bab ii landasan teori ii. a. dukungan sosial...

27
12 BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial II. A. 1. Pengertian Dukungan Sosial Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan dukungan sosial. Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi dukungan sosial. Menurut Dimatteo (1991), dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain. Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman- teman dan anggota keluarga. Dukungan sosial adalah pertukaran bantuan antara dua individu yang berperan sebagai pemberi dan penerima (Shumaker & Browne dalam Duffy & Wong, 2003). Definisi yang mirip datang dari Taylor, Peplau, & Sears (2000). Menurut mereka, dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana seorang individu memberikan bantuan pada individu lain. Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok (Sarafino, 2002). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk yang lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok. Universitas Sumatera Utara

Upload: doanmien

Post on 20-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

12

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. Dukungan Sosial

II. A. 1. Pengertian Dukungan Sosial

Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan

dukungan sosial. Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi dukungan sosial.

Menurut Dimatteo (1991), dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal

dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain.

Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan

dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-

teman dan anggota keluarga.

Dukungan sosial adalah pertukaran bantuan antara dua individu yang berperan

sebagai pemberi dan penerima (Shumaker & Browne dalam Duffy & Wong, 2003).

Definisi yang mirip datang dari Taylor, Peplau, & Sears (2000). Menurut mereka,

dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana seorang individu memberikan

bantuan pada individu lain.

Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan

dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok

(Sarafino, 2002).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dukungan sosial adalah

kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam

bentuk yang lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

13

II. A. 2. Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn &

Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3

kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang

hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya:

keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan

dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu.

Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman

sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang

memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi

dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

Dukungan sosial yang diterima oleh janda dapat berasal dari siapa saja, namun

yang lebih sering memberi dukungan adalah keluarga dan temannya yang juga telah

menjanda (Lemme, 1995).

II. A. 3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2002), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada

seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman,

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

14

tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres,

memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang

yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan

individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang

lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan

membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan

jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan

tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.

c. Dukungan instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan

yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau

meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.

d. Dukungan informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan

informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat

dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres (DiMatteo,

1991). Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaiman

individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari

dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

e. Dukungan kelompok

Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya

merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

15

berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika beristirahat atau

berekreasi.

II. A. 4. Pengaruh Dukungan Sosial

Orford (1992) dan Sarafino (2002) mengatakan bahwa untuk menjelaskan

bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu, ada

dua model yang digunakan yaitu:

a. Buffering Hypothesis

Sarafino (2002) mengatakan bahwa melalui model buffering hypothesis ini,

dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu dengan

melindunginya dari efek negatif yang timbul dari tekanan-tekanan yang dialaminya

dan pada kondisi yang tekanannya lemah atau kecil, dukungan sosial tidak

bermanfaat. Orford (1992) juga mengatakan bahwa melalui model ini, dukungan

sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau

stres yang dialami individu, dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres, maka

dukungan sosial tidak berguna.

b. Main Effect Hypothesis / Direct Effect Hypothesis

Menurut Banks, Ullah dan Warr (dalam Orford, 1992), model main effect hypothesis

atau direct effect hypothesis menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat

meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis individu dengan adanya ataupun tanpa

tekanan, dengan kata lains seseorang yang menerima dukungan sosial dengan atau

tanpa adanya tekanan ataupun stres akan cenderung lebih sehat. Menurut Sarafino

(2002) melalui model ini dukungan sosial memberikan manfaat yang sama baiknya

dalam kondisi yang penuh tekanan maupun yang tidak ada tekanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

16

Dalam penelitian ini, model kerja yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari

dukungan sosial adalah model buffering hypothesis.

II. B. Kesepian

II. B. 1. Pengertian Kesepian

Kesepian dapat terjadi pada siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa dini,

dewasa madya, maupun pada orang yang sudah lanjut usia (Weiten & Lloyd, 2006).

Kesepian merupakan pengalaman subjektif dan tergantung pada setiap interpretasi

individu terhadap suatu kejadian (Perlman & Peplau dalam Dane, Deaux, &

Wrightsman, 1993).

Baron & Byrne (2000) mendefinisikan kesepian sebagai suatu reaksi emosional

dan kognitif karena memiliki hubungan sosial yang lebih sedikit dan kurang

memuaskan dibandingkan yang diinginkannya.

Menurut Bruno (dalam Dayakisni, 2003), kesepian dapat berarti suatu keadaan

mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan-perasaan terasing

dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Definisi yang hampir sama juga diberikan oleh Peplau & Perlman (dalam

Brehm, 2002) yang mengatakan bahwa kesepian itu merupakan perasaan kekurangan

dan ketidakpuasan karena adanya kesenjangan antara hubungan sosial yang kita

inginkan dengan hubungan sosial yang kita miliki. Menurut Taylor, Peplau & Sears

(2000) kekurangan ini dapat bersifat kuantitatif, misalnya seseorang tidak memiliki

seorang temanpun ataupun sedikit teman dibandingkan yang diinginkannya. Atau

kekurangan tersebut dapat bersifat kualitatif misalnya seseorang yang merasa bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

17

hubungan sosial yang dibinanya hanya bersifat seadanya saja (superficial) atau

dirasakan kurang memuaskan dibandingkan yang diinginkannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesepian adalah keadaan mental dan emosional

yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan kekurangan dan ketidakpuasan karena

tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan seseorang dan terjadi kesenjangan

antara hubungan sosial yang diinginkan dengan hubungan sosial yang dimiliki individu.

