iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan...

61
| i

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| i

Page 2: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| ii

Page 3: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| iii

Page 4: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| iv

Page 5: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| v

Page 6: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| vi

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL

NOMOR 406/Dys.1/KPTS/07/2020

TENTANG RENCANA STRATEGIS

DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL

TAHUN 2020-2024

Page 7: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| vii

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yang tercantum dalam

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015, maka perlu disusun

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

Tahun 2020-2024. Rencana Strategis Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial Tahun 2020-2024 dibuat dengan

mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Sosial

Tahun 2020-2024 yang telah ditetapkan melalui Peraturan

Menteri Sosial Nomor 6 Tahun 2020 tanggal 11 Mei 2020.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Tahun 2020-2024 ini secara

garis besar memuat gambaran umum Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, Dasar

Pelaksanaan Tugas, Fungsi, Kewenangan, Visi, Misi dan Tujuan, Arah Kebijakan, Strategi,

Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan. Rencana Strategis ini juga

menggambarkan keterkaitan antara sasaran program dan sasaran kegiatan, rincian

Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), sehingga menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari rencana besar Kementerian Sosial dalam

menyelenggarakan kesejahteraan sosial.

Semoga Rencana Strategis ini bermanfaat dan dapat menjadi acuan bagi Direktorat di

lingkup Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dalam penyusunan rencana kerja dan

anggaran mulai tahun 2020 sampai dengan 2024.

Jakarta, Juli 2020

Edi Suharto

Page 8: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| viii

DAFTAR ISI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL NOMOR

406/Dys.1/KPTS/07/2020………………………………………………………………………...……. ii

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL NOMOR

406/Dys.1/KPTS/07/2020…………………………………………………………….…………..……. vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..……. vii

DAFTAR ISI………….…………………………………………………………………….………………... viii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………………………….. xi

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………….. 1

1.1 Kondisi Umum ……………………………………………………………………………………… 1

1.2 Potensi dan Permasalahan …………………………………………………………………….. 10

1.2.1 Potensi………………………………………………………………………………………… 12

1) Potensi dan Sumber Daya dalam Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial………………………………………………………………. 12

2) Sumber Daya Manusia (ASN dan PPNPN)……..………………………….. 16

3) Sentralisasi dan Digitalisasi Data Pemberdayaan Sosial …..…………. 17

4) Program Prioritas Nasional ……………………………………..………………. 18

5) Partisipasi dalam Kebijakan Program Perlindungan Sosial yang

Komprehensif dan Adaptif …………………………………………..………….. 18

6) Penjangkauan Layanan Sosial Dasar dan Pengembangan

Penghidupan secara Berkelanjutan …..………………………..…………. 19

7) Kerjasama Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

Badan/Dunia Usaha…………………………………..…………..………………. 20

8) Sumber Pembiayaan………………………………………………..…………….. 21

9) Sistem Layanan dan Informasi Berbasis Teknologi …………..……….. 21

1.2.2 Permasalahan………………………………………………………………………………. 21

1.2.2.1 Memastikan Kemandirian Sosial Ekonomi bagi Kelompok Usaha KPM

dan Warga KAT………………………………………………………………………….. 24

1.2.2.2 Memastikan Layanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan

Diselenggarakan di Seluruh Kabupaten/Kota se Indonesia ……………… 25

1.2.2.3 Memastikan PSKS Perorangan/Lembaga terus Berperan Aktif dalam

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial…………………………………………. 26

1.2.2.4 Penataan Regulasi Bidang Pemberdayaan Sosial……………………………. 28

Page 9: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| ix

1.2.2.5 Sumber Pembiayaan Pelaksanaan Program Prioritas Nasional Bidang

Pemberdayaan Sosial………………………………………………………………….. 28

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ……………………………………………………… 29

2.1 Visi. …………………………………………………………………………………………………….. 29

2.2 Misi……………………………………………………………………………………………………… 30

2.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………. 31

2.4 Sasaran……………………………………………………………………………………………….. 31

BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN ………………………………………………………………………………… 34

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional……………………………………………………… 34

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Sosial………………………………………. 35

3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial ….…… 35

3.4 Kerangka Regulasi………………………………………………………………………………... 37

3.5 Kerangka Kelembagaan ………………………………………………………………………… 38

BAB IV.TARGET KINERJA DAN PENDANAAN ……………………………………………………. 41

4.1 Target Kinerja………………………………………………………………………………………. 41

4.1.1 Indikator Kinerja ……………………………………………………………………..…… 41

4.1.2 Pohon Kinerja………………….…………………………………………………………… 44

4.2 Kerangka Pendanaan…………………………………………………………………………….. 46

BAB V. PENUTUP …………………………………………………………………………………………… 47

LAMPIRAN …………………………………………………………………………………………………… xii

Page 10: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Profil Kemiskinan Indonesia Tahun 2011-2020

Gambar 2 : Gini Rasio Nasional, Perkotaan dan Perdesaan 2012-2020

Gambar 3 : Indeks Kedalaman Kemiskinan Indonesia 2018-2020

Gambar 4 : Indeks Kedalaman Kemiskinan Indonesia 2018-2020

Gambar 5 : Program – Program Penanggulangan Kemiskinan RPJMN II dan III

Gambar 6 : Potensi dan Sumber Daya Kesejahteraan Sosial

Gambar 7 : Data ASN dan PPNPN per Maret 2020

Gambar 8 : Peta Tujuan dan Sasaran Program 2020-2024

Gambar 9 : Empat Pilar RPJMN 2020-2024

Gambar 10 : Struktur Organisasi Ditjen Pemberdayaan Sosial

Gambar 11 : Pohon Kinerja Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Page 11: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Sasaran Program 1

Tabel 2 : Sasaran Program 2

Tabel 3 : Sasaran Program 3

Tabel 4 : Sasaran Program 4

Tabel 5 : Indikator Kinerja Program Pemberdayaan Sosial

Tabel 6 : Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Sosial Perorangan,

Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat

Tabel 7 : Indikator Kinerja Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan,

Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

Tabel 8 : Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Tabel 9 : Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Sumber Dana Bantuan

Sosial

Tabel 10 : Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan

Teknis Lainnya

Tabel 11 : Perkiraan Kebutuhan Anggaran Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Sosial Tahun 2020 s.d 2024 (ribu rupiah)

Page 12: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 1

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

BAB I

Pendahuluan

1.1. Kondisi Umum

Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasi deklarasi Millenium

Development Goals (MDG’s), menjadikan MDG’s sebagai orientasi pembangunan

dan mengadopsi tujuan serta target sasarannya ke dalam rencana pembangunan

nasional. Selama 15 tahun pelaksanaan MDG’s, Indonesia berhasil mencapai 49 dari

67 target indikator yang ditetapkan. Platform selanjutnya yang digunakan setelah

MDG’s berakhir pada Desember 2015 adalah Sustainable Development Goal’s

(SDGs)/ Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang memuat 17 tujuan dan

terbagi ke dalam 169 indikator.

Pelaksanaan SDGs menjadi perhatian serius pemerintah yang diwujudkan dengan

mengintegrasikannya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)

2015. Berdasarkan laporan Voluntary National Reviews (VNR) Indonesia pada

pertemuan High Level Political Forum (HLPF) tanggal 15 Juli 2019 di New York

Amerika Serikat menyebutkan bahwa pencapaian pelaksanaan SDGs selama kurun

waktu 4 tahun terakhir berhasil mengurangi kesenjangan melalui pertumbuhan

ekonomi yang inklusif, perluasan lapangan pekerjaan, akses terhadap pendidikan,

penguatan langkah-langkah pencegahan, tanggap darurat dan ketahanan terhadap

bencana. Keseriusan pemerintah terhadap implementasi target SDGs juga tercermin

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020-

2024. Meskipun di 4 (empat) tahun terakhir Indonesia telah mampu menunjukkan

pencapaian SDGs, masih terdapat beberapa indikator yang harus dicapai dalam

pelaksanaan SDGs. Indikator tersebut antara lain penurunan angka kemiskinan

berdasarkan garis kemiskinan nasional, peningkatan konsumsi minimum di bawah

1.400 kkal/kapita/hari, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), penanggulangan

HIV/AIDS, penyediaan air bersih dan sanitasi di daerah perdesaan serta disparitas

capaian target antar provinsi yang masih lebar.

Sejalan dengan upaya pencapaian tujuan kesatu dari SDG’s yakni “Mengakhiri

kemiskinan dimanapun dan dalam semua bentuk”, pemerintah terus “bekerja keras”

untuk menurunkan angka kemiskinan. Berbagai program penanggulangan

kemiskinan dilakukan oleh pemerintah di setiap periode RPJMN baik yang sifatnya

berkelanjutan maupun yang disempurnakan. Berdasarkan data BPS dalam kurun

waktu 9 tahun terakhir dari 2011 sampai dengan 2020, terjadi penurunan angka

kemiskinan, yakni 12,49% pada Maret 2011 menjadi 9,78% pada Maret 2020.

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 adalah 30,12 juta jiwa menjadi 26,42

juta jiwa pada Maret 2020.

Page 13: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 2

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Gambar 1 : Profil Kemiskinan Indonesia tahun 2011 – 2020

sumber : www.bps.go.id

Berdasarkan grafik, angka kemiskinan terendah terjadi pada bulan September 2019

yakni 9,22% atau sekitar 24,79 juta jiwa penduduk. Namun pada bulan Maret 2020

naik menjadi 9,78% atau sekitar 26,42 juta jiwa. Dengan kata lain, terjadi

peningkatan 0,56% penduduk miskin dalam rentang waktu September 2019 – Maret

2020.

Gambar 2 : Gini Ratio Nasional, Perkotaan dan Perdesaan 2012-2020

sumber : www.bps.go.id

Gini ratio perkotaan dan perdesaan bulan Maret 2020 adalah 0,381 mengalami

peningkatan 0,001 terhadap gini ratio bulan September 2019 dan menurun 0,001

terhadap Maret 2019. Persoalan kemiskinan bukan hanya berbicara soal berapa

jumlah dan persentase penduduk miskin, namun dimensi lain yang perlu

diperhatikan adalah indeks kedalaman dan keparahan dari kemiskinan tersebut.

Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan sedangkan indeks keparahan

kemiskinan lebih kepada ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

Page 14: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 3

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Gambar 3 : Indeks Kedalaman Kemiskinan Indonesia 2018-2020

sumber : www.bps.go.id

Gambar 4 : Indeks Keparahan Kemiskinan Indonesia 2018-2020

sumber : www.bps.go.id

Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,50 pada September 2019 menjadi 1,61

pada Maret 2020. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,36 pada

September 2019 menjadi 0,38 pada Maret 2020.

Meningkatnya angka kemiskinan, gini ratio, indeks kedalaman kemiskinan dan

indeks keparahan pada Maret 2020 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a)

Pandemi Covid-19, berdampak pada perubahan perilaku, aktivitas ekonomi dan

pendapatan penduduk. Hal-hal ini menyebabkan bertambahnya orang miskin baru;

b) Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Kuartal I 2020 hanya tumbuh 2,84%

dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang sebesar 5,02%; c) Jumlah

kunjungan wisman ke Indonesia Maret 2020 mengalami penurunan sebesar 64,11

persen dibandingkan Maret 2019. Meskipun pemerintah secara resmi

mengumumkan kasus Covid-19 pada Maret 2020, namun sektor pariwisata dan

pendukungnya sudah mulai terdampak sejak bulan Februari 2020; dan d) Pada

periode September 2019 – Maret 2020, secara nasional harga eceran beberapa

komoditas pokok antara lain beras, daging ayam ras, minyak goreng, telur ayam

ras, dan gula pasir mengalami kenaikan.

Meskipun terjadi peningkatan angka kemiskinan pada Maret 2020, namun

Pemerintah terus berupaya dalam penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi

Page 15: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 4

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

dan terpadu serta didukung oleh faktor-faktor seperti strategi

kebijakan/pembangunan, program-program pemerintah, sumber daya manusia dan

data kemiskinan.

Pada periode 2010-2014, ada 3 strategi pembangunan yang ditempuh untuk

menanggulangi kemiskinan yaitu : (1) Pro pertumbuhan (pro growth), untuk

meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui investasi, sehingga

diperlukan perbaikan iklim investasi, melalui peningkatan kualitas pengeluaran

pemerintah, melalui ekspor dan peningkatan komsumsi; (2) Pro Lapangan Kerja

(pro-job), agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang

seluas-luasnya dengan menekankan pada investasi padat pekerja; (3) Pro

Masyarakat Miskin (pro-poor), agar pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi

jumlah penduduk miskin sebesar-besarnya dengan penyempurnaan sistem

perlindungan sosial, meningkatkan akses kepada pelayan dasar, dan melakukan

pemberdayaan masyarakat.

Pada periode 2015-2019, ada 3 strategi penanggulangan kemiskinan yang

digunakan pemerintah yaitu : (1) Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang

komprehensif melalui (i) penataan asistensi sosial terpadu berbasis keluarga dan

siklus hidup melalui Program Keluarga Produktif dan Sejahtera yang mencakup

antara lain bantuan tunai bersyarat dan/atau sementara, pangan bernutrisi,

peningkatan kapasitas pengasuhan dan usaha keluarga, pengembangan penyaluran

bantuan melalui keuangan digital, serta pemberdayaan dan rehabilitasi sosial; (ii)

peningkatan inklusivitas bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia pada setiap

aspek penghidupan, dan (iii) penguatan kelembagaan dan koordinasi melalui

peningkatan kualitas dan ketersediaan tenaga kesejahteraan sosial, standarisasi

lembaga kesejahteraan sosial, serta pengembangan sistem rujukan dan layanan

terpadu.(2) Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu melalui:

(i) peningkatkan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar bagi

masyarakat kurang mampu dan rentan; (ii) meningkatkan penjangkauan pelayanan

dasar bagi penduduk kurang mampu dan rentan; (iii) penyempurnaan pengukuran

kemiskinan yang menyangkut kriteria, standarisasi, dan sistem pengelolaan data

terpadu; (3) Mengembangkan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin

melalui: (i) pemberdayaan ekonomi berbasis pengembangan ekonomi lokal, (ii)

perluasan akses permodalan dan layanan keuangan melalui penguatan layanan

keuangan mikro, (iii) peningkatan pelatihan dan pendampingan dalam rangka

meningkatkan kapasitas dan keterampilan, (iv) peningkatan kapasitas pemanfaatan

sumber daya lokal sebagai sumber penghidupan yang berkelanjutan, (v)

peningkatan akses pasar yang didukung penyediaan kepastian lokasi usaha, dan (vi)

penguasaan aset-aset produksi (seperti lahan pertanian), secara memadai bagi

masyarakat kurang mampu sebagai modal dasar bagi pengembangan penghidupan.

