223 prosiding forum inovasi teknologi akuakultur 2016...

13
223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK Burhanuddin, Erfan Andi Hendrajat, dan Hidayat Suryanto Suwoyo Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui dampak penggunaan plastik pada tanah dasar tambak idle terhadap kualitas air, pertumbuhan, sintasan udang vanamei yang dipelihara dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan Marana, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros pada tahun 2015. Media budidaya adalah dua petak tambak idle berukuran masing-masing 2.000 m 2 . Sebagai perlakuan adalah tambak dilapisi plastik mulsa pada pematang, slop dan dasar tambak (perlakuan A) dan tambak hanya dilapisi plastik mulsa pada pematang dan slop (perlakuan B). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan, sintasan, FCR, kualitas air dan bakteri. Kegiatan pemeliharaan dengan pemberian pakan tiga kali sehari dan pengamatan pertumbuhan serta kualitas air dilakukan setiap 15 hari sekali. Hasil yang didapat adalah pertumbuhan udang vaname setelah dipelihara selama 70 hari masing- masing adalah 13,88 g/ekor (perlakuan A) dan 12,65 g/ekor (perlakuan B) dengan laju pertumbuhan harian 0,2 dan 0,18%. Sedangkan sintasan, produksi dan FCR adalah 85,85%, 1,192,4 kg dan 1,19 (perlakuanA) dan 84,92%, 1.075 kg, 1,30 (perlakuan B). Penggunaan plastik mulsa dapat meningkatkan produksi udang vaname dan penggunaan kaporit pada tandon dapat menghambat peningkatan popolasi patogen yang merupakan pemicu munculnya penyakit virus terutama WSSP. KATA KUNCI: udang vaname, wadah, semi-intensif, mulsa PENDAHULUAN Keberhasilan usaha budidaya udang di tambak ditentukan oleh faktor di antaranya kualitas air sumber, kualitas tanah, kualitas benur, input teknologi, managemen budidaya dan aspek sosial serta ekonomi lainnya. Input teknologi dan penggunaan agro-input yang tidak terkendali dan melebihi daya dukung lingkungan pada budidaya udang intensif akan berdampak terhadap lingkungan tambak dan lingkungan perairan sebagai pemasok air pada budi daya udang, sehingga terjadi penurunan mutu lingkungan tambak utamanya mutu air sumber. Hal ini berarti sistem tandon sangat diperlukan untuk mengelola air sebelum masuk petak tambak pemeliharaan. Pengelolaan air dapat menghambat perkembangbiakan bakteri. Pada budi daya udang windu semi-intensif dan intensif, input pakan yang diberikan pada udang tidak semuanya habis. Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat menyebabkan penurunan beberapa parameter kualitas air sehingga tidak layak lagi untuk kehidupan udang, misalnya kelebihan nutrien yang bisa menyebabkan eutrofikasi, ataupun kelebihan bahan organik bisa menyebabkan mewabahnya penyakit baik yang ditimbulkan oleh bakteri seperti Vibrio harvey, maupun oleh virus WSSV (Atmomarsono, 2003). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kegagalan panen pada budidaya udang windu di tambak akibat dari serangan penyakit diantaranya menggunakan bibit yang telah ditokolkan. Penggunaan tokolan akan mempercepat laju pertumbuhan yang pesat setelah dipindahkan di tambak (Mangampa et al., 2001), sedangkan Burhanuddin, 2008 mengatakan Laju pertumbuhan udang yang telah digelondongkan selama 45 hari lebih cepat dibanding dengan laju pertumbuhan udang yang tidak ditokolkan. Penggunaan tandon dan biofilter kekerangan serta biofilter mangrove, namun teknologi tersebut masih perlu pengkajian yang lebih detail untuk mendapatkan hasil yang optimun dalam mengatasi kegagalan panen udang windu. Akibat kegagalan panen udang windu yang dialami oleh sebagian besar petambak di daerah penghasil udang memberikan peluang udang vanname sebagai komoditas alternatif budidaya udang di tambak.

Upload: dangdien

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)SEMI INTENSIF DI TAMBAK

Burhanuddin, Erfan Andi Hendrajat, dan Hidayat Suryanto SuwoyoBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui dampak penggunaan plastik pada tanah dasar tambak idleterhadap kualitas air, pertumbuhan, sintasan udang vanamei yang dipelihara dengan tujuan untukmeningkatkan produktivitas. Penelitian dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan Marana, Balai Penelitiandan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros pada tahun 2015. Media budidaya adalah dua petak tambakidle berukuran masing-masing 2.000 m2. Sebagai perlakuan adalah tambak dilapisi plastik mulsa padapematang, slop dan dasar tambak (perlakuan A) dan tambak hanya dilapisi plastik mulsa pada pematangdan slop (perlakuan B). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan, sintasan, FCR, kualitas air dan bakteri.Kegiatan pemeliharaan dengan pemberian pakan tiga kali sehari dan pengamatan pertumbuhan sertakualitas air dilakukan setiap 15 hari sekali. Hasil yang didapat adalah pertumbuhan udang vaname setelahdipelihara selama 70 hari masing- masing adalah 13,88 g/ekor (perlakuan A) dan 12,65 g/ekor (perlakuan B)dengan laju pertumbuhan harian 0,2 dan 0,18%. Sedangkan sintasan, produksi dan FCR adalah 85,85%,1,192,4 kg dan 1,19 (perlakuanA) dan 84,92%, 1.075 kg, 1,30 (perlakuan B). Penggunaan plastik mulsadapat meningkatkan produksi udang vaname dan penggunaan kaporit pada tandon dapat menghambatpeningkatan popolasi patogen yang merupakan pemicu munculnya penyakit virus terutama WSSP.

