kesepian pada pria usia lanjut yang melajang rara

39
KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA OKTARIA Fakultas Psikologi Univesitas Gunadarma Abstrak Setiap orang membutuhkan seseorang dalam hidupnya seperti melakukan perkawinan yang merupakan ikatan diantara dua insan yang berbeda. Namun tidak semua orang menikah, ada yang memilih hidup melajang. Pada awalnya menganggap melajang itu mengasyikkan, namun dengan seiringnya waktu tmbul kesepian yang mengakibatkan rasa tertekan terutama ketika memasuki usia lanjut karena diusia ini banyak kehilangan kontak sosial dengan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab pria usia lanjut melajang, mengetahui gambaran kesepian pada pria usia lanjut yang melajang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian pada pria usia lanjut yang melajang. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan subjek penelitian ini adalah pria usia lanjut yang melajang dengan usia 60 tahun. Adapun jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak satu orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyebab pria usia lanjut melajang dapat disimpulkan bahwa, pertama yaitu subjek menjalin hubungan dengan wanita selalu tidak disetujui oleh ibunya dengan alasan perilakunya kurang bagus. Kedua yaitu subjek tidak mempunyai pekerjaan, dalam hal ini subjek mengatakan bahwa dirinya putus dengan pacarnya karena dirinya sampai saat ini belum memiliki pekerjaan. Ketiga yaitu masalah kesehatan, menurut subjek penyebab dirinya tidak bekerja karena subjek sakit selama sepuluh tahun. Terdapat gambaran kesepian subjek. Gambaran ini memperlihatkan sikap dan perilaku subjek menunjukan kesepian. Gambaran yang pertama kesepian perilaku, dua subtema yang muncul yaitu, tidak memiliki teman dekat atau sahabat, dan merasa sendiri. Yang kedua kesepian kognitif, dua subtema yang muncul yaitu, tidak ada teman untuk berbagi cerita, dan merasa tidak cocok untuk bergaul dengan orang lain. Yang ketiga kesepian emosional, dua subtema yang muncul yaitu, merasa sedih tidak memiliki pasangan, merasa tidak ada satu pun orang yang memahaminya. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kesepian subjek. Pertama faktor psikologis terdapat empat subfaktor yang muncul yaitu kurang adanya dukungan dari lingkungan, kurangnya percaya diri, kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan, dan ketakutan menanggung resiko sosial. Pada faktor situasional terdapat dua subfaktor yang muncul yaitu takut di kenal orang lain, dan kehidupan di dalam rumah. Kata kunci : Kesepian, pria usia lanjut, melajang

Upload: doankhanh

Post on 31-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG

RARA OKTARIA

Fakultas Psikologi Univesitas Gunadarma

Abstrak

Setiap orang membutuhkan seseorang dalam hidupnya seperti melakukan perkawinan yang merupakan ikatan diantara dua insan yang berbeda. Namun tidak semua orang menikah, ada yang memilih hidup melajang. Pada awalnya menganggap melajang itu mengasyikkan, namun dengan seiringnya waktu tmbul kesepian yang mengakibatkan rasa tertekan terutama ketika memasuki usia lanjut karena diusia ini banyak kehilangan kontak sosial dengan seseorang.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab pria usia lanjut melajang, mengetahui gambaran kesepian pada pria usia lanjut yang melajang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian pada pria usia lanjut yang melajang. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan subjek penelitian ini adalah pria usia lanjut yang melajang dengan usia 60 tahun. Adapun jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak satu orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyebab pria usia lanjut melajang dapat disimpulkan bahwa, pertama yaitu subjek menjalin hubungan dengan wanita selalu tidak disetujui oleh ibunya dengan alasan perilakunya kurang bagus. Kedua yaitu subjek tidak mempunyai pekerjaan, dalam hal ini subjek mengatakan bahwa dirinya putus dengan pacarnya karena dirinya sampai saat ini belum memiliki pekerjaan. Ketiga yaitu masalah kesehatan, menurut subjek penyebab dirinya tidak bekerja karena subjek sakit selama sepuluh tahun.

Terdapat gambaran kesepian subjek. Gambaran ini memperlihatkan sikap dan perilaku subjek menunjukan kesepian. Gambaran yang pertama kesepian perilaku, dua subtema yang muncul yaitu, tidak memiliki teman dekat atau sahabat, dan merasa sendiri. Yang kedua kesepian kognitif, dua subtema yang muncul yaitu, tidak ada teman untuk berbagi cerita, dan merasa tidak cocok untuk bergaul dengan orang lain. Yang ketiga kesepian emosional, dua subtema yang muncul yaitu, merasa sedih tidak memiliki pasangan, merasa tidak ada satu pun orang yang memahaminya.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kesepian subjek. Pertama faktor psikologis terdapat empat subfaktor yang muncul yaitu kurang adanya dukungan dari lingkungan, kurangnya percaya diri, kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan, dan ketakutan menanggung resiko sosial. Pada faktor situasional terdapat dua subfaktor yang muncul yaitu takut di kenal orang lain, dan kehidupan di dalam rumah.

Kata kunci : Kesepian, pria usia lanjut, melajang

Page 2: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk

sosial tidak akan pernah lepas dari

hubungannya dengan orang lain.

Sebagai makhluk sosial kita

memerlukan hubungan interpersonal

secara mendalam dengan seseorang

sehingga dapat memiliki arti

tersendiri di dalam hidupnya.

Hubungan yang demikian akan

meningkat terus sehingga sampai

pada suatu perkawinan.

Perkawinan merupakan salah

satu bentuk perkembangan ketika

kita meningkat dewasa. Menurut

Husein (2006) perkawinan

merupakan ikatan diantara dua insan

yang mempunyai banyak perbedaan

baik dari segi fisik, asuhan keluarga,

pergaulan, cara berpikir (mental),

pendidikan dan lain hal.

Namun demikian, ternyata

tidak semua orang dewasa menikah.

Hal ini terlihat dari data-data sensus

penduduk maupun penelitian.

Menurut sumber data statistik

Indonesia (2008), mengenai

penduduk yang berusia 15-49 tahun

yang membujang atau sekarang yang

dikenal dengan istilah lajang

jumlahnya sekitar 1,71 % pada tahun

2000.

Para lajang yang memilih

menjalani hidup sendiri atau hidup

melajang bukanlah suatu hal tanpa

masalah sehingga dapat dengan

mudah dijalankan oleh seseorang.

Mereka yang menjalani kehidupan

melajang harus berani mengambil

segala resiko dari segala

permasalahan yang akan timbul

nantinya. Menurut Hurlock (1991)

antara pria dan wanita terdapat

perbedaan dalam menjalani

kehidupan melajang. Untuk wanita

biasanya diwarnai stres jika belum

menikah. Berbeda dengan para pria

yang tidak mempersalahkan kapan

mereka menikah karena mereka tahu

bahwa pria dapat saja menikah kapan

pria mau. Banyak pria yang tetap

membujang karena ingin menikmati

kebebasan sebagai bujangan, atau

karena mereka ingin

mempersembahkan waktu dan tenaga

mereka sampai mantap dalam karier.

Kebanyakan orang yang tidak

menikah, mempunyai alasan yang

Page 3: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

kuat untuk tetap membujang.

Menurut Baron (dalam Andryana,

2007), alasan pria tidak menikah

yaitu mereka menganggap komitmen

jangka panjang atau menikah akan

merusak hubungan indah yang telah

terjalin, lalu mereka menganggap

menikah membuat mereka tidak

sebebas hidup melajang, takut

dengan perceraian, trauma karena

kegagalan yang dialami kedua orang

tuanya, dan terkadang pria

mempunyai sifat pembosan. Selain

itu ada survey yang dilakukan oleh

majalah Femina (2006) terhadap 60

pria dan didapat beberapa alasan

mengapa mereka masih melajang

yaitu ada 35 % suara yang

mengatakan pria merasa lebih bebas

tidak menikah atau tidak ingin

kebebasannya dikekang, ada 29 %

suara yang mengatakan ingin 100 %

fokus untuk berkarier, lalu 20 %

suara yang mengatakan belum

merasa mapan dan ada 16 % suara

yang mengatakan belum menemukan

pasangan yang tepat.

Pada awalnya para lajang

menganggap hidup sendiri itu

mengasyikkan, namun dengan

seiringnya waktu timbul perasaan

kesepian (Santrock, 2002). Menurut

Nowan (2008) kesepian adalah

perasaan yang timbul akibat

kebutuhan yang mendesak akan

kehadiran orang lain, untuk

berkomunikasi, untuk mempunyai

relasi intim dengan orang lain,

ataupun kebutuhan akan dukungan,

penerimaan, dan penghargaan dari

orang lain akan keberadaan dirinya.

Beberapa penelitian

menggunakan skala kesepian yang

dikembangkan oleh University of

California of Los Angeles (UCLA

Loneliness Scale) mendapatkan hasil

bahwa pria memiliki rata-rata skor

kesepian yang lebih tinggi daripada

wanita (Brehm, 1992). Borys dan

Perlman (dalam Brehm, 1992)

mengatakan perbedaan jenis kelamin

dalam tingkat kesepian dapat

tergantung pada jenis pertanyaan

yang diajukan. Bila pengukuran

dilakukan dengan menggunakan

UCLA Loneliness Scale, dimana

dalam skala tersebut tidak muncul

kata kesepian secara terang-terangan,

maka subjek pria dilaporkan

memiliki tingkat kesepian yang lebih

Page 4: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

tinggi daripada wanita. Sedangkan

bila pengukuran kesepian dilakukan

dengan terang-terangan

menyebutkan kata kesepian. Maka

didapatkan hasil sebaliknya yakni

subjek wanita memiliki tingkat

kesepian yang lebih tinggi daripada

pria. Borys dan Perlman (dalam

Brehm, 1992) mengemukakan bahwa

hal ini disebabkan karena pria pada

umumnya lebih sulit mengakui

secara terang-terangan bahwa dirinya

mengalami kesepian.

