lapak ikan betutu

73
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN, REPRODUKSI) IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap Disusun oleh: Demas Faizal 230110130082 Nuraya Asfariah W 230110130091 Adhardiansyah 230110130135 Kelas: Perikanan B/ Kelompok 14 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR

Upload: adhardiansyah

Post on 16-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERAIRAN

TRANSCRIPT

Page 1: lapak ikan betutu

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANANANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN,

REPRODUKSI) IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap

Disusun oleh:

Demas Faizal 230110130082

Nuraya Asfariah W 230110130091

Adhardiansyah 230110130135

Kelas:

Perikanan B/ Kelompok 14

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR

2015

Page 2: lapak ikan betutu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-

Nya lah kami dapat Laporan Akhir Praktikum Analisis Aspek Biologi

(Pertumbuhan, Reproduksi,) Ikan Betutu sebagai salah satu tugas praktikum

Biologi Perikanan.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Aspek Biologi ikan sebagai makhluk

hidup. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat

kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami

berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan

datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun

orang yang membacanya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman, tim

pengajar dan semua pihak lain yang telah berperan seta dalam penyusunan laporan

ini dari awal sampai akhir.

Jatinangor, April 2015

Penyusun

i

Page 3: lapak ikan betutu

DAFTAR ISI

Bab Halaman

DAFTAR TABEL............................................................ iiiDAFTAR GAMBAR........................................................ iv

I PENDAHULUAN............................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................ 11.2. Tujuan Pratikum.......................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA................................................... 32.1. Biologi Ikan betutu...................................................... 32.1.1. Klasifikasi Ikan betutu............................................. 32.1.2. Morfologi Ikan betutu.............................................. 42.1.3 Habitat dan Distribusi Ikan betutu............................ 42.2 Hubungan Panjang Berat............................................. 52.3 Tingkat Kematangan Gonad........................................ 62.4. Indeks Kematangan Gonad......................................... 72.5. Fekunditas................................................................... 82.6 Hepato Somatic Indeks................................................ 10

III METODOLOGI .............................................................. 113.1. Waktu dan tempat....................................................... 113.2. Alat dan Bahan............................................................ 113.2.1. Alat .......................................................................... 113.2.2. Bahan....................................................................... 113.3. Prosedur Kerja............................................................. 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................ 144.1. Hasil ........................................................................... 144.2 Analisa Data................................................................. 294.3.Pembahasan.................................................................. 32

V KESIMPULAN DAN SARAN........................................ 395.1. Kesimpulan ................................................................ 395.2. Saran............................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA....................................................... 40LAMPIRAN...................................................................... 42

ii

Page 4: lapak ikan betutu

DAFTAR TABEL

No.

Judul Halaman

1 Hasil Pengamatan Morfologi……………………................... 142 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Betutu.......................... 143 Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Betutu…………............. 144 Hasil Pengamatan Morfologi ikan betutu……………………. 145 Hasil Pengamatan Morfologi Ikan Tagih………...................... 186 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Betutu……………….. 207 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Tagih………………….. 238 Hasil Pengamatan Regresi Ikan Betutu………………………. 259 Hasil Pengamatan Regresi Ikan Tagih………………………... 2610 Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Betutu………………….. 2611 HAsil Pengamatan Reproduksi Ikan Tagih………………….. 28

iii

Page 5: lapak ikan betutu

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman1 Ikan Betutu................................................................................. 32 Grafik Perbandingan jumlah jenis kelamin Ikan Betutu……… 303 Grafik Perbandingan jumlah jenis kelamin Ikan Tagih..…....... 304 Grafik Regresi Ikan Betutu…………………………………... 305 Grafik Regresi Ikan Tagih……………………………………. 316 Diagram TKG ikan Betutu...................................................... 327 Diagram TKG Ikan Tagih......................................................... 32

iv

Page 6: lapak ikan betutu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya perikanan merupakan salah satu sumber devisa Negara yang

cukup besar dan menjanjikan. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan

pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan

budidaya ikan air tawar, air payau, dan laut. Kondisi perikanan di Indonesia

mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Kurnia 2006). Ikan betutu adalah ikan

yang telah lama dibudidayakan karena cocok di Indonesia yang beriklim tropis.

Sehingga ikan ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun (Cahyono 2011).

Produktivitas yang tinggi sangat diperlukan bagi para nelayan dan petani

ikan. Bagi petani ikan, diperlukannya pengetahuan mengenai biologi ikan itu

sendiri agar mereka bisa mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai dengan

mengoptimalkan produktivitas dari ikan yang mereka budidayakan (KKP 2011).

Dengan mengetahui sifat, waktu memijah dan biologi dari ikan tersebut

maka hasil yang didapatkan bisa lebih dioptimalkan. Salah satu contohnya adalah

Ikan betutu. Petani ikan harus bisa memprediksikan kapan mereka memijah,

dimana mereka biasa memijah, berapakan fekunditas ikan tersebut, bagaiamana

sifat telurnya dan bagaimana kebiasaan makannya agar bisa menciptakan habitat

yang mendukung petumbuhannya. Telur yang baik akan menghasilkan individu

yang baik pula yang mampu bertahan di lingkungan yang kurang mendukung.

Dengan hal tersebut maka produktivitas dari Ikan betutu tersebut akan lebih

optimal (Effendi 2002).

Oleh karena itu pada praktikum kali ini, akan dipelajari mengenai

beberapa aspek pertumbuhan yang berhubungan dengan produktivitas seperti

tingkat kematangan gonad, fekunditas, dan kebiasaan makan dari Ikan betutu

jantan ataupun Ikan betutu Betina. Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran

terhadap panjang, berat, tingkat kematangan gonad dengan skala dari kesteven,

fekunditas, HSI, IKG dan kebiasan makan dari Ikan betutu.

1

Page 7: lapak ikan betutu

2

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu diantaranya

1. Praktikan mengetahui bagaimana membedakan ikan jantan dan betina

dengan ciri – ciri sekunder ataupun primer

2. Praktikan mengetahui cara menentukan tingkat kematangan gonad

dengan skala dari Kesteven

3. Praktikan mampu menghitung IKG dan HSI serta hubungannya

dengan pertumbuhan

4. Praktikan dapat menghitung fekunditas suatu ikan

Page 8: lapak ikan betutu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan

2.1.1 Klasifikasi Ikan Betutu

Menurut Kottelat et all (1993) ikan betutu diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom : AnimaliaFilum : ChordataKelas : ActinopterigiiOrdo : PerciformesFamili : EleotridaeGenus : OxyeleotrisSpesies : Oxyeleotris marmorata

Gambar 1. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)Sumber: Dokumentasi Praktikum

Ikan betutu diduga ikan asli indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan.

Namun sementara orang ada yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari

Sumatra karena sejak dahulu sudah ada disana, bahkan menjadi maskot

Kabupaten Talang Betutu. Mengigat nama betutu menjadi nama tunggal di

kabupaten tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatera (Razi 2014).

Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus karena sepintas

memang ada keserupaan, baik bentuk maupun sifatnya. Bila diamati, antara

keduanya mempunyai perbedaan yang cukup mencolok yaitu ikan betutu dapat

bertahan bejam-jam tanpa bergeser dari tempatnya dan sering disebut dengan ikan

malas. Oleh karena itu, sementara para ahli menduga bahwa ika betutu masuk

dalan keluarga besar Eleotridae yang memiliki kekerabatan dengan kelurga

Gobioidea (satu famili dengan ikan gabus). Jika dilihat sepintas, tampang betutu

3

Page 9: lapak ikan betutu

4

cukup menyeramkan, bentuk mukanya cekung dengan ujung kepala picak

(gepeng), matanya yang besar menonjol keluar dan dapat digerak-gerakkan dan

mata lebar, tebal dengan gigi kecil tajam. Sehingga cukuplah beralasan orang

menyebutnya sebagai ikan hantu (Razi 2014).

2.1.2 Morfologi Ikan Betutu

Ciri morfologi dari ikan betutu yaitu mempunyai bentuk tubuh

memanjang, berwarna kekuning-kuningan dengan bercak coklat kehitam-hitaman,

bentuk kepala gepeng atau depressed, mata bulat besar, mulut lebar dan terletak di

atas, sirip punggung terdiri dari dua bagian yang terpisah, dimana sirip punggung

pertama lebih pendek (rendah) dari sirip puggung yang ke dua, warna sirip

kecoklat-coklatan sampai ke abu-abuan dan terdapat noda-noda hitam yang

menyebar di seluruh tubuhnya. Panjang tubuh ikan betutu berkisar antara 10-40

cm dengan panjang maksimum 50 cm (Djajadireja, 1977 dalam Gunawan et all

1999)

2.1.3 Habitat dan Distribusi Ikan Betutu

Menurut Webber dan Beufort (1913) habitat betutu tersebar luas, meliputi

perairan-perairan tawar didaerah beriklim tropis/subtropis. Betutu menyukai

tempat yang arusnya tenang dan agak berlumpur seperti rawa , danau atau muara

sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya didalam lumpur.

