28.11.2012
DESCRIPTION
28.11.2012TRANSCRIPT
Kata Sulit:
1. Ekstraksi
2. Protesa Lepasan
3. Gigitan sentrik Oklusi
4. Protesa Kerangka Logam
5. Malam
6. Stone Gips
7. Resin akrilik
8. Model cetakan Gigi
9. Bahan Adukan
Hipotesa: Pemilihan bahan material mempengaruhi hasil protesa yang berpengaruh penting terhadap fungsi mastikasi, fonetik, estetik dan meminimalisir gangguan sistem pencernaan
Kata Kunci:
Biomaterial, bahan dan teknologi KG (IBTKG dan Protesa).
Rumusan Masalah:
1. Kekurangan dan Kelebihan GT? (mbk ayu)
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROTESA LEPASAN
Klasifikasi basis gigi tiruan berdasarkan bahan yang digunakan secara umum terdiri atas logam, resin serta kombinasi logam resin. Dari masing-masing bahan tersebut memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu :
1. Logam Logam basis gigi tiruan memiliki kelebihan :a. penghantar suhu
logam merupakan penghantar suhu yang baik, sehingga setiap perubahan suhu yang terjadi akan langsung disalurkan kejaringan dibawahnya. Rangsang seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan.
b. ketepatan dimensibasis yang terbuat dari aloi emas maupun krom kobalt tidak hanya lebih tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan selama pemakaian dalam mulut.
c. Kebersihanogam adalah bahan yang tahan abrasi, sehingga permukaanya tetap licin dan mengkilat serta tidak menyerap saliva, sifat ini membuat deposit makanan dan kalkulus sulit melekat.
d. kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal basis logam dapat dibuat lebih tipis daripada resin, tetapi cukup kuat dan kaku, sehingga ruang gerak bagi lidah relative lebih luas.
Disamping keuntungan diatas logam juga memiliki beberapa kekurangan:
a. basis logam tidak mungkin dilapis atau dicekatkan kembalib. warna basis logam tidak harmonis dengan warna jaringan disekitarnya, sehingga bila dipakai dibagian anterior akan
mengganggu estetik.c. Relative lebih berat, terutama aloi emas untuk rahang atas.d. Perluasan basis logam hingga lipatan bukal serta pengembalian kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis logame. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal
2. Resin Sebagai basis gigi tiruan, resin akrilik dan nilon menunjukkan beberapa kelebihan antara lain:
a. Warna harmonis dengan jaringan sekitarnya sehingga memenuhi faktor estetik.
b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali
c. Relative lebih ringgan
d. Teknik pembuatan dan pemolesanya mudah
e. Biaya murah
Disamping keuntungan tersebut resin juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya:
a.Penghantar suhu yang buruk
b.Dimensi tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan reparasi
c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian
d.Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna.
3. Kombinasi logam dengan resinBasis kombinasi logam resin ini berupa rangka dari logam, dilapisi resin untuk tempat perlekatan elemen tiruan dan bagian yang berkontak dengan mukosa mulut. Tujuan menggunakan basis logam resin adalah memanfaatkan keuntungan dari masing-masing bahan.
Daftar pustaka : suryatenggara, freddy. 1991. Ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jakarta : Hipokrates
1. Syarat bahan KG? (nora)
2. Macam bahan? (tia)
3. Apa akibat kehilangan gigi tanpa penggantian? (Sisca)
a. Migrasi dan rotasiHilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.
b. Erupsi berlebihBila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.
c. Penurunan Efisiensi kunyahMereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang, akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan.
d. Gangguan pada sendi Temporo MandibulaKebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.
e. Beban berlebih pada jaringan peridontalBila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan mnerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebabnan berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibtkan kerusakan membrn periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya terpangsa dicabut.
f. Kelainan bicaraKehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara, karena gigi (khususnya yang depan) termasuk bagian organ fonetik.
g. Memburuknya penampilanMenjadi burukya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang, apa lagi dari segi pandang manusia modern.
h. Terganggunya kebersihan mulutMigrasi dan rotasi menyebabkan ggi kehilangan kontak dengan tetanggnya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi sisa makanan. Dengan sendiriya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat.
i. AtrisiPada kasusu tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikat wajah saat ggi dalam keadaan oklusi sentrik.
j. Efek terhadap jaringan lunak mulut
Bila gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringn lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal seperti ini, pemakaina geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu. (Gunadi. dkk, 1991).
