25. musliyadi - transfusi darah.docx

18
MAKALAH TRANSFUSI DARAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata kuliah Islam dan Persoalan Kontemporer Dosen Pengampu : Dimyati, Dr. Disusun Oleh : MUSLIYADI (1110016100025) PENDIDIKAN BIOLOGI 5A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: musliy-adi

Post on 30-Dec-2014

57 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

transfusi darah

TRANSCRIPT

Page 1: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

MAKALAH

TRANSFUSI DARAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata kuliah Islam dan Persoalan Kontemporer

Dosen Pengampu : Dimyati, Dr.

Disusun Oleh :

MUSLIYADI

(1110016100025)

PENDIDIKAN BIOLOGI 5A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433H /2012 M

Page 2: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, kami dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Tak

lupa shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, pembawa risalah, tuntunan, dan suri

tauladan abadi. Penyusun mendapatkan motivasi dan berbagai bantuan moril maupun materil,

oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dimyati, Dr. selaku dosen mata kuliah Islam dan Persoalan Kontemporer.

2. Teman-teman Pend. Biologi 5A.

3. Semua pihak yang turut serta memberikan uluran tangan dan motivasi yang tidak

dapat penyusun sebutkan namanya satu per satu.

Semoga dengan adanya makalah “Transfusi Darah” ini dapat memberikan manfaat yang

banyak kepada para pembaca.

Wassalamualaikum wr,wb.

Jakarta, 31 Desember 2012

Penyusun

2

Page 3: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................................5

1.4 Sistematika Penulisan................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transfusi Darah dan Menjual Darah........................................................6

A. Pengertian Transfusi Darah........................................................................................6

B. Hubungan anatara Donor dan Resipien.....................................................................7

C. Menjual Darah...........................................................................................................8

2.2 Hukum Trasnfusi Darah.............................................................................................9

2.3 Hukum Jual Beli Darah..............................................................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12

3

Page 4: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Syari’at islam adalah merupkan syari’at terakhir yang membawa petunjuk bagi umat

manusia. Dengan syari’at islam itu Allah swt telah memberikan beberapa keistimewaan,

antara lain; hal-hal yang bersifat umum, abadi dan meliputi segala bidang. Di dalamnya telah

diletakkan dasar-dasar hukum bagi manusia dalam memecahkan segala permasalahannya.

Masalah transfusi darah adalah masalah baru dalam hukum islam, karena tidak

ditemukan hukumnya dalam fiqih pada masa-masa pembentukan hukum islam. Al-Qur’an

dan Hadits pun sebagai hukum islam, tidak menyebutkan hukumnya, sehingga pantaslah hal

ini disebut sebagai masalah ijtihadi, karena untuk mengetahui hukumnya diperlukan metode-

metode istinbath atau melalui penalaran terhadap prinsip-prinsip umum agama islam.

Sebenarnya, transfusi (pemindahan) darah telah dilakukan oleh para ahli bidang

kedokteran sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya pada abad ke-18. Pada masa itu

pengetahuan tentang sirkulasi darah yang dirintis oleh William Harvey masih belum

memuaskan. Dalam kondisi sperti itu pada umumnya transfusi darah mengalami kegagalan

dan banyak mendatangkan kecelakaan bagi manusia. Namun para ahli tidak henti-hentinya

melakukan percobaan sampai pada suatu saat Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1990 telah

menemukan golongan-golongan darah dan transfusi darah tidak merupakan pekerjaan yang

berbahaya, tetapi sebaliknya banyak menolong jiwa manusia dari ancaman kematian

disebabkan kehilangan darah.

Dalam hal ini agama islam sangat menyambut baik perkembangan ilmu pengetahuan,

khususnya di bidang kedokteran yang menyangkut pada permasalahan transfusi

(pemindahan) darah manusia. Dalam rangka penyelamatan jiwa manusia, sesuaidengan

firman Allah swt: “ .. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka

seolah-olah memelihara kehidupan manusia semuanya… (Al-Maidah: 32).