Program-program yang dilakukan oleh Pemerintah untuk penanggulangan

kemiskinan meliputi:

Page 16: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 5

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Gambar 5 : Program – Program Penanggulangan Kemiskinan RPJMN II dan III

Kementerian Sosial merupakan salah satu kementerian/lembaga yang memiliki

peran penting dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pada periode 2015-

2019 program dan kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian Sosial diarahkan

untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan nasional. Hal ini didukung

dengan terselenggaranya program afirmatif yang langsung menargetkan penduduk

miskin dan rentan sebagai sasaran utama. Program tersebut diantaranya Program

Keluarga Harapan (PKH), program sembako, dan program rehabilitasi sosial bagi

kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, lanjut usia, dan anak. Selain itu,

Kementerian Sosial juga berperan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia;

mendukung pengarus-utamaan gender; peningkatan keberfungsian sosial Pemerlu

Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS); peningkatan kemampuan penduduk dalam

pemenuhan kebutuhan dasar; peningkatan kualitas hidup dan ekonomi keluarga;

peningkatan kualitas SDM dan lembaga penyelenggara kesejahteraan sosial serta

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial merupakan unit kerja yang bertugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan

sosial sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada periode 2015-2019,

berbagai program dan kegiatan telah dilakukan untuk mendukung arah kebijakan

Kementerian Sosial dan juga prioritas nasional.

Page 17: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 6

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Untuk meningkatkan peran aktif potensi sumber dan kesejahteraan sosial (PSKS)

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Sosial melakukan pemberdayaan berupa peningkatan kapasitas bagi potensi sumber

dan kesejahteraan sosial baik perorangan maupun kelembagaan. PSKS perorangan

yang diberdayakan pada tahun 2019 meliputi 1.695 pekerja sosial masyarakat

(PSM), 120 pekerja sosial (Peksos), dan 7.201 Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan (TKSK), sedangkan PSKS lembaga yang diberdayakan meliputi 1.695

Karang Taruna, 1.730 Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), 499 Lembaga

Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) dan 34 Forum CSR di 34 provinsi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia Rahman dkk. Dari Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (Puslitbangkesos) pada tahun

2018 di empat provinsi yakni provinsi Sumatera Selatan, D.I Yogyakarta, provinsi

Kalimantan Selatan dan provinsi Nusa Tenggara Barat terkait kerelawanan TKSK

terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial, ditemukan bahwa peran aktif TKSK

mendukung pemerintah melalui implementasi pelaksanaan tugas dan fungsinya

sangatlah baik di antaranya dalam menggerakkan masyarakat, terlibat

pendampingan program, berjejaring dengan beberapa pihak, terlibat dalam

kegiatan penyuluhan, melapor kepada dinas sosial, koordinasi dengan aparat

kecamatan, kerjasama dengan pendamping, kerjasama dengan organisasi sosial,

membantu Dinas Sosial, merencanakan dan mengorganisir kegiatan, melakukan

pendataan atau pemetaan, terlibat dalam kegiatan Dinas Sosial dan Kecamatan, dan

membuat laporan kegiatannya setiap bulan. Rata-rata persentase terhadap

pendampingan program-program pemerintah meliputi program Rastra sebanyak

81,3%; terlibat dalam Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) sebanyak 47,97%;

pendampingan KUBE 37,1%; pendampingan BPNT 52,07%; melakukan verifikasi

dan validasi data kemiskinan sebesar 70,95%; dan penanganan BPJS sebesar

36,35%. Selain itu, TKSK juga melakukan pendampingan terhadap program ASLUT,

ASPDB, NAPZA, RUTILAHU dan program-program kesejahteraan sosial lainnya.

Pada bulan Agustus 2019 – 31 Januari 2020, Bagian Program dan Pelaporan

Sekretariat Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial melakukan pengukuran indeks

partisipasi sosial secara online. Dari kegiatan tersebut sebanyak 2.543 PSM di 32

provinsi memberikan responnya. Berdasarkan data yang sudah diolah, diperoleh

hasil bahwa indeks partisipasi sosial PSM berada di angka 0,687 dalam skala 0-1.

Nilai ini yakni 0,687 termasuk dalam kategori tinggi sehingga disimpulkan bahwa

partisipasi sosial PSM cukup tinggi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Selain survei online, dilakukan juga pemantauan dan evaluasi langsung ke 30

kabupaten/kota pada 15 provinsi di Indonesia untuk mengetahui pemberdayaan

yang dilakukan untuk PSM oleh dinas sosial. Salah satu hal penting yang diperoleh

adalah keterlibatan PSM membantu pemerintah setempat melalui kiprah mereka di

berbagai program dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Keterlibatan

PSM antara lain ikut serta dalam Karang Taruna, sebagai fasilitator SLRT/Puskesos,

Page 18: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 7

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

aktif dalam pelayanan di LK3, sebagai tim penggerak PKK, terlibat dalam kegiatan

Posyandu, aktif di Forum Kesehatan Desa, berperan dalam LKS, sebagai aparat

desa/kelurahan, terlibat dalam forum peduli Pendidikan, melakukan verivali data

kemiskinan, serta pemantauan dan pendampingan program-program pemerintah

seperti KUBE, BPNT dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Berbagai studi menunjukkan bahwa keterlibatan Pekerja Sosial (Peksos) di

masyarakat sangat dirasakan dampaknya seperti pendampingan terhadap klien

KDRT, pendampingan anak-anak di panti asuhan, sebagai konselor di LK3, sebagai

mediator dalam mengatasi konflik keluarga, pendampingan anak-anak jalanan,

pendampingan untuk eks-narkoba dan penyandang disabilitas.

Selain keterlibatan PSKS perorangan di masyarakat, PSKS lembaga juga memberi

peran besar dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Karang taruna sebagai

salah satu pilar sosial yang berkedudukan di setiap desa/kelurahan mampu memberi

energi positif baik bagi pemerintah setempat maupun yang langsung dirasakan oleh

masyarakat. Di tahun 2019, terdapat 1.695 Karang Taruna yang diberdayakan oleh

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial. Dari berbagai sumber dan hasil penelitian

menunjukkan peran Karang Taruna dalam masyarakat, seperti berperan dalam

pemberdayaan masyarakat melalui program kampung domba di desa Sindangjawa,

kecamatan Dukupuntang-Cirebon; sebagai organisasi yang menampung aspirasi

pemuda desa, berperan sebagai wadah penanaman rasa kebangsaan secara

nasional; pengembangan potensi diri; menjadi motivator masyarakat desa di bidang

pertanian-peternakan; serta mampu mengedukasi generasi muda mengenai bahaya

miras, narkoba dan HIV Aids.

Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang diberdayakan oleh Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial pada tahun 2019 berjumlah 1.730. LKS berperan penting

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sebagai mitra pemerintah, LKS

banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial, memberikan edukasi bagi penerima

manfaat, mendampingi masyarakat dalam usaha ekonomi produktif, serta menjadi

media penanaman nilai-nilai kesetiakawanan, gotong-royong dan kerelawanan.

Untuk LK3 yang ada di tiap kabupaten/kota, partisipasi diwujudkan melalui

pelayanan sosial konseling bagi keluarga yang bermasalah, memberikan layanan

advokasi, melakukan penjangkauan langsung ke keluarga penerima manfaat,

berfungsi sebagai jejaring dan penguatan keluarga; melakukan pendampingan bagi

anak-anak jalanan serta memberikan rujukan bagi keluarga yang mengalami

masalah psikososial. Jumlah LK3 yang diberdayakan pada tahun 2019 sebanyak 499

lembaga.

Potensi sumber dan kesejahteraan sosial yang juga berperan penting dalam

masyarakat adalah forum CSR yang berkedudukan di tiap provinsi sehingga ada 34

FCSR yang sudah terbentuk dengan total badan usaha yang tergabung sebanyak

261 perusahaan. Forum ini merupakan media untuk koordinasi dan berbagi

Page 19: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 8

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

informasi antara perusahaan dan pemerintah untuk saling bersinergi dalam

pembangunan. Selain itu FCSR juga menyelenggarakan pelatihan dan penguatan

kapasitas bagi masyarakat sebagai wujud dari tanggung jawab sosial badan usaha.

Melalui FCSR, kegiatan-kegiatan sosial diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian

dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat seperti program Rumah

Tidak Layak Huni sebanyak 26 unit oleh Wilmar grup di Kotawaringin Timur,

pelatihan teknis pembuatan batako oleh PT.Semen Batu Raja dan FCSR Sumatera

Selatan, program air bersih oleh Mandiri Amal Insani di Banten, serta pembangunan

173 Ruang Kelas Baru dan 9 Puskesmas pelayanan di Jawa Barat yang dikoordinir

oleh FCSR Jawa Barat.

Peningkatan partisipasi potensi sumber dan kesejahteraan sosial juga dilakukan

melalui keterlibatan pihak-pihak dalam penanaman nilai-nilai kepahlawanan,

keperintisan dan kesetiakawanan sosial. Penanaman nilai-nilai kepahlawanan,

keperintisan dan kesetiakawanan sosial ini menyasar generasi muda mulai tingkat

SD, SMP, SMA, pilar-pilar sosial, hingga kelompok dunia usaha. Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan setiap tahun dengan target yang berbeda-beda ini memberikan

respon yang cukup tinggi di kalangan masyarakat. Pada tahun 2019, kegiatan

penanaman nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial telah

menyasar 19.802 orang/pihak yang meliputi 500 pelajar SMA dan sederajat sebagai

peserta jelajah kapal kepahlawanan, 6.800 pelajar dan guru sebagai peserta ziarah

wisata, 150 SMA dan sederajat dan perwakilan panti sosial di wilayah Jabodetabek

sebagai peserta wisata sejarah, 800 pelajar SMP/SMA sebagai peserta Pahlawan

Goes to School, 6.800 peserta Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial, 2.040 tokoh

pemuda/masyarakat sebagai peserta restorasi sosial melalui PSKS, 2.040 pelajar

SMA, Santri, Pramuka, Mahasiswa dan Pilar-Pilar Sosial sebagai peserta Olimpiade

Kepahlawanan, 600 pelajar SD dan SMP di wilayah Jabodetabek sebagai peserta

Ziarah wisata TMPNU Kalibata, serta 72 pihak yang terlibat dalam rangkaian Hari

Pahlawan dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial juga melakukan kegiatan pengelolaan

sumber dana bantuan sosial. Dana bantuan sosial ini diantaranya berasal dari

penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang Barang

(PUB). Dana yang terkumpul dicatat sebagai dana hibah dalam negeri dan dikelola

Kementerian Sosial untuk kepentingan penanganan Pemerlu Pelayanan

Kesejahteraan Sosial dan risiko sosial. Pada tahun 2019, total dana hibah yang

diperoleh sebesar Rp.139.232.948.244,- (Seratus tiga puluh sembilan milyar dua

ratus tiga puluh dua juta sembilan ratus empat puluh delapan ribu dua ratus empat

puluh empat rupiah) dengan total yang disalurkan sebesar Rp.82.991.626.000,-

(delapan puluh dua milyar sembilan ratus sembilan puluh satu juta enam ratus dua

puluh enam ribu rupiah) dan disalurkan untuk 170.329 PPKS. Bantuan sosial ini

disalurkan melalui unit kerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing yakni

melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, Direktorat Jenderal Perlindungan

Page 20: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 9

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

dan Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin, dan Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Dalam upaya peningkatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar serta

peningkatan kualitas hidup penduduk, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

memberdayakan 1.997 KK warga Komunitas Adat Terpencil atau 95,14% dari total

target pemberdayaan 2.099 KK pada tahun 2019. Selama 5 tahun terakhir (2015-

2019) warga KAT yang sudah diberdayakan berjumlah 11.250 KK dari jumlah

populasi 150.222 KK atau sekitar 7,48%. Selain memberdayakan warga KAT,

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial juga mengupayakan terpenuhinya hak-

hak dasar warga KAT yakni dengan membantu memberikan akses kepemilikan

NIK/Nomor Induk Kependudukan agar warga KAT dapat memperoleh akses yang

lebih luas terhadap program-program pemerintah. Pemberdayaan terhadap warga

KAT dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan pemberdayaan sumber daya

manusia bagi 64 pendamping lokal KAT dan 88 pendamping profesional, tahap

pelaksanaan pemberdayaan sosial budaya, ekonomi dan lingkungan, serta tahap

pelaksanaan rujukan, terminasi dan evaluasi. Jenis pemberdayaan yang diberikan

meliputi bantuan stimulan permukiman sosial; bantuan jaminan hidup, bibit,

peralatan kerja, peralatan rumah tangga; peningkatan kapasitas warga KAT melalui

keterampilan kerja; bantuan UEP; pendampingan sosial dan pemenuhan hak-hak

sipil.

Untuk peningkatan kualitas hidup dan ekonomi keluarga, Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial sejak akhir tahun 2018 hingga sekarang melaksanakan

kegiatan wirausaha sosial yang ditujukan bagi kelompok usaha keluarga penerima

PKH graduasi yang memiliki rintisan usaha (level start-up). Bentuk pemberdayaan

yang diberikan meliputi pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan/usaha,

akses pasar, pendampingan/mentoring, dan sistem monitoring-evaluasi. Kelompok-

kelompok usaha ini dipersiapkan untuk “naik kelas” ke level berikutnya agar bisa

mengakses pendanaan lainnya untuk pengembangan usaha bahkan mampu

bermitra dengan badan usaha. Pada tahun 2020 diadakan kegiatan kewirausahaan

sosial di kabupaten Bandung Barat, DKI Jakarta, Kabupaten Majalengka, Kabupaten

Bantul dan Kabupaten Semarang dengan total 1050 KPM serta pemberian bantuan

stimulan kewirausahaan kepada 10.000 KPM yang tersebar di 138 kabupaten/kota.

Dalam rangka mendukung program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan skala nasional dibentuk dan dikembangkan sistem layanan rujukan

terpadu (SLRT) di tingkat kabupaten/kota dan pusat kesejahteraan sosial (Puskesos)

di tingkat desa/kelurahan. Melalui SLRT dan Puskesos, masyarakat yang memiliki

masalah dengan program-program pemerintah tersebut bisa menyampaikan

keluhan, pertanyaan bahkan pengaduan yang nantinya akan diteruskan kepada

pengelola program yang terkait. Dengan SLRT dan Puskesos juga maka penerima

manfaat program-program pemerintah terdata secara terpadu sehingga akan

memudahkan dalam pemantauan jika terdapat pembaharuan data. Berdasarkan

Page 21: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 10

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

data yang diperoleh dari tim SLRT, dari bulan Oktober 2016 – Januari 2019, total

keluhan yang diterima SLRT sebanyak 889.173 keluhan dan tertangani sebanyak

707.383 atau 79,56% (352.235 atau 49,79% ditangani dengan program pusat dan

355.147 atau 50,21% ditangani dengan program daerah), sedang yang masih dalam

proses penanganan sebanyak 181.791 keluhan atau 20,44%. Dari tahun 2016-2019

sudah terbentuk sebanyak 150 SLRT dan 300 Puskesos yang pendanaannya dari

APBN, sedangkan yang non APBN sebanyak 5 SLRT dan 6.226 Puskesos.