Seseorang yang kesepian

cenderung menyalahkan diri sendiri

atas kekurangan mereka. Sebagai

contoh, mereka menunjukkan

keterbukaan diri yang tidak tepat,

perhatian untuk diri sendiri sebagai

ganti perhatian terhadap pasangan

atau ketidakmampuan untuk

membangun keintiman yang nyaman

(Frankel dan Prentice dalam

Santrock, 2002). Terutama ketika

mereka memasuki usia lanjut dimana

usia lanjut itu sendiri adalah periode

penutup dalam rentang hidup

seseorang, yaitu suatu periode di

mana seseorang telah “beranjak

jauh” dari periode terdahulu yang

lebih menyenangkan, atau beranjak

dari waktu yang penuh manfaat

(Hurlock, 1991). Dimana dalam usia

ini banyak kehilangan kontak sosial

karena pola hidupnya semasa muda

cenderung konsentrasi pada pada

pekerjaan kantor dan tidak

mempunyai banyak waktu bergaul

dan berorganisasi dan membuat masa

pensiunnya bingung apa yang harus

dilakukan dan dengan siapa akan

mengadakan kontak dan komunikasi.

Selain itu, terkadang jauh dari Tuhan

sehingga para usia lanjut merasa

tidak berguna dan berdampak pada

upaya menarik diri dari pergaulan

sosial (Hanum, 2000). Disamping

itu, kesepian para usia lanjut dapat

disebabkan pengalaman traumatis,

yaitu trauma yang disebabkan oleh

meninggalnya orang yang amat

dicintai. Peristiwa tersebut dapat

menenggelamkan seseorang dalam

kesepian yang sangat mendalam dan

masuk dalam suasana kegelapan

(Hulme dalam Hanum, 2000)

Dari uraian di atas

disimpulkan bahwa setiap orang

membutuhkan hubungan

interpersonal secara mendalam

Page 5: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

dengan seseorang, bukan sekedar

hubungan yang basa-basi melainkan

hubungan yang bermakna, seperti

melalui perkawinan yang merupakan

ikatan diantara dua insan yang

berbeda. Namun, tidak semua orang

menikah, ada yang memilih untuk

hidup sendiri atau melajang. Mereka

yang hidup melajang harus berani

mengambil resiko atas segala

permasalahan yang akan timbul

nantinya. Diantaranya kesepian,

perasaan ini dapat menimbulkan

perasaan tertekan pada diri seseorang

yang melajang terutama ketika

memasuki usia lanjut yang mana

dalam usia ini banyak kehilangan

kontak sosial dan menarik diri dari

pergaulan sosial karena pola

hidupnya yang salah semasa muda.

Disamping itu, juga karena

pengalaman traumatis yang terjadi

pada diri usia lanjut yaitu kehilangan

orang yang dicintainya.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan

yang telah disebutkan, maka

penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sebab-sebab pria usia

lanjut hidup melajang, gambaran

kesepian yang dialami dan faktor-

faktor yang mempengaruhi kesepian

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Studi kasus ini diharapkan

memberi masukan terhadap

kajian psikologi khususnya

psikologi sosial dan psikologi

perkembangan mengenai

masalah kesepian dan menjadi

bahan acuan bagi peneliti

selanjutnya, terutama yang

berkaitan dengan kesepian pada

pria usia lanjut yang lajang.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap pada studi

kasus ini dapat menjadi acuan

bagi para psikolog dalam

memberikan saran dan masukan

bagi yang mengalami masalah

kesepian pada pria usia lanjut

yang belum menikah agar dapat

bangkit dari rasa kesepian dan

bertindak dengan langkah-

langkah positif.

Page 6: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

TINJAUAN PUSTAKA

Kesepian

Peplau dan Perlman

(dalam Baron & Bryne, 2002)

kesepian adalah suatu reaksi

emosional dan kognitif terhadap

dimilikinya hubungan yang lebih

sedikit dan lebih tidak memuaskan

daripada yang diinginkan oleh orang

tersebut.

Sedangkan Hanum (2008)

kesepian merupakan kondisi dimana

orang merasa tersisih dari

kelompoknya, tidak diakui

eksistensinya, tidak diperhatikan

oleh orang-orang sekitarnya, tidak

ada tempat berbagi rasa, terisolasi

dari lingkungan sehingga

menimbulkan rasa sunyi, sepi, pedih

dan tertekan.

Menurut Nowan (2008)

kesepian adalah perasaan yang

timbul akibat kebutuhan yang

mendesak akan kehadiran orang lain,

untuk berkomunikasi, untuk

mempunyai relasi intim dengan

orang lain, ataupun kebutuhan akan

dukungan, penerimaan, dan

penghargaan dari orang lain akan

keberadaan dirinya.

Menurut Gierveld (dalam

Latifa, 2008) kesepian adalah kondisi

isolasi sosial yang subyektif

(subjective social isolation), dimana

situasi yang dialami individu tersebut

dirasa tidak menyenangkan dan tidak

diragukan lagi terjadi kekurangan

kualitas hubungan (lack of quality of

relationship).

Berdasarkan pengertian

diatas disimpulkan bahwa kesepian

adalah suatu reaksi emosional dan

kognitif dimana orang merasa

tersisih dari kelompoknya, tidak ada

tempat berbagi rasa, terisolasi dari

lingkungan sehingga menimbulkan

rasa sunyi, sepi, pedih dan tertekan.

Ciri-ciri Kesepian

Menurut Nowan (2008)

menyebutkan bahwa orang yang

kesepian ada masalah dalam

memandang eksistensi dirinya

(merasa tidak berguna, merasa gagal,

merasa terpuruk, merasa sendiri,

merasa tidak ada yang peduli, dan

perasaan negatif lainnya).

Page 7: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Sedangkan menurut

psychology Today Magazine (2003)

menyebutkan bahwa orang kesepian

merasa tidak mampu bergaul dengan

orang lain, merasa tidak ada satu pun

orang yang memahaminya, merasa

depresi, dan merasa cemas.

Menurut Baron & Bryne

(2005) orang yang kesepian

cenderung untuk menjadi tidak

bahagia dan tidak puas dengan diri

sendiri, tidak mau mendengar

keterbukaan intim dari orang lain dan

cenderung membuka diri mereka

baik terlalu sedikit atau terlalu

banyak, merasakan kesia-siaan

(hopelessness), dan merasa putus

asa.

Menurut Robinson (1994)

menyebutkan bahwa orang yang

kesepian merasa terasing dari

kelompoknya, tidak merasakan

adanya cinta disekelilingnya, merasa

tidak ada yang peduli dengan dirinya

dan merasakan kesendirian, serta

merasa sulit untuk mendapatkan

teman.

Berdasarkan ciri-ciri diatas

disimpulkan bahwa ciri-ciri kesepian

adalah orang yang kesepian merasa

dirinya tidak berguna, merasa gagal,

merasa tidak ada satu pun orang

yang memahaminya, tidak

merasakan adanya cinta

disekelilingnya, merasa depresi,

cenderung tidak bahagia dan

merasakan kesia-siaan

(hopelessness).

Tipe-tipe Kesepian

Menurut Weiss (dalam Sears

dkk, 1991) perasaan kesepian

tersebut dapat dibedakan kedalam 2

(dua) tipe, yaitu :

a. Kesepian Emosional (Emotional

Loneliness)

Kesepian ini terjadi karena

tidak adanya figur kelekatan dalam

hubungan intimnya, seperti anak

yang tidak ada orang tuanya atau

orang dewasa yang tidak memiliki

pasangan atau teman dekat. Kesepian

emosional dapat terjadi karena tidak

adanya hubungan dekat dengan

orang lain, kurangnya adanya

perhatian satu sama lain. Jika

individu merasakan hal ini, meskipun

dia berinteraksi dengan orang banyak

dia akan tetap merasa kesepian.

Page 8: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

b. Kesepian Situasional (Situational

Loneliness)

Kesepian ini terjadi ketika

sesorang kehilangan integrasi sosial

atau komunitas yang terdapat teman

dan hubungan sosial. Kesepian ini

disebabkan karena ketidakhadiran

orang lain dan dapat diatasi dengan

hadirnya orang lain.

Sedangkan menurut Sadler

(dalam Latifa, 2008) ada lima tipe

kesepian, yaitu :

a. Interpersonal Loneliness

Manakala individu

merindukan seseorang yang dahulu

pernah dekat dengannya dan

melibatkan kesedihan yang

mendalam sehingga individu

mencari-cari orang baru untuk

dicintai. Tapi jika menemukan orang

yang potensial menjadi pasangan

baru sebelum ia mampu mengatasi

kesedihan terdahulu, maka individu

akan takut atau menolak.

b. Kesepian Sosial (Social

Loneliness)

Perasaan ketika individu

tidak ingin terpisah dari kelompok

sosial yang dianggap penting bagi

kesejahteraannya dan tidak ada hal

yang dapat ia lakukan untuk

mengatasi hal itu sekarang.

c. Culture Shock

Terjadi ketika individu

pindah ke suatu lingkungan

kebudayaan baru.

d. Kesepian Kosmik (Cosmic

Loneliness)

Dikenal dengan kesepian

eksistensial yaitu perasaan

ketidakmungkinan untuk menjalin

suatu hubungan yang sempurna

dengan orang lain.

e. Kesepian Psikologikal

(Psychological Loneliness)

Kesepian ini datang dari

kedalaman hati individu, baik itu

yang berasal dari situasi masa kini

ataupun sebagai reaksi dari trauma-

trauma masa lalu.

Menurut Bruno (2000),

mendefinisikan tiga penggolongan

kesepian yaitu:

a. Kesepian Kognitif (Cognitive

Loneliness)

Kesepian kognitif terjadi jika

individu mempunyai sedikit teman

Page 9: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

untuk berbagi pikiran atau gagasan

yang dianggap penting.

b. Kesepian Perilaku (Behavioral

Loneliness)

Kesepian perilaku terjadi bila

anda kurang atau tidak mempunyai

teman sewaktu berjalan atau

melakukan kegiatan di luar rumah,

misalnya anda ingin nonton film atau

ingin makan di restoran tapi anda

tidak memiliki seorang teman yang

anda kenal yang bisa di ajak.

c. Kesepian Emosional (Emotional

Loneliness)

Kesepian jenis ini terjadi bila

individu membutuhkan kasih sayang

tapi tidak mendapatkannya. Inilah

kesepian yang sangat penting dan

sangat buruk dampaknya.