4. Definisi, jenis, fungsi protesa? (alfin)
Protesa
Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksud untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan
struktur – struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.Protesa tersebut terdiri dari gigi – gigi tiruan yang
dilekatkan pada basis protesa.Basis protesa memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut dibawahnya (Gunadi, Dkk.,
1993).
Protesa dimaksudkan suatu penggantian buatan atau tiruan yang dibuat untuk menggantikan salah satu bagian tubuh yang hilang atau
memang sejak lahir tidak ada misalnya tangan, kaki, mata, gigi, dan sebagainya.Dalam pada itu, seni dan ilmu yang bersangkutan dengan
pembuatan, pemasangan, dan perawatan dengan suatu protesa, disebut Prostetik (prosthetics).Orang yang keahliaannya dalam bidang ini,
dinamakan Ahli Prostetik (Gunadi, Dkk., 1993).
Bila hal ini diterapkan dalam bidang kedokteran gigi, maka bagian senidan ilmu kedokteran gigi yang bersangkutan dengan pekerjaan
memperbaiki serta mempertahankan fungsi mulut dengan suatu penggantian tiruan bagi satu atau lebih gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya,
termasuk jaringan orofasial, dinamakan Prostodonsia atau Prostodonti.Dikenal pula istilah Prosthetic Densthetic atau Dental Prosthetic, istilah-
istilah yang sekarang sudah jarang dipakai lagi (Gunadi, Dkk., 1993).
Menurut definisi ADA (American Dental Association), prostodentia adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian yang padan
(=sesuai) bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar supaya fungsi, penampilan, rasa,
nyaman dan kesehatan yang terganggu karenannya, dapat dipulihkan. Istilah ini sangat luas artinya dan dapat digunakan untuk semua bagian
restorative dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam hal ini, alat tiruannya sendiri disebut Geligi Tiruan (atau protesa, prosthesis, restorasi)(denture).
Jadi dapat dikatakan bahwa geligi tiruan adalah protesa yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Gunadi, Dkk., 1993).
Fungsi geligi tiruan
Dengan maksudbmenghindari akibat-akibat yang tak diinginkan seperti tersebut diatas, biasanya dibuat suatu alat tiruan sebagai
pengganti gigi yang sudah hilang. Berbicara tentang fungsi geligi tiruan, sebetulnya hal ini dapat diungkapkan dalam suatu kalimat singkat yaitu
“restore what is missing, but preserve what remains (memulihlan apa yang sudah hilang, sambil melestarikan apa yang masih ada)”. Secara lebih
rinci, fungsi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu memperbaiki fungsi mastikasi, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi
fonetik, seta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat (Gunadi, Dkk., 1993).
Jenis-jenis gigi tiruan
Gigi tiruan masuk dalam pembahasan prostodonsia atau ilmu yang mempelajari tentang gigi tiruan dan pembahasannya dibagi
menjadi prostodonsia cekat atau cabang ilmu gigi tiruan yang menyangkut penggantian dan perbaikan geligi dengan suatu penggantian tiruan
yang tak dapat dilepas dari tempatnya oleh si pemakai,lebih dikenal dengan istilah mahkota tiruan/dental crown dan mahkota tiruan jembatan
/dental bridge.. Prostodonsia lepasan atau ilmu gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas sendiri oleh pemakainya) dibagi lagi menjadi geligi tiruan
lepasan lengkap untuk menggantikan suatu lengkung rahang yang tiada giginya, dan geligi tiruan sebagian lepasan untuk menggantikan satu atau
lebih gigi yang hilang (Gunadi, Dkk., 1993).
Berdasarkan bahan yang digunakan:
Acrylic denture
Adalah gigi tiruan yang landasannya terbuat dari bahan akrilik atau plastik. Ada banyak macam akrilik yang dapat digunakan
tergantung dari pabrik yang mengeluarkan. Terbuat dari polimethyl metacrailat dengan nama-nama acron, stellon serta optodont.
Frame denture
Adalah gigi tiruan yang dibuat dari bahan logam. Logam yang di gunakan dapat berupa emas, chrom cobalt, stainless steel
ticonium dan vitallium. Sifat dari logam adalah tahan mempunyai berat jenis, kekerasan, modulus elastisitas, daya tahan terhadap
deformasi, pemanjangan, korosi, penghantar listrik, dan perlakuan panas.Indikasi penggunaan gigi tiruan kerangka logam adalah
Penderita yang hipersensitif terhadap resin, penderita dengan gaya kunyah abnormal, ruang intermaksilar kecil, kasus basis
dukungan gigi dengan desain unilateral, pertimbangan khusus.
full canite denture
adalah bahan tiruan yang terbuat dari bahan sejenis karet sehingga sifatnya elastis(Gunadi, Dkk., 1995).