Betutu tersebar di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja,

Vietnam, Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Kalimantan dan

Jawa), hingga kepulauan Fiji di Pasifik. Ikan ini hidup didasar perairan, hanya

sekali-kali saja menyembul ke permukaan. Tempat agak gelap, terlindung dibalik

batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai tempat berlindung dan

tempat mengintip mangsa serta melangsungkan proses pemijahan .Jika hari

menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan moncongnya di atas

permukaan air, disekitar tempat persembunyiannya (Webber dan Beufort 1913).

Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur.

Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea) dan

Page 10: lapak ikan betutu

5

serangga air (insekta), sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air

(daphnia, cladocera dan copepoda), jentik-jentik serangga dan rotifera. Pada stadia

larva, betutu juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani

berukuran renik (Webber dan Beufort 1913).

2.2 Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi

fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin.

Pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan

berat. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu

bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang

terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan

berbeda-beda (Bambang 2012)

Berdasarkan teori hubungan panjang berat dapat dinyatakan dengan

rumus:

W= aLb,a. W= berat, b. a,b = konstanta, c. L = panjang ikan

Hile (1963) menyatakan bahwa rumus umumnya adalah:

W= Log a + b Log L

Rumus tersebut menunjukan hubungan yang linier. Yang harus ditentukan

dari persamaan tersebut ialah harga a dan b sedangkan harga W dan L telah

diketahui. Menurut Carlander (1969) harga exponen ini telah diketahui dari 398

populasi ikan berkisar 1,2 – 4,0 namun kebanyakan dari harga b tadi berkisar dari

2,4 – 3,5. Bilamana harga b sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan

ikan berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan

pertambahan beratnya .Pertumbuhan demikian seperti telah dikemukakan ialah

pertumbuhan isometric. Sedangkan apabila b lebih besar atau lebih kecil dari 3

dinamakan pertumbuhan allometrik. Jika harga n kurang dari 3 menunjukkan

bahwa keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat

Page 11: lapak ikan betutu

6

pertambahan beratnya. Jika harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu

montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.

2.3 Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad atau tingkat pertumbuhan gonad adalah tahap

tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan berpijah. Tingkat

Kematangan Gonad (TKG) juga didefinisikan sebagai perubahan gonad ikan

berupa peningkatan gonad dan diameter telur. Umumnya pertambahan berat

gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan

jantan berkisar antara 5-10%.Perkembangan gonad pada ikan betina umumnya

disebut dengan istilah perkembangan ovarium mempunyai tingkat perkembangan

sejak masa pertumbuhan hingga masa reproduksi yang dapat dikategorikan

kedalam beberapa tahapan. Jumlah tahapan tersebut bervariasi bergantung kepada

spesies maupun peneliti yang mengamati perkembangan ovarium tersebut

(Effendi 1979).

Berikut contoh tingkatan tingkat kematangan gonad enurut Kesteven

( Bagenal dan Braum 1968)

a. Dara

Organ seksusal sangat kecil, berdekatan dengan tulang punggug

bawah. Testis dan ovarium transparan, tidak berwarna sampai keabu-

abuan. Hanya dapat dilihat dengan mikroskop atau alat perbesaran.

b. Dara Berkembang

Testis dan ovarium transparan, abu-abu dan merah. Telur satu persatu

dapat dilihat dengan kaca pembesar.

c. Perkembangan I

Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan

pembuluh kapiler. Setengah ruang bagian bawah terisi, telur dapat

dilihat dengan mata seperti serbuk putih

d. Perkembangan II

Testis putih kemerah-merahan. Pada jantan bila perutnya ditekan

belum keluar sperma. Ovarium berwarna orange kemerah – merahan.

Page 12: lapak ikan betutu

7

Telur sudah dapat dibedakan dengan jelas. Bentuknya bulat telur dan

mengisi 2/3 ruang telur bagian bawah.

e. Bunting

Tertis berwarna putih, telur bentuknya bulat dan beberapa telur masak.

f. Mijah

Telur dan sperma akan keluar jika ditekan. Kebanyakan telurnya

berwarna transparan.

g. Mijah/ Salin

Gonad masih terisi telur dan sperma

h. Salin

Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah.

i. Pulih salin

Testis dan ovarium berwana transparan, abu-abu dan merah.

2.4 Indeks Kematangan Gonad

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat

perkembangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks

Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil

perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen (Effendie

1979 dalam Hadiaty 2000).

IKG = ( Wg / W-Wg )x 100%

Keterangan: Wg = berat gonadW = berat tubuh ikan

Indeks Kematangan Gonad akan semakin meningkat nilainya dan akan

mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai

IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG dihubungkan

dengan Tingka Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-

ciri morfologi kematangan gonad, sehingga akan tampak hubungan antara

perkembangan di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi

setiap saat tergantung pada macam dan pola pemijahannya (Fujaya 2002).

Page 13: lapak ikan betutu

8

Perkembangan nilai IKG terjadi dikarenakanadanya perkembangan garis

tengah telur sebagai hasil dari pengendapan kuningtelur, hidrasi dan

pembentukkan butir – butir minyak (Effendi 1997). Fasepembentukan kuning

telur dimulai sejak terjadinya penumpukkan bahan – bahankuning telur di dalam

oosit (sel telur) dan berakhir setelah oosit mencapai ukurantertentu atau nucleolus

tertarik ke tengah nucleus. Setelah fase pembentukankuning telur berakhir, oosit

tidak mengalami perubahan bentuk selama beberapasaat sambil menunggu

kondisi lingkungan yang baik (tahap tersebut dinamakantahap istirahat atau

dorman). Sebagian oosit tersebut atau bahkan kadang – kadangseluruhnya, jika

kondisi lingkungan tidak mendukung akan mengalami degradasi.Oosit yang

demikian dinamakan oosit atresia (Ernawati 1999). Oosit atresia

akandiabsorbsikan kembali oleh sel – sel ovarium ke dalam tubuh (de Vlaming

1983 dalam Ernawati 1999).

2.5 Fekunditas

Fekunditas ikan adalah jumlah telur pada tingkat kematangan terakhir

yang terdapat dalam ovarium sebelum berlangsung pemijahan. Nikolsky (1963),

menamakan fekunditas yang menunjukkan jumlah telur yang dikandung individu

ikan sebagai “fekunditas mutlak”, sedangkan jumlah telur persatuan berat atau

panjang ikan disebut sebagai fekunditas relatif. Fekunditas menunjukkan

kemampuan induk ikan untuk menghasilkan anak ikan dalam suatu poemijaha.

Tingkat keberhasilan suatu pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak ikan

yang dapat hidup terus terhadap fekunditas (Sumantadinata, 1981). Menurut Feed

Burner (2008), semua telur-telur yang akan dikeluarka pada waktu pemijahan

disebut dengan fekunditas. Dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi

telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi

ikan termasuk waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978),

membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh

induk. Dan menurut Hariati (1990), fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum

dikeluarkan pada waktu ikan memijah.

Page 14: lapak ikan betutu

9

Fekunditas mempunyai hubungan atau keterpautan dengan umur, panjang,

atau bobot tubuh dan spesies ikan. Pertumbuhan bobot dan panjang ikan

cenderung meningkatkan fekunditas secara linear (Bagenal, 1978 dalam Andy

Omar, 2004). Nikolsky (1963) menyatakan bahwa pada umumnya fekunditas

meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan betina. Semakin banyak makanan

maka pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditasnya semakin besar.

Selanjutnya,

Andy Omar (2004) menyatakan bahwa fekunditas pada setiap individu

betina tergantung pada umur, ukuran, spesies, dan kondisi lingkungan, seperti

ketersediaan pakan (suplai makanan). Djuhanda (1981) menambahkan bahwa

besar kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan kondisi

lingkungan, serta dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur. Berikut beberapa

metode perhitungan fekunditas:

a. Mengitung langsung satu persatu telur ikan

b. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur 

X :  x = V : v

Keterangan :

X : Jumlah telur yang akan dicarix : Jumlah telur dari sebagian gonadV : Volume seluruh gonadv : Volume sebagian gonad contoh

c. Metode gravimetric

Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan

cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.

Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukurberatnya dan jumlah telur dihitung.

Dengan bantuan rumus berikut ini :

F=G/g.n

Keterangan:F = fekunditas jumlah total telur dalam gonadG = bobot gonad setiap ekor ikang = bobot sebagian gonad (gonad contoh)n = jumlah telur dari (gonad contoh)a. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik).

Page 15: lapak ikan betutu

10

F= G x V x X

Q

Keterangan :F : FekunditasG : Berat gonad totalV : Volume pengenceranX : Jumlah telur yang ada dalam 1 ccQ : Berat telur contoh

2.6 Hepato Somatic Indeks

Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang

dilakukanuntuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif.

Hatimerupakan tempat terjadinya proses vitelogenesis.

Proses vitelogenesis secara alami dipengaruhi oleh adanya isyarat – isyarat

lingkungan seperti fotoperiod, suhu, aktivitas makanan dan faktor sosial

yangsemuanya akan merangsang hipotalamus untuk mensekresikan hormon –

hormon Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH). GnRH yang disekresikan

tersebut kemudian akan merangsang hipofisa untuk mensekresikan hormon

gonadotropin (GtH). GtH yang diproduksi oleh kelenjar pituitary (hipofisa)

tersebut dibawa oleh darah ke dalam sel teka yang berada pada gonad untuk

menstimulasi terbentuknya testosteron. Testosteron yang terbentuk kemudian

akan masuk ke dalam sel granulosa untuk diubah oleh enzim aromatase menjadi

hormon estradiol 17β yang selanjutnya akan dialirkan oleh darah kedalam hati

untuk mensintesis vitelogenin. Vitelogenin yang dihasilkan kemudian dialirkan

kembali oleh darah kedalam gonad untuk diserap oleh oosit sehingga penyerapan

vitelogenin ini disertai dengan perkembangan diameter telur (Sumantri 2006).

Aktifvtas vitelogenin ini menyebabkan nilai HSI dan GSI ikan meningkat

(Cerda et al. 1996 dalam Affandi dan Tang 2000). Sintesis vitelogenin di hati

sangat dipengaruhi oleh estradiol-17β yang merupakan stimulator dalam

biosintesais vitelogenin karena sintesis vitelogenin dalam tubuh ikan berlangsung

di hati. Rumus yang bisa digunakan dalam perhitungan HSI adalah:

HSI atau IHS : Berat HatiBerat Total-Berat Hati

x 10 0 %

Page 16: lapak ikan betutu

11

Page 17: lapak ikan betutu

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Analisis Aspek Biologi yang meliputi morfologi, pertumbuhan

serta reproduksi pada Ikan Betutu dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2015

pukul 10.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Aquakultur Fakultas Perikanan

dan ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya yaitu:

1. Timbangan untuk mengukur berat ikan, gonad, hati dan isi usus ikan

2. Pinset untuk membantu proses pembedahan dan pengambilan organ

dari perut

3. Pisau untuk melakukan pembedahan

4. Gunting untuk melakukan pembedahan

5. Cawan petri untuk menyimpan gonad, hati dan isi usus

6. Mikroskop untuk melihat telur ataupun melihat isi usus

7. Gelas ukur unutk mengukur volume gonad

8. Mistar / penggaris untuk mengukur panjang ikan

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Ikan Betutu sebagai objek penelitian

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Morfologi

1. Ikan Betutu yang sudah mati diamati secara morfometrik dan meristic

2. Mengamati sisik bagian kepala dan badan, yang diamati dibawah

mikroskop

3. Mengamati Linea Lateralis pada ikan betutu

4. Mengamati bagian mata, mulut, serta gigi ikan betutu

12

Page 18: lapak ikan betutu

13

5. Mengamati tulang yang terdapat pada sirip Dorsal1, Dorsal2, Anal,

Pectoral, Ventral serta Caudal ikan betutu

6. Mengamati alat bantu pernafasan pada ikan betutu

3.3.2 Hubungan Panjang dan Berat

1. Ikan Betutu yang sudah mati diamati pertumbuhannya baik itu panjang

maupun berat yang diukur dengan penggaris dan ditimbang untuk

mengetahui beratnya

2. Mencatat Hasil Pengamatan pada tabel

3. Lakukan perhitungan hubungan panjang dan berat dengan

menggunakan rumus berikut:

3.3.3 Tingkat Kematangan Gonad

1. Ikan Betutu yang telah mati dibedah dari bagian urogenital hingga

bagian posterior operculum ikan

2. Mengambil gonad ikan dan pisahka dengan organ lainnya

3. Amati gonad ikan sesuai dengan klasifikasi Kestevent

4. Catat dalam tabel Pengamatan

3.3.4 Indeks Kematangan Gonad

1. Ikan Betutu yang telah dibedah diambil bagian gonadnya

2. Timbang berat gonad dengan menggunakan timbangan digital

3. Catat hasil berat pada tabel dan lakukan perhitungan terhadap IKG ikan

betutu

3.3.5 Hepato Somatic Indeks

1. Ikan Betutu yang telah dibedah diambil bagian hati, lakukan dengan

teliti jangan sampai tertukar denganbagian limfa ikan

Page 19: lapak ikan betutu

14

2. Timbang hati ikan dengan menggunakan timbangan digital

3. Catat hasil pengamatan dan lakukan perhitugan terhadap HIS ikan

betutu

3.3.6 Fekunditas

Pada praktikum ini kami tidak melakukan mengamatan dan perhitungan

mengenai fekunditas karena ikan yang kami dapat adalah ikan jantan.

Page 20: lapak ikan betutu

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Praktikum

4.1.1 Hasil Pengamatan Morfologi

Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Ikan Betutu

Bentuk Sisik Sirip Ikan MulutP.

UsusInsang

Gelembung

RenangKepala BadanLinea

LateralisD1 D2 P V A C Letak

Ukuran (mm)

Lap. Gigi

cycloid ctenoid 19 I.v I.x III.xi.6

II.ii.4 II.viii

V.viii

Superior

- 2 210 4 ada

4.1.2 Hasil Pengamatan Pertumbuhan

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Betutu

Nama Praktikan

Pertumbuhan Kelamin

Panjang(mm)Berat

(gram)Jantan BetinaSL

(mm)FL

(mm)TL

(mm)Kelompok 35 180 230 175 V

4.1.3 Pengamatan Reproduksi

Tabel 3. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Betutu

TKG

BG(gr)

PG(mm

)

IKG

(%)

BH(gr)

PH(mm

)

HSI

(%)

Fekunditas (butir)

Diameter Telur

Letak IntiDorma

nTenga

h (butir)

Menuju Kutub (butir)

Melebur (butir)

Dara

0,22

400,13

2.08

30 1,2 - - - - - -

4.1.4 Pengamatan Morfologi Ikan Betutu dan Ikan Tagih Angkatan

Tabel 4. Pengamatan Morfologi Ikan Betutu Angkatan

No

Bentuk SisikSirip Ikan

Mulut

Mata (mm)

P. Usus (mm)

In-sang

Gel. Rena

ngKepala Badan L. L LetakUkuran (mm)

