25. musliyadi - transfusi darah.docx
DESCRIPTION
transfusi darahTRANSCRIPT
MAKALAH
TRANSFUSI DARAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata kuliah Islam dan Persoalan Kontemporer
Dosen Pengampu : Dimyati, Dr.
Disusun Oleh :
MUSLIYADI
(1110016100025)
PENDIDIKAN BIOLOGI 5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H /2012 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr. wb
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Tak
lupa shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, pembawa risalah, tuntunan, dan suri
tauladan abadi. Penyusun mendapatkan motivasi dan berbagai bantuan moril maupun materil,
oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dimyati, Dr. selaku dosen mata kuliah Islam dan Persoalan Kontemporer.
2. Teman-teman Pend. Biologi 5A.
3. Semua pihak yang turut serta memberikan uluran tangan dan motivasi yang tidak
dapat penyusun sebutkan namanya satu per satu.
Semoga dengan adanya makalah “Transfusi Darah” ini dapat memberikan manfaat yang
banyak kepada para pembaca.
Wassalamualaikum wr,wb.
Jakarta, 31 Desember 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transfusi Darah dan Menjual Darah........................................................6
A. Pengertian Transfusi Darah........................................................................................6
B. Hubungan anatara Donor dan Resipien.....................................................................7
C. Menjual Darah...........................................................................................................8
2.2 Hukum Trasnfusi Darah.............................................................................................9
2.3 Hukum Jual Beli Darah..............................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syari’at islam adalah merupkan syari’at terakhir yang membawa petunjuk bagi umat
manusia. Dengan syari’at islam itu Allah swt telah memberikan beberapa keistimewaan,
antara lain; hal-hal yang bersifat umum, abadi dan meliputi segala bidang. Di dalamnya telah
diletakkan dasar-dasar hukum bagi manusia dalam memecahkan segala permasalahannya.
Masalah transfusi darah adalah masalah baru dalam hukum islam, karena tidak
ditemukan hukumnya dalam fiqih pada masa-masa pembentukan hukum islam. Al-Qur’an
dan Hadits pun sebagai hukum islam, tidak menyebutkan hukumnya, sehingga pantaslah hal
ini disebut sebagai masalah ijtihadi, karena untuk mengetahui hukumnya diperlukan metode-
metode istinbath atau melalui penalaran terhadap prinsip-prinsip umum agama islam.
Sebenarnya, transfusi (pemindahan) darah telah dilakukan oleh para ahli bidang
kedokteran sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya pada abad ke-18. Pada masa itu
pengetahuan tentang sirkulasi darah yang dirintis oleh William Harvey masih belum
memuaskan. Dalam kondisi sperti itu pada umumnya transfusi darah mengalami kegagalan
dan banyak mendatangkan kecelakaan bagi manusia. Namun para ahli tidak henti-hentinya
melakukan percobaan sampai pada suatu saat Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1990 telah
menemukan golongan-golongan darah dan transfusi darah tidak merupakan pekerjaan yang
berbahaya, tetapi sebaliknya banyak menolong jiwa manusia dari ancaman kematian
disebabkan kehilangan darah.
Dalam hal ini agama islam sangat menyambut baik perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran yang menyangkut pada permasalahan transfusi
(pemindahan) darah manusia. Dalam rangka penyelamatan jiwa manusia, sesuaidengan
firman Allah swt: “ .. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah memelihara kehidupan manusia semuanya… (Al-Maidah: 32).
Namun didalam prakteknya, banyak masalah yang dihadapi, bahkan menjadi bahan
polemic yang berkepanjangan. Ada orang yang setuju dan ada pula yang tidak setuju dalam
beberapa hal.1
1 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 111-112
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian transfusi darah dan menjual darah ?
2. Hukum trasnfusi darah ?
3. Hukum jual beli darah ?
1.3 Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah sebagai realisasi tugas akhir
perkuliahan bahasan materi tentang “Transfusi Darah” pada mata kuliah Islam dan
Persoalan Kontemporer. Sedangkan tujuannya adalah setelah mempelajari makalah ini
diharapkan mahasiswa dapat memahami Hukum Transfusi Darah.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini kami ambil dari berbagai sumber seperti buku-
buku mengenai pembahasan materi yang kami tulis, serta media elektronik, dan
sebagainya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Pengertian Transfusi Darah dan Menjual Darah
A. Pengertian Transfusi Darah
Menurut Masjfuk Zuhdi tranfusi darah adalah memindahkan darah dari
seseorang kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya.2 Sedangkan beberapa ahli
yang lain memberikan definisi sebagi berikut:
1) Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya sebagai berikut:
“Tranfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari tubuh orang yangh sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.3
2) Dr. Rustam Masri, transfusi darah adalah proses pekerjaan memindahkan darah
dari orang yang sehat kepada orang yang sakit, yang bertujuan untuk:
a. Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang yang sakit yang
darahnya berkurang karena suatu sebab, mislanya pendarahan, operasi,
kecelakaan dan sebab lainnya.
b. Menambah kemampuan darah dalam si sakit untuk menambah/membawa zat
asam atau O2.