KATA KUNCI: udang vaname, wadah, semi-intensif, mulsa

PENDAHULUAN

Keberhasilan usaha budidaya udang di tambak ditentukan oleh faktor di antaranya kualitas airsumber, kualitas tanah, kualitas benur, input teknologi, managemen budidaya dan aspek sosial sertaekonomi lainnya. Input teknologi dan penggunaan agro-input yang tidak terkendali dan melebihidaya dukung lingkungan pada budidaya udang intensif akan berdampak terhadap lingkungan tambakdan lingkungan perairan sebagai pemasok air pada budi daya udang, sehingga terjadi penurunanmutu lingkungan tambak utamanya mutu air sumber. Hal ini berarti sistem tandon sangat diperlukanuntuk mengelola air sebelum masuk petak tambak pemeliharaan. Pengelolaan air dapat menghambatperkembangbiakan bakteri. Pada budi daya udang windu semi-intensif dan intensif, input pakanyang diberikan pada udang tidak semuanya habis. Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapatmenyebabkan penurunan beberapa parameter kualitas air sehingga tidak layak lagi untuk kehidupanudang, misalnya kelebihan nutrien yang bisa menyebabkan eutrofikasi, ataupun kelebihan bahanorganik bisa menyebabkan mewabahnya penyakit baik yang ditimbulkan oleh bakteri seperti Vibrioharvey, maupun oleh virus WSSV (Atmomarsono, 2003).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kegagalan panen pada budidaya udang windudi tambak akibat dari serangan penyakit diantaranya menggunakan bibit yang telah ditokolkan.Penggunaan tokolan akan mempercepat laju pertumbuhan yang pesat setelah dipindahkan di tambak(Mangampa et al., 2001), sedangkan Burhanuddin, 2008 mengatakan Laju pertumbuhan udang yangtelah digelondongkan selama 45 hari lebih cepat dibanding dengan laju pertumbuhan udang yangtidak ditokolkan. Penggunaan tandon dan biofilter kekerangan serta biofilter mangrove, namunteknologi tersebut masih perlu pengkajian yang lebih detail untuk mendapatkan hasil yang optimundalam mengatasi kegagalan panen udang windu. Akibat kegagalan panen udang windu yang dialamioleh sebagian besar petambak di daerah penghasil udang memberikan peluang udang vannamesebagai komoditas alternatif budidaya udang di tambak.

Page 2: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

224Desain wadah budidaya udang vaname ..... (Burhanuddin)

Budidaya udang vaname pada awalnya berkembang pesat dan menempati semua ruang teknologimulai dari intensif sampai dengan tradisional plus. Lahan yang digunakan adalah lahan tambakkategori sangat sesuai, cukup sesuai sampai dengan lahan tambak kategori sesuai bersyarat. Sebagaicontoh sistim resirkulasi budidaya udang vaname intensif yang berkembang di kabupaten Subang,Jawa Barat yang memanfaatkan tambak idle yang kurang produktif dan tergolong dalam klasifikasikelayakan “sesuai bersyarat “dengan wadah plastik-mulsa, yang berjarak kurang lebih 7 km dari laut,namun kegagalan masih terjadi. Alternatif yang memungkinkan untuk dilakukan pada tambak idleadalah dengan pelapisan tanah dasar tambak, tetapi perlu ditunjang oleh pengelolaan air dengansistem semi-tertutup sehingga air limbah dapat diolah terlebih dahulu menjadi air baku tanpaterkontaminasi dengan air limbah diluar areal tambak. Karena itu dicoba budidaya udang vanamesemi-intensif dengan memanfaatkan plastik mulsa untuk mengurangi dampak tanah masam yangdipadukan dengan pengelolaan air di tandon sebelum masuk di tambak pemeliharaan dengan harapandapat memperbesar tingkat keberhasilan.

Salah satu strategi pembangunan kelautan dan perikanan yang dimulai tahun 2012 adalahindustrialisasi kelautan dan perikanan. Industrialisasi kelautan dan perikanan adalah integrasi sistemproduksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing,dan nilai tambah sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Tujuan industrialisasikelautan dan perikanan adalah terwujudnya percepatan pendapatan pembudidaya, nelayan, pengolah,pemasar dan petambak. Sasaran yang akan dicapai melalui industrialisasi kelautan dan perikananadalah meningkatnya skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing dan nilai tambahsumberdaya kelautan dan perikanan. Salah satu komoditas unggulan untuk Industrialisasi adalahudang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vanamedengan menggunakan plastik mulsa pada pematang dan dasar tambak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Marana, Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya Air Payau, Maros (ITP-BPPBAP) pada bulan Juni–Agustus 2015 menggunakan dua petaktambak berukuran masing–masing 2.000 m2/petak. Satu petak tambak dilapisi plastik mulsa padadasar dan pematang tambak (perlakuanA) dan 1 petak dilapisi plastik mulsa pada pematang dan slop(perlakuan B). Persiapan tambak dilakukan dengan perbaikan pematang, perataan tanah dasar yangdilanjutkan dengan pemasangan plastik mulsa pada dasar dan pematang tambak (perlakuan A).Sedangkan petak lainnya dipasang plastik mulsa hanya pada pematang dan slop dan dilakukanpengapuran pada tanah dasar (perlakuan B). Sebelum pengisian air terlebih dahulu dipasang plastikmulsa pada dasar tambak dan pematang serta slop. Agar plastik tidak mengambang saat diisi denganair maka diatas plastik dibentang tali dengan jarak 2 m.Setiap bentangan ditindis kedalam tanahsetiap 50 cm menggunakan patok belah bambu. Desain wadah budidaya ini dilengkapi dengantandon sebanyak dua petak (1.500 m2/petak) masing masing satu petak untuk setiap perlakuan yaitusatu petak tandon air limbah (TAL), satu petak tandon air sumber (TAS). Setiap petakan budidayadipasang pipa pemasukan air (inlet) dan pipa pembuang (outlet) yang juga berfungsi sebagai pintupanen. Setelah konstruksi tambak selesai maka dilakukan pemasangan pompa submersible (empatinci) sebanyak satu unit setiap perlakuan untuk mengalirkan air dari TAL masuk ke TAS dan dari TASke petakan pemeliharaan dan dilanjutkan pemasangan kincir air (1 HP) sebanyak 2 unit /petak.

