sebagai upaya peningkatan hasil …eprints.ums.ac.id/23067/11/naskah_publikasi.pdf2 implementasi...

14
0 IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KEBAK KECAMATAN JUMANTONO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Diajukan Oleh: MUZAYANAH A54A 100047 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: dangnhi

Post on 04-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

0

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI ENERGI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

01 KEBAK KECAMATAN JUMANTONO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Disusun sebagai persyaratan

Guna mencapai Sarjana S-1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Diajukan Oleh:

MUZAYANAH

A54A 100047

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

1

2

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI ENERGI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

01 KEBAK KECAMATAN JUMANTONO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Muzayanah

A54A 100047

Abstrak: Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA

materi Energi melalui implementasi metode pembelajaran make a match pada siswa

kelas IV SD Negeri 01 Kebak kecamatan Jumantono Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.

Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak

Jumantono tahun pelajaran 2012/2013. Objek penelitian ini adalah pembelajaran

IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak. Data dikumpulkan melalui metode

observasi, dokumentasi, dan tes. Rancangan penelitian tindakan yang dipilih yaitu

model siklus terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi unsur perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif mempunyai empat

buah komponen pokok yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan

penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan

hasil belajar IPA melalui penerapan metode make a match pada siswa kelas IV SD

72,7% dan meningkat serta mencapai hasil optimal pada siklus II 90,9%.

Kata kunci : make a match, metode pembelajaran, hasil belajar siswa.

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut

berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut.

Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.

Dalam melaksanakan pembelajaran di Sekolah Dasar, setiap guru dipastikan

senantiasa menghadapi situasi yang berbeda dan menantang yang mempunyai

pengaruh besar terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu seorang

3

guru dituntut peka terhadap berbagai situasi yang dihadapinya, sehingga dapat

menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang

dihadapinya. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat

menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang

termotivasi untuk belajar.

Sekarang ini masih banyak guru yang kurang variatif dalam menyampaikan

materi pelajaran, kebanyakan masih berpusat pada guru. Hal ini juga yang terjadi

pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 01 Kebak dimana hanya 45% siswa yang

dapat mencapai ketuntasan belajar IPA. Dalam pembelajaran IPA tersebut guru

mendominasi di dalam kelas dan siswa hanya sebagai penerima yang pasif. Hal inilah

yang menyebabkan siswa malas untuk berpikir lebih kritis dalam menerima pelajaran

sebab mereka sering dimanjakan dengan segala informasi yang diterima dari guru.

Faktor penyebab dari permasalahan di atas adalah metode pembelajaran yang kurang

tepat diterapkan oleh guru, sehingga guru harus mencari metode pembelajaran yang

tepat dan menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk memperbaiki permasalahan di

atas adalah metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari

pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.

Metode pembelajaran make a match merupakan salah satu metode pembelajaran

dengan cara mencari pasangan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.

Dalam penerapan metode ini siswa diminta mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan

kartunya diberi poin.

Peneliti memilih metode make a match karena metode ini merupakan salah

satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

Metode make a match dapat menarik perhatian siswa untuk ikut berpartisipasi dalam

proses pembelajaran dengan mencari pasangan kartu sambil belajar mengenai konsep

materi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan metode pembelajaran siswa akan

berani dalam mengemukakan pendapatnya, siswa juga akan mudah mempelajari

suatu konsep atau materi. Pemahaman siswa terhadap materi akan berdampak pada

4

peningkatan hasil belajar siswa. Penerapan metode make a match diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak. Hal inilah yang

menarik bagi penulis untuk mengadakan penelitian jenis Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan judul: “Implementasi Metode Pembelajaran Make A Match Sebagai

Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Energi pada Siswa Kelas IV SD Negeri

01 Kebak Kecamatan Jumantono Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi Energi

melalui implementasi metode pembelajaran make a match pada siswa kelas IV SD

Negeri 01 Kebak kecamatan Jumantono Tahun Pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

A. Setting Lokasi

Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri 01 Kebak Jumantono Kabupaten

Karanganyar .

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2012 – Januari 2013.

Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah

bagan prosedur Penelitian Tindakan Kelas. PTK memiliki empat tahap yang

dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc Taggar, 1992:198) yaitu Planning

(Rencana), Action (Tindakan), Observation (Pengamatan), dan Reflection

(Refleksi).