Namun didalam prakteknya, banyak masalah yang dihadapi, bahkan menjadi bahan

polemic yang berkepanjangan. Ada orang yang setuju dan ada pula yang tidak setuju dalam

beberapa hal.1

1 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 111-112

4

Page 5: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian transfusi darah dan menjual darah ?

2. Hukum trasnfusi darah ?

3. Hukum jual beli darah ?

1.3 Tujuan

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah sebagai realisasi tugas akhir

perkuliahan bahasan materi tentang “Transfusi Darah” pada mata kuliah Islam dan

Persoalan Kontemporer. Sedangkan tujuannya adalah setelah mempelajari makalah ini

diharapkan mahasiswa dapat memahami Hukum Transfusi Darah.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini kami ambil dari berbagai sumber seperti buku-

buku mengenai pembahasan materi yang kami tulis, serta media elektronik, dan

sebagainya.

5

Page 6: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.4 Pengertian Transfusi Darah dan Menjual Darah

A. Pengertian Transfusi Darah

Menurut Masjfuk Zuhdi tranfusi darah adalah memindahkan darah dari

seseorang kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya.2 Sedangkan beberapa ahli

yang lain memberikan definisi sebagi berikut:

1) Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya sebagai berikut:

“Tranfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara

memindahkannya dari tubuh orang yangh sehat kepada orang yang

membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.3

2) Dr. Rustam Masri, transfusi darah adalah proses pekerjaan memindahkan darah

dari orang yang sehat kepada orang yang sakit, yang bertujuan untuk:

a. Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang yang sakit yang

darahnya berkurang karena suatu sebab, mislanya pendarahan, operasi,

kecelakaan dan sebab lainnya.

b. Menambah kemampuan darah dalam si sakit untuk menambah/membawa zat

asam atau O2.

3) Dr. Ahmad Sofian : Transfusi darah adalah pindah tuang darah, maksudnya adalah

memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan

ditolong.

Dari berbagi macam pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

transfusi darah adalah suatu proses yang dilakukan untuk memindahkan darah dari tubuh

orang yang sehat ke dalam tubuh orang yang sakit atau membutuhkan, dengan tujuan

untuk mempertahankan hidup si sakit.4

2 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1994), hal. 493 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 894 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 112-113

6

Page 7: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

B. Hubungan Antara Donor dan Resipien (penerima)

Adapun tentang hubungan antara donor dan resipien menimbulkan pertanyaan,

apakah di antara keduanya muncul hubungan darah atau saudara sepersusuan? Untuk

mengetahui jawabannya penulis mengutip dari karya M. Ali Hasan sebagai berikut:

Adapun hubungan antara donor dan resipien (penerima) setelah terjadi transfusi

darah, tidak membawa akibat hukum ada hubungan kemahraman (haram Kawin),

umpamanya dipandang sebagai saudara sepersusuan. Sebab, faktor-faktor yang dapat

menyebabkan kemahramannya, sudah ditentukan dan ditetapkan oleh agama Islam

sebagaimana yang disebutkan dalam Al- Qur’an, Allah Berfirman: 5

ôMtBÌh�ãm öNà6ø‹n=tã öNä3çG»yg¨Bé& öNä3è?$oYt/ur öNà6è?

ºuqyzr&ur öNä3çG»£Jtãur öNä3çG»n=»yzur ßN$oYt/ur ˈF{$# ßN$oYt/ur

ÏM÷zW{$# ãNà6çF»yg¨Bé&ur ûÓÉL»©9$# öNä3oY÷è|Êö‘r& Nà6è?