Sebagai upaya untuk meningkatkan layanan dukungan manajemen dan tatakelola

pemerintahan yang akuntabel, transparan dan dinamis, Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial secara bertahap mengimplementasikan layanan manajemen

perkantoran dan layanan publik berbasis teknologi meliputi: 1) Aplikasi e-Letter,

digunakan untuk mendukung kelancaran surat-menyurat dari dan ke internal

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial termasuk penugasan dari pimpinan ke

level staf; 2) Aplikasi e-Sabi, digunakan untuk mempublikasikan semua peraturan

terkait layanan perizinan Undian Gratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang

Barang (PUB), untuk mengetahui status perijinan UGB dan PUB serta untuk tanya

jawab program terkait pengelolaan sumber dana bantuan sosial; 3) Aplikasi SIKS-

NG modul SLRT, digunakan dalam melakukan pendataan pada Sistem Layanan

Rujukan Terpadu (SLRT) dan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos); 4) Website

http://simppsdbs.kemsos.go.id, digunakan sebagai media pelayanan perijinan UGB

dan PUB serta 5) Website http://direktoratk2krs.kemsos.go.id, digunakan sebagai

layanan untuk mempermudah masyarakat/instansi yang ingin mendapatkan

informasi mengenai pengusulan Gelar Pahlawanan Nasional, Perintis Kemerdekaan,

Satya Lencana Kebaktian Sosial, Data Pahlawan Nasional, Penerima SLKS.

Disamping layanan publik aplikasi ini merupakan jembatan Antara Direktorat K2KRS

dengan Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten/Kota dalam mengelola

updating data Perintis Kemerdekaan, Janda Perintis Kemerdekaan dan Warakawuri

atau keluarga Pahlawan Nasional. Selain itu dilakukan juga inovasi-inovasi untuk

mendukung peningkatan ketercapaian kinerja meliputi pengukuran indeks

partisipasi PSKS secara online, penyusunan alat ukur indeks partisipasi TKSK,

penyusunan alat ukur indeks partisipasi Karang Taruna, dan penyusunan pola baru

pemberdayaan KAT.

1.2 Potensi dan Permasalahan

Pembangunan kesejahteraan sosial adalah bagian integral dari pembangunan

nasional. Oleh karena itu, pembangunan kesejahteraan sosial turut memberi

kontribusi nyata dalam mencapai tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang

termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Page 22: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 11

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan upaya terarah, terpadu dan

berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat

dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga

negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan

perlindungan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial pada dasarnya tidak hanya

dalam konteks penanganan masalah kesejahteraan sosial, akan tetapi menyentuh

dua sisi kehidupan manusia yaitu masalah dan kebutuhannya. Oleh karena itu fungsi

dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial tidak hanya bersifat pemulihan

(restorative/curative-rehabilitative) tetapi juga bersifat pencegahan dan

pengembangan (preventive and developmental) serta mendukung upaya lain yang

terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia (supportive) sehingga

penyelenggaraan kesejahteraan sosial perlu diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial

(PPKS) dalam menyelesaikan masalahnya secara bersama-sama sehingga

peningkatan taraf kesejahteraan penduduk dapat terwujud.

Sebagai salah satu bentuk pelayanan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial, pemberdayaan sosial diarahkan untuk menjadikan warga negara yang

mengalami masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu memenuhi kebutuhan

dasarnya serta meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai

potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Hal ini

penting mengingat kompleksitas permasalahan sosial tidak bisa diselesaikan oleh

negara/ pemerintah semata, karenanya peningkatan peran Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS) merupakan elemen penting dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan sosial.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial sebagai pelaksana program

pemberdayaan sosial berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018

tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang

Stuktur dan Organisasi Tata Kerja memiliki bertanggung jawab menyelenggarakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan. Fungsi yang diemban Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial meliputi: (1) perumusan kebijakan di bidang pemberdayaan

sosial seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah

kesejahteraan sosial, dan lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil; (2) pelaksanaan

kebijakan di bidang pemberdayaan sosial seseorang, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial, dan lembaga dan/atau

perseorangan sebagai potensi dan sumber daya kesejahteraan sosial, serta

komunitas adat terpencil; (3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang pemberdayaan sosial seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

mengalami masalah kesejahteraan sosial, dan lembaga dan/atau perseorangan

sebagai potensi dan sumber daya kesejahteraan sosial, serta komunitas adat

Page 23: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 12

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

terpencil; (4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan

sosial seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah

kesejahteraan sosial, dan lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil; (5) pelaksanaan

evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan sosial seseorang, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial, dan

lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya kesejahteraan

sosial, serta komunitas adat terpencil; (6) pelaksanaan administrasi Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial; (7) menyelenggarakan fungsi di bidang

kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan, dan restorasi sosial.

1.2.1 Potensi

Pada periode 2020-2024, program pemberdayaan sosial diarahkan sepenuhnya

untuk mendukung pencapaian tujuan Kementerian Sosial yakni peningkatan taraf

kesejahteraan sosial penduduk miskin dan rentan; serta untuk peningkatan layanan

yang berkualitas oleh pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sementara itu

dalam upaya mendukung program prioritas nasional yakni pembangunan manusia

dan pengentasan kemiskinan, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial berpotensi

memberikan konstribusi melalui pelaksanaan pemberdayaan warga Komunitas Adat

Terpencil; pengembangan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT);

penyelenggaraan Pusat Kesejahteraan Sosial di tingkat desa/kelurahan;

pemberdayaan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan Pemberdayaan

Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).

Dalam upaya melaksanakan program pemberdayaan sosial, ada beberapa potensi

yang dimiliki Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial yakni:

1) Potensi dan Sumber Daya Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial

Sebagaimana tercantum dalam penjelasan UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial, pasal 12 ayat 1b bahwa yang dimaksud dengan “potensi

dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial”, antara lain: a)

nilai kepahlawanan, kejuangan, dan keperintisan; b) kesetiakawanan sosial dan

kearifan lokal; c) peran serta organisasi sosial/lembaga sosial swadaya

masyarakat; d) kerelawanan sosial (tenaga kesejahteraan sosial masyarakat,

pekerja sosial, pekerja sosial masyarakat); e) tanggung jawab sosial dunia

usaha; f) penggalangan dana sosial; dan g) ketersediaan sarana dan prasarana

pelayanan kesejahteraan sosial.

Nilai kepahlawanan, kejuangan dan keperintisan merupakan nilai-nilai luhur

yang menjadi pondasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Nilai

kepahlawanan terwujud dalam sikap/semangat rela berkorban (integritas), nilai

kejuangan terwujud dalam sikap pantang menyerah, memiliki sikap tangguh,

Page 24: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 13

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

mampu bersaing, menghargai bangsa dan jasa para pahlawan serta tidak

individualistis. Nilai keperintisan terwujud dalam sikap/semangat berani

mengawali atau memulai sesuatu dan memiliki etos kerja yang tinggi. Melalui

internalisasi nilai-nilai kepahlawanan, kejuangan dan keperintisan dalam diri

setiap masyarakat maka akan tercipta individu yang gigih berjuang menghadapi

permasalahan hidup, menghargai sesama manusia, berani berinovasi dan

menciptakan sesuatu yang baru untuk kepentingan banyak orang.

Nilai kesetiakawanan sosial atau rasa solidaritas sosial merupakan potensi

spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kesetiakawanan sosial

merupakan nurani bangsa Indonesia yang merupakan suatu implementasi dari

sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan

tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-

masing. Semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama,

kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai

dasar penyelenggaraan kesejahteraan sosial, modal sosial (sosial capital) yang

ada dalam umat dan bangsa yang harus terus-menerus digali, dikembangkan

dan didayagunakan dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional

sebagaimana dirumuskan dalam sila kelima Pancasila yakni Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial,

kesetiakawanan sosial harus terus direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual

bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa yang

ingin mensejahterakan segenap warganya.

Keragaman Indonesia adalah modal untuk membangun bangsa dann

mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat. Nilai kearifan lokal mampu

menjadi perekat bangsa di mana di dalamnya terdapat nilai dan tatanan yang

dihormati dan dijadikan acuan oleh masyarakat Indonesia yang majemuk.

Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku

dalam kelompok masyarakat. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok

masyarakat yang akan menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan yang dapat

diamati melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kearifan lokal

merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat

antara lain melindungi dan mengolah lingkungan hidup secara lestari. Dengan

demikian, implementasi nilai-nilai kearifan lokal diwujudkan melalui perilaku

yang mengacu pada tatanan kehidupan dalam kelompok masyarakat juga

melalui upaya mengolah dan memanfaatkan potensi lokal yang ada secara

lestari untuk digunakan dalam keberlanjutan hidup. Dalam proses pembangunan

kesejahteraan sosial, nilai-nilai kearifan lokal menjadi salah satu input pokok

dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan seperti model pemberdayaan

Page 25: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 14

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

masyarakat berbasis kearifan lokal. Hal ini berarti bahwa kearifan lokal

mendapat apresiasi terhadap praktek-praktek penanggulangan kemiskinan yang

diinisiasi oleh pelaku-pelaku tingkat lokal dengan menjadikan kebijakan nasional

sebagai rambu-rambu dalam membangun kerjasama sinergitas pada berbagai

sektor.

Organisasi sosial merupakan suatu lembaga/yayasan/perkumpulan sosial yang

dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam

melaksanakan usaha kesejahteraan sosial baik dalam bentuk buah pemikiran,

keterampilan, tenaga, maupun material. Kontribusi organisasi sosial merupakan

pengejawantahan dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pelayanan

sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi

rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan

sosial". Saat ini ada 3 kelompok organisasi sosial yang masih menjadi sasaran

pemberdayaan yakni Karang Taruna, LK3, dan LKS. Di tahun 2019, Karang

Taruna yang diberdayakan 4,8% dari total 35.248; LK3 yang diberdayakan

sebanyak 3,09% dari total 16.144; dan LKS yang diberdayakan sebanyak

10,41% dari 16.600 LKS. Mengingat pentingnya peran ketiga organisasi sosial

ini dan dampak kehadirannya di tengah masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial masih dirasakan maka keberlanjutan “treatment”

pemberdayaannya masih menjadi bagian dari kebijakan Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial.

Dalam mengimplementasikan berbagai kegiatan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial di masyarakat, sifat kerelawanan sosial selalu menjadi

bagian yang tidak terpisahkan. Pekerja sosial masyarakat sebagai relawan sosial

adalah warga masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab

serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan kesetiakawanan

sosial secara sukarela mengabdi untuk membantu pemerintah dan masyarakat

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Di Indonesia ada 61.905 PSM

yang mengabdikan diri untuk memberikan waktu, tenaga dan pikirannya demi

mewujudkan terciptanya kesejahteraan sosial di lingkungannya. Dari populasi

tersebut, PSM yang mendapatkan pemberdayaan pada tahun 2019 adalah 1.695

atau 0,02 %. Selain PSM, sumber daya kesejahteraan sosial lain yang juga aktif

terlibat mendukung penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah tenaga

kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK). Jumlah TKSK se Indonesia adalah

7.201. Ada juga pekerja sosial yang konsentrasi pelayanannya lebih kepada

psikososial maupun konseling. Jumlah pekerja sosial non ASN di Indonesia yang

terdata sebanyak 1.037 dan telah diberdayakan oleh Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial sebanyak 11,57% atau 119 orang.

Selain partisipasi dari organisasi sosial maupun individu relawan sosial, badan

usaha juga memiliki andil yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat dan

Page 26: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 15

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

merupakan potensi sumber yang perlu mendapat perhatian khusus dalam

pendayagunaannya. Berdasarkan Pasal 7 Permensos No.6/2016 tentang

Tanggung Jawab Sosial Badan Usaha Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial, badan usaha baik swasta maupun pemerintah memiliki tanggung jawab

sosial yang harus dilaksanakan baik secara internal badan usaha maupun secara

eksternal. Secara internal, ada 5 komitmen badan usaha untuk melaksanakan

tanggung jawab sosialnya yakni : 1)tidak membedakan SARA (memberikan

kesempatan yang sama) kepada PPKS pada saat rekruitmen karyawan

perusahaan; 2)meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat di lingkungan

badan usaha; 3)menjadikan kesetaraan dan non-diskriminasi sebagai dasar

dalam memperlakukan karyawan dan keluarga PPKS; 4)melaksanakan sistem

perlindungan dan jaminan sosial bagi karyawan; dan 5)menyediakan pelayanan

sosial dasar kepada karyawan dan keluarganya. Secara eksternal, ada 5

komitmen badan usaha terkait tanggung jawab sosialnya meliputi: 1)

memberikan prioritas kesempatan kerja kepada PMKS sekitar perusahaan

sesuai kebutuhan dan persyaratan; 2)mengutamakan sumber daya lokal di

lingkungannya; 3)memberikan dukungan dalam penyediaan berbagai fasilitas

sosial bagi masyarakat terutama PMKS; 4)mendukung pembangunan sosial

berkelanjutan berwawasan lingkungan; dan 5)melaksanakan pemberdayaan

sosial terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Berdasarkan data BPS, pada

tahun 2017 jumlah badan usaha milik negara (BUMN) adalah 118 meliputi

Persero 84, Persero Terbuka 20 dan Perusahaan Umum 14. Sedangkan jumlah

badan usaha swasta non pertanian berdasarkan Sensus Ekonomi tahun 2017

sebanyak 26,71 juta (98,33% berskala usaha mikro kecil dan 1,67% berskala

usaha besar). Untuk memudahkan koordinasi dan sinkronisasi program antar

badan usaha dan pemerintah dibentuk forum CSR yang berkedudukan di setiap

provinsi.

Salah satu bentuk pemberdayaan sosial untuk meningkatkan peran serta

lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah penggalangan dana sosial.

Partisipasi publik untuk pendanaan kesejahteraan sosial bisa melalui dunia usaha

terkait penyelenggaraan UGB yang dikelola Kementerian Sosial untuk disalurkan

kepada PPKS dan melalui PUB yang dikelola dan disalurkan langsung oleh

masyarakat untuk pemenuhan sarana pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup,

olahraga, RTLH serta penanganan korban bencana. Untuk mewadahi

antusiasme dan kepedulian masyarakat dalam upaya penggalangan dana donasi

dan demokrasi filantropi maka Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

menyediakan aplikasi SIMPPSDBS dan e-Sabi. Melalui aplikasi ini, masyarakat

dapat berpartisipasi dengan mudah dalam penyelenggaraan penggalangan dana

dan dapat mengakses layanan publik dalam hal perizinan.