Persiapan petakan dilakukan setelah konstruksi tambak selesai meliputi pengeringan dasar tambak,pemberantasan hama menggunakan saponin dengan dosis 50-100 kg/ha, pengapuran dasar tambak500-1000 kg/ha pada petak perlakuan B, pemupukan urea dan SP-36, masing-masing dengan dosis100-150 kg/ha, pengisian air tambak dan aplikasi probiotik. Ketinggian air tambak dipertahankan1,0-1,25 m.

Benih udang vaname yang ditebar adalah tokolan (PL 40) yang bebas dari virus WSSV (analisisPCR) ditebar dengan padat penebaran 50 ekor/m2. Pemberian pakan komersil dilakukan sejakpenebaran di pembesaran sampai panen dengan dosis 2-10% dari bobot biomassa. Aplikasi probiotiksetiap minggu sejak persiapan penebaran sampai dengan minggu terakhir pemeliharaan dengandosis 0,5-1,5 mg/L (80 L/ha). Juga dilakukan pengapuran susulan dan pemupukan sesuai dengan

Page 3: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

225 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

kondisi kualitas air dan kelimpahan pakan alami. Waktu pemeliharaan udang vaname selama 70hari.

Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan kualitas air setiap 15 hari meliputi suhu, salinitas,pH, DO, kecerahan dan warna air secara insitu. Sedangkan parameter amonia, nitrit, posfat, alkalinitas,BOT dan TSS dianalisis di Laboratorium Air BPPBAP. Sedangkan bakteri diamati setiap 15 hari sekalidi Laboratorium Laboratorium Patologi BPPBAP, Maros. Setiap ada gejalah perkembangan bakterivibrio di air dan sedimen maka dilakukan pembersihan tandon dengan menggunakan kaporit 60 %sebanyak 25-30 ppm. Pertumbuhan udang vaname diamati setiap 15 hari sekali.

Data yang dikumpulkan meliputi sintasan, produksi, dan RKP (rasio konversi pakan) serta dibahassecara deskriptif untuk mengetahui kelayakan usaha budi daya udang vaname semi intensif denganmenggunakan plastik mulsa pada pematang dan dasar tambak.

HASIL DAN BAHASAN

Pendekatan keberhasilan suatu budidaya udang di tambak dapat dilihat dari pertumbuhan dansintasan. Untuk mencapai target dari kedua parameter tersebut diperlukan parameter lain yang harusdipenuhi yaitu benur bermutu baik, kualitas air yang memenihi kriteria layak dan dasar tambaksecara kimia dan fisik lebih stabil. Hasil pengamatan pertumbuhan udang vanname yang dipeliharapada tambak idle dengan perlakuan berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.

Pertumbuhan

Pada Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan udang vaname yang dipelihara pada tambak idle yangdilapisi dengan plastik mulsa pada bagian pematang, slop dan dasar (perlakuan A) tumbuh lebihbaik dari berat awal 0,29 g/ekor menjadi 13,59 g/ekor lebih baik dari pada udang yang dipeliharapada tambak idle yang hanya dilapisi plastik mulsa pada bagian pematang dan slop (perlakuan B)yaitu dari 0,29 g/ekor menjadi 12, 65 g/ekor. Pertumbuhan udang pada perlakuan A lebih cepat danpada perlakuan B lebih lambat, namun lebih cepat dibanding yang telah didapatkan Mangampa(2014) yaitu 13,12 g/ekor selama 11 minggu.

Laju pertumbuhan udang pada petak perlakuan A mencapai 0,20% dibanding dengan petak Bhanya 0,18%. Pertumbuhan udang vaname pada petak perlakuan A cenderung meningkat mulai awalsampai akhir pemeliharaan. Hal ini diduga karena kualitas air selalu dalam keadaan stabilmenyebabkan respon udang terhadap pakan lebih baik sehingga pertumbuhan lebih cepat. Sedangkanpetak perlakuan B mengalami hal yang sama, namun pada minggu ke-6 mengalami penurunanpertumbuhan sampai akhir penelitian menyebabkan pertumbuhan sedikit terlambat (Gambar 1).

A BLuas petakan (m2) 2.000 2.000Padat tebar (ekor/petak) 100.000 100.000Bobot awal (g/ekor) 0,29 0,29Bobot akhir (g/ekor) 13.88 12,65Pertumbuhan mutlak (g/ekor) 13,59 12,36Laju Pertumbuhan Harian (%) 0,2 0,18Sintasan (%) 85,85 84,92Produksi (kg) 1.192,40 1.075Jumlah pakan 1.423,60 1.399,70RPK 1,193 1,3

ParameterPerlakuan

Tabel 1. Pertumbuhan, sintasan, produksi dan RKP selama 70 haripemeliharaan

Page 4: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

226Desain wadah budidaya udang vaname ..... (Burhanuddin)

Penurunan pertumbuhan pada perlakuan B diduga disebabkan mutu tanah dasar tambak mulaimengalami penurunan yang berbengaruh terhadap pertumbuhan. Penurunan kualitas tanah dasartambak disebabkan oleh sisa pakan, kotoran udang dan penguraian bahan oraganik dalam tanah.Penguraian bahan organik dalam kondisi anaerobik akan menghasilkan produk yang mengganggupertumbuhan dan pada konsentrasi tertentu bersifat racun. Selain kualitas tanah sudah mulaimengalami penurunan, tingkat kecerahan yang sangat rendah diduga turut berpengaruh terhadappertumbuhan pada perlakuan B. Tingkat kecerahan petak tambak pada peralakuan B hanya <10 cm,sedangkan tambak yang dilapisi plastik pada petak perlakuan A masih berada pada kisaran 25-30cm. Pengamatan pada kedua petak tambak yang berbeda terlihat bahwa semakin lama pemeliharaansemakin memperlihatkan tingkat kecerahan yang lebih kecil pada petak tambak tanah (perlakuan B)dibanding dengan petak tambak plastik (perlakuan A).