Berdasarkan saat pemasangan:
Conventional denture
Adalah gigi tiruan yang dibuat dan di pasang sesudah menunggu penyembuhan dari gigi yang di cabut. Biasanya di buat dua
sampai empat minggu sesudah gigi di cabut, dimana luka bekas pencabutan sudah tertutup.
Immediate denture
Adalah gigi tiruan yang dibuat setelah gigi interior dan posterior di cabut terlebih dahulu dan sesudah selesai langsung di pasang
dalam mulut segera sesudah gigi yang akan diganti di cabut (Gunadi, Dkk., 1995).
Tahap Pembuatan Desain gigi tiruan lepasan
Prinsip pembuatan desain geligi tiruan, baik yang terbuat dari resin akrilik maupun kerangka logam tidaklah terlalu berbeda.Dalam pembuatan
desain dikenal empat tahap yaitu (Gunadi, Dkk., 1995).
a. Menentukan klasifikasi daerah tak bergigi
Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal panjang, macam, jumlah, dan letaknya.Semua ini mempengaruhi
rencana pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya (Gunadi, Dkk., 1995).
Ada beberapa klasifikasi menurut:
1. Klasifikasi menurut Osborne J & Lammie GA
berupa klasifikasi geligi tiruan berdasarkan distribusi beban, sebagai berikut, yaitu:
a) Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal dari gigi geligi.
b) Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh mukosa dan lingir alveolar dibawahnya.
c) Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan didukung oleh gigi sebagian yang lainnya didukung oleh
mukosa
2. Klasifikasi Kennedy
sebagai berikut:
a) Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada ke dua sisi rahang
(bilateral).
b) Kelas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi
rahang saja (unilateral).
c) Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan
unilateral.
d) Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
3. Klasifikasi menurut Applegate
daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian dikenal sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai
berikut :
a) Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua sisi (Kelas I Kennedy). Keadaan ini sering dijumpai
pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.
Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:
1. Derajat resorpsi residual ridge bervariasi
2. Tengang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi tiruan yang akan dipasang
3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya sudah mengecil
4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi
7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
b) Kelas II: Daerah tak bergigi sama seperti Kelas II Kennedy.
Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.
Secara klinis dijumpai keadaan :
1. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.
2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.
4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi
antagonis.
5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
c) Kelas III: keadaan tak bergigi paradental dengan dua gigi tetangganya tidak lagi mamapu memberikan dukungan pada protesa secara
keseluruhan.
Secara klinis, dijumpai keadaan:
1. Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi protesa: protesa sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.
d) Kelas IV: daerah tak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy.
Pada umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian
lepasan, jika:
a. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.
b. Gigi harus disusun dengan “overjet” besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.
c. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya kunyah besar.
d. Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan.
e. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik
Indikasi protesa:
i.Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat.
ii.Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi.
iii.Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat protesa sebagian lepasan.
e) Kelas V: daerah dengan sadel tertutup dan gigi tetangga bagian depan tidak kuat menerima dukungan. Indikasi protesanya berupa
protesa lepasan dua sisi.
f) Kelas VI: daerah dengan sadel tertutup dan kedua gigi tetangganya kuat. Indikasi protesanya berupa protesa cekat atau lepasan, satu
sisi dan dukungan dari gigi.
b. Menentukan macam dukungan sadel
Bentuk daerah tak bergigi ada dua yaitu yang berujung bebas (free end) dan daerah tertutup (paradental), begitu pun dengan pemilihan
sadel disesuaikan dengan keadaan tersebut. Sadel dari paradental bisa mendapat dukungan dari gigi, mukosa atau kombinasi, dan
untuk free end bisa mendapat dukungan dari mukosa, dan kombinasi. Dukungan yang terbaik untuk protesa dapat di tentukan dari
beberapa faktor yaitu keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang (Gunadi, Dkk., 1995).
c. Menentukan macam penahan
Dalam prakteknya dikenal dua macam penahan, yaitu penahan langsung, dan tak langsung. Penentuan penahan mana yang akan
dipilih meke perlu diperhatikan faktor: dukungan dari sadel, stabilisasi dari geligi tiruan, dan segi estetika (Gunadi, Dkk., 1995).
d. Menentukan macam konektor
Pada penggunaan gigi tiruan resin akrilik biasanya konektor yang dipakai berbentuk plat, sedang untuk kerangka logam, konektor
yang dipakai biasanya lebih dari satu. Dasar pertimbangan penggunaan lebih dari satu konektor adalah dari pengalaman pasien,
stabilisasi, dan bahan geligi tiruan(Gunadi, Dkk., 1995).
Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik
Basis gigi tiruan adalah bagian dari protesa, yang memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut dibawahnya
(Philips, 2002). Menurut McCabe (1998) persyaratan bahan basis gigi tiruan dapat dibagi menurut beberapa sifatnya, yaitu:
1. Sifat fisik
Warnanya sama dengan jaringan sekitar, mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam kurun waktu tertentu bentuknya
tidak berubah. Mempunyai specifik gravity yang rendah, supaya gigi tiruan menjadi ringan.Mempunyai thermal conductivity yang
tinggi, sehingga pemakaiannya mampu untuk mempertahankan kesehatan mukosa rongga mulut, dan merasakan rangsangan panas
dingin yang normal.Idealnya basis gigi tiruan radiopaque, sehingga mampu untuk dideteksi.
2. Sifat mekanik
Basis gigi tiruan harus rigid, mempunyai modulus of elasticity yang tinggi, sehingga menguntungkan. Mempunyai elastic limit yang
tinggi, untuk memastikan bahwa tekanan yang terjadi saat menggigit, dan mengunyah tidak menyebabkan perubahan yang permanen.
Mempunyai flexural strengh yang cukup sehingga tidak mudah patah. Basis gigi tiruan harus mempunyai fatigue life yang adekuat
dan nilai fatigue limit yang tinggi. Mempunyai abrasion resistence yang cukup, untuk mencegah keausan oleh karena bahan abrasi
pembersih gigi tiruan atau makanan.
3. Sifat kimia
Bahan basis gigi tiruan seharusnya inert (tidak aktif).Secara alamiah tidak larut dalam cairan rongga mulut dan saliva.Tidak menyerap
air atau saliva oleh karena perubahan sifat mekanik bahan, dan menyebabkan menjadi tidak hygienis.
4. Sifat biologik
Bahan basis gigi tiruan tidak beracun, dan tidak menyebabkan iritasi bagi pemakainya.
5. Sifat lain
Relatif tidak mahal dan mempunyai shelf life yang lama.Bahan basis gigi tiruan mudah untuk dimanipulasi, dan diproses tanpa
memerlukan peralatan yang mahal, jika patah mudah untuk direparasi.
Resin akrilik disebut juga akrilik plastis, karena dapat dibentuk lunak dan fleksibel atau kaku dan rapuh. Oleh karena itu digunakan
secara luas hampir 95% sebagai basis gigi tiruan (Craig, 2002). Sifat-sifat resin akrilik antara lain transparan, toksisitas rendah, daya
serap terhadap air tinggi, mudah patah, mudah porus, bisa berubah warna, dan mudah dimanipulasi (McCabe, 1998). Porositas
dibedakan menjadi 2, yaitu shrinkage porosity, yaitu muncul sebagai lubang yang tidak beraturan pada permukaan dan gigi tiruan,
yang kedua adalah gasseus porosity, yaitu tampak sebagai bentukan gelembung udara, umumnya pada bagian-bagian yang lebih tebal
dari gigi tiruan, dan terletak jauh dari sumber pemanasan luar (Combe, 1992). Adanya gelembung atau porositas dipermukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigi tiruan (Combe, 1992). Polimer dari methyl metacrylate tersebut
mempunyai kelebihan antara lain, warna dapat menyerupai gingiva (estetik baik), daya serap air rendah, mudah dimanipulasi,
harganya relatif murah, sifat fisik baik, perubahan dimensi kecil, tidak toksik, tidak mempunyai rasa, dapat dipoles, dan mudah dalam
perawatan serta pemeliharaan. Namun sifat yang kurang menguntungkan, antara lain mudah patah jika jatuh dalam permukaan keras,
porus, dan dapat berubah warna akibat bahan makanan dan minuman (Combe, 1992).
