skripsidigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2020. 11. 13. · skripsi...

45
SKRIPSI EVALUASI IMPLEMENTASI PERDA NO. 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMENUHAN HAK-HAK KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS KUSTA DI RSK. Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR ANDI NURUL RAHMADANI K111 13 080 ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

SKRIPSI

EVALUASI IMPLEMENTASI PERDA NO. 6 TAHUN 2013 TENTANG

PEMENUHAN HAK-HAK KESEHATAN BAGI PENYANDANG

DISABILITAS KUSTA DI RSK. Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

ANDI NURUL RAHMADANI

K111 13 080

ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

Page 2: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang
Page 3: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang
Page 4: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

MAKASSAR, JULI 2017

ANDI NURUL RAHMADANI

‘‘EVALUASI IMPLEMENTASI PERDA NO.6 TAHUN 2013 TENTANG

PEMENUHAN HAK-HAK KESEHATAN DISABILITAS KUSTA DI RSK.

dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR”

Dibimbing oleh Darmawansyah dan Sukri Palutturi

(xi + 96 Halaman + 9 Lampiran)

Kelainan fisik ataupun mental yang dialami oleh sebagian kecil warga

Indonesia bukanlah menjadi alasan untuk mereka tidak memperoleh haknya dari

pemerintah ataupun warga negara sendiri. Namun, penyandang disabilitas acap

kali mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya mereka terima. Maka

pemerintah khususnya kota Makassar menerapkan kebijakan lainnya untuk lebih

menekankan penerapan segala hal yang terdapat di Undang-Undang No. 4 Tahun

1997 tentang Penyandang Cacat. Kebijakan tersebut adalah Peraturan Daerah No.

6 Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk implementasi Perda tersebut telah

diterapkan di RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah jenis kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini yaitu petugas dan pasien

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar sehingga diperoleh informan sebanyak 13

orang. Pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan Focus Group

Discuccion (FGD). Untuk keabsahan data dilakukan triangulasi sumber dan

metode analisis data menggunakan content analysis yang disajikan secara naratif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil evaluasi yang dilakukan

berdasarkan efektifitas, efesiensi, kecukupan, responsivitas dan ketepatan

diperoleh Perda No.6 Tahun 2013 telah diimplementasikan dengan cukup baik di

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Hasil ini berdasarkan dari observasi dan

wawancara mendalam kepada petugas kesehatan dan pasien. Adapun saran

berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan adalah sebaiknya pihak rumah sakit

menambah fasilitas kesehatan bagi pasien kusta berupa penambahan kursi roda

setiap bangsal dan pegangan di setiap jalan yang menanjak dan menurun untuk

memudahkan pasien kusta yang belum bisa berjalan dengan normal dan berusia

tua. Selain itu, pihak rumah sakit juga perlu mempertahankan pelayanan

kesehatan yang sudah baik agar tetap sesuai dengan implementasi pada peraturan

tentang pelayan kesehatan yang berlaku.

Jumlah pustaka : 27 (1999-2015)

Kata Kunci : Perda No.6 Tahun 2013, Kusta, RSK Dr. Tadjuddin

Chalid Makassar

Page 5: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

senantiasa memberi rahmat dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam

semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan karunia Allah

SWT dan rasa syukur yang berlimpah ketika skripsi ini yang berjudul “Evaluasi

Implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak

Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas Kusta di RSK. Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Ucapan syukran wajazakumullahu khairan katsiran serta penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tuaku tercinta Ibunda Kameriah dan

Etta Andi Muh. Amin, atas segala pengorbanan, cinta kasih, serta doa yang tak

putus-putusnya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dan dapat

kupersembahkan. Terima kasih terdalam juga kepada kakak Andi Ismail Amri dan

adik Andi Muh. Zulfikar yang selalu memberiku motivasi dan semangat. Terima

kasih untuk kalian keluargaku tersayang atas doa, perhatian dan dukungannya

selama ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Wahiduddin, SKM, M.Kes sebagai penasehat akademik atas segala

motivasi dan dukungannya untuk terus meningkatkan prestasi akademik dari

awal semester perkuliahan hingga sekarang.

Page 6: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

2. Kepada Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS sebagai Pembimbing I dan Bapak

Sukri Palutturi, SKM, M.Kes, M.Sc.PH, Ph.D sebagai Pembimbing II yang

selalu memberikan masukan, bimbingan dan memberikan arahan serta

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Muh. Yusri Abadi, SKM, M. Kes, Dr. Lalu Muh. Saleh, SKM, M. Kes

dan Sudirman Nasir, MWH, Ph. D sebagai dosen penguji atas segala

masukan, kritik dan sarannya serta motivasi yang telah diberikan kepada

penulis.

4. Bapak Dr. Darmawansyah SE, MS selaku ketua jurusan bagian Administrasi

Dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin beserta seluruh staf.

5. Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta jajaran dan seluruh

staf atas bantuannya selama menempuh pendidikan.

6. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang

telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis

menempuh pendidikan perkuliahan di FKM Unhas.

7. dr. Asnadah, MARS selaku direktur RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar

beserta jajaran dan seluruh staf atas bantuannya selama penelitian

berlangsung.

8. Seluruh informan yang telah memberikan waktunya selama penelitian ini

berlangsung.

9. Teman-teman seperjuangan di jurusan AKK angkatan 2013 yang saling

memberikan dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

10. Teman dan sahabat Nurmisuari. S yang selalu memberikan doa, support dan

menemani dalam suka dan duka selama meneliti. Terima kasih atas

segalanya.