Sintasan

Pertumbuhan udang di tambak juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatan. Sedangkan kepadatanditentukan oleh jumlah udang yang ditebar dan tingkat sintasan. Pada penelitian ini tingkat sintasanpada tambak yang dilapisi dengan plastik mulsa (perlakuan A) = 85,85% dan petak tambak tanah(perlakuan B) = 84,92% (Tabel 1). Tingkat sintasan kedua perlakuan ini tidak tanpak berbeda. Hal inididuga disebabkan pada petak tambak tanah (perlakuan B) dilakukan persiapan dengan secarareklamasi dan pengapuran menyebabkan kualitas tanah meningkat, namun memerlukan waktu lebihlama dalam persiapan tambak serta pergantian air lebih sering dibanding dengan pada petak tambakplastik (perlakuan A). Sintasan yang diperlihatkan pada kedua perlakuan ini cukup bai karena ditunjangoleh aplikasi benih (tokolan) yang memadai. Kualitas benih yang ditebar telah ditokolkan selama 20hari sehingga telah menyesuaikan dengan lingkungan tambak. Menurut Mustafa & Mangampa (1990)bahwa benih tokolan vitalitasnya cukup baik karena melalui seleksi alamiah. Pemberian pakan yangcukup dan merata serta tepat waktu juga berpengaruh pada sintasan. Pemberian pakan yang cukupdan tepat dapat mengurangi tingkat kanibalisme yang berpotensi menurunkan populasi. Tingkatsintasan pada penelitian dinilai cukup baik dan tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian lainnya.Hendrajat & Mangampa (2008) mendapatkan sintasan yaitu 60,97%, Mangampa et al. (2009) sebesar72,09%, Mangampa et al. (2010) sebesar 81,03%, namun lebih rendah daripada yang telah didapatkanoleh Mangampa (2007) yakni sebesar 96,14% dan yang dihasilkan Pantjara et al. (2009) sebesar 100%yang juga menggunakan benih tokolan tetapi padat tebar di tambak lebih rendah yaitu 8 ekor/m 2.

Produksi Tambak dan Rasio Konversi Pakan

Produksi ditentukan oleh jumlah udang yang hidup dan bobot akhir. Pruduksi udang pada keduapetak tambak yang diperlakukan berbeda adalah petak tambak plastik (perlakuan A = 1.192,4 kg/

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 7 14 21 28 35 43 49 56 63 70

Bobo

t (g

)

Waktu pemeliharaan (hari)

Perlakuan A

Perlakuan B

Gambar 1. Pertumbuhan udang vaname yang dipelihara padapetak tambak plastik (perlakuan A) dan petak tambaktanah (perlakuan B)

Page 5: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

227 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

petak atau 5.960 kg/ha dan petak tambak tanah (perlakuan B) = 1.050 kg/petak atau 5.250 kg/ha(Tabel 1). Produksi kedua perlakuan ini dinilai cukup baik dibanding dengan produksi sebelumnyadan tambak di sekitarnya. Sedangkan rasio konversi pakan RPK) adalah perlakuan A = 1,19 danperlakuan B = 1,30. Rasio konverisi pakan ini tidak berbeda jauh dengan yang didapatkan olehMangampa (2007) yaitu 1,329 dan Pantjara (2009) yaitu 1,4 dan lebih tiggi dari pada yang dihasilkanoleh Mangampa et al. (2009) yaitu 1,06. RKP ini disebabkan tingkat kepadatan yang lebih tinggisehingga persaingan ruang yang berpengaruh pada pertumbuhan lebih besar dibanding dengankepadatan lebih rendah. Pertumbuhan, sintasan, produksi dan rasio konversi pakan udang vanameyang dipelihara pada tambak yang dilapisi dengan plastik mulsa lebih tinggi dibanding dengantambak yang tidak dilapisi plastik pada tanah dasar, namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar.

Kondisi Tanah Tambak

Hasil pengukuran kualitas tanah pada petak tambak perlakuan B sebelum penebaran dan sesudahpanen pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa parameter yang banyak mengalami perubahan setelah dilakukanpanen adalah ptensial redox mengalami penurunan dari -187±51,8 menjadi -267,5±60. Hal inimenjadi indikator bahwa tanah dasar tambak mengalami penurunan mutu. Sedangkan PO4 mengalamipeningkatakan dari 147,86 mg/L±12,2 menjadi 336,34 mg/L±31,7 serta P2O5 dari 110,51 mg/L±9,13meningkat menjadi 251,74 mg/L±23,7.

Kondisi Kualitas Air

Mutu air memiliki peranan penting dalam mendukung pertumbuhan dan sintasan udang yangdipelihara pada tambak. Sintasan dan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkunganyang kompleks. Karena itu, perlunya dilakukan pengukuran mutu air yang meliputi suhu, salinitas,pH, alkalinitas, DO, nitrit, nitrat, amoniak, posfat, TSS dan BOT. Kisaran kualitas air yang diamatiselama pemeliharaan disajikan pada Tabel 3.