Berdasarkan uraian di atas

kesepian emosional adalah kesepian

yang terjadi akibat tidak adanya figur

kelekatan dalam hubungan intim

dengan seseorang dan juga kurang

perhatian satu sama lain, jika

individu merasakan hal ini, meskipun

dia berinteraksi dengan orang banyak

dia akan tetap merasa kesepian dan

bisa berdampak buruk bagi individu

tersebut. Sedangkan kesepian

perilaku atau juga kesepian

situasional adalah kesepian yang

terjadi karena ketidakhadiran

seseorang atau tidak mempunyai

teman untuk diajak melakukan

kegiatan di luar rumah dan dapat di

atasi dengan hadirnya sesorang.

Kesepian kognitif terjadi akibat tidak

mempunyai atau kurang memiliki

teman untuk berbagi pikiran atau

gagasan yang dianggap penting.

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kesepian

Menurut Middlebrook (dalam

Turnip, 1997) faktor yang

mempengaruhi kesepian adalah

sebagai berikut :

a. Faktor Psikologis

1) Kesepian Eksistensial

Keterbatasan manusia yang

terpisah dari orang lain

sehingga seseorang tersebut

tidak mungkin berbagi

perasaan dan pengalaman

dengan orang lain dan

seseorang tersebut harus

mengambil keputusan

Page 10: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

sendiri dan menghadapai

ketidakpastian.

2) Pengalaman Traumatis

Kehilangan seseorang yang

sangat dekat secara tiba-tiba

bias menyebabkan orang

merasa kesepian, tetapi akan

lebih sanggup mentolerir

kesepian bila sering

mengalaminya atau orang itu

sendiri yang mulai menjauh

dari orang yang dekat

padanya.

3) Kurang dukungan dari

lingkungan

Seseorang bisa mengalami

kesepian bila merasa tidak

sesuai dengan

lingkungannya, sehingga

orang tersebut menganggap

dirinya diabaikan dan

ditolak oleh lingkungan.

4) Krisis dalam diri dan

kegagalan

Seseorang bisa kehilangan

semangat dan menghindar

dari lingkungannya bila

merasa harga dirinya

terganggu karena

harapannya tidak terpenuhi,

hal ini dapat menyebabakan

timbulnya gejala kesepian

pada orang itu.

5) Kurangnya percaya diri

Kesepian dapat terjadi bila

seseorang kurang dapat

mengungkapkan diri

sepenuhnya dan hanya

mampu berhubungan secara

formil saja. Kalaupun bisa

berhubungan sosial dengan

cukup baik, tetap saja

merasa kurang dilibatkan.

6) Kepribadian yang tidak

sesuai dengan lingkungan

Orang-orang yang

temperamen tertentu seperti

pemalu dan yang tidak

mampu berhubungan sosial

akan menarik diri dari

lingkungan.

7) Ketakutan menanggung

resiko sosial

Seseorang merasa takut

untuk terlalu dekat dengan

orang lain, karena khawatir

akan ditolak. Kedekatan

sosial dilihat sebagai sesuatu

Page 11: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

yang berbahaya dan penuh

resiko.

b. Faktor Situasional

1) Takut dikenal orang lain

Seseorang yang takut

dikenal secara mendalam

oleh orang lain akan

cenderung menghilangkan

kesempatan untuk

berhubungan dekat dengan

orang lain, sehingga orang

tersebut tidak punya teman

berbagi rasa.

2) Nilai-nilai yang berlaku pada

lingkungan sosial

Nilai-nilai yang dianut

seperti privasi dan

kesuksesan dapat

menyebabkan seseorang

merasa kesepian karena ia

merasa terikat oleh nilai

tersebut.

3) Kehidupan di luar rumah

Rutinitas diluar rumah

seperti sekolah, kuliah dan

kerja menyebabkan

kurangnya kehangatan

hubungan seseorang dengan

orang-orang tertentu.

4) Kehidupan di dalam rumah

Rutinitas dirumah seperti

adanya jam makan, tidur,

mandi akan menyebabkan

kejenuhan pada pelakunya.

5) Perubahan pola-pola dalam

keluarga

Kehadiran orang lain dalam

sebuah keluarga akan

menyebabkan terganggunya

hubungan antar anggota

keluarga.

6) Pindah tempat

Seringnya pindah dari satu

tempat ke tempat lain akan

menyebabkan seseorang

yang tidak dapat menjalin

hubungan yang akrab

dengan lingkungan baru,

sehingga akan menimbulkan

kesepian.

7) Terlalu besarnya suatu

organisasi

Bila populasi dalam sebuah

organisasai terlalu besar,

akan sulit bagi seseorang

untuk mengenal satu sama

lain secara lebih dekat.

Page 12: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

8) Desain arsitektur bangunan

Bentuk bangunan yang

canggih juga berpengaruh

terhadap interaksi sosial. Hal

ini mengingat bangunan-

bangunan dapat

menyebabkan masyarakat

menjadi individualistis

dimana interaksi sosial

menjadi terbatas.

Menurut Hanum (2008),

ditinjau dari sudut sosiologis

penyebab kesepian pada lanjut usia

antara lain karena beberapa hal

sebagai berikut:

a. Teralienasi (Terasing)

Perasaan dapat disebabkan oleh

adanya perasaan terasing dalam

kehidupan sosial sehingga

merasa dirinya sendiri di dunia.

Penderitaan akan kesepian ini

semakin menyiksa karena

merasa tidak mempunyai kawan

untuk berbagi rasa dan terisolasi

dari kehidupan bermasyarakat.

b. Anomie

Suatu situasi ketika terjadi suatu

keadaan tanpa aturan, yaitu

collective conciousness

(kesadaran kolektif) tidak

berfungsi. Kondisi seperti itu

terjadi dalam suasana krisis,

dimana kebutuhan-kebutuhan

tidak terpenuhi dan bertemu

dengan keadaan tidak

berfungsinya aturan-aturan

masyarakat pada akhirnya orang

merasa kehilangan arah di

dalam kehidupan sosialnya.

Lanjut usia yang mengalami

kesepian dan depresi dapat

disebabkan ketidakmampuan

dalam menyesuaikan diri

(maladjustment) dengan kondisi

lingkungannya. Mereka merasa

kecewa dan frustasi dengan

keadaan yang ada sehingga

mendorong untuk menarik diri

dari partisipasi di masyarakat.

c. Perubahan pada pola

kekerabatan

Nilai kekerabatan dalam

kehidupan keluarga semakin

lemah. Mengarah pada bentuk

keluarga inti, lanjut usia tidak

jarang terpisah jauh dari anak

cucu akibat proses urbanisasi.

Lanjut usia ditinggalkan oleh

anggota keluarga dan kurang

Page 13: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

diperhatikan, dan banyak

diantara mereka hidup sendiri

dan kesepian. Keterpisahan

lanjut usia dari anggota keluarga

menyebabkan mereka tidak

intensif mendapat perhatian dan

kesejahteraan. Oleh karena itu,

perasaan sepi dan tertekan kerap

mewarnai para lanjut usia yang

ditinggalkan orang-orang yang

dicintainya.

Dampak dari Kesepian

Adapun dampak dari

kesepian menurut Robinson (1994)

yaitu :

a. Mengalami rendah diri,

bergantung pada teman untuk

membangun harga dirinya.

b. Menyalahkan diri sendiri.

c. Tidak ingin berusaha untuk

terlibat pada kegiatan sosial.

d. Mempunyai kesulitan untuk

memperlihatkan diri dalam

berkelakuan dan takut untuk

berkata ya atau tidak untuk hal

yang tidak sesuai.

e. Takut bertemu orang lain dan

menghindari situasi baru.

f. Mempunyai persepsi negatif

tentang diri sendiri.

g. Merasakan keterasingan,

kesendirian dan perasaan tidak

bahagia terhadap lingkungan

sekitar.

Lajang

Pengertian Lajang

Menurut Nowan (2008)

lajang adalah kondisi seseorang yang

masih sendiri atau yang belum

mempunyai pasangan dengan latar

belakang bermacam-macam.

Sedangkan menurut

Wikipedia (2008) lajang adalah

seseorang yang tidak menikah, dan

tidak mempunyai hubungan khusus

dengan orang lain.

Menurut Stein (dalam

Prestasi, 2006) menjelaskan, bahwa

mereka yang hidup melajang adalah

mereka yang belum menikah, tidak

terlibat dalam hubungan

heteroseksual dan homoseksual

serta tidak menjalani kehidupan

suami istri secara terbuka, seperti

tinggal serumah tanpa suatu ikatan

pernikahan.

Berdasarkan kesimpulan

diatas lajang adalah kondisi

Page 14: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

seseorang yang belum menikah atau

yang belum mempunyai pasangan.

Stereotipe terhadap Lajang

Cargen dan Melko (dalam

Prestasi, 2006) menyebutkan

beberapa stereotipe yang ada pada

masyarakat mengenai seseorang

yang belum menikah :

a. Menyimpang

Masyarakat percaya bahwa

mereka yang tidak menikah

tergolong “tidak normal”.

Perkawinan merupakan salah

satu tugas perkembangan dalam

diri individu sehingga pada usia

tertentu seharusnya seseorang

sudah menikah.

b. Tidak Dewasa

Mereka yang belum menikah

dianggap belum dewasa.

Kemungkinan individu masih

terikat pada orangtuanya, belum

berpengalaman dan individu

masih bersibuk dengan dirinya

sendiri.

c. Penyimpangan Seks

Masih dipertanyakan bagaimana

seseorang yang normal

memenuhi kebutuhan seksualnya.

Namun ia tidak dapat

melakukannya, mengingat ia

tidak memiliki pasangan.

Mencari pelepasan seksual pada

sembarangan orang atau

melakukan masturbasi

dipersepsikan sebagai kegagalan

dalam proses perkembangan.

d. Kebebasan

Bahwa mereka yang tidak

menikah dipersepsikan sebagai

lebih bebas mempunyai lebih

banyak waktu dan kesempatan

karena tidak terikat keluarga.

e. Kebahagiaan dan Kesepian

Disatu pihak “hidup sendiri”

digambarkan sebagai lebih

menyenangkan, bebas

menentukan pilihan dan dan

tidak terlalu banyak pilihan

sehingga mereka lebih bahagia.

