurnal Technoscientia,

    Vol.1. No.2, IST AKPRIND, Yogyakarta

    Grandjean,E.1993. Fitting The Task to the Man, 4th

    edt ,

    Tylor & Francis Inc.London

  • Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011

    ISSN : 2088-9488

    Workplace Safety and Health 1-154

    Oesman, T.,I., 2007, Effect Of basket Loads on Work Physkology and Muculaskeletal

    Complaint Amoung Women Crop sellers In Several traditional Market of Yogyakarta,

    Proceeding Seminar International, AEDeC 2007- Kualalumpur, ISBN 0-97-681-43-6-

    6.

    Oesman, T.I.,et all, 2009, Redesain Alat Tombol Tekan Dan Reposisi Kerja Operator pada

    Proses Stamping Part Body Component Meningkatkan Kualitas Kerja Pada Divisi

    Stamping Plant PT.ADM Jakarta, Procceding 9th

    National Seminar Ergonomics Ergonomics for Enhanced Quality of Work Life, Undip, Semarang.

    Sutalaksana,I.Z. et. Al, 1979; Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri, ITB,

    Bandung.

    Sutalaksana, I.Z., 2000, Duduk,Berdiri dan Ketenagakerjaan Indonesia, Procceding

    Seminar Nasional Ergonomi, Guna Widya, Surabaya.

    Sanders, Mark S. & Ernest J.McCormick, 1993, Human Factors in Engineering and

    Design, Mcgraw-Hill Inc.

    Tarwaka,2010, Ergonomi Industri; Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di

    Tempat Kerja, Harapan press, Solo