Kisaran suhu pada kedua perlakuan masih dalam batas optimal untuk budidaya udang yaituperlakuan A= 27,6-31,7oC dan perlakuan B = 26,4-31,2oC. Suhu yang tinggi ini didapatkan padasore hari (jam 16.00). Udang vanamei hidup pada toleransi suhu 16–360C dan optimal pada suhu28–310C (Anonim, 2003). Haliman & Adijaya (2005) menambahkan bahwa suhu optimal pertumbuhanudang vaname antara 26-320C. Jika suhu lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam tubuhudang akan berlangsung cepat sehingga kebutuhan oksigen terlarut meningkat.

Parameter kualitas air lainnya seperti salinitas, pH dan alkalinitas masih pada batas yang dapatditolerir udang vaname. Kisaran salinitas pada penelitian ini adalah perlakuan A=37-41 ppt danperlakuan B= 31-41 ppt. dan pH 7,5–8,5. Nilai alkalinitas berada pada kisaran perlakuan A=117,4–196,48 mg/L dan perlakuan B= 117,4–179,74 mg/L sedangkan pada tandon 112,86-188,1 mg/L danpada saluran 83,6-188,1 mg/L. Nilai alkalinitas pada air tambak dinilai sangat tinggi. Menurut Gunartoet al. (2006) mengatakan bahwa alkalinitas air tambak menjadi sangat tinggi pada kisaran 150–200mg/L sehingga berpengaruh saat pengoperasian tambak.

Oksigen terlarut dalam air yang merupakan faktor pembatas bagi kesehatan udang. Kisaran oksigentelarut yang diamati adalah pada tambak plastik mulsa (perlakuan A) = 2,7-9,12 mg/L dan pada

PotensialRedox

Karbonorganik

Bahanorganik

N. Total PO4 P2O5

(mV) (%) (%) (%) (mg/L) (mg/L)Sebelumtebar

7,29±0,17 -187±51,8 4,87±1,003 8,4±1,73 0,24±0,07 147,86±12,2 110,51±9,13

Sesudahpanen

7,16±0,10 -267,5±60 4,40±0,34 7,59±0,59 0,27±0,02 336,34±31,7 251,74±23,7

Perlakuan pHF

Tabel 2. Parameter kulitas tanah sebelum penebaran dan sesudah panen pada tambak B

Page 6: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

228Desain wadah budidaya udang vaname ..... (Burhanuddin)

petak tambak tanah (perlakuan B) = 3,4-4,3 mg/L. Sedangkan pada tandon pada kisaran 3,8-4,1 mg/L dan pada saluran 2,45-8,24 mg/L. Konsentrasi oksigen pada petak tanah dan petak yang dilapisiplastik mulsa masih berada pada batas yang layak untuk pertumbuhan dan sintasan udang vaname.Hal ini sesuai dengan pernyataan Clifford (1998) bahwa level DO minimum untuk kesehatan udang3,0 mg/L dan DO yang potensial menyebabkan kematian adalah < 2,0 mg/L. Selanjutnya nilai DOoptimal untuk budidaya vaname > 3 mg/Ldengan tolerasi 2 mg/L (Suprapto, 2005).

Nitrat merupakan salah satu unsur hara yang menentukan kesuburan dan berpengaruh langsungterhadap produktivitas tambak. Hasil pengamatan kandungan nitrat pada tambak mulsa (perlakuanA) = 0.080-2.914 mg/L dan pada tambak tanah (perlakuan B) = 0.087-0.540 mg/L, petak tandon =0.065-0.997 mg/L dan saluran = 0.093-1.456 mg/L. Kandungan nitrat tambak, tandon dan salurantermasuk sedang sampai tinggi (Gunarto et al., 2002). Fluktuasi nitrat disajikan pada Gambar 2.

Amonia merupakan parameter kualitas air yang dapat bersifat racun apabila berada pada konsentrasidi luar toleransi udang. Pada awalnya konsentrasi amoniak pada tandon, tambak tanah dan tambakmulsa masih rendah yaitu di bawah 0,2 mg/L. Hal ini diduga karena air dimasukkan pada petaktambak tanah dan tambak yang dilapisi plastik mulsa berasal dari tandon yang sebelumnya dikaporitsebanyak 25 mg/L. Air yang ada dalam petak tambak diberi probiotik RICA-1 sambil menjalankan

Tambak tanah(perlakuan B)

Suhu (oC) 27,6-31,7 26,4-31,2 28,2-32,2 27,5-31,2Salinitas (ppt) 37-41 37-41 35,0-40,0 39-45pH 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-7,7Alkalinitas (mg/L) 117,4-196,48 117,4-179,74 112,86-188,1 83,6-188,1DO (mg/L) 2,7-9,12 3,4-4,3 3,8-4,1 2,45-8,24Nitrit (mg/L) 0,165-2,157 0,084-0,525 0,064-0,361 0,033-0,480Nitrat (mg/L) 0,080-2,914 0,087-0,540 0,065-0,997 0,093-1,456Amoniak (mg/L) 0,007-0,570 0,001-0,205 0,017-0,218 0,0010-0,482Fospat (mg/L) 0,018-1,104 0,103-1,837 0,147-1,383 0,050-0,595TSS (mg/L) 49-177 71-183 54-163 28-224BOT (mg/L) 53,09-68,19 49,02-65,06 42,04-66,94 43,2-67,57

SaluranParameterkualitas air

KisaranTambak plastik(perlakuan A)

Tandon

Tabel 3. Kisaran parameter kualitas air selama penelitian

Gambar 2. Fluktuasi nitrat setiap 15 hari

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0 15 30 45 60

Nit

rat (

mg/

L)