Di pihak lain mereka memulai

segalanya sendiri, mengambil

keputusan sendiri tanpang ada

orang lain tempat berbagi suka

dan duka.

f. Kemakmuran

Mereka yang hidup sendiri tidak

harus mengeluarkan biaya untuk

Page 15: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

keluarga seperti biaya untuk

anak. Pengeluaran hanya untuk

dirinya sendiri. Dengan demikian

mereka dapat memenuhi segala

kebutuhan.

g. Fanatik pada pekerjaan

Mengingat mereka yang hidup

sendiri tidak harus memikirkan

keluarga, maka waktu mereka

lebih tercurah sepenuhnya pada

pekerjaan. Mereka biasanya

berhasil mencapai posisi yang

cukup tinggi.

Sebab-sebab Pria Melajang

Kebanyakan orang yang

belum menikah, mempunyai alasan

yang kuat untuk tetap membujang.

Menurut Baron (dalam Andryana,

2007) alasan pria tidak menikah

yaitu mereka menganggap komitmen

jangka panjang atau menikah akan

merusak hubungan indah yang indah

yang telah terjalin, lalu mereka

menganggap menikah membuat

mereka tidak sebebas hidup

melajang, takut pada perceraian,

trauma karena kegagalan yang

dialami kedua orang tuanya, dan

terkadang pria mempunyai sifat

pembosan.

Menurut Stein (dalam Prestasi,

2006) alasan yang sering terdengar

dari mereka yang hidup sendiri ialah

sulitnya mencari pasangan yang

tepat. Mereka sulit untuk

mendapatkan pasangan yang cocok

yang sesuai dengan keinginannya.

Selain itu menurut Dariyo

(2003), sebagian orang menempuh

cara hidup tidak menikah karena

didasari oleh :

a. Masalah Ideologi atau Panggilan

Agama

Individu yang mempercayai

suatu keyakinan tertentu

(misalnya ideologi politik atau

agama tertentu) dan berusaha

untuk mempertahankan

keyakinan tersebut, ia memilih

kehidupan untuk tidak menikah

(single life).

b. Trauma Perceraian

Bagi sebagian orang, perceraian

merupakan suatu hal yang biasa.

Kerap kali setelah menikah,

tidak berapa lama kemudian,

akhirnya perkawinan hancur

karena masing-masing pasangan

yang hidup sendiri.

Page 16: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Bagaimanapun peristiwa

perceraian memberikan dampak

luka batin yang tidak mungkin

dapat dilupakan seumur hidup

setiap orang, baik wanita

maupun pria.

c. Tidak Memperoleh Jodoh

Sebenarnya, setiap individu

diciptakan Tuhan, pasti

mempunyai jaodoh sendiri-

sendiri. Diyakini bahwa

kelahiran, jodoh, dan kematian

ada di tangan Tuhan. Artinya,

Tuhanlah yang menentukan

semua itu. Namun, adakalanya

seorang individu sampai pada

masa tua ataupun sampai

kematiannya, tidak mempunyai

pasangan hidup (jodoh) yang

tepat dan bahkan tidak

mempunyai keturunan.

d. Telanjur Memikirkan

Karier Pekerjaan

Tidak menutup kemungkinan,

individu yang mencapai jenjang

karier tinggi akan merasa

kesulitan memperoleh jodoh

yang diharapkan karena individu

(calon pasangan) yang datang

tidak sesuai dengan kriteria

yang ditentukan individu yang

bersangkutan.

e. Ingin Menjalani Kehidupan

Pribadi secara Bebas

Hidup sendiri ialah hidup yang

betujuan untuk menyenangkan

diri sendiri tanpa diganggu

orang lain. Apa pun aktivitas

yang dilakukan seseorang,

diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan hidup pribadi. Dalam

hal ini, orang menganut paham

kebebasan. Artinya, seseorang

bebas menentukan arah dan

perjalanan hidup sendiri, tanpa

diganggu ataupun mengganggu

orang lain.

Berdasarkan sebab-sebab

seseorang tidak menikah

disimpulkan bahwa seseorang tidak

menikah khususnya pria yaitu trauma

pada perceraian yang mungkin

dialaminya ataupun kegagalan dari

orang tuanya, panggilan agama, tidak

memperoleh jodoh dan terlanjur

memikirkan pekerjaan atau karier

dan sulit mencari pasangan yang

tepat.

Page 17: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Keuntungan dan Kerugian dari

Hidup Melajang.

Tentunya kehidupan para

lajang tidak terlepas dari berbagai

pengalaman yang menyenangkan dan

menyedihkan. Menurut Santrock

(dalam Dariyo, 2003)

mengungkapkan beberapa

keuntungan maupun keterbatasan

yang dialami mereka dalam

menjalani kehidupannya. Beberapa

keuntungan yang dirasakan bagi

mereka yang hidup sendiri ialah :

a. Individu merasa dapat menikmati

kebebasan dalam melakukan

berbagai aktivitas tanpa ada yang

mengganggunya.

b. Kemandirian dalam pengambilan

keputusan. Individu benar-benar

merasakan kehidupan privasi.

Sedangkan kerugian yang

dirasakan mereka adalah :

a. Kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan seksual.

b. Kesulitan ketika dalam

keadaan menderita sakit.

Bagi pria yang hidup sendiri,

tidak mungkin ia meminta

bantuan istri sebab ia tidak

memilikinya.

Usia Lanjut

Pengertian Usia Lanjut

Menurut Sabri (1993) usia

lanjut periode penutup dalam rentang

hidup seseorang. Masa ini di mulai

dari umur 60 sampai mati, yang

ditandai dengan adanya perubahan

yang bersifat fisik dan psikologis

yang semakin menurun.

Sedangkan menurut Hurlock

(1991) usia tua adalah periode

penutup dalam rentang hidup

seseorang, yaitu suatu periode di

mana seseorang telah “beranjak

jauh” dari periode terdahulu yang

lebih menyenangkan, atau beranjak

dari waktu yang penuh manfaat.

Menurut Widiyatun (1996)

usia lanjut adalah masa merasa

sudah sangat tua, ada rasa takut

menghadapinya dan ditandai dengan

kemunduran fungsi organ.

Jadi, usia lanjut adalah

periode penutup dalam rentang hidup

seseorang yang dimulai dari usia 60

tahun sampai mati dimasa di usia ini

sudah merasa sangat tua, dan adanya

Page 18: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

perubahan yang bersifat fisik

maupun psikologis serta ditandai

kemunduran fungsi organ.

Ciri-ciri Usia Lanjut

Adapun ciri-ciri yang

berkaitan dengan penyesuaian

pribadi dan sosialnya. Menurut Sabri

(1993) adalah sebagai berikut :

a. Ada perubahan individu yang

menonjol sebagai akibat dari usia

lanjut, yaitu ketuaan yang

bersifat fisik mendahului ketuaan

psikologis yang merupakan

kejadian yang bersifat umum.

b. Ada beberapa masalah dari

penyesuaian diri dan sosial yang

khas bagi usia lanjut, misalnya

meningkatnya ketergantungan

fisik dan ekonomi pada orang

lain, membentuk kontak sosial

baru, mengembangkan keinginan

dan minat dan minat baru dan

kegiatan untuk memanfaatkan

waktu luang yang jumlahnya

meningkat.

c. Perubahan yang umum terjadi

pada masa ini adalah perubahan

yang menyangkut kemampuan

motorik, perubahan kekuatan

fisik, perubahan dalam fungsi

psikologis, perubahan pada

sistem saraf, perubahan

penampilan dan kemampuan

seksual, serta kecenderungan

sikap yang canggung dan kikuk.

d. Keterkaitan terhadap agama

bertambah dan sering di pusatkan

pada masalah tentang kematian

pada usia tersebut yang bersifat

pribadi tidak abstrak seperti

masa-masa sebelumnya.

e. Diantara sekian banyak bahaya

fisik yang bersifat umum yang

merupakan ciri usia lanjut, ialah

penyakitan, hambatan yang

bersifat jasmaniah, kurang gizi,

gigi banyak yang tanggal dan

hilangnya kemampuan seksual.

f. Bahaya yang bersifat psikologis

meliputi kepercayaan terhadap

pendapat klise tentang usia

lanjut, perasaan rendah diri,

perasaan tidak berguna,

perubahan tidak enak akibat

perubahan fisik, perubahan pola

hidup, perasaan bersalah karena

menganggur.

Page 19: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Sedangkan menurut Hurlock

(1991) ciri-ciri usia lanjut adalah :

a. Periode kemunduran

Pemunduran pada usia lanjut

sebagian datang dari faktor fisik

yang merupakan suatu perubahan

pada sel-sel tubuh bukan karena

penyakit khusus tapi karena

proses menua. Selain itu

pemunduran usia lanjut juga

datang dari faktor psikologis

yaitu sikap tidak senang terhadap

diri sendiri, orang lain, pekerjaan,

dan kehidupan pada umumnya

dapat menuju keadaan uzur,

karena perubahan pada lapisan

otak.

b. Perbedaan individual pada efek

menua

Orang menjadi tua secara

berbeda karena mereka

mempunyai sifat bawaan yang

berbeda, sosioekonomi dan latar

pendidikan yang berbeda, dan

pola hidup yang berbeda.

Perbedaan kelihatan di antara

orang-orang yang mempunyai

jenis kelamin yang sama, dan

semakin nyata bila pria

dibandingkan dengan wanita

karena menua terjadi dengan laju

yang berbeda pada masing-

masing jenis kelamin.

c. Dinilai dengan kriteria yang

berbeda

Pada waktu anak-anak mencapai

remaja, mereka menilai usia

lanjut dalam cara yang sama

dengan penilaian orang dewasa,

yaitu dalam hal penampilan diri

dan apa yang dapat dan tidak

dapat dilakukannya. Dengan

mengetahui bahwa hal tersebut

merupakan merupakan dua

kriteria yang amat umum untuk

menilai usia mereka banyak

orang berusia lanjut melakukan

segala apa yang dapat mereka

sembunyikan atau samarkan yang

menyangkut tanda-tanda penuaan

fisik dengan memakai pakaian

yang biasa dipakai orang muda

dan berpura-pura mempunyai

tenaga muda. Inilah cara mereka

untuk menutupi dan membuat

ilusi bahwa mereka belum lanjut

usia.

d. Stereotipe pada orang lanjut usia

Pendapat klise yang telah dikenal

masyarakat tentang usia lanjut

Page 20: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

adalah pria dan wanita yang

keadaan fisik dan mentalnya

loyo, usang, sering pikun,

jalannya membungkuk, dan sulit

hidup bersama dengan siapa pun,

karena hari-harinya yang penuh

manfaat telah lewat, sehingga

perlu dijauhkan dari orang-orang

yang lebih muda.

e. Sikap sosial terhadap usia lanjut

Pendapat klise tentang usia lanjut

mempunyai pengaruh yang besar

terhadap usia lanjut maupun

terhadap orang berusia lanjut.