11. Sahabat-sahabatku Nur Afni Kapitalola, Arifah Maharany Nur, Nurul

Fadhilah Idris, Siti Khadijah K dan Fadila Rizki yang telah sama-sama

berjuang dari masa ke masa dari maba sampai sekarang saling mendukung

dan mendoakan dalam suka maupun duka. Semoga persahabatan kita tak

Page 7: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

lupuk dari waktu ke waktu dan selalu bersama sampai akhir hayat. Terkhusus

Nur Afni Kapitalola yang sudah membantu dalam mengarahkan pembuatan

skripsi ini.

12. Teruntuk sahabat dan saudara ku Sukmawati M. yang tak sedarah. yang selalu

sama-sama dan saling membantu dari maba, PBL, maupun KKN dalam suka

maupun duka dalam menyusun skripsi. Terima kasih atas semuanya, semoga

persahabatan kita tidak lekang oleh waktu.

13. Serta teman-teman seperjuangan REMPONG yang tidak sempat saya

sebutkan satu persatu, terima kasih banyak karena telah hadir mengoreskan

kisah kedalam kehidupan saya selama menempuh bangku kuliah di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Univeristas Hasanuddin Makassar.

Wassalamu‘alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Makassar, Juli 2017

Penulis

Page 8: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

RINGKASAN ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

1. Tujuan Umum ........................................................................................... 7

2. Tujuan Khusus........................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9

A. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan ................................................................ 9

1. Implementasi Kebijakan ............................................................................ 9

2. Model Implementasi Kebijakan .............................................................. 11

B. Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak Penyandang

Disabilitas ....................................................................................................... 13

C. Tinjauan Umum Tentang Evaluasi ................................................................. 14

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan................................................................ 14

2. Pendekatan Evaluasi ................................................................................ 15

3. Kriteria Evaluasi ...................................................................................... 17

Page 9: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

4. Kerangka Teori Penelitian. ...................................................................... 23

D. Tinjauan Umum Tentang Penyandang Disabilitas ........................................ 24

1. Pengertian Penyandang Disabilitas ......................................................... 24

2. Masalah Penyandang Disabilitas ............................................................. 25

3. Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas .......................... 25

E. Tinjauan Umum Tentang Kusta ...................................................................... 27

F. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit .......................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................................ 33

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ........................................................ 33

B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................... 36

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 37

C. Pemilihan Informan ........................................................................................ 37

D. Pengumpulan Data ......................................................................................... 37

E. Instrumen Penelitian....................................................................................... 38

F. Analisis Data .................................................................................................. 40

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................ 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 42

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 42

B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 44

C. Pembahasan .................................................................................................... 77

D. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 93

Page 10: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 94

A. Kesimpulan .................................................................................................... 94

B. Saran ............................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penyandang Disabilitas di Kota Makassar Tahun 2015-2016 ........... 5

Tabel 2. Kriteria Penlilaian Kinerja Kebijakan .......................................................... 17

Tabel 3. Matriks Pengumpulan Data Primer .............................................................. 39

Tabel 4. Karakteristik Informan ................................................................................. 45

Page 12: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori William N. Dunn, 1999 ................................................ 23

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Teori William N. Dunn, 1999................................... 35

Page 13: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Observasi

Lampiran 2. Matriks Wawancara

Lampiran 3. Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 4. Surat Izin Peneliti dari Fakultas

Lampiran 5. Surat Rekomendasi Peneliti dari BKPMD

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit

Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 8. Foto Kegiatan

Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup

Page 14: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh pejabat

dan badan bidang pemerintah, dan memusatkan pada tindakan oleh/untuk

pemerintah. Kebijakan tidak hanya melibatkan keputusan untuk memenuhi

beberapa masalah tertentu, tetapi juga meliputi keputusan yang berkenaan

dengan penyelenggaraan dan implementasinya. Kebijakan perlu tindakan

nyata, bukan sekadar pernyataan yang bersifat populis (Wendra, 2011).

Kebijakan kesehatan mencakup tindakan yang berefek pada kedudukan

institusi, organisasi, jasa/pelayanan, dan pertutan keuangan dari suatu sistem

pelayanan kesehatan. Namun kebijakan tidak pernah terlepas dari

kepentingan pihak-pihak tertentu. Baik dari kalangan pemerintah sendiri,

industri, dunia usaha, akademis, maupun elemen-elemen masyarakat lainnya

(Wendra, 2011 ).

Kebijakan kesehatan perlu selalu di perhatikan apakah kebijakan

tersebut sesuai dengan penerapan yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan

cara pelaksanaan evaluasi. Evaluasi adalah suatu yang digunakan untuk

menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi dijalankan untuk

mengetahui outcome dan dampak dari kebijakan yang telah ditetapkan selama

dalam kurun waktu tertentu dimana yang dilihat adalah efektifitasnya. Dalam

melakukan evaluasi berarti melakukan proses penilian-penilian terhadap suatu

program atau kegiatan sehingga dibutuhkan cara-cara pengukuran dalam

Page 15: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

evaluasi. Menurut Brigman dan Davis ada indicator pokok dalam evaluasi

yaitu input, process, output dan outcomes (Angelia, 2012).

Implementasi dianggap sebagai wujud utama dan tahap yang sangat

menentukan dalam proses kebijakan (Birkland, 2001). Pandangan tersebut

dikuatkan dengan pernyataan Edwards III (1984) bahwa tanpa implementasi

yang efektif keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.

Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan

pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola

input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat (Akib,

2010).

Pemahaman umum mengenai implementasi kebijakan dapat diperoleh

dari pernyataan Grindle (1980) bahwa implementasi merupakan proses umum

tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.

Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah

ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan

disalurkan untuk mencapai sasaran. Jika pemahaman ini diarahkan pada lokus

dan fokus (perubahan) dimana kebijakan diterapkan akan sejalan dengan

pandangan Van Meter dan van Horn yang dikutip oleh Parsons (1995) dan

Wibawa, dkk. (1994) bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan

yang dilakukan oleh (organisasi) pemerintah dan swasta baik secara individu

maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan (Akib,

2010). Seperti halnya dengan implementasi kebijakan dalam pelayanan

Page 16: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

kesehatan disabilitas. Implementasi kebijakan kesehatan disabilitas

mengalami berbagai kendala yang masih belum diatasi dengan baik.

Disabilitas merupakan sebuah istilah baru untuk menjelaskan mengenai

keadaan seseorang yang memiliki ketidak mampuan berupa keadaan fisik,

mental, kognitif, sensorik, emosional, perkembangan atau kombinasi dari

beberapa keadaan tersebut (Sulastri, 2014). Terkait dengan masalah

disabilitas, dalam penelitian ini akan dikaji salah satu masalah disabilitas

yaitu penyakit kusta.

Menurut data dari Kementrian Kesehatan RI tentang penyakit kusta di

Indonesia pada tahun 2015 ditemukan bahwa angka prevalensi per 100.000

penduduk dalam 3 tahun terakhir menunjukkan kondisi yang relatif statis.

Pada tahun 2013, 2014 dan 2015 ditemukan bahwa angka prevalensi penyakit

kusta sebesar 0,79 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Seperti yang tertuang pada Undang Undang No. 4 Tahun 1997 tentang

Penyandang Cacat bahwa:“Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan

kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan,”

Pada pasal tersebut jelas menerangkan bahwasanya setiap penyandang

cacat memiliki hak yang sama dengan warga lainnya, tidak ada disksirminasi

dan pembedaan. Karena HAM tidaklah bertumpu pada perbedaan suku,

agama, bahkan kelainan fisik sekalipun.

Kelainan fisik ataupun mental yang dialami oleh segelintir warga

Indonesia bukanlah menjadi alasan untuk mereka tidak memperoleh haknya

dari pemerintah ataupun warga Negara sendiri. Namun, nyatanya mereka

Page 17: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

yang dalam hal ini adalah penyandang disabilitas acap kali mendapatkan

perlakuan yang tidak selayaknya mereka terima. Bahkan mereka yang

harusnya mendapatkan perhatian lebih, malah tak jarang menemukan

diskriminasi. Selain kasus di atas, dalam aturan lain juga diatur tentang

bagaimana penyadang cacat memperoleh perlindungan hukum. Hal di atas

jelas cukup untuk menggambarkan bahwa penyandang cacat dimanapun di

tempatkan harusnya memperoleh perlakuan khusus.

Namun, perlakuan khusus inilah bukanlah menjadi sikap diskriminatif

bagi masyarakat lain atau non disabillitas. Alasannya hanya satu, UU

membolehkan mereka yang penyandang disabilitas untuk memperoleh

perlakuan khusus lantaran disabilitas yang mereka alami. Tapi, hal ini

ternyata tidak sesuai dengan realita. Bagi penyandang disabilitas nyatanya

tidak memperoleh pelayanan khusus, bahkan seringkali termarginalkan

(Sulastri, 2014).

Maka pemerintah khususnya kota Makassar menerapkan kebijakan

lainnya untuk lebih menekankan penerapan segala hal yang terdapat di

Undang-Undang No. 4 Tahun 1997. Kebijakan tersebut adalah Peraturan

Daerah No. 6 Tahun 2013. Dalam Perda No. 6 Tahun 2013 dimana pada Bab IV

Pasal 13 memaparkan bahwa penyandang disabilitas mempunyai kesempatan yang

sama dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Pemerintah Kota dan

masyarakat dan telah terjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Page 18: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Makassar (2016), Untuk Kota

Makassar sendiri pada tahun 2015-2016 jumlah penyandang disabilitas dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.

Jumlah Penyandang Disabilitas di Kota Makassar Tahun 2015-2016

No. Jenis

Kecacatan

Laki-laki Perempuan Jumlah Ket.

1. Tuna Daksa 7 15 22 orang Belum

dapat

bantuan

2. Tuna Netra 108 66 174 orang 15orang

telah dapat

bantuan

3. 3 Tuna Rungu

Wicara

24 25 49 orang 10 orang

telah dapat

bantuan

4. Disabilitas

Ringan

264 181 445 orang Sudah dapat

jaminan

Kemensos

5. Disabilitas Berat 64 36 100 orang Sudah dapat

Bantuan

dari APBD

6. EKS Kusta 405 295 700 orang Sudah

dapat

bantuan

Jumlah 872 618 1.490 orang

Sumber: Dinas Sosial Makassar 2016

Berdasarkan hasil data dari Dinas Sosial mengenai jumlah penyandang

disabilitas di Kota Makassar berjumlah 1.490 orang dengan penyandang cacat

terbanyak adalah EKS Kusta sebanyak 700 orang. Selain itu data dari RSK. Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar menunjukkan bahwa pasien kusta tiap tahun lebih

Page 19: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

banyak pasien kusta dibandingkan dengan pasien umum. Data tersebut dapat dilihati

dari grafik dibawah ini.

Grafik 1.

Perbandingan jumlah pasien kusta dengan pasien umum Tahun 2014-2016

Sumber: RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar 2017

Sesuai grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien kusta menurun

dalam 3 tahun terakhir namun jumlah pasien kusta tetap lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien umum. Jumlah pasien terbanyak terdapat pada

tahun 2014 yaitu 23.781 pasien. Selain itu dari data tersebut dapat dilihat

bahwa jumlah pasien umum tahun 2016 dua kali lebih banyak dibanding dua

tahun sebelumnya yaitu sebanyak 8.201 pasien, hal ini terjadi karena RSK.

