22 -- kode -- a2 - 1 -- kewirausahaan sekolah

59
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2007 KEPALA SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

Upload: fikri-julian-rahmatullah

Post on 26-Jun-2015

872 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL

PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2007

KEPALA SEKOLAH

PENDIDIKAN DASAR

KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

Page 2: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

i

PENGANTAR

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa

ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: Kepribadian, Manajerial,

Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dalam rangka pembinaan

kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah untuk menguasai

lima dimensi kompetensi tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan

telah berupaya menyusun naskah materi diklat pembinaan

kompetensi untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.

Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun bertujuan

untuk memberikan acuan bagi stakeholder di daerah dalam

melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/kepala

sekolah agar dapat dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di

setiap daerah.

Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun materi

diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah ini

atas dedikasi dan kerja kerasnya sehingga naskah ini dapat

diselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita

dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan.

Jakarta, November 2007 Direktur Tenaga Kependidikan Surya Dharma, MPA, Ph.D NIP. 130 783 511

Page 3: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

ii

DAFTAR ISI

PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................... 1

B. Dimensi kompetensi ................................................. 2

C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai ...................... 2

D. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................ 3

E. Alokasi Waktu ........................................................... 4

F. Skenario ................................................................... 4

BAB II HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KREATIVITAS DAN INOVASI ..................................... 6

A. Hakikat Kreativitas .................................................... 6

B. Kreativitas dan Inovasi ............................................. 7

C. Hakikat Kewirausahaan ............................................ 8

D. Fungsi Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan di Sekolah ....................................... 12

E. Jalan Menuju Wirausaha Sukses ............................. 14

F. Etika Kewirausahaan ................................................ 14

BAB III KEPEMIMPINAN KREATIF DAN INOVATIF ............... 16

A. Entrepreneur Model (Joseph Schumpeter) ............... 16

B. Meraih Kinerja Unggul dengan Melejitkan Kreativitas ................................................................. 17

C. Membangun Tim Kreatif dan Inovatif di Sekolah ...... 21

D. Teknik Pemecahan Masalah Kreatif ......................... 21

E. Perspektif Kepala Sekolah Selaku Knowledge Leader ...................................................................... 23

Page 4: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

iii

BAB IV KEPEMIMPINAN KREATIF DAN INOVATIF KEPALA SEKOLAH .................................................................... 27

A. Meraih Kinerja Unggul dengan Melejitkan Kreativitas ................................................................. 27

B. Membangun Tim Kreatif dan Inovatif Di Sekolah ...... 30

C. Teknik Pemecahan Masalah Kreatif ......................... 31

D. Perspektif Kepala Sekolah Selaku Knowledge Leader ...................................................................... 33

BAB V BEST PRACTICE KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH ..... 37

A. Best Practice ............................................................ 37

B. Penerapan Semangat Kewirausahaan di Sekolah ... 40

C. Bentuk Kewirausahaan Sekolah ............................... 40

D. Kiat Menerapkan Inovasi dalam Wirausaha ............. 43

E. Kiat Menggalang Sumber Daya ................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 53

Page 5: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dan perubahan yang terjadi dalam konteks multi-

dimensional mensyaratkan kemampuan kepala sekolah yang handal

untuk melakukan beraneka ragam pekerjaan. Pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang diperoleh dan dikembangkan dari

lembaga pendidikan dan latihan sebelumnya seringkali dianggap

kurang sesuai dengan tuntutan persyaratan kerja kepala sekolah yang

bereskalasi tinggi. Di lingkungan pendidikan formal, pengkajian

mengenai profesionalisame kepala sekolah sepertinya sudah klise,

dalam makna selalu dibicarakan. Meskipun demikian, dari waktu ke

waktu persyaratan kepala sekolah ideal senantiasa berubah sehingga

pertumbuhan profesionalismenya harus terus-menerus juga

dirangsang.

Pada kenyataannya, sistem pengangkatan para kepala sekolah di

Indonesia, telah mengacu pada pendekatan institusional dan

pendekatan legalistik. Demikian pula, hingga kini telah ada

pendekatan dalam pengangkatan kepala sekolah yang secara khusus

menekankan adanya pengakuan atas suatu profesi oleh negara,

meskipun belum menempuh langkah sistematis seperti registrasi,

sertifikasi dan lisensi.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 pasal 20 ayat (1)

dan ayat (3) pada intinya menyebutkan bahwa tenaga kependidikan

yang akan ditugaskan untuk bekerja mengelola satuan pendidikan

dipersiapkan melalui pendidikan khusus. Meskipun di dalam

Peraturan Pemerintah tersebut tidak disebutkan tentang pendidikan

Page 6: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

2

khusus kewirausahaan bagi (calon) kepala sekolah, namun di sini ada

komitmen kuat dari pemerintah untuk mempersiapkan, secara khusus,

pendidikan dan latihan bagi pengelola satuan pendidikan.

Kelemahan manajemen kewirausahaan lembaga pendidikan kita

sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan pengelola dalam

menjalankan fungsinya secara profesional. Oleh karena itu kreativitas

dan inovasi dalam berbagai bidang pendidikan kewirausahaan seperti

kurikulum, sarana dan prasarana, pola pendidikan kepada anak didik

dan sebagainya tidak akan banyak manfaatnya tanpa kemampuan

wirausaha yang memadai dari para pengelolanya. Dengan demikian

kita harus bekerja dengan konsep manajemen pendidikan yang

dilandasi seperangkat paradigma baru “kewirausahaan berbasis

kreativitas dan inovasi” yang lebih mencerminkan kebutuhan

pendidikan di masa kini dan masa depan.

B. Dimensi kompetensi

Dimensi kempetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir

pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi kewirausahaan sekolah.

C. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai

Kompetensi kewirausahaan yang diharapkan dicapai oleh

calon/kepala sekolah berdasarkan hasil revisi atas masukan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomoor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah adalah:

1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif.

Page 7: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

3

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin satuan pendidikan.

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.

5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar siswa.

D. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari materi pelatihan kewirausahaan sekolah ini

diharapkan peserta mampu:

1. Mampu menjelaskan hakikat kewirausahaan sekolah yang

berbasis kreativitas dan inovasi warga sekolah.

2. Mampu mendeskripsikan wujud dari elemen model/pendekatan 4-

P (produk, proses, perilaku, pers atau lingkungan) kreatif/inovatif

yang dihasilkan oleh kepala sekolah bersama warga sekolah.

3. Mampu mendeskripsikan wujud perilaku kepala sekolah yang

berjiwa wirausaha yang didasarkan pada penerapan konsep

organisasi pembelajar yang efektif.

4. Mampu membandingkan karakteristik perilaku kepemimpinan

kepala sekolah yang kreatif inovatif dengan kepala sekolah yang

kreatif adapatif.

5. Mampu menggambarkan langkah konstruktif kepala sekolah

dalam menetapkan solusi kreatif atas permasalahan faktual yang

dihadapi oleh warga sekolah.

6. Mampu menerapkan best practice kewirausahaan sekolah

sebagai sumber belajar bagi siswa yang didasarkan pada

kreativitas dan inovasi warga sekolah.

Page 8: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

4

E. Alokasi Waktu

Dalam rangka penguasaan kompetensi peserta (calon/kepala

sekolah) dalam pengembangan kewirausahaan sekolah dan

memenuhi persyaratan indikator di atas, ada lima mata pendidikan

dan pelatihan kewirausahaan sekolah, yakni:

No. Materi Diklat Alokasi Waktu

1 Konsep Kewirausahaan Berbasis Kreativitas dan Inovasi.

4

2 Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran. 4 3 Kepemimpinan yang Kreatif dan Inovatif Kepala

Sekolah. 6

4 Mengelola Organisasi Sekolah secara Kreatif dan Inovatif.

6

5 Best Practice Kewirausahaan Sekolah. 10 Jumlah 30

F. Skenario

Secara tentatif( dapat dikembangkan lebih lanjut oleh fasilittor

pendidikan dan pelatihan), skenario pendidikan dan pelatihan

Kewirausahaan sekolah ini sebagai berikut.

1. Perkenalan.

2. Penjelasan sinkat, jelas, dan terarah tentang dimensi

kempetensi, indikatot, alokasi waktu dan skenario pendidika dan

pelatihan kewirausahaan sekolah.

3. Pre-test

4. Eksplrasi pemahaman peserta berkenaan dengan seluk beluk

kewirausahaan melalui pendekatan andragogi.

5. Presentasi materi kewirausahaan sekolah dengan menggunakan

erbagai metodologi dan strategi pembelajaran yang menarik.

Page 9: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

5

6. Disksi pembeuatan rencana untuk menjalankan usaha terkait

denga implemetasi kewirausahaan

7. Bila memungkinkan praktik menjalankan kewirausahaan, mial

teknik nogosiasi, promosi, dan berjualamlangsung.

8. Diskusi kelas pembahasan hsil simulasi praktik kewirausahaan

sekolah.

9. Post-test

10. Penutup

Page 10: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

6

BAB II

HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KREATIVITAS DAN INOVASI

A. Hakikat Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks dan

menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan tersebut

terletak pada bagaimana kreativitas itu didefinisikan. Pada mulanya,

kreativitas dipahami sebagai proses berpikir dengan menggunakan

teknik-teknik berpikir kreatif (Ivanyi dan Hoffer, 1999). Kreativitas

diartikan sebagai proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk

melahirkan gagasan baru, asli, unik, berbeda atau bermanfaat

(Couger, 1996; Linberg, 1998; Oldham dan Cummings, 1996). Suatu

definisi yang lebih ilmiah menyatakan bahwa “kreativitas adalah suatu

pertimbangan subjektif dan berkonteks mengenai kebaruan dan nilai

hasil dari perilaku individual atau kolektif” (Ford, 1995).

Guilford (1950) memperkenalkan lima ciri yang menjadi sifat

kemampuan berpikir kreatif: (1) Kelancaran (fluency), (2) Keluwesan

(flexibility), (3). Keaslian (originality), (4) Penguraian (elaboration), (5)

Perumusan kembali (redefinition). Selanjutnya, Munandar (1992)

menunjukkan adanya tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan

dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan atau

menjawab masalah dan cerminan kemampuan operasional kreatif.

Kreativitas merupakan esensi dan orientasi pengembangan

sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004). Kreativitas terlihat

melalui gagasan, produk, pelayanan, usaha, mode atau model baru

yang dihasilkan dan perilaku yang diperankan oleh individu, kelompok

dan organisasi.Dalam definisi kreativitas terkandung ciri keaslian

Page 11: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

7

(baru, tidak lazim, tidak terduga) dan potensi utilitas (berguna, baik,

adaptif, sesuai) gagasan, produk, mode atau model dan proses yang

dihasilkan serta perilaku yang diperankan.

B. Kreativitas dan Inovasi

Pandangan Heerwagen (2003: 1) tentang keterkaitan kreativitas

dan inovasi relevan dijadikan sebagai pengantar dalam memahami

state of the science kreativitas. Heerwagen menyatakan kreativitas

dan inovasi merupakan konsep kembar yang saling berhubungan,

namun seringkali dikaji secara terpisah dengan menggunakan metode

dan model yang berbeda.