Dan kebanyakan pendapat klise

tersebut tidak menyenangkan,

maka sikap sosial tampaknya

cenderung tidak menyenangkan.

f. Menua membutuhkan perubahan

peran

Karena sikap sosial yang tidak

menyenangkan bagi kaum usia

lanjut, pujian yang mereka

hasilkan dihubungkan dengan

peran usia bukan dengan

keberhasilan mereka. Perasaan

tidak berguna dan tidak

diperlukan lagi bagi usia lanjut

menumbuhkan rasa rendah diri

dan kemarahan, yaitu suatu

perasaan yang tidak menunjang

proses penyesuaian sosial

seseorang.

g. Penyesuaian yang buruk

merupakan ciri-ciri usia lanjut

Karena sikap sosial yang tidak

menyenangkan bagi kaum usia

lanjut, yang nampak dalam cara

orang memperlakukan mereka,

maka tidak heran lagi kalau

banyak orang usia

mengembangkan konsep diri

yang tidak menyenangkan. Hal

ini cenderung diwujudkan dalam

bentuk perilaku yang buruk

dengan tingkat kekerasan yang

berbeda pula. Mereka yang pada

lalunya sulit dalam

menyesuaikan diri cenderung

untuk semakin jahat ketimbang

mereka yang dalam

menyesuaikan diri pada masa

lalunya mudah dan

menyenangkan.

h. Keinginan menjadi muda

kembali sangat kuat pada usia

lanjut

Dewasa ini berbagai cara

dilakukan untuk menjadi muda

kembali seperti obat-obatan telah

Page 21: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

mengambil alih tugas-tugas

tersebut yang mencoba menahan

ketuaan, tukang sihir, ilmu gaib

digunakan untuk mencapai tujuan

tersebut. Kemudian timbul

orang-orang yang bisa membuat

orang tetap awet muda, yang

dipercayai mempunyai kekuatan

magis untuk mengubah usia

lanjut menjadi lebih muda lagi.

Tugas Perkembangan Usia Lanjut

Tugas perkembangan usia

lanjut menurut Lesmana (dalam

Sabri, 1993) adalah :

a. Menyesuaikan diri dengan

penurunan kekuatan fisik dan

kesehatan.

b. Menyesuaikan diri dengan masa

pensiun dan penurunan

pendapatan.

c. Menyesuaikan diri dengan

kematian pasangan.

d. Memantapkan secara eksplisit

bahwa ia ada pada kelompok

usianya itu.

e. Mengadopsi dan mengadaptasi

peran sosial secara fleksibel

f. Menetapkan pengaturan

kehidupan yang memuaskan.

Menurut Hurlock (1991)

tugas perkembangan usia lanjut

adalah menyesuaikan diri dengan

menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan, menyesuaikan diri dengan

masa pensiun dan berkurangnya

penghasilan (income) keluarga,

menyesuaikan diri dengan kematian

pasangan hidup, membentuk

hubungan dengan orang-orang

seusia, membentuk pengaturan

kehidupan fisik yang memuaskan

dan menyesuaikan diri dengan peran

sosial secara luwes.

Kesepian Pada Pria Usia Lanjut

Yang Melajang

Perkawinan merupakan salah

satu bentuk perkembangan ketika

kita meningkat dewasa. Menurut

Husein (2006) perkawinan

merupakan ikatan diantara dua insan

yang mempunyai banyak perbedaan

baik dari segi fisik, asuhan keluarga,

pergaulan, cara berpikir (mental),

pendidikan dan lain hal. Walaupun

begitu pentingnya perkawinan

namun tidak semua orang menikah.

Belum menikah atau yang

kita kenal lajang banyak kita temui

pada saat ini. Stein (dalam Prestasi,

Page 22: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

2006) menjelaskan, bahwa mereka

yang hidup melajang adalah mereka

yang belum menikah, tidak terlibat

dalam hubungan heteroseksual dan

homoseksual serta tidak menjalani

kehidupan suami istri secara terbuka,

seperti tinggal serumah tanpa suatu

ikatan pernikahan.

Pada awalnya mereka

menganggap hidup sendiri itu hal

yang biasa, namun dengan seiringnya

waktu timbul perasaan kesepian

(Santrock, 2002). Kesepian bukan

hanya menyangkut tidak adanya

orang lain di sekitarnya, melainkan

kesepian merupakan akibat dari tidak

adanya orang lain yang tepat yang

dapat membantu seseorang untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tertentu dalam interaksi sosial,

didukung dengan keyakinan bahwa

tidak adanya seseorang akan

berlangsung lama. Jadi bila mana

merasa tidak ada orang yang tepat

baginya untuk mencurahkan

perasaannya dan dalam hal ini bisa

berlangsung lama maka orang

tersebut cenderung merasa kesepian,

walaupun di sekitarnya banyak orang

(Derlega dan Margulis dalam

Kuswidiyasari, 2007)

Menurut Giervield (dalam

Latifa, 2007) Kesepian merupakan

fenomena dapat dialami oleh siapa

saja, usia berapapun, dan sepanjang

kehidupan manusia termasuk pada

usia lanjut. Dimana usia lanjut itu

sendiri adalah periode penutup dalam

rentang hidup seseorang, yaitu suatu

periode di mana seseorang telah

“beranjak jauh” dari periode

terdahulu yang lebih menyenangkan,

atau beranjak dari waktu yang penuh

manfaat (Hurlock, 1991). Dimana

dalam usia lanjut juga lebih terkait

dengan berkurangnya kontak sosial,

berkurangnya peran sosial baik

dengan berkurangnya teman atau

relasi akibat kurangnya aktivitas di

luar rumah sehingga akan

menimbulkan kesepian lebih cepat

bagi orang lanjut usia (Suhartini,

2008)

Menurut Mandasari (2007)

wanita yang mengalami kesepian

cenderung memiliki tingkat kesepian

yang tinggi dibandingkan dengan

pria hal ini disebabkan karena

karakteristik wanita yang lebih

Page 23: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

mungkin mengakui dirinya kesepian

dan lebih membutuhkan teman untuk

berbagi pikiran dan pengalaman

dibandingkan pria. Pria lebih banyak

mengingkari kesepian yang

dialaminya. Salah satu alasan untuk

hal tersebut adalah pria yang

kesepian kurang dapat diterima dan

lebih sering ditolak secara sosial.

Menurut stereotip jenis kelamin, pria

dianggap kurang pantas

mengekspresikan emosinya, dan pria

yang menyatakan dirinya kesepian

yang berarti menyimpang dari

harapan tersebut.

Menurut Knupfer dkk (dalam

Matondang, 1991) pria lajang dengan

usia lanjut memiliki sedikit arti

dalam berhubungan dengan orang

lain dibandingkan dengan wanita

lajang dengan usia lanjut. Ini berarti

pria lajang dengan usia lanjut lebih

terisolasi memiliki sedikit teman

serta pengalaman interpersonal yang

sedikit pula.

Dari uraian di atas bahwa pria

usia lanjut yang belum menikah

cenderung merasa kesepian. Hal ini

lebih terkait berkurangnya kontak

sosial, dan menarik diri dalam

pergaulan sosial.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini,

pendekatan yang digunakan peneliti

adalah metode kualitatif dengan

pendekatan penelitian studi kasus.

Poerwandari (2001) studi kasus

adalah fenomena khusus yang hadir

dalam suatu konteks yang terbatasi

(bounded context), meski batas-batas

antara fenomena dan konteks tidak

sepenuhnya jelas. Sedangkan Denzin

dan Lincoln (dalam Heru Basuki,

2006) studi kasus adalah suatu

bentuk penelitian (inquiry) atau studi

tentang suatu masalah yang memiliki

sifat kekhususan (particularity),

dapat dilakukan baik dengan

pendekatan kualitatif maupun

kuantitatif, dengan sasaran

perorangan (individual) maupun

kelompok, bahkan masyarakat luas.

Dalam penelitian ini subjek

yang diperlukan berjumlah satu

orang adalah pria usia lanjut, usia 60

tahun ke atas yang melajang.

Page 24: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Dalam mengumpulkan data-

data, penulis membutuhkan alat

bantu (instrumen penelitian) yaitu :

Pedoman wawancara berisi

pertanyaan-pertanyaan yang

berkenaan dengan masalah

penelitian. Pedoman wawancara ini

disusun berdasarkan mengapa pria

usia lanjut melajang, bagaimana

gambaran kesepian pria usia lanjut

yang melajang, dan faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi kesepian

pada pria usia lanjut yang melajang.

Dalam pedoman observasi dicatat

hal-hal penting yang terjadi selama

wawancara. Catatan ini berisikan

deskripsi tentang hal-hal yang

diamati, yang dianggap penting oleh

peneliti, misalnya penampilan dan

gerak-gerik responden selama

wawancara yang dirasakan penting,

gangguan-gangguan yang dialami

saat wawancara, dan lain-lain. Alat

perekam berguna sebagai alat bantu

pada saat wawancara, agar penulis

dapat benar-benar berkonsentrasi

pada saat pengambilan data tanpa

harus berhenti untuk mencatat

jawaban-jawaban responden. Dalam

pengumpulan data, baru dapat

dipergunakan setelah penulis

memperoleh ijin dari subjek untuk

menggunakan alat tersebut selama

proses wawancara berlangsung.

Keakuratan Penelitian

Untuk menjaga keakuratan

penelitian, peneliti menggunakan

triangulasi penelitian: triangulasi

teori, triangulasi metodologis,

triangulasi data dan peneliti.