Lap. Gigi

D1 D2 P V A C

3Sikloid Stenoid - IV.ii IX.ii X.iv IV.ii X.i xii

Superior

30 2 9 150 4Ada Labir

in

15

Page 21: lapak ikan betutu

16

4

Sikloid Stenoid - IV.ii IX.ii X.iv

IV.ii

X.i xiiSuperi

or30 2 9 150 4

Ada Labir

in

5Sikloid Stenoid - VI v xvi V ix 13

Superior

30 4 7 - 4 Ada

6Sikloid Stenoid - VI v xvi V ix 13

Superior

30 4 7 - 4 Ada

7Stenoid Sikloid - VI XI viii.7 V xii xii.2

Superior

23 2 7 184 3Ada Labir

in

8Sikloid Stenoid - I.iv V.vi 30 II.viii vii xv

Superior

15 2 8 150 4 ada

9Sikloid Stenoid - I.iv V.vi 30 II.viii vii xv

Superior

15 2 8 150 4 Ada

12Sikloid Sikloid - II.iv IV.v.2 16 I.4 vi.2 15

Subterminal

27 2 5 - 4Ada Labir

in

13Sikloid Sikloid - II.iv IV.v.2 16 I.4 vi.2 15

Subterminal

27 2 5 - 4Ada Labir

in

16Sikloid Stenoid - X IV xv v.5 ix 15

Subterminal

23 2 5 - 4Ada Labir

in

17Sikloid Stenoid - X IV xv v.5 ix 15

Subterminal

23 2 5 - 4Ada Labir

in

19 Stenoid Sikloid - VI XI viii.7 V xii xii.2 Superior

23 2 7 184 3 Ada Labir

in

16

Page 22: lapak ikan betutu

17

24 Sikloid Stenoid - v.i i.10 I.v

25

I.xix X.viSuperi

or1 4 3 Ada

25Sikloid Stenoid - v.i i.10 I.v 25 I.xix X.vi

Superior

1 4 3 Ada

28Sikloid Stenoid - I.5 xi 14 5 viii xiii

Superior

32 3 12 120 4 Ada

29Sikloid Stenoid - I.5 xi 14 5 viii xiii

Superior

32 3 12 120 4 Ada

30Sikloid Stenoid - vi I.x xvi V II.vii xvi

Superior

2 7 120 4 Ada

31Sikloid Stenoid - vi I.x xvi V II.vii xvi

Superior

2 7 120 4 Ada

34Sikloid Stenoid - I.v I.x III.xi.6 II.vii II.viii V.vii

Superior

2 7 210 4 Ada

35Sikloid Stenoid - I.v I.x III.xi.6 II.vii II.viii V.vii

Superior

2 7 210 4 Ada

40Sikloid Stenoid - II.iv I.x 17 Vii ix xiv

Superior

2 140 3 Ada

41Sikloid Stenoid - II.iv I.x 17 Vii ix xiv

Superior

2 140 3 Ada

42 Sikloid Stenoid - 6 1.VI.iv X.vii

II.iv

VII.ii II.xiii 30 3 4 Ada

17

Page 23: lapak ikan betutu

18

43Sikloid Stenoid - 6 1.VI.iv X.vii II.iv VII.ii II.xiii

Superior

30 3 4 Ada

44 Stenoid Sikloid - I.vi II.x xvii Iv x xiiiSuperi

or35 3 5 0 4 Ada

45Stenoid Sikloid - I.vi II.x xvii Iv x xiii

Superior

35 3 5 0 4 Ada

50Stenoid Sikloid 67 II.ii.2 viii.3 xxiii.4 II.viii III.iv.3 xiv

Superior

50 3 6 45 3 Ada

51Stenoid Sikloid 68 II.ii.2 viii.3 xxiii.4 II.viii III.iv.3 xiv

Superior

50 3 6 45 3 Ada

52Sikloid Stenoid 63 II.iii V.v xvii II.iii V.iv xiv

Superior

23 4 6 55 4 Ada

53Sikloid Stenoid 76 iv xii xvi Xvii x xvii

Superior

22 1 18 70 4 Ada

54Sikloid Stenoid 76 iv xii xvi Xvii x xvii

Superior

22 1 18 70 4 Ada

55Sikloid Stenoid 62 vi v.6 viii.6 I.iv II.vi II.viii.5

Superior

30 3 6 120 4 Ada

56Sikloid Stenoid 62 vi v.6 viii.6 I.iv II.vi II.viii.5

Superior

30 3 6 120 4 Ada

57

Sikloid Stenoid 66 II.v II.ix IV.xi II.iv I.ix IV.xiii Superior

30 1 8 55 4 Ada

18

Page 24: lapak ikan betutu

19

58Sikloid Stenoid 66 II.v II.ix IV.ix II.iv I.ix IV.xiii

Superior

30 1 8 55 4 Ada

59 Sikloid Stenoid 65 VI II.ix XIII I.5 ix xvSuperi

or27 4 5 96 2 Ada

60 Sikloid Stenoid 65 VI II.ix XIII I.5 ix xvSuperi

or27 4 5 96 2 Ada

61 Sikloid Stenoid 63 II.iv X xiii I.iv II.ii VISuperi

or25 2 8 70 3 Ada

62 Sikloid Stenoid 63 II.iv X xiii I.iv II.ii VISuperi

or25 2 8 70 3 Ada

63 Sikloid Stenoid 63 II.iii V.v xvii II.iii V.iv xivSuperi

or23 4 6 55 4 Ada

65 Sikloid Stenoid 69 VI I.9 18-19 6-7 10 16Superi

or35 3 5 45 4 Ada

66 Sikloid Stenoid 69 VI I.10 18-20 6-7 10 16Superi

or35 3 5 45 4 Ada

Tabel 5. Pengamatan Morfologi Ikan Tagih

Kel

Bentuk SisikSirip Ikan

MulutMata (mm)

P. Usus (mm)

InsangGel.

RenangDekat Kepala

L. L LetakUkuran (mm)

Lap. Gigi

D1 D2 P V A C

1 Sikloid - I.vii 1 II.x.6 XII II.x IV.viii.5 Inferior 60 2 10 - 3 1

2 Sikloid - I.vii 1 II.x.6 XII II.x IV.viii.5 Inferior 60 2 10 - 3 1

10 Sikloid -I.

iv.31

II.iv.14

VI.xii.11

xi xxi xxi 40 4 9 300 2 1

19

Page 25: lapak ikan betutu

20

11 sikloid - I.iv.3 1 xi

xxi

xxi 40 4 9 300 2 1

14 Sikloid - I.vii 1 vi VI.ix xii 17 Inferior 40 4 10 395 2 1

15 Sikloid - I.6 - I.ii.5 V.i.5 I.ii.9 vi.10 Inferior 40 2 14 395 2 1

18 Sikloid - I.vii 1 vi VI.ix xii 17 Inferior 40 4 10 395 2 1

20 Sikloid - I.vii I.i iv.2 I.viii.6 v.4 x.6 Inferior - 3 8 160 4 1

21 Sikloid - I.vii I.i iv.2 I.viii.6 v.4 x.6 Inferior - 3 8 160 4 1

22 - - I.vi.1 1 vi.4 I.vii.7 iv.5 xi.7 - - 2 - 390 2 1

23 - - I.vi.1 1 vi.4 I.vii.7 iv.5 xi.7 - - 2 - 390 2 1

26 - - I.7 - I.8 24 10 18 Inferior - 3 - - 4 1

27 - - I.7 - I.8 24 10 18 Inferior - 3 - - 4 1

32 - - I.vii - I.v.3 xii x.2 xxSuperi

or- 6 10 220 4 1

33 - - I.vii - I.v.3 xii x.2 xxSuperi

or- 6 10 220 4 1

36 - - I.vii - - I.vii - xxivSuperi

or- 22 10 365 4 1

37 - - I.vii - - I.vii - xxivSuperi

or - 22 10 365 4 1

20

Page 26: lapak ikan betutu

21

38 Sikloid - I.vi.1 - I.8 6 v.5 i.6 Inferior - 2 - 385 4 1

39 Sikloid - I.vi.1 - I.8 6 v.5 i.6 Inferior - 2 - 385 4 1

46 Sikloid 18,5 i.7 - I.8 6 11 32Termin

al45 - 10 430 4 1

47 Sikloid 18,5 i.7 - I.8 6 11 32Termin

al45 - 10 430 4 1

48 Sikloid 22 I.i.6 1 I.v.5 I.viii.2 i.6 iii.14Termin

al- 2 10 340 4 1

49 Sikloid 22 I.i.6 1 I.v.5 I.viii.2 i.6 iii.14Termin

al- 2 10 340 4 1

64 Sikloid - I.6 - I.ii.5 V.i.5 I.ii.9 vi.10 Inferior 40 2 14 395 2 1

4.1.5 Pengamatan Pertumbuhan Ikan Betutu dan Ikan Tagih Angkatan

Tabel 6. Pengamatan Pertumbuhan Ikan Betutu Angkatan

Kel-

Nama Praktikan

Pertumbuhan KelaminPanjang (mm)

Berat Jantan BetinaSL FL TL

3Nurma W

115 - 234 186 M. Yogi A.Rian R.

4Sheila A.

115 - 234 186 Riani A.Rambo

5Safira A

185 - 235 166 Ira S.Susetyo

6Rizka Dwi

185 - 235 166 RakaGilang N

7Jihan Refli

180200

225 156 Debora H

21

Page 27: lapak ikan betutu

22

Andi M

8Yulida

185 205 225 147 EndahIlham

9Syafarudin

185 205 225 147 Elisah FJamaludin

12Ai Siti

175 200 220 150 AidaAsep S

13Alan A.