Mengingat kreativitas dipahami sebagai kapabilitas melahirkan,

mengembangkan dan mengubah gagasan, proses, produk, mode,

model, pelayanan dan perilaku tertentu, maka inovasi adalah proses

penerapan kreativitas secara faktual ke dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam dunia pendidikan, inovasi sekolah termasuk di dalamnya

inovasi pengajaran juga mengalami terobosan yang sangat cepat,

sehingga sekolah yang tidak memprioritaskan program inovasi akan

ditinggalkan oleh masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas terlihat hubungan erat antara konsep

kreativitas dan inovasi yang keduanya sangat diperlukan dalam

mengembangkan sekolah. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan pisau

tajam yang tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi tanpa dilandasi

kreativitas tidak menghasilkan sesuatu yang baru bagi organisasi

sekolah. Dengan pengertian tersebut, inovasi secara sederhana dapat

dipahami sebagai proses pengenalan cara baru dan lebih baik dalam

mengerjakan berbagai hal dalam lembaga pendidikan (sekolah).

Page 12: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

8

Inovasi tidak selalu berwujud perubahan radikal lembaga

pendidikan namun dapat juga berupa perubahan kecil dan sederhana

yang melibatkan berbagai komponen sekolah. Inovasi tidak harus

didominasi perubahan dengan teknologi tinggi, tetapi sentuhan

teknologi hanyalah merupakan salah satu faktor inovasi dalam

mengelola sekolah. Inovasi bisa juga ditemukan dalam perubahan

administratif sekolah dengan menerapkan model database baik untuk

guru dan siswa maupun pendukung sekolah lainnya (tenaga

administrasi). Dalam bahasa yang lebih eksplisit inovasi tidak

mengisyaratkan atau mengharuskan pembaharuan absolut. Inovasi

tidak harus setara dengan proses penemuan modul pembelajaran

“Quantum Learning”

C. Hakikat Kewirausahaan

Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang

melekat pada individu yang mempunyai kemauan keras untuk

mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang

dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap

kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan pula

setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif.

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan

dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan

peluang menuju sukses

Istilah wirausaha berasal dari kata entrepreneur (bahasa Francis)

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between

taker atau go-between. (Buchari, 2006: 20). Menurut Suparman

Sumohamijaya istilah wirausaha sama dengan istilah wiraswasta.

Wiraswasta berarti keberanian, keutamaan dan keperkasaan dalam

Page 13: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

9

memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup

dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Sumohamijaya, 1980:

115).

Dengan demikian, wirausaha dalam konteks persekolahan adalah

seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem

kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain.

Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan

dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang

memiliki jiwa wirausaha. Wirausaha adalah orang yang mempunyai

tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif.

Wirausaha juga memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi

dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.

Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana

dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik

dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala

sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan

keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan

sekolah. Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana

merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan

merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala sekolah

yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah yang realistik hasil yang

dapat diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna. Setiap

orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah

individu yang unik dan spesifik.

Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya

mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan dalam

visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik berarti

tujuan disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki.

Page 14: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

10

Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk

dapat meraihnya. Dengan demikian, kepala sekolah yang berjiwa

wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam

mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut

dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan

ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-masing

aspek atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan

menjadi program dan sub-program yang lebih memudahkan

implementasinya dalam pengembangan sekolah.

Menjadi wirausahawan berarti memiliki kemauan dan kemampuan

menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber

daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan

dari peluang itu. Mereka berani mengambil risiko yang telah

diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko moderat.

Wirausahawan percaya dan teguh pada dirinya dan kemampuannya

mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan mengambil keputusan

inilah yang merupakan ciri khas dari wirausahawan.

Pada kenyataanya, definisi kewirausahaan mengalami perubahan

sesuai dengan periode zaman, artinya tidak ada definisi yang definitif

tentang kewirausahaan. Ada yang menyatakan bahwa,

kewirausahaan adalah mencari dan mempromosikan dari gabungan

faktor-faktor produksi yang baru, dan ada pula yang mengatakan

bahwa kewirausahaan merupakan pengurangan dari organisasi yang

tidak efisien atau merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi peluang

pasar sehingga kewirausahaan merupakan bangunan organisasi

baru.

Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki ciri-ciri yakni: (1)

penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis,

Page 15: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

11

disiplin, berkomitmen dan bertanggungjawab; (2) memiliki inisiatif,

dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; (3)

memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil

dan berwawasan ke depan; (4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan

indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam

bertindak; dan (5) berani mengambil risiko dengan penuh

perhitungan.

Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya

tantangan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif sehingga

tantangan teratasi dan terpecahkan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha

tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi,

kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung

pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna.

Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah

yang disebut tahap kewirausahaan.

Menurut Hakim (1998: 34), ada empat unsur yang membentuk

pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu: (1) sikap

mental, (2) kepemimpinan, (3) ketatalaksanaa dan (4) keterampilan.

Dengan demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu

sehingga dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang

wirausahawan perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan

hasil, berani mengambil risiko, memiliki jiwa kepemimpinan,

orisinalitas dan berorientasi masa depan.

Percaya diri dan keyakinan dijabarkan ke dalam karakter

ketidaktergantungan, individualitas dan optimis. Ciri kebutuhan akan

berprestasi meliputi karakter berorientasi laba, ketekunan dan

ketabahan, tekad dan kerja keras, motivasi yang besar, energik dan

inisiatif. Kemampuan mengambil risiko berarti suka pada tantangan.

Page 16: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

12

Berlaku sebagai pemimpin berarti dapat bergaul dengan orang lain

(bawahan), menanggapi saran dan kritik, inovatif, fleksibel, punya

banyak sumber, serba bisa dan mengetjahu banyak. Disamping itu,

wirausahawan mempunyai pandangan ke depan dan perspektif yang

maju.

Karakteristik kewirausahaan menyangkut tiga dimensi, yakni

inovasi, pengambilan risiko dan proaktif. Sifat inovatif mengacu pada

pengembangan produk, jasa atau proses unik yang meliputi upaya

sadar untuk menciptakan tujuan tertentu, memfokuskan perubahan

pada potensi sosial ekonomi organisasi berdasarkan pada kreativitas

dan intuisi individu. Pengambilan risiko mengacu pada kemauan aktif

untuk mengejar peluang. Sedangkan dimensi proaktif mengacu pada

sifat assertif dan implementasi teknik pencarian peluang “pasar” yang

terus-menerus dan bereksperimen untuk mengubah lingkungannnya.

D. Fungsi Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan di

Sekolah

Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting

dimiliki karena merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti

dalam proses kehidupan manusia. Makna dan posisi kreativitas dan

inovasi dinyatakan oleh Treffinger (1980) bahwa tidak ada seorang

pun yang tidak memiliki kreativitas. Namun masalahnya adalah

bagaimana cara kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan dan

diimplementasikan dalam kegiatan riil sesuai dengan wawasan

kewirausahaan dalam lembaga pendidikan khususnya di sekolah.

Suatu karya kreatif dan inovatif sebagai hasil kreasi kepala

sekolah dapat mendorong potensi kerja dan kepuasan pribadi yang

tak terhingga besarnya. Dengan terobosan kreatif kepala sekolah

Page 17: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

13

dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk merubah

tantangan menjadi peluang dan untuk memajukan sekolah. Menurut

Maslow (1968), dalam perwujudan diri manusia, kreativitas dan

inovasi merupakan manifestasi dari individu yang memiliki fungsi

penuh.

Di satu sisi, kreativitas dan inovasi penting dipahami oleh para

guru dalam tugas dan tanggang jawabnya sebagai pendidik dan

pengajar yang membimbing dan mengantar anak didik ke arah

pertumbuhan dan perkembangan prestasinya secara optimal. Di sisi

lain, kepala sekolah kadang-kadang karena kelemahan rekuritmen

tidak memiliki kemampuan tersebut. Padahal, kedudukan kepala

sekolah menjadi sangat sentral dan penting dalam mengoptimalkan

fungsi kreativitas, inovasi dan wawasan kewirausahaan di lembaga

pendidikan yang dipimpinnya.

Selain makna kreativitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan

perlu pula dipelajari kepentingannya dalam kehidupan di masyarakat

dan di tempat kerja. Dengan kata lain, kreativitas yang merupakan

pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting dalam

kehidupan individu. Dalam kaitannya dengan fungsi kreativitas,

inovasi dan wawasan kewirausahaan perlu ada komitmen yang tinggi

dari kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan proses

pembelajaran di sekolah. Peran kepala sekolah sebagai salah satu

pilar dari tiga pilar pelaksanaan manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah agar memiliki kepedulian yang lebih tinggi dari sisi

manajemen sekolah. Sedangkan bagi guru yang juga sebagai salah

satu pilar pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah (MPMBS), perlu memiliki kemampuan dan kesanggupan

menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar siswa

Page 18: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

14

terangsang untuk lebih ingin mengetahui materi pelajaran, senang

menanyakan dan berani mengajukan pendapat serta melakukan

percobaan yang menuntut pengalaman baru.

E. Jalan Menuju Wirausaha Sukses

Murphy & Peck (1980: 8) menggambarkan delapan anak tangga

untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula

digunakan oleh seorang kepala sekolah selaku wirausaha dalam

mengembangkan profesinya. Kedelapan anak tangga yang dimaksud

adalah: (1) Mau Bekerja Keras. (2) Bekerjasama dengan Orang Lain.

(3) Penampilan yang Baik. (4) Percaya Diri. (5) Pandai membuat

Keputusan. (6) Mau Menambah Ilmu Pengetahuan. (7) Ambisi untuk

Maju (8) Pandai Berkomunikasi.

F. Etika Kewirausahaan

Etika pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan

apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Etika

wirausaha adalah suatu kode etik perilaku aktor berdasarkan nilai-nilai

moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan

dan memecahkan persoalan. Etika wirausaha sangat penting untuk

mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan dalam membuat

keputusan dan memecahkan persoalan organisasi.

Menurut Zimmerer (1996: 22), ada tiga tingkatan norma etika,

yaitu: (1) Hukum, berlaku bagi masyarakat dalam mengatur perbuatan

yang boleh atau tidak boleh dilakukan. (2) Kebijakan dan prosedur

organisasi, memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam

organisasi ketika mengabil keputusan. (3) Moral sikap mental individu,

Page 19: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

15

sangat penting bagi setiap orang untuk menghadapi suatu keputusan

yang tidak diatur oleh aturan formal.

Ada sepuluh prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu:

kejujuran, integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran/keadilan,

suka membantu orang lain, hormat kepada orang lain,

bertanggungjawab, mengejar keunggulan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sedangkan untuk mempertahankan standar

etika dilakukan dengan cara: menciptakan kepercayaan,

mengembangkan kode etik, menjalankan kode etik secara adil dan

konsisten, melindungi hak-hak perorangan, mengadakan pelatihan

etika, melakukan audit etika secara periodik, mempertahankan

standar etika yang tinggi, menghidari etika tercela, menciptakan

budaya komunikasi optimal dan melibatkan pihak lain dalam

mempertahankan etika (Michael Josephson, 1988).