Hasil dan Analisis

Dalam pelaksanaan penelitian ini,

observasi dan wawancara dilakukan

secara terpisah, pada hari yang

berbeda. Hal ini dilakukan, agar

peneliti mendapatkan data yang lebih

akurat. Pelaksanaan observasi

dilakukan dirumah tanggal 14 Maret

2009 dan di warung dekat rumah

subjek pada tanggal 31 Maret 2009.

Wawancara dengan subjek dilakukan

sebanyak dua kali pada tanggal 30

Mei 2009 dan 20 Febuari 2009

sedangkan significant other

dilakukan sebanyak tiga kali tanggal

23 Maret 2009, 4 Juli 2009, dan 13

Juni 2009.

Page 25: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Analisis Hasil Observasi

Saat peneliti datang ke rumah

subjek dan melaksanakan observasi

pertama, subjek memakai kaos

berwarna biru donker dan celana

pendek bahan berwarna coklat.

Subjek terlihat sibuk karena sedang

membantu ibunya membetulkan

jemuran. Subjek tersenyum melihat

peneliti dan menyuruh peneliti

menunggu sebentar. Subjek terlihat

mengeluh saat memperbaiki jemuran

dan terlihat tidak puas akan hasil

yang subjek kerjakan. Tidak lama

kemudian subjek dating sambil

membawa makanan dan minuman

buat peneliti. Saat peneliti mengobrol

dengan subjek, tetangga subjek

meminta bantuan subjek dan subjek

menjawab akan membantu

tetangganya tersebut. Subjek dalam

membuat papan terlihat sambil

mengobrol dengan tetangga subjek

yang yang lain. Saat itu subjek

bertanya kepada salah satu tetangga

tentang kapan tetangganya itu di

kubur. Ketika subjek sedang

mengobrol, datang para tamu yang

hadir ke rumah tetangganya itu, di

sana subjek terlihat jadi salah tingkah

karena yang datang rata-rata orang

tidak subjek kenal, lalu subjek

terlihat menghindar dari tamu-tamu

tersebut dan subjek menuju ke

belakang rumah tetangganya itu.

Pada saat observasi

berlangsung subjek mengenakan

kaos berwarna merah dengan celana

pendek berwarna hitam. Subjek

terlihat asyik sedang mengobrol

dengan teman-temannya. Disana

terlihat tetangga subjek bertanya

kepada subjek perihal kenapa subjek

keluar rumah dan subjek tersenyum

sambil menjawab bahwa dirinya

sedang bosan di rumah. Dan subjek

terlihat senyum-senyum dan

menggelengkan kepala sambil

berkata maksudnya apa ketika

ditanya salah satu tetangga subjek

yang menanyakan kepada subjek

yang subjek tidak mengerti, subjek

juga gak berkata ”saya gak ngerti

maksudnya apa, maklum dah tua”.

Tidak lama kemudian datang

seseorang yang memberikan

undangan kepada subjek yang akan

diberikan kepada ibu subjek dan

subjek mengucapkan terima kasih

pada orang tersebut. Setelah orang

tersebut pergi, tiba-tiba salah satu

tetangga subjek menanyakan siapa

Page 26: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

yang menikah, lalu subjek menjawab

bahwa yang menikah adalah anak

teman mengaji ibu subjek. Kemudian

salah satu tetangga subjek terlihat

sambil bercanda menanyakan kepada

subjek kapan subjek menikah.

Mendengar pertanyaan tersebut

subjek terlihat terkejut, namun

subjek hanya senyum-senyum tanpa

menjawab pertanyaan tersebut. Tidak

lama kemudian subjek berdiri dan

pergi mengambil makanan dari

warung tersebut dan duduk kembali

dengan tempat duduk yang berbeda.

Subjek duduk di tempat yang agak

jauh dari tetangga-tetangga subjek, di

sana terlihat subjek memisahkan diri

dan subjek terlihat mengeluh dan

merasa tidak nyaman berada di

warung tersebut. Di sana juga terlihat

subjek melihat-lihat surat undangan

dan subjek mengatakan kapan ya

saya bisa nikah. Kemudian salah satu

tetangga subjek menghampiri subjek

dan menanyakan kepada subjek

tentang pekerjaan subjek karena

tetangga subjek hendak meminta

tolong untuk memperpanjang KTP

dan subjek bersedia untuk membantu

tetangga subjek tersebut. Tetangga

subjek tersebut juga menanyakan

keadaan ibu subjek yang sedang

sakit-sakitan dan subjek menjelaskan

keadaan ibu subjek sudah membaik.

Analisis Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara

terdapat bahwa penyebab subjek

melajang dikarenakan subjek putus

dengan pacar subjek selama ini

karena ibu subjek tidak setuju

dengan hubungan mereka karena

perilaku pacar subjek tidak bagus.

Selain itu juga dikarenakan subjek

belum memiliki pekerjaan bahkan

dengan pacarnya yang terakhir pun

subjek memutuskan hubungan.

Walaupun sempat bertunangan

karena modal nikah belum cukup.

Dan terakhir, penyebab selanjutnya

menurut subjek bahwa subjek selama

ini tidak bekerja salah satunya karena

sakit lumpuh selama 10 tahun dan

selama sakit subjek tidak dapat

melakukan apapun. subjek dulunya

memiliki teman dekat atau sahabat

tetapi sekarang sudah pindah karena

memiliki keluarga dan di lingkungan

rumah subjek hanya teman biasa

yang tidak terlalu dekat dan subjek

saat ini belum memiliki pacar yang

Page 27: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

bisa subjek berkelu kesah sebagai

pengganti sahabat subjek meskipun

di lingkungan rumah, subjek

memiliki teman atau keluarga.

Selanjutnya, subjek suka merasa

malu bercerita tentang dirinya

kepada ibu dan saudara-saudara

subjek tetapi dengan teman-teman

subjek, subjek suka bercerita. Namun

karena teman-temannya sudah

pindah jadi subjek hanya sesekali

saja bertemu dan juga subjek merasa

terkadang tidak mengerti dengan apa

yang dibicarakan oleh orang yang

usianya lebih muda subjek karena

subjek menganggap dirinya sudah

tua. Dan yang terakhir, subjek

terkadang merasa sedih karena

belum memiliki pasangan hingga

saat ini padahal semestinya di usia

subjek sekarang seharusnya sudah

menikah, punya anak bahkan

seharusnya punya cucu dan

terkadang berpikir tidak ada yang

mengerti dirinya karena subjek

merasa capek jika ditanya kapan

menikah. dua faktor yang yang

mempengaruhi kesepian subjek yang

pertama faktor psikologis yaitu

subjek merasa dirinya tidak nyaman

dan bosan karena terlalu sering

ditanya oleh orang-orang sekitar

tentang kapan subjek menikah.

Meski pada awalnya subjek bersikap

biasa saja terhadap orang-orang

sekitar. Selain itu, subjek merasa

dirinya canggung dalam situasi ramai

apabila berhadapan dengan orang

yang lebih dari subjek, sehingga

terkadang merasa minder karena

subjek merasa sudah tua, tidak punya

pekerjaan dan belum menikah

sehingga subjek tidak bisa

bersosialisasi dengan orang yang

lebih dari subjek. Dan subjek merasa

takut untuk dekat dengan perempuan

karena merasa tidak punya pekerjaan

dan juga subjek merasa tidak muda

lagi sehingga membuat subjek takut

untuk ditolak. Selain faktor

psikologis ada juga faktor situasional

dimana subjek sempat berkenalan

dengan wanita tetapi tidak berani

membawa ke rumah karena subjek

merasa takut jika wanita yang baru

subjek kenal mengetahui keadaan

subjek sebenarnya. Selain itu, subjek

merasa terkadang bosan dengan

rutinitas sehari-hari yang hanya

membantu ibunya seperti

membersihkan rumah sehingga

Page 28: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

subjek biasanya keluar rumah untuk

menghilangkan rasa bosan tersebut.

Pembahasan

1. Penyebab Pria Usia lanjut

Melajang

Berdasarkan penelitian

yang dilakukan peneliti

menyimpulkan tentang

penyebab subjek melajang.

Terdapat tiga penyebab yang

muncul mengapa pria usia lanjut

melajang yaitu tidak di restui

oleh orang tua, tidak memiliki

pekerjaan, masalah kesehatan

Penyebab yang pertama

yaitu tidak di restui oleh orang

tua. Subjek dalam menjalani

hubungan dengan lawan jenis

selalu putus dan salah satu

penyebabnya karena orang tua

subjek yang tidak menyetujuinya

dengan alasan perilaku dari

pacar subjek kurang bagus.

Menurut Husein (2006) bahwa

pernikahan merupakan ikatan

diantara dua insan yang

mempunyai banyak perbedaan,

baik dari segi fisik, asuhan

keluarga, pergaulan, cara

berpikir (mental), pendidikan

dan lain hal. Oleh karena itu

setiap orang yang ingin menikah

tujuan sebelumnya yaitu ingin

menyatukan dua keluarga yang

berbeda. Akan tetapi jika salah

satu dari keluarga tidak

menyetujuinya maka tujuan

tersebut belum tercapai.

Penyebab yang kedua

yaitu tidak memiliki pekerjaan.

Subjek dalam menjalani

hubungan juga harus putus

karena subjek sendiri belum

memiliki pekerjaan. Menurut

Femina (2006) bahwa seseorang

jika ingin menikah apalagi

seorang pria salah satunya harus

hidup mapan. Karena pria

merasa kurang percaya diri

untuk datang ke rumah calon

mertua atau pacar jika belum

memiliki pekerjaan atau belum

mapan.

Penyebab yang ketiga

yaitu masalah kesehatan.

Menurut subjek penyebab

dirinya selama ini tidak bekerja

karena subjek sakit selama

sepuluh tahun. Karena

penyakitnya ersebut subjek tidak

Page 29: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

bisa melakukan apa-apa.

Menurut Husein (2006) salah

syarat menikah adalah harus

sehat jasmani dan rohani. Untuk

itu setiap individu yang ingin

menikah harus memenuhi syarat

tersebut dan juga kesehatan

merupakan masalah terpenting

bagi setiap orang. Menurut

Hanum (2008) kesehatan adalah

harga yang tidak ternilai

harganya. Tidak perduli berapa

pun umur, kesehatan harus

dijaga.