175 200 220 150 Setyo WAdinda

16Mia

159 162 182 64 Siti SRahmat D

17Fikri K

159 162 182 64 T AlwieElsa

19Ade

180 200 225 156 TiaYuyun Y

24Fauziah

185 0 240 149 ErikLuthfan

25Taufiq

185 0 240 149 PutyFevi

28Rika

190 0 225 131 Esti MutiaMuammar

29Rahman

190 0 225 131 R. NadyaAngga

30Ridwan

180 0 220 135 SofieFadhil

31Ina

180 0 220 135 RakaIndah

34Bastian

180 0 230 175 SheillawatiSatria

35 Adhar 180 0 230 175

22

Page 28: lapak ikan betutu

23

NurayaDemas

40Widi

195 0 240 163 EkiMediana

41Nabila

195 0 240 163 HasbiDehan

42Santi

200 0 245 186 RizaFauzi

43Dea Hari

200 0 245 186 SatrioGun Gun

44

Sintia

230 0 285 283 ThesarM. AdityaAyu Nfs

45Dzaki

230 0 285 283 ZulfikarMelinda

50Dhita H

180 0 220 126 Syifa ZDicky D.

51Riana Faosa

180 0 220 126 Hilman H.Ardiansyah

52Zahra Imma

145 0 185 68 Dyah HBagus R

53Rahmahwati

161 0 195 81 M. Aulia R.M. Galdio N.

54Ali Aji Adi

161 0 195 81 M. RakhmanRuth Maria

55Hanna M

176 0 228 103 Bayu . RM. Ryan K.

56Choki S. D. 155

0 195 92 Ayu MDeni S

57 Aisyah A. M. 175 0 220 108

23

Page 29: lapak ikan betutu

24

M. SalsabilFachri A. M.

58Resna Ajeng

175 0 220 108 Raden RChristoper R.

59Kalysta F.

162 0 206 94 Jumaidi EYuki Aditya

60Dwi Muthiah

162 0 206 94 Fadhillah A.Agung Fuadi

61Kartika Irta

170 0 225 129 Rosa H.Taufik I

62M. Fahmi I

170 0 225 129 Logica I. B.Ruth Mawar

63Gilang T.

145 0 185 68 Geugeuh G.Dina Arifiah

65Sona Y. D.

175 0 225 133 Reyhan AlifEva Amalia

66Shafwan H

175 0 225 133 Fahira NurChervin

Tabel 7. Pengamatan Hasil Pertumbuhan Ikan Tagih Angkatan

Kel-

Nama Praktikan

Pertumbuhan KelaminPanjang (mm)

Berat Jantan BetinaSL FL TL

1

Ichfar Jaffar

310 330 375 512 Silfi Nur AuliaJason Tri

2Annisa Nur 310

330 375 512 Desi TriyaniM. Rizky

10Rionaldhie

300 310 340 423 DesintaRian Nur.

24

Page 30: lapak ikan betutu

25

Suci F

11

Cyntia K

300 310 340 423 Guntur HIndriRoury A

14Bella M

340 360 455 683 RifkiJamil

15Dony

300 310 375 395 DwikiTanti K

18Eifa

340 360 455 683 EkaHana

20Rahmat

250 260 30 330 AnnisaFirhan

21Leni M

250 260 30 330 JianAngga

22Iqbal

330 340 430 583 NielamAbduyana

23Ganisa

330 340 430 583 Dea FRefky

26Zais

320 340 380 562 ZelikhaRifki GP

27Teguh

320 340 380 562 DyahWahyu

32Anggi

300 315 370 433 NawangRocela

33Sarimanah

300 315 370 RekaNovitasari

36Detrik 330

345 430 535 CleovanyaGulam

37 Aliyah 330 345 430 535

25

Page 31: lapak ikan betutu

26

AldwinArisca

38Yuliana

320 340 420 647 CandraNurul

39Ayu T

320 340 420 647 ElisaAgung Rio

46

Dini Maliha

300 315 380 512 Rayana

Adli M.Rury R

47Fahri . F

300 315 380 512 Risa MM. Musa DZ

48Dita Tania

275 295 310 444 Windi A.Rizal Firdaus

49Aisyah Dwi

275 295 310 444 SyarifudinFathin A.

64Kelana Putra

300 310 375 Takbir S.Silmi Fitriani

4.1.6 Hasil Regresi Pertumbuhan

Tabel 8. Regresi Pertumbuhan Ikan Betutu

Kel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W3 115 186 2,0607 2,2695 4,2465 4,67684 115 186 2,0607 2,2695 4,2465 4,67685 185 166 2,2672 2,2201 5,1401 5,03346 185 166 2,2672 2,2201 5,1401 5,03347 180 156 2,2553 2,1931 5,0863 4,94618 185 147 2,2672 2,1673 5,1401 4,91379 185 147 2,2672 2,1673 5,1401 4,913712 175 150 2,2430 2,1761 5,0312 4,881113 175 150 2,2430 2,1761 5,0312 4,881116 159 64 2,2014 1,8062 4,8461 3,976117 159 64 2,2014 1,8062 4,8461 3,976119 180 156 2,2553 2,1931 5,0863 4,946124 185 139 2,2672 2,1430 5,1401 4,8586

26

Page 32: lapak ikan betutu

27

25 185 139 2,2672 2,1430 5,1401 4,858628 190 131 2,2788 2,1173 5,1927 4,824729 190 131 2,2788 2,1173 5,1927 4,824730 180 135 2,2553 2,1303 5,0863 4,804531 180 135 2,2553 2,1303 5,0863 4,804534 180 175 2,2553 2,2430 5,0863 5,058735 180 175 2,2553 2,2430 5,0863 5,058740 195 163 2,2900 2,2122 5,2443 5,066041 195 163 2,2900 2,2122 5,2443 5,066042 200 186 2,3010 2,2695 5,2947 5,222243 200 186 2,3010 2,2695 5,2947 5,222244 230 283 2,3617 2,4518 5,5778 5,790545 230 283 2,3617 2,4518 5,5778 5,790550 180 126 2,2553 2,1004 5,0863 4,736951 180 126 2,2553 2,1004 5,0863 4,736952 145 68 2,1614 1,8325 4,6715 3,960753 161 81 2,2068 1,9085 4,8701 4,211754 161 81 2,2068 1,9085 4,8701 4,211755 155 92 2,1903 1,9638 4,7976 4,301356 155 92 2,1903 1,9638 4,7976 4,301357 175 108 2,2430 2,0334 5,0312 4,561058 175 108 2,2430 2,0334 5,0312 4,561059 162 94 2,2095 1,9731 4,8820 4,359760 162 94 2,2095 1,9731 4,8820 4,359761 170 129 2,2304 2,1106 4,9749 4,707662 170 129 2,2304 2,1106 4,9749 4,707663 145 68 2,1614 1,8325 4,6715 3,960765 175 133 2,2430 2,1239 5,0312 4,763966 175 133 2,2430 2,1239 5,0312 4,7639∑ 94,0877 88,8912 210,9140 199,3101

Tabel 9. Regresi Pertumbuhan Ikan Tagih

Kel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W1 310 512 2,4914 2, 7093 6,2069 6,74982 310 512 2,4914 2,7093 6,2069 6,749810 300 423 2,4771 2,6263 6,1361 6,505811 300 423 2,4771 2,6263 6,1361 6,505814 340 683 2,5315 2,8344 6,4084 7,175315 300 395 2,4771 2,5966 6,1361 6,432118 340 683 2,5315 2,8344 6,4084 7,175320 250 330 2,3979 2,5185 5,7501 6,0392

27

Page 33: lapak ikan betutu

28

21 250 330 2,3979 2,5185 5,7501 6,039222 330 583 2,5185 2,7657 6,3429 6,965423 330 583 2,5185 2,7657 6,3429 6,965426 320 562 2,5051 2,7497 6,2758 6,888527 320 562 2,5051 2,7497 6,2758 6,888532 315 433 2,4983 2,6365 6,2416 6,586833 315 433 2,4983 2,6365 6,2416 6,586836 330 535 2,5185 2,7284 6,3429 6,871437 330 535 2,5185 2,7284 6,3429 6,871438 320 647 2,5051 2,8109 6,2758 7,041739 320 647 2,5051 2,8109 6,2758 7,041746 300 512 2,4771 2,7093 6,1361 6,711247 300 512 2,4771 2,7093 6,1361 6,711248 275 444 2,4393 2,6474 5,9503 6,457849 275 444 2,4393 2,6474 5,9503 6,457864 300 395 2,4771 2,5966 6,1361 6,4321∑ 59,6742 64,6659 148,4061 160,8499