II. B. 2. Tipe-tipe Kesepian

Menurut Weiss (dalam Weiten & Llyod, 2006) ada dua tipe kesepian, yaitu:

a. Kesepian sosial

Dalam kesepian sosial, seseorang merasa tidak puas dan kesepian karena mereka

tidak memiliki hubungan pertemanan ataupun kenalan.

b. Kesepian emosional

Dalam kesepian emosional, seseorang merasa tidak puas dan kesepian karena

mereka tidak memiliki suatu hubungan yang mendalam dengan orang lain, atau

karena tidak adanya partner intim.

Berdasarkan sifat kemenetapannya, Shaver dkk. (dalam Deaux, Dane,

Wrightsman, 1993) membedakan 2 tipe kesepian, yaitu:

a. Trait loneliness, yaitu kesepian yang cenderung menetap (stable pattern), sedikit

berubah, dan biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki self-esteem yang

rendah dan memiliki sedikit interaksi sosial yang berarti.

b. State loneliness, yaitu kesepian yang bersifat temporer (sementara), biasanya

disebabkan oleh pengalaman-pengalaman dramatis dalam kehidupan seseorang.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

18

Berdasarkan durasinya, Young (dalam Weiten & Llyod, 2006) membedakan

kesepian menjadi 3, yaitu:

a. Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat dan

jarang terjadi, yang dapat dirasakan oleh banyak orang ketika kehidupan sosial

mereka tidak memiliki alas an yang adekuat.

b. Transitional loneliness (kesepian transisi), terjadi ketika seseorang yang telah

puas pada hubungan sosialnya yang sebelumnya menjadi kesepian setelah

mengalami kerusakan dalam jaringan sosialnya (karena kematian orang yang

dicintai, perceraian, atau pindah ke daerah yang baru).

c. Chronic loneliness (kesepian menahun), merupakan suatu kondisi yang

menyerang orang-orang yang tidak bisa puas terhadap jaringan interpersonalnya

selama bertahun-tahun.

Pada seorang janda yang ditinggal mati pasangannya, yang terjadi adalah

kesepian emosional karena suami yang menjadi partner intimnya tidak ada lagi, dimana

kesepian tersebut bersifat temporer dan berdasarkan durasinya maka kesepian yang

dialaminya adalah kesepian transisi. Sears et al. (1999) mengatakan bahwa kesepian

akibat berpisah dengan orang yang kita cintai dapat membangun suatu reaksi emosional

seperti kesedihan, kekecewaan, bahkan rasa geram yang membuat seseorang marah

pada lingkungan dan juga pada dirinya sendiri.

II. B. 3. Penyebab Kesepian

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang merasakan kesepian,

yaitu (Brehm, 2002):

a. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

19

Ada beberapa alasan mengapa kita merasa tidak puas atas hubungan yang

kita miliki. Rubenstein dan Shaver (dalam Brehm, 2002) menyimpulkan beberapa

alasan yang banyak dikemukakan oleh orang-orang yang merasakan kesepian,

yaitu:

1) Tidak terikat: tidak memiliki pasangan (suami atau istri); tidak memiliki

partner seksual; berpisah dengan pasangan (suami atau istri) atau

kekasih.

2) Terasing: merasa berbeda; tidak dimengerti; tidak dibutuhkan; tidak

memiliki teman dekat.

3) Sendirian: pulang ke rumah tanpa ada orang di rumah; selalu sendirian

4) Isolasi yang dipaksakan: dikurung di rumah; dirawat inap di rumah sakit;

tidak adanya transportasi.

5) Dislocation: jauh dari rumah; memulai pekerjaan atau sekolah baru;

terlalu sering pindah; sering bepergian.

Pada janda, kesepian yang dialaminya lebih disebabkan karena kehilangan

pasangannya (suaminya).

b. Terjadi perubahan dalam apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan

Brehm (2002) menyimpulkan berdasarkan model Perlman dan Peplau

tentang kesepian, kesepian dapat muncul karena perubahan dalam pemikiran kita

tentang apa yang kita inginkan dari suatu hubungan. Pada suatu waktu dalam

kehidupan kita, hubungan sosial kita mungkin sangat memuaskan sehingga kita

tidak merasakan kesepian. Hubungan ini mungkin terus bertahan tetapi terjadi

perubahan kepuasan karena apa yang kita inginkan juga mengalami perubahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

20

Menurut Peplau dkk. (dalam Brehm, 2002) perubahan itu dapat muncul dari

beberapa sumber yang berbeda, yaitu:

1) Perubahan suasana hati

Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika dia senang akan berbeda

dengan jenis hubungan yang diinginkannya ketika dia sedih.

2) Usia

Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa

perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginannya terhadap

suatu hubungan. Jenis persahabatan yang sangat memuaskan ketika

seseorang berusia 15 tahun dapat menjadi tidak memuaskan ketika dia

berusia 25 tahun.

