2018 skripsi preferensi konsumen dan value chain …

176
2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN ANALYSIS PADA PRODUK OLAHAN KAMBING DI SURABAYA YWANG NARA PRAGNYA NRP. 09111440000029 DOSEN PEMBIMBING: BERTO MULIA WIBAWA, S.Pi., M.M KO-PEMBIMBING: DEWIE SAKTIA ARDIANTONO, S.T., M.T DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2018

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

2018

SKRIPSI

PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN ANALYSIS PADA

PRODUK OLAHAN KAMBING DI SURABAYA

YWANG NARA PRAGNYA

NRP. 09111440000029

DOSEN PEMBIMBING:

BERTO MULIA WIBAWA, S.Pi., M.M

KO-PEMBIMBING:

DEWIE SAKTIA ARDIANTONO, S.T., M.T

DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2018

Page 2: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 3: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

UNDERGRADUATE THESIS

CONSUMER PREFERENCE AND VALUE CHAIN ANALYSIS ON GOAT

PROCESSED PRODUCTS IN SURABAYA

YWANG NARA PRAGNYA

NRP 09111440000029

SUPERVISOR:

BERTO MULIA WIBAWA, S.Pi., M.M

CO-SUPERVISOR:

DEWIE SAKTIA ARDIANTONO, S.T., M.T

DEPARTEMENT OF BUSINESS MANAGEMENT

FACULTY OF BUSINESS AND MANAGEMENT OF TECHNOLOGY

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2018

Page 4: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 5: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

i

LEMBAR PENGESAHAN

PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN ANALYSIS

PADA PRODUK OLAHAN KAMBING DI SURABAYA

Oleh :

Ywang Nara Pragnya

NRP 09111440000029

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana Manajemen

Pada

Program Studi Sarjana Manajemen Bisnis

Departemen Manajemen Bisnis

Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Tanggal Ujian :

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing

Berto Mulia Wibawa, S.Pi., M.M

NIP. 198802252014041001

Ko-Pembimbing

Dewie Saktia Ardiantono, S.T., M.T.

NIP. 1991201712064

Page 6: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

ii

Seluruh tulisan yang tercantum pada Skripsi ini merupakan hasil karya penulis

sendiri, dimana isi dan konten sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Penulis bersedia menanggung segala tuntutan dan konsekuensi jika di

kemudian hari terdapat pihak yang merasa dirugikan, baik secara pribadi

maupun hukum.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi Skripsi ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

sebagian atau seluruh isi Skripsi dalam bentuk apa pun tanpa izin penulis.

Page 7: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

iii

PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN ANALYSIS PADA

PRODUK OLAHAN KAMBING DI SURABAYA

ABSTRAK

Salah satu komoditi ternak yang memiliki potensi dalam mencukupi

kebutuhan masyarakat akan protein hewani adalah kambing, namun distribusi

daging kambing dan produk olahannya di kota Surabaya terbatas jika

dibandingkan dengan ayam dan sapi, fenomena ini bisa disebabkan oleh

preferensi konsumen dan distribusi produk olahan kambing itu sendiri,

Penelitian ini bertujuan untuk: a.) menganalisis preferensi konsumen terhadap

atribut produk olahan kambing b.) menyusun rantai nilai rekomendasi dari

komoditas kambing. Metode yang digunakan adalah kuantitatif untuk

preferensi dan kualitatif untuk value chain, didapatkan 431 responden yang

mana 428 responden untuk analisis preferensi dan 3 responden adalah pelaku

usaha pada komoditas kambing di Surabaya untuk analisis value chain. Temuan

penelitian ini yaitu preferensi dari kesebelas atribut pada produk olahan

kambing ditunjukkan dengan tiga kategori yakni, netral, positif dan sangat

positif, atribut yang masuk pada kategori netral adalah ukuran dan promosi,

sedangkan atribut yang masuk pada ketegori positif adalah rasa, harga,

ketersediaan, label halal, tempat penjualan, kesehatan, komposisi bahan baku

dan masa kadaluarsa, sedangkan untuk kategori sangat positif adalah atribut

kebersihan dan dari analisis rantai nilai rekomendasi terdapat temuan 17 produk

olahan yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas kambing. Implikasi

manajerial umumnya ditujukan kepada pelaku usaha skala UMKM atau industri

dan calon pelaku usaha produk olahan kambing untuk dapat memaksimalkan

potensi ternak kambing agar dapat meningkatkan mutu produk dan nilai tambah

produk itu sendiri.

Kata Kunci : Kambing, Value Chain Analysis, Preferensi Atribut Produk

Olahan

Page 8: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

iv

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 9: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

v

CONSUMER PREFERENCE AND VALUE CHAIN ANALYSIS ON GOAT

PROCESSED PRODUCTS IN SURABAYA

ABSTRACT

One of the livestock commodities that has the potential to supply the

people's need for the protein is goats, but the distribution of lamb in Surabaya and

its processed products can be said to be limited if compared to the superior

commodities such as chicken and beef. this phenomenon may be caused by

consumer preference of goat itself. The objective of this research are: a.) Analyze

consumer preferences of attribute of goat processed products b.) Establish a value

chain of recommendations from goat commodities. The method used in this

research is mixed method which uses quantitative method for consumer preference

and qualitative method for value chain analysis. Data collection for attribute

preferences used convenience sampling to 428 respondents by online then analyzed

by cochran q test and fishbein, and for value chain, data collected from 3 business