4.1.7 Data pengamatan Reproduksi Ikan Betutu

Tabel 10. Reproduksi Ikan Betutu Angkatan

Kel-

TKG BwBGd

IKG BHt HSI

Fekunditas

Diameter

Letak Inti

TMK

M

3Perkembangan 1

186 0,60,32%

2,5 1,36%

4Perkembangan 1

186 0,60,32%

2,5 1,36%

5 Dara 166 0,10,06%

2,2 1,34%

6 Dara 166 0,10,06%

2,2 1,34%

7Perkembangan 2

156 0,350,22%

4 2,63%

8 Dara 147 0,540,37%

0,7 0,48%

9 Dara 147 0,540,37%

0,7 0,48%

12 Dara 150 0,120,08%

2 1,35%

13 Dara 150 0,120,08%

2 1,35%

16Dara Berkembang

64 11,59%

0,03 0,05%

17Dara Berkembang

64 11,59%

0,03 0,05%

19Perkembangan 2

156 0,350,22%

4 2,63%

24Dara berkembang

149 0,030,02%

0,48 0,32%

25 Dara 149 0,03 0,02 0,48 0,32%

28

Page 34: lapak ikan betutu

29

berkembang %

28perkembangan II

131 0,590,45%

2,27 1,76%

29perkembangan II

131 0,590,45%

2,27 1,76%

30perkembangan II

135 1,841,38%

3 2,27%

31perkembangan II

135 1,841,38%

3 2,27%

34 Dara 175 0,220,13%

2,08 1,20%

35 Dara 175 0,220,13%

2,08 1,20% - -

40perkembangan II

163 0,430,26%

3,36 2,10% - -

41perkembangan II

163 0,430,26%

3,36 2,10% -

42perkembangan II

186 0,490,26%

3,79 2,08% -

43perkembangan II

186 0,490,26%

3,79 2,08%

44 Putih salin 283 0,180,06%

52,2522,64

%

45 Putih salin 283 0,180,06%

52,2522,64

%

50Perkembangan II

126 1,351,08%

1,98 1,60%59

51Perkembangan II

126 1,351,08%

1,98 1,60%59

52Dara Berkembang

68 0,240,35%

0,8 1,19%

53Perkembangan 2

81 1,541,94%

0,95 1,19%

54Perkembangan 2

81 1,541,94%

0,95 1,19%

55Perkembangan 1

103 0,170,17%

1,07 1,05%

56Perkembangan 1

103 0,170,17%

1,07 1,05%

57Perkembangan 1

108 0,40,37%

1,43 1,34%

58Perkembangan 1

108 0,40,37%

1,43 1,34%

59Perkembangan 1

94 0,870,93%

1,62 1,75%

60Perkembangan 1

94 0,870,93%

1,62 1,75%26

61Perkembangan 2

129 1,160,91%

2,47 1,95%26

62Perkembangan 2

129 1,160,91%

2,47 1,95%

63Dara Berkembang

68 0,240,35%

0,8 1,19%

65Perkembangan II

133 0,170,13%

2,99 2,30%

66Perkembangan II

133 0,170,13%

2,99 2,30%

Tabel 11. Reproduksi Ikan Tagih Angkatan

29

Page 35: lapak ikan betutu

30

Kel-

TKG Bw BGd IKG BHt HSI Fekunditas DiameterLetak Inti

T MK M

1 Bunting 512 1,3 0,25% 51 11,06%

2 Bunting 512 1,3 0,25% 51 11,06%

10 Perkembangan 2 423 1,11 0,26% 2,8 0,67%

11 Perkembangan 2 423 1,11 0,26% 2,8 0,67%

14 Perkembangan 2 683 4,99 0,74% 8,2 1,22%

15 Bunting 395 30 8,22% 4 1,02%

18 Perkembangan 2 683 4,99 0,74% 8,2 1,22%

20 Bunting 330 13 4,10% 2,6 0,79%

21 Bunting 330 13 4,10% 2,6 0,79%

22 perkembangan II 58310,0

31,75% 6,57 1,14%

30

Page 36: lapak ikan betutu

31

23 perkembangan II 58310,0

31,75% 6,57 1,14%

26 Perkembangan I 562 2,92 0,52% 5,19 0,93%

27 Perkembangan I 562 2,92 0,52% 5,19 0,93%

32 Dara berkembang 433 1,7 0,39% 3,03 0,70%

33 Dara berkembang 433 1,7 0,39% 3,03 0,70%

36 Perkembangan I 535 7 1,33% 5 0,94%

37 Perkembangan I 535 7 1,33% 5 0,94%

38 Perkembangan II 64714,0

92,23% 7,27 1,14%

39 Perkembangan II 64714,0

92,23% 7,27 1,14%

46 Salin 512 1,17 0,23% 7,49 1,48% - -

47 Salin 512 1,17 0,23% 7,49 1,48% - -

48 Perkembangan I 44410,1

92,35% 1,34 0,30% - 25

49 Perkembangan I 44410,1

92,35% 1,34 0,30% - 25

64 Bunting 395 30 8,22% 4 1,02%

4.2 Analisis Data

4.2.1 Ratio Kelamin

1. Ikan Betutu

Betina = 1021

x 100 % Jantan = 1121

x 100 %

= 1000

21 =

110021

= 47.62 % = 52.38 %

Jadi rasio kelamin Ikan Betutu jantan dan betina adalah 1:1

2. Ikan Tagih

Betina = 3

12 x 100 % Jantan =

912

x 100 %

= 30012

= 90012

= 25 % = 75 %

Jadi rasio kelamin Ikan Tagih jantan dan betina adalah 3:1

31

Page 37: lapak ikan betutu

32

Jantan Betina9.5

10

10.5

11

11.5

11

10

Perbandingan Jumlah Ikan Betutu Jantan dan Betina

Gambar 2. Grafik Perbandingan antara Ikan Betutu Jantan dan Betina

Jantan Betina0

2

4

6

8

10

9

3

Perbandingan Jumlah Ikan Tagih Jantan dan Betina

Gambar 3. Grafik Perbandingan antara Ikan Tagih Jantan dan Betina

1.5000 2.0000 2.50000.5000

1.0000

1.5000

2.0000

2.5000

3.0000

f(x) = 1.26463043751455 x − 0.716545718421707R² = 0.233969025385829

Korelasi Panjang dan Berat Ikan

Series2Linear (Series2)Linear (Series2)

Panjang

Berat

Gambar 4. Grafik Regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Betutu

32

Page 38: lapak ikan betutu

33

1.5000 2.0000 2.5000 3.00000.5000

1.0000

1.5000

2.0000

2.5000

3.0000

f(x) = 2.06183337145226 x − 2.43218454593559R² = 0.693126316396405

Korelasi Panjang dan Berat Ikan

Series2Linear (Series2)Linear (Series2)

Panjang

Berat

Gambar 5. Grafik regresi Hubungan Panjang dan Berat Ikan Tagih

4.2.2 Indeks Kematangan Gonad

IKG= BgBt−Bg

x100 %

¿ 0,22174,78

x100 %

¿0,13%

4.2.3 Hepato Somatic Indeks

HSI¿Bh

Bt−Bhx100 %

¿ 2,08172,92

x100 %

¿1,2%

33

Page 39: lapak ikan betutu

34

19%

14%

19%

43%

5%

Tingkat Kematangan Gonad Pada Ikan Betutu

DaraDara BerkembangPerkembangan IIPerkembangan IIBuntingMijahSalinPulih Salin

Gambar 6. Diagram TKG Ikan Betutu

8%

25%

33%

25%

8%

Tingkat Kematangan Gonad Pada Ikan Tagih

DaraDara BerkembangPerkembangan IPerkembangan IIBuntingMijahSalinPulih Salin

Gambar 7. Diagram TKG Ikan Tagih

4.3 Pembahasan

4.3.1 Morfologi Ikan Betutu

Ikan Betutu merupakan ikan air tawar yang dapat hidup pada perairan

tenang seperti sungai, danau, rawa, waduk dan lain-lain. Ikan Betutu yang kami

amati pada praktikum biologi perikanan secara morfologi baik secara morfometrik

ataupun meristic didapatkan hasil yaitu, memiliki tubuh yang panjang, bentuk

kepala yang depress atau tertekan kebawah, sedangkan bentuk tubuhnya adalah

torpedo, berwarna kuning ke coklatan, dan terdapat bercak hitam pada seluruh

34

Page 40: lapak ikan betutu

35

tubuhnya. Ikan betutu juga memiliki dua tipe sisik pada tubuhnya yaitu sisik

cycloid pada bagian kepala, dan sisik ctenoid pada bagian badan, memiliki dua

sirip dorsal dimana pada sirip dorsal pertama lebih pendek dan lebih rendah bila

dibandingkan dengan sirip dorsal keduanya, ikan betutu juga memiliki mata yang

membulat dan besar dengan diameter mencapai 7 mm, selain itu ikan betutu

memiliki mulut yang lebar dengan dilengkapai dengan gigi yang tajam, runcing

serta bergerigi dan terdapat 2 lapis gigi, hal ini disesuaikan dengan kebiasaan

makan ikan betutu itu sendiri yaitu tergolong kedalam kelompok hewan karnivor

yaitu kelompok pemakan daging seperti ikan kecil atau bahkan sesamanya, hal ini

juga berhubungan dengan panjang usus yang dimiliki oleh ikan betutu yaitu

sepanjang 21cm, serta memiliki lambung sejati, dimana lambung sejati hanya

dimiliki oleh ikan kelompok pemakan daging atau karnivor.