Selain etika, ada beberapa pertanggung jawaban sekolah, yaitu

tanggung jawab terhadap stakeholders sekolah. Dalam rangka

tanggung jawab sekolah terhadap para pemangku kepentingan

tersebut. Tanggung jawab organisasi dapat dilakukan dengan cara

mendengarkan orang lain dan menghormati pendapatnya, meminta

input kepada anggotanya, memberikan umpan-balik yang positif dan

negatif, memberikan kepercayaan, dan sebagainya.

Page 20: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

16

BAB III

KEPEMIMPINAN KREATIF DAN INOVATIF

KEPALA SEKOLAH DASAR

A. Entrepreneur Model (Joseph Schumpeter)

Salah Satu faktor kunci keberhasilan seorang kepala sekolah

memimpin adalah kemampuan yang dimiliki dalam berinovasi dan

menciptakan gagasan brilian agar sekolahnya dianggap sebagai

sekolah unggulan. Inovasi merupakan faktor pendukung

keberhasilannya selaku kepala sekolah yang handal. Seorang kepala

sekolah menjadi sukses karena mampu menciptakan gagasan baru

dalam membangun image sekolah. Upaya yang perlu dilakukan oleh

kepala sekolah adalah menunjukkan tingkat keefektifan sekolahnya

berdasarkan pendekatan atau model efektivitas yang beragam

dengan standar kualitas lulusan yang tinggi.

Pertanyaannya ialah bagaimana mensiasati keunggulan yang

dimiliki dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang justru

dianggap sebagai sekolah efektif atau sekolah unggulan yang bertaraf

nasional dan internasional. Di sini diperlukan sebuah inovasi dari

kepala sekolah bersama civitas akademikanya dengan cara

menerapkan berbagai jenis strategi agar sekolahnya bukan saja dapat

dicitrakan (positioning) dan dibedakan (strategi diferensiasi) dengan

sekolah lain yang setingkat, melainkan pula diminati oleh calon siswa

baru yang berprestasi.

Untuk menjadi kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus

menerapkan beberapa hal berikut: (1) Berpikir kreatif inovatif, (2)

Page 21: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

17

Mampu membaca arah perkembangan dunia pendidikan, (3) Dapat

menunjukkan nilai lebih dari beberapa atau seluruh elemen sistem

persekolahan yang dimiliki, (4) Perlu menumbuhkan kerjasama tim,

sikap kepemimpinan, kebersamaan dan hubungan yang solid dengan

segenap warga sekolah, (5) Mampu membangun pendekatan

personal yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak cepat

berpuas diri dengan apa yang telah diraih, (6) Selalu meng-upgrade

ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan amal ilmiahnya, (7) Bisa

menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu

dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan

teknologi informasi.

Kemampuan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha dalam

berinovasi sangat menentukan keberhasilan sekolah yang

dipimpinnya karena kepala sekolah tersebut mampu menyikapi

kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat akan jasa pendidikan

bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, jika Anda ingin sukses memimpin

sekolah jadilah individu yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan

potensi kreativitas yang dimiliki dalam bentuk inovasi yang bernilai.

B. Meraih Kinerja Unggul dengan Melejitkan Kreativitas

Kreativitas merupakan kekuatan hidup dan energi yang mengarah

pada kemanfaatan dan keunggulan organisasi sekolah. Dalam setiap

organisasi sekolah yang unggul, kreativitas muncul dalam setiap

rumpun atau bidang pada semua jenjang dimana keunikan warga

sekolah khususnya guru dan pegawai dihargai dan dirayakan. Oleh

karena itu, tugas kepala sekolah adalah mengapresiasi apa yang

terbaik dalam diri guru dan pegawai, termasuk dalam diri anak

Page 22: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

18

didiknya. Kepala sekolah perlu tahu bahwa kekayaan organisasi

sekolah sama dengan kualitas gagasan inovatif yang dimiliki oleh

setiap guru dan pegawai. Kepala sekolah juga perlu tahu bahwa

sebagian besar warga sekolah kreatif sama dengan dorongan yang

diberikan untuk menjadi kreatif.

Manfaat modal intelektual ini dapat diraih melalui proses dan

lingkungan yang dirancang untuk menghargai perbedaan individu dan

menerapkannya dalam memecahkan masalah secara kreatif,

mengatasi tantangan secara kreatif dan membuat keputusan besar

serta melaksanakan solusi yang ditetapkan. Drucker pernah

menyatakan bahwa kebanyakan apa yang terlihat dalam inovasi yang

berhasil bukanlah merupakan kejadian yang menyenangkan dari

silaunya kekaburan pemahaman, melainkan lebih merupakan

penerapan secara cermat atas sesuatu yang tidak spektakuler

dengan mengikuti disiplin manajemen yang sistematis.

1. Menginspirasi Kreativitas Warga Sekolah

Mengingat kreativitas di sekolah perlu dibangkitkan, pertanyaan

retoris yang perlu dijawab ialah bagaimana cara membangkitkan dan

mengembangkan kreativitas warga sekolah, khususnya guru dan

tenaga kependidikan? Kilby (2003) dan beberapa pakar

memperkenalkan empat cara menginspirasi kreativitas. Adapun

empat cara yang dimaksud adalah; memelihara, berbagai

pengetahuan, menanamkan keberanian, dan mempromosikan

kolaborasi.

Page 23: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

19

2. Faktor Kunci Keberhasilan bagi Peningkatan Kreativitas

Ada empat faktor kunci keberhasilan yang dapat meningkatkan

kreativitas guru dan pegawai dalam organisasi sekolah, yakni: iklim

saling percaya dan komitmen bersama untuk selalu belajar dan

mengembangkan diri; komunikasi secara jujur dan terbuka; proses,

alat dan teknik pemecahan masalah yang kreatif; dan proses

manajemen sekolah yang fleksibel (Levesque, 2003).

Implementasi program merupakan masalah utama yang dihadapi

oleh sejumlah organisasi sekolah. Proses manajemen kegiatan

sekolah yang fleksibel menambah peluang bagi keberhasilan

pimpinan sekolah dalam menerapkan solusi kreatif dan menjadikan

pimpinan sekolah berkonsentrasi melakukan kegiatan yang dipilih.

Faktor-faktor yang memajukan kreativitas dan inovasi di sekolah juga

akan mendorong kemanfaatan dan layanan pendidikan, pengajaran

dan pelatihan. Menurut pengalaman penulis, faktor-faktor tersebut

sama pentingnya dengan faktor lainnya dan dapat membantu

organisasi sekolah untuk memperoleh image positif yang lebih baik.

3. Meraih Kinerja Unggul Melalui Sembilan Bakat Kreatif

Setiap kepala sekolah, guru dan pegawai diharapkan agar lebih

kreatif dalam berpikir dan melakukan sesuatu dengan cara berbeda,

karena cara lama tidak berfungsi secara baik dan penyelesaian

masalah sekolah yang digunakan selama ini seringkali tidak

memecahkan masalah. Kreativitas yang muncul dapat membantu

mencapai hasil yang luar biasa di sekolah, di dalam diri individu warga

sekolah. Kreativitas menjadikan guru dan pegawai lebih kompetitif,

produktif dan efektif.

Page 24: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

20

Untuk memperoleh hasil yang kreatif memerlukan berbagai upaya

yang mencakup cara memahami lingkungan sekitar, cara

mengumpulkan data dan informasi, cara merumuskan masalah dan

tantangan, cara membangkitkan opsi alternatif dan cara menyeleksi

dan melaksanakan suatu solusi.

Levesque (2003) merumuskan delapan bakat kreatif knowledge

worker yang dapat memperoleh hasil yang berbeda dan memberikan

kontribusi yang juga berbeda terhadap kreativitas dalam organisasi.

Empat dari bakat tersebut digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi mengenai dunia dan tantangan yang dihadapi, yakni:

petualang, navigator, penjelajah, dan visionaris. Sementara itu empat

bakat kreatif lainnya digunakan dalam bertindak atas dasar data dan

informasi yang diperoleh untuk membuat keputusan atau

pertimbangan. Empat bakat kreatif yang dimaksud adalah: Pilot,

Penemu, Penyelaras, dan Puitis.

Selain delapan bakat kreatif tersebut penulis menambahkan satu

bakat kreatif yang menggejala di berbagai segmen – geografis,

demografis, psikografis dan keperilakuan (Johnson dan Scholes,

2002: 127-130) – masyarakat yaitu Adaptor dalam arti orang yang

memiliki kreativitas untuk meniru, menyesuaikan dan mensinergikan

utilitas berbagai hal yang dikerjakan oleh orang lain menjadi “produk”

yang terlihat baru dan bernilai baik bagi dirinya maupun bagi orang

atau kelompok lain (Haedar Akib).

Kreativitas kepala sekolah menjadikan guru, pegawai dan

organisasi sekolah lebih efektif, produktif dan kompetitif. Kreativitas

kepala sekolah dapat mempercepat pengembangan sikap baru dan

mematahkan sikap lama, termasuk pola pikir guru dan pegawai yang

tidak berguna. Kreativitas kepala sekolah lebih mendukung perluasan

Page 25: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

21

dan kemajuan cara berpikir dan berperilaku warga sekolah dalam

melihat ke masa depan.

C. Membangun Tim Kreatif dan Inovatif di Sekolah

Dalam mengembangkan kerjasama tim yang kreatif dan inovatif

kepala sekolah perlu mengkaji secara komprehensif tujuan kerjasama

tim yang dibentuk agar sesuai dengan visi dan misi sekolah. Dengan

demikian, tim harus mempunyai satu visi untuk memberikan fokus dan

pengarahan pada energi kreatif.

Selanjutnya, dalam membangun tim terdapat sejumlah dimensi

yang harus dipahami bersama agar dapat mencapai hasil yang

optimal. Dimensi tersebut adalah; (a) kejelasan visi, (b) visi bersama,

(c) visi yang berevolusi, (d) partisipasi tim, (e) pengaruh atas

pembuatan keputusan, (f) berbagai informasi, (g) frekuensi interaksi,

dan (h) keamanan

D. Teknik Pemecahan Masalah Kreatif

Teknik kreatif dalam pemecahan masalah diklasifikasikan ke

dalam tiga tingkatan (Treffinger dalam Munandar, 1999). Pada tingkat

pertama diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar

periksa atau daftar pertanyaan yang memacu gagasan. Prakondisi

yang diperlukan adalah terciptanya suasana atau iklim yang kondusif

bagi pemikiran dan sifat kreatif, yaitu dengan melakukan pemanasan

(Warning – Up), mengajukan pertanyaan yang memberikan

kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong

partisipan mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah.