3) Perubahan situasi

Banyak orang yang tidak menginginkan suatu hubungan emosional yang

dekat ketika sedang mempersiapkan karirnya. Namun, ketika dia telah

merasa puas terhadap karirnya, mereka akan merasakan kebutuhan yang

besar akan suatu hubungan yang memiliki komitmen secara emosional.

Jadi, apapun alasannya, kita akan merubah pemikiran kita tentang apa yang kita

inginkan dari suatu hubungan, dan jika hubungan itu tidak turut berubah, maka

kita akan mengalami kesepian.

c. Self-esteem

McWhirter, Rubenstein dan Shaver (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa

kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang mengatakan

bahwa dia kesepian juga sering menganggap dirinya memalukan dan tidak pantas

dicintai. Kemungkinan karena dia memiliki self-esteem yang rendah, orang yang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

21

merasa kesepian cenderung merasa tidak nyaman dalam situasi sosial yang

beresiko. Untuk mengantisipasi ketidaknyamanan ini mendorong orang yang

kesepian untuk mengurangi kontak sosialnya yang akan menyebabkannya

kesulitan dalam membangun hubungan sosial untuk mengurangi kesepian yang

dialaminya.

d. Perilaku interpersonal

Berbeda dengan orang yang tidak kesepian, orang yang kesepian menilai

orang lain secara negatif (Jones dkk. dalam Brehm, 2002). Mereka sangat tidak

menyukai orang lain (Rubenstein & Shaver dalam Brehm, 2002); tidak percaya

pada orang lain (Vaux dalam Brehm, 2002); menginterpretasikan tindakan dan

perhatian orang lain secara negatif (Hanley-Dunn dkk. dalam Brehm, 2002); dan

memiliki sikap bermusuhan (Check dkk. dalam Brehm, 2002).

Orang yang kesepian juga tidak memiliki kemampuan sosial yang baik

dengan orang lain (Solano & Koester dalam Brehm, 2002). Dalam interaksi sosial,

orang yang kesepian lebih pasif dibanding yang tidak kesepian, ragu-ragu untuk

mengekspresikan opininya di depan publik (Hansson & Jones dalam Brehm,

2002), secara sosial mereka tidak responsif dan tidak sensitif (Brehm, 2002). Dari

hasi penelitian Jones, Hobbs, & Hackenbury dalam Brehm, 2002) dapat dilihat

orang yang kesepian itu mempunyai percakapan yang sedikit dengan orang lain,

sedikit bertanya, lambat dalam merespon percakapan orang lain, kurang tertarik

untuk melanjutkan topik diskusi. Orang yang kesepian juga kelihatan ragu untuk

mengembangkan hubungan intimnya dengan orang lain, dan memiliki self-

disclosure yang rendah (Davis dalam Brehm, 2002). Selain itu, Check dkk. (dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

22

Brehm, 2002) menambahkan bahwa laki-laki yang kesepian lebih agresif secara

fisik dibandingkan yang tidak kesepian.

Berdasarkan perilaku yang negatif dan janggal secara sosial atau perilaku

yang tidak diinginkan, orang-orang yang kesepian akan mendatangkan reaksi yang

negatif dari orang lain (Brehm, 2002). Teman berbicara orang yang kesepian

merasa bahwa dia tidak mengenal orang itu dengan baik (Solano dkk. dalam

Brehm, 2002) dan menganggap orang yang kesepian itu tidak mampu

bersosialisasi (Spitzberg & Canery dalam Brehm, 2002). Selain itu, orang yang

kesepian terlihat terperangkap dalam tingkat sosial yang menurun terus. Mereka

menolak orang lain, tidak memiliki kemampuan sosial dalan berperilaku dengan

orang lain, dan ditolak orang lain.

e. Atribusi Kausal

Menurut pandangan ini, kesepian akan terjadi lebih sering dan lebih lama

ketika seseorang yakin bahwa karakteristik yang mereka miliki menyebabkan

kesepian yang mereka rasakan (Michela dalam Brehm, 2002). Dari tabel di bawah

akan tampak perbedaan locus of causality terhadap kesepian.

Tabel 1 Penjelasan Tentang Kesepian

Stabilitas Locus of causality

Internal Eksternal Stabil Saya kesepian karena saya tidak

menarik. Saya tidak pernah pantas untuk dicintai.

Orang-orang yang ada di sini bersikap sangat dingin dan impersonal. Tidak ada dari antara mereka yang dapat berbagi ketertarikan dengan saya. Saya rasa saya harus pindah dari sini.

Tidak stabil

Saya merasa kesepian sekarang, tetapi saya tidak ingin hal ini terus berlanjut. Saya ingin berhenti bekerja dan berjalan keluar serta bertemu dengan orang-orang yang baru.

Semester pertama di perguruan tinggi merupakan masa yang terburuk. Saya yakin hal ini akan segera membaik.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

23

Sumber: diadaptasi dari Intimate Relationship (hal. 413) oleh Sharon S. Brehm, New York:McGraw-Hill,Inc.

Jenis atribusi internal yang stabil menggambarkan orang-orang yang depresi-

dialah penyebab kesengsaraan yang dirasakannya dan hal tersebut tidak dapat diubah.