1. Perencanaan (planning)

a. Guru merancang konsep pembelajaran dengan terlebih dahulu menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

b. Menetapkan metode pembelajaran make a match

5

c. Membentuk siswa dalam kelompok-kelompok sesuai prosedur dalam

metode pembelajaran.

2. Tindakan (acting)

a. Apersepsi

Guru menyampaikan motivasi dan apersepsi, dan menyampaikan tujuan

dari pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Kegiatan inti

Guru membimbing siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing-

masing. Kemudian guru memberikan materi yang akan didiskusikan siswa

dalam kelompoknya masing-masing dengan bimbingan dari guru.

c. Penutup

Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi, guru memberikan

penguatan materi kepada siswa. Pembelajaran ditutup dengan salam.

3. Observasi (observation)

a. Tindak mengajar guru

Proses pembelajaran yang mencakup bagaimana kinerja guru atau tindakan

guru selama pembelajaran dengan metode make a match dikumpulkan

untuk diobservasi.

b. Tindak belajar siswa

Proses dan aktivitas belajar siswa serta hal-hal yang dilakukan siswa

berkaitan dengan metode make a match diobservasi untuk mengethui

sejauh mana peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah

dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari

langkah atau upaya yang telah dilakukan. Refleksi merupakan pengkajian

terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Dari hasil analisis

dapat digunakan untuk merefleksi apakah kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika belum maka hasilnya

digunakan untuk merencanakan siklus II.

6

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini adalah data kualitatif. Jenis data yang dapat dimanfaatkan dalam

penelitian ini meliputi siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak kecamatan Jumantono

Tahun Pelajaran 2012/2013 dan guru kelas VI SD Negeri 01 Kebak kecamatan

Jumantono.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan tes. Instrumen merupakan alat

bantu yang digunakan untuk mencatat atau mendapatkan data yang diperlukan.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan antara lain:

1. Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran make a match.

2. Lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran make a match.

3. Data nilai IPA siswa.

4. Soal tes atau post tes IPA materi Energi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

komparatif dan analisis kritis.

1. Analisis komparatif yaitu analisis data yang dilakukan dengan membandingkan

hasil penelitian dengan hasil pra siklus, siklus I, dan siklus II. Hasil perbandingan

kemudian dibahas untuk mengetahui apakah relevan dengan indikator kinerja yang

telah ditetapkan.

2. Analisis kritis adalah analisis data dengan mengkaji kondisi pembelajaran sebelum

dan sesudah diadakan penelitian dengan mencari kelebihan dan kekurangannya,

apakah ada perubahan ataukah tidak, serta mengkaji penyebab terjadinya

perubahan tersebut.

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar IPA materi Energi

pada siklus I sekurang-kurangnya 70% dari seluruh siswa yaitu 22 siswa memenuhi

KKM, dan pada siklus II sekurang-kurangnya 85% dari seluruh siswa yaitu 22 siswa

memperoleh nilai sesuai KKM, dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70.

7

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses dan hasil penelitian metode make a match dalam meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak pada materi Energi secara

keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Make a Match

Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II

Metode

Pembelajaran

Ceramah Metode make a match Metode make a

match

Proses

pembelajaran

Pembelajaran kurang

dapat

mengembangkan

kemampuan berpikir

siswa sehingga siswa

kurang aktif dalam

pembelajaran

Menerapkan metode make a

match dalam pembelajaran

IPA materi Energi

Menerapkan metode

make a match pada

materi Energi dengan

memaksimalkan

pembagian kelompok

(secara heterogen)

Hasil

Observasi

Siswa pasif dalam

pembelajaran, siswa

kesulitan dalam

memahami materi

sehingga hasil belajar

IPA siswa rendah

Siswa belum terkoordinasi

dalam proses

pembelajaran, masih

banyak siswa yang belum

fokus selama mengikuti

pembelajaran

Guru kurang optimal

dalam pembagian

kelompok dan pengarahan

kepada siswa selama

proses pembelajaran.

Sebagian besar

siswa telah aktif

dalam

pembelajaran

metode make a

match.

Guru telah optimal

dalam membimbing

dan mengarahkan

siswa.