2.1.1 Komposisi Resin Akrilik tipe Heat Cured
Menurut Combe (1992) resin akrilik heat cured terdiri dari, bubuk dan cairan yang mempunyai komposisi sebagai berikut:
1. Bubuk akrilik heat cured dengan komposisi:
a. Polimer : polimethyl metacrylate
b. Inisiator: 0,2-0,5% benzoil peroksida, berfungsi sebagai penggerak awal untuk berlangsungnya polimerisasi.
c. Pigmen 1% yang dicampurkan dalam partikel polimer. Menurut Craig, dkk., (1993) pigmen berfungsi untuk memperoleh
warna yang sesuai dengan jaringan lunak.
2. Cairan akrilik heat cured mempunyai komposisi:
a. Monomer : methyl metacrylate
b. Stabilisator : hydroquinone 0,006%. Menurut Philips (2002) berfungsi untuk memperpanjang shelf life komponen cairan,
atau mencegah polimerisasi yang tidak diharapkan, atau pengerasan cairan selama penyimpanan.
c. Cross-linking agent. Menurut Philips (2002), bahan ini dicampur kedalam monomer dengan konsentrasi 1-2%, misalnya
etilen glikol dimetakrilat. berfungsi sebagai jembatan atau bagian silang yang menyatukan 2 rantai polimer, sehingga beberapa ikatan
akan terbentuk, dan memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi atau goresan.
2.1.2 Polimerisasi
Resin menjadi padat bila berpolimerisasi (Philips, 2002). Polimerisasi terjadi melalui serangkaian reaksi kimia, dimana molekul
makro atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul-molekul yang dikenal sebagai monomer (Philips, 2002).
Perbandingan polimer dan monomer yang tepat sangat penting, bila terlalu banyak polimer dan tidak semua polimer terbasahi oleh
monomer, maka akan terjadi butiran-butiran serbuk-serbuk resin akrilik. Sedangkan bila terlalu banyak monomer akan terjadi
penyusutan (Combe, 1992). Perbandingan polimer dan monomer mempunyai peranan yang penting pada struktur resin. Umumnya
perbandingan volume polimer dan monomer adalah 3 : 1, atau perbandingan berat adalah 2,5 : 1 (Philips, 2002).
Menurut Philips (2002), selama proses pencampuran polimer dan monomer bercampur menjadi massa yang plastis, selanjutnya bahan
tersebut mengalami lima tahapan reaksi fisik, yaitu:
1. Sandy stage, yaitu terendamnya butir-butir polimer kedalam monomer. Butir-butir polimer tetap tidak berubah, dan
konsistensi adukan masih kasar atau berbutir.
2. Stringy stage, yaitu dimana polimer larut dalam monomer. Selama tahap ini monomer menyerang permukaaan masing-
masing butiran polimer.Rantai-rantai polimer ini melepaskan ikatan, sehingga meningkatkan kekentalan adukan.Tahap ini mempunyai
ciri lengket bila bahan disentuh atau ditarik.
3. Dough stage, pada tingkat molekul, jumlah rantai polimer yang memasuki larutan meningkat. Tahap ini mempunyai ciri
dimana bahan sudah tidak melekat, apabila dipegang dengan tangan atau spatula, pada saat inilah dilakukan packing.
4. Rubbery stage, terjadi bila massa telah berubah menjadi seperti karet dan keras. Monomer dihabiskan dengan penguapan,
dan dengan penembusan lebih jauh kedalam butir-butir polimer yang tersisa.
5. Stiff stage, ditandai bila campuran tampak kering dan tidak bisa dibentuk lagi. Hal ini disebabkan karena penguapan
monomer bebas.
Menurut Philips (2002) waktu yang diperlukan untuk mencapai fase dough tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
1. Ukuran partikel dari polimer, makin kecil ukuran partikelnya makin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fase
dough.
2. Berat molekul polimer, makin rendah berat molekul polimer, maka makin cepat fase dough tercapai.
3. Bayak monomer yang digunakan, semakin banyak monomer yang digunakan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai fase dough.
4. Ada tidaknya plasticizer berfungsi untuk mempersingkat waktu pembentukan fase dough.
5. Temperatur, semakin tinggi temperatur yang digunakan maka semakin pendek waktu mencapai fase dough.
Menurut Combe (1992), reaksi kimia yang terjadi pada proses polimerisasi yaitu:
1. Reaksi kondensasi
Reaksi antara dua molekul yang kemudian membentuk molekul yang lebih besar, dengan menghilangkan molekul yang lebih kecil,
biasanya molekul air.
2. Reaksi adhisi
Reaksi tambahan yang terjadi antara 2 molekul, baik sama atau tidak, membentuk molekul yang lebih besar, tanpa kehilangan molekul
yang lebih kecil.