Page 27: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 16

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial khususnya terkait program/kegiatan bidang pemberdayaan sosial,

disediakan berbagai sarana prasarana baik yang sifatnya online maupun tidak.

Sarana prasarana terkait program/kegiatan pemberdayaan sosial meliputi: pusat

kesejahteraan sosial (Puskesos) di tingkat desa/kelurahan dan SLRT di tingkat

kabupaten/kota sebagai sarana pengaduan, rujukan dan keluhan program-

program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

Gambar 6 : Potensi dan Sumber Daya Kesejahteraan Sosial

2). Sumber Daya Manusia (ASN dan PPNPN)

Pegawai merupakan salah satu sumber daya utama di Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial yang memastikan kegiatan serta proses kerja baik yang

berkaitan dengan tugas dan fungsi utama, maupun fungsi penunjang berjalan

dengan baik. Jumlah pegawai di Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial per

Maret 2020 adalah 295 orang dengan rincian pegawai ASN sebanyak 204 orang

dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri sebanyak 91 orang.

Page 28: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 17

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Gambar 7 : Data ASN dan PPNPN per Maret 2020

3) Sentralisasi dan Digitalisasi Data Pemberdayaan Sosial

Dalam merealisasikan program/kegiatan, data menjadi salah satu komponen

inti. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019

tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, DTKS meliputi 1) Data

PPKS; 2) Data penerima bantuan dan pemberdayaan sosial; 3) Data Potensi

dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS); 4) Data lembaga pemberi layanan

kesejahteraan sosial seperti LKS, panti dan balai kesejahteraan sosial.

Page 29: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 18

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

DTKS digunakan sebagai sumber data utama dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial agar dapat dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan

berkelanjutan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah/atau masyarakat.

DTKS digunakan sebagai upaya pemerintah dalam menentukan sasaran atau

penerima manfaat program tepat sasaran. Basis data ini berisi informasi sosial

ekonomi dan demografi dari sekitar 40% (empat puluh persen) penduduk di

Indonesia yang paling rendah status kesejahteraannya. Cakupan dari 40%

(empat puluh persen) penduduk dengan kondisi sosial ekonomi terendah.

Rumah tangga yang ada dalam DTKS ini dapat diurutkan menurut peringkat

kesejahteraannya.

Untuk pendataan PSKS bidang pemberdayaan sosial baik perorangan maupun

lembaga dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah

daerah mengingat keberadaan beberapa data PSKS berasal dari dinas sosial

provinsi/kabupaten seperti data PSM dan karang taruna. Selain itu, pendataan

warga KAT purnabina yang memiliki NIK juga menjadi tanggung jawab

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial yang sumbernya berasal dari

pendamping lokal KAT. Mengingat sumber data PSKS maupun PPKS yang

tersebar di seluruh Indonesia, maka dibutuhkan strategi pendataan secara

digital yang bermuara pada pemusatan data bidang pemberdayaan sosial.

Upaya sentralisasi dan digitalisasi data akan menjadi fokus Direktorat Jenderal

Pemberdayaan sosial yang akan dilaksanakan ke depan.

4) Program Prioritas Nasional

Sebagai unit kerja Eselon I, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial selalu siap

dan mendukung program-program prioritas nasional yang ditetapkan setiap

tahunnya melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Pada periode 2015-2019

beberapa kegiatan pemberdayaan sosial ditetapkan sebagai prioritas nasional

meliputi pemberdayaan terhadap keluarga komunitas Kelompok Adat Terpencil,

TKSK yang memperoleh pemberdayaan, penyaluran beras sejahtera (Rastra),

penyelenggaraan SLRT dan Puskesos. Hal ini tentu saja menjadi motivasi serta

peluang bagi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial untuk semakin

berkinerja baik dan maksimal sehingga bisa memberikan konstribusi yang lebih

banyak dalam rangka mendukung program prioritas nasional.

5) Partisipasi dalam Kebijakan Program Perlindungan Sosial yang

Komprehensif dan Adaptif

Perlindungan sosial komprehensif diimplementasikan melalui integrasi program

penanggulangan kemiskinan (sinergi dan terpadu). Semua kebijakan dan

program dalam penanganan kemiskinan dan ketimpangan harus dijalankan

secara terpadu dan terintegrasi antara kementerian /lembaga/daerah, agar

memberikan outcome yang berdampak luas. Melalui program perlindungan

Page 30: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 19

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

sosial yang komprehensif, seluruh stakeholder berpartisipasi aktif dalam

penanganan kemiskinan, dan seluruh kebijakan program penanganan

kemiskinan di kementerian/lembaga terintegrasi secara nasional dalam satu

pintu terutama dalam penggunaan basis data terpadu atau DTKS yang

diterbitkan oleh Kementerian Sosial dalam penentuan kriteria penerima

program penanggulangan kemiskinan.

Konsep perlindungan sosial adaptif berangkat dari pemikiran sustainable

livelihood framework, yaitu bahwa kekurangan kemampuan seseorang untuk

menghadapi berbagai macam risiko dan kerentanan merupakan penyebab

jatuhnya seseorang ke jurang kemiskinan. Perlindungan sosial adaptif harus

mensinergikan tiga aspek, yaitu: perlindungan sosial, adaptasi perubahan iklim,

dan pengurangan risiko bencana. Kebijakan perlindungan sosial adaptif saat ini

berfokus pada respon bencana. Diantaranya memperluas cakupan program

bantuan sosial eksisting untuk mencakup rumah tangga terdampak bencana,

termasuk perluasan PKH, Program Sembako, dan bantuan korban bencana

sosial pada masa dan pasca Covid-19.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial sebagai unit kerja yang mengelola

dana Hibah Dalam Negeri yang diperoleh melalui UGB dan PUB setiap tahunnya

selalu mempersiapkan langkah strategi untuk bisa merespon dengan cepat

apabila terjadi bencana baik alam maupun non alam. Dana bantuan sosial

masyarakat ini diperuntukkan bagi PPKS atau penyandang risiko sosial lainnya

yang penyalurannya oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial maupun unit

kerja terkait lainnya. Selain berpartisipasi melalui sumber dana bantuan sosial,

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial juga merespon cepat dampak

Pandemi Covid-19 serta mempersiapkan kegiatan pasca Covid-19 termasuk

upaya pemberdayaan bagi kelompok-kelompok usaha keluarga KPM PKH

graduasi yang terdampak seperti pemberian pendampingan profesional,

peningkatan keterampilan, pengelolaan usaha, peningkatan akses pasar serta

pemberian akses pendanaan usaha yang diintegrasikan dengan program

Kementerian/Lembaga lain.

6) Penjangkauan Layanan Sosial Dasar dan Pengembangan

Penghidupan Secara Berkelanjutan

Kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial akan mengutamakan

pendekatan penghidupan berkelanjutan untuk memastikan penduduk miskin

dan rentan memperoleh akses penjangkauan pelayanan sosial dasar seperti

akses terhadap administrasi kependukan yaitu kepemilikan Nomor Induk

Kependudukan (NIK) dan akta kelahiran, akses layanan pendidikan khususnya

bagi anak usia sekolah, akses layanan kesehatan dan gizi, akses perumahan

permukiman yang layak, akses terhadap bantuan usaha ekonomi dan

Page 31: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 20

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

peningkatan kemampuan keluarga, serta akses pelayanan dan rehabilitasi sosial

yang inklusif khususnya bagi penyandang disabilitas, anak, dan lansia.

Dalam rangka memberi kemudahan bagi masyarakat miskin dan rentan yang

belum memiliki NIK, akte kelahiran dan akses layanan dasar lainnya, Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial melalui SLRT dan Puskesos menjadi media yang

berperan penting terhadap kebutuhan masyarakat miskin tersebut. SLRT yang

berkedudukan di kabupaten/kota dan Puskesos yang berkedudukan di

desa/kelurahan mampu menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat, baik

dalam bentuk pengaduan, pertanyaan, keluhan, maupun rujukan. Terkait akses

layanan dasar penyandang disabilitas, anak dan lansia kedepan akan menjadi

pertimbangan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial agar bisa diintegrasikan

melalui SLRT dan Puskesos. Sedangkan untuk akses terhadap bantuan usaha

maupun pendanaan lainnya, juga menjadi fokus kegiatan dalam 5 tahun ke

depan. Untuk pengembangan penghidupan secara berkelanjutan, Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial memberdayakan keluarga miskin dan rentan

melalui kewirausahaan sosial sebagai model yang tepat untuk menurunkan

angka kemiskinan.

7) Kerjasama antar pemerintah, pemerintah daerah dan badan/dunia

usaha

Kemitraan pemerintah dan dunia usaha ditujukan untuk memecahkan

permasalahan yang ada di masyarakat dengan melibatkan berbagai sektor.

Untuk permasalahan mengenai kesejahteraan sosial, bentuk tanggung jawab

badan usaha salah satunya diimplementasikan melalui forum CSR. Forum ini

bertugas membangun kesepahaman dan kemitraan dengan badan usaha dan

masyarakat dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial; memberikan

data dan informasi kepada badan usaha mengenai jenis dan permasalahan

sosial, serta program penanganannya; mendorong dan mengajak badan usaha

untuk berperan aktif dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial; dan melakukan asistensi, advokasi, dan fasilitasi terhadap

badan usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Bentuk-bentuk

kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha yang dikoordinasikan melalui

FCSR seperti Pelatihan Wirausaha untuk Penyandang Tuna Daksa di Pondok

Bambu oleh CSR PT.ASTRA Tbk, Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni

30 Unit Selama 2017-2019 oleh CSR Paiton Energy. Program pengembangan

kegiatan ekonomi / usaha keluarga mandiri dan desa 2017-2019 (USD

788,232), program bantuan dana Pendidikan dan penguatan Pendidikan (USD

235,743) dari CSR Conoco Phillips Ltd.

Page 32: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 21

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

8) Sumber Pembiayaan

Sumber utama pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, adalah

APBN baik yang dilaksanakan oleh Pusat maupun melalui mekanisme

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Selain itu, terdapat juga dukungan

sumber dana bantuan sosial dari masyarakat yaitu Hibah Dalam Negeri yang

dihimpun dari pajak undian penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah.

Disamping dana UGB terdapat partisipasi sosial masyarakat lainnya dalam

pengumpulan dana yang penyelenggaraan dan pengelolaannya diserahkan ke

masyarakat yaitu Pengumpulan Uang Dan Barang (PUB) dari masyarakat dalam

suatu wilayah. Penyelenggaraan ini diatur melalui UU No. 9 Tahun 1961 tentang

Pengumpulan Uang dan Barang. Dana PUB dikumpulkan lebih bersifat charity

dan semangat untuk membantu, gotong royong serta nilai kesetiakawanan

sosial.

Sumber pendanaan dan bantuan sosial dari PUB dan UGB tersebut tentu saja

merupakan potensi dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial terkait

dengan percepatan penanganan PPKS khususnya dalam kebutuhan respon

cepat pada masa kedaruratan bencana serta kelompok risiko sosial.

9) Sistem Layanan dan Informasi berbasis Teknologi

Penataan sistem manajemen dan prosedur kerja di lingkungan Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial, kinerja internal dan layanan publik dapat

terwujud dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi (TI) mencakup aktivitas yang saling berkaitan

yaitu pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses

kerja secara elektronis. Maka dari itu, pemanfaatan teknologi informasi

merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan saling berhubungan dalam proses

kerja sebagai suatu sistem.

1.2.2 Permasalahan

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program perlindungan sosial dan

penanggulangan kemiskinan yang diamanatkan pada Kementerian Sosial,

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial selalu mengacu pada regulasi dan

kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pelaksanaan perluasan cakupan

pelayanan dasar dan perlindungan sosial masih banyak terkendala dengan

keserasian pendataan penduduk. Data penentuan target baik pelayanan dasar

maupun perlindungan sosial telah berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK).

Namun demikian, masih banyak penduduk yang belum melaporkan,

menyelaraskan, maupun mencatatkan NIK tersebut, atau bahkan belum memiliki

NIK. Permasalahan mengenai kepemilikan NIK masih menjadi kendala bagi warga

Komunitas Adat Terpencil. Masih terdapat warga KAT purnabina yang belum bisa

mengakses pelayanan dasar bahkan belum bisa menerima program-program

perlindungan sosial karena belum memiliki NIK. Selain itu, pendataan warga KAT

yang memiliki NIK dilakukan oleh pendamping lokal KAT sehingga jika tidak

dilakukan pendataan pendamping lokal KAT dan berkoordinasi secara rutin dengan

Page 33: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 22

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

dinas sosial kabupaten/kota maka data warga KAT yang ber-NIK tidak dapat

terinformasi dengan cepat.

Untuk mengidentifikasi berbagai keluhan, rujukan dan penanganan keluhan

masyarakat terkait program-program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan termasuk di dalamnya pengurusan dokumen kependudukan (KTP,KK);

kesehatan (kartu BPJS, KIS); Pendidikan (kartu Indonesia Pintar), Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial membentuk sistem layanan satu pintu yang

terintegrasi baik dalam hal informasi, data dan layanan. Melalui SLRT kebutuhan

masyarakat miskin yang belum menerima program perlindungan sosial tercatat

kepesertaannya. SLRT berkedudukan di kabupaten/kota dan saat ini telah ada di

150 kabupaten/kota se Indonesia yang dibentuk menggunakan APBN. Peran dan

fungsi SLRT yang begitu penting untuk mendukung percepatan penanggulangan

kemiskinan diharapkan menjadi motivasi bagi setiap Kepala Daerah agar segera

membentuk SLRT di wilayahnya. Partisipasi daerah untuk terlibat dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial sangat penting demi tercapainya

kesejahteraan masyarakat.

Permasalahan lain yang timbul kemudian adalah bagaimana memiliki sistem

pengawasan dan kontrol terhadap ketepatan sasaran penerima bantuan sosial

maupun program-program perlindungan sosial dari tingkat desa-kecamatan-

kabupaten-bahkan sampai provinsi. Sistem layanan sudah tersedia namun

personil/lembaga untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan, melakukan

pendampingan, menjadi inisiator, motivator, menjadi konselor, atau untuk

mengakomodir keberlangsungan program-program tersebut juga tetap harus

diperhatikan. Di tingkat desa/kelurahan, ada pekerja sosial masyarakat (PSM)

sebagai relawan sosial bekerja tanpa pamrih yang bertugas di desa/kelurahannya

masing-masing terlibat langsung di masyarakat untuk mendukung

penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Demikian pula karang taruna sebagai

organisasi sosial bentukan masyarakat desa/kelurahan yang mewadahi kegiatan-

kegiatan sosial, kepemudaan, keagamaan bahkan turut memberikan andilnya

dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial di desa. Di tingkat

kecamatan, bertugas tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) yang

berfungsi untuk koordinasi dan memfasilitasi masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial. Selain itu, TKSK juga berperan sebagai pendamping program

pemerintah. Di kabupaten, ada LK3 yang membantu menangani permasalahan

sosial dalam keluarga melalui layanan konseling, advokasi dan rujukan. Di lokasi

KAT, ada pendamping lokal KAT yang membantu warga KAT selama proses

pemberdayaan berlangsung.