3) Dr. Ahmad Sofian : Transfusi darah adalah pindah tuang darah, maksudnya adalah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong.
Dari berbagi macam pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
transfusi darah adalah suatu proses yang dilakukan untuk memindahkan darah dari tubuh
orang yang sehat ke dalam tubuh orang yang sakit atau membutuhkan, dengan tujuan
untuk mempertahankan hidup si sakit.4
2 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1994), hal. 493 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 894 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 112-113
6
B. Hubungan Antara Donor dan Resipien (penerima)
Adapun tentang hubungan antara donor dan resipien menimbulkan pertanyaan,
apakah di antara keduanya muncul hubungan darah atau saudara sepersusuan? Untuk
mengetahui jawabannya penulis mengutip dari karya M. Ali Hasan sebagai berikut:
Adapun hubungan antara donor dan resipien (penerima) setelah terjadi transfusi
darah, tidak membawa akibat hukum ada hubungan kemahraman (haram Kawin),
umpamanya dipandang sebagai saudara sepersusuan. Sebab, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kemahramannya, sudah ditentukan dan ditetapkan oleh agama Islam
sebagaimana yang disebutkan dalam Al- Qur’an, Allah Berfirman: 5
ôMtBÌh�ãm öNà6ø‹n=tã öNä3çG»yg¨Bé& öNä3è?$oYt/ur öNà6è?
ºuqyzr&ur öNä3çG»£Jtãur öNä3çG»n=»yzur ßN$oYt/ur ˈF{$# ßN$oYt/ur
ÏM÷zW{$# ãNà6çF»yg¨Bé&ur ûÓÉL»©9$# öNä3oY÷è|Êö‘r& Nà6è?
ºuqyzr&ur šÆÏiB Ïpyè»|ʧ�9$# àM»yg¨Bé&ur öNä3ͬ!$|¡ÎS ãNà6ç6Í
´¯»t/u‘ur ÓÉL»©9$# ’Îû Nà2Í‘qàfãm `ÏiB ãNä3ͬ!$|¡ÎpS ÓÉL»©9$#
OçFù=yzyŠ £`ÎgÎ/ bÎ*sù öN©9 (#qçRqä3s? OçFù=yzyŠ ÆÎgÎ/ Ÿxsù
yy$oYã_ öNà6ø‹n=tæ ã@Í´¯»n=ymur ãNà6ͬ!$oYö/r& tûïÉ‹©9$# ô`ÏB
öNà6Î7»n=ô¹r& br&ur (#qãèyJôfs? šú÷üt/ Èû÷ütG÷zW{$# žwÎ) $tB ô‰s%
y#n=y™ 3 žcÎ) ©!$# tb%x. #Y‘qàÿxî $V ŠJ Ïm§‘ ÇËÌÈ
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan,
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan,
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-
ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);
anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka
tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Shurah An-Nisa Ayat 23.)
Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
5 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal.113-114
7
1) Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan
ibunya atau saudara kandung/ sebapak seibu.
2) Mahram karena adanya hubungan perkawinan. Misalnya hubungan seseorang dengan
mertuanya, anak tiri dan istrinya yang telah dicampurinya.
3) Mahram karena adanya hubungan persusuan. Misalnya hubungan seseorang dengan
seorang wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sepersusuan.
Dengan demikian menrut hemat penulis maka jelaslah bahwa proses donor darah
tersebut tidak akan menimbulkan hubungan mahram antara donor dengan si penerima.
Karena yang menimbulkan hubungan maharam hanyalah tiga hal yang tersebut diatas
yang di dasarkan kepada Al-Qur’an Shurah An-Nisa Ayat 23.6
C. Menjual Darah
Pada hakekatnya usaha transfusi darah merupakan bagian penting dari tugas
pemerintah di bidang pelayanan kesehatan rakyat dan juga merupakan suatu bentuk
pertolongan sesama umat manusia. Di samping aspek pelayanan kesehatan rakyat, terkait
pula aspek-aspek sosial, organisasi, interdependensi nasional dan internasional yang luas,
baik dalam rangka kerjasama antara Pemerintah maupun antar perhimpunan-perhimpunan
Palang Merah Nasional.