Hasil

Penelitian

Hasil Belajar siswa

rendah hanya 45%

Hasil belajar siswa

meningkat menjadi 72,7%

Hasil belajar siswa

memenuhi indikator

sebesar 90,9%

Refleksi Dilakukan penelitian

dengan metode make a

match

Penelitian dilanjutkan ke

siklus II

Penelitian telah

berhasil dan

dihentikan pada siklus

II

8

Peneliti memilih metode make a match karena metode ini merupakan salah satu

metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Metode

make a match dapat menarik perhatian siswa serta memudahkan siswa dalam

memahami materi. Pemahaman siswa terhadap materi akan berdampak pada

peningkatan hasil belajar siswa. Penerapan metode make a match diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak. Sebelum

melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan pra siklus dengan hasil sebagai

berikut:

Berdasarkan hasil belajar pra siklus, diketahui bahwa ketuntasan belajar hanya

mencapai persentase sebesar 45% atau hanya ada 10 siswa kelas IV SD Negeri 01

Kebak yang memperoleh nilai ≥ 70 (Nilai KKM), 12 siswa lain mendapatkan nilai di

bawah 70, sehingga belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan yaitu 85%.

Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan belajar mengajar siswa siswa kelas IV

SD Negeri 01 Kebak dapat ditemukan fakta-fakta:

1. Pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 01 Kebak menggunakan metode

konvensional (ceramah dan tanya jawab). Metode ini menyebabkan siswa

cenderung pasif dalam pembelajaran.

2. Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak masih rendah, ketuntasan

belajar siswa hanya mencapai 45%.

3. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01

Kebak maka dilakukan penelitian menggunakan metode Make a match.

Proses pembelajaran siklus I diobservasi untuk mengetahui bagaimana

pembelajaran dengan metode make a match. Data hasil observasi diperoleh dari

lembar observasi siswa dalam pembelajaran metode make a match. Adapun hasil-

hasil observasi yang diperoleh oleh observer pada pembelajaran siklus I antara lain:

1. Kinerja guru dalam pembelajaran masih belum optimal, data menunjukkan hanya

ada 3 aspek yang mendapatkan nilai dalam kategori baik (nilai ≥ 3), yaitu guru

menggunakan waktu secara tepat sesuai dengan perencanaan, memberikan

balikan dan penguatan materi, serta menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran. Sedangkan ketujuh aspek lain masih memperoleh nilai di bawah 3,

9

sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran siklus I guru kurang

optimal dalam menyampaikan apersepsi materi dan tujuan pembelajaran. Selain

itu guru juga belum optimal dalam memotivasi siswa dalam pembelajaran,

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, memberikan bimbingan

kepada siswa serta melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru juga belum dapat

memberikan balikan dan penguatan materi serta menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran dengan baik.

2. Nilai hasil pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran make a match siklus I

masih belum mencapai hasil yang optimal, masih ada 10 siswa yang memperoleh

skor di bawah 12. Sebagian besar siswa masih pasif dalam pembelajaran,

perhatian siswa terhadap penjelasan guru serta kerja sama siswa dalam kelompok

masih kurang, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya sendiri,

keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan, serta sikap saling membantu

dalam menyelesaikan masalah dalam diskusi kelompok juga masih sangat kurang

sehingga harus ditingkatkan lagi.

Berdasarkan hasil analisis nilai tes siswa siklus I diketahui 16 siswa

memperoleh nilai di atas 70 (KKM), sedangkan 6 siswa memperoleh nilai di bawah

70. Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 72,7%. Hasil ini

telah meningkat dibandingkan dengan pembelajaran metode ceramah tetapi belum

memenuhi indikator keberhasilan (ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya

85%).

Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan adanya kelemahan dalam

pembelajaran siklus I antara lain:

1. Guru kurang dapat membimbing siswa dalam proses pembelajaran, sehingga

siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

2. Pembagian kelompok yang dilakukan kurang optimal, karena kelompok tidak

dibagi secara heterogen. Hal ini menyebabkan kelompok tertentu yang terdiri dari

siswa pandai cenderung menguasai pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan maka diputuskan bahwa penelitian

harus dilanjutkan ke siklus berikutnya (siklus II) agar nilai hasil belajar siswa dapat

10

memenuhi indikator penelitian (85% siswa memperoleh nilai sesuai dengan KKM).