Pendamping lokal KAT menjadi mediator antara warga komunitas dengan pihak-

pihak yang terlibat dalam proses pemberdayaan. Pendamping lokal adalah orang

yang mampu beradaptasi dengan komunitas dan lokasi KAT. Komponen dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dikenal dengan istilah PSKS ini perlu

mendapat perhatian yang serius. Keberadaan mereka di wilayah tugas menjadi

garda terdepan untuk berperan aktif bersinergi dengan pemerintah dalam upaya

penyelenggaraan kesejahteraan sosial maupun penanggulangan kemiskinan patut

Page 34: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 23

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

mendapat apresiasi dan dukungan yang regular baik dalam bentuk bantuan

operasional, tali asih, terlebih khusus peningkatan kapasitas yang

berkesinambungan. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kualitas layanan

kesejahteraan sosial yang diberikan kepada masyarakat. Selain peningkatan

kapasitas, pendataan secara berkala untuk melakukan reviu status keaktifan PSKS

juga memerlukan sistem yang lebih fleksibel dan valid agar jika terjadi kekosongan

bisa segera ditindaklanjuti.

Selain untuk kelompok masyarakat miskin dan rentan, pelaksanaan program

perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan untuk

keluarga yang memiliki usaha namun masih pada level skala yang sangat kecil

(ultra mikro). Usaha yang lahir karena desakan ekonomi/lingkungan/

keterpanggilan sosial dan atau kemampuan membaca peluang ini tumbuh dan

berkembang dengan modal yang terbatas. Kelompok ini masih sangat memerlukan

pendampingan, pembinaan terkait strategi pasar, bahkan pendanaan untuk bisa

lebih bersaing dan lebih mengembangkan usaha mereka agar asset yang dimiliki

lebih berdayaguna luas untuk kesejahteraan anggota-anggotanya. Upaya

pendampingan atau pemberdayaan terhadap kelompok usaha ini tentunya

diharapkan bisa membantu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan

keluarga yang memiliki usaha rintisan tersebut. Pemberdayaan sosial ekonomi

juga dilakukan terhadap komunitas warga KAT yang diintervensi langsung oleh

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial melalui bantuan usaha ekonomi

produktif.

Selain masalah-masalah yang disebutkan di atas, hal lain yang menjadi kendala

dalam bidang pemberdayaan sosial adalah belum terakomodirnya semua regulasi

bidang pemberdayaan sosial yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan

program/kegiatan. Demikian halnya dengan sumber-sumber pembiayaan untuk

penyelenggaraan kesejahteraan sosial masih perlu dimaksimalkan lagi khususnya

program prioritas nasional di bidang pemberdayaan sosial.

Kompleksitasnya permasalahan kemiskinan ini, diperlukan strategi dan kebijakan

khususnya di bidang pemberdayaan sosial agar dapat bersinergi dan berdampak

terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Ada beberapa permasalahan

yang dihadapi dalam pelaksanaan program pemberdayaan sosial yakni (1)

memastikan kemandirian sosial ekonomi bagi kelompok usaha keluarga penerima

manfaat dan warga KAT; (2) memastikan layanan terpadu penanggulangan

kemiskinan diselenggarakan di seluruh kabupaten/kota se Indonesia; dan (3)

memastikan PSKS berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; (4)

penataan regulasi bidang pemberdayaan sosial; dan (5) sumber pembiayaan

pelaksanaan program prioritas nasional bidang pemberdayaan sosial.

Page 35: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 24

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

1.2.2.1 Memastikan Kemandirian Sosial Ekonomi bagi Kelompok Usaha KPM

dan Warga KAT

Kemandirian sosial ekonomi seyogyanya mengarah pada kemampuan yang dimiliki

masyarakat untuk memikirkan serta memutuskan sesuatu dalam memecahkan

masalah secara sosial ekonomi. Dengan demikian ketika ada kendala yang ditemui

maka akan mengupayakan jalan keluar menggunakan kemampuan / daya sendiri.

Dalam upaya memastikan kelompok-kelompok usaha KPM dan warga KAT memiliki

kemandirian sosial ekonomi, ada beberapa hal yang menjadi persoalan yakni:

a. Terbatasnya akses pendanaan

Kelompok usaha ultra mikro yang dirintis oleh keluarga penerima manfaat

Program Keluarga Harapan (PKH) masih memiliki kendala dalam mengakses

pendanaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh SMeru dan

Mahkota pada Maret 2019 di empat lokasi yakni Kota Surakarta, Kabupaten

Bandung Barat, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Indramayu terhadap 200

rumah tangga penerima PKH dengan total responden sebanyak 539 orang

menemukan bahwa mata pencaharian anggota keluarga PKH terbagi menjadi

empat kategori utama: pekerja pertanian (termasuk pemilik pertanian,

pengelola pertanian, dan buruh di pertanian orang lain) - 36 persen; pemilik

usaha mikro kecil menengah (UMKM) - 18 persen; karyawan dengan upah di

sektor formal dan informal - 38 persen; dan pekerja keluarga yang tidak

dibayar - 8 persen. Sebanyak 18% pemilik UMKM telah mendapat perhatian

dari pemerintah setempat dalam hal pemberian bantuan modal kepada pemilik

usaha, skema hibah dan pinjaman terbatas tetapi karena sebagian besar bisnis

mereka baru lahir dan berskala kecil, sehingga sulit untuk membuktikan

kelayakan mereka memperoleh pinjaman kepada lembaga pemberi pinjaman.

Selain itu, mereka juga tidak memiliki jaminan yang memadai untuk membantu

menjamin pinjaman mereka. Sebagian besar responden PKH juga menghindari

risiko dan memilih untuk tidak mengajukan pinjaman yang mungkin tidak

dapat mereka bayar. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan strategi untuk

membantu akses pendanaan bagi UMKM dengan mempertimbangkan hasil

penelitian tersebut.

b. Terbatasnya keterampilan mengelola usaha

Dalam rangka pengelolaan usaha bagi UMKM, diperlukan intervensi melalui

pelatihan keterampilan yang diberikan oleh motivator atau pelaku UMKM

sukses agar usaha rintisan keluarga penerima PKH memiliki kemampuan

mengelola usaha yang baik, misalnya mengenai keterampilan beternak yang

baik, bagaimana mengelola pembukuan yang baik, bagaimana cara bertani

yang efektif, bagaimana strategi pemasaran yang baik, bahkan perlu juga

diajarkan bagaimana mengurus ijin usaha industri rumah tangga (PIRT).

Page 36: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

c. Perlunya pendampingan ekonomi dan pendampingan sosial

Kegiatan pendampingan ekonomi dilakukan oleh pihak yang sudah

professional dan memiliki pengalaman serta sukses di bidangnya. Membangun

hubungan yang kuat antara pelaku UMKM dengan pihak yang berkompeten

melalui pendampingan yang regular akan memberikan kepercayaan diri bagi

pengusaha UMKM dan membangun rasa optimis terhadap bisnis yang

dijalankan. Kegiatan pendampingan sosial dilakukan oleh TKSK agar

kepercayaan diri penerima manfaat tumbuh dan mampu untuk berinteraksi

dengan lingkungan dan para mitra usaha lainnya.

d. Terbatasnya dukungan dari mitra

Masih terbatasnya ruang lingkup usaha mikro yang dikelola oleh keluarga

miskin KPM PKH menyebabkan jangkauan kemitraan mereka juga sangat

terbatas. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan strategi untuk mengarahkan

kelompok UMKM ini pada jaring kemitraan yang lebih luas dengan tetap

memperhatikan efektivitas dan efisiensi usaha. Melalui kemitraan untuk

pendanaan atau akses pemasaran nantinya UMKM akan lebih berkembang dan

berkelanjutan.

e. Terbatasnya akses warga KAT terhadap kebutuhan dasar dan layanan sosial

dasar

Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) untuk warga

KAT harus dibarengi dengan pendekatan pembangunan manusia (human

development) yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan yang

orientasinya pada pelayanan sosial dasar melalui pemenuhan kebutuhan dasar

dan kebutuhan pokok (basic needs) berupa pelayanan sosial di sektor

kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan pendapatan serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dari 138.972 KK warga KAT yang

belum diberdayakan perlu dipersiapkan kebijakan dan langkah strategi yang

akan ditempuh termasuk dalam hal pendanaan guna memaksimalkan

pelaksanaan pemberdayaan bagi warga KAT.

1.2.2.2 Memastikan Layanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan

Diselenggarakan di Seluruh Kabupaten/Kota se Indonesia

Sejak tahun 2016, telah dibentuk SLRT dan Puskesos sebagai layanan terpadu dan

terintegrasi satu pintu terkait permasalahan sosial di masyarakat. Kehadiran SLRT

dan Puskesos sangat efektif membantu masyarakat yang memerlukan layanan

informasi, keluhan dan rujukan tentang program-program pemerintah dalam

rangka penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu sangat diharapkan partisipasi

pengambil kebijakan di tingkat kabupaten/kota untuk ikut serta mendukung upaya

penanggulangan kemiskinan melalui pembentukan SLRT dan Puskesos ini. Masih

ada 359 dari 514 kab/kota di Indonesia yang belum membentuk SLRT dan 77.405

Page 37: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 26

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

dari 83.931 desa/kelurahan yang belum memiliki Puskesos. Beberapa

permasalahan yang dihadapi:

a. Belum ada komitmen yang kuat dari pemerintah daerah

Kebutuhan masyarakat untuk mengakses multi-layanan sosial dari multi-

birokrasi menyebabkan berbagai masalah yang kerap muncul di instansi

pemerintah terkait, misalnya dokumen masyarakat yang tercecer,

menumpuknya arsip di meja petugas, belum teregister di pembukuan, ataupun

dokumen yang belum ditandatangani pejabat. Berbagai kondisi ini

menyebabkan waktu masyarakat yang mengurus dokumen terbuang percuma

karena harus antri menunggu penyelesaian berkas bahkan harus menunggu

berhari-hari lamanya. Layanan SLRT dan Puskesos yang terintegrasi dengan

berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), mulai dari dinas kependudukan

dan catatan sipil, dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas sosial, dinas PUPR,

serta dinas ketenagakerjaan menyebabkan pembentukan layanan terpadu ini

memerlukan kesepahaman dan kesamaan visi untuk turut mendukung

penanggulangan kemiskinan dengan menghilangkan ego sektoral. Perlu ada

komitmen kuat dari setiap OPD agar menjadi pijakan kepala daerah untuk

mengusulkan pembentukan SLRT beserta Puskesos di tingkat desa.

b. Terbatasnya alokasi anggaran

Pembentukan maupun pengembangan SLRT dan Puskesos membutuhkan

anggaran yang tidak sedikit. Kebutuhan sarana-prasarana serta perlengkapan

pendukung dan juga ketersediaan sumber daya manusia menjadi salah satu

pertimbangan dalam pembentukan SLRT dan Puskesos mengingat layanan ini

sifatnya berkelanjutan, tidak berhenti setelah dibentuk. Setiap tahun

disediakan anggaran dari APBN untuk pembentukan SLRT dan Puskesos,

namun Pemerintah tidak menutup peluang bagi SLRT/Puskesos mandiri.

Kemampuan daerah yang berbeda-beda menyebabkan ketidakmerataan

terbentuknya layanan terpadu ini karena antar daerah justru saling berlomba

untuk mendapat dukungan dari APBN. Oleh karena itu, diperlukan strategi

yang tepat untuk bisa memotivasi daerah agar berpartisipasi secara cepat

dalam pembentukan SLRT maupun Puskesos.

1.2.2.3 Memastikan PSKS Perorangan/Lembaga terus Berperan Aktif dalam

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran PSKS perorangan/lembaga seperti PSM,

TKSK, pekerja sosial maupun karang taruna di dalam masyarakat menjadi garda

terdepan sebagai alternatif pengaduan pertama masyarakat miskin ketika

menemukan permasalahan sosial terkait program-program pemerintah atau

program-program perlindungan sosial. Kehadiran PSKS di tengah masyarakat

tentunya berdampak positif ketika mereka telah dekat dengan masyarakat.

Kapabilitas PSKS dalam merespon secara cepat dan tanggap terhadap

Page 38: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 27

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

permasalahan sosial menunjukkan kemampuan peran aktif mereka tidak perlu

diragukan lagi. Meskipun demikian, masih ada beberapa permasalahan yang

dihadapi yakni:

a. Terbatasnya kapasitas PSKS perorangan dan lembaga

Peran PSKS dalam mengawal program-program pemerintah khususnya bidang

pemberdayaan sosial adalah sangat penting. Oleh karena itu diperlukan

peningkatan kapasitas bagi PSKS perorangan, baik dalam hal penguasaan

program, keterampilan teknis untuk menjadi perantara pemerintah dan

masyarakat, skill teknis pemberdayaan sosial, maupun terkait perilaku dan

sikap kerja seorang PSKS berdasarkan ketentuan undang-undang. Kapasitas

yang dimiliki akan menjadi modal kuat PSKS untuk semakin berperan aktif

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Demikian halnya dengan PSKS

lembaga, kehadiran lembaga di bidang kesejahteraan sosial di masyarakat

diharapkan mampu memberikan solusi bagi permasalahan sosial yang dialami

oleh keluarga yang berkonflik, menjadi pilar pendukung pembangunan di

desa/kelurahan, menjadi media konseling bagi klien sosial, atau menjadi

sarana rujukan keluhan, pertanyaan terhadap berbagai program-program

perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

b. Belum tersedianya Basis Data PSKS

Dalam pelaksanaan program/kegiatan, data menjadi hal yang sangat penting

dalam perencanaan baik anggaran maupun strategi kegiatan. Peningkatan

kualitas PSKS perorangan dan lembaga akan menunjukkan hasil yang

signifikan jika tersedia data sasaran kegiatan yang lengkap dan akurat. Oleh

karena itu, perlu dipersiapkan kebijakan yang tepat untuk mengakomodir

tersentralnya data PSKS yang dibutuhkan mulai dari tools pendataan, sistem,

metode, server data, dashboard data, bahkan personil yang kompeten untuk

membuat dan maintenance basis data.

c. Pengukuran Indeks Partisipasi Sosial yang belum mengakomodir semua SDM

Kesejahteraan Sosial dan PSKS Lembaga

Indeks Partisipasi Sosial mengukur tingkat partisipasi potensi sumber

kesejahteraan sosial lingkup Ditjen Pemberdayaan Sosial baik PSKS

perorangan (PSM, TKSK, Pekerja Sosial) maupun PSKS lembaga meliputi LKS,

Karang Taruna, SLRT, Puskesos, LK3 dan CSR/ForumCSR. Penyusunan indeks

partisipasi sosial juga dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja Ditjen

Pemberdayaan Sosial khususnya untuk mendapatkan ukuran sejauh mana

keberhasilan dan pencapaian dalam upaya pemberdayaan dan pendayagunaan

PSKS. Indeks yang dicapai digunakan sebagai salah satu informasi kualitas

kinerja organisasi dan satuan kerja baik di pusat maupun daerah yang

kemudian dijadikan masukan dalam menyusun/melaksanakan program

kerja/kegiatan agar lebih baik. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial pada

tahun 2018 telah menyusun alat ukur awal untuk melihat partisipasi PSKS

Page 39: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 28

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

perorangan yaitu Indeks Partisi Sosial Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang

akan dikembangkan untuk membuat indeks partisipasi bagi PSKS perorangan.