Dr. Tadjuddin Chalid Makassar telah menjadi rumah sakit umum dalam segi

pelayanan.

23781

18216

11556

4622 4389

8201

0

5000

10000

15000

20000

25000

2014 2015 2016

Pasien Kusta Pasien Umum

Page 20: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulis tertarik

untuk mengkaji hal tersebut dalam bentuk penelitian yang berjudul “Evaluasi

Implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak

Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas Kusta di RSK. Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan sebelumnya, dapat di rumuskan sebuah masalah yaitu

bagaimana penerapan Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak

Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas Kusta di RSK. Dr. Tadjuddin

Chalid?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang

Pemenuhan Hak-Hak Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas Kusta dalam

mengakses Pelayanan Kesehatan di RSK. Dr. Tadjuddin Chalid.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengevaluasi implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang

Pemenuhan Hak-Hak Kesehatan Penyandang Disabilitas Kusta di

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dari aspek efektivitas.

b. Untuk mengevaluasi implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang

Pemenuhan Hak-Hak Kesehatan Penyandang Disabilitas Kusta di

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dari aspek efisiensi.

Page 21: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

c. Untuk mengevaluasi implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang

Pemenuhan Hak-Hak Kesehatan Penyandang Disabilitas Kusta di

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dari aspek kecukupan.

d. Untuk mengevaluasi implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang

Pemenuhan Hak-Hak Kesehatan Penyandang Disabilitas Kusta di

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dari aspek Resposivitas.

e. Untuk mengevaluasi implementasi Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang

Pemenuhan Hak-Hak Kesehatan Penyandang Disabilitas Kusta di

RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dari aspek ketepatan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai proses belajar bagi penulis dalam menyelesaikan

studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

2. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini sebagai bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu

pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh.

Page 22: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kebijakan

1. Implementasi Kebijakan

Implementasi adalah Aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan

untuk semua rencana dari kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan, dan dilengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan,

siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya, kapan waktu

pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara

yang harus dilaksanakan (Haerul, 2014).

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan

Paul Sabatier (1979) sebagaimana di kutip dalam buku Solihin Abdul

Wahab (2008), mengatakan bahwa implementasi adalah memahami apa

yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan

yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah

disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup

baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk

menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-

kejadian.

Pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses

implementasi kebijakan itu sesugguhnya tidak hanya menyangkut

perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk

Page 23: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta menimbulkan

ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut

jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi segala pihak yang

terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun yang

tidak diharapkan.

Definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri

dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian

tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

implementasi merupakan suatu proses dinamis, dimana pelaksana

kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada

akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan

dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir

(output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang diraih.

Dye mendefisinikan kebijakan publik sebagai “whatever government

choose to do or not to do” yang dalam bahasa Indonesia berarti apapun

juga yang dipilih pemerintah, baik mengerjakan sesuatu ataupun tidak

mengerjakan (mendiamkan) sesuatu (Fatkhur dkk, 2010).

Carl Frederic menjelaskan bahwa kebijakan adalah serangkaian

tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu di mana terdapat beberapa

hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan kemungkinan

Page 24: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

(kesempatan-kesempatan) di mana kebijakan tersebut diusulkan agar

berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud

(Fatkhur dkk, 2010).

Implementasi kebijakan merupakan aspek terpenting dari

keseluruhan proses kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan wujud

nyata dari suatu kebijakan, karena pada tahap ini suatu kebijakan tidak

hanya terbatas pada perwujudan secara riil dari kebijakan, tapi juga

mempunyai kaitan dengan konsekuensi atau dampak yang akan

mengarah pada pelaksanaan kebijakan tersebut. dengan demikian

pembuat kebijakan tidak hanya ingin melihat kebijakan yang telah

dilaksanakan oleh masyarakat, namun juga ingin melihat seberapa jauh

kebijakan tersebut dapat memberikan konsekuensi mulai dari hal yang

positif maupun negatif kepada masyarakat (Fatkhur dkk, 2010).

Pernyataan Edwards III (1984) bahwa tanpa implementasi yang

efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil.

Implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan

pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola

input untuk menghasilkan output atau outcome bagi masyarakat

(Imronah, 2005).

2. Model Implementasi Kebijakan

Meter dan Horn, menawarkan suatu model dasar yang mempunyai enam

variable yang membentuk kaitan (lingkage) antara kebijakan dan kinerja

(performance). variable tersebut adalah (Ariantika dkk, 2013) :

Page 25: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

1) Standard dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan,

2) Sumber daya,

3) Karakteristik organisasi pelaksana,

4) Sikap para pelaksana,

5) Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan

pelaksanaan,

6) Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.

Menurut Edwards III, terdapat empat variable yang sangat menentukan

keberhasilan implementasi suatu kebijakan (Ariantika dkk, 2013), yaitu :

1) Komunikasi

2) Sumber daya

3) Diposisi

4) Struktur birokrasi

Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu

berlangsung maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi

kebijakan. Pandangan mengenai model (teori) implementasi kebijakan

banyak kita temukan dalam berbagai literatur. Secara garis besar

Parsons (1997) membagi model implementasi kebijakan menjadi empat

yaitu (Phaksy dkk, 2013):

1) The Analysis of failure (model analisis kegagalan),

2) Model rasional (top-down) untuk mengidentifikasi faktor-faktor

mana yang membuat implementasi sukses,

Page 26: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

3) Model pendekatan (bottom-up) kritikan terhadap model

pendekatan top-down dalam kaitannya dengan pentingnya faktor-

faktor lain dan interaksi organisasi,

4) Teori-teori hasil sintesis (hybrid theories).