2. Gambaran Kesepian pada

Pria Usia Lanjut yang

Melajang

Pada pertanyaan

penelitian kedua mengenai

gambaran kesepian, dilihat dari

hasil wawancara dan hasil

observasi kesepian yang terdapat

beberapa gambaran yang

menggambarkan kesepian pada

diri subjek. Gambaran-gambaran

ini memperlihatkan bahwa sikap

dan perilaku subjek

menunjukkan kesepian seperti

kesepian perilaku yang terdapat

dua subtema yang muncul yaitu

tidak memiliki teman dekat atau

sahabat dan merasa sendiri.

Selanjutnya kesepian kognitif, di

sini juga terdapat dua subtema

yaitu tidak teman untuk bercerita

dan merasa tidak cocok bergaul

dengan orang lain. Kesepian

emosional yang juga memiliki

subtema yaitu tidak memiliki

pasangan dan merasa tidak satu

pun orang yang memahaminya.

Pertama yaitu kesepian

perilaku, subtema yang pertama

tidak memiliki teman dekat atau

sahabat. Subjek dulunya

memiliki teman dekat atau

sahabat, namun sekarang mereka

sudah pindah karena mereka

sudah memiliki keluarga.

Walaupun di lingkungan rumah

subjek memiliki teman tetapi

tidak sedekat dengan sahabat

subjek. Dimana subjek berbicara

dengan teman subjek di rumah

hanya seputar tentang pekerjaan

dan menanyakan keadaan ibu

subjek. Menurut Bruno (2000)

kesepian perilaku terjadi karena

anda merasa kurang atau tidak

punya teman untuk diajak

berbicara. Sedangkan menurut

Weiss (dalam Latifa, 2007)

Page 30: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

kesepian perilaku dikaitkan

dengan kesepian sosial yang

dihubungan dengan ketiadaan

social network dimana di

akibatkan oleh kurangnya

kerabat, teman atau orang-orang

dari lingkup sosial yang sama.

Subtema yang kedua

yaitu merasa sendiri. Subjek

mengatakan dirinya belum

punya pacar dan belum

mengetahui kapan subjek punya

pacar sehingga terkadang subjek

merasa iri dengan orang-orang

yang sudah menikah karena

menurut subjek banyak seperti

dia tapi sudah menikah. Menurut

Nowan (2008) kesendirian

akibat belum punya pasangan

akan dapat dirasakan sebagai hal

yang baik ataupun buruk,

tergantung dari masing-masing

individu menyikapinya. Namun

terkadang sebagian orang

menyikapinya dengan berbagai

masalah seperti merasa iri

melihat teman sudah punya

pasangan.

Kesepian yang kedua

yaitu kesepian kognitif dimana

subtema pertama yang muncul

adalah tidak ada teman untuk

berbagi cerita. Dimana subjek

hanya sesekali saja bercerita

atau jika mereka bertemu antara

subjek dengan sahabat subjek.

Di samping itu subjek merasa

malu dengan ibu subjek dan

saudara-saudara subjek. Menurut

Bruno (2000) kesepian kognitif

terjadi jika individu mempunya

sedikit teman untuk berbagi

pikiran atau gagasan yang

dianggap penting.

Subtema yang kedua

adalah merasa tidak cocok untuk

bergaul dengan orang lain.

Dimana subjek terkadang tidak

mengerti apa yang di bicarakan

oleh orang yang usianya lebih

muda dari subjek, karena subjek

merasa dirinya sudah tua dan

berbeda jaman. Menurut

Hurlock (1991) pada usia lanjut

timbul perbedaan individual

pada efek menua karena orang

yang menjadi tua mempunyai

sifat bawaan yang berbeda, sosio

ekonomi dan latar pendidikan

yang berbeda dan pola hidup

yang berbeda.

Page 31: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Kesepian yang ketiga

yaitu kesepian emosional

dimana subtema pertama yang

muncul adalah merasa sedih

tidak memiliki pasangan.

Dimana subjek merasa sedih

karena sampai saat ini belum

menemukan pasangan dan

seharusnya seusia subjek sudah

menikah. Menurut Bruno (2000)

Kesepian jenis ini terjadi bila

individu membutuhkan kasih

sayang tapi tidak

mendapatkannya. Sedangkan

menurut Weiss (dalam Sears

dkk, 1991) Kesepian ini terjadi

karena tidak adanya figur

kelekatan dalam hubungan

intimnya. Jika individu

merasakan hal ini, meskipun dia

berinteraksi dengan orang

banyak dia akan tetap merasa

kesepian.

Subtema yang kedua

adalah merasa tidak satu pun

orang yang memahaminya.

Dimana subjek merasa tidak ada

yang mengerti dirinya dan

subjek merasa capek jika di

tanya kapan mau menikah.

Menurut Weiss (dalam Sears

dkk, 1991) kesepian emosional

dapat terjadi karena tidak adanya

hubungan dekat dengan orang

lain, kurang adanya perhatian

satu sama lain. Jika individu

merasakan hal ini, meskipun dia

berinteraksi dengan orang

banyak dia akan tetap merasa

kesepian.

3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesepian

Pada pertanyaan

penelitian ketiga mengenai

faktor-faktor yang

mempengaruhi kesepian.

Menurut Middlebrook (dalam

Turnip, 1997) faktor yang

mempengaruhi timbulnya

kesepian di bagi dua, yaitu

faktor psikologis dan faktor

situasional dari dua faktor

tersebut dua-duanya

mempengaruhi subjek di hasil

penelitian ini. Pada faktor

psikologis terdapat adanya

kurangnya dukungan dari

lingkungan, kurangnya percaya

diri, kepribadian yang tidak

sesuai dengan lingkungan dan

ketakutan menanggung resiko

sosial. Pada faktor situasional

Page 32: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

terdapat adanya takut dikenal

orang lain dan kehidupan di

dalam rumah. Jika dilihat dari

kedua faktor antara faktor

psikologis dan faktor situasional,

faktor psikologis yang cukup

mendukung mempengaruhi

kesepian subjek akan tetapi

faktor situasional juga

mendukung untuk

mempengaruhi kesepian

sehingga subjek merasa

kesepian.

Dari faktor psikologis,

subfaktor yang pertama kurang

adanya dukungan dari

lingkungan. Subjek merasa tidak

nyaman dan bosan karena terlalu

sering di tanya oleh orang

sekitar kapan ingin menikah.

Menurut Middlebrook (dalam

Turnip, 1997) Seseorang bisa

mengalami kesepian bila merasa

tidak sesuai dengan

lingkungannya, sehingga orang

tersebut menganggap dirinya

diabaikan dan ditolak oleh

lingkungan.

Subfaktor yang kedua

adalah kurangnya percaya diri.

Subjek merasa canggung dalam

situasi ramai dan juga apabila

berhadapan dengan orang-orang

yang lebih dari subjek sehingga

terkadang subjek merasa minder

karena takut salah berbicara

dengan mereka dan karena

subjek merasa sudah tua dan

belum menikah Menurut

Middlebrook (dalam Turnip,

1997) Kesepian dapat terjadi

bila seseorang kurang dapat

mengungkapkan diri sepenuhnya

dan hanya mampu berhubungan

secara formil saja. Kalaupun

bisa berhubungan sosial dengan

cukup baik, tetap saja merasa

kurang dilibatkan.

Subfaktor yang ketiga

yaitu kepribadian yang tidak

sesuai dengan lingkungan.

Subjek merasa dirinya bisa

bersosialisasi dengan orang yang

lebih tinggi status sosialnya dan

juga subjek merasa malu karena

dirinya sudah tua tetapi sampai

saat ini belum memiliki

pekerjaan dan belum menikah.

Menurut Middlebrook (dalam

Turnip, 1997) Orang-orang yang

temperamen tertentu seperti

pemalu dan yang tidak mampu

Page 33: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

berhubungan sosial akan

menarik diri dari lingkungan.

Subfaktor yang keempat

yaitu ketakutan menanggung

resiko sosial. Subjek merasa

takut untuk dekat dengan

perempuan karena subjek

merasa dirinya tidak muda lagi.

Oleh karena itu subjek merasa

takut di tolak oleh perempuan.

Menurut Middlebrook (dalam

Turnip, 1997) Seseorang merasa

takut untuk terlalu dekat dengan

orang lain, karena khawatir akan

ditolak. Kedekatan sosial dilihat

sebagai sesuatu yang berbahaya

dan penuh resiko

Dari faktor situasional,

sub faktor yang pertama yaitu

takut di kenal orang lain. Subjek

pernah berkenalan dengan

perempuan tetapi subjek tidak

berani di bawa ke rumah karena

subjek takut jika perempuan

yang baru di kenalnya

mengetahui keadaan subjek yang

sebenarnya yang pengangguran

dan sudah tua Menurut

Middlebrook (dalam Turnip,

1997) Seseorang yang takut

dikenal secara mendalam oleh

orang lain akan cenderung

menghilangkan kesempatan

untuk berhubungan dekat

dengan orang lain, sehingga

orang tersebut tidak punya

teman berbagi rasa.

Subfaktor yang kedua

yaitu kehidupan di dalam rumah.

Subjek mengatakan jika merasa

bosan di rumah biasanya subjek

keluar rumah. Karena kesibukan

subjek hanya membantu ibunya

di rumah seperti membersihkan

rumah. Menurut Middlebrook

(dalam Turnip, 1997) rutinitas di

rumah seperti adanya jam

makan, tidur, makan, mandi

akan menyebabkan kejenuhan

pada pelakunya. Menurut Weiss

(dalam Latifa, 2007) kesepian

terjadi dimana individu merasa

bosan dengan aktivitas sama dan

juga jika kurangnya kerabat,

teman atau orang-orang dari

lingkup yang yang sama.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai kesepian pria usia lanjut

yang melajang bahwa :

Page 34: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

1. Mengapa subjek melajang

yaitu :

Penyebab yang pertama

yaitu subjek dalam menjalin

hubungan dengan wanita selalu

tidak disetujui oleh ibunya

dengan alasan perilakunya

kurang bagus. Penyebab yang

kedua yaitu subjek tidak

mempunyai pekerjaan, dalam hal

ini subjek mengatakan bahwa

dirinya putus dengan pacarnya

karena menyerah pada keadaan

karena dirinya sampai saat ini

belum memiliki pekerjaan.