Teknik tingkat kedua adalah melatih proses pemikiran yang lebih

majemuk, seperti yang dituntut pada teknik sinektik dan teknik

Page 26: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

22

futuristik. Pada teknik sinektik orang akan dilatih berpikir berdasarkan

analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam

penggunaan analogi fantasi, analogi langsung dan analogi pribadi.

Teknik futuristik membantu orang untuk mengantisipasi dan

menciptakan masa depannya, antara lain dengan menggambarkan

garis besar waktu yang mencakup masa lalu, masa kini dan masa

depan.

Teknik tingkat ketiga adalah menghadapkan orang pada

tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama ialah pemecahan

masalah secara kreatif yang meliputi lima tahap, yaitu tahap:

penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan gagasan,

penemuan solusi dan implementasi.

Dengan melihat tahapan pemecahan masalah menurut Treffinger,

teknik pemecahan masalah persekolahan secara kreatif merupakan

teknik yang sistematik dalam mengorganisasi dan mengolah

keterangan dan gagasan, sehingga suatu masalah dapat dipahami

dan dipecahkan secara imajinatif dalam konteks persekolahan.

Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards (1997), mengemukakan

bahwa pemecahan masalah secara kreatif perlu dilaksanakan melalui

lima tahap, yaitu; (1) Menentukan fakta, (2) Menemukan masalah, (3)

Menemukan gagasan, (4) Menemukan jawaban, dan (5) Menemukan

penerimaan.

Dalam fase konvergen dilakukan seleksi langkah mana yang

betul-betul diperlukan, kemudian disusun secara berurutan yang

tepat, berikut kapan, siapa dan dimana kegiatan tersebut dilakukan.

Perlu diperhatikan bahwa setiap tahap pemecahan masalah ada dua

fase, yaitu fase divergen dan fase konvergen.

Page 27: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

23

E. Perspektif Kepala Sekolah Selaku Knowledge Leader

Mengedepankan peran kepala sekolah selaku pemimpin

pengetahuan merupakan satu langkah maju dalam mengarahkan

perubahan budaya organisasi sekolah. Pemimpin pengetahuan

berperan sebagai penghubung antara pekerja dan pengetahuan.

Keberadaan pemimpin pengetahuan merupakan percobaan dalam

akselerasi transformasi budaya. Oleh karena itu, peran pemimpin

pengetahuan berada dalam perkembangan. Secara khusus,

keberadaan kelompok pemimpin ini baru sekitar enam tahunan.

Pemimpin pengetahuan berasal dari berbagai latar belakang seperti

konsultan, akademisi, bagian keuangan, pemasaran, keteknikan,

teknologi informasi, penelitian dan pengembangan, pelayanan

pelanggan, termasuk dari bagian SDM. Pemimpin pengetahuan

memiliki pengalaman dan kepakaran dalam berbagai bidang seperti

bidang pemrograman, statistik, pelibatan pegawai, pengembangan

organisasi, pelatihan, pemasaran dan penelitian. Pemimpin

pengetahuan juga memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di

pasar, dampak perubahan yang terjadi dengan cepat dan perubahan

sifat hubungan pekerja dan pelanggan.

Keberadan pemimpin pengetahuan merupakan strategi baru dan

peran formal dan informal orang-orang dalam bagian sumber daya

manusia. Pemimpin pengetahuan merupakan fungsi dan peran senior

dengan segala kewenangannya. Perbedaan pemimpin pengetahuan

dengan pengarah pengetahuan lainnya dapat dipahami. Biasanya,

keberadaan pemimpin pengetahuan dimaksudkan sebagai katalisator

kreasi pengetahuan. Dalam banyak hal, pemimpin pengetahuan ini

didelegasi oleh kepala eksekutif organisasi dan melapor ke

manajemen puncak. Pemimpin pengetahuan seringkali lebih berperan

Page 28: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

24

sebagai penyebar ajaran agama, pendidik dan penata forum dari

pada sebagai manajer proyek manajemen pengetahuan. Berbagai

titel atau simbol – seperti kepala bagian pembelajaran, kepala bagian

pengetahuan, arsitek pengetahuan, insinyur pengetahuan - digunakan

untuk menggambarkan pertumbuhan komunitas ini. Sebutan ini

digunakan karena pada kenyataannya ada perbedaan dalam cakupan

tugas yang diemban, alasan yang mendasari mengapa melaksanakan

tugas tertentu dan seberapa besar pengaruh yang dipegang oleh

anggota komunitas tersebut.

Pemimpin pengetahuan seringkali bertindak sebagai visionaris

dan penghubung. Oleh karena itu, ada tiga cara efektif untuk

membangun kapabilitas dan menjadikan organisasinya terintegrasi,

yakni: uang yang beredar, orang-orang yang bergerak dan gagasan

yang bergulir ke seluruh organisasi. Pekerjaan pemimpin

pengetahuan adalah membantu mematahkan sekat antar unit-unit

kegiatan, fungsi-fungsi dan lokasi geografis, serta langit-langgit di

antara lapisan hirarkis. Pemimpin pengetahuan juga bekerja untuk

meruntuhkan sekat yang membatasi organisasi dengan lingkungan –

pemerintah, dunia usaha dan industri, pelanggan, pemasok (sekolah

yang lebih rendah), pembuat aturan dan sebagainya.

Uraian di atas memberi pemahaman bahwa deskripsi para

profesional manajemen pengetahuan boleh jadi lebih banyak

diceritakan dari pada titel jabatan formalnya. Peran pemimpin

pengetahuan itu diisi oleh orang yang mau menjembatani gagasan

orang-orang pada keseluruhan “silos” dan alur bisnis dan membuat

organisasinya adaptif dan bereaksi terhadap persaingan yang lebih

baru dan lebih jelimet.

Page 29: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

25

1. Tugas Kepala Sekolah selaku Pemimpin Pengetahuan

Pada prinsipnya, tugas kepala sekolah sebagai pemimpin

pengetahuan adalah mempercepat pertumbuhan organisasi sekolah

berbasis pengetahuan. Organisasi berbasis pengetahuan adalah

nama yang diberikan kepada organisasi yang menjadikan

pengetahuan sebagai sumber daya saingnya (Ruggles dan

Holtshouse, 1999). Peran pemimpin pengetahuan dalam organisasi

berbasis pengetahuan, khususnya yang diberi gelar Chief Knowledge

Organization (CKO) sangat kompleks dan multi-segi. Dari semua

tanggung jawab CKO yang ditetapkan, ada tiga di antaranya yang

dianggap paling penting, yakni membangun budaya pengetahuan,

menciptakan infrastruktur manajemen pengetahuan dan menjadikan

semua tugas CKO terlaksana secara ekonomis (Davenprot dan

Prusak).

2. Kepala Sekolah Selaku Pemimpin Pengembangan

Kepala sekolah yang kreatif membuat asumsi yang dapat

mengarahkan tindakan dan perilakunya. Hal ini sesuai pemikiran

Maslow (1998) dalam Gilley dan Maycunich (2001) bahwa pemimpin

pengembangan membuat asumsi mengenai pekerjanya.

Pemimpin pengembangan dipercaya untuk memerankan keahlian

dan kemampuan yang terbaik; Berhak memperoleh informasi

mengenai keputusan, misi dan strategi organisasi; Berkeinginan

menjadi kontributor lebih dari sekedar selaku pengamat pasif;

Berkeinginan mengatasi resiko jika organisasi mengembangkan jaring

pengaman; Menikmati kerjasama tim dan harmonitas kelompok;

Kemampuannya dapat ditingkatkan; Berkeinginan untuk tumbuh dan

berkembang; Ingin dianggap penting, dibutuhkan, berguna, sukses,

Page 30: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

26

dihargai dan direspek; Ingin mengembangkan hubungan baik dengan

pemimpin, manajer dan koleganya; Menginginkan pekerjaan yang

bermakna; Berkeinginan memperoleh penghargaan dan pengakuan

atas prestasi yang dicapai; Menginginkan tanggung jawab atas

ketergantungan dan kepasifannya; Menginginkan pendekatan

kepemimpinan yang diarahkan oleh dirinya sendiri terhadap

pendekatan otoritas; Menginginkan organisasinya berhasil dan

mencapai tujuan dan sasaran bisnisnya. Agar pendekatan

kepelayanan dapat terwujud, pemimpin tersebut menerapkan

kesepuluh prinsip kepemimpinan pengembangan yang

dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: Prinsip yang

berorientasi pada aspek intrinsik, Prinsip yang berorientasi pada

pekerja, Prinsip yang berorientasi pada kinerja, dan Prinsip yang

beroientasi pada organisasi.

Page 31: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

27

BAB IV

KEPEMIMPINAN KREATIF DAN INOVATIF

KEPALA SEKOLAH

A. Meraih Kinerja Unggul dengan Melejitkan Kreativitas

Kreativitas merupakan kekuatan hidup dan energi yang mengarah

pada kemanfaatan dan keunggulan organisasi sekolah. Dalam setiap

organisasi sekolah yang unggul, kreativitas muncul dalam setiap

rumpun atau bidang pada semua jenjang dimana keunikan warga

sekolah khususnya guru dan pegawai dihargai dan dirayakan. Oleh

karena itu, tugas kepala sekolah adalah mengapresiasi apa yang

terbaik dalam diri guru dan pegawai, termasuk dalam diri anak

didiknya. Kepala sekolah perlu tahu bahwa kekayaan organisasi

sekolah sama dengan kualitas gagasan inovatif yang dimiliki oleh

setiap guru dan pegawai. Kepala sekolah juga perlu tahu bahwa

sebagian besar warga sekolah kreatif sama dengan dorongan yang

diberikan untuk menjadi kreatif.

Manfaat modal intelektual ini dapat diraih melalui proses dan

lingkungan yang dirancang untuk menghargai perbedaan individu dan

menerapkannya dalam memecahkan masalah secara kreatif,

mengatasi tantangan secara kreatif dan membuat keputusan besar

serta melaksanakan solusi yang ditetapkan. Drucker pernah

menyatakan bahwa kebanyakan apa yang terlihat dalam inovasi yang

berhasil bukanlah merupakan kejadian yang menyenangkan dari

silaunya kekaburan pemahaman, melainkan lebih merupakan

penerapan secara cermat atas sesuatu yang tidak spektakuler

dengan mengikuti disiplin manajemen yang sistematis.

Page 32: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

28

1. Menginspirasi Kreativitas Warga Sekolah

Mengingat kreativitas di sekolah perlu dibangkitkan, pertanyaan

retoris yang perlu dijawab ialah bagaimana cara membangkitkan dan

mengembangkan kreativitas warga sekolah, khususnya guru dan

tenaga kependidikan? Kilby (2003) dan beberapa pakar

memperkenalkan empat cara menginspirasi kreativitas. Adapun

empat cara yang dimaksud adalah; memelihara, berbagai

pengetahuan, menanamkan keberanian, dan mempromosikan

kolaborasi.