B. Perda No. 6 Tahun 2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak Penyandang

Disabilitas

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil

dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkadaulatan rakyat dalam

suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam

lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Sebagai warga negara Indonesia kedudukan, hak, kewajiban dan peran

penyandang cacat adalah sama dengan warga lainnya. Oleh karena itu,

peningkatan peran pada penyandang cacat dalam pembangunan nasional

sangat penting untuk mendapat perhatian dan didayagunakan sebagaimana

mestinya. Perlindungan yang diberikan pada Undang-Undang dalam

memberikan perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban dan

peran para penyandang cacat sebagai berikut :

Pada Bab IV Pasal 13 tentang Kesehatan untuk Penyandang Disabilitas

meliputi:

a. Penyandang disabilitas mempunyai kesempatan yang sama dalam

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Pemerintah Kota dan Masyarakat;

Page 27: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

b. Pemerintah Kota menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan.

C. Tinjauan Umum Tentang Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk melihat

tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi dijalankan untuk mengetahui

outcome dan dampak dari kebijakan yang telah ditetapkan selama dalam

kurun waktu tertentu dimana yang dilihat adalah efektifitasnya

(Angelina, 2012).

Evaluasi dilakukan melalui penilaian-penilaian terhadap suatu

program atau kegiatan yang membutuhkan pengukuran. Menurut

Brigdman dan Davis ada indikator pokok dalam evaluasi yaitu input,

process, output dan outcomes (Angelina, 2012).

Evaluasi kebijakan publik menurut Muhadjir merupakan suatu

proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat

membuahkan hasil, misalnya dengan membandingkan antara hasil yang

diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.

Bingham dan Felbinger, Howlet dan Ramesh (1995) mengelompokkan

evaluasi menjadi tiga (Anggraeni dkk, 2011), yaitu :

a) Evaluasi administratif, berkenaan dengan evaluasi dari sisi

administratif-anggaran, efisiensi, biaya-serta proses di dalam

institusi yang meliputi :

Page 28: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

1) effort evaluation, menilai dari sisi input program

2) performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari

program

3) adequacy of performance evaluation atau effectiveness

evaluation, meniliai apakah program dijalankan sebagaimana

yang sudah ditetapkan

4) efficiency evaluation, menilai biaya program dan keefektifan

biaya tersebut

5) process evaluations, menilai metode yang dipergunakan oleh

organisasi untuk melaksanakan program

b) Evaluasi judicial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu

keabsahan hukum, termasuk kemungkinan pelanggaran terhadap

konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi negara, hingga

hak asasi manusia.

c) Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen

politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.

2. Pendekatan Evaluasi

Menurut (Dunn, 1999) evaluasi kebijakan mempunyai dua aspek

yang saling berhubungan: penggunaan berbagai macam metode untuk

memantau hasil kebijakan publik dan program dan aplikasi serangkaian

nilai untuk kegunaan hasil terhadap beberapa orang, kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan. Dunn membedakan tiga jenis pendekatan

dalam evaluasi antara lain:

Page 29: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

a. Evaluasi semu (pseudo evaluation) adalah pendekatan yang

menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan

informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan,

tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari

hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan. Asumsi utamanya adalah bahwa ukuran tentang

manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri

atau tidak kontroversial.

b. Evaluasi formal (formal evaluation) merupakan pendekatan yang

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang

valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi

mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan

yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan

administrator program. Asumsi utamanya bahwa tujuan dan target

diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat

untuk manfaat atau nilai kebijakan program.

c. Evaluasi keputusan teoritis (decision-theoretic evaluation) adalah

pendekatan yang menggunakan metode- metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan

valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai

oleh berbagaimacam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok evaluasi ini

dengan dua jenis pendekatan di atas adalah evaluasi ini berusaha

Page 30: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

memunculkan tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang

tersembunyi atau nampak.

3. Kriteria Evaluasi Kebijakan

William N. Dunn (1999) mengemukakan beberapa kriteria

dalam menilai kinerja kebijakan, sebagai berikut:

Tabel 2.

Kriteria Penilaian Kinerja Kebijakan

Tipe kriteria Pertanyaan Ilustrasi

Efektivitas Apakah hasil yang

diinginkan telah dicapai?

Unit pelayanan

Efisiensi Seberapa banyak usaha

diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan?

Unit biaya

Manfaat bersih

Rasio biaya-manfaat

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian

hasil yang diinginkan

memecahkan masalah?

Biaya tetap

(masalah tipe I)

Efektivitas tetap

(masalah tipe II)

Perataan Apakah biaya dan manfaat

di distribusikan dengan

merata kepada kelompok-

kelompok tertentu?

Kriteria Pareto

Kriteria kaldor-Hicks

Kriteria Rawls

Resposivitas Apakah hasil kebijakan

memuaskan kebutuhan,

preferensi atau nilai

kelompok-kelompok

tertentu?

Konsistensi dengan

survai warga Negara

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang

diinginkan benar-benar

berguna atau bernilai?

Program publik harus

merata dan efisien

Sumber: Dunn (1999)

Page 31: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak ukur atau indikator dari

evaluasi kebijakan publik. Karena penelitian ini menggunakan metode

kualitatif maka pembahasan dalam penelitian ini berhubungan dengan

pertanyaan yang dirumuskan oleh William N. Dunn untuk setiap

kriterianya. Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut.

a. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian

dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

efektivitas dsebut juga hasil guna. Efektivitas selalu terkait dengan

hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya

dicapai (Herlina, 2009).