Penyebab yang ketiga yaitu

masalah kesehatan, menurut

subjek penyebab dirinya tidak

bekerja karena subjek sakit

selama sepuluh tahun.

2. Bagaimana gambaran

kesepian subjek yang melajang

yaitu :

Berdasarkan hasil

penelitian kesepian subjek

terdapat beberapa gambaran yang

menggambarkan kesepian subjek.

Gambaran-gambaran ini

memperlihatkan bahwa sikap dan

perilaku subjek menunjukkan

kesepian.

Gambaran yang pertama

kesepian perilaku, terdapat

dua subtema yang muncul

yaitu, pertama tidak memiliki

teman dekat atau sahabat, di

mana dulunya subjek memiliki

teman dekat atau sahabat,

namun sekarang mereka sudah

pindah karena mereka sudah

memiliki keluarga. Subtema

yang kedua merasa sendiri,

subjek saat ini belum memiliki

pasangan yang bisa subjek

berkeluh kesah atau apapun

sebagai pengganti sahabat

subjek. Walaupun di

lingkungan rumah, subjek

memiliki teman atau keluarga

Gambaran yang kedua

kesepian kognitif, terdapat dua

subtema yang muncul yaitu,

pertama tidak ada teman untuk

berbagi cerita, di mana subjek

hanya sesekali saja bercerita

atau jika bertemu antara

subjek dengan sahabat subjek.

Di samping itu subjek merasa

malu jika ingin bercerita

Page 35: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

dengan ibu subjek dengan

saudara-saudara subjek.

Subtema yang kedua yaitu

merasa tidak cocok untuk

bergaul dengan orang lain, di

mana subjek terkadang tidak

mengerti apa yang di

bicarakan oleh orang yang

usianya lebih muda dari

subjek, karena subjek merasa

dirinya sudah tua dan berbeda

jaman.

Gambaran ketiga

kesepian emosional, terdapat

dua subtema yang muncul

yaitu, pertama merasa sedih

tidak memiliki pasangan, di

mana subjek merasa sedih

karena sampai saat ini belum

menemukan pasangan yang

seharusnya seusia subjek

sudahmenikah. Subtema yang

kedua yaitu merasa tidak ada

satu pun orang yang

memahaminya, di mana

subjek merasa tidak ada yang

mengerti dirinya dan subjek

merasa capek jika ditanya

kapan mau menikah.

3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesepian subjek

yang melajang yaitu :

Dari hasil penelitian

terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kesepian subjek

diantaranya faktor psikologis dan

faktor situasional. Pada faktor

psikologis terdapat empat

subfaktor yang muncul yaitu

yang pertama kurang adanya

dukungan dari lingkungan, di

mana Subjek mengatakan pada

awalnya dirinya biasa saja

dengan apa yang dikatakan oleh

orang-orang sekitar tentang

kapan subjek menikah. Namun,

karena terlalu sering ditanya

subjek merasa bosan dan tidak

nyaman ketika ditanya oleh

orang di sekitar. Sehingga subjek

berpikir tidak ada yang mengerti

dirinya .

Subfaktor yang kedua

yaitu kurangnya percaya diri, di

mana subjek merasa canggung

dalam situasi ramai dan juga

apabila berhadapan dengan orang

yang lebih dari subjek sehingga

terkadang subjek merasa minder

karena takut salah berbicara

Page 36: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

dengan mereka dan karena

subjek merasa sudah tua dan

belum menikah. Subfaktor yang

ketiga yaitu kepribadian yang

tidak sesuai dengan lingkungan,

di mana subjek merasa dirinya

tidak bisa bersosialisasi dengan

orang yang lebih tinggi status

sosialnya dan juga merasa malu

karena dirinya sudah tua tetapi

sampai saat ini belum menikah

dan tidak mempunyai pekerjaan.

Subfaktor yang keempat yaitu

ketakutan menanggung resiko

sosial, di mana subjek merasa

takut untuk dekat dengan

perempuan karena subjek merasa

dirinya tidak muda lagi. Oleh

karena itu subjek merasa takut di

tolak oleh perempuan.

Pada faktor situasional

terdapat dua subfaktor yang

muncul yaitu yang pertama takut

di kenal orang lain, di mana

subjek pernah berkenalan dengan

perempuan tetapi subjek tidak

berani ke rumah karena subjek

takut perempuan yang baru di

kenalnya mengetahui keadaan

subjek yang sebenarnya.

Subfaktor yang kedua yaitu

kehidupan di dalam rumah, di

mana subjek biasanya keluar

rumah jika merasa bosan, karena

kesibukan subjek sehari-hari

hanya membantu ibunya di

rumah seperti membersihkan

rumah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian,

maka dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Untuk Subjek

a. Subjek disarankan untuk lebih

membuka diri dalam bergaul

dengan orang lain dengan

melibatkan diri pada kegiatan-

kegiatan yang berkaitan

dengan keterampilan subjek.

b. Subjek juga disarankan agar

berpikir secara positif

sehingga tidak menutup diri

dalam bergaul dengan orang

lain dan bertindak dengan

langkah-langkah positif agar

dapat bangkit dari rasa

kesepian.

2. Untuk keluarga diharapkan dapat

memberikan dukungan sosial

kepada subjek agar subjek dapat

Page 37: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

membangun dirinya agar

bertindak dengan langkah-

langkah positif.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya

diharapkan dapat melakukan

penelitian dengan melihat faktor-

faktor lain yang mempengaruhi

kesepian pada usia lanjut dan

lebih mendalam lagi. Selain itu

juga dapat meneliti dari sudut

pandang yang berbeda misalnya

dengan melihat dukungan sosial

pada usia lanjut khususnya pada

pria serta penyebab lain yang

menyebabkan kesepian pada usia

lanjut. Sehingga dapat dilihat

perbedaan kesepian yang dialami

dari sudut pandang yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Alasan pria

melajang. Dalam majalah

Femina. Edisi 6-12 April

2006. No 14 Halaman 39.

Jakarta

Anonim. (2003). Effect loneliness.

Dalam Psychology Today

Magazine.

Http://en.wikipedia.org/wiki/l

oneliness. Diakses tanggal 28

September 2008

Andryana, D. (2007). 10 alasan

kenapa pria takut menikah.

Http://en.wikipedia.org/wiki/single_(

relationship). Diakses tanggal

28 september 2008.

Baron, R. A & Bryne, D. (2005).

Psikologi sosial. Jilid II.

Edisi kesepuluh. Jakarta : PT.

Erlangga.

Brehm. (1992). Intimate

relationship. (2nd ed.). New

York : Mc Graw Hill Inc.

Bruno, F. J. S. (2000). Conguer

loneliness : cara

menaklukkan kesepian. Alih

Bahasa :Sitanggang. Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Dariyo, A. (2003). Psikologi

perkembangan dewasa

muda. Jakarta : PT.

Grasindo.

Hanum, F. (2008). Menuju hari tua

bahagia. Yogyakarta : UNY

Press

Page 38: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

Heru Basuki, A. M. (2006).

Penelitian kualitatif untuk

ilmu-ilmu kemanusiaan

danbudaya. Jakarta : Penerbit

Gunadarma.

Husein. (2006). Pernikahan.

www.sasak.net. Diakses

tanggal 3 Oktober 2008.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi

perkembangan: suatu

pendekatan sepanjang

rentang kehidupan.

Penterjemah : Istiwidyawati

dan Soedjarwo. Jakarta :

Erlangga.

Kuswidyasari, E. (2007). Kesepian

pada dewasa muda yang baru

bercerai. (skripsi

tidakditerbitkan). Depok :

Fakultas Psikologi Unversitas

Gunadarma

Latifa. (2007). Jenis dan dinamika

loneliness pada masyarakat

modern. Dalam jurnal

psikologi. Tanggal 7 Febuari

2007. Jakarta : Universitas Al

Azhar Indonesia.

Matondang. (1991). Perasaan

kesepian pada pria dan

wanita lajang. (skripsi tidak

diterbitkan). Depok :

Universitas Indonesia.

Moleong, L. Z.. (1990). Metode

penelitian kualitatif. Bandung

: PT Remaja Rosdakarya.

Narbuko, C & Achmadi, A. (2003).

Metode penelitian. Jakarta :

Bumi Aksara.

Nowan. (2008). Jomblo asyik gila.

Jakarta : PT Gramedia.

Poerwandari, E. K. (2001).

Pendekatan kualitatif untuk

penelitian perilaku manusia.

Jakarta : Lembaga

Pengembangan dan

pendidikan psikologi

(LPSP3) Universitas

Indonesia.

Prestasi, E. D. (2006). Perasaan

kesepian pada wanita dewasa

lajang. (skripsi tidak

diterbitkan). Depok : Fakultas

Psikologi Universitas

Gunadarma.

Robinson, K. (1994). Loneliness.

Http://en.wikipedia.org.wiki/l

oneliness. Diakses tanggal 28

september 2008.

Sabri, M. A. (1993). Pengantar

psikologi umum dan

Page 39: KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA

perkembangan. Jakarta :

Pedoman Ilmu Jaya.

Santrock, J. W. (2002).

Perkembangan masa hidup :

life-span development. Jilid

II. (5nd ed.). Jakarta :

Erlangga.

Sears, D. O & Taylor, S. E &

Peplau, L. A. (1991). Social

psychology. (7nd ed.).

Englewood Cliff NJ :

Prentice Hall International,

Inc.

Statistik Indonesia. (2008). Singulate

mean age at marriage

(SMAM).www.datastatistik-

Indonesia.com/component/op

tion,com_search/itemid,132/i

ndex.php?searchword=pendu

duk-36k. Diakses tanggal 3

oktober 2008.

Turnip, S. S. (1997). Cara

menanggulangi penghayatan

loneliness pada dewasa

muda.(skripsi tidak

diterbitkan). Depok : Fakultas

Psikologi Unversitas

Indonesia.

Widiyatun, T. R. (1996). Psikologi

(perilaku manusia). Jakarta :

Chandra Pratama.

Wikipedia. (2008). Single.

Http://en.wikipedia.org/wiki/

single_(relationship). Diakses

tanggal 28 september 2008.