2. Faktor Kunci Keberhasilan bagi Peningkatan Kreativitas

Ada empat faktor kunci keberhasilan yang dapat meningkatkan

kreativitas guru dan pegawai dalam organisasi sekolah, yakni: iklim

saling percaya dan komitmen bersama untuk selalu belajar dan

mengembangkan diri; komunikasi secara jujur dan terbuka; proses,

alat dan teknik pemecahan masalah yang kreatif; dan proses

manajemen sekolah yang fleksibel (Levesque, 2003).

Implementasi program merupakan masalah utama yang dihadapi

oleh sejumlah organisasi sekolah. Proses manajemen kegiatan

sekolah yang fleksibel menambah peluang bagi keberhasilan

pimpinan sekolah dalam menerapkan solusi kreatif dan menjadikan

pimpinan sekolah berkonsentrasi melakukan kegiatan yang dipilih.

Faktor-faktor yang memajukan kreativitas dan inovasi di sekolah juga

akan mendorong kemanfaatan dan layanan pendidikan, pengajaran

dan pelatihan. Menurut pengalaman penulis, faktor-faktor tersebut

sama pentingnya dengan faktor lainnya dan dapat membantu

organisasi sekolah untuk memperoleh image positif yang lebih baik.

Page 33: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

29

3. Meraih Kinerja Unggul Melalui Sembilan Bakat Kreatif

Setiap kepala sekolah, guru dan pegawai diharapkan agar lebih

kreatif dalam berpikir dan melakukan sesuatu dengan cara berbeda,

karena cara lama tidak berfungsi secara baik dan penyelesaian

masalah sekolah yang digunakan selama ini seringkali tidak

memecahkan masalah. Kreativitas yang muncul dapat membantu

mencapai hasil yang luar biasa di sekolah, di dalam diri individu warga

sekolah. Kreativitas menjadikan guru dan pegawai lebih kompetitif,

produktif dan efektif.

Untuk memperoleh hasil yang kreatif memerlukan berbagai upaya

yang mencakup cara memahami lingkungan sekitar, cara

mengumpulkan data dan informasi, cara merumuskan masalah dan

tantangan, cara membangkitkan opsi alternatif dan cara menyeleksi

dan melaksanakan suatu solusi.

Levesque (2003) merumuskan delapan bakat kreatif knowledge

worker yang dapat memperoleh hasil yang berbeda dan memberikan

kontribusi yang juga berbeda terhadap kreativitas dalam organisasi.

Empat dari bakat tersebut digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi mengenai dunia dan tantangan yang dihadapi, yakni:

petualang, navigator, penjelajah, dan visionaris. Sementara itu empat

bakat kreatif lainnya digunakan dalam bertindak atas dasar data dan

informasi yang diperoleh untuk membuat keputusan atau

pertimbangan. Empat bakat kreatif yang dimaksud adalah: Pilot,

Penemu, Penyelaras, dan Puitis.

Selain delapan bakat kreatif tersebut penulis menambahkan satu

bakat kreatif yang menggejala di berbagai segmen – geografis,

demografis, psikografis dan keperilakuan (Johnson dan Scholes,

2002: 127-130) – masyarakat yaitu Adaptor dalam arti orang yang

Page 34: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

30

memiliki kreativitas untuk meniru, menyesuaikan dan mensinergikan

utilitas berbagai hal yang dikerjakan oleh orang lain menjadi “produk”

yang terlihat baru dan bernilai baik bagi dirinya maupun bagi orang

atau kelompok lain (Haedar Akib).

Kreativitas kepala sekolah menjadikan guru, pegawai dan

organisasi sekolah lebih efektif, produktif dan kompetitif. Kreativitas

kepala sekolah dapat mempercepat pengembangan sikap baru dan

mematahkan sikap lama, termasuk pola pikir guru dan pegawai yang

tidak berguna. Kreativitas kepala sekolah lebih mendukung perluasan

dan kemajuan cara berpikir dan berperilaku warga sekolah dalam

melihat ke masa depan.

B. Membangun Tim Kreatif dan Inovatif Di Sekolah

Dalam mengembangkan kerjasama tim yang kreatif dan inovatif

kepala sekolah perlu mengkaji secara komprehensif tujuan kerjasama

tim yang dibentuk agar sesuai dengan visi dan misi sekolah. Dengan

demikian, tim harus mempunyai satu visi untuk memberikan fokus dan

pengarahan pada energi kreatif.

LATIHAN

Cobalah Bapak/Ibu menjawab pertanyaan berikut, sebelum melanjutkan ke materi berikutnya. (1) Jelaskan disertasi contoh keempat cara menginspirasi kreativitas

warga sekolah? (2) Jelaskan keempat faktor kunci keberhasilan bagi peningkatan

kreativitas? (3) Diskusikan dengan anggota kelompok Bapak/Ibu mengenai

kemungkinan dari sembilan bakat kreatif di atas diperankan oleh Kepala Sekolah?

Page 35: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

31

Selanjutnya, dalam membangun tim terdapat sejumlah dimensi

yang harus dipahami bersama agar dapat mencapai hasil yang

optimal. Dimensi tersebut adalah; (a) kejelasan visi, (b) visi bersama,

(c) visi yang berevolusi, (d) partisipasi tim, (e) pengaruh atas

pembuatan keputusan, (f) berbagai informasi, (g) frekuensi interaksi,

dan (h) keamanan

C. Teknik Pemecahan Masalah Kreatif

Teknik kreatif dalam pemecahan masalah diklasifikasikan ke

dalam tiga tingkatan (Treffinger dalam Munandar, 1999). Pada tingkat

pertama diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar

periksa atau daftar pertanyaan yang memacu gagasan. Prakondisi

yang diperlukan adalah terciptanya suasana atau iklim yang kondusif

bagi pemikiran dan sifat kreatif, yaitu dengan melakukan pemanasan

(Warning – Up), mengajukan pertanyaan yang memberikan

kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong

partisipan mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah.

Teknik tingkat kedua adalah melatih proses pemikiran yang lebih

majemuk, seperti yang dituntut pada teknik sinektik dan teknik

futuristik. Pada teknik sinektik orang akan dilatih berpikir berdasarkan

analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam

penggunaan analogi fantasi, analogi langsung dan analogi pribadi.

Teknik futuristik membantu orang untuk mengantisipasi dan

menciptakan masa depannya, antara lain dengan menggambarkan

garis besar waktu yang mencakup masa lalu, masa kini dan masa

depan.

Teknik tingkat ketiga adalah menghadapkan orang pada

tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama ialah pemecahan

Page 36: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

32

masalah secara kreatif yang meliputi lima tahap, yaitu tahap:

penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan gagasan,

penemuan solusi dan implementasi.

Dengan melihat tahapan pemecahan masalah menurut Treffinger,

teknik pemecahan masalah persekolahan secara kreatif merupakan

teknik yang sistematik dalam mengorganisasi dan mengolah

keterangan dan gagasan, sehingga suatu masalah dapat dipahami

dan dipecahkan secara imajinatif dalam konteks persekolahan.

Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards (1997), mengemukakan

bahwa pemecahan masalah secara kreatif perlu dilaksanakan melalui

lima tahap, yaitu; (1) Menentukan fakta, (2) Menemukan masalah, (3)

Menemukan gagasan, (4) Menemukan jawaban, dan (5) Menemukan

penerimaan.

Dalam fase konvergen dilakukan seleksi langkah mana yang

betul-betul diperlukan, kemudian disusun secara berurutan yang

tepat, berikut kapan, siapa dan dimana kegiatan tersebut dilakukan.

Perlu diperhatikan bahwa setiap tahap pemecahan masalah ada dua

fase, yaitu fase divergen dan fase konvergen.

LATIHAN

Cobalah menjawab pertanyaan berikut dengan cermat, sebelum Bapak/Ibu melanjutkan ke sub-pokok bahasan berikutnya. 1. Kemukakan minimal tujuh dimensi yang perlu diperhatikan dalam

membangun tim kreatif di sekolah? 2. kemukakan langkah teknik pemecahan masalah secara kreatif.

Page 37: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

33

D. Perspektif Kepala Sekolah Selaku Knowledge Leader

Mengedepankan peran kepala sekolah selaku pemimpin

pengetahuan merupakan satu langkah maju dalam mengarahkan

perubahan budaya organisasi sekolah. Pemimpin pengetahuan

berperan sebagai penghubung antara pekerja dan pengetahuan.

Keberadaan pemimpin pengetahuan merupakan percobaan dalam

akselerasi transformasi budaya. Oleh karena itu, peran pemimpin

pengetahuan berada dalam perkembangan. Secara khusus,

keberadaan kelompok pemimpin ini baru sekitar enam tahunan.

Pemimpin pengetahuan berasal dari berbagai latar belakang seperti

konsultan, akademisi, bagian keuangan, pemasaran, keteknikan,

teknologi informasi, penelitian dan pengembangan, pelayanan

pelanggan, termasuk dari bagian SDM. Pemimpin pengetahuan

memiliki pengalaman dan kepakaran dalam berbagai bidang seperti

bidang pemrograman, statistik, pelibatan pegawai, pengembangan

organisasi, pelatihan, pemasaran dan penelitian. Pemimpin

pengetahuan juga memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di

pasar, dampak perubahan yang terjadi dengan cepat dan perubahan

sifat hubungan pekerja dan pelanggan.

Keberadan pemimpin pengetahuan merupakan strategi baru dan

peran formal dan informal orang-orang dalam bagian sumber daya

manusia. Pemimpin pengetahuan merupakan fungsi dan peran senior

dengan segala kewenangannya. Perbedaan pemimpin pengetahuan

dengan pengarah pengetahuan lainnya dapat dipahami. Biasanya,

keberadaan pemimpin pengetahuan dimaksudkan sebagai katalisator

kreasi pengetahuan. Dalam banyak hal, pemimpin pengetahuan ini

didelegasi oleh kepala eksekutif organisasi dan melapor ke

manajemen puncak. Pemimpin pengetahuan seringkali lebih berperan

Page 38: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

34

sebagai penyebar ajaran agama, pendidik dan penata forum dari

pada sebagai manajer proyek manajemen pengetahuan. Berbagai

titel atau simbol – seperti kepala bagian pembelajaran, kepala bagian

pengetahuan, arsitek pengetahuan, insinyur pengetahuan - digunakan

untuk menggambarkan pertumbuhan komunitas ini. Sebutan ini

digunakan karena pada kenyataannya ada perbedaan dalam cakupan

tugas yang diemban, alasan yang mendasari mengapa melaksanakan

tugas tertentu dan seberapa besar pengaruh yang dipegang oleh

anggota komunitas tersebut.

Pemimpin pengetahuan seringkali bertindak sebagai visionaris

dan penghubung. Oleh karena itu, ada tiga cara efektif untuk

membangun kapabilitas dan menjadikan organisasinya terintegrasi,

yakni: uang yang beredar, orang-orang yang bergerak dan gagasan

yang bergulir ke seluruh organisasi. Pekerjaan pemimpin

pengetahuan adalah membantu mematahkan sekat antar unit-unit

kegiatan, fungsi-fungsi dan lokasi geografis, serta langit-langgit di

antara lapisan hirarkis. Pemimpin pengetahuan juga bekerja untuk

meruntuhkan sekat yang membatasi organisasi dengan lingkungan –

pemerintah, dunia usaha dan industri, pelanggan, pemasok (sekolah

yang lebih rendah), pembuat aturan dan sebagainya.