Menurut William N. Dunn menyatakan bahwa : “ Efektivitas

(effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai tujuan

dari diadakannya tindakan. Yang secara dekat berhubungan dengan

rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai

moneternya”.

Jika suatu kebijakan telah dilaksanakan namun ternyata dampaknya

tidak mampu memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat, maka

bisa dikatakan kebijakan tersebut tidak berhasil. Tetapi juga hasil dari

suatu kebijakan yang efektif dalam jangka panjang sehingga

membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan Mahmudi mengartikan

bahwa efektivitas yang merupakan hubungan antara output dengan

Page 32: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau

kegiatan.

b. Efisiensi

Kriteria selanjutnya adalah efisiensi yang erat kaitannya dengan

efektivitas. Adapun menurut William N. Dunn berpendapat bahwa

“Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan

untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang

merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan

hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur

dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan

biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas

tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien” (Dunn, 2003).

Pendapat Markus Zahnd (2006) juga menyebutkan bahwa efisiensi

berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak

membuang-buang waktu, tenaga dan biaya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka efisiensi dapat

diartikan sebagai suatu standar untuk menilai seberapa besar usaha yang

dilakukan oleh pelaksana suatu kegiatan atau kebijakan dalam mencapai

tujuan dan sasaran yang akan dicapai (Lukman, 2015).

c. Kecukupan

Kecukupan yang dalam konteks kebijakan publik dapat diartikan

bahwa tujuan yang telah dicapai setelah pelaksanaan kebijakan tersebut

Page 33: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

dirasakan sudah dapat menyelesaikan masalah yang terdapat pada objek

kebijakan tersebut. William N. Dunn (2003) berpendapat bahwa

kecukupan (adequacy) berarti seberapa jauh suatu tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa

kecukupan memiliki hubungan dengan efektivitas yang memprediksi jauh

tidaknya alternatif kebijakan yang ada, dapat memuaskan kebutuhan,

nilai atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi

(Lukman, 2015).

Dalam kriteria kecukupan, hal ini menekankan pada kuatnya

hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Kriteria

tersebut berkenaan dengan empat tipe masalah (Dunn, 2003) yaitu:

1) Masalah Tipe I. Masalah dalam tipe ini meliputi biaya tetap dan

efektivitas yang berubah dari kebijakan.

2) Masalah Tipe II. Masalah pada tipe ini menyangkut efektivitas

yang sama dan biaya yang berubah dari kebijakan.

3) Masalah Tipe III. Masalah pada tipe ini menyangkut biaya dan

efektivitas yang berubah dari kebijakan.

4) Masalah Tipe IV. Masalah pada tipe ini mengandung biaya sama

dan juga efektivitas tetap dari kebijakan.

Dari penjelasan tipe-tipe masalah di atas, dapat diketahui bahwa

masalah yang terjadi dari suatu kebijakan termasuk pada salah satu dari

keempat tipe masalah tersebut. Maka dapat diartikan bahwa sebelum

Page 34: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

suatu kebijakan itu dirumuskan harus dilakukan analisis masalah yang

terjadi di tengah masyarakat sebagai suatu sasaran yang akan dicapai,

sehingga bisa dirumuskan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah

tersebut.

d. Perataan

Perataan yang bisa diartikan dengan keadilan yang diperoleh

sasaran kebijakan publik sebagai objek kebijakan terhadap pelaksana

kebijakan tersebut. Kriteria perataan (equity) erat hubungannya dengan

rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan

usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat

(Dunn, 2003).

Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang

akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu

mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya dan manfaat

merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran (Herlina,

2009).

Dalam melaksanakan suatu kebijakan, keadilan harus menjadi

dasar utamanya, dalam arti semua sektor serta semua lapisan masyarakat

yang menjadi sasaran dan objek kebijakan harus sama-sama dapat

merasakan hasil dari kebijakan tersebut (Lukman, 2015).

e. Responsivitas

Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai

tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan suatu kebijakan.

Page 35: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

Menurut William N. Dunn, responsivitas (responsiveness) berkenaan

dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,

preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu (Dunn,

1999).

Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui tanggapan

masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu

memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan

dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan

sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan

ataupun wujud yang negatif berupa penolakan.

Dunn pun mengemukakan bahwa:

“Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat

memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efisiensi, kecukupan,

kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari

kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan”

(Dunn, 1999).

Oleh karena itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan,

preferensi, dan nilai dari kelompok-kelompok tertentu terhadap kriteria

efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesamaan.

f. Ketepatan

Kriteria evaluasi yang terakhir adalah ketepatan suatu kebijakan

terhadap pemecahan masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

William N. Dunn menyatakan bahwa kelayakan (Appropriateness)

adalah: “Kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif

untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif

Page 36: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak.

Kriteria kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas substantif, karena

kriteria ini menyangkut substansi tujuan bukan cara atau instrumen untuk

merealisasikan tujuan tersebut” (Dunn, 2003).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa ketepatan

merupakan penilaian suatu tujuan dari sebuah kebijakan yang menjadi

solusi dari masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sehingga

bisa dilihat apakah dapat memecahkan masalah tersebut atau justru

menimbulkan masalah yang lain (Lukman, 2015).