Pengukuran IPS Pekerja Sosial Masyarakat kemudian dilakukan pada tahun

2019 dan dilanjutkan dengan penyusunan alat ukur partisipasi Tenaga

Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Pada tahun 2019 juga dilakukan

penyusunan awal alat ukur untuk melihat partisipasi dari PSKS Lembaga yaitu

Karang Taruna. Namun demikian setelah dilakukan uji coba atas alat ukur

tersebut, perlu dilakukan perbaikan agar lebih sederhana dan implementatif.

Sehingga sampai saat ini alat ukur yang tersedia belum mengakomodir semua

PSKS lingkup Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial. Oleh karena itu

diperlukan strategi khusus dalam mengembangkan alat ukur yang ada agar

dapat digunakan untuk mengukur partisipasi PSKS lainnya dengan tetap

memperhatikan karakter tugas dan fungsi masing-masing PSKS.

1.2.2.4 Penataan Regulasi Bidang Pemberdayaan Sosial

Pelaksanaan program pemberdayaan sosial selalu mengacu pada ketentuan

perundang-undangan dan regulasi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh karena

itu, perlu melakukan kajian, penelitian, evaluasi dan reviu terkait regulasi yang

digunakan dan jika diperlukan melakukan simplifikasi/omnibus law melalui

penyederhanaan atau pencabutan, perevisian atau penggabungan beberapa

regulasi yang substansinya hampir sama satu dengan lainnya, masih tumpang

tindih, atau bertentangan. Perlu juga untuk melakukan penguatan regulasi

terhadap kegiatan kewirausahaan sosial.

1.2.2.5 Sumber Pembiayaan Pelaksanaan Program Prioritas Nasional Bidang

Pemberdayaan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial yang dilakukan secara komprehensif dan

menyeluruh tentunya membutuhkan pendanaan yang memadai. Selama ini

pembiayaan program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan

bersumber dari APBN dan juga APBD. Program pemberdayaan sosial yang memiliki

beberapa program prioritas nasional perlu didukung dengan pendanaan yang

memadai.

Page 40: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 29

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

BAB II Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

2.1 Visi

Memperhatikan masalah nasional, tantangan pembangunan yang dihadapi dan

capaian pembangunan selama ini, visi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

diarahkan pada visi Kementerian Sosial yang mendukung visi Pembangunan

Nasional tahun 2020-2024 :

“Kementerian Sosial yang andal, profesional, dan inovatif, serta

berintegrasi untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil

Presiden : Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Mengacu pada visi Kementerian Sosial maka visi Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Sosial dirumuskan sebagai berikut:

“Mewujudkan Masyarakat yang Berdaya dan Mandiri untuk

mendukung visi Kementerian Sosial yang andal, profesional, dan

inovatif, serta berintegrasi.”

Melalui visi ini Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial diharapkan mampu

berkontribusi besar dan menunjukkan peran aktif serta capaian kinerja yang

signifikan melalui program pemberdayaan sosial. Dengan demikian, tantangan

pembangunan kesejahteraan sosial bidang pemberdayaan sosial mampu dijawab

tanpa melupakan aspek ekonomi sebagai rangkaian dalam pembangunan bangsa

sehingga. Visi ini diharapkan dapat membangun manusia Indonesia menjadi

masyarakat yang mandiri, berfungsi, dan terinklusi dari rencana pembangunan.

Tidak hanya itu, visi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Tahun 2020-2024

yang mendukung visi Kementerian Sosial diharapkan dapat berkontribusi dalam

menurunkan jumlah penduduk miskin dan rentan; meningkatkan kemandirian dan

keberfungsian sosial; dan peningkatan pendapatan penduduk miskin dan rentan.

Sebagai salah satu Unit Kerja Eselon I di Kementerian Sosial, Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan sosial

mengarahkan semua program dan kegiatan untuk menjadikan warga negara yang

mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya. Hal ini bermuara pada kemandirian masyarakat sehingga

mampu berdiri di atas kaki sendiri. Kemandirian masyarakat ini tidaklah cukup,

masih memerlukan inovasi, kreativitas, integritas dan etos kerja masyarakat. Oleh

karena itu, masyarakat juga memerlukan penguatan nilai-nilai kebangsaan

sehingga membentuk kepribadian masyarakat yang tangguh dan gigih menghadapi

tantangan hidup di berbagai bidang.

Page 41: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 30

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Kepribadian yang tangguh dan gigih harus dicerminkan dalam setiap kehidupan,

khususnya dalam pengembangan nilai-nilai budaya dan sosial yang merupakan

modal sosial bagi Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai lokal yang menjiwai

semangat gotong royong. Nilai-nilai lokal ini melekat dalam sistem sosial

masyarakat yang mencakup; keluarga, lembaga sosial masyarakat, dan pranata

sosial. Visi tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan pembangunan

kesejahteraan sosial yang semakin kompleks dan masif. Visi ini tidak hanya

menjadikan kemapanan ekonomi sebagai fokus utama, tetapi menjadikan

kemapanan sosial bagi seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa. Visi ini

diharapkan dapat membangun manusia Indonesia yang mandiri dan berkepribadian

serta memperkuat semangat kearifan lokal. Visi tersebut juga diharapkan dapat

berkontribusi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin dan rentan serta

mengurangi kesenjangan antarkelompok penduduk.

2.2 Misi

Sebagaimana misi pembangunan nasional dalam Nawacita jilid 2, Direktorat

Jenderal Pemberdayaan sosial mendukung perwujudan 4 (empat) dari 9 (sembilan)

misi pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial yakni:

Misi ke 1: Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia

Berdasarkan Misi tersebut maka Ditjen Pemberdayaan Sosial melakukan upaya-

upaya:

1. Meningkatkan kemandirian sosial ekonomi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan

Sosial;

2. Meningkatkan kapasitas dan partisipasi PSKS;

3. Menguatkan nilai-nilai sosial dasar melalui Restorasi Sosial;

Misi ke 3: Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan

Berdasarkan Misi tersebut maka Ditjen Pemberdayaan Sosial melakukan upaya-

upaya:

1. Meningkatkan jangkauan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

2. Mengembangkan layanan dan rujukan terpadu dalam perlindungan sosial dan

penanggulangan kemiskinan.

Misi ke 8: Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya

Berdasarkan Misi tersebut maka Ditjen Pemberdayaan Sosial melakukan upaya

upaya:

1. Mewujudkan reformasi birokrasi

2. Mewujudkan kualitas pelayanan publik dan perluasan jangkauan pelayanan

sosial

Misi ke 9: Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan

Berdasarkan Misi tersebut maka Ditjen Pemberdayaan Sosial melakukan upaya-

upaya:

1. Mengoptimalkan layanan kepada PPKS melalui Pusat Kesejahteraan Sosial.

2. Mengoptimalkan potensi partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Page 42: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 31

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

2.3 Tujuan

Dalam rencana strategis tahun 2020-2024 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

telah menetapkan tujuan organisasi yang ingin dicapai dalam rangka mendukung

tercapainya tujuan akhir Kementerian Sosial yakni:

1. Meningkatkan Kemandirian sosial ekonomi keluarga miskin dan rentan;

2. Meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan sosial dan kelembagaan sosial

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

3. Meningkatkan penyelenggaraan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan;

4. Mewujudkan kualitas layanan dukungan manajemen organisasi yang akuntabel.

2.4 Sasaran

Untuk mengetahui ketercapaian tujuan dari program pemberdayaan sosial, maka

perlu pencapaian sejumlah sasaran program (SP) yang menggambarkan kondisi

yang akan dicapai pada tahun 2024. Masing-masing tujuan program memiliki

sasaran program yang pengukurannya melalui Indikator Kinerja Program (IKP). IKP

ini digunakan untuk mengkonfirmasi tujuan yang akan dicapai pada masa depan

(tahun 2024). Berikut adalah sasaran program dan indikator kinerja program

pemberdayaan sosial:

Tabel 1: Sasaran Program 1

Kode Sasaran Program Kode Indikator Kinerja Program

Tujuan 1 : Meningkatkan Kemandirian sosial ekonomi keluarga miskin dan rentan

SP1 Meningkatnya kemandirian sosial ekonomi keluarga miskin dan rentan

IKP1.1 Persentase (%) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang meningkat kepemilikan aset produktifnya

IKP1.2 Persentase (%) Warga KAT yang meningkat kemandiriannya dalam mengakses pelayanan sosial dasar

IKP1.3 Persentase (%) Pemanfaatan Hibah Langsung dalam Negeri untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial

Dalam rangka mencapai tujuan program yang pertama meningkatkan

kemandirian sosial ekonomi penduduk miskin dan rentan, ditetapkan satu

sasaran dari program pemberdayaan sosial yakni meningkatnya kemandirian

keluarga miskin dan rentan. Capaian sasaran program ini diukur menggunakan 3

(tiga) indikator kinerja program antara lain persentase KPM yang meningkat

kepemilikan aset produktifnya. Yang dimaksud dengan aset produktif disini

adalah modal atau pendanaan, keterampilan mengelola usaha dan jaring

Page 43: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 32

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

kemitraan; persentase warga KAT yang meningkat kemandiriannya dalam

mengakses pelayanan sosial dasar; dan persentase pemanfaatan Hibah

Langsung dalam Negeri untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Tabel 2 : Sasaran Program 2

Kode Sasaran Program Kode Indikator Kinerja Program

Tujuan 2 : Meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan sosial

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

SP2 Meningkatnya kapasitas dan partisipasi PSKS perorangan dan lembaga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

IKP2.1 Indeks partisipasi sosial

IKP2.2 Persentase (%) Peningkatan Pihak-Pihak yang berperan serta dalam penanaman nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

Untuk meningkatkan kualitas pemberi layanan kesejahteraan sosial, ada 2

sasaran program yang akan dicapai yakni SP2 : meningkatnya kapasitas SDM dan

kelembagaan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang diukur

menggunakan 2 (dua) indikator yakni indeks partisipasi sosial; dan persentase

(%) peningkatan pihak-pihak yang berperan serta dalam penanaman nilai-nilai

kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial.

Tabel 3 : Sasaran Program 3

Kode Sasaran Program Kode Indikator Kinerja Program

Tujuan 3 : Meningkatkan penyelenggaraan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan

SP3 Meningkatnya penyelenggaraan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan

IKP3 Persentase (%) daerah yang menyelenggarakan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan

Sasaran program ketiga SP3 : meningkatnya penyelenggaraan pengendalian

layanan terpadu penanggulangan kemiskinan yang akan diukur dengan indikator

kinerja persentase (%) daerah yang menyelenggarakan layanan terpadu

penanggulangan kemiskinan.

Page 44: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 33

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Tabel 4 : Sasaran Program 4

Kode Sasaran Program Kode Indikator Kinerja Program

Tujuan 4: Mewujudkan kualitas layanan dukungan manajemen organisasi yang akuntabel

SP4 Meningkatnya kualitas layanan dukungan manajemen organisasi

IKP4.1 Persentase (%) layanan dukungan manajemen teknis yang akuntabel

Untuk mewujudkan kualitas layanan dukungan manajemen organisasi yang

akuntabel maka ditetapkan sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya

kualitas dukungan manajemen organisasi. Capaian sasaran program ini akan

diukur menggunakan indikator persentase (%) layanan dukungan manajemen

teknis yang akuntabel.

Berdasarkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja program, maka peta tujuan dan sasaran program Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial periode 2020-2024 sebagai berikut:

Gambar 8 : Peta Tujuan dan Sasaran Program 2020-2024

Page 45: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 34

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

BAB III

Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan

tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025 sehingga sangat mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam

RPJPN. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah

2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan

makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan

terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan

kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang

berkualitas dan berdaya saing.

Terdapat empat pilar RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN

2005-2025 untuk mencapai tujuan utama rencana pembangunan nasional periode

terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan dalam 7 agenda pembangunan yang

mencakup Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.

Gambar 9 : Empat Pilar RPJMN 2020-2024

Terdapat 7 Agenda Pembangunan RPJMN IV 2020-2024:

1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas;

2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan;

3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan Berdaya Saing;

4. Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan;

5. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan

Pelayanan Dasar;

6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan

Perubahan Iklim;

7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik.

Dari tujuh agenda tersebut, Kementerian Sosial mendukung agenda nomor 2, nomor

3, nomor 4, nomor 6 dan nomor 7.

Page 46: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 35

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Sosial

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Sosial tahun 2020-2024 disusun dalam

bentuk program indikatif yang dirancang untuk memecahkan permasalahan penting

dan mendesak. Program-program tersebut disusun untuk memiliki dampak yang

besar terhadap pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian

Sosial pada periode 2020-2024. Program-program tersebut juga mencakup kegiatan-

kegiatan prioritas dalam RPJMN sesuai dengan bidang terkait. Arah kebijakan

Kementerian Sosial adalah penjabaran urusan pemerintahan dan/atau prioritas

pembangunan sesuai dengan visi dan misi Presiden yang mencerminkan bidang

urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial. Berikut

adalah arah kebijakan dan strategi Kementerian Sosial periode 2020-2024:

1. Meningkatnya kemandirian sosial ekonomi penduduk miskin dan rentan melalui:

a) Peningkatan kemampuan penduduk miskin dan rentan dalam pemenuhan

kebutuhan dasar; b) Peningkatan keberfungsian sosial penduduk miskin dan

rentan; dan c) Peningkatan kemandirian sosial ekonomi keluarga miskin dan

rentan

2. Meningkatnya Kualitas Pemberi Layanan Kesejahteraan Sosial melalui

peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan sosial dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial

3. Meningkatnya Kualitas Data Kesejahteraan Sosial melalui penguatan skema

layanan dan pendataan terpadu

4. Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Kementerian Sosial yang Transparan dan

Akuntabel dengan Melibatkan Publik;

Dari keempat arah kebijakan dan strategi Kementerian Sosial tersebut, Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial menjalankan kebijakan nomor 1 dan

mengembangkan strategi butir c serta menjalankan kebijakan dan strategi nomor

2.

