260110140137 ellenam lapak anfar2
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
1/12
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN BAHAN BAKU ZnO SECARA
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
NAMA : ELLENA MAGGYVIN
NPM : (260110140137)
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 21 SEPTEMBER 2015
ASISTEN :1. EKKY ILHAM
2. DESTRIA RAHMADINI
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
2/12
PEMERIKSAAN BAHAN BAKU ZnO SECARA TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Ellena Maggyvin, 260110140137
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Jatinangor - Bandung
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencari kadar dari sampel ZnO dengan metode titrasi
kompleksometri. Metode kompleksometri didasarkan pada kemampuan ion logam bereaksi
dengan ligan sehingga terbentuk senyawa kompleks. Seng merupakan jenis logam yang tahan
dengan serangan udara dan air pada temperature ruang, namun pada suhu tinggi logam dapat
bereaksi dengan oksigen di udara membentuk oksida menghasilkan bentuk ZnO. Titrasi
kompleksometri penentuan kadar ZnO menggunakan indicator Eriochrome Black – T atau EBT
dimana akan menghasilkan warna biru pada akhir titrasi. Titrasi dilakukan dalam suasana basalemah dalam pH 9-10 dengan menggunakan EDTA sebagai pentiter. Hasil dari titrasi didapatkan
kadar ZnO sebesar 55,81% dalam 500 mg sampel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar
yang didapatkan tidak sesuai dengan standar pada Farmakope Indonesia IV dimana kadar dalam
500 mg harus dalam rentang 99 %- 105%.
Kata Kunci : Titrasi Kompleksometri , ZnO, EDTA, Erichrome Black T, kadar.
ABSTRACT
This study aimed to explore the content of ZnO samples with complexometric titration method .
Complexometry method is based on the ability of the metal ions react with ligands to form
complex compounds . Zinc is a type of metal that is resistant to attack air and water at
temperatures of space , but at high temperatures the metal can react with oxygen in the air to
form oxides produce ZnO form . ZnO complexometric titration assay using indicator Eriochrome
Black -T or EBT which will produce a blue color at the end of titration . Titration is done in an
atmosphere of weak alkaline in pH 9-10 by using EDTA as pentiter . Results of titration obtained
ZnO content of 55.81 % in the 500 mg sample. The results obtained showed that the content is
not in accordance with the standards in the Indonesian Pharmacopoeia IV where the levels in the
500 mg should be in the range of 99 % - 105 % .
Keywords : Titration Complexometry , ZnO , EDTA , Erichrome Black T levels .
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
3/12
PENDAHULUAN
Seng Oksida (ZnO) merupakan salah
satu persenyawaan dari logam Zn yang
tergolong senyawa oksida. Secara umum,
ZnO dapat dibuat dengan mereaksikan
logam Zn dan oksigen pada suhu tinggi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2Zn + O2 ―› 2ZnO [1]
ZnO terjadi sebagai bubuk putih
umumnya dikenal sebagai seng putih atau
sebagai zincite mineral. Mineral biasanya
berisi sejumlah unsur mangan dan lainnya
dan kuning ke warna merah. Oksida seng
kristal termo-kromat, berubah dari putih ke
kuning ketika dipanaskan dan di udara
beralih ke putih pada pendinginan.
Perubahan warna seperti ini terjadi karena
perbedaan temperatur, dikenal sebagai sifat
termokromik [2]
Di alam ZnO berbentuk mineral
zincite. ZnO hampir tidak larut dalam air
namun larut dalam basa. Pada struktur
kristal, ZnO mempunyai sifat piezoelektrik
dan termikromik. ZnO merupakan salah satu
bahan kandidat yang telah menarik perhatian
karena memiliki lebar celah pita energi
sebesar 3.3 eV dan energi ikat eksitasi
sebesar 60 MeV pada suhu kamar[3]
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi
berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang
sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi – reaksi
pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
[4].
Salah satu tipe reaksi kimia yang
berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi)
kompleks atau ion kompleks yang larut
namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang
dimaksud di sini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah
kation, dengan sebuah anion atau molekul
netral [5]
Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
4/12
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula
kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat
pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam
larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L +
H2O [6].