4. Kerangka Teori Penelitian

Efektivitas

Efisiensi

Evaluasi Kecukupan

Perataan

Responsivitas

Ketepatan

Page 37: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

Gambar 2.1 Kerangka Tori William N. Dunn, 1999

Sumber: Modifikasi Teori William N. Dunn, 1999. Pengantar Analisis Kebijakan

Publik

D. Tinjauan Umum tentang Penyandang Disabilitas

1. Pengertian Penyandang Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan

dengan orang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas

merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa

Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau

ketidakmampuan.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka

waktu lama yang dalam beriteraksi dengan lingkungan dapat mengalami

hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif

dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

dalam pokok-pokok konvensi point 1 (pertama) pembukaan memberikan

pemahaman yakni, setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau

mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan

baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang

cacat fisik, penyandang mental, penyandang cacat fisik dan mental.

Page 38: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

2. Masalah Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas dalam masyarakat masih mengalami masalah-

masalah (Angela, 2014). Masalah-masalah tersebut antara lain:

a. Keluarga yang menyembunyikan anggota keluarganya yang difabel

(disabilitas), sehingga terkadang penyandang disabilitas tidak

mendapatkan hak-hak yang seharusnya ia dapatkan.

b. Masyarakat yang masih menganggap bahwa penyandang disabilitas

merupakan suatu keanehan, sehingga penyandang disabilitas seperti

didiskriminasikan.

c. Pengusaha maupun pemerintah kurang menyadari bahwa penyandang

disabilitas juga merupakan sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan yang dapat diberdayakan untuk perkembangan diri

mereka.

d. Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas masih belum diperhatikan.

3. Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas

The Convention on The Rights of Persons with Disabilitas (CRPD)

merupakan Konvensi Internasional Hak-Hak Penyandang Cacat yang

disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada

siding ke-61 tanggal 13 Desember 2006. Pemerintah Indonesia telah

mendatangani Convention on The Rights of Persons with Disabilitas

(Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada tanggal 30

Maret 2007 di New York. Kemudian pada Tahun 2011 Indonesia

Page 39: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

meratifikasi konvensi dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011

tentang Pengesahan Konvensi Penyandang Disabilitas.

Pasal 25 ayat (1) dalam konvensi menyebutkan “Negara-Negara Pihak

mengakui bahwa penyandang disabilitas memiliki hak untuk menikmati

standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai tanpa diskriminasi atas

dasar disabilitas mereka. Negara-Negara Pihak harus mengambil semua

kebijakan yang diperlukan untuk menjamin akses bagi penyandang

disabilitas terhadap pelayanan kesehatan yang sensitive gender, termasuk

rehabilitas kesehatan. Secara khusus, Negara-Negara Pihak harus:

a. Menyediakan bagi penyandang disabilitas, program, dan perawatan

kesehatan gratis atau terjangkau, dengan jangkauan, kualitas dan

standar yang sama dengan yang disediakan bagi yang lainnya,

termasuk dalam bidang kesehatan seksual dan reproduksi serta

program kesehatan publik berbasis kependudukan;

b. Menyediakan pelayanan kesehatan khusus yang dibutuhkan

penyandang disabilitas yang dimilki, termasuk identifikasi awal dan

intervensi yang sesuai serta pelayanan yang dirancang untuk

meminimalkan dan mencegah disabilitas lebih lanjut, termasuk bagi

anak-anak dan orang-orang lanjut usia;

c. Menyediakan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan

komunitas penyandang, termasuk diwilayah perdesaan;

d. Mewajibkan para professional di bidang kesehatan untuk

menyediakan perawatan dengan kualitas sama kepada penyandang

Page 40: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

disabilitas sebagaimana tersedia bagi lainnya, termasuk atas dasar

persetujuan yang bebas dan diberitahukan dengan cara, antara lain,

meningkatkan kesadaran akan hak asasi manusia, martabat,

kemandirian, dan kebutuhan penyandang disabilitas melalui pelatihan

dan penerapan standar etika untuk layanan kesehatan pemerintah dan

swasta;

e. Melarang diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di dalam

penyediaan asuransi kesehatan dan asuransi kehidupan yang tidak

bertentangan dengan ketentuan hukum nasional, yang wajib tersedia

secara adil dan layak;

f. Mencegah penolakan diskriminatif untuk memperoleh layanan atau

perawatan kesehatan atau makanan dan zat atas dasar disabilitas.

E. Tinjauan Umum tentang Kusta

Penyakit kusta menurut Widiyoo (2005) merupakan salah satu jenis

penyakit menular yang masih merupakan masalah kesehatan yang sangat

kompleks di Indonesia. Masalah yang ada bukan saja dari segi medisnya,

tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, sera keamanan dan ketahanan

social (Angelina, 2012). Penyakit kusta merupakan penyakit menular

menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterim leprae untuk pertama kali

ditemukan oleh G.A. Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penyakit

kusta bila tidak ditangani dengan cermat dapat menyebabkan cacat, dan

keadaan ini menjadi penghalang bagi penderita kusta dalam menjalani

kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonominya

Page 41: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

(Tarmisi dkk, 2016). Penyakit kusta masih ditakuti masyarakat, keluarga

termasuk sebagian petugas kesehatan (Depkes, 2007).

Penyakit kusta juga menimbulkan masalah yang sangat kompleks,

masalah yang dimaksudkan bukan hanya dari segi medis tetapi meluas

sampai masalah social, ekonomi, psikologis, budaya, keamanan dan

ketahanan nasional (Depkes RI, 2005). Menurut Munir (2001) Kecatatan

yang berlanjut dan tidak mendapatkan perhatian serta penanganan yang tidak

baik akan menimbulkan ketidak mampuan melaksanakan fungsi sosial yang

normal serta kehilangan status social secara progresif, terisolasi dari

masyarakat, keluarga dan teman-temannya (Soedarjatmi dkk, 2009).

Sedangkan secara psikologis bercak, benjolan-benjolan pada kulit penderita

membentuk paras yang menakutkan. Kecatatannya juga memberikan

gambaran yang menakutkan menyebabkan penderita kusta merasa rendah

diri, depresi dan menyendiri bahkan sering dikucilkan oleh keluarganya.