3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

Pelaksanaan kebijakan dan strategi pemberdayaan sosial 2020-2024 mengarah

pada kebijakan dan strategi Kementerian Sosial. Arah kebijakan dan strategi

pemberdayaan sosial 2020-2024 adalah:

1. Meningkatkan kemandirian sosial ekonomi keluarga miskin dan rentan melalui:

a) Peningkatan jumlah KPM yang memiliki aset produktif. Aset produktif yang

dimiliki KPM antara lain dana/keuangan dan keterampilan mengelola usaha.

Meskipun jenis usaha KPM PKH graduasi ini tergolong sangat kecil/ultra

namun tetap membutuhkan skill yang tepat dalam mengelolanya. Selain

pendanaan dan keuangan, kelompok wirausaha sosial juga perlu mendapat

dukungan jejaring/mitra yang luas untuk akses pemasaran usahanya. Hal ini

memerlukan intervensi dari para pendamping maupun profesional serta

lembaga yang kompeten untuk mengembangkan usaha KPM melalui:

(i) pelatihan dan pembinaan bagi KPM terkait manajemen keuangan

keluarga, perencanaan usaha dan keterampilan teknis lainnya;

Page 47: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 36

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

(ii) fasilitasi akses pendanaan usaha dengan cara penguatan jejaring kerja

dan permodalan melalui pembiayaan UMi dan KUR maupun lembaga

keuangan mikro lainnya;

(iii) menyusun dan mengembangkan modul/panduan berwirausaha dari

tahap awal sampai tahap pemasaran untuk skala usaha kecil.

(iv) meningkatkan kapasitas pilar-pilar sosial (TKSK, Karang Taruna, PSM

LKS) sebagai pendamping wirausaha sosial

(v) Penguatan Kerjasama dengan kementerian / lembaga terkait.

b) Peningkatan kemandirian dan kualitas hidup warga KAT dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Pemberdayaan terhadap warga KAT dilakukan secara

komprehensif, holistik, integral, dan berkesinambungan tanpa

menghilangkan kearifan lokal dan ciri khas komunitas tersebut. Selain itu,

pola pemberdayaan KAT senantiasa di reviu untuk memantau signifikansi

keberhasilan pemberdayaan KAT.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemandirian warga KAT

mencakup:

(i) Pemenuhan kebutuhan dasar melalui pemberian bantuan sosial

ekonomi, jaminan hidup, pemukiman dan sarana prasarana lingkungan

sosial.

(ii) Peningkatan pengetahuan, kesehatan, memelihara kearifan lokal dan

pemenuhan hak-hak sipil warga KAT dengan memberikan akses seperti

NIK dalam bentuk KTP atau KK. Upaya ini tentunya memerlukan

koordinasi dengan instansi terkait sesuai wilayah pemberdayaan.

Sebagaimana dipersyaratkan untuk bisa mengakses program-program

perlindungan sosial maka diperlukan dokumen kependudukan (KTP/KK)

yang valid dan teregistraasi pada data terpadu kesejahteraan sosial

(DTKS).

(iii) Penguatan peran stakeholders untuk ikut berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pemberdayaan di lokasi KAT.

c) Pemanfaatan dana Hibah Langsung Dalam Negeri yang bersumber dari

penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah dan sebagai salah satu sumber

pendanaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

2. Meningkatkan kapasitas PSKS Perorangan dan Lembaga dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial melalui :

a) Peningkatan kapasitas PSKS perorangan dilaksanakan dengan cara antara

lain pemberian bimbingan teknis dan manajerial, bantuan operasional, dan

atau sarana dan prasarana serta advokasi.

b) Pelibatan PSKS dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial termasuk

penanaman nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan

sosial;

c) Peningkatan kontribusi penyelenggara UGB dan PUB dalam penyediaan

sumber dana bantuan sosial

d) Penguatan peran PSKS perorangan dan lembaga sesuai tugas dan tanggung

jawab di masyarakat sebagaimana perannya sebagai pilar-pilar sosial, maka

PSKS perorangan dan lembaga akan berhadapan dengan berbagai

program/kegiatan baru sebagai bagian dari perlindungan sosial dan

Page 48: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 37

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, PSKS perorangan dan

lembaga harus dipersiapkan untuk kondisi tersebut. Selain itu, perlu

dipersiapkan pula sistem insentif kepada PSKS perorangan dan alokasi dana

operasional bagi PSKS lembaga sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan

atas kerja keras mereka melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya di

tengah masyarakat.

e) Pendataan PSKS secara berkala dan terpusat dengan memanfaatkan

teknologi digital untuk mengembangkan sistem pendataan.

f) Penguatan kerjasama dengan jaring kemitraan seperti Perguruan

Tinggi/Universitas, lembaga perbankan, lembaga keuangan, maupun

lembaga sosial untuk saling bersinergi dalam program pemberdayaan sosial

dan berbagai kegiatan yang dilakukan sebagai rangkaian penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

g) Peningkatan pihak-pihak yang berperan serta dalam penanaman Nilai

Kepahlawanan dan Keperintisan, Nilai Kesetiakawanan Sosial dan Restorasi

Sosial.

3. Meningkatkan penyelenggaraan pengendalian layanan terpadu penanggulangan

kemiskinan melalui:

a) Peningkatan partisipasi kabupaten/kota dalam rangka penumbuhan dan

pembentukan SLRT;

b) Peningkatan partisipasi desa/kelurahan dalam rangka penumbuhan dan

pengembangan Puskesos;

c) Peningkatan sosialisasi secara masif di berbagai media terkait manfaat dan

peran serta fungsi SLRT maupun Puskesos dalam masyarakat;

d) Perluasan peran SLRT dan Puskesos dalam pelaksanaan program-program

perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan termasuk program

terkait rehabilitasi sosial.

4. Meningkatkan kualitas layanan dukungan manajemen organisasi melalui:

a) Peningkatan capaian nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran;

b) Peningkatan nilai Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu (SMART);

c) Peningkatan nilai SAKIP;

d) Peningkatan nilai Reformasi Birokrasi;

e) Peningkatan kualitas tata kelola dukungan manajemen

3.4 Kerangka Regulasi

Dalam rangka melaksanakan arah kebijakan dan strategi program pemberdayaan

sosial tahun 2020-2024, diperlukan kerangka regulasi untuk mendukung

penyelenggaraan sosial melalui pemberdayaan sosial. Kebutuhan Regulasi bidang

Pemberdayaan Sosial mencakup Rancangan Undang-Undang dan Peraturan Menteri

Sosial.

a. Rancangan Undang-Undang yang dibutuhkan:

1) Penyelenggaraan Pengumpulan Sumbangan Masyarakat;

2) RUU Undian (revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian)

b. Peraturan Menteri Sosial yang dibutuhkan yakni:

1) Simplifikasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Hasil Pengumpulan Sumbangan Masyarakat dari

Page 49: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 38

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah Dalam Bentuk Uang dan

Peraturan Menteri Sosial Nomor 23 Tahun 2019 Pengelolaan Barang Hadiah

Tidak Tertebak dan/atau Hadiah Tidak Diambil Pemenang atas

Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah, dan Peraturan Menteri Sosial

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Undian

Gratis Berhadiah serta Peraturan Menteri Sosial Nomor 6 Tahun 2017

tentang Agensi Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah.

2) Simplifikasi Peraturan Menteri Sosial 12 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan

Peraturan Presiden Nomor 186 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan Sosial

Terhadap Komunitas Adat Terpencilndan Peraturan Menteri Sosial 09 Tahun

2012 tentang Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

3) Simplifikasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2017 tentang

Restorasi Sosial dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2015

tentang Pedoman Penyelenggaraan Penguatan Kesetiakawanan Sosial

4) Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 Tahun 2015 Standar Operasional

Prosedur Pelayanan Izin Undian Gratis Berhadiah Dan Pengumpulan Uang

Atau Barang Dengan Sistem Online, Peraturan Menteri Sosial Nomor 22

Tahun 2015, dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah (Permensos ini tidak perlu

disimplifikasikan tetapi direvisi apabila telah ada perubahan mekanisme

penggunaan aplikasi SIMPPSDBS online.

5) Penyusunan draf Permensos tentang Penyelenggaraan Pengumpulan

Sumbangan Masyarakat dengan mencabut Kepmensos 1/HUK/1995 dan

Kepmensos 56/HUK/1996 karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan

zaman.

6) Penyusunan Rancangan Permensos tentang Kewirausahaan Sosial dan Modal

Usaha Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

7) Revisi Permensos tentang Tata Cara dan Syarat Pemberian Rekomendasi

Terhadap Badan Sosial Untuk Dapat Memperoleh Hak Milik Atas Tanah.

8) Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Sosial tentang Pusat

Kesejahteraan Sosial.

c. Keputusan Menteri Sosial yang dibutuhkan:

Simplifikasi Keputusan Menteri Sosial Nomor 12/HUK/1996 tentang Prosedur

Permohonan Penetapan Sebagai Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan

dengan Keputusan Menteri Sosial Nomor 53/HUK/1998 tentang Ketentuan-

Ketentuan Mengenai Penetapan Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan

Indonesia dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 55/HUK/1998 tentang

Pemakaman Jenazah Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan Dengan

Upacara Resmi

3.5 Kerangka Kelembagaan

Kerangka kelembagaan merupakan salah satu delivery mechanism dalam rangka

optimalisasi dan percepatan pencapaian sasaran pembangunan. Kerangka

kelembagaan merupakan perangkat kementerian/lembaga yang digunakan untuk

mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan

sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga dengan berpedoman pada

Page 50: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 39

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

RPJM Nasional. Kerangka kelembagaan terdiri dari aspek fungsi dan struktur

organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan Aparatur Sipil Negara.

Berdasarkan Perpres Nomor 46 tahun 2015 tentang Kementerian Sosial, telah

dilakukan penataan unit organisasi eselon I yang ditetapkan melalui Peraturan

Menteri Sosial Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Sosial. Sesuai dengan peraturan tersebut, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang pemberdayaan sosial sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam

pelaksanaan tugasnya, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial menyelenggarakan

fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial seseorang, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial, dan

lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya

kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial seseorang, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial, dan

lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya

kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemberdayaan

sosial seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah

kesejahteraan sosial, dan lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan sosial

seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah

kesejahteraan sosial, dan lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan

sumber daya kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan sosial seseorang,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan

sosial, dan lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya

kesejahteraan sosial, serta komunitas adat terpencil;

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, dilaksanakan oleh unit kerja sebagai

berikut:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal;

2. Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan

Masyarakat;

3. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil;

4. Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial;

5. Direktorat Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial.

Page 51: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 40

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Gambar 10 : Struktur Organisasi Ditjen Pemberdayaan Sosial

Page 52: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 41

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

BAB IV

Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

4.1 Target Kinerja

Untuk mencapai sasaran program maupun sasaran kegiatan organisasi maka perlu

ditetapkan target kinerja per tahun yang akan dievaluasi keberhasilan

pencapaiannya dan akan menjadi tolak ukur prestasi kerja organisasi. Satuan target

kinerja dapat berupa persentase (%), nilai indeks, jumlah kuantitas, maupun

interval skala yang disesuaikan dengan indikator kinerja sebagai alat ukur

ketercapaian sasaran program atau kegiatan

4.1.1 Indikator Kinerja

a. Indikator Kinerja Program (IKP)

Sasaran Strategis yang telah ditetapkan merupakan kondisi yang akan dicapai

secara nyata yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya

hasil (outcome/impact) dari satu atau beberapa program.

Penyusunan dan pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

pada RPJMN 2020-2024 menggunakan konsep Logical Framework Analysis

(LFA) yang memastikan konsistensi dan kesinambungan antara input, process,

output, outcome dan impact. LFA digunakan untuk memastikan adanya

kesesuaian dampak yang ditimbulkan oleh program/kegiatan terhadap

tujuan/misi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial yang terjadi dalam

hubungan yang bersifat kausal.

LFA membantu mengarahkan proses perencanaan dan pelaksanaan

program/kegiatan agar tetap fokus untuk menghasilkan dampak yang

mendukung pencapaian tujuan/misi di tingkat Direktorat Jenderal

Pemberdayaan sosial hingga ke tingkat yang lebih tinggi.

Tabel 5 : Indikator Kinerja Program Pemberdayaan Sosial

Indikator Kinerja Program 2020 2021 2022 2023 2024

SP1. Meningkatnya kemandirian sosial-ekonomi keluarga miskin dan rentan

IKP1.1 Persentase (%) KPM yang

meningkat kepemilikan aset produktifnya

4,18 % 4,36 % 4,56 % 4,77 % 5,01 %

IKP1.2 Persentase (%) warga KAT yang meningkat kemandiriannya dalam mengakses pelayanan sosial dasar

100% 100% 100% 100% 100%

IKP1.3 Persentase (%) Pemanfaatan Hibah Langsung Dalam Negeri untuk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

100% 100% 100% 100% 100%

SP2. Meningkatnya kapasitas dan partisipasi PSKS perorangan dan lembaga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

IKP2.1 Indeks Partisipasi Sosial 0,682 0,684 0,686 0,688 0,70

Page 53: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 42

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

IKP2.2 Persentase (%) Peningkatan

Pihak-Pihak yang berperan serta dalam Penanaman Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

1%

1%

1%

1%

1%

SP3. Meningkatnya penyelenggaraan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan

IKP3 Persentase (%) daerah yang menyelenggarakan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan

56% 68% 80% 91% 100%

SP4. Meningkatnya kualitas layanan dukungan manajemen organisasi

IKP4.1 Persentase (%) layanan dukungan manajemen teknis yang akuntabel

100%

100%

100%

100%

100%

b. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Indikator Kinerja Kegiatan merupakan alat ukur yang mengindikasikan

keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari suatu kegiatan. Indikator

Kinerja Kegiatan telah ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian

kinerja berkaitan dengan sasaran kegiatan (output). Indikator Kinerja

Kegiatan dalam Struktur Manajemen Kinerja di Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara

akuntabilitas berkaitan dengan unit kerja Eselon II.

