218098152 jurnal hukum rara

Download 218098152 Jurnal Hukum Rara

If you can't read please download the document

Upload: angin-biru-satriyawan

Post on 21-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rara

TRANSCRIPT

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN SEPEDA MOTOR (Studi di PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda) Hendra L.Don1; Suhariningsih2; dan Sihabudin3 Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK Perkembangan dunia bisnis yang begitu pesat, menyebabkan terjadinya kompetensi atau persaingan diantara para pelaku pasar yang memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan kepada masyarakat dengan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya salah satunya bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen kredit kendaraan bermotor. Peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas kemudahan yang diadakan oleh para pelaku pasar dalam bidang pembiayaan konsumen bukannya tidak berisiko bagi investasi. Karenanya, para investor lebih menyukai suatu produk pelayanan yang memiliki aspek legalitas seperti suatu aturan atau perundang-undangan yang menjamin usaha pembiayaan tersebut. Kata Kunci : pembiayaan konsumen, legalitas. ABSTRACT Development of the business world so rapidly, causing the competence or competition among market participants that provide a variety of facilities and services to the community with the aim of seeking maximum profit one is engaged in consumer financing vehicle loans. Improvement of services and the provision of convenience facilities are held by market participants in the field of consumer finance for investment not without risk. Therefore, the investors prefer a product that has a service such as the legality of a rule or a law that guarantees the financing business. Key Word : consumer financing, legalities. PENDAHULUAN Perkembangan dalam dunia bisnis yang bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen tersebut berkembang pesat dan menimbulkan persaiangan antara para pelaku pasar diantaranya adalah memberikan kemudahan kepada debitur dalam hal pembiayaan kendaraan bermotornya tersebut. Sehingga memerlukan jaminan atas usaha pembiayaan tersebut. Untuk menjamin usaha tersebut dan memberikan kepastian hukum serta mampu memberikan perlindungan hukum maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang diundangkan padaMahasiswa Program Ilmu Hukum Kelas Kerjasama Universitas Mulawarman dan Universitas Brawijaya Malang 2 Dosen Universitas Brawijaya Program Magister Ilmu Hukum Sebagai Pembimbing Utama 3 Dosen Universitas Brawijaya Program Magister Ilmu Hukum Sebagai Pembimbing Kedua11tanggal 30 September 1999 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168 yang dirumuskan sebagai penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan. Lembaga Pembiayaan Konsumen itu sendiri menurut Zaeni Asyhadie dalam buku Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaan di Indonesia adalah suatu lembaga yang dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dilakukan dengan sistem pembayaran secara angsuran atau berkala.4 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati dalam buku Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, telah merinci unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen, yaitu sebagai berikut : 1. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen (debitur), dan penyedia barang (supplier). 2. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya kendaraan bermotor. 3. Perjanjian yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara supplier dan konsumen. 4. Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai harga pembelian barang yang diperlukan konsumen dan membayarnya secara tunai kepada supplier, konsumen wajib membayar secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen, dan supplier wajib menyerahkan barang kepada konsumen. 5. Jaminan, yaitu terdiri dari jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan.5 Selanjutnya hubungan antara pihak kreditur (perusahaan pemberi biaya) dengan konsumen (debitur sebagai pihak yang menerima biaya) adalah hubungan yang bersifat kontraktual, artinya didasarkan pada kontrak dalam hal ini adalah kontrak pembiayaan konsumen. Dimana pihak perusahaan pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang konsumsi, sedangkan pihak konsumen sebagai penerima biaya berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara cicilan atau angsuran kepada pihak pemberi biaya. Kontrak pembiayaan konsumen tersebut yang berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak dimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yangZaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 124. 5 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga keuangan dan Pembiayaan Konsumen, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 246.42menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya atau yang dikenal dengan asas Pacta Sunt Servanda. Pasal ini mengandung arti bahwa para pihak boleh membuat berbagai persetujuan atau perjanjian baik yang sudah diatur dalam undang-undang maupun yang tidak diatur dalam undang-undang akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. Selama apa yang disepakati itu sah, artinya memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu :(a) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (b) adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan; (c) suatu hal tertentu; dan (d) suatu sebab yang halal. Dengan demikian, maka jika para pihak membuat perjanjian pembiayaan konsumen yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka menurut hukum yang berlaku di Indonesia, perjanjian pembiayaan konsumen itu mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Kemudian Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum didalam kegiatan pembiayaan konsumen yang tertuang didalam Pasal 23 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang menyatakan bahwa : pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek benda jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Hal tersebut sangatlah jelas memberikan larangan bagi pemberi fidusia untuk mengalihkan objek benda jaminan fidusia sehingga didalam Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia itu memberikan sangsi yang tegas yaitu : pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan benda yang menjadi objek benda jaminan fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia, di pidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000-. (lima puluh juta) rupiah. Selanjutnya didalam perjanjian pembiayaan bersama dengan penyerahan hak milik secara fidusia yang terdapat didalam perjanjian pembiayaan PT. Adira Dinamika Multi Finance Pasal 3, tentang syarat-syarat perjanjian yang menyatakan bahwa: debitur dan/atau penjamin dilarang meminjamkan, menyewakan, mengalihkan, menjaminkan atau menyerahkan penguasaan jaminan kepada pihak ke 3 (tiga) dengan cara atau jalan apapun juga. Pelanggaran atas ketentuan ini dikenakan Pasal 372 dan Pasal 378 Kitab UndangUndang Hukum Pidana jo. Pasal 23 Ayat 2 jo. Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.3Sejak dibukanya Kantor PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda. Selaku lembaga pembiayaan konsumen sejak tahun 2000 sampai sekarang timbul berbagai permasalahan ketika tidak terlaksananya kewajiban konsumen (debitur) seperti yang diperjanjikan pada awal melakukan perjanjian, merupakan tindakan wanprestasi yang dalam perusahaan pembiayaan merupakan resiko usaha, baik motor tersebut digadai oleh konsumen, nasabah lari keluar kota atau nasabah pindah alamat tanpa membuat laporan secara resmi di Kantor PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda, identitas kendaraan bermotor tersebut diubah, motor tersebut dipindahtangankan ke pihak ketiga, dan bahkan ada perlawanan dari konsumen (debitur) maupun kelompok orang yang tidak menerima kenyataan bahwa barang jaminan tersebut akan diambil kembali oleh kreditur guna penyelesaian utang-utang debitur yang lalai memenuhi kewajibannya. Sehingga untuk memperkecil resiko kerugian-kerugian yang dialami oleh perusahaan pembiayaan yang dalam hal ini PT. Adira Dinamika Multi Finance, tersebut dengan membuat klausa-klausa dalam Surat Pernyataan, yaitu : a. Debitur wajib menjaga kendaraan /atau jaminan dalam keadaan sebaik- baiknya untuk kepentingan kreditur, termasuk dalam hal ini, dengan cara bagaimanapun, debitur dilarang untuk mengalihkan, baik seluruhnya maupun sebagian, kendaraan, kepada pihak manapun. Termasuk dalam hal ini mengganti, menukar dan mengalihkan atau memindahtangankan original spare parts (suku cadang asli), dan atau bagian-bagian mana pun dari kendaraan (asli) yang masih dalam keadaan baik atau tidak rusak atau masih berfungsi kepada pihak manapun. Akibat tindakan mana, dapat berakibat, langsung maupun tidak langsung, turunnya nilai jual kendaraan secara umum. b. Debitur tidak akan merubah warna, bentuk maupun fisik kendaraan selama masa perjanjian pembiayaan bersama. Setuju bahwa pelanggaran terhadap ketentuan diatas, dapat dikenakan ketentuan pasal-pasal pidana yang berlaku. Oleh karena itu, PT. Adira Dinamika Multi Finance berhak untuk melaporkan hal ini pada pihak Kepolisian Republik Indonesia. Dan debitur dengan ini melepaskan haknya untuk menuntut PT. Adira Dinamika Multi Finance apabila debitur melanggar sebagaimana larangan tersebut di atas. Walaupun terdapat larangan mengalihkan jaminan atau kendaraan selama dalam ikatan perjanjian tetapi sebaliknya dalam prakteknya dilapangan sering terjadi perpindahan hak yang dilakukan oleh konsumen (debitur) secara sengaja ataupun karena sebab-sebab ekonomi tindakan ini berakibat hukum terhadap perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia ketika terjadi wanprestasi, yang dibuat antara perusahaan pembiayaan PT. Adira Dinamika Multi Finance dengan konsumen (debitur), maupun akibat 4hukum terhadap objek jaminan kendaraan tersebut serta menyangkut hak-hak pihak ke 3 (tiga) yang menerima pengalihan tersebut. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : (1) Langkah-langkah hukum apa yang bisa ditempuh oleh kreditur dalam menyelesaikan kredit macet yang disebabkan oleh debitur wanprestasi ? (2 Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur akibat tindakan debitur yang melakukan pelanggaran terhadap kontrak? METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk dalam Jenis penelitian hukum empiris, dimana penulis akan melakukan penelitian langsung kelapangan dengan menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data untuk mengkaji peristiwa hukum yang terjadi terhadap debitur PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda. Jenis penelitian ini akan dipakai oleh penulis untuk menemukan dan menganalisa langkah-langkah hukum apa yang bisa ditempuh oleh kreditur dalam menyelesaikan kredit macet yang disebabkan oleh debitur wanprestasi dan Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur akibat tindakan debitur yang melakukan pelanggaran terhadap kontrak. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis-sosiologis. Pendekatan yuridis merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengkaji perilaku orang-orang dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perjanjian kredit dengan jaminan sepeda motor. Sedangkan pendekatan sosiologis difokuskan secara langsung sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan sepeda motor yang dilakukan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda. HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Didirikan sejak tahun 1990 pertama kali di Jakarta Pusat yang bergerak bidang pembiayaan untuk berbagai merek otomotif di Indonesia. Pada bulan maret 2004 Adira Finance melakukan penawaran saham perdana, yang diikuti dengan pengalihan 75% kepemilikan pemegang saham lama melalui penempatan terbatas PT. Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon), salah satu Bank Swasta nasional terbesar yang dimiliki oleh Grup Temasek dari Singapura. Sejalan dengan kemampuan utama perusahaan dalam mengelola resiko pembiayaan, PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk, lebih berkonsentrasi kepada pembiayaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi baik itu dalam sektor pembiayaan sepeda motor maupun mobil, baru maupun bekas untuk berbagai merek tanpa harus terikat pada salah satu merek otomotif tertentu. 5Kemudian dengan berjalannya waktu PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk, jugamelakukan usaha peminjaman dana bagi konsumen yang membutuhkan danadengan jaminan BPKB kendaraan bermotor tersebut. PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk,didukung lebih dari 28.000 karyawan dan lebih dari 245 jaringan usaha yang tersebar diberbagai kota di Indonesia salah satunya di Samarinda provinsi Kalimantan Timurdibuka Kantor Cabang PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda Tahun 2000, PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk, telah memantapkan posisinya sebagai salah satu perusahaan pembiayaan konsumen terbesar di Indonesia. Semenjak PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda yang didirikan pada tahun 2000 sampai sekarang itu timbul berbagai permasalahan diantaranya : 1. 2. Unit dan nasabah raib; Debitur dan atau penjamin memberikan suatu data, pernyataan, surat keterangan atau dokumen yang ternyata tidak benar atau tidak sesuai dengan fakta sebenarnya dalam atau mengenai hal-hal yang oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance dianggap penting ; 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jaminan dipindahtangankan atau dijaminkan kepada pihak ke 3 (tiga) tanpa ijin tertulis sebelumnya dari PT. Adira Dinamika Multi Finance; Spare parts (suku cadang asli) unit (motor) ditukar; Unit di gadai; Pinjam nama keluarga; Pinjam nama pihak ke 3 (tiga) atau orang lain; dan Debitur atau nasabah mengubah warna, bentuk maupun fisik kendaraan. Adapun yang dimaksud dengan kredit macet berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Joko Pramono yang bertindak sebagai Divisi Collection PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Maka, diperoleh imformasi bahwa : kredit macet debitur tersebut terhitung dari hari pertama sejak debitur jatuh tempo untuk membayar angsuran motor tersebut.6 Langkah-langkah Hukum Yang Ditempuh Oleh Kreditur Dalam Menyelesaikan Kredit Macet. Sebelum melakukan langkah-langkah hukum yang dilakukan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance untuk menyelesaikan kredit macet, maka terlebih dahulu penulis membahas hubungan hukum didalam pembiayaan konsumen yang mana ada 3 (tiga) pihak yang terlibat, yaitu :6 Hasil Wawancara dengan Joko Pramono, Divisi Collection, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Jakarta, Tanggal 23 Mei 2013.6Tabel 1 Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) ADIRA FINANCE Perjanjian Kerjasama 1. Perjanjian Pembiayaan. 2. Perjanjian Jaminan Fidusia. DEALER Perjanjian Jual Beli Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hubungan pihak Adira Finance dengan debitur. Hubungan antara pihak Adira Finance dengan debitur sebagai pihak yang menerima biaya adalah hubungan yang bersifat kontraktual, yang artinya didasarkan pada kontrak yang dalam hal ini adalah perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia. Pihak perusahaan pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang, sedangkan pihak konsumen sebagai penerima biaya berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara cicilan atau angsuran kepada pihak pemberi biaya (Adira Finance). 2. Hubungan pihak debitur dengan dealer. Antara pihak debitur dengan dealer terdapat hubungan jual beli (bersyarat), di mana pihak dealer selaku penjual menjual barang kepada debitur selaku pembeli dengan syarat, bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga yaitu pihak pemberi biaya (Adira Finance). Syarat tersebut memiliki arti, bahwa apabila karena alasan apapun pihak pemberi biaya tidak dapat menyediakan dananya, maka jual beli antara dealer dengan debitur sebagai pembeli akan batal. 3. Hubungan Adira Finance dengan dealer. Antara pihak Adira Finance dengan dealer tidak ada hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak penyedia dana hanya pihak ketiga yang disyaratkan untuk menyediakan dana dan digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak dealer dengan debitur.7 Perlindungan hukum kreditur itu diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi : fidusia tetapHasil Wawancara dengan Abed Nego, Team Legal, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Samarinda, Tanggal 5 Mei 2013.7DEBITUR7mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa jaminan fidusia mempunyai sifat kebendaan dan berlaku terhadap asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Perlindungan hukum yang sama juga dilihat dalam Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi : pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Sangsi terhadap ketentuan diatas adalah pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : setiap orang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian jaminan fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000.- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah)''. Atas segala tindakan dan kelalaian pemberi fidusia, penerima fidusia berdasarkan karena kelalaian tersebut tidak bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : penerima fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian pemberi fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Pada intinya maksud atau tujuan dari perjanjian jaminan fidusia dari segi perlindungan hukum bagi kreditur adalah memberikan hak istimewa atau hak didahulukan baginya guna pelunasan hutang-hutang debitur padanya. Timbulnya hutang debitur pada PT. Adira Dinamika Multi Finance, karena debitur telah mendapatkan fasilitas pembiayaan untuk membeli barang yang menjadi objek pembiayaan, dalam hal ini khususnya kendaraan bermotor. Karena semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Pasal ini mengandung arti bahwa para pihak boleh membuat berbagai persetujuan atau perjanjian baik yang sudah diatur dalam undang-undang maupun yang tidak diatur dalam undang-undang akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. 8Selama apa yang disepakati itu sah, artinya memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu : (a) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (b) adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan; (c) suatu hal tertentu; dan (d) suatu sebab yang halal. Dengan demikian, maka jika para pihak membuat perjanjian pembiayaan konsumen yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka menurut hukum yang berlaku di Indonesia, perjanjian pembiayaan konsumen itu mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya blanko kelengkapan dokumentasi customer yang dibuat debitur pada saat melakukan perjanjian pembiayaan konsumen tersebut dengan PT. Adira Dinamika Multi Finance. Dalam penyelesaian sengketa melalui peradilan PT. Adira Dinamika Multi Finance menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan kredit macet tersebut, yaitu pengajuan gugatan secara perdata dan ataupun pelaporan tindak pidana. Dalam hal pengajuan gugatan secara perdata terhadap debitur yang melakukan wanprestasi pihak perusahaan pembiayaan (kreditur) dapat mengajukan gugatan perdata tersebut ke Pengadilan Negeri setempat dengan tuntutan ganti rugi. Ketentuan mengenai wanprestasi, telah dimuat secara tegas dalam perjajian pembiayaan konsumen yang termuat dalam syarat-syarat perjanjian pembiayaan konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia antara PT. Adira Dinamika Multi Finance dengan debitur. Dalam perjanjian tersebut mengatur Tentang wanprestasi yang menyatakan bahwa, Penerima fasilitas atau penerima jaminan setuju dan mengikat diri kepada pemberi fasilitas dan/atau kuasanya mengenai terjadinya atau keadaan wanprestasi yang dengan lewatnya waktu telah cukup membuktikan terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut : a. Debitur dan/atau penjamin mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau permohonan penundaan kewajiban pembayaran hutang-hutangnya (surseance van betalling) atau debitur digugat pailit oleh pihak manapun juga; b. Debitur dan/penjamin meninggal dunia, kecuali bila penerima hak/para ahli warisnya dapat memenuhi seluruh kewajiban debitur dan dalam hal ini disetujui oleh kreditur (dalam hal debitur adalah perusahaan atau badan hukum atau badan usaha atau lembaga maka klausal ini tidak berlaku); c. Debitur dan/atau penjamin ditaruh di bawah pengampuan ( onder curatele gesteld); debitur dan/atau penjamin lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian ini atau perjanjian/pernyataan lain yang berhubungan dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya yang terpisah dari perjanjian ini. 9 d. Debitur lalai membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah ditetapkan, atauSedangkan secara pidana debitur dapat dituntut dengan Pasal 372 dan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 1. Tindak Pidana Penggelapan (Pasal 372 KUHP) 2. Tindak Pidana Penipuan (Pasal 378 KUHP). Kemudian di dalam Pasal 23 ayat 2 jo. Pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia juga telah mengatur sangsi yang tegas apabila debitur telah melakukan suatu pelanggaran tindak pidana seperti yang telah di jelaskan diatas. Adapun bunyi Pasal tersebut yaitu sebagai berikut : a. Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Dalam hal ini, PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk. b. Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan dengan paling banyak Rp. 50.000.000-. (lima puluh juta) rupiah.Adapun penyelesaian sengketa diluar pengadilan seperti yang dijalankan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda, didalam menyelesaikan kredit macet kendaraan bermotor tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Pada Overdue /keterlambatan 1-3 hari pihak Provider yang telah berkerja sama dengan PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. yang berkedudukan di Surabaya akan menelepon debitur dan mengingatkan bahwa debitur sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran motor tersebut. 