Pamakaian darah sebagai salah satu obat yang belum ada gantinya akhir-akhir ini
semakin meningkat, sedangkan sumber darah itu masih tetap manusia sendiri, hal mana
menimbulkan kepincangan antara pengadaan darah dan kebutuhan darah yang dapat
menyebabkan timbulnya jual-beli darah yang tidak sesuai dengan falsafah bangsa dan
tidak sesuai pula dengan resolusi yang diambil oleh Kongres Internasional Palang Merah
yang ke XXII di Teheran pada tahun 1973 maupun World Health Assembly ke XXVIII
tahun 1974.
Dalam rangka mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari transfusi darah dan
untuk menjaga derajat kesehatan penyumbang maupun pemakai darah itu, maka
penyumbangan darah harus didasarkan pada kesukarelaan, tanpa mengharapkan
penggantian uang maupun benda.7
2.5 Hukum Transfusi Darah
6 Ibid., hal. 114-1157 Zuhdi, Masjfuk, 1987, Masailul Fiqhiyah, Jakarta: Haji Mas Agung
8
Di dalam hukum islam permaslahan donor darah adalah merupakan permasalahan
yang baru yang sebelumnya tidak terdapat kitab-kitab atau para fuqaha yang membahas
masalah ini. Maka dari itu penulis ingin mencoba membahas permaslahan ini dengan
mengutip dari karyanya Mahjuddin sebagai berikut :
Pada dasarnya, menurut beliau darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia adalah
najis menurut hukum Islam. Maka agama melarang mempergunakaknnya; baik secara
langsung maupun tidak. Dan keterangan tentang haramnya mempergunakan darah,
terdapat pada beberapa ayat yang dalil shahih, antara lain berbunyi :
ôMtBÌh�ãm ãNä3ø‹n=tæ èptGøŠyJø9$# ãP¤ !$ $#ur ãNøtm:ur Í�ƒÌ“Yσø:$# !
$tBur ¨@Ïdé& ÎŽö�tóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/.....
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah,.. (QS. Al-Maidah ayat 3)”
Jadi dari kutipan diatas penulis menyimpulkan donor darah adalah haram. Akan
tetapi walaupun pada asalnya mempergunakan darah itu dilarang dalam islam menurut
Mahjuddin hukumnya bisa berbalik menjadi boleh apabila dalam keadaan darurat,
misalnya korban kecelakaan yang kekurangan darah apabila tidak mendapatkan donor
darah maka akan berakibat pada kematian. Hal ini meurut beliau di dasarkan kepada
Qaidah Fiqhiyah yang berbunyi ” Perkara Hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat
(dalam menetapkan hukum islam), baik yang bersifat umum maupun khusus” dan “ Tidak
ada yang haram bila berhadapan dengan keadaan darurat, dan tiada makruh bila
berhadapan dengan hajat (kebutuhan).8
Agama islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan
darahnya untuk tujuan kemanusiaan dan bukan komersial. Darah itu dapat disumbangkan
secara langsung kepada yang memerlukannya, seperti untuk keluarga sendiri, atau
diserahkan kepada Palang Merah Indonesia atau Bank Darah untuk disimpan dan
sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menolong orang yang memerlukan, apakah
seagama atau tidak. Para resipien seharusnya tidak usah mempertanyakan tentang donor,
apakah seaagma dengan dia atau tidak. Demikian pula sebalinya bagi si pendonor.9
8 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 93-949 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah, op.cit., hal. 116
9
Apabila hal ini dipersoalkan, maka akan mengalami kesukaran bagi pengelola
(Palang Merah), karena penggunaan darah itu harus memperhatikan juga golongan darah
yang menerimanya.
Adapun dalil syar’i yang biasa menjadi pegangan untuk membolehkan transfusi
darah tanpa mengenal batas agama dan lain sebagainya, berdasarkan kaidah hukum Fiqh
Islam yang berbunyi:
تحريمها على الّدXليل يّدل Xحتى االباحة الشياء فى المل
“Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada
dalil yang mengaramkannya”
Jadi, boleh saja mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang non-muslim
(katolik, hindu, dan sebagainya), dan sebaliknya demi menolong dan memuliakan atau
menghormati harkat dan martabat manusia (human dignity).
Namun untuk memperoleh maslahah dan menghindari mafsadah (bahaya/resiko),
baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah, sudah tentu transfusi
darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan
kedua-duanya, terutama kesehatan donor darah harus benar0benar bebas dari penyakit
menular yang dideritanya, seperti AIDS.