Tabel 6 : Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat

Indikator Kinerja Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024

1. Meningkatnya kepemilikan aset produktif bagi keluarga miskin dan rentan

a. Persentase (%) keluarga penerima manfaat yang mengakses pendanaan dan keterampilan pengelolaan usaha serta pendampingan sosial ekonomi

4.18% 4.36%

4.56%

4.78%

5.01%

b. Persentase (%) keluarga penerima manfaat yang mendapatkan dukungan mitra usaha

4% 7% 9% 11% 15%

2. Meningkatnya peran aktif PSKS perorangan dan lembaga dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial a. Persentase (%) PSKS Perorangan (TKSK,

PSM dan Peksos) yang berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

75% 80% 85% 90% 100%

b. Persentase (%) PSKS lembaga (Karang Taruna, Lembaga Konsultasi dan Peduli Keluarga, forum CSR Kesos dan LKS) yang berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

80% 85% 90% 95% 100%

Page 54: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 43

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

3. Meningkatnya partisipasi daerah untuk melaksanakan sistem layanan

terpadu satu pintu dan Pusat Kesejahteraan Sosial a. Persentase Kab/Kota yang

menyelenggarakan SLRT 56,4% 68,1% 79,8% 91,4% 100%

b. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan Puskesos

0.60% 0.74% 0.89% 1.03% 1.14%

Tabel 7 : Indikator Kinerja Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan

dan Restorasi Sosial

Indikator Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024

1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pelestarian nilai

kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial a. Persentase peningkatan pihak-pihak

yang berperan serta dalam penanaman nilai kepahlawanan dan keperintisan

1% 1% 1% 1% 1%

b. Persentase peningkatan pihak-pihak yang berperan serta dalam nilai kesetiakawanan sosial

1% 1% 1% 1% 1%

c. Persentase peningkatan pihak-pihak yang terlibat dalam restorasi sosial

1% 1% 1% 1% 1%

Tabel 8: Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Indikator Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024

1. Meningkatnya kemandirian warga KAT dalam pemenuhan pelayanan sosial

dasar a. Persentase (%) peningkatan warga

KAT yang memperoleh akses pemenuhan hak-hak sipil

100% 100% 100% 100% 100%

b. Persentase (%) peningkatan warga KAT yang dapat mengakses kebutuhan dasar

100% 100% 100% 100% 100%

Tabel 9: Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial

Indikator Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024

1. Meningkatnya kualitas pengelolaan sumber dana bantuan sosial untuk

masyarakat dan Pemanfaatan HLDN untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial

a. Persentase (%) penyelenggaraan UGB/PUB yang tertib aturan

100% 100% 100% 100% 100%

b. Persentase (%) pemanfaatan Hibah Langsung Dalam Negeri untuk penyelenggaraan kesos

100% 100% 100% 100% 100%

Tabel 10: Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajamen dan dukungan teknis

lainnya

Indikator Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024

1. Meningkatnya tata Kelola Ditjen Pemberdayaan Sosial yang baik dengan kualitas layanan dan dukungan yang tinggi

a. Persentase (%) tata Kelola dukungan manajemen berkualitas

100% 100% 100% 100% 100%

Page 55: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 44

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

4.1.2 Pohon Kinerja

Pohon kinerja dibuat berdasarkan sasaran program dan sasaran kegiatan yang

ingin dicapai serta penetapan indikator beserta target-target yang direncanakan,

oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dalam kurun waktu 5 tahun (2020-

2024). Dengan adanya pohon kinerja maka akan memudahkan reviu kinerja dalam

setiap tahapan evaluasi. Berikut pohon kinerja Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Sosial periode 2020-2024:

Page 56: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 45

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Gambar 11 : Pohon Kinerja Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

Page 57: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 46

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

4.2 Kerangka Pendanaan

Untuk melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan program pemberdayaan sosial

dalam upaya mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan, dibutuhkan

dukungan kerangka pendanaan yang memadai. Pendanaan pembangunan

bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD, Dana Alokasi Khusus/DAK), swasta,

perbankan dan non perbankan, serta masyarakat.

Pendanaan APBN difokuskan untuk kegiatan yang menjadi kewenangan pusat.

Untuk optimalisasi pencapaian hasil akan dilakukan penguatan sinergi pendanaan

dengan Kementerian/Lembaga terkait serta sinergi dengan APBD dan juga dunia

usaha. Secara terinci kerangka pendanaan menurut program dan kegiatan

sebagaimana pada Lampiran 1.

Tabel 11 : Perkiraan Kebutuhan Anggaran Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

Tahun 2020 s.d 2024 (ribu rupiah)

No Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024 Total

1 Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan

Restorasi Sosial

48.861.908 54.285.200 60.098.375 66.264.210 66.264.210 295.773.903

2 Pemberdayaan Sosial

Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan

Masyarakat

162.685.800 167.233.513 171.388.103 174.640.103 174.640.103 850.587.622

3 Pemberdayaan

Komunitas Adat Terpencil

108.361.300 190.000.000 242.560.000 298.200.000 298.200.000 1.137.321.300

4 Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial

20.971.359 22.314.025 22.315.025 22.315.025 22.315.025 110.230.459

5 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

50.819.407 57.864.807 64.864.807 71.864.807 71.864.807 317.278.635

Total 391.699.774 491.697.545 561.226.310 633.284.145 633.284.145 2.711.191.919

Page 58: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

| 47

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial 2020-2024

BAB V Penutup

Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial tahun 2020-2024

merupakan penjabaran dari visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial dalam mendukung agenda pembangunan nasional (Nawa Cita).

Dokumen ini menjadi pedoman bagi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dalam

mewujudkan visi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial “Mewujudkan Masyarakat

yang Berdaya dan Mandiri untuk mendukung visi Kementerian Sosial yang andal,

profesional, dan inovatif, serta berintegrasi” selama lima tahun ke depan. Dokumen ini

juga menjadi acuan di dalam penyusunan RENSTRA Unit Eselon II dan menjadi

pedoman bagi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dalam menyusun Rencana

Kerja (RENJA) tahunan.

Keberhasilan dalam mewujudkan visi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

dilaksanakan melalui 4 (empat) tujuan, yaitu: (1) Meningkatkan Kemandirian sosial

ekonomi keluarga miskin dan rentan; (2) Meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan

sosial dan kelembagaan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; (3)

Meningkatkan penyelenggaraan layanan terpadu penanggulangan kemiskinan; dan (4)

Mewujudkan kualitas layanan dukungan manajemen organisasi yang akuntabel.

Pencapaian tujuan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial ini dilaksanakan melalui

serangkaian arah kebijakan dan strategi dengan menjunjung nilai-nilai integritas dan

profesionalisme dalam bekerja. Sehubungan dengan hal itu, komitmen seluruh Unit

Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial sangat dibutuhkan

dengan mendorong setiap pimpinan untuk mempelajari dan menjabarkannya ke

dalam satuan sistem perencanaan di lingkungan unit kerjanya. Keberhasilan

pelaksanaan program pemberdayaan sosial tidak hanya ditentukan oleh dokumen

Renstra yang baik, tetapi juga pelaksanaan dokumen Renstra dan dukungan dari

stakeholder terkait.

Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Rencana Strategis Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial tahun 2020-2024, maka akan dilakukan reviu untuk

penyempurnaan sebagaimana mestinya.

Page 59: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

Sasaran Strategis 1

Meningkatnya Partisipasi dan

Peran Pemerintah Pusat dan

Daerah dalam Penyelenggaraan

Kesos

Indikator Sasaran

Strategis 1

Persentase

Kementerian/Lembaga/Daerah

yang Menyelenggarakan Layanan

terpadu Penanggulangan

Kemiskinan

Sasaran Strategis 2

Meningkatnya Kemampuan dan

Kemandirian Sosial ekonomi

Penduduk Miskin dan Rentan

Indikator Sasaran

Strategis 2

Persentase Keluarga Min dan

Rentan yang Meningkat

Kemandirian Ekonominya

Sasaran Program 1

Meningkatnya Penyelenggaraan

Layanan Terpadu

Penanggulangan Kemisknan

74.316.313 74.510.000 74.730.000 74.940.000 75.230.000

Indikator Sasaran

Program 1

Persentase Daerah yang

Menyelenggarakan Layanan

Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan

56% (140 Kab

Penumbuhan)

68% (60 Kab

Penumbuhan)

79% (60 Kab

Penumbuhan)

91% (60 Kab

Penumbuhan)

100% (44 Kab

Penumbuhan)74.316.313 74.510.000 74.730.000 74.940.000 75.230.000

Dit. PSPKKM

Sasaran Program 2

Meningkatnya Kemandirian Sosial-

Ekonomi Keluarga Miskin dan

Rentan

127.454.097 196.220.713 257.485.303 322.206.303 386.720.000

Indikator Sasaran

Program

Persentase KPM yang Meningkat

Kepemilikan Aset Produktifnya

4.2%

(1144 KPM)

4.36%

(1144 KPM)

4.56%

(1144 KPM)

4.77%

(1144 KPM)

5.01%

(1144 KPM)6.400.410 6.590.410 6.600.000 6.630.000 6.700.000

Indikator Sasaran

Program

Persentase Warga KAT yang

Meningkat Kemandiriannya

dalam Mengakses Pelayanan

Sosial Dasar

100% 100% 100% 100% 100% 111.136.400 179.500.000 240.680.000 305.300.000 368.800.000

Dit. PKAT

MATRIKS KINERJA TARGET DAN PENDANAAN

DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL

TAHUN 2020-2024

Unit

Organisasi

Pelaksana

Kementerian Sosial

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

Program/Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)

Sasaran Kegiatan (Output)

Indikator

Lokasi

Target Alokasi (Dalam Juta Rupiah)

BIRO PERENCANAAN

Page 60: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

Indikator Sasaran

Program

Peningkatan Partisipasi

Perorangan dan lembaga Sebagai

Potensi dan Sumber Daya Sosial

(Indeks Partisipasi Sosial)0,7 0,702 0,706 0,71 0,72 9.917.287 10.130.303 10.205.303 10.276.303 11.220.000

Dit. PSPKKM

Sasaran Kegiatan 1

Meningkatnya partisipasi daerah

untuk melaksanakan sistem

layanan terpadu satu pintu dan

Pusat Kesejahteraan Sosial

74.316.313 74.510.000 74.730.000 74.940.000 75.230.000

Indikator Sasaran

Kegiatan

Persentase Kab/Kota yang

menyelenggarakan SLRT 56% 70% 80% 84% 94% 67.782.243 67.980.000 68.185.000 68.380.000 68.360.000

Indikator Sasaran

Kegiatan

Persentase Desa/Kel yang

melaksanakan Puskesos 0,70% 0,86% 0,98% 1,04% 1,20% 6.534.070 6.530.000 6.545.000 6.560.000 6.870.000

Sasaran Kegiatan 2

Meningkatnya kepemilikan aset

produktif bagi keluarga min dan

rentan 6.400.410 6.590.410 6.600.000 6.630.000 6.700.000

Indikator Sasaran

Kegiatan

Persentase keluarga penerima

manfaat yang mengakses

pendanaan dan keterampilan

pengelolaan usaha serta

4.2%

(1144 KPM)

4.4%

(1144 KPM)

4.6%

(1144 KPM)

4.8%

(1144 KPM)

5.0%

(1144 KPM)

Indikator Sasaran

Kegiatan

Persentase keluarga penerima

manfaat yang mendapatkan

dukungan mitra usaha4% 7% 9% 11% 15%

Sasaran Kegiatan 3

Meningkatnya peran aktif PSKS

perorangan dan lembaga dalam

penyelenggaraan kesejahteraan

sosial

9.917.287 10.130.303 10.205.303 10.276.303 11.220.000

Indikator Sasaran

Kegiatan 3.1.

Indeks partisipasi sosial PSKS

Perorangan (TKSK, PSM dan

Peksos)

3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 2.893.219 3.030.000 3.060.000 3.090.000 4.010.000

Indikator Sasaran

Kegiatan 3.2.

Indeks partisipasi sosial PSKS

lembaga (Karang Taruna,

Lembaga Pemberdayaan Peduli

Keluarga,forum CSR Kesos dan

LKS)

3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 7.024.068 7.100.303 7.145.303 7.186.303 7.210.000,00

Sasaran Kegiatan 1

Meningkatnya keterlibatan

masyarakat dalam pelestarian

nilai kepahlawanan, keperintisan,

kesetiakawanan dan restorasi

sosial

28.384.296 31.663.511 35.069.852 38.695.236 40.629.998

Dit. K2KRS

Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat

Dit. PSPKKM,

Subdit.

Lembaga

Kesejahteraan

Masyarakat

6.700.000

Dit. PSPKKM,

Subdit. Peksos

dan PSM,

Subdit. TKSK

dan Karang

Taruna

Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial

Dit. PSPKKM,

Subdit. Potensi

Dunia Usaha

6.400.410 6.590.410 6.600.000 6.630.000

Page 61: iisikapdaya.kemsos.go.id/uploads/downloadable_file/... · 2020. 12. 10. · |vi lampiran peraturan direktur jenderal pemberdayaan sosial nomor 406/dys.1/kpts/07/2020 tentang rencana

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.1

Persentase peningkatan pihak-

pihak yang berperan serta dalam

penanaman dan pendayagunaan

nilai kepahlawanan dan

keperintisan

1% 1% 1% 1% 1%

Subdit.

Pelestarian

Nilai-Nilai

Kepahlawanan

dan

Keperintisan,

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.2.

Persentase peningkatan pihak-

pihak yang berperan serta dalam

pendayagunaan nilai

kesetiakawanan sosial

1% 1% 1% 1% 1%

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.3.

Persentase peningkatan pihak-

pihak yang terlibat dalam

restorasi sosial1% 1% 1% 1% 1%

Sasaran Kegiatan 1

Meningkatnya kemandirian warga

KAT dalam pemenuhan pelayanan

sosial dasar111.136.400 179.500.000 240.680.000 305.300.000 368.800.000

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.1.

Persentase peningkatan warga

KAT yang memperoleh

pemenuhan hak-hak sipil

23 Provinsi 100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.2.

Persentase peningkatan warga

KAT yang dapat mengakses

kebutuhan dasar

23 Provinsi 100% 100% 100% 100% 100%

Sasaran Kegiatan 1

Meningkatnya kualitas

pengelolaan sumber dana

bantuan sosial untuk masyarakat

dalam penyelenggaraan kesos

34 Provinsi

21.170.334 23.000.000 25.000.000 26.000.000 26.000.000

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.1.

Persentase penyelenggaraan

UGB/PUB yang tertib aturan

34 Provinsi100% 100% 100% 100% 100%

Indikator Sasaran

Kegiatan 1.2.

Persentase pemanfaatan Hibah

Langsung Dalam Negeri untuk

penyelenggaraan kesos

34 Provinsi

100% 100% 100% 100% 100%

28.384.296 31.663.511 35.069.852 38.695.236 40.629.998 Subdit.

Kesetiakawana

n dan Restorasi

Sosial

Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Direktorat

Pemberdayaan

KAT

111.136.400 179.500.000 240.680.000 305.300.000 368.800.000

Direktorat Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial

Dit. PSDBS

21.170.334 23.000.000 25.000.000 26.000.000 26.000.000