2. Apabila tidak ada pembayaran dari penerima fasilitas atau debitur pada keterlambatan 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) hari tersebut, maka pada hari ke 4 (empat) A/R Head Bucket 1 dan 2 berdasarkan DKHC (Daftar Kerja Harian Collector) menugaskan Aro (Account Receivable Officer) untuk melakukan penagihan langsung kerumah/ ketempat kerja debitur ataualamat lainsambil mencari informasi keberadaan unit tersebut, penagihan ini maksimal 4 (empat) kali kunjungan dalam 1 (satu) bulan.103. Jika masih juga tidak dilakukan pembayaran maka secara sistem akan terbit Surat Peringatan (SP) 1 (satu) pada keterlambatan 18 hari yang batas waktunya diberikan 7 (tujuh) hari kerja kepada penerima fasilitas. Apabila Surat Peringatan (SP) 1 (satu) tadi tidak ditanggapi oleh debitur dan debitur tetap tidak membayar angsuran motor yang tertunggak tersebut, maka terbit Surat Peringatan (SP) 2 (dua) pada keterlambatan 25 hari yang batas waktunya juga 7 (tujuh) hari kerja, jika tetap tidak dilakukan pembayaran maka pada overdue/keterlambatan 31 hari secara sistem dan DKHR (Dafrar Kerja Harian Remedial) Rem.Off (Remedial Ofiicer) terbit Surat Tugas (ST) Penarikan yang di laksanakan oleh Rem. Off (Remedial Officer) untuk melakukan penagihan atau untuk melakukan penarikan unit tersebut, pada keterlambatan 31 hari atau sebelum masuk Over Due/keterlambatan 61 hari penerima fasilitas masih juga diberikan kesempatan untuk melakukan pembayaran melalui kasir-kasir PT. Adira Dinamika Multi Finance atau Aro (Account Receivable Officer) atau Rem. Off (Remedial Officer), Sebelum masuk Overdue/keterlambatan 61 hari. 4. apabila Overdue /keterlambatan 60 hari masih juga tidak dilakukan pembayaran oleh debitur, maka secara sistem akanterbit Surat Keputusan (SK) Penarikan unit tersebut yang dilaksanakan oleh Eksternal Collector atau yang lebih dikenal dengan sebutan Deft Collector (DC) dibawah kepemimpinan A/R Head Bucket 3. jika unit berhasil dilakukan penarikan oleh Eksternal Collector, disini debitur masih diberikan kesempatan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance untuk melakukan penebusan terhadap kendaraan yang telah ditarik, debitur harus mengajukan kredit lancar, yaitu dengan membayar angsuran tertunggak ditambah dengan membayar angsuran 3 bulan dimuka ditambah dengan denda keterlambatan yang timbul dan biaya proses penarikan. Proses kredit lancar hanya bisa dilakukan maksimal 7 hari setelah tanggal unit debitur ditarik oleh pihak PT. Adira Dinamika Multi Finance, biaya penarikan tetap akan dikenakan kepada debitur walaupun debitur telah mengajukan kredit lancar atau melunasi kredit kendaraannya untuk mengambil kembali kendaraannya.8 5. Jika Eksternal Collector Bucket 3 tidak bisa melakukan penarikan unit tersebut maka secara otomatis berpindah ke Eksternal Collector Bucket 4 yang di pimpin oleh A/R Head Bucket 4 yaitu pada Overdue/keterlambatan 121-209 hari dan A/R Head Bucket 4 disini mempunyai waktu untuk melakukan penarikan unit tersebut sampai dengan keterlambatan 209 hari.8Kartu Angsuran; Buku Pintar Adira, PT. Adira Dinamika Multi Finance, hal. 23.116. Apabila tetap tidak ada penyelesaian pada keterlambatan 121-209 hari maka secara sistem masuk kategori WO (Write.Off) pada keterlambatan 210 hari, yang diambil alih oleh ROA (Recovery Officer Area). 9 Prosedur Dan Mekanisme Penyelesaian Kredit Macet yang dibuat Oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Adapun prosedur Medium Risk yang dilakukan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda, didalam menyelesaikan kredit macet kendaraan bermotor tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Pada Overdue /keterlambatan 1-3 hari pihak Provider yang telah berkerja sama dengan PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. yang berkedudukan di Surabaya akan menelepon debitur dan mengingatkan bahwa debitur sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran motor tersebut. b. Apabila tidak ada pembayaran dari penerima fasilitas atau debitur pada keterlambatan 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) hari tersebut, maka pada hari ke 4 (empat) A/R Head Bucket 1 dan 2 berdasarkan DKHC (Daftar Kerja Harian Collector) menugaskan Aro (Account Receivable Officer) untuk melakukan penagihan langsung kerumah/ ketempat kerja debitur ataualamat lainsambil mencari informasi keberadaan unit tersebut, penagihan ini maksimal 4 (empat) kali kunjungan dalam 1 (satu) bulan. c. Jika masih juga tidak dilakukan pembayaran maka secara sistem akan terbit Surat Peringatan (SP) 1 (satu) pada keterlambatan 18 hari yang batas waktunya diberikan 7 (tujuh) hari kerja kepada penerima fasilitas. Apabila Surat Peringatan (SP) 1 (satu) tadi tidak ditanggapi oleh debitur dan debitur tetap tidak membayar angsuran motor yang tertunggak tersebut, maka terbit Surat Peringatan (SP) 2 (dua) pada keterlambatan 25 hari yang batas waktunya juga 7 (tujuh) hari kerja, jika tetap tidak dilakukan pembayaran maka pada overdue/keterlambatan 31 hari secara sistem dan DKHR (Dafrar Kerja Harian Remedial) Rem.Off (Remedial Ofiicer) terbit Surat Tugas (ST) Penarikan yang di laksanakan oleh Rem. Off (Remedial Officer) untuk melakukan penagihan atau untuk melakukan penarikan unit tersebut, pada keterlambatan 31 hari atau sebelum masuk Over Due/keterlambatan 61 hari penerima fasilitas masih juga diberikan kesempatan untuk melakukan pembayaran melalui kasir-kasir PT. Adira Dinamika Multi Finance atau Aro (Account Receivable Officer) atau Rem. Off (Remedial Officer), Sebelum masuk Overdue/keterlambatan 61 hari.Hasil Wawancara dengan Mulyadi, A/R Head Bucket 1, 2, dan 4, PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda, Tanggal 3 Desember 2012.912d. apabila Overdue /keterlambatan 60 hari masih juga tidak dilakukan pembayaran oleh debitur, maka