Suatu kenyataan bahwa sebagian besar penderita kusta berasal dari golongan

ekonomi lemah keadaan tersebut turut memperburuk keadaan (Depkes RI,

2005).

World Helath Organization (WHO) melaporkan prevalensi kusta secara

global pada tahun 2012 sebesar 232.857 kasus.Sedangkan pada tahun 2013

sebesar 215.656 kasus. Awal tahun 2014 sebesar 180.618 kasus. Angka

tersebut menunjukkan penurunan prevalensi kejadian penyakit kusta tiap

tahun, namun masih dikategorikan tinggi.

Page 42: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

Melihat sejarah, penyakit kusta merupakan penyakit yang ditakuti

masyarakat dan keluarga. Saat itu telah terjadi perngasingan secara spontan

karena penderita merasa rendah diri dan malu (stigma). Disamping itu

masyarakat menjauhi karena merasa jijik dan takut hal ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan atau pengertian juga kepercayaan yang keliru

terhadap penyakit kusta. Masyarakat masih banyak beranggapan bahwa kusta

disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa, makanan ataupun keturunan.

Diera modern ini muncul istilah “stigmatisasi’ yang lebih mencerminkan

“kelas” daripada fisik. Proses inilah yang pada akhirnya membuat para

penderita terkucil dari masyarakat, dianggap menjijikan dan harus dijauhi.

Sebenarnya stigma ini timbul karena adanya suatu persepsi tentang penyakit

kusta yang keliru (Soedarjatmi dkk, 2009).

F. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada

masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

kesehatan dan pusat penelitian medic (WHO, 2010).

Rumah sakit menurut UUD RI Nomor 44 Tahun 2009 mengatakan

bahwa Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Adapun Asas dan tujuan

Rumah sakit adalah diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan

Page 43: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, persamaan hak

dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan, keselamatan pasien, serta

mempunyai fungsi sosial.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Kemenkes

RI, 2010). Rumah Sakit yang memiliki pelayanan kesehatan bagi

penyandang disabilitas kusta adalah RSK. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

Pada awal terbentuknya RSK Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dimulai dengan

Prakarsa Menteri Kesehatan tahun 1980, selanjutnya menteri kesehatan

menginstruksikan kepada Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit

Menular untuk mendirikan Rumah Sakit Kusta Ujung Pandang.

Pada tanggal 24 Desember 1982, Rumah Sakit Kusta Ujung Pandang di

dirikan berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

568/Menkes/SK/1982 dan merupakan unit organik dalam lingkungan

Departemen Kesehatan yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Disamping itu berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan No. 270/Menkes/SK/VI/1985 tentang Wilayah

Binaan Rumah Sakit Kusta, maka wilayah binaan Rumah Sakit Kusta Ujung

Pandang adalah seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya (Profil RSK Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar, 2017)

Adapun alasan menteri kesehatan perlunya membangun Rumah Sakit

Kusta adalah antara lain:

Page 44: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

1. Banyaknya penderita kusta di propinsi lain (Kalimantan, Maluku, NTT,

NTB, dll)

2. Prevalensi penyakit kusta cukup tinggi di Sulawesi Selatan dan kawasan

Timur Indonsia pada umumnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kondisi masyarakat maka

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

297/Menkes/SK/III/2008, Rumah Sakit Kusta Makassar berubah nama

menjadi Rumah Sakit Kusta (RSK) Dr. Tadjuddin Chalid Makassar sesuai

dengan Permenkes Nomor 009 Tahun 2012 Tentang Struktur Oganisasi dan

Tata Kerja RSK Dr. Tadjuddin Chalid Makassar sampai dengan sekarang.

Rumah Sakit ini berada dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur

Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Dan berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.05/2010, RSK Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar ditetapkan sebagai Instansi Pemerintah yang

menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum serta pada

tanggal 31 Mei 2010 diberikan kesempatan untuk membuka pelayanan umum

melalui Surat Keputusan Dirjen Bina Pelayanan Medik No:

HK.03.05/I/2835/110.

Hasil laporan tahunan RSK Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, dalam kurun

waktu tiga tahun terakhir, terhitung dari tahun 2013-2015 didapatkan

beberapa permasalahan yang ditemukan terkait kinerja pelayanan rumah

sakit, diantaranya adalah:

Page 45: SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 11. 13. · skripsi evaluasi implementasi perda no. 6 tahun 2013 tentang pemenuhan hak-hak kesehatan bagi penyandang

1. Pelayanan unggulan berupa pelayanan rehabilitas medik belum sampai

pada titik utama pelayanan;

2. Pelaksanaan standar mutu pelayanan maksimal belum terpenuhi dengan

baik;

3. Keterampilan tenaga medis dan paramedis sebagai ujung tambak

pelayanan belum mencapai standar pelayanan yang maksimal;

4. Kegiatan promosi kepada masyarakat luas tentang pelayanan kusta secara

paripurna belum dilaksanakan secara maksimal;

5. Pelaksanaan standar mutu pelayanan maksimal belum terpenuhi dengan

baik;

6. Ketidakmampuan menetapkan prioritas kerjasama dengan stakeholder;

7. Rendahnya koordinasi antar unit dalam pelaksanaan mutu pelayanan dan

keselamatan pasien;

8. Rendahnya kualitas sumber daya manusia tentang mutu pelayanan;

9. Belum maksimalnya sistem informasi dalam publikasi data sehingga

kontrol mutu pelayanan tidak maksimal pula;

10. Belum lengkapnya sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan

peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.