2.1.3 Waktu Pembentukan Adonan
Waktu yang diperlukan bagi adukan resin mencapai tahap Dough stage disebut waktu pembentukan adonan. Spesifikasi
American Dental Asosiation (ADA) no. 12 untuk resin basis protesa, menyebutkan bahwa konsistensi ini diperoleh kurang dari 40
menit, sejak mulai proses pengadukan. Secara klinis, kebanyakan resin mencapai konsistensi ini dalam waktu kurang dari 10 menit
(Philips, 2002).
2.1.4 Waktu Kerja
Waktu kerja dapat didefinisikan sebagai waktu bahan basis protesa, tetap berada dalam tahap menyerupai adonan. Periode
ini penting bagi proses moulding dengan tekanan. Spesifikasi ADA no. 12 mempersyaratkan adonan tetap dapat dibentuk selama
sedikitnya 5 menit (Philips, 2002).
Seperti diduga, waktu kerja dipengaruhi oleh temperatur sekitar.Jadi, waktu kerja suatu resin protesa mungkin dapat
diperpanjang melalui pendinginan dalam lemari es.Kekurangan yang nyata dari teknik ini adalah uap mungkin terkondensasi pada
resin, ketika dikeluarkan dari lemari pendingin. Adanya uap mengurangi sifat fisik dan estetik resin yang diproses. Kontaminasi uap
kelembapan mungkin dapat dihindari dengan penyimpanan resin dalam suatu wadah kedap udara. Setelah dikeluarkan dalam lemari
pendingin, wadah kedap udara tersebut tidak boleh dibuka sampai mencapai temperatur ruang (Philips, 2002).
2.1.5 Packing
Mengisi resin basis protesa dalam rongga mould di kuvet dinamakan packing. Proses ini merupakan satu tahap yang paling
penting dalam pembuatan basis protesa. Mould dalam kuvet haruslah diisi dengan tepat pada saat polimerisasi. Memasukkan bahan
terlalu berlebihan, dinamakan overpacking, menyebabkan basis protesa dengan ketebalan berlebihan serta perubahan posisi elemen
gigi protesa.Sebaliknya, dengan memasukkan bahan terlalu sedikit, disebut underpacking, menyebabkan porus yang dapat dilihat pada
basis protesa.Untuk meminimalkan kecenderungan over atau underpacking, mould diisi bertahap (Philips, 2002).
Seperti dijelaskan sebelumnya, proses packing harus dilakukan ketika resin basis protesa berada dalam keadaan
menyerupai adonan / dough stage. Resin dikeluarkan dari cawan pengaduk dan digulung menjadi bentuk seperti tambang. Kemudian
bentuk resin tersebut ditekuk menjadi bentuk tapal kuda, dan ditempatkan pada bagian kuvet yang menampung elemen gigi. Suatu
lembaran polietilen kemudian ditempatkan di atasnya, dan kuvet disatukan kembali (Philips, 2002).
Kuvet ditempatkan dalam alat penekan dengan rancangan khusus dan tekanan diaplikasikan.Pemberian tekanan secara
perlahan-lahan, memungkinkan adonan resin mengalir merata kedalam semua rongga dalam kuvet.Kelebihan bahan kemudian
dibuang. Pemberian tekanan dilanjutkan sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat satu sama lain. Kemudian kuvet dibuka
kembali, dan lembaran polietilen dikeluarkan dari permukaan resin dengan tarikan cepat dan continue (Philips, 2002).
Kelebihan resin biasa ditemukan pada daerah yang relatif datar disekitar mould. Kelebihan resin ini disebut flash. Dengan
menggunakan instrumen tumpul, flash tersebut dipisahkan dari bagian resin yang mengisi mould dalam kuvet. Tindakan ini harus
dilakukan dengan hati-hati, agar tidak merusak permukaan stone pada mould dalam kuvet. Serpihan stone yang terlepas harus
dibuang, sehingga bahan tersebut tidak menyatu dalam basis protesa yang diproses (Philips, 2002).
Lembaran polietilen baru ditempatkan diantara bagian kuvet, dan kedua bagian kuvet sekali lagi ditempatkan pada alat
penekan.Penekanan kembali dilakukan.Pada sebagian besar keadaan, kuvet dapat menutup rapat seluruhnya ketika penekanan
kedua.Meskipun begitu, harus hati-hati agar tidak memberikan tekanan berlebihan yang memaksa penutupan kuvet.Usaha penutupan
kuvet diulangi sampai tidak terlihat kelebihan bahan (flash) (Philips, 2002).