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan dari hasil praktikum

morfologi ikan betutu yang kami dapatkan sesuai dengan pernyataan Djajadireja

(1977) dalam Gunawan et all (1999) yang menyatakan bahwa morfologi ikan

betutu adalah sebagai berikut yaitu mempunyai bentuk tubuh yang memanjanag,

berwarna kekuning – kuningan dengan bercak-bercak hitam pada seluruh

tubuhnya, mata bulat, memiliki dua buah sirip dorsal dimana sirip dorsal pertama

lebih rendah dibandingkan sirip dorsal yang kedua, sirip berwarna kuning

kecoklatan dengan bercak noda hitam pada seluruh tubuhnya.

Selain itu, pengamatan juga dilakukan terhadap sirip pada ikan betutu,

yaitu ikan betutu memiliki dua buah sirip dorsal (D), sepasang sirip pectoral (P),

sepasang sirip vectoral (V), sebuah sirip anal (A), dan sebuah sirip caudal (C).

pengamatan pada sirip ikan yaitu dengan menghitung berapa banyak tulang

penyusun atau penyokong sirip tersebut, dan didapatkan hasil yaitu D1 I.v, D2 I.x,

P III.xi.6, V II.ii.4, A II.viii, C V.viii. penulisan tulang yang terdapat pada sirip

sirip tersebut memiliki arti yaitu pada sirip dorsal pertama memiliki satu tulang

keras dan satu tulang lunak mengeras, pada sirip dorsal kedua yaitu memiliki satu

tulang keras dan sepuluh tulang lunak mengeras, sirip vebtral memiliki dua tulang

keras, dua tulang lunak mengeras, dan 4 tulang lunak, pada sirip pectoral yaitu

terdiri dari tiga tulang keras, sebelas tulang lunak mengeras, dan enam tulang

35

Page 41: lapak ikan betutu

36

lunak, pada sirip anal terdapat dua tulang keras dan delapan tulang lunak

mengeras, serta pada sirip caudal terdapat lima tulang keras dan delapan tulang

lunak mengeras. Sirip ekor atau sirip Caudal ikan betutu bertipe Dyphycercal

artinya ekor ikan betutu ini cenderug membulat. Ikan betutu juga memiliki linea

lateralis yang sangat kecil, dimana sisik linea lateralis ini berfungsi sebagai

osmoregulasi dan juga sebagai keseimbangan, linea lateralis pada ikan betutu

terdiri dari 19 sisik dimulai dari bagian posterior operculum hingga bagian

posterior tubuh.

Ikan betutu bernafas dengan menggunakan insang, dimana terdapat 2

pasang insang pada ikan ini atau 4 lapis insang, selain itu ikan betutu juga

memiliki alat bantu pernafasan berupa gelembung renang yang sangat besar, tipis

dan halus dan berwarna putih, dimana meskipun ikan ini cenderung pemalas

namun dia sesekali dapat menyembul ke permukaan air dan dapat hidup dibawah

shelter yaitu berupa eceng gondok atau bebatuan untuk bersembunyi (Razi 2014).

4.3.2 Pertumbuhan Ikan Betutu

Ikan betutu memiliki bentuk tubuh yang memanjnag dengan panjang

berkisar antara 10-40cm dengan panjang maksimum dapat mencapai 50-65 cm

(Djajadireja 1977 dalam Gunawan et all 1999). Hasil pengamatan pada

pertumbuhan ikan betutu yaitu didapatkan nilai panjang standar (SL) yaitu 180

mm, serta panjang total (TL) yaitu 230 mm, pada pengamatan kai ini tidak

dilakukan terhadap pengukuran panjang sampai lekuk ekor ikan (FL) karena ekor

ikan betutu cenderung membulat atau Dhypicercal sehingga tidak dilakukan

pengukuran panjang FL, hasil yang kami dapatkan sesuai dengan pernyataan

Djajadireja (1977) dalam Gunawan et all (1999). Berat ikan betutu setelah

ditimbang dengan menggunakan neraca arau timabangan digital yaitu sebesar 175

gram.

Ikan betutu dan ikan tagih yang kami gunakan pada praktikum ini berbeda

dengan praktikum sebelumnya, dimana 1 ekor ikan digunakan secara bersama

oleh 2 kelompok sehingga dari dua kelompok tersebut mendapatkan hasil yang

sama pula. Ikan betutu dan ikan tagih yang kami gunakan yaitu sebanyak 21 ekor

36

Page 42: lapak ikan betutu

37

ikan betutu dan 12 ekor ikan betutu, dengan mengetahui jumlah ikan yang

digunakan maka kita dapat menentukan ratio kelamin pada ikan betutu maupun

ikan tagih. Penentuan ratio kelamin sangat penting untuk menentukan

keseimbangan populasinya dalam suatu ekosistem. Pengamatan ratio kelamin

didapatkan hasil yaitu rasio kelamin atau nisbah kelamin untuk ikan betutu yaitu

1:1 artinya jumlah ikan jantan dan ikan betina seimbang yaitu berkisar 50%:50%

dan tidak ada saling mendominasi antara ikan jantan dan ikan betia pada suatu

tempat, sedangkan perbandingan kelamin ikan tagih jantan dan ikan tagih betina

yaitu 3:1 artinya sebanyak 75% ikan yang kami gunakan adalah ikan tagih jantan

dan 25% ikan tagih yang kami gunakan adalah ikan betina. Perbedaan pada ikan

tagih sangat signifikan dimana individu jantan lebih banyak dibandingkan dengan

ikan betina, menurut Pralampita et al. (2003) bahwa individu betina yang lebih

banyak daripada jantan atau sebaliknya dapat disebabkan oleh perbedaan perilaku

yang bersifat spasio-temporal, misalnya yang berkaitan dengan proses reproduksi,

tabiat pakan dan makan (food and feeding habits), ruaya dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Effendie (2002), kenyataan di alam perbandingan kelamin

jantan dan betina tidak mutlak. Hal ini dipengaruhi oleh pola penyebaran yang

disebabkan oleh ketersedian makanan, kepadatan populasi dan keseimbangan

rantai makanan.

Berdasarkan hasil penghitungan regresi hubungan panjang dan berat pada

ikan betutu dan ikan tagih dapat diketahui pola pertumbuhan ikan tersebut.

Menurut Effendi (2002) sifat pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua yaitu

isometric dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan seimbang dan

alometric dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan tidak seimbang. Pola

pertumbuhan pada ikan betutu dan ikan tagih menunjukan hasil yang sama

dimana hasil perhitungan diperoleh nilai b<3 yang artinya pola pertumbuhan pada

ikan betutu dan ikan tagih adalah alometrik negative artinya pertumbuhan panjang

lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat atau bobotnya, hal ini sesuai

dengan apa yang kami amati pada praktikum dimana ikan betutu dan ikan tagih

memiliki tubuh yang memanjang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor

37

Page 43: lapak ikan betutu

38

yang sulit dikendalikan, seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit.

Sedangkan faktor eksternal, seperti makanan dan kondisi perairan Makanan

dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan dari ikan

tersebut, sedangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh

(Effendie, 2002).

4.3.3 Reproduksi Ikan Betutu

Ikan betutu yang kami dapat yaitu berjenis kelamin jantan dimana ditandai

dengan ciri-ciri sekunder pada tubuhnya, yaitu anus berwarna putih, tubuh

ramping, serta pada bagian anus tidak terdapat sebuah tonjolan berbentuk segitiga.

Hasil pengamatan ini dibuktikan juga dengan pembedahan dan pengamatan pada

gonad ikan itu dimana gonad ikan betutu ini berwarna putih dengan tingkat

kematangan gonad (TKG) yaitu dara yaitu dengan ditandainya gonad yang masih

belum berkembang dan masih berwarna putih. Ikan betutu memiliki tipe

pemijahan partial spawner artinya ikan betutu dapat memijah sepanjang tahun dan

hanya mengeluarkan telurnya sebagian saja, Puncak pemijahan ikan betutu terjadi

pada bulan Oktober, saat hujan sudah mulai turun sehingga mempengaruhi

fluktuasi permukaan air. Welcomme (1985) menyatakan puncak pemijahan pada

kebanyakan spesies ikan didaerah tropis adalah pada saat air melimpah atau

banjir, ditambahkan juga Lagler (1972), bahwa perubahan ketinggian permukaan

air dapat mempengaruhi atau merangsang ikan untuk melakukan reproduksi.