secara sistem akan terbit Surat Keputusan (SK) Penarikan unit tersebut yang dilaksanakan oleh Eksternal Collector atau yang lebih dikenal dengan sebutan Deft Collector (DC) dibawah kepemimpinan A/R Head Bucket 3. jika unit berhasil dilakukan penarikan oleh Eksternal Collector, disini debitur masih diberikan kesempatan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance untuk melakukan penebusan terhadap kendaraan yang telah ditarik, debitur harus mengajukan kredit lancar, yaitu dengan membayar angsuran tertunggak ditambah dengan membayar angsuran 3 bulan dimuka ditambah dengan denda keterlambatan yang timbul dan biaya proses penarikan. Proses kredit lancar hanya bisa dilakukan maksimal 7 hari setelah tanggal unit debitur ditarik oleh pihak PT. Adira Dinamika Multi Finance, biaya penarikan tetap akan dikenakan kepada debitur walaupun debitur telah mengajukan kredit lancar atau melunasi kredit kendaraannya untuk mengambil kembali kendaraannya.10 e. Jika Eksternal Collector Bucket 3 tidak bisa melakukan penarikan unit tersebut maka secara otomatis berpindah ke Eksternal Collector Bucket 4 yang di pimpin oleh A/R Head Bucket 4 yaitu pada Overdue/keterlambatan 121-209 hari dan A/R Head Bucket 4 disini mempunyai waktu untuk melakukan penarikan unit tersebut sampai dengan keterlambatan 209 hari. f. Apabila tetap tidak ada penyelesaian pada keterlambatan 121-209 hari maka secara sistem masuk kategori WO (Write.Off) pada keterlambatan 210 hari, yang diambil alih oleh ROA (Recovery Officer Area). 11 Adapun Surat Tugas (ST) Penarikan secara sistem terbit padaoverdue/keterlambatan 31 hari atau kurang dari 31 hari tergantung pada history payment (pembayaran) debitur apakah masuk kategori High/Medium/Low.12 Dan juga bila telah diketahui kasusnya oleh Aro (Account Reveible Officer) karena debitur telah mengalihkan atau menggadaikan kendaraannya tanpa memberitahukan kepada PT. Adira Dinamika Multi Finance secara resmi.13 Atau Surat Tugas (ST) bisa terbit sebelum 31 hari apabila terdapat kasus-kasus yang tidak bisa diselesaiakan oleh Aro (Account Receivable Officer) atau Rem. Off (Remedial Officer) dengan eskalasi dan membuat analisa kasus yang lengkap tentang penyebab keterlambatan tersebut.14 Sedangkan Surat Keputusan Penarikan (SKP) secara sistem terbit pada overdue/keterlambatan 61 hari atau kurang dari 61 hari tergantung dari eskalasi yang dilakukan10 11Kartu Angsuran; Buku Pintar Adira, PT. Adira Dinamika Multi Finance, hal. 23. Hasil Wawancara dengan Mulyadi, Op.Cit. 12 Hasil Wawancara dengan Vita, Loc.Cit. 13 Ibid. 14 Hasil Wawancara dengan Mulyadi,Op.Cit.13oleh Rem. Off (Remedial Officer) dengan membuat analisa kasus yang lengkap tentang penyebab keterlambatan tersebut dan juga dilihat dari karakter si debitur.15 Selanjutnya didalam menyelesaikan kredit macet yang dilakukan oleh debitur dalam hal ini PT. Adira Dinamika Multi Finance memberikan solusi kepada debitur supaya tidak terjadinya kemacetannya pembayaran, adapun tindakan tersebut yaitu dengan program rehab dan rectructure. Rehab adalah usaha penyelamatan aset dengan pemberian fasilitas kepada debitur yang memiliki kendala dalam membayar angsuran untuk melakukan perubahan terhadap tanggal jatuh tempo angsuran maupun term of payment.16 Restructure adalah usaha penyelamatan aset dengan pemberian fasilitas kepada debitur yang memiliki kendala dalam membayar angsuran untuk melakukan perubahan term of payment pada perjanjian kredit seperti perubahan pada besar angsuran dan jangka waktu pembayaran (berupa perpanjangan tenor).17 Berdasarkan hasil wawancara kepada Heldi yang bertindak sebagai Wakil Manager PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda maka diperoleh penjelasannya bahwa : prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi didalam Memo Internal itu harus dilakukan sesuai memo tersebut, karena untuk menghindari permasalahan di kemudian hari.18 Apabila prosedur tersebut tidak di jalankan oleh karyawan PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda maka akan mendapatkan sangsi yang tegas yang paling berat berupa pemecatan atau jika hal tersebut berdampak merugikan PT. Adira Dinamika Multi Finance, maka karyawan tersebut akan dilaporkan ke kepolisian untuk dilakukan penuntutan.19 Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Akibat Tindakan Debitur Yang Melakukan Pelanggaran Terhadap Kontrak. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Heldi selaku Wakil Manager PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Samarinda tentang perlindungan hukum terhadap kreditur akibat tindakan debitur yang melakukan pelanggaran terhadap kontrak adalah dengan didaftarkan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia, dan akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia berirah-irah demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Hal iniHasil Wawancara dengan Stenly J.D Mondigir, Loc. Cit. Memo Internal, No. MI-007/OPR.COLL/IX/2009, Kriteria Debitur Program Rehab, Kriteria Rehab Cabang dan Jenjang Approval Program Rehab, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. 17 Memo Internal, No. MI-015/OPR/COLL/VII/2012, Ketentuan Program Rectructure Pembiayaan Konvensional , PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. 18 Hasil Wawancara dengan Heldi, Wakil Manager, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Samarinda, Tanggal 2 Januari 2013. 19 Hasil Wawancara dengan Abed Nego, Loc. Cit.15 1614memberikan kepastian hukum kepada PT. Adira Dinamika Multi Finance Samarinda untuk melakukan penarikan unit kendaraan debitur apabila debitur melakukan pelanggaran kontrak atau wanprestasi. Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.20 Sehingga apabila debitur melanggar larangan tersebut dan tetap tidak ada pembayaran maka jalan terakhir yang ditempuh oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance Samarinda adalah melakukan penarikan unit kendaraan bermotor tersebut. Kemudian perlindungan hukum kreditur itu diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi : fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa jaminan fidusia mempunyai sifat kebendaan dan berlaku terhadap asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Perlindungan hukum yang sama juga dilihat dalam Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi : pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Sangsi terhadap ketentuan diatas adalah pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : setiap orang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian jaminan fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000.- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah)''. Atas segala tindakan dan kelalaian pemberi fidusia, penerima fidusia berdasarkan karena kelalaian tersebut tidak bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : penerima fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian pemberi fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia.20Hasil Wawancara dengan Heldi, Loc. Cit.15Pada intinya maksud atau tujuan dari perjanjian jaminan fidusia dari segi perlindungan hukum bagi kreditur adalah memberikan hak istimewa atau hak didahulukan baginya guna pelunasan hutang-hutang debitur padanya. Lebih jauh perlindungan hukum terhadap hak atas piutang yang didahulukan dapat dilihat pada ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : 1. Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya. 2. Hak didahulukan sebagaimana, dimaksud dalam ayat 1 adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. 3. Hak yang didahulukan dan penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan atas likuidasi pemberi fidusia. Adapun beberapa hal yang dapat menunjukkan adanya perlindungan hukum terhadap kreditur (penerima fidusia) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia antara lain sebagai berikut : 1. Adanya lembaga pendaftaran jaminan fidusia, yang tidak lain adalah untuk menjamin kepentingan pihak yang menerima fidusia. 2. Adanya larangan pemberi fidusia untuk memfidusiakan ulang objek jaminan fidusia (Pasal 17). 3. Adanya ketentuan bahwa pemberi fidusia tidak diperbolehkan untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan (Pasal 23 sub 2). 4. Adanya ketentuan pemberi fidusia wajib menyerahkan benda jaminan, kalau kreditur hendak melaksanakan eksekusi atas objek jaminan fidusia. 5. Adanya ketentuan pidana dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia. Berdasarkan hasil penelitian penulis dan wawancara kepada Heldi DBM PT. Adira Dinamika Multi Finance Samarinda diperoleh bahwa PT. Adira Dinamika Multi Finance Samarinda sudah mendaftarkan Jaminan Fidusia per tanggal 1 Oktober 2012.21 Dengan didaftarkan jaminan fidusia maka akan dicatat akta jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia dan kepada kreditur diberikan sertifikat jaminan fidusia berirah-irah demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. sehingga asas publisitas terpenuhi sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur dalam hal ini PT. Adira Dinamika Multi Finance Samarinda, mengenai benda yang telah dibebani dengan jaminan fidusia.21Ibid.16Pendaftaran fidusia secara langsung memberikan hak preferenterhadap kreditur untuk pelunasan terlebih dahulu atas piutangnya atau kepada kreditur hak yang luas menyangkut eksekusi benda jaminan ditangan siapapun benda tersebut berada, hal yang perlu diingat terhadap perlindungan hukum demikian tidak dapat dimiliki oleh kreditur apabila perjanjian jaminan fidusianya tidak didaftarkannya di kantor pendaftaran fidusia. KESIMPULAN 1. Dalam menyelesaikan kredit macet PT. Adira Dinamika Multi Finance, Samarinda itu lebih menggunakan jasa Eksternal Collection yang akibatnya tidak semua kredit macet yang dilakukan oleh debitur dapat dilakukan penarikan sehingga tidak ada efek jera kepada debitur yang melakukan wanprestasi. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, itu sudah jelas bahwa perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance kepada debiturtersebut dilindungi oleh hukum dan mempunyai kekuatan eksekutorial untuk dapat dilakukan penarikan apabila debitur telah melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama dan sudah sangat jelas dasarnya untuk dapat dilakukan penuntutan apabila debitur telah melanggar ketentuan isi kontrak pembiayaan bersama dengan penyerahan hak milik secara fidusia. DAFTAR PUSTAKA 1. Literatur Anonim, Kartu Angsuran (Buku Pintar Nasabah), PT. Adira Dinamika Multi Finance. Anonim, Panduan Aro dan Rem. Off, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Anonim, Pedoman Penyusunan Proposal Penelitian Dan Penulisan Tesis Dan Desertasi, Malang, Universitas Brawijaya Press (UB Press), 2010. Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1995. Anonim, Collection Recovery Adira Finance; Adira Suvevisory Development Program (ASDP), PT. Adira Dinamika Multi Finance, 2013. Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga keuangan dan Pembiayaan Konsumen, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000. Agus Yudha Hernako, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Ed. Pertama, Cet. 2, Jakarta, Kencana, 2011. Andi Prajitno, Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, Malang, Bayumedia Publising, 2009. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999.17Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Cet. 1, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2010. Budi Rachmat, Anjak Piutang Solusi Cash Flow Problem, Jakarta, Gramedia Pustaka utama, 2002. H. Salim, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2011. Hadiwijaya Akuntan dan R.A. Rivai Wirasasmita, Beberapa Segi, Mengenai Perkreditan, Bandung, CV. Pionir Jaya Bandung, 1993. Handri Raharjo, Cara Pintar Memilih dan Mengajukan Kredit, Cet. 1, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2010. Hasanuddin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998. Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Dalam Negara Hukum Pancasila Simposium Politik, Hak Asasi Manusia dan Pembangunan Hukum, Lustrum VIII, Universitas Airlangga, Surabaya, 1994. ------------------------, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Suatu Studi Tentang PrinsipPrinsipnya, Penanganan Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, PT. Bina Ilum, Surabaya, 1987. Simorangkir, J.C.T,. Rudy T.Erwin, dan J.T. Prasetyo, Kamus Hukum, Cet. 10, Sinar Grafika, Jakarta, 2006. Tobing, M.L., Sekitar Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Erlangga, 2005. Mariam Darus Badulzaman, Aneka Hukum Bisnis , Cet. 3, Alumni, Bandung, 2011. Muhammad Abulkadir dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti. Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003. Munir Fuadi, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek (Leasing, Faktoring, Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen, Kartu Kredit), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 1995. ----------------, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti , 2002. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2000. Suhariningsih, Analisis Yuridis terhadap Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Barang Inventory Dalam Bingkai Jaminan Fidusia, Malang, Universitas Wisnuwardhana Press Malang, 2011. Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta, PT. Gramedia, 1993.18Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2011. Zaenal Asyadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya Di Indonesia, RajaGrafindo Persada, 2011. Miranda Nasihin, Segala Hal Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan, Yogyakarta, Buku Pintar, 2012. 2. Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Republik Indonesia. Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia. UU Nomor 42 Tahun 1999. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3889. Republik Indonesia. Undang-Undang Tentang Perbankan. UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan fidusia. PP Nomor 86 Tahun 2000. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 170. Republik Indonesia. Peraturan Presiden Tentang Lembaga Pembiayaan. Perpres Nomor 9 Tahun 2009. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 786 3. Sumber Lainnya Memo Internal : No.MI-015/OPR/COLL/VII/2012, Ketentuan Program Restructure Pembiayaan Konvensional, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-012/OPR/COLL/II/2012, Surat Perjanjian Kerjasama Pemberian Jasa, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : No. MI-012/OPR/COLL/V/2012, Ketentuan Perjanjian Kerjasama (PKS) Eksternal Collection, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-015/OPR/COLL/VII/2012, Form Analisa Kasus, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk.19Memo Internal : No.MI-007/OPR/COLL/IX/2009, Kriteria Debitur Program Rehab, Kriteria Rehab Cabang dan Jenjang Approval Program Rehab, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-008/OPR/COLL/III/2012, Berita Acara Serah Terima Kendaraan Bermotor, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-008/OPR/COLL/III/2012, Format Form Pengajuan Kredit Lancar, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : No.MI-008/OPR/COLL/III/2012, Mekanisme Penyerahan Unit Ke Warehouse /Remote Warehouse /Cabang /RO, Pick Up Unit, Early Terminate Unit, Pelunasan Unit Tarikan dan Kredit Lancar, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-012/OPR/COLL/II/2012, Form Permohonan Kerjasama Eksternal Collection, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-012/OPR/COLL/II/2012, Form Survey Domisili / Tempat Tinggal Eksternal Collection, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-012/OPR/COLL/II/2012, Form Survey Kantor / Tempat Usaha Eksternal Collection, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-021/RIM/CRD/XII/2009, Pengikat Jaminan Tambahan Berupa Kendaraan ; Perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-021/RIM/CRD/XII/2009, Surat Kuasa Fidusia Jaminan Tambahan Berupa Kendaraan Atas Nama Calon Debitur ; Surat Kuasa Fidusia, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-021/RIM/CRD/XII/2009, Surat Kuasa Fidusia Jaminan Tambahan Berupa Kendaraan Bukan Atas Nama Calon Debitur, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : No. MI-005/OPR/COLL/III/2012, Ketentuan Piloting Pelaksanaan Sentralisasi Surat Peringatan (SP) Konvensional, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-005/OPR/COLL/IV/2011, Format Surat Tugas, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-005/OPR/COLL/IV/2011, Format Surat Kuasa, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : MI-005/OPR/COLL/IV/2011, Format Surat Kuasa Substitusi ; Surat Kuasa Khusus, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. Memo Internal : No. MI-005/OPR/COLL/IV/2011, Teknis Penanganan dan Dokumen Collection, PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. 20