Hari pemeliharaan

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Page 7: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

229 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

kincir. Pengudaraan yang baik menjadikan oksigen terlarut dalam air cukup baik menyebabkan amoniaktersebut berada pada bentuk NH3-N (TAN) yang merupakan potensi racun apabila kondisi oksigenrendah. Karena itu dilakukan pergantian air dari tandon yang telah diolah melalui pemberian kaporit25 mg/L. Kisaran amoniak pada petak tambak plastik mulsa (perlakuan A) 0,007-0,570 mg/L petaktanah (perlakuan B) adalah 0,001-0,248 mg/L, tandon 0,017-0,218 dan saluran 0,01-0,482. Kisaranamoniak pada tambak plastik mulsa berada pada kondisi kritis, namun masih dapat diatasi denganpergantian air dan pengapuran. Hal ini disebabkan tingginya bahan organik yang terlarut dari awaldan diikuti dengan penambahan dari sisa pakan dan belum dilakukan pergantian air menyebabkankandungan bahan organik semakin meningkat Hasil pengukuran hari ke-30 mencapai 53,09 – 68,19mg/L (Gambar 3). sedangkan petak tambak tanah, tandon dan saluran telah berada pada batas yanglayak. Menurut Boyd (1982) kandungan amonia dalam air sebaiknya tidak melebihi 1,2 mg/L. MenurutChin & Chen (1987 dalam Gunarto, 2002), kandungan NH3-N yang layak untuk jasad akuatik tambakadalah kurang dari 0,13mg/L.

Bahan organik total (BOT) merupakan gambaran kandungan bahan organik total suatu perairanyang terdiri atas bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Pola sebaran kandungan BOT padakedua petak tambak relatif sama dan memperlihatkan kenaikan seiring dengan masa pemeliharaan.Kisaran BOT pada msing masing petak adalah petak tambak plastik (perlakuan A) = 53,09–68,19mg/L, petak tambak tanah (perlakuan B) = 49,02–65,06 mg/L dan tandon = 42,04–66,94 mg/L sertasaluran 43,2–67,57 mg/L (Tabel 3; Gambar 4). Kandungan bahan organik total dinilai cukup tinggidari perairan, sedangkan normalnya yaitu maksimum 15 mg/L (Boyd, 1990). Sedangkan Reid (1961dalam Amin et al., 1990) bahwa kandungan bahan organik suatu perairan >26 mg/L termasuk perairansubur. Adiwijaya et al. (2003) melaporkan bahwa kisaran BOT yang layak untuk budidaya udangvaname adalah kisaran BOT yang optimal< 55 mg/L. Kandungan bahan organik yang tinggi harusdiimbangi dengan pemakaian kincir sehingga oksigen tetap tersedia.

Pada tambak udang yang diberi pakan setiap hari akan terbentuk nitrat dan posfat dari sisa pakansehingga air menjadi subur. Pada penelitian ternyata kandunga posfat pada air media pemeliharaanyang diukur setiap 15 hari cukup tinggi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton.Hasilpengukuran posfat berada pada kisaran: petak tambak plastik mulsa (perlakuan A) = 0,018-1,104,tambak tanah (perlakuan B) = 0,103-1,.837 mg/L tandon = 0,147-1,383 mg/L dan saluran = 0,050-0,595 mg/L. Ortophosphat 0,051–0,1 mg/L tergolong perairan dengan tingkat kesuburan baik.Sedangkan fosfat yang larut sebesar 0,021–0,050 mg/L merupakan kesuburan perairan yang cukup.

Kandungan nitrit pada perlakuan tambak mulsa (perlakuan A) dan tambak tanah (perlakuan B)berada pada kisaran masing-masing 0,165-2,157 mg/L dan 0,084-0,525 mg/L dan tandon = 0,064-0,361 mg/L serta saluran =0,033-0,480 mg/L. Tingginya nitrit pada tambak plastik (perlakuan A)

Gambar 3. Fluktuasi amoniak setiap 15 hari

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

0 15 30 45 60

Amon

ia (m

g/L)

Hari pemeliharaan

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Page 8: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

230Desain wadah budidaya udang vaname ..... (Burhanuddin)

pada hari ke-45 (Gambar 5) diduga disebabkan pengaruh amoniak yang mencapai 1,178 padapengamatan hari ke-30 yang disebabkan terjadinya kematian plankton hari ke 45 (Gambar 5).Kematian plantonkton menyebabkan nitrit dalam air meningkat. Setelah dilakukan pergantian sebagianair dan aplikasi kapur dolomite 20 ppm, kualitas air berangsur-angsur membaik dan pH air mulaiturun dari 8-9,5 menjadi 8-8,5 dan kandungan nitrit turun menjadi 0,211 mg/L pada hari ke-60.Menurut Gunarto et al. (2002), kandungan NO2-N 0,039 - 0,072 mg/L termasuk rendah.

Tanah

Hasil pengukuran kualitas tanah sebelum dan sesudah panen pada petak tambak tanah (perlakuanB) ditampilkan pada Table 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa pH, karbon organik, bahan organik dan Ntotal tidak banyak mengalami perubahan. Potensial redox mengalami penurunan dari -160,75 mVmenjadi – 267,5 mV. Ketidak stabilan dari pada redox tanah merupakan petunjuk bahwa bahanorganik dalam tanah tersebut sedang mengalami proses penguraian. Apabila dibiarkan dalam waktuyang lebih lama akan berpengaruh terhadap penurunan pH tanah. Sedang PO4 dan P2O5 mengalamipeningkatan. PO4 sebelum pemeliharaan 255,55 mg/L menjadi 335,34 mg/L setelah pemeliharaandan P2O5 mencapai 168,42 mg/L sebelum penebaran dan menjadi 251,37 mg/L setelah panen (selama70 hari pemeliharaan).