Bila sudah tidak terlihat adanya flash lagi, pengisian sempurna dari mould mungkin sudah tercapai. Selama proses
penutupan akhir, lembaran polietilen tidak lagi diselipkan diantara kedua bagian kuvet. Kedua bagian mould dengan tepat kembali
dipasangkan, dan ditempatkan dalam alat penekan dan ditempatkan dalam alat penekan kuvet tersebut.Sekali lagi, tekanan diberikan
secara perlahan-lahan.Kuvet kemudian dipindahkan ke alat pembawa kuvet.Alat pembawa kuvet tersebut mempertahankan tekanan
pada kuvet selama pemprosesan basis protesa (Philips, 2002).
2.1.6 Prosedur Polimerisasi
Seperti ditulis sebelumnya, basis protesa (termasuk akrilik) umumnya mengandung benzoil peroksida.Bila dipanaskan
diatas 60°C, molekul-molekul benzoil peroksida terpisah-pisah, untuk menghasilkan spesies dengan muatan listrik netral, dan
mengandung elektron tidak berpasangan.Spesies molekul ini dinamakan radikal bebas.Masing-masing radikal bebas dengan cepat
bereaksi dengan molekul monomer yang ada, untuk merangsang polimerisasi rantai bertumbuh.Karena produk reaksi juga memiliki
elektron tidak berpasangan, molekul tersebut tetap aktif secara kimia.Sebagai akibatnya, molekul monomer tambahan menjadi terikat
dengan rantai polimer individual. Proses ini terjadi secara cepat dan diakhiri oleh (1) penyatuan 2 rantai bertumbuh (disebut sebagai
kombinasi) atau (2) perpindahan 1 ion hidrogen dari 1 rantai kerantai yang lain (disebut sebagai ketidakseimbangan) (Philips, 2002).
Pada sistem yang dibahas disini, panas diperlukan untuk menyebabkan pemisahan molekul benzoil peroksida.Oleh karena
itu panas dinamakan sebagai aktivator.Pemisahan molekul benzoil peroksida memberikan radikal-radikal bebas, yang bertanggung
jawab terhadap dimulainya pertumbuhan rantai.Jadi, benzoil peroksida dinamakan inisiator atau pemulai (Philips, 2002).
Selama pembuatan basis protesa, panas diaplikasikan pada resin dengan merendam kuvet protesa, dan alat pembawa kuvet
dalam bak air.Kemudian air dipanaskan sampai temperatur yang dianjurkan, dan dipertahankan pada temperatur tersebut, untuk suatu
periode waktu yang dianjurkan oleh pabrik pembuat (Philips, 2002).
Mould yang sudah terisi dengan akrilik heat cured digodok, mulai temperatur kamar kira-kira 30 menit, sampai mencapai
suhu 70°C, dan dipertahankan selama 60 menit. Kemudian dinaikkan sampai 100°C dalam waktu 30 menit, dan dipertahankan selama
60 menit. Kemudian dibiarkan sampai dingin (Philips, 2002).
Gunadi.Dkk. 1993.Buku Ajar Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.Jilid I. Jakarta: Hipokrates
Gunadi.Dkk. 1995.Buku Ajar Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.Jilid II. Jakarta: Hipokrates
5. Pengaplikasian bahan KG? (sigit)
6. Perbedaan protesa bahan akrilik dan kerangka logam? (meme)
7. Etik dan hukum pemakaian material KG? (to’i)
8. Sifat bahan biomaterial? (maria)
9. Definisi Biomaterial dan fungsi biomaterial KG? (budi)
10. (wido, galih duta)
Klasifikasi bahan biomaterial
Secara garis besar material kedokteran gigi dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaanya yaitu:
1. Material yang digunakan untuk prosedur klinik:
a) Bahan cetak (impression material)
Material cetak atau impression material merupakan material yang digunakan untuk mengambil cetakan dari
rahang/jaringan mulut beserta gigi-giginya. Alginat adalah polimer linier organik polisakarida yang terdiri dari monomer α-
L asam guluronat (G) dan β-D asam manuronat (M), atau dapat berupa kombinasi dari kedua monomer tersebut. Alginat
dapat diperoleh dari ganggang coklat yang berasal dari genus Ascophyllum, Ecklonia, Durvillaea, Laminaria, Lessonia,
Macrocystis, Sargassum, dan Turbinaria.
b) Bahan tumpatan (filling material)
Ada beberapa macam tumpatan gigi yaitu:
1. Amalgam
Bahan tumpat ini sudah lama dikenal dan terdiri dari campuran amalgam alloy dan merkuri, mempunyai warna
seperti logam.