ºuqyzr&ur šÆÏiB Ïpyè»|ʧ�9$# àM»yg¨Bé&ur öNä3ͬ!$|¡ÎS ãNà6ç6Í

´¯»t/u‘ur ÓÉL»©9$# ’Îû Nà2Í‘qàfãm `ÏiB ãNä3ͬ!$|¡ÎpS ÓÉL»©9$#

OçFù=yzyŠ £`ÎgÎ/ bÎ*sù öN©9 (#qçRqä3s? OçFù=yzyŠ ÆÎgÎ/ Ÿxsù

yy$oYã_ öNà6ø‹n=tæ ã@Í´¯»n=ymur ãNà6ͬ!$oYö/r& tûïÉ‹©9$# ô`ÏB

öNà6Î7»n=ô¹r& br&ur (#qãèyJôfs? šú÷üt/ Èû÷ütG÷zW{$# žwÎ) $tB ô‰s%

y#n=y™ 3 žcÎ) ©!$# tb%x. #Y‘qàÿxî $V ŠJ Ïm§‘ ÇËÌÈ

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan,

saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan,

saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu

yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-

ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);

anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,

tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka

tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak

kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang

bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Shurah An-Nisa Ayat 23.)

Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

5 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal.113-114

7

Page 8: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

1) Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan

ibunya atau saudara kandung/ sebapak seibu.

2) Mahram karena adanya hubungan perkawinan. Misalnya hubungan seseorang dengan

mertuanya, anak tiri dan istrinya yang telah dicampurinya.

3) Mahram karena adanya hubungan persusuan. Misalnya hubungan seseorang dengan

seorang wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sepersusuan.

Dengan demikian menrut hemat penulis maka jelaslah bahwa proses donor darah

tersebut tidak akan menimbulkan hubungan mahram antara donor dengan si penerima.

Karena yang menimbulkan hubungan maharam hanyalah tiga hal yang tersebut diatas

yang di dasarkan kepada Al-Qur’an Shurah An-Nisa Ayat 23.6

C. Menjual Darah

Pada hakekatnya usaha transfusi darah merupakan bagian penting dari tugas

pemerintah di bidang pelayanan kesehatan rakyat dan juga merupakan suatu bentuk

pertolongan sesama umat manusia. Di samping aspek pelayanan kesehatan rakyat, terkait

pula aspek-aspek sosial, organisasi, interdependensi nasional dan internasional yang luas,

baik dalam rangka kerjasama antara Pemerintah maupun antar perhimpunan-perhimpunan

Palang Merah Nasional.

Pamakaian darah sebagai salah satu obat yang belum ada gantinya akhir-akhir ini

semakin meningkat, sedangkan sumber darah itu masih tetap manusia sendiri, hal mana

menimbulkan kepincangan antara pengadaan darah dan kebutuhan darah yang dapat

menyebabkan timbulnya jual-beli darah yang tidak sesuai dengan falsafah bangsa dan

tidak sesuai pula dengan resolusi yang diambil oleh Kongres Internasional Palang Merah

yang ke XXII di Teheran pada tahun 1973 maupun World Health Assembly ke XXVIII

tahun 1974.

Dalam rangka mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari transfusi darah dan

untuk menjaga derajat kesehatan penyumbang maupun pemakai darah itu, maka

penyumbangan darah harus didasarkan pada kesukarelaan, tanpa mengharapkan

penggantian uang maupun benda.7

2.5 Hukum Transfusi Darah

6 Ibid., hal. 114-1157 Zuhdi, Masjfuk, 1987, Masailul Fiqhiyah, Jakarta: Haji Mas Agung

8

Page 9: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

Di dalam hukum islam permaslahan donor darah adalah merupakan permasalahan

yang baru yang sebelumnya tidak terdapat kitab-kitab atau para fuqaha yang membahas

masalah ini. Maka dari itu penulis ingin mencoba membahas permaslahan ini dengan

mengutip dari karyanya Mahjuddin sebagai berikut :

Pada dasarnya, menurut beliau darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia adalah

najis menurut hukum Islam. Maka agama melarang mempergunakaknnya; baik secara

langsung maupun tidak. Dan keterangan tentang haramnya mempergunakan darah,

terdapat pada beberapa ayat yang dalil shahih, antara lain berbunyi :

ôMtBÌh�ãm ãNä3ø‹n=tæ èptGøŠyJø9$# ãP¤ !$ $#ur ãNøtm:ur Í�ƒÌ“Yσø:$# !