Atribusi ini menghalangi seseorang untuk bertemu dengan orang lain dan menjalin

pertemanan. Dalam atribusi eksternal yang tidak stabil menunjukkan adanya harapan

bahwa keadaannya akan berubah menjadi lebih baik.

II. B. 4. Faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kesepian, khususnya pada

janda antara lain (dalam Brehm, 2002):

a. Usia

Banyak orang beranggapan bahwa semakin tua seseorang maka akan semakin

merasa kesepian. Tetapi telah banyak yang membuktikan bahwa stereotipe tersebut

keliru . Hasil penelitian oleh Perlman (1990, dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2000)

menemukan bahwa kesepian lebih tinggi terjadi diantara remaja dan dewasa muda,

dan lebih rendah terjadi pada orang-orang yang sudah tua. Sejalan dengan

bertambahnya usia kehidupan sosial seseorang, maka mereka semakin stabil,

meningkatnya keterampilan sosial, dan lebih realistik dalam menjalani hubungan

sosial yang mereka inginkan (Brehm, 2002). Janda yang usianya lebih muda

cenderung lebih kesepian dan membutuhkan dukungan sosial yang lebih banyak

dibandingkan janda yang lebih tua (Hoyer, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

24

b. Status perkawinan

Secara umum, orang yang tidak menikah cenderung lebih merasa kesepian bila

dibandingkan dengan orang yang menikah (Page & Cole; Perlman & Peplau; Stack,

dalam Brehm, 2002). Ketika orang-orang yang tidak menikah dikelompokkan ke

dalam beberapa sub grup (tidak menikah, bercerai, janda), hasilnya menunjukkan

bahwa sesuatu yang berlawanan dimana orang yang tidak menikahlah yang lebih

rendah mengalami kesepian, tetapi kesepian yang terjadi pada orang yang telah

menikah lebih dikarenakan sebagai reaksi terhadap hilangnya hubungan perkawinan

(marital relationship) daripada ketidakhadiran dari pasangan suami atau istri pada

seseorang dan diantara orang-orang yang tidak menikah (yang belum menikah,

ditinggal pasangan karena bercerai dan juga karena kematian), maka yang paling

kesepian adalah seseorang yang ditinggal mati oleh pasangannya (Dayakisni, 2003).

c. Gender

Menurut Borys dan Perlman (dalam Brehm, 2002), laki-laki lebih sulit menyatakan

kesepian secara tegas bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh

streotipe gender yang berlaku dalam masyarakat. Kajian perbedaan kesepian antara

laki-laki dan wanita berinteraksi dengan status perkawinan (Brehm 2002). Diantara

pasangan yang menikah dilaporkan bahwa wanita (istri) lebih sering mengalami

kesepian dengan pria (suami) (Fredman; Peplau & Perlman; Rubenstein & Shaver

dalam Brehm, 2002). Sebaliknya pada kelompok orang yang belum menikah dan

kelompok orang yang bercerai ditemukan bahwa pria lebih sering mengalami

kesepian daripada wanita (Peplau & Perlman; Rubenstein & Shaver dalam Brehm,

2002). Menurut Brehm (2002) penemuan ini menunjukkan bahwa laki-laki

cenderung merasa kesepian ketika tidak memiliki pasangan yang intim. Sementara

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

25

perempuan cenderung mengalami kesepian ketika ikatan perkawinan mengurangi

akses untuk terlibat pada jaringan yang lebih luas.

d. Karakteristik latar belakang yang lain

Hubungan antara orang tua dan anak dengan struktur keluarga berhubungan

kesepian. Rubenstein dan Shaver (dalam Brehm, 2002) menemukan satu

karakteristik latar belakang seseorang yang kuat sebagai prediktor kesepian.

Individu dengan orang tua yang bercerai akan lebih mengalami kesepian bila

dibandingkan dengan individu dengan orang tua yang tidak bercerai. Semakin muda

usia seseorang ketika orang tuanya bercerai semakin tinggi tingkat kesepian yang

akan orang itu alami saat dewasa. Tetapi, hal ini tidak berlaku pada individu yang

orang tuannya berpisah karena salah satunya meninggal. Individu yang kehilangan

orang tuanya karena meninggal ketika masih kanak-kanak lebih rendah mengalami

kesepian saat dewasa dibandingkan dengan individu yang orang tuanya berpisah

sejak masa kanak-kanak atau remaja. Brehm (2002) juga menyatakan bahwa proses

perceraian meningkatkan potensi anak-anak dengan orang tua yang bercerai untuk

mengalami kesepian saat anak-anak tersebut menjadi dewasa.

e. Faktor sosial ekonomi

Weiss (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa tingkatan status ekonomi seseorang

akan mempengaruhi tingkat kesepian yang dialaminya. Status sosial ekonomi ini

berhubungan dengan seberapa besar pendapatan yang diperolehnya. Seseorang

dengan pendapatan yang rendah cenderung untuk lebih kesepian dibandingkan

dengan yang pendapatannya lebih tinggi. Semakin tinggi pendapatan seorang janda

maka dia akan memiliki tingkat sosial yang tinggi dan sering berpartisipasi dalam

berbagai kegiatan sehingga semakin mudah dia menyesuaikan diri terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