Uraian di atas memberi pemahaman bahwa deskripsi para

profesional manajemen pengetahuan boleh jadi lebih banyak

diceritakan dari pada titel jabatan formalnya. Peran pemimpin

pengetahuan itu diisi oleh orang yang mau menjembatani gagasan

orang-orang pada keseluruhan “silos” dan alur bisnis dan membuat

organisasinya adaptif dan bereaksi terhadap persaingan yang lebih

baru dan lebih jelimet.

Page 39: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

35

1. Tugas Kepala Sekolah selaku Pemimpin Pengetahuan

Pada prinsipnya, tugas kepala sekolah sebagai pemimpin

pengetahuan adalah mempercepat pertumbuhan organisasi sekolah

berbasis pengetahuan. Organisasi berbasis pengetahuan adalah

nama yang diberikan kepada organisasi yang menjadikan

pengetahuan sebagai sumber daya saingnya (Ruggles dan

Holtshouse, 1999). Peran pemimpin pengetahuan dalam organisasi

berbasis pengetahuan, khususnya yang diberi gelar Chief Knowledge

Organization (CKO) sangat kompleks dan multi-segi. Dari semua

tanggung jawab CKO yang ditetapkan, ada tiga di antaranya yang

dianggap paling penting, yakni membangun budaya pengetahuan,

menciptakan infrastruktur manajemen pengetahuan dan menjadikan

semua tugas CKO terlaksana secara ekonomis (Davenprot dan

Prusak).

2. Kepala Sekolah Selaku Pemimpin Pengembangan

Kepala sekolah yang kreatif membuat asumsi yang dapat

mengarahkan tindakan dan perilakunya. Hal ini sesuai pemikiran

Maslow (1998) dalam Gilley dan Maycunich (2001) bahwa pemimpin

pengembangan membuat asumsi mengenai pekerjanya.

Pemimpin pengembangan dipercaya untuk memerankan keahlian

dan kemampuan yang terbaik; Berhak memperoleh informasi

mengenai keputusan, misi dan strategi organisasi; Berkeinginan

menjadi kontributor lebih dari sekedar selaku pengamat pasif;

Berkeinginan mengatasi resiko jika organisasi mengembangkan jaring

pengaman; Menikmati kerjasama tim dan harmonitas kelompok;

Kemampuannya dapat ditingkatkan; Berkeinginan untuk tumbuh dan

berkembang; Ingin dianggap penting, dibutuhkan, berguna, sukses,

Page 40: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

36

dihargai dan direspek; Ingin mengembangkan hubungan baik dengan

pemimpin, manajer dan koleganya; Menginginkan pekerjaan yang

bermakna; Berkeinginan memperoleh penghargaan dan pengakuan

atas prestasi yang dicapai; Menginginkan tanggung jawab atas

ketergantungan dan kepasifannya; Menginginkan pendekatan

kepemimpinan yang diarahkan oleh dirinya sendiri terhadap

pendekatan otoritas; Menginginkan organisasinya berhasil dan

mencapai tujuan dan sasaran bisnisnya. Agar pendekatan

kepelayanan dapat terwujud, pemimpin tersebut menerapkan

kesepuluh prinsip kepemimpinan pengembangan yang

dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: Prinsip yang

berorientasi pada aspek intrinsik, Prinsip yang berorientasi pada

pekerja, Prinsip yang berorientasi pada kinerja, dan Prinsip yang

beroientasi pada organisasi.

Page 41: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

37

BEST PRACTICE (Robert D. Herman and David O. Renz. More These on Nonprofit Organization

Effectiveness, 2004: 10) Kriteria Best practice: (1) Berhasil dalam waktu lama; (2) Menunjukkan manfaat yang dapat dikuantifikasi; (3) Kreatif & Inovatif; (4) Diakui hasilnya positif (jika dikuantifikasi hasilnya terukur); (5) Dapat direplikasi; (6) Relevan diadopsi dalam organisasi; dan (7) Tidak terkait dengan ciri unik organisasi (dapat digeneralisasi).

BAB V

BEST PRACTICE KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH

A. Best Practice

Prinsip yang dianut dalam tulisan ini adalah selain “pengalaman

merupakan guru yang terbaik” maka “belajar dari keberhasilan

dianggap lebih baik daripada

belajar dari kesalahan.”

Untuk itu keberhasilan yang

telah dicapai oleh lembaga

pendidikan (sekolah) dalam

mengembangkan

kewirausahaan di

sekolahnya dapat dijadikan

sebagai pelajaran berharga

untuk diketuktularkan

kepada sekolah lain yang belum berhasil dan ada upaya untuk meraih

keberhasilan apa yang diharapkan.

Sebelum mendeskripsikan bentuk keberhasilan yang dicapai oleh

sekolah tertentu dalam mengembangkan kewirausahaan di

sekolahnya perlu dipahami pengertian dan syarat best practice

sebagai berikut:

1. Berhasil dalam waktu lama. Pada konteks pendidikan khususnya

di sekolah banyak karya telah dihasilkan oleh warga sekolah yang

bernuansa kewirausahaan, baik dalam aspek pengajaran,

manajerial, supervisi dan evaluasi maupun aspek pelayanan

prima yang meningkatkan kinerja organisasi sekolah secara

Page 42: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

38

Nadar, CEO perusahaan Novell, adalah orang pertama yang menciptakan istilah koopetition. Istilah koopetition kemudian diperkenalkan dalam penelitian strategi oleh Brandenburger, Stuart dan Nalebuff pada tahun 1996. Koopetition secara sederhana dipahami sebagai hibrid antara kompetisi dan koperasi. Jadi, perilaku kreatif kelompok dalam bentuk hibrid antara perilaku kompetitif dan perilaku koperatif disebut perilaku koopetitif. Pemahaman ini diinspirasi oleh pemikiran Dagnino mengenai strategi koopetition sebagai bentuk baru dinamika hubungan antar perusahaan untuk mengkreasi nilai. Jika Dagnino dan pakar lainnya menerapkan konsep koopetitif dari Nadar ini pada level antar-perusahaan, maka dalam tulisan ini konsep koopetitif diadaptasi sebagai salah satu ciri perilaku kreatif pegawai pada level kelompok. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kerjasama dan persaingan terjadi pada level individu, kelompok, perusahaan, atau antar perusahaan. (John Shepler. Coopetition vs Competition: When Cooperating with Your Competitors is Good Business Strategy, http://www.johnshepler.com/articles/coopetition.html, diakses 24 Nopember 2004, h. 1-5; Amy C. Rea. The Cooperative Side of Competition: Coopetition, http://www.writeedge.com/articles/Coopetitions.asp, diakses 24 Nopember 2004, 1-3).

umum dan kinerja aspek tertentu di sekolah. Pada aspek

manajerial, oleh kepala sekolah dikembangkan pendekatan dalam

pembuatan keputusan yang berbasis partisipasi warga sekolah

(guru, staf, komite sekolah, orang tua siswa, masyarakat dan

dunia usaha, pemerintah, pers dan LSM). Hasil yang dicapai

tersebut bertahan dalam waktu yang relatif lama karena

senantiasa dijaga dan dipertahankan oleh aktor yang terlibat di

dalamnya.

2. Menunjukkan manfaat

yang dapat

dikuantifikasi.

Kemanfaatan atau

utilitas hasil kreasi

inovatif yang

dihasilkan di sekolah

baik oleh kepala

sekolah, guru, staf

maupun siswa tentu

saja dapat diketahui

jumlah dan

tingkatannya.

3. Kreatif dan inovatif.

Unsur kreatif dan

inovatif dan produk,

proses, lingkungan,

mode, model dan

perilaku tertentu

terlihat dari kebaruan,

Page 43: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

39

keunikan dan kemanfaatan produk atau layanan tersebut,

termasuk kualitasnya yang – minimal – diukur berdasarkan

persepsi pemanfaat. Dalam tulisan ini dipahami bahwa sesuatu

dianggap kreatif dan inovatif ketika terlihat baru, unik atau lebih

bermanfaat ketika diterapkan di sekolah tertentu.

4. Diakui hasilnya positif. Sebenarnya, banyak hasih karya yang

dapat dianggap sebagai best practice baik yang dilakukan oleh

warga sekolah maupun oleh warga masyarakat. Namun, kriteria

best practice yang diakui hasilnya positif dikhususkan kepada

sesuatu hasil pemikiran kreatif dan tindakan atau produk inovatif

yang dinilai baik oleh para pengguna atau lembaga yang

berkompeten.

5. Dapat direplikasi. Kreativitas dan inovasi dalam berbagai aspek

(metode) pengajaran atau manajerial yang hasilnya telah terbukti

dapat diterapkan oleh orang (guru, kepala sekolah) yang sama

atau oleh orang lain pada konteks yang sama pada waktu yang

berbeda atau pada konteks yang berbeda pada waktu yang sama.

6. Relevan diadopsi dalam organisasi. Ciri best practice ini

melengkapi ciri sebelumnya (poin 5) ketika suatu bentuk

kewirausahaan sekolah baik berupa metode pengarajan atau

teknik manajerial dihasilkan melalui percobaan dalam ruang

simulasi sudah dapat diterapkan atau dilaksanakan di sekolah.

7. Tidak terkait dengan ciri unik organisasi. Suatu best practice

meskipun pada mulanya dikreasi oleh suatu organisasi dan boleh

jadi menjadi “nama samaran” organisasi tersebut, namun

diharapkan ciri best practice tersebut juga teraplikasi dan

mencirikan organisasi lain.

Page 44: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

40

B. Penerapan Semangat Kewirausahaan di Sekolah

Berdasarkan trend selama ini dapat dikatakan bahwa di masa

datang banyak sekolah swasta yang maju dan kualitasnya lebih baik

dibanding sekolah negeri, bahkan di kota-kota besar fenomena

tersebut sudah mulai terlihat. Sekolah negeri yang selama ini terlalu

mengandalkan subsidi pemerintah lambat laun akan mulai

ketinggalan apabila cara berpikirnya tidak segera dirubah. Pada saat

itu, jika ingin maju sekolah negeri harus dikelola secara profesional

dan tidak bergantung kepada arahan kebijakan dan alokasi dana

pemerintah. Dengan kata lain, sekolah negeri harus mampu “mandiri”

seperti sekolah swasta. Oleh karena itu, kepala sekolah harus

memahami prinsip kewiraswastaan kemudian menerapkannya dalam

mengelola sekolah.

Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha adalah orang yang

memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin dan

mengelola organisasi sekolah dengan cara mencari dan menerapkan

cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya

prinsip-prinsip “good school governance” (pengelolaan sekolah yang

baik). Adapun ciri-ciri kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha

juga meliputi minimal ketujuh ciri orang yang memiliki jiwa wirausaha

adalah; percaya diri, mengembangkan fikiran positif, pantang

menyerah dan berorientasi pada hasil, belajar bagaimana caranya

menangani resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, mengembangkan

sikap kreatif dan inovatif, berfikir ke depan

C. Bentuk Kewirausahaan Sekolah

Berdasarkan karateristik best practice tersebut dan melihat jenis

dan bentuk kewirausahaan sekolah berbasis kreativitas dan inovasi,

Page 45: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

41

selanjutnya disajikan beberapa bentuk best practice di sekolah. Best

practice – atau kalau boleh penulis katakan good practice – yang

disajikan ini bukanlah merupakan kapita selekta yang terbaik,

melainkan masih merupakan pilihan dari apa yang ada. Disamping

good practice tersebut juga disajikan kasus semacam bad practice

kewirausahaan di lembaga pendidikan.

Contoh yang dapat diberikan dalam hal ini adalah kesuksesan

salah seorang pelajar Sekolah Negeri di Jakarta Pusat yang bernama

Mia, ia sibuk melayani teman-teman sekolahnya yang berebutan ingin

mencicipi pudding buatan timnya. Rupiah demi rupiah berpindah

tangan dan senyum kelompok yang dipimpin Mia terkembang. Modal

yang tadinya cuma Rp 60.000 kini bertambah dua kali lipat begitu

dagangannya di atas meja ludes.

Sekali hanya simulasi, namun ada keputusan bernuansa

kewirausahaan bagi kelompok Mia dan dua grup lainnya. Siang itu,

dalam Simulasi Business Takes Over Your Class yang

diselenggarakan oleh Business School Prasetya Mulya. Tiga

kelompok murid yang masing-masing terdiri dari delapan orang diberi

modal Rp 60.000. Mereka diminta untuk memutar modal tersebut

dengan memproduksi makanan berupa pudding. Mulai dari tahap

perencanaan produk, perhitungan untung-rugi, membuat pudding,

promosi hingga laporan keuangannya harus dikerjakan bersama.

Pada prinsipnya, kami hanya ingin memperkenalkan dunia bisnis

dan wirausaha sedari dini. Selain itu, ingin membuktikan bahwa

wirausaha dapat dilakukan siapa saja baik tua maupun muda

sepanjang ada semangat, kerja keras, kreativitas dan kemampuan

melihat kesempatan. Disamping itu, wirausaha dapat menjadi sebuah

peluang dan celah lain bagi lulusan SMA untuk mengembangkan

Page 46: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

42

dirinya, sehingga tidak hanya menjadi alternatif bagi lulusan sekolah

kejuruan.

Contoh lain adalah tentang pedagang rokok yang menjadikan

lembaga pendidikan sebagai segmentasi yang dinilai tidak tepat

dalam menjalankan usahanya. Kita semua sama memahami bahwa

orang yang menjalankan usaha hanya mempunyai satu tujuan, yaitu

sukses. Akan tetapi mencapai kesuksesan haruslah dengan jalan dan

proses yang tepat, dalam artian sukses itu boleh-boleh saja

sepanjang tidak merugikan orang lain, singkat cerita harus saling

menguntungkan (win win solution).

Persoalan yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana pemilihan

segmentasi pasar yang tepat dan bukan segmentasi asal-asalan yang

tidak memperhitungkan efek lain yang akan ditimbulkan. Contoh kecil

dalam kasus ini adalah pengusaha rokok yang dinilai tidak tepat

dalam memilih segmentasi karena menjadikan lembaga pendidikan

(sekolah dan kampus) sebagai sasaran segmentasinya dan wadah

dalam mempromosikan produknya. Di satu sisi ini jelas akan

menguntungkan bagi pengusaha dengan asumsi bahwa di kalangan

mahasiswa saja hanya sebagian kecil di antaranya yang tidak

merokok, tetapi di sisi lain disadari atau tidak bentuk usaha yang

seperti ini akan mengganggu sekaligus merusak generasi.

Kehadiran pengusaha rokok dalam kampus seperti yang terjadi

pada kampus-kampus di Makassar pada umumnya dan Universitas

Negeri Makassar (UNM) pada khususnya, disamping sering

menjadikan kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk

mempromosikan produknya juga untuk saat ini yang terjadi adalah

hampir di setiap sudut gedung perkuliahan terdapat penjual rokok.

Keadaan seperti ini akan semakin memberikan peluang yang besar

Page 47: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

43

kepada mahasiswa untuk merokok, tetapi kalau tidak, sekalipun

sebagian besar mahasiswa di antaranya adalah perokok, setidaknya

akan sedikit mengurangi intensitas mahasiswa merokok di dalam

kampus.

Persepsi yang telah melarang rokok masuk kampus adalah bukan

larangan bagi wirausahawan yang bergerak di bidang tersebut, hanya

saja yang terpenting harus diperhatikan adalah pemilihan segmentasi

yang tepat sehingga apa yang dilakukan betul-betul bisa berjalan

dengan baik dan lancar.

D. Kiat Menerapkan Inovasi dalam Wirausaha

Untuk menerapkan inovasi dalam wirausaha, ada beberapa jurus

yang dapat diterapkan.

1. Eliminasi. Mengeliminasi semua hal yang sudah tidak produktif

lagi dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan.

2. Tangani. Ketahuilah bahwa semua produk, proses dan strategi

apa pun yang ada sekarang ini cepat atau lambat akan dimakan

usia.

3. Rencanakan. Buatlah perencanaan yang baik dalam setiap

kegiatan yang akan dilakukan.

4. Lakukan. Satu hal yang lebih penting dari ketiga hal di atas

adalah melakukan apa yang telah direncanakan, mulai dari

persiapan menghadapi tantangan dan menyingkirkan hal-hal yang

tidak produktif.

Semua hal di atas tidak akan ada artinya apabila Anda hanya

berkutat pada teori tanpa pernah mau menyentuh bumi, kemudian

bergerak untuk melakukan apa yang telah disiapkan. Setiap waktu

Page 48: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

44

tertentu sebaiknya Anda melakukan evaluasi terhadap rencana Anda,

apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak.

E. Kiat Menggalang Sumber Daya

Penggalangan sumber daya sekolah didasarkan atas tuntutan

kebutuhan kemandirian sekolah yang tertuang dalam MPMBS.. Ada

beragam cara yang dapat dilakukan untuk menggalang sumber daya

yang dimiliki dalam konteks manajemen, di antaranya menggunakan

pendekatan analisis SWOT yang mana dasar penggalangannya

dimulai dengan mendeteksi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan

(Weaknesses). Kedua hal ini dipersyaratkan untuk faktor internal,

kemudian untuk faktor eksternal dideteksi dengan Peluang

(Opportunity) dan Tantangan/Hambatan (Threath). Ada pula yang

menerapkan pendekatan analisis model Balanced Score Card (BSC)

yang memberikan skor yang dianggap mendukung misi dan strategi.

Kiat-kiat penggalangan sumber daya sekolah dapat diskemakan

sebagai berikut:

Sumber daya internal adalah sumber daya yang ada di dalam

lingkungan sekolah baik berupa sumber daya manusia, barang dan

jasa yang dapat dioptimalkan dalam membantu pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan sumber daya eksternal

Sumber Daya Eksternal

Sumber Daya Internal

PROSES

Unit Produksi/

Koperasi

Page 49: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

45

adalah sumber daya yang didapat atau diestimatikan dapat diperoleh

dari luar sekolah.

1. Kiat Penggalangan Sumber Daya Internal

Siswa dipandang sebagai aset sekolah, artinya siswa bukan

sebagai objek pungutan biaya penyelenggaraan pendidikan semata

tetapi sebagai sumber daya yang dapat bermanfaat baik secara

ekonomis maupun non-ekonomis. Untuk mengawali kegiatan siswa

sebagai aset diperlukan data siswa termasuk hobi serta bakat dan

minatnya.

Sebagai ilustrasi apabila sekolah memiliki siswa berjumlah 500

orang, persiswa memiliki rata-rata 4 orang dalam satu keluarga (ayah,

ibu, adik/kakak dan siswa itu sendiri) maka ada 2000 orang yang

mempunyai hubungan dengan sekolah. Dari 2000 orang tersebut

dapat dilakukan penelitian atas suatu obyek sosial yang ada di

masyarakat bekerjasama dengan lembaga terkait yang membutuhkan

penyebaran instrumen atau kajian dari penelitian tersebut. Sekolah

dapat mengajukan proposal, dalam hal ini apabila dihubungkan

dengan strategi pembelajaran maka akan memperoleh keuntungan

dan manfaat bagi sekolah.

Guru dan staf sebagai aset sekolah. Paradigma lama yang

memandang guru dan staf sekolah sebagai beban biaya

penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebaiknya mulai diubah,

karena di antara para guru banyak yang memiliki keahlian dan bakat

tertentu yang dapat “dijual” sekiranya bakat terpendam tersebut

dikembangkan melalui wadah yang sesuai.

Tanah dan Gedung sebagai aset sekolah, khususnya sekolah-

sekolah yang memiliki lahan luas di daerah-daerah dapat

Page 50: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

46

bekerjasama dengan dinas pertanian untuk memperoleh bibit atau

bimbingan dan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan tanahnya,

atau bekerjasama dan mengadakan MoU dengan pihak swasta untuk

memberdayakan tanah tersebut.

2. Kiat Penggalangan Sumber Daya Eksternal Sekolah

Sumber daya eksternal sekolah sebenarnya tidak terbatas jumlah

dan tempatnya karena dengan teknologi internet sekolah dapat

menjalin hubungan dengan siapa saja di dalam dan di luar negeri.

Oleh karena itu, sekolah harus berani mengubah karakternya yang

tidak hanya sebagai satuan penyelenggara pendidikan semata tetapi

juga memiliki jiwa wirausaha yang selaku kreatif dan inovatif, ulet,

proaktif serta memiliki perangkat yang dapat diandalkan untuk go

public. Dalam mengajak pihak lain bekerjasama sebaiknya memiliki

kiat sebagai berikut:

Pertama, AIDA singkatan dari Attractive, Interest, Desire, Action.

Atraktif berarti ada yang diunggulkan oleh sekolah untuk menarik

lembaga lain atau mengadakan kerjasama dengan sekolah. Setelah

lembaga lain tertarik akan keunggulan yang dimiliki sekolah maka

sekolah harus mampu membangkitkan keinginan yang cenderung

pada adanya kepentingan atau minat lembaga eksternal tersebut

untuk bekerjasama dengan sekolah. Tahapan berikutnya, keunggulan

sekolah harus mampu membangkitkan hasrat/gairah atau semangat

untuk terjadinya kerjasama yang saling menguntungkan. Terakhir,

sekolah harus proaktif dalam kerjasama ini.

Kedua, pada saat memikirkan atau menggagas keunggulan

sekolah yang bisa ditawakan kepada pihak lain dapat

mengklasifikasikan kebutuhan pihak lain dalam tiga tingkatan, yaitu

Page 51: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

47

NEED artinya kebutuhan pihak lain yang tidak dapat ditunda-tunda.