actors in goats commodity, collected through semi-structured face-to-face

interview and analyzed by value method chain analysis. The findings of this

research are the preferences of the eleven attributes in goat processed products

shown by three categories, neutral, positive and very positive, attributes that

includes in the neutral category are the size and promotion, while attributes that

includes on the positive category are taste, price, availability , halal label, place of

sale, health, raw material composition and expiration period, while for very

positive category is hygiene and from value chain analysis of recommendation there

are 17 product findings that can increase goat commodity added value. Managerial

implications are generally addressed to business players of SMEs or industry scale

and prospective business actors of processed goat products to be able to maximize

the potential of goat livestock in order to improve product quality and added value

of the product itself.

Kata Kunci : Goat, Value Chain Analysis, processed food preference attribute

Page 10: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

vi

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 11: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah saya haturkan kepada hadirat Allah SWT, karena oleh

karena berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Preferensi Konsumen dan Value Chain Analysis pada Produk Olahan Kambing di

Surabaya” ini yang merupakan syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sarjana

di Manajemen Bisnis.

Dalam prosesnya, penulis mengalami serangkaian proses yang tidak akan

bisa penulis lewati tanpa bantuan dari pihak-pihak lain. Pada kesempatan ini,

penulis ingin berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu penyelesaian

skripsi ini sebagai berikut:

1. Bapak Imam Baihaqi S.T., M.Sc., Ph.D selaku Kepala Departemen

Manajemen Bisnis ITS yang telah membimbing penulis dari awal berada di

Departemen Manajemen Bisnis ITS hingga saat ini.

2. Bapak Berto Mulia Wibawa, S.Pi., M.M selaku Kepala Program Studi

Sarjana dan dosen pembimbing yang dalam pengerjaan skripsi ini yang

telah membuka wawasan baru, serta membantu penulis dalam setiap

kesulitan pengerjaan.

3. Ibu Dewie Saktia Ardiantoro, S.T., M.T. selaku dosen ko-pembimbing

dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak lelah dalam membimbing dan

memberikan arahan pada penulisan skripsi kali ini.

4. Dosen-dosen Departemen Manajemen Bisnis ITS yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan ini.

5. Orang tua penulis yang senantiasa mengajarkan kebaikan dan kasih sayang

kepada penulis serta membimbing penulis dari awal hingga saat ini

6. Narasumber skripsi selaku pelaku usaha di komoditas kambing Pak Andre,

Bu Yuli, mas Indra, yang telah membantu memberikan informasi dan data

terkait penelitian ini

7. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Manajemen Bisnis ITS terkhusus

Manajemen Bisnis angkatan 2014 yang telah memberikan banyak dukungan

baik pengetahuan maupun moril.

8. Teman-teman Libels, yang telah memberikan dukungan kepada penulis

agar bisa menyelesaikan penelitian ini

Page 12: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

viii

9. Staff dan karyawan Departemen Manajemen Bisnis ITS yang membantu

dalam proses administrasi skripsi ini

10. Pihak lainnya yang turut serta membantu penyelesaian skripsi dan

penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sangat mengharapkan adanya masukan untuk penyempurnaan skripsi

ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat ditunggu oleh

penulis demi pengembangan diri maupun pengembangan keilmuan dari skripsi ini.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat berguna demi menambah pengetahuan

pembaca, serta mampu menjadi referensi kedepannya.

Surabaya, Juli 2018

Penulis

Page 13: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

1.5.1 Manfaat Praktis ....................................................................................... 7

1.5.2 Manfaat Keilmuan .................................................................................. 7

1.6 Batasan dan Asumsi ...................................................................................... 8

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................... 8

BAB II Landasan Teori ......................................................................................... 11

2.1 Pohon Industri Kambing ............................................................................ 11

2.2 Kondisi Kota Surabaya ................................................................................ 12

2.2.1 Kondisi Ekonomi .................................................................................. 12

2.4 Preferensi Konsumen .................................................................................. 16

2.5 Value Chain (Rantai Nilai) .......................................................................... 18

2.5.1 Local Value Chain Development .......................................................... 19

2.6 Atribut Produk ............................................................................................. 20

2.7 Sikap ............................................................................................................ 21

2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 22

2.9 Research Gap ............................................................................................... 33

BAB III Metode Penelitian ................................................................................. 345

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 355

3.2 Desain Penelitian ....................................................................................... 355

Page 14: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

x

3.2.1 Jenis Desain Penelitian ....................................................................... 356

3.2.2 Data ..................................................................................................... 367

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 377

3.2.4 Teknik Sampling ................................................................................... 40

3.2.5. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 41

3.3 Teknik Analisis Pengolahan Data ............................................................... 42

3.3.1 Analisis Deskriptif ................................................................................ 42

3.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................ 43

3.3.3 Cochran Q Test ..................................................................................... 44

3.3.4 Multi Atribut Fishbein .......................................................................... 45

3.3.5 Pemetaan Value Chain Eksisting .......................................................... 49

3.4 Bagan Metode .............................................................................................. 51

BAB IV Analisis dan Diskusi ............................................................................. 545

4.1 Pengumpulan Data ....................................................................................... 55