26

kehilangan yang dialaminya. Semakin rendah pendapatan, maka seorang janda akan

merasa kurang percaya diri dan memiliki jaringan sosial yang lebih sedikit

dibanding yang lain (Barrow, 1996).

f. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang janda maka dia akan memiliki tingkat

sosial yang tinggi dan sering berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sehingga

semakin mudah dia menyesuaikan diri terhadap kehilangan yang dialaminya

(Barrow, 1996).

g. Lamanya menjanda

Kehilangan pasangan hidup merupakan suatu peristiwa yang sangat menyakitkan

dan merusak. Beberapa bulan setelah kematian pasangan, pasangan yang

ditinggalkan akan mengalami permasalahan psikologis yang serius, namun setelah

itu akan terjadi proses adaptasi sehingga kesedihan, penderitaan dan masalah

psikologis lain yang timbul setelah ditinggalkan pasangan akan berkurang

(Siegelman & Rider, 2003). Heinnemann & Baum (dalam Craig, 1996) mengatakan

bahwa janda yang paling kesepian adalah janda yang telah kehilangan suaminya

selama kurang dari 6 tahun.

II. B. 5. Dinamika Perasaan Orang yang Kesepian

Beck & Young, 1978; Davis & Fanzoi, 1986 (dalam Myers, 1996) mengatakan

merasakan kesepian berarti merasa ditiadakan dari kelompok, tidak dicintai oleh orang-

orang yang ada disekitarnya, tidak dapat berbagi tentang masalah-masalah pribadi,

ataupun berbeda serta terasing dari orang-orang di sekelilingnya. Selain itu, orang yang

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

27

kesepian sering merasa dirinya tertekan, gelisah, tegang, dan bosan (Saks & Krupat,

1998).

Rubenstein & Shaver (dalam Brehm, 2002) menyatakan bahwa ada 4 bentuk

perasaan yang dialami oleh individu yang kesepian, yaitu:

a. Putus asa

Putus asa merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan kepanikan dan

ketidakberdayaan dalam dirinya sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk

melakukan tindakan yang nekat. Adapun putus asa ini ditandai dengan perasaan

putus asa, tidak berdaya, takut, tidak adanya harapan, merasa dibuang, dan

merasa dikecam.

b. Depresi

Depresi adalah suatu keadaan dimana individu merasakan kesedihan yang

mendalam ataupun sedang dalam keadaan tertekan. Perasaan depresi yang terus

menerus dirasakan individu dapat juga menimbulkan keinginan untuk

mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri (Phares, 1992). Depresi ini

ditandai dengan sedih, tertekan, merasa hampa, terisolasi, menyesali diri,

melankolik, terasing, ingin bersama orang yang spesial.

c. Impatient boredom

Merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan kebosanan pada dirinya

sendiri sebagai akibat dari ketidaksabarannya ataupun kejenuhan terhadap

dirinya sendiri. Impatient boredom ini ditandai dengan perasaan tidak sabar,

bosan, ingin berada di tempat lain, gelisah, marah, sulit berkonsentrasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

28

d. Menyalahkan diri

Merupakan suatu keadaan dimana individu menyalahkan dirinya sendiri,

mengutuk dan mencela dirinya sendiri atas peristiwa atau kejadian yang dialami

karena dia tidak mampu menyelesaikannya). Menyalahkan diri ini ditandai

dengan merasa tidak menarik, benci pada dirinya, merasa bodoh, malu, tidak

aman.

Dari tabel di bawah ini akan terlihat perasaan-perasaan yang spesifik yang dirasakan

ketika seseorang kesepian.

Tabel 2 Perasaan Ketika Kesepian

Putus asa Depresi Impatient boredom

Menyalahkan diri

Putus asa Sedih Tidak sabar Merasa tidak menarik

Tidak berdaya Tertekan Bosan Benci pada dirinya Takut Merasa hampa Ingin berada di

tempat lain Merasa bodoh

Tanpa pengharapan

Terisolasi Gelisah Malu

Terbuang Menyesali diri Marah Tidak aman Terancam Melankolik Sulit berkonsentrasi Terasing Ingin bersama orang

yang spesial

Sumber: diadaptasi dari Intimate Relationship (hal. 399) oleh Sharon S. Brehm, New York:McGraw-Hill,Inc.

II. B. 6. Karakteristik Orang yang Kesepian

Myers (1999) menyatakan orang yang mengalami kesepian secara kronis akan

kelihatan mengalami kegagalan diri dalam kognisi sosial dan perilaku sosial. Selain itu,

individu yang mengalami kesepian memiliki pandangan negatif terhadap depresi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

29

mereka rasakan, menyalahkan diri sendiri atas hubungan sosial yang buruk, dan

berbagai hal yang berada di luar kendali (Anderson & Snoggrass, dalam Myers, 1999).

Orang yang merasa kesepian selalu kesulitan dalam memperkenalkan diri,

membuat panggilan telepon, dan berpartisipasi dalam kelompok (Rock, Spitzberg, &

Hurt dalam Myers, 1999). Orang yang kesepian cenderung menjadi self-conscious dan

memiliki self-esteem yang rendah (Cheek, Melcior, & Vaux dalam Myers, 1999). Ketika

berbicara dengan orang asing, orang yang kesepian lebih banyak membicarakan dirinya

sendiri dan menaruh sedikit ketertarikan terhadap lawan bicaranya (Jones dalam Myers,

1999). Orang yang kesepian cenderung pemalu, self-conscious, introvert, tidak asertif,

dan memiliki self-esteem yang rendah (Jones dalam Saks & Krupart, 1998).