WANT adalah keinginan yang pemenuhannya dapat ditunda

sementara. Sedangkan WISHES adalah harapan yang tentunya

masih memerlukan waktu lama untuk dipenuhi. Berdasarkan

klasifikasi tersebut dapat diterapkan strategi pemasaran untuk

mengubah want dan wishes menjadi need.

Ketiga, mempelajari peluang karena sesungguhnya peluang tidak

harus ditunggu kedatangannya tetapi peluang dapat diciptakan

dengan mengamati beberapa hal:

� Kalender kegiatan daerah/provinsi, kalender hari besar baik

nasional maupun keagamaan yang dapat dimanfaatkan menjadi

peluang yang dapat dipersiapkan sebelumnya.

� Mengamati dan memikirkan bagian dari tubuh kita mulai ujung

rambut sampai ujung kaki, peluang apa saja yang dapat muncul

menjadi kegiatan bisnis.

� Mengamati daur hidup dari mulai sebelum lahir sampai sesudah

mati, peluang apa saja yang dapat dijadikan kegiatan yang

bermanfaat dan menguntungkan.

Keempat, mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-

banyaknya melalui warga sekolah dari media cetak maupun

elektronik, kemudian dikelompokkan dan dijadikan beberapa alternatif

pilihan, setelah mengerucut berdasarkan ketersediaan sumber daya

yang ada di sekolah dipilih yang paling mungkin dilaksanakan.

Kelima, just do it, sekecil apapun gagasan yang penting

terwujud, jangan terlalu rumit memikirkannya, karena gagasan besar

selama hanya menjadi gagasan saja adalah “sebatas mimpi yang

indah.”

Page 52: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

48

Selanjutnya perlu dibentuk unit produksi di sekolah yang

berkedudukan secara hukum yang kepengurusannya terdiri dari

Ketua Yayasan, Bendahara dan Sekretaris Yayasan. Pada tataran

operasional diangkat personalia sesuai kebutuhan seperti Manajer,

Bendahara, Sekretaris dan Staf Keuangan serta Pemasar. Kegiatan

unit produksi biasanya memaksimalkan pemanfaatan sumber daya

sekolah yang dihubungkan dengan materi pelajaran praktek yang ada

di sekolah.

Nama organisasi sebaiknya memenuhi kriteria yakni mudah

diingat dan mendorong semangat untuk mencapai kesuksesan.

Misalnya “Mega Buana”, bahasa Makassar yang berarti banyak

buahnya. Nama ini meskipun domestik tapi terkesan dari manca-

negara karena terucap “mega dan buana”, dimana mega berarti

besar, luas dan buana berani alam semesta atau global. Visi perlu

dibuat sebagai arah organisasi dan seharusnya dibuat untuk diketahui

oleh pelanggan dan warga sekolah. Misi perlu dinyatakan seluruh

warga sekolah sampai pada tingkatan bahwa misi unit produksi

adalah komitmen bersama. Value adalah kesepakatan nilai-nilai

perilaku yang dianut dalam menjalankan roda unit produksi.

Page 53: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

49

Page 54: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

50

Lampiran :

1.Lembar Kasus

2.Lembar Kerja peserta

LATIHAN 1

Cobalah menjawab pertanyaan berikut dan apabila Anda

kesulitan bacalah kembali isi buku paket ini dengan cermat.

1. Jelaskan definisi/batasan dari kreativitas?

2. Jelaskan lima ciri kemampuan berpikir menurut Guilford?

3. Jelaskan perbedaan mendasar antara inovasi dan kreativitas?

4. Ilustrasikan dalam konteks persekolahan terjadinya proses: (a)

inovatif dan (b) proses kreatif?

5. Jelaskan yang dimaksud dengan kewirausahaan?

6. Sebutkan ciri-ciri kewirausahaan menurut McClelland?

Jelaskan fungsi (a) kreativitas, (b) inovasi dan (c) wawasan

kewirausahaandalam organisasi pendidikan

LATIHAN 2

Cobalah menjawab pertanyaan berikut dan apabila Anda

kesulitan bacalah kembali isi buku paket ini dengan cermat.

7. Jelaskan definisi/batasan dari kreativitas?

8. Jelaskan lima ciri kemampuan berpikir menurut Guilford?

9. Jelaskan perbedaan mendasar antara inovasi dan kreativitas?

10. Ilustrasikan dalam konteks persekolahan terjadinya proses: (a)

inovatif dan (b) proses kreatif?

Page 55: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

51

11. Jelaskan yang dimaksud dengan kewirausahaan?

12. Sebutkan ciri-ciri kewirausahaan menurut McClelland?

13. Jelaskan fungsi (a) kreativitas, (b) inovasi dan (c) wawasan

kewirausahaan dalam organisasi pendidikan?

LATIHAN 3

Cobalah Bapak/Ibu menjawab pertanyaan berikut, sebelum

melanjutkan ke materi berikutnya.

(1) Jelaskan disertai contoh keempat cara menginspirasi kreativitas

warga sekolah?

(2) Jelaskan keempat faktor kunci keberhasilan bagi peningkatan

kreativitas?

Diskusikan dengan anggota kelompok Bapak/Ibu mengenai

kemungkinan dari sembilan bakat kreatif di atas diperankan oleh

Kepala Sekolah?

3 Kemukakan minimal tujuh dimensi yang perlu diperhatikan

dalam membangun tim kreatif di sekolah?

4.Kemukakan langkah teknik pemecahan masalah secara kreatif.

Cobalah menjawab pertanyaan berikut dengan cermat, sebelum

Bapak/Ibu melanjutkan ke sub-pokok bahasan berikutnya.

1. Kemukakan minimal tujuh dimensi yang perlu diperhatikan dalam

membangun tim kreatif di sekolah?

2. kemukakan langkah teknik pemecahan masalah secara kreatif.

LATIHAN 4

Cobalah menjawab pertanyaan berikut dengan cermat, sebelum

Bapak/Ibu melanjutkan ke sub-pokok bahasan berikutnya.

Page 56: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

52

3. Kemukakan minimal tujuh dimensi yang perlu diperhatikan dalam

membangun tim kreatif di sekolah?

4. kemukakan langkah teknik pemecahan masalah secara kreatif.

LATIHAN 5

TUGAS DISKUSI KELOMPOK (Buzz Group): Anggota 5-8

Waktu diskusi 90 menit dan pelaporan 30 menit).

Pada uraian di atas disajikan materi mengenai best practice dan

bad practice kewirausahaan sekolah yang ternyata tidak terbatas

dikembangkan di sekolah termasuk Sekolah Dasar. Kelompok diminta

untuk (melalui diskusi):

1. Bagaimana komentar kelompok tentang fokus pengembangan

semangat kewirausahaan berbasis kreativitas dan inovasi yang

juga dilakukan di tingkat Sekolah Dasar dengan fokus subyeknya

selain dari elemen kelapa sekolah seperti Bapak dan Ibu.

2. Bagaimana komentar kelompok tentang implikasi dan dampak

kasus bad practice (anak didik yang dijadikan sebagai segmen

pasar oleh produsen atau pedagang rokok) di atas.

3. Berikan pendapat Bapak/Ibu mengenai kiat menerapkan inovasi

dalam wirausaha?

Page 57: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

53

DAFTAR PUSTAKA

Akib, Haedar. 2005. Kreativitas Organisasi, Disertasi Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta.

______________. 2007. Kewirausahaan Sekolah Berbasis Kreativitas dan Inovasi, Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Amabile, Theresa M. 1983. The Social Psychology of Creativity, Springerverlag New York.

Arismunandar. 2006. Pengembangan Kewirausahaan Sekolah, Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Bygrave, William D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship, John Willey & Sons, Inc., New York.

Choo, Chun Wei and Nick Bontis. 2002. The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge, Oxford University Press, Inc., New York.

Dacey, John S and Kathleen H. Lennon. 2000. Understanding Creativity, Creative Education Foundation, Buffalo, New York.

Davenport, Thomas H and Laurence Prusak. 1998. Working Knowledge, Harvard Business School Press Boston Massachusetts.

DeBono, Edward. 1992. Serious Creativity, Harper Collins New York.

Depdiknas. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education), Dikdasmen, Jakarta.

Dharma, Surya dan Haedar Akib1. Budaya Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001 No. 03/TH. XXXIII Maret 2004, h. 22-27.

____________________________________2. Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM, Manajemen

Page 58: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

54

USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH. XXXIII Juni 2004, h. 29-36.

Ford, Cameron M. A Theory of Individual Creative Action in Multiple Social Domains, Academy of Management Review, Vol. 21, No. 4 1996, h. 1112-1142.

Garfield, Monica J. Modifying Paradigms, Information System Research, Informs Vol. 12, No. 3 September, 2001.

Hakim, Rusman. 1998. Dengan Berwiraswasta Menepis Krisis: Konsep Membangun Masyarakat Entrepreneur Indonesia, Alex Media Komputindo, Jakarta.

Henry, Jane (ed.). 1991. Creative Mangement, Sage Publications London.

Hisrich, Robert D and Michael P. Peters. 1995. Entrepreneurship, Irwin Chicago.

Hyrsky, Kimmo and Aki Kangasharju. Adaptors and Innovators in Non-Urban Environment, http://www.babson.edu/entrep/fer/papers98.htm, diakses 27 Juli 2003.

Kilby, Jan. Creativity is one of the greatest assets in the workplace http://www.bizjournals.com/css, From the July 13 2001, diakses 19 Maret 2003.

Klemm, William R. Leadership, http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/au24-401.htm, diakses 25 Agustus 2003.

Landau, Sy et al. 2001. From Conflict to Creativity, Jossey Bass A Wiley Company San Franciso.

Linberg, Kurt R. Managing the Creative Organization, Modern Approaches for Understanding and Managing Organizations, http://ourworld.compuserve.pdf, diakses.

Mostert, Nel M and Lot H. Frijling. Measuring and Getting Creativity in Organization,

Page 59: 22 -- KODE -- A2 - 1 -- Kewirausahaan Sekolah

55

http://pubs.acs.org/subscribe/journals/ci/31/i11/htm, diakses, 19 03 2003.

Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Kerjasama pusat perbukuan Depdikbud dan PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Osborne, David dan Ted Gaebrel. 1992. Reinventing Government: Mewirausahakan Birokrasi, Penerbit PT. Pustaka Binaman Persindo, Jakarta.

Raimond W.Y., Kao. 1995. Entrepreneurship, Prentice Hall, New York.

Saragih, Ferdinand D dan Haedar Akib. Iklim Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN Indonesia, No. 09/TH XXXIII September 2004.

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia widisarana Indonesia, Jakarta.

Taggar, Simor. 2000. Individual Creativity and Group Ability to Utilize Individual Creative Resources: A Multi-Level Model, In Press – Academy of Management Journal.

West, Michael A. 2000. Developing Creativity in Organizations (Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi), terjemahan, Kanisius Yogyakarta.

Wijadi, Soesarsono. 1998. Pengantar Kewiraswastaan, Sinar Baru, Bandung.