Gambar 5. Konsentrasi nitrit selama pemeliharaan

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 15 30 45 60

Nit

rit(

mg/

L)

Hari pemeliharaan

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Gambar 4. Konsentrasi Bahan Organik Total (BOT) selamapemeliharaan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 15 30 45 60

BOT

(mg/

L)

Hari pemeliharaan

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Page 9: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

231 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

Bakteri

Pada Gambar 6-10 dan Lampiran 1 terlihat bahwa total bakteri pada sedimen tambak telah mencapaikisaran 1,15x105-3,04x106, sedangkan pada air berkisar 2x103-3,9x105. Dari jumlah bakteri padasedimen dan air terdapat bakteri vibrio. Jumlah bakteri vibrio pada sedimen berada pada kisaran1,5x102-1,57x105 dan pada air 1x101-4,64x103. Sedangkan bakteri yang berbahaya (patogen ) padaair berada pada kisaran 1x101-4,64x103 cfu/mL dan pada sedimen 1x102-3 x102 cfu/g. Populasi bakteripathogen pada sedimen terdeteksi pada hari ke-30 pemeliharaan. Sedangkan bakteri pathogen dalam

PotensialRedox

Karbonorganik

Bahanorganik

N. Total PO4 P2O5

(mV) (%) (%) (%) (mg/L) (mg/L)Sebelumtebar

7,75 -160,75 4,47 7,72 0,205 255,35 168,42

Sesudahpanen

7,16 -267,5 4,4 7,59 0,28 336,34 251,37

Perlakuan pHF

Tabel 4. Parameter kulitas tanah sebelum penebaran dan sesudah panen

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

0 15 30 45 60

Tota

l bak

teri

tana

h (C

FU/g

)

Pengamatan per 15 hari

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Gambar 6. Kepadatan bakteri pada tanah

050000100000150000200000250000300000350000400000450000

0 15 30 45 60

Tota

l bak

teri

air

(CFU

/g)

Pengamatan per 15 hari

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Gambar 7. Kepadatan bakteri dalam air

Page 10: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

232Desain wadah budidaya udang vaname ..... (Burhanuddin)

020000400006000080000100000120000140000160000180000

0 15 30 45 60

Tota

l bak

teri

Vib

rio

tana

h (C

FU/g

)

Pengamatan per 15 hari

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Gambar 8. Kepadatan bakteri vibrio pada sedimen

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

0 15 30 45 60

Tota

l bak

teri

Vib

rio

air

(CFU

/g)

Pengamatan per 15 hari

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Gambar 9. Kepadatan bakteri vibrio di air

0500100015002000250030003500400045005000

0 15 30 45 60

Tota

l bak

teri

Vib

rio

pato

gen

air

(CFU

/g)

Pengamatan per 15 hari

A (tambak plastik)B (tambak tanah)T (tandon)S (saluran)

Gambar 10. Kepadatan bakteri patogen di air tambak

Page 11: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

233 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

air media pemeliharaan terdeteksi pada hari ke-15 pemeliharaan, 30 dan 45, namun populasi tersebutbelum mencapai tingkat yang berbahaya atau jumlah populasi 104. Upaya yang dilakukan sehinggapopulasi bakteri patogen tidak sampai pada tingkat yang berbahaya adalah dengan melakukanpengelolaan air dengan klorinisasi pada saluran dan tandon setiap 15 hari sekali.

Dinamika bakteri, total bakteri vibrio pada tanah dan air serta bakteri patogen pada air setiap 15hari pada petak tambak plastik (perlakuan A), petak tambak tanah (perlakuan B) dan tandon sertasaluran.

KESIMPULAN

Pemakaian plastik mulsa dapat mempermudah pengelolaan tambak idle karena tidak lagi dilakukanpengolahan tanah. Sedangkan tambak idle tanpa plastik mutlak untuk dilakukan pengolahan tanah

Pelapisan plastik mulsa pada dasar dan pematang,penggunaan tendon,aplikasi probiotik dan kaporitdapat meningkatkan produksi tambak idle.

Produksi dan pendapatan pada tambak yang dilapisi dengan plastik mulsa meningkat 13,5 % dan37,54 % daripada tambak tanah.

DAFTAR ACUAN

Adiwijaya, D., Sapto P.R., Sutikno.E, Sugeng, & Subiyanto. (2003). Budidaya udang vaname (Litopenaeusvannamei) sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. BalaiBesar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 29 hlm.

Amin, M., Sri Amini, & Suardi. (1994). Pengaruh berbagai jenis pupuk dan dosis pupukorganikterhadap pertumbuhan dan sintasan udang windu,Penaeus monodon pada bak terkontrol.Risalah Seminar Hasil Penelitian Budidaya Pantai. Hlm 43–49.

Anonim. (2003). Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT. CentralProteinaprima (Charoen Pokphand Group) Surabaya. 16 halaman.

Atmomarsono, M. (2003). Upaya penanggulangan penyakit udang windu secara utuh dan terpadu. Makalahdisampaikan pada acara Temu Konsultasi dan Sosialisasi Teknologi Budidaya Tambak RamahLingkungan. Maros Sulawesi Selatan,9 – 10 Juli 2003.

Boyd, C.E. (1990). Water Quality in Ponds for Aquaculture.Alabama Agricultural Experiment Station,Auburn University, Alabama. 482 pp

Boyd, C.E. (1982). Water quality management for pond fish culture. Universitas Michigan. ElsevierScientific Pub.Co.318 p.