Dari beberapa pendapat tokoh tentang karakteristik orang kesepian, Brehm

(2002) menyimpulkan ada empat karakteristik orang-orang kesepian, yaitu:

a. Merasa tidak nyaman dalam situasi-situasi sosial

Orang yang kesepian merasa tidak nyaman dalam situasi-situasi sosial (Vaux

dalam Brehm, 2002), kesulitan dalam menikmati suatu pesta, sulit bergabung

dengan kelompok (Horowitz & French dalam Saks & Krupat, 1998). Taylor,

Peplau, dan Sears (2000) mengatakan bahwa kesepian dapat berkisar dari

perasaan ketidaknyamanan yang ringan sampai yang berat.

b. Membuat atribusi internal yang stabil terhadap kejadian dan perasaan yang tidak

menyenangkan

Jenis atribusi internal yang stabil menggambarkan bahwa orang-orang yang

depresi menganggap dialah penyebab kesengsaraan yang dirasakannya dan hal

tersebut tidak dapat diubah. Atribusi ini menghalangi seseorang untuk bertemu

dengan orang lain dan menjalin pertemanan. Orang yang kesepian cenderung

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

30

menganggap dirinya tidak layak dan tidak pantas untuk dicintai (Brehm,

2002).Individu yang mengalami kesepian memiliki pandangan negatif terhadap

depresi yang mereka rasakan, menyalahkan diri sendiri atas hubungan sosial

yang buruk, dan berbagai hal yang berada di luar kendali (Anderson &

Snoggrass, dalam Myers, 1999).

c. Memiliki sikap negatif terhadap orang lain

Orang yang kesepian menilai orang lain secara negatif (Jones dkk. dalam

Brehm, 2002). Mereka sangat tidak menyukai orang lain (Rubenstein & Shaver

dalam Brehm, 2002); tidak percaya pada orang lain (Vaux dalam Brehm, 2002);

menginterpretasikan tindakan dan perhatian orang lain secara negatif (Hanley-

Dunn dkk. dalam Brehm, 2002); dan memiliki sikap bermusuhan (Check dkk.

dalam Brehm, 2002).

d. Pasif dan tidak responsif ketika bersama orang lain

Ketika berbicara dengan orang asing, orang yang kesepian lebih banyak

membicarakan dirinya sendiri dan menaruh sedikit ketertarikan terhadap lawan

bicaranya (Jones dalam Myers, 1999).

II. B. 7. Dampak Kesepian

Kesepian yang dialami oleh seseorang akan menyebabkan orang yang

kesepian ini akan menerima orang lain dalam cara yang negatif (Jones, Wittenberg, &

Reis, dalam Myers, 1999). Pandangan negatif ini nantinya akan mempengaruhi

keyakinan individu yang mengalami kesepian tersebut dan menyebabkan hilangnya

kepercayaan sosial serta menjadi pesimis terhadap orang lain yang mana hal itu justru

akan menghambat individu itu dalam mengurangi kesepian mereka (Myers, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

31

Rock, Spitzberg, & Hurt ( dalam Myers, 1999) menyatakan individu yang mengalami

kesepian selalu merasa kesulitan dalam memperkenalkan diri, membuat panggilan

telepon, dan berpartisipasi dalam kelompok. Individu yang mengalami kesepian juga

cenderung menjadi self-concious dan memiliki self-esteem yang rendah (Cheek,

Melcior, & Vaux dalam Myers, 1999). Saat mereka berbicara dengan orang lain,

individu yang kesepian cenderung lebih banyak membicarakan diri mereka sendiri dan

menaruh sedikit ketertarikan terhadap lawan bicaranya. Setelah pembicaraan selesai

kenalan baru tersebut akan memberikan kesan yang negatif terhadap individu yang

mengalami kesepian ini (Jones dalam Myers, 1999).

II. C. Janda

II. C. 1. Definisi Janda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Chulsum dan Novia (2006)

memberikan definisi tentang janda yaitu seorang wanita yang diceraikan atau ditinggal

mati suaminya.

Masa menjanda ini merupakan masa yang umumnya dialami oleh wanita. Ada

beberapa hal yang menyebabkannya, yaitu (Ollenburger & Moore, 1996):

a. Wanita hidup lebih lama daripada pria

b. Wanita umumnya menikahi pria yang lebih tua dari mereka sendiri

c. Laki-laki tua lebih mungkin menikah kembali daripada wanita tua

d. Adanya norma-norma sosial yang kuat yang menentang wanita tua menikahi

pria muda, dan juga norma-norma yang menetang wanita tua menikah lagi.

Selain itu, Belsky (1997) menambahkan penyebab masa menjanda merupakan

masalah umum yang dialami perempuan adalah karena wanita yang telah menjanda

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

32

cenderung tidak menikah lagi karena merasa bahwa mereka tidak akan pernah

menemukan lagi orang yang sebaik suaminya dulu.