Proses pembelajaran siklus II kemudian diobservasi untuk mengetahui bagaimana

jalannya pembelajaran menggunakan metode make a match apakah mengalami

peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya. Adapun hasil-hasil observasi yang

diperoleh oleh observer pada pembelajaran siklus II adalah:

1. Kinerja guru dalam pembelajaran meningkat dari siklus sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi diketahui dalam pembelajaran siklus II semua aspek

telah memperoleh nilai lebih dari 3 dengan persentase kinerja guru sebesar 87,5%.

Secara keseluruhan guru telah maksimal dalam penyampaian apersepsi materi,

tujuan pembelajaran, memotivasi siswa dalam pembelajaran, menggunakan waktu

secara tepat sesuai perencanaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya, serta memberikan bimbingan kepada siswa secara optimal. Selain itu

juga terjadi interaksi antara guru dan siswa, guru melibatkan siswa dalam

pembelajaran, memberikan balikan dan penguatan materi, serta menggunakan alat

peraga dalam pembelajaran.

2. Keaktifan siswa meningkat dengan persentase 82,5% dan telah memenuhi

kategori yang sangat aktif. Sebagian besar siswa telah maksimal dalam

melaksanakan aspek-aspek antara lain perhatian siswa terhadap penjelasan guru,

kerja sama antara siswa dalam kelompok, kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapatnya sendiri, keberanian siswa dalam mengemukakan

pertanyaan, serta siswa telah saling membantu dalam menyelesaikan masalah

dalam diskusi kelompok.

Adapun kekurangan yang ditemukan dalam pembelajaran siklus II antara lain:

1. Ada beberapa siswa yang masih canggung saat mengemukakan pendapat

atau bertanya kepada guru, sehingga siswa tersebut kurang aktif dibandingkan

dengan siswa lain.

2. Guru masih kurang menguasai materi sehingga ada beberapa pertanyaan

yang dikemukana siswa yang belum dapat dijawab oleh guru.

11

Berdasarkan hasil tes siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 70

(KKM) adalah 20 siswa, sedangkan 2 siswa memperoleh nilai di bawah 70.

Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II telah mencapai 90,9%. Secara

keseluruhan pembelajaran siklus II telah meningkat dari siklus I, tetapi masih ada

beberapa kekurangan baik dari siswa maupun guru sehingga dirumuskan beberapa

solusi antara lain:

1. Siswa harus lebih perhatian lagi dalam menyimak penjelasan materi dari guru,

serta guru pun harus lebih pandai lagi dalam menarik perhatian siswa agar

menyimak pembelajaran dengan baik.

2. Perlunya keoptimalan guru dalam menggunakan waktu atau jam pelajaran

sehingga dapat berjalan sesuai alokasi waktu yang telah ditetapkan.

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II telah mencapai 90,9%. Hasil ini telah

memenuhi indikator keberhasilan (ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya

95%), oleh karena itu penelitian berhenti pada siklus II. Berdasarkan keseluruhan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Metode

pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Energi pada

siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak kecamatan Jumantono Tahun Pelajaran

2012/2013” telah dapat dibuktikan kebenarannya.

SIMPULAN

Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode Make a-Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

dengan persentase katuntasan belajar siswa (KKM 70) pada siklus I adalah 72,7% dan

meningkat pada siklus II sebesar 90,9%, dengan indikator pencapaian yaitu

ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya 85%. Hipotesis penelitian yang

berbunyi, “Metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA

materi Energi pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak kecamatan Jumantono Tahun

Pelajaran 2012/2013” telah terbukti kebenarannya.

12

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Media.

Anni Catarina. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Bloom. 2003. Human Charactyeristic and School Learning. New York: Mc Graw

Hill Book CO.

Depdikbud. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Semarang: Aneka Ilmu.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ibnu Afarudin. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Make A Match Dengan

Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Dan

Keaktifan Siswa Materi Pokok Gerak Pada Tumbuhan Kelas VIII F MTS

Negeri Tanon Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi UMS.

Kemmis S dan Mc. Taggart. 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deakrin

University.

Nana Sudjana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Rita Dewi Anggraini. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Make a-Match untuk

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas III SD N Bareng 5 Malang.

Skripsi Universitas Negeri Malang.

Sanjaya W. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup.

Saptono, S. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES Press.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono, Dr. 2008. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit:

Alfabeta.

13

Suryantini (2011). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kegiatan Ekonomi

dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam Melalui Metode Pembelajaran

Make a-Match Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Papahan Tahun Pelajaran

2010/2011. Skripsi UMS.