Jelaslah, bahwa persyaratan dibolehkannya transfusi darah itu berkaitan dengan
masalah medis, bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi, karena
adanya kaidah-kaidah hukum Islam sebagai berikut:
1) ال , الضريور artinya Bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya
kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.
2) باضرر ,الضXراليزل artinya Bahaya itu itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya
lain (yang lebih besar bahayanya). Misalnya seorang yang memerlukan transfusi
darah karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh menerima darah
orang yang menderita AIDS , sebab bisa mendatangkan bahaya yang lebih fatal.
3) artinya Tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan , الضرروالضjرار
tidak boleh membuat mudarat kepada orang lain. Misalnya sseorang pria yang
impoten atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.10
10 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 116-117
10
2.6 Hukum Jual Beli Darah
Sebagaimana telah disinggung diatas, bahwa sumber darah amat terbatas,
sedangkan yang memerlukannya sangat banyak, apalagi sering terjadi kecelakaan, ada
yang tidak tertolong karena kehabisan persediaan darah.
Dalam keadaan yang seperti ini,mungkin ada orang yang mempergunakan
kesempatan untuk mencari keuntungan, yaitu memperjualbelikan darah. Bila diberi
peluang dan tidak ketat diawasi, maka timbul kekhawatiran, bahwa ada di antara anggota
masyarakat yang menjual darahnya karena didesak oleh keperluan hidup. Akhirnya bisa
membahayakan para donor tersebut, karena tidak diperiksa lebih dahulu, atau darah yang
diperjualbelikan itu milik dari donor yang mempunyai penyakit yang berbahaya.
Jika kita lihat secara kasat mata maka jual beli darah adalah sesuatu yang tidak
etis. Namun jika ditinjau dari segu hukum seperti yang diungkapkan oleh M. Ali Hasan.
Diantara Para ulama da yang memperbolehjkan jual beli darah, sebagaimana halnya jual
beli barang najis yang ada manfaatnya seperti kotoran hewan sapi. Dalam hal ini metode
yang digunakan adalah menganalogikan (qiyas) antara darah dengan kotoran hewan yang
pada dasarnya boleh diperjuabeliakn karena manfaatnya yang sangat besar. Pendapat ini
dianut oleh Mazhab Hanafi dan Zhahiri.11
Dalam hal ini penulis juga cenderung setuju dengan pendapat M. Ali Hasan
tersebut, jual beli darah hukumnya adalah boleh dengan asal dalam prakteknya tidak
boleh terlalu memberatkan si pasien atau orang yang membutuhkannya, misalnya dengan
memasnag harga yang tinggi terhadap konsumen. Namun, ada satu hal yang harus kita
perhatikan bersama, bahwa sebagaimana yang etlah diungkapkan oleh Mahjuddin
menjual darah hanya boleh khusus untuk kebutuhan transfusi saja tidak diperkenankan
dijual untuk dimakan atau kebutuhan yang lainnya.12
11 Ibid., hal. 117-11812 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 96
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat simpulkan bahwa :
1. Transfusi darah adalah suatu proses yang dilakukan untuk memindahkan darah dari
tubuh orang yang sehat ke dalam tubuh orang yang sakit atau membutuhkan, dengan
tujuan untuk mempertahankan hidup si sakit.
2. Hubungan antara donor dan resipien (penerima) setelah terjadi transfusi darah, tidak
membawa akibat hukum ada hubungan kemahraman (haram Kawin), umpamanya
dipandang sebagai saudara sepersusuan.
3. Dalam rangka mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari transfusi darah dan
untuk menjaga derajat kesehatan penyumbang maupun pemakai darah itu, maka
penyumbangan darah harus didasarkan pada kesukarelaan, tanpa mengharapkan
penggantian uang maupun benda.
4. Agama islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan
darahnya untuk tujuan kemanusiaan dan bukan komersial. Jadi hukum transfusi darah
itu diperboelehkan.
5. Jual beli darah hukumnya adalah boleh dengan asal dalam prakteknya tidak boleh
terlalu memberatkan si pasien atau orang yang membutuhkannya, misalnya dengan
memasnag harga yang tinggi terhadap konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qaradhawi, Yusuf, 2008, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid II, Jakarta: Gema Insani
Hasan, Ali, 2000, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mahjuddi, 2005, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, Jakarta: Kalam Mulia
Zuhdi, Masjfuk, 1994, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Zuhdi, Masjfuk, 1987, Masailul Fiqhiyah, Jakarta: Haji Mas Agung
Syamsuddin, Pardi, 1997, Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet. kedua, Penerbit: PT. Pustaka Firdaus, Jakarta
12