II. C. 2. Masalah yang Dihadapi Janda yang Ditinggal Mati Pasangannya

Ada beberapa dimensi masalah yang dihadapi seorang janda setelah

pasangannya meninggal dunia. Secara finansial kematian pasangan selalu menyebabkan

kesulitan ekonomi walaupun dalam beberapa kasus istri merupakan ahli waris dari

suaminya, namun selalu ada biaya yang harus dikeluarkan misalnya untuk biaya dokter

dan pembuatan makam (Kephart & Jedlicka, 1991). Bagi seorang janda, kesulitan

ekonomi, dalam hal ini pendapatan dan keuangan yang terbatas, merupakan

permasalahan utama yang mereka hadapi (Glasser Navarne, 1999). Karena tidak

hadirnya suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah bagi keluarga, seorang

perempuan harus mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab sendiri,

termasuk mencari nafkah bagi dirinya dan juga anak-anaknya (Suardiman, 2001).

Dalam permasalahan fisik, tidak mengejutkan jika kematian pasangan

dihubungkan dengan perasaan depresi, meningkatnya konsultasi medis, kasus rawat

inap di rumah sakit, meningkatnya perilaku yang merusak kesehatan, seperti merokok

dan minum-minum, dan meningkatnya resiko kematian pasangan yang ditinggalkan

(Santrock, 1995).

Bagi beberapa perempuan, penyesuaian mereka terhadap kehilangan suami

meliputi perubahan terhadap konsep diri mereka. Peran penting perempuan sebagai

seorang istri tidak akan ada lagi dalam kehidupan mereka setelah suaminya meninggal

dunia. Perempuan yang telah mendefinisikan dirinya sebagai seorang istri, setelah

kematian suaminya mengalami kesulitan untuk mendefinisikan dirinya sebagai seorang

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

33

janda. Oleh karena itu, bagi seorang perempuan, meninggalnya suami berarti kehilangan

orang yang mendukung sef-definition yang dimilikinya (Nock, 1987).

Kehidupan sosial juga mengalami perubahan. Keluarga dan teman-teman

biasanya selalu berada di dekat janda pada masa-masa awal setelah kematian, namun

setelah itu mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing (Brubaker dalam

Papalia, Old & Feldman, 2001). Masalah yang sering muncul adalah tentang

hubungannya dengan teman dan kenalannya. Seorang janda sering merasa dilupakan

dalam suatu kegiatan sosial oleh pasangan menikah lain karena dia dianggap sebagai

ancaman oleh para istri (Freeman, 1984). Penolakan dan penilaian negatif yang berasal

dari lingkungan ini dapat menyebabkan janda merasakan kesepian (Freeman, 1984).

Secara emosional, janda yang telah kehilangan kehilangan suaminya, juga

kehilangan dukungan dan pelayanan dari orang yang dekat secara intim dengannya

(Barrow, 1996). Selain itu, ada beberapa perempuan yang seolah-olah merasakan

simptom-simptom terakhir dari penyakit suaminya; ada yang mengenakan pakaian

suaminya agar merasa nyaman dan dekat dengan suaminya; dan beberapa lainnya tetap

memasak dan mengatur meja untuk suaminya walaupun suaminya itu telah meninggal

(Heinemann dalam Nock, 1987). Beberapa janda mengatakan mereka tetap melihat dan

mendengar suaminya selama setahun ataupun segera mengikuti kematian suaminya.

Mereka merasa marah pada suami karena telah meninggalkannya, dan mencari-cari atau

mengharapkan nasehat dari suaminya selama beberapa waktu (Caine dalam Nock,

1987). Pada janda, terdapat goncangan emosi yang mendalam serta perasaan

kehilangan, dan yang pasti, ada perasaan kesepian dan suatu keharusan untuk mengatur

kembali kehidupan, termasuk juga membangun suatu kehidupan sosial yang baru

(Kephart & Jedlicka, 1991). seorang janda akan merasa lebih kesepian lagi ketika dia

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

34

bereaksi seperti merasa tidak berdaya tanpa suami, selalu larut dalam kesedihannya,

merasa bahwa setelah suaminya meninggal dia tidak akan dapat lagi menjalani

hidupnya, selalu membutuhkan suami untuk berbagi pekerjaan, merasa takut dan tidak

mampu untuk membangun hubungan pertemanan yang baru, serta menghindari interaksi

sosial setelah suaminya meninggal dunia.

II. D. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kesepian pada Janda yang Ditinggal

Mati Pasangannya

Kematian pasangan hidup biasanya tidak dapat dicegah, yang dampaknya

melibatkan kehancuran ikatan yang telah lama dijalin, munculnya peran dan status baru,

serta berbagai masalah lainnya. Tidak mengejutkan jika kematian pasangan

dihubungkan dengan perasaan depresi, meningkatnya konsultasi medis, kasus rawat

inap di rumah sakit, meningkatnya perilaku yang merusak kesehatan, seperti merokok

dan minum-minum, dan meningkatnya resiko kematian pasangan yang ditinggalkan

(Santrock, 1995). Dayakisni (2003), mengatakan bahwa diantara orang-orang yang tidak

menikah (yang belum menikah, ditinggal pasangan karena bercerai dan juga karena

kematian), yang paling kesepian adalah seseorang yang menjadi sendiri karena kematian

pasangannya.