Berdasarkan hasil pengamatan dari data angkatan klasifikasi kematangan gonad

yang diperoleh pada ikan tagih jantan dan betina bervariasi. Mulai dari kategori

dara berkembang, perkembangan I, perkembangan II, bunting, dan salin. Dari 24

kelompok yang diamati, terdapat 2 kelompok yang termasuk ke dalam kategori

dara berkembang, kategori perkembangan I ada 6 kelompok, kategori

perkembangan II ada 8 kelompok, kategori bunting ada 6 kelompok, dan kategori

salin ada 2 kelompok. Sedangkan untuk klasifikasi kematangan gonad yang

diperoleh pada ikan betutu jantan maupun betina juga bervariasi. Dari 42

kelompok yang diamati, terdapat 8 kelompok yang termasuk ke dalam kategori

dara, kategori dara berkembang ada 6 kelompok, kategori perkembangan I ada 8

38

Page 44: lapak ikan betutu

39

kelompok, kategori perkembangan II ada 18 kelompok, dan kategori pulih salin

ada 2 kelompok. Udupa dalam Susilawati (2000) menyatakan, ukuran ikan pada

waktu mencapai matang gonad pertama kali bervariasi di antara dan di dalam

spesies. Hal ini di duga karena faktor ketersedian pakan disuatu perairan, pola

adaptasi dan strategi hidup ikan yang berbeda, selain itu adanya kecepatan

pertumbuhan pada masing-masing ikan juga menyebabkan ikan akan mencapai

tingkat kematangan gonad yang berbeda. Berat gonad ikan betutu kelompok kami

yaitu 0,22 gram dengan indeks kematangan gonad (IKG) yaitu sebesar 0,13%

dengan berat hati yaitu sebesar 2,08gram dengan nilai hepato somatic indeks

(HSI) yaitu sebesar 1,2% artinya ikan betutu yang kami gunakan sebagai objek

praktikum ini belum siap memijah dengan ditandainya nilai IKG dan nilai HIS

yang sangat kecil. Menurut Effrendi (2003) indeks kematangan gonad sebuah ikan

yang mencapai nilai 10-25% artinya yaitu ikan tersebut sudah matang gonad dan

siap untuk berpijah atau memijah baik secara alami maupun tidak. Hasil yang

kami dapatkan yaitu sesuai dengan penelitian Tavarutmaneegul dan Lin (1988)

yang menyatakan bahwa ikan betutu akan matang gonad pada bobot 250-300

gram untuk jantan dan 300-500 gram untuk induk betina, dimana pada ikan kami

hanya berbobot 175 gram sehingga belum mencapai matang gonad namun

menurut Sumawidjadja et all (2002) ikan yang memiliki bobot 125-500 gram

sudah siap memijah, dan hal ini sama saja seperti yang dikatakan oleh

Tavarutmaneegul dan Lin. Untuk indeks kematangan gonad pada ikan betutu

jantan yaitu berkisar antara 0,3% untuk ikan betutu jantan dan dan 0,11 -5,57%

untuk ikan betutu betina (Tavarutmaneegal dan Lin 1988). Ikan betutu kelompok

53 dan 54 memiliki nilai ikg yang paling tinggi diantara kelompok lain yaitu

1,94% dengan TKG Perkembangan II dan ikan tersebut sudah siap untuk

memijah.

Ikan tagih milik kelompok 15 dan kelompok 64 yang memiliki nilai IKG

terbesar yakni 8.22% dengan tingkat kematangan gonad pada tahap bunting. Dan

pada kelompok 46 dan kelompok 47 yang memiliki nilai IKG terkecil yakni

sebesar 0.23%. Berdasarkan data tersebut, ikan tagih yang memiliki nilai indeks

kematangan gonad yang kecil merupakan ikan tagih yang belum siap memijah,

39

Page 45: lapak ikan betutu

40

hal ini dilihat pada tingkat kematangan gonadnya yang masih pada tahap dara.

Sedangkan, pada ikan tagih yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang

tinggi merupakan ikan tagih yang sudah siap memijah, hal ini dilihat pada tingkat

kematangan gonadnya yang menunjukan pada tahap bunting.

40

Page 46: lapak ikan betutu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ikan betutu merupakan ikan air tawar yang dapat hidup pada perairan

tenang seperti sungai, rawa, waduk dan danau. Ikan betutu memiliki ciri-ciri

berkepala depress, memiliki 2 sirip punggung, berwarna kuning kecoklatan

dengan bercak hitam diseluruh tubuhnya. Panjang tubuh ikan betutu yang kami

dapat yaitu 230 mm dengan panjang pada umumnya yaitu 10-40 cm dengan berat

yaitu sebesar 175 gram. Tipe pertumbuhan ikan betutu yaitu alometrik negative

artinya pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan

beratnya. Reproduksi pada ikan betutu adalah tipe partial spawner artinya ikan

betutu dapat memijah sepanjang tahun, TKG ikan betutu yang kami dapat yaitu

Dara dengan IKG 0,13% dengan nilai HSI sebesar 1,2% hal ini menujukan bahwa

ikan yang kai dapat belum siap memijah dengan ditandainya nilai IKG yang

sangat rendah bila dibandingkan dengan literature yang ada.

5.2 Saran

Praktikum selanjutnya dilakukan dengan lebih teliti dan lebih serius lagi

agar dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dapat membuat kurangnya

keberhasilan pada praktikum, juga fasilitas yang memadai agar keberhasilan pada

praktikum bisa lebih maksimal lagi.

41

Page 47: lapak ikan betutu

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2011. Untung Berlipat Budidaya Tawes sebagai Bahan Baku

Keripik. Lili Publisher. Yogyakarta.

Effendie Ichsan Moch, M.Sc, H, Dr, Prof, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan

Pustaka Nusantara: Yogyakarta.

Effendi, I. M. 1997.Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor.

Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.

Fujaya, Y., 1999. Fisiologi ikan.Rineka Cipta; Jakarta.

Gunawan., S. Diana., S. Astuty & Iskandar. 1999. Studi biologi ikan betutu

(Oxyeleotris marmorata) di perairan Waduk Cirata. Tesis Lembaga

Penelitian Universitas Padjadjaran. 20 hal. (Tidak dipublikasikan).

KKP. 2011. http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/products/price/12/Ikan-

Tawes-Puntius-Gonionotus/ (diunduh pada hari Kamis 16 April 2015)

Kottelat, M., J.A Whitten, N.S. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993.

Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Dalhousie

University. Canada.

Lagler, K.F. 1972 Freshwater Fishery Biologi. Second Edition. W. M.C. Brown

Company Publishers. Dubuque Iowa. 302 hal

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes.Translated by L. Birkett.Academic

Press.

Pralampita, A.P., Umi, C & Johanes, W. 2003. Panjang, Bobot dan Nisbah

Kelamin Cucut Lanjam dari Genus Carcharhinus dan Cucut Selendang,

Prionace glauca (Famili Carcharnidae) Yang Didaratkan dari Perairan

Samudra Hindia Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Jurnal Penelitian

Perikanan Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen

Kelautan dan Perikanan: (9) 3 : 33 – 47.

Razi, F. 2014. Teknik Budidaya Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata). Pusat

Penyuluhan Kelautan Dan Perikanan Badan Pengembangan Sdm Kp

Kementerian Kelautan Dan Perikanan

42

Page 48: lapak ikan betutu

43

Sumawidjadja, K et all. 2002. Pemijahan Ikan Betutu, Oxyeleotris marmarota

(BLKR.), DI KOLAM TANAH DAN BETON. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Tavarutmaneegul, P. and C. K. Lin. 1988. Breeding and rearing of sand goby

(Oxyeleotris marmorata Blkr.) fry. Aquaculture, 69:299-305.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in

fishes. Fishbyte. ICLARM. 4 (2): 8-10.

Weber, M & De Beaufort, 1913. The fishes of the Indo-Australian Archipelago.

E.J Brill Ltd. Leiden. I-XII.

Welcome, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Fisheries Technical Paper 262. 330 p.

Page 49: lapak ikan betutu

44

LAMPIRAN

Page 50: lapak ikan betutu

45

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

Ikan Betutu Pengukuran Ikan Betutu

Sisik Ctenoid Sisik Cycloid

Pembedahan Ikan Betutu Hati Ikan Betutu

Page 51: lapak ikan betutu