Kompleksiometri adalah metode
yang sangat berguna untuk penentuan dari
jumlah besar logam hadir dalam berbagai
kombinasi logam. Literatur menunjukkan
bahwa analisis bahan tersebut didasarkan
pada pemisahan , yang melelahkan dan
memakan waktu . Metode konvensional
untuk penentuan aluminium , seng dan
timah didasarkan pada kompleksiometri
menggunakan EDTA.[7]
Asam etilen diamin tetra asetat atau
yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina
polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi
dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya
atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi
per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua
atom nitrogen – penyumbang dan empat
atom oksigen penyumbang dalam molekul
[8]
Suatu EDTA dapat membentuk
senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA
merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam
larutan yang agak asam, dapat terjadi
protonasi parsial EDTA tanpa pematahan
sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada
dalam larutan tersebut maka titrasi dengan
EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion
logam yang ada dalam larutan tersebut [9]
Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr,
dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA.
Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu
saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya
sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya
adalah Eriochrome black T; pyrocatechol
violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
5/12
piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam
salisilat, metafalein dan calcein blue[10]
Metode EDTA titrasi adalah titrasi
kompleksometri , dimana titran ( ligan )
bereaksi dengan ( seng ion logam dalam
kasus ini ) analit membentuk kompleks ,
khelat secara lebih spesifik . Indikator yang
digunakan dalam metode ini adalah
Eriochrome Black- T ( EBT ) , yang
menunjukkan titik akhir dari anggur merah
ke biru[11]
METODE
Alat
Batang pengaduk, buret, bulb, corong,
Erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, kaca
arloji, labu ukur 100ml, neraca analitik,
pipet ukur, spatula, statif dan klem
Bahan
Aquadest, larutan HCl 4 N, indicator EBT,
larutan baku primer, larutan buffer salmiak,
larutan komplekson III, larutan NaOH, ZnO
Pembuatan Larutan EDTA 0.05 M
Na-EDTA 2.79 gram ditimbang dan
kemudian dilarutkan dalam 150 mL
aquadest.
Pembuatan Buffer Salmiak pH 10
Ditimbang 33.683 gram NH4Cl kemudian
dilarutkan dengan aquadest didalam gelas
kimia, selanjutnya ditambahkan NH4OH
hingga pH 10. Aquadset ditambahkan
hingga volume larutan 500 mL.
Standarisasi EDTA ± 0.05 M
Ditimbang 250 mg ZnSO4.7H20 kemudian
dilarutkan dengan 10 mL HCl 0.01 N
didalam Erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan NH4OH 0.1 N hingga netral.
Tambahan aquadest sebanyak 40 mL dan
tambahkan 15 mL buffer salmiak. Indicator
EBT ditambahkan kedalam larutan hingga
berwarna ungu. Larutan dititrasi oleh larutan
EDTA hingga larutan berwarna biru. titrasi
dilakukan duplo. Konsetrasi EDTAdihitung.
Penentuan Kadar ZnO
500 mg sampel ZnO ditimbang dan
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur.
HCl 0.01 N sebanyak 10 mL ditambahkan
kedalam labu. Kemudian ditambahkan
aquadest hingga tanda batas. Semua larutan
yang ada didalam labu dipindahkan kedalam beaker glass kemuadian ditambahkan
NH4OH hingga pH 9 dan ditambhkan buffer
salmiak pH 10 sebanyak 15 mL. larutan
dipipet sebanyak 20 mL kemudian dititrasi
dengan larutan EDTA 0.0475 M hingga
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
6/12
berubah menjadi berwarna biru. TItrasi dilakukan sebanyak 3x. %ZnO dihitung.