Burhanuddin. (2008). Budidaya udang vannamei (Lytopenaus vannamei) dengan umur tokolan berbeda.Prosiding Seminar Dan Konferensi Nasional Perikanan dan Kelautan Bidang Budidaya Perairan.Universitas Brawijaya Malang 8 November 2008.

Clifford, H.C. (1998). Management of ponds stocked with Blue Shrimp Litopenaeus stylirostris. In Print,Proceedings of the 1st Latin American Congress on Shrimp Culture, Panama City, Panama, 101-109 p

Gunarto, Muslimin, Muliani, & Sahabuddin. (2006). Jurnal Riset Akuakultur. Vol.1. No.2. Tahun2006. 255-270 p.

Gunarto, Pirzan, A.M., Suharyanto, Daud, R., & Burhanuddin.(2002). Pengaruh keberadaan mangroveterhadap keragaman makrobenthos di tambak sekitar.Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8 (2):77-88.

Haliman, R.W., & Adijaya, D.S. (2005). Udang vaname,dan Prospek Pasar Udang Putih yang TahanPenyakit. Penebar Swadaya, Jakarta. 75 hlm.

Hendrajat, E.A., & Mangampa, M. (2006). Budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tradisionalplus dengan kepadatan yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan UGM,Yogyakarta 27 Juli 2006. 9 hlm

Mangampa, M., Atmomarsono, M., & Ahmad. (2001). Penggunaan Immunostimulan pada ransum terhadapsintasan dan pertumbuhan benur windu yang dibantut. Dalam Rusatra et al., 2001. Prosiding. Seminarpengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi di Sulawesi Selatan. Hal 533 – 539. Pusat

Page 12: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

234Desain wadah budidaya udang vaname ..... (Burhanuddin)

Penelitian dan Pengembangan Social Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Departemen Pertanian.

Mangampa., M. (2007). Riset Budidaya udang vanamei (Litopeneus vannamei) pola tradisional plus danpenggunaan tokolan. Laporan teknis hasil penelitian 2007 , 23 hlm.

Mangampa, M., & Erfan, A.H. (2008). Optimalisasi padat tebar benih udang vanamei (Litopenaeusvannamei)pada pentokolan sistim hapa. Makalah Seminar Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)dan Pusat Riset Budidaya , BRKP. Denpasar 2008. 7 hlm.

Mangampa, M., Tahe, S., & Suwoyo, H.S. (2009). Riset budidaya udang vanamei tradisional plusmenggunakan benih tokolan dengan ukuran yang berbeda.Konferensi Masyarakat AkuakulturIndonesia 2009. MAI, Yogyakarta. 11 hlm.

Mangampa, M., Tahe, S., & Suwoyo, H.S. (2010). Riset Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Tradisional Plus menggunakan Tokolan dengan Wadah Yang Berbeda. Prosiding Seminar NasionalKelautan VI Global warning Tantangan dan Peluang. Univ. Hang Tuah Surabaya, 22 April 2010 HlmII:367-379.

Mangamp, M. (2014). Pemantapan Budidaya Udang Vanname (Lytovenaus vanname) Pola Ektensif PlusMelalui Pergiliran Pakan. Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau,2014. Hlm.44-47

Mustafa, A., & Mangampa, M. (1990). Usaha budi daya udang tambak menggunakan benur windu,Penaeus monodon yang berbeda lama pembantutannya. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai, 6(2): 35-46.

Pantjara, B., Rachmansyah, & Mangampa, M. (2009). Budidaya udang vanamei, L.vanammei dengansistem tradisional plus di lahan petani, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Prosiding SeminarForum Inovasi Teknologi Akuakultur, Surabaya,2009.

Suprapto. (2005). Petunjuk teknis budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei). CV Biotirta. BandarLampung. 25 hlm

Page 13: 223 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/09/007-Burhanuddin... · Sisa pakan dan sisa metabolisme udang dapat ... Berbagai

235 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

Lampiran 1. Populasi bakteri pada sedimen dan air yang diamati setiap 15 hari

TBV Tanah TBV Air TPC Tanah TPC Air(CFU/g) CFU/mL) CFU/g) (CFU/mL)

1 1,12 x104 6,9x102 4,97x105 2,97x104

8,5x101) *2 1,27x103 3,0x102 1,15x105 3,62x104

1,0x101 *3 1,5x102 4,67x102 7,47x105 8x103

1,0x101 *4 6,75x102 1,25x104

1 1,57x105 6,6x102 3,04x106 3,075x104

2 1,25x105 1,595x103 2,66x106 2,425x104

3 1,4x104 1,89x103 2,52x105 1,87x104

4 5,1x102 2x103

1 - 6,0x102 1,94x106 5,42x104

- 1,5x101 *2 2,33x104 3,52x103 1,38x106 2,45x104

3x102 * 2,5x101 *3 2,27x104 4,64x103 1,34x106 3,9x105

2x102 * 4,64x103 *4 5,47x103 1,93x103 3,0x104

1x102 * 2,87x102*1 13,06x104 6,02x102 2,46x106 3,22x104

2 2,31x104 7,72x102 2,42x105 1,6x104

1,5x101 *3 1,5x102 6,92x102 3,22x105 2,25x104

1x101 *4 8,95x102 1,95x104

1x101 *1 5,75x102 1,15x104 1,36x106 8,1x104

2x101 *2 9,5x102 9,72x102 7,57x105 1,07x104

3 2,17x103 2,12x102 5,45x105 2,6x104

4 - 4,27x103 - 2,17x105

Kisaran bakteri 1,5x102 2,12x102 1,15x105 2x103-3,9x105

-1,57x105 -1,15x104 -3,04x106

1x102-3 x102 1x101-4,64x103

IV

V

Kisaran bakteripatogen

Pengamatan PetakHasil Pengujian (parameter/satuan)

I

II

III