2. Composite dan Glass ionomer
Bahan tumpat ini mempunyai beberapa macam warna yang serupa dengan warna gigi. Baik sekali untuk
kosmetika terutama untuk gigi bagian depan.
3. Inlay yang terbuat dari logam atau porselen
Bahan tumpat ini terbuat dari logam (emas atau bukan emas), porselen. Kedua macam tumpatan ini mempunyai
daya tahan kunyah yang baik sekali dan digunakan untuk gigi belakang. Cara pembuatannya lebih rumit, harus
dilakukan di luar mulut, kemudian dicekatkan dengan semen pada gigi yang bersangkutan.
c) Bahan semen dental (dental cement)
tumpatan
Salah satu bahan semen dental adalah: semen ionomer kaca yang merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak
digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan dengan
jaringan gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan
bersifat anti bakteri.
2. Material yang digunakan untuk prosedur laboratorium:
a) Gips dental (dental gypsum)
Bahan cetak gips sudah lama digunakan di bidang kedokteran gigi. Tersedia dalam bentuk bubuk yang harus dicampur
dengan air. Sebelum mengeras adonan yang dihasilkan mempunyai daya alir ( flow) yang tinggi. Sifat ini memungkinkan
bahan cetak dapat mengalir ke tempat-tempat yang sempit sehingga hasil cetakan cukup akurat.
b) Bahan tanam tuang (investment material)
Adalah bahan tanam yang digunakan untuk mengecor logam cair dengan gaya sentrifugal atau tekanan ke
dalam kavitas mold yang dibuat dari model malam yang diberi sprue.
c) Malam dental (dental wax)
Wax atau malam adalah suatu campuran dari beberapa macam bahan organik dengan berat molekul dan kekuatan
rendah serta mempunyai sifat thermoplastik. Pertama kali digunakan di bidang KG sekitar abad 18 untuk pencatatan
cetakan rahang tak bergigi. Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di kedokteran Gigi berasal dari tiga sumber utama,
yaitu:
1. Mineral seperti malam paraffin
2. Serangga, seperti malam beeswax
3. Tumbuhan seperti malam ceresin dan carnauba
d) Resin dental (resin acrilyc)
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat
secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras
apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.
Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan polymethyl methacrylate yang
terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran (monomer)
mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate.
e) Porselen dental (dental porcelain)
Porselen dental adalah feldspar hasil vitrivikasi dengan pigmen oksida logam untuk meniru enamel gigi
f) Logam dental (dental alloy)
Logam alloy adalah campuran dua atau lebih elemen logam. Jenis alloy yang di gunakan dalam kedokteran gigi adalah :
1) Dental amalgam
Amalgam biasanya digunakan untuk penambalan gigi. Amalgam merupakan campuran perak (Ag) dan timah
(Sn), sedikit tembaga (Cu) dan seng (Zn). Sewaktu dicampur dengan merkuri (Hg) memadat dg cepat
menghasilkan suatu benda yang keras dan kuat
2) Alloy emas
3) Stainless steel
logam
Amalgam
Gold alloy
Stainless steel
4) Alloy Cobalt Chromium dan Alloy Silver palladium
g) Bahan penghalus dan pemoles (finishing dan polishing material)
Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan goresan-
goresan yang terjadi dari proses pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat.
Finishing Merupakan suatu proses yang menghasilkan bentuk akhir dan kontur dari restorasi. Bahan-bahan
abrasi yang di gunakan dalam proses penghalusan dan pemolesan adalah:
a. Kapur
Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.
digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastis.
b. Pumice
Merupakan bahan silika yang berwarna abu-abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga
dapat ditemukan pada abrasif karet. kedua bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Pumis digunakan untuk
memoles email gigi, lempeng emas, amalgam, resin akrilik.
c. Pasir
Campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas silika. diaplikasikan dengan tekanan udara untuk
menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Juga dapat dilapiskan pada disk kertas untuk
mengasah logam campur dan bahan plastik.
d. Cuttle
Merupakan bubuk putih calcareus yang digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti memoles tepi logam
dan restorasi amalgam gigi.
e. Aluminium oxide
pumice