HASIL
3.1. Tabel Perlakuan Hasil
Perlakuan Hasil Keterangan
Larutan EDTA dibakukan
dengan ZnSO4.7H2O
I= 18.4 mL
II= 18.3 mL
5oo mg sampel ZnO
ditimbang
Larutan sampel
Aliquot dipipet sebanyak 20
mL dan dimasukkan kedalam
labu Erlenmeyer dan
ditambahkan 5 mL amylum
Larutan sampel siap
dititrasi
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
7/12
Sampel dititrasi dengan
larutan EDTA 0.0475 N
I= 15.0 mL
II= 15.0 mL
III= 13.3 mL
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
8/12
Reaksi
ZnSO4 + Na2EDTA = ZnEDTA + Na2SO4
ZnO + 2NH4Cl ZnCl2 + 2NH3 + H2O
MIn- + HY3- ↔ HIn2- + MY2-
Perhitungan
1. Standarisasi EDTA oleh ZnSO4.7H2O
a. Perhitungan titrasi pembakuan ke-1
= ZnSO 4.7H2O
ZnSO 4.7H2O∶
=250.6
287.55 ∶ 18.4
= 0.0474 M
b. Perhitungan titrasi pembakuan ke-2
= ZnSO 4.7H2O
ZnSO 4.7H2O∶
=250.5
287.55 ∶ 18.4
= 0.0476 M
c. Perhitungan konsentrasi larutan EDTA
=0.0474+0.0476
2
= 0.0475 M
2. Perhitungan kadar ZnO
a. Perhitungan kadar ZnO titrasi ke-1 dan ke-2
% vit C = 100/20
100%
=15 0.0475 81.408 5
500 100%
= 58.00 %
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
9/12
b. Perhitungan kadar ZnO titrasi ke-1 dan ke-2
% vit C = 100/20
100%
=13.3 0.0475 81.408 5
500 100%
= 51.43 %
c. Rata- rata kadar ZnO
% =58.0 % + 58.0 % + 51.43 %
3
= 55.81%
Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk
mencari kadar kemurnian dari ZnO dengan
menggunakan metode titrasi
kompleksometri. Sesuai dengan namanya,
titrasi kompleksometri didasarkan pada
pembentukkan senyawa dari ion logam dan
pengkompleksnya. kompleks yang
dihasilkan dalam titrasi tersebut
menunjukkan hasil dngan adanya perubahan
warna yang signifikan dalam proses titrasi.
Perubahan warna dipengaruhi juga oleh
indikator logam yang digunakan. pereaksi
yang digunakan adalah etilen diamin asetat
dinatrium atau yang umumnya disebut
EDTA. Edtaa kemudian akan dititrasi
dengan sampel ZnO yang akan dihitung
kadarnya. EDTA digunakan karena
kemampuannya yang akan berikatan dengan
logam dalam bentuk ion, yang kemudian
jumlah edta yang digunakan setara dengan
banyaknya atau kadar logam dalam sampel
uji.
Ion yang dihasilkan dengan adanya
pembentukan ion logam dalam larutan
dengan zat pentitrasi dimana adalah EDTA
akan membentuk ion kompleks, dimana
merupakan suatu senyawa yang terbentuk
oleh ion logam dan molekul netral,
pembentukan ion kompleks hanya akan
terjadi apabila ion pusat menerima electron
untuk mengisi orbital yang belum lengkap
dengan menerima pasangan electron fungsi
oleh ion pusat.
Penentuan kadar kemurnian ZnO
umumnya dilakukan guna mengetahui kadar
cemaran logam dalam alam yang dianggap
dapat membahayakan bagi kelangsungan
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
10/12
hidup manusia. Penentuan dilakukan
menggunakan metode kompleksometri,
walaupun penentuan kadar serupa dapat
dilakukan dengan menggunakan instrument
AAS, namun penentuan dengan
menggunakan instrument memerlukan
waktu yang relative lebih lama dan harga
yang mahal. Maka dari itu, titrasi
kompleksometri menjadi pilihan yang sesuai
dalam percobaan. Mula-mula sampel yang
diuji akan dilarutkan dalam HCl pekat,
karena sifat dari ZnO sendiri yang sangat
sukar larut dalam larutan yang memiliki pH
netral, dimana artinya tidak dapat larut
dalam aquadest saja. Akan tetapi, ZnO
merupakan senyawa amfoter yang dapat
larut dalam kondisi asam ataupun basa kuat.
Namun, bila dilarutkan dalam kondisi basa
lemah akan menghasilkan endapan berwarna
putih pada dasar tabung. Maka dari itu,
dipilih HCl pekat untuk melarutkan ZnO
sebelum ditambahkan dengan aquadest
hingga 100 mL.
Setelah itu, larutan kemudian
dinetralkan dengan menggunakan NH4OH,
fungsinya adalah larutan yang semula bersifat asam agar pHnya kembali ke posisi
netral. Hal ini disebabkan karena dalam
proses titrasi kompleksometri kestabilan pH
sangat penting, karena bila pH berubah,
maka tidak akan terjadi proses perubahan
warna pada titik akhir titrasi. Penambahan
buffer salmiak juga ditambahkan untuk tetap
menjaga pH larutan dalam suasana basa
pada pH 9-10. Kompleks EDTA hanya akan
mencapai kestabilan dengan ion logam
divalent pada suasana basa, maka dari itu,
sebelum dilakukan titrasi, dilakukan uji pH
dengan menggunakan pH universal hingga
didapatkan pH yang sesuai baru dilanjutkan
dengan penambahan indicator Eriochrome
Black-T (EBT). Pada saat ditambahkan,
indicator EBT akan terdisosiasi melepaskan
2 atom hydrogen dan mengikat ion Zn2+
yang ada dalam air dan segera membentuk
kompleks Zn2+ dengan indicator EBT.