Setelah pasangannya meninggal, seorang janda akan menghadapi beberapa

dimensi masalah, yaitu masalah konsep diri, fisik, finansial, sosial, dan emosional.

Ketika menghadapi masalah-masalah ini, seorang janda membutuhkan dukungan sosial

yang berasal dari keluarga, teman, tetangga, maupun rekan kerja. Menurut Sarafino

(2002) dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan

dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

35

Ada lima bentuk dukungan sosial yang dapat diterima oleh individu, yaitu dukungan

emosional, penghargaan, instrumental, informasi, dan dukungan kelompok (Sarafino,

2002).

Hal yang paling penting dari suatu dukungan sosial adalah individu memiliki

teman berbicara, memiliki seseorang untuk memberikan nasehat, memiliki seseorang

untuk menghibur dan membangkitkan semangat. Jika seorang perempuan merasa

terbebani dan memikirkan suatu permasalahan, dia sangat memerlukan orang lain untuk

diajak berbicara dan biasanya suamilah yang menjadi teman berbagi dan bertukar-

pikiran, namun suaminya sudah meninggal. Ketiadaan suami akan menyebabkannya

merasa tidak berdaya (An-Nuaimi, 2005). Karena suaminya telah meninggal, seorang

janda membutuhkan seseorang untuk berbagi, namun janda juga menghadapi

pemasalahan dalam kehidupan sosialnya. Janda yang telah ditinggal mati pasangannya

akan mengahadapi masalah sosial. Keluarga dan teman-teman biasanya selalu berada di

dekat janda pada masa-masa awal setelah kematian, namun setelah itu mereka akan

menjauh darinya dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Mereka tidak akan

selalu ada ketika dibutuhkan (Brubaker dalam Papalia, Old & Feldman, 2001). Dalam

hubungannya dengan teman dan kenalannya, seorang janda sering tidak diikutsertakan

dalam suatu kegiatan sosial oleh pasangan menikah lain karena dia dianggap sebagai

ancaman oleh para istri (Freeman, 1984). Hubungan dengan teman mungkin akan rusak,

terutama jika hubungan itu ada karena ada kaitannya dengan pasangan yang telah

meninggal (Belsky, 1990), misalnya seorang janda mungkin tidak akan mengikuti lagi

perkumpulan istri-istri di tempat suaminya bekerja dahulu. Perempuan yang menjanda

juga mengatakan bahwa mereka sering merasa aneh dan kurang nyaman ketika berada

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

36

dalam situasi dimana dia harus bersama-sama dengan orang yang berpasangan, yang

menyebabkannya semakin terpisah dari lingkungan sosialnya (Matlin, 2004).

Orang-orang dengan dukungan sosial yang baik berkemungkinan kecil untuk

bereaksi secara negatif terhadap masalah-masalah hidup dibandingkan dengan orang-

orang yang mendapat dukungan sosial sangat sedikit (Lahey, 2007). Dalgard (dalam

Plotnik, 2005) mengatakan bahwa sistem dukungan sosial yang baik, misalnya memiliki

satu atau lebih teman dekat akan mengurangi efek dari kejadian yang menyebabkan

seseorang stres dan meningkatkan kesehatan mental individu. Jennison (dalam Plotnik,

2005) mengatakan bahwa kehadiran keluarga dan teman dapat meningkatkan

kepercayaan diri individu ketika menghadapi stres sehingga dia merasa mampu untuk

mengatasi masalahnya. Orang-orang yang kehilangan pasangannya berkemungkinan

besar untuk melakukan perilaku tidak sehat jika dia mendapatkan sedikit dukungan.

Menurut DiMatteo (1991), janda yang mendapatkan banyak dukungan akan merasa

bahwa dia memiliki banyak orang yang dapat dijadikannya teman untuk berbagi

sedangkan janda yang mendapatkan sedikit dukungan sosial akan merasa tidak berdaya

dalam mengatasi masalahnya dan merasa tidak ada orang yang memperhatikannya

sehingga dia akan merasa tidak puas atas hubungan yang dimilikinya. Baron & Byrne

(2000) mengatakan ketika seseorang merasa kekurangan dan tidak puas atas hubungan

yang dimilikinya, dia akan kesepian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dykstra

(1995) dapat dilihat bahwa dukungan sosial merupakan faktor penting yang menentukan

kesepian yang dialami oleh seseorang yang hidup tanpa pasangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

37

PARADIGMA BERPIKIR

Keterangan:

: menyebabkan

: klasifikasi

: butuh

II. E. Hipotesa penelitian

Berdasarkan uraian teoritis di atas maka hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kesepian

Kematian Suami

Masalah yang dialami janda: finansial fisik konsep diri sosial emosional

Dukungan sosial

kesepian

tinggi rendah sedang

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Dukungan Sosial …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/Chapter...Transient loneliness (kesepian sementara), meliputi kesepian yang singkat

38

pada janda yang ditinggal mati pasangannya. Artinya, semakin tinggi dukungan

sosial maka semakin rendah kesepian pada janda yang ditinggal mati pasangannya dan

sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi kesepian pada janda

yang ditinggal mati pasangannya.

Universitas Sumatera Utara