$tBur ¨@Ïdé& ÎŽö�tóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/.....

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan)

yang disembelih atas nama selain Allah,.. (QS. Al-Maidah ayat 3)”

Jadi dari kutipan diatas penulis menyimpulkan donor darah adalah haram. Akan

tetapi walaupun pada asalnya mempergunakan darah itu dilarang dalam islam menurut

Mahjuddin hukumnya bisa berbalik menjadi boleh apabila dalam keadaan darurat,

misalnya korban kecelakaan yang kekurangan darah apabila tidak mendapatkan donor

darah maka akan berakibat pada kematian. Hal ini meurut beliau di dasarkan kepada

Qaidah Fiqhiyah yang berbunyi ” Perkara Hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat

(dalam menetapkan hukum islam), baik yang bersifat umum maupun khusus” dan “ Tidak

ada yang haram bila berhadapan dengan keadaan darurat, dan tiada makruh bila

berhadapan dengan hajat (kebutuhan).8

Agama islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan

darahnya untuk tujuan kemanusiaan dan bukan komersial. Darah itu dapat disumbangkan

secara langsung kepada yang memerlukannya, seperti untuk keluarga sendiri, atau

diserahkan kepada Palang Merah Indonesia atau Bank Darah untuk disimpan dan

sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menolong orang yang memerlukan, apakah

seagama atau tidak. Para resipien seharusnya tidak usah mempertanyakan tentang donor,

apakah seaagma dengan dia atau tidak. Demikian pula sebalinya bagi si pendonor.9

8 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 93-949 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah, op.cit., hal. 116

9

Page 10: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

Apabila hal ini dipersoalkan, maka akan mengalami kesukaran bagi pengelola

(Palang Merah), karena penggunaan darah itu harus memperhatikan juga golongan darah

yang menerimanya.

Adapun dalil syar’i yang biasa menjadi pegangan untuk membolehkan transfusi

darah tanpa mengenal batas agama dan lain sebagainya, berdasarkan kaidah hukum Fiqh

Islam yang berbunyi:

تحريمها على الّدXليل يّدل Xحتى االباحة الشياء فى المل

“Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada

dalil yang mengaramkannya”

Jadi, boleh saja mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang non-muslim

(katolik, hindu, dan sebagainya), dan sebaliknya demi menolong dan memuliakan atau

menghormati harkat dan martabat manusia (human dignity).

Namun untuk memperoleh maslahah dan menghindari mafsadah (bahaya/resiko),

baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah, sudah tentu transfusi

darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan

kedua-duanya, terutama kesehatan donor darah harus benar0benar bebas dari penyakit

menular yang dideritanya, seperti AIDS.

Jelaslah, bahwa persyaratan dibolehkannya transfusi darah itu berkaitan dengan

masalah medis, bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi, karena

adanya kaidah-kaidah hukum Islam sebagai berikut:

1) ال , الضريور artinya Bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya

kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.

2) باضرر ,الضXراليزل artinya Bahaya itu itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya

lain (yang lebih besar bahayanya). Misalnya seorang yang memerlukan transfusi

darah karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh menerima darah

orang yang menderita AIDS , sebab bisa mendatangkan bahaya yang lebih fatal.

3) artinya Tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan , الضرروالضjرار

tidak boleh membuat mudarat kepada orang lain. Misalnya sseorang pria yang

impoten atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.10

10 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 116-117

10

Page 11: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

2.6 Hukum Jual Beli Darah

Sebagaimana telah disinggung diatas, bahwa sumber darah amat terbatas,

sedangkan yang memerlukannya sangat banyak, apalagi sering terjadi kecelakaan, ada

yang tidak tertolong karena kehabisan persediaan darah.

Dalam keadaan yang seperti ini,mungkin ada orang yang mempergunakan

kesempatan untuk mencari keuntungan, yaitu memperjualbelikan darah. Bila diberi

peluang dan tidak ketat diawasi, maka timbul kekhawatiran, bahwa ada di antara anggota

masyarakat yang menjual darahnya karena didesak oleh keperluan hidup. Akhirnya bisa

membahayakan para donor tersebut, karena tidak diperiksa lebih dahulu, atau darah yang

diperjualbelikan itu milik dari donor yang mempunyai penyakit yang berbahaya.

Jika kita lihat secara kasat mata maka jual beli darah adalah sesuatu yang tidak

etis. Namun jika ditinjau dari segu hukum seperti yang diungkapkan oleh M. Ali Hasan.

Diantara Para ulama da yang memperbolehjkan jual beli darah, sebagaimana halnya jual

beli barang najis yang ada manfaatnya seperti kotoran hewan sapi. Dalam hal ini metode

yang digunakan adalah menganalogikan (qiyas) antara darah dengan kotoran hewan yang

pada dasarnya boleh diperjuabeliakn karena manfaatnya yang sangat besar. Pendapat ini

dianut oleh Mazhab Hanafi dan Zhahiri.11

Dalam hal ini penulis juga cenderung setuju dengan pendapat M. Ali Hasan

tersebut, jual beli darah hukumnya adalah boleh dengan asal dalam prakteknya tidak

boleh terlalu memberatkan si pasien atau orang yang membutuhkannya, misalnya dengan

memasnag harga yang tinggi terhadap konsumen. Namun, ada satu hal yang harus kita

perhatikan bersama, bahwa sebagaimana yang etlah diungkapkan oleh Mahjuddin

menjual darah hanya boleh khusus untuk kebutuhan transfusi saja tidak diperkenankan

dijual untuk dimakan atau kebutuhan yang lainnya.12

11 Ibid., hal. 117-11812 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 96

11

Page 12: 25. Musliyadi - Transfusi Darah.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat simpulkan bahwa :

1. Transfusi darah adalah suatu proses yang dilakukan untuk memindahkan darah dari

tubuh orang yang sehat ke dalam tubuh orang yang sakit atau membutuhkan, dengan

tujuan untuk mempertahankan hidup si sakit.

2. Hubungan antara donor dan resipien (penerima) setelah terjadi transfusi darah, tidak

membawa akibat hukum ada hubungan kemahraman (haram Kawin), umpamanya

dipandang sebagai saudara sepersusuan.

3. Dalam rangka mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari transfusi darah dan

untuk menjaga derajat kesehatan penyumbang maupun pemakai darah itu, maka

penyumbangan darah harus didasarkan pada kesukarelaan, tanpa mengharapkan

penggantian uang maupun benda.

4. Agama islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan

darahnya untuk tujuan kemanusiaan dan bukan komersial. Jadi hukum transfusi darah

itu diperboelehkan.

5. Jual beli darah hukumnya adalah boleh dengan asal dalam prakteknya tidak boleh

terlalu memberatkan si pasien atau orang yang membutuhkannya, misalnya dengan

memasnag harga yang tinggi terhadap konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

AL-Qaradhawi, Yusuf, 2008, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid II, Jakarta: Gema Insani

Hasan, Ali, 2000, Masail Fiqhiyah Al-haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Dalam Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mahjuddi, 2005, Masailul Fiqhiyah: berbagain kasus yang dihadapi hukum islam masa kini, Jakarta: Kalam Mulia

Zuhdi, Masjfuk, 1994, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung

Zuhdi, Masjfuk, 1987, Masailul Fiqhiyah, Jakarta: Haji Mas Agung

Syamsuddin, Pardi, 1997, Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet. kedua, Penerbit: PT. Pustaka Firdaus, Jakarta

12