Pada titik akhir titrasi, akan
didapatkan perubahan warna dari larutan
yang mula-mula berwarna ungu setelah
ditambahkan EBT akan berubah menjadi
waena biru setelah ditambahkan dengan
larutan EDTA. Perubahan warna disebabkan
karena kompleks indicator logam yang telah
terbentuk akan bereaksi dengan larutan
EDTA sehingga ion Na dalam EDTA akan
terlepas dan berikatan dengan senyawa O-
bebas membentuk ONa, sehingga terlihat pada kompleks warna biru yang dihasilkan.
Kadar yang didapatkan dari titrasi
adalah sebesar 55,81%, dimana kadar
tersebut tidak sesuai dengan persyaratan
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
11/12
pada Farmakope Indonesia IV dimana
dituliskan bahwa, dalam 500 mg sampel
ZnO harus memiliki kadar antara 99%-
105%. Ketidak murnian dapat dihasilkan
pada saat penambahan buffer salmiak,
dimana tidak didapatkan rentang pH sesuai
untuk dilakukan titrasi, maka dari itu, kadar
yang didapatkan pun tidak lagi sesuai.
SIMPULAN
1. Kadar sampel ZnO adalah 55,81%
2.
ZnO yang digunakan kurang murni,
berdasarkan farmakoppe Indonesia
Edisi IV, Kemurnian ZnO berkisar
antara 99% sampai 100,5%
DAFTAR PUSTAKA
1. Darajat, S , Hermansyah, Aziz dan
Admin Alif,. (2008). Seng Oksida
(ZnO) sebagai Fotokatalis pada
Degradasi Senyawa Biru Metilen. J.
Ris. Kim, Vol 1 (2), Maret 2008.
2. Darajat, S , Hermansyah, Aziz dan
Admin Alif,. (2008). Seng Oksida
(ZnO) sebagai Fotokatalis pada
Degradasi Senyawa Biru Metilen. J.
Ris. Kim, Vol 1 (2), Maret 2008.
3.
Gupta,P.,S., (2010), Structural and
Optical Properties of Sol-gel
Prepared ZnO Thin Film. Applied
Physics Research 2(1): 1916-9639.
4. Khopkar. (2002). Konsep Dasar
Kimia Analitik . Jakarta: UI Press
5. Basset, J., dkk. (1994). Buku Ajar
Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik . Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
6. Khopkar. (2002). Konsep Dasar
Kimia Analitik . Jakarta: UI Press
7. Kayal, N, dan Nahar Singh. (2008).
Selective Masking and Demasking
for The Stepwise Complexometry
Determination of Alumunium, Lead,
and Zinc from The Same Sample.
Chemistry Central Journal 2008,
Vol. 2(4)
8. Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan
Kimia. Jakarta: UIPress.
9. Harjadi, W. )1993).Ilmu Kimia
Analitik Dasar. Jakarta : PT
Gramedia
10. Khopkar. (2002). Konsep Dasar
Kimia Analitik . Jakarta: UI Press
11. Divya, G ., R, Rajashree., S.
Saptashree., dan S. Ashish. (2014).
Zinc Estimation in Herbal
Formulations, by Complexometric
Method : An Alternative To Atomic
Absorption Spectometry. India:
Journal of Pharmaceutical and
Scientific Innovation. Available
Online at :
-
8/18/2019 260110140137 Ellenam Lapak Anfar2
12/12
http://jpsionline.com/admin/php/uplo
ads/343_pdf.pdf (accessed 27
September 2015)
http://jpsionline.com/admin/php/uploads/343_pdf.pdfhttp://jpsionline.com/admin/php/uploads/343_pdf.pdfhttp://jpsionline.com/admin/php/uploads/343_pdf.pdfhttp://jpsionline.com/admin/php/uploads/343_pdf.pdfhttp://jpsionline.com/admin/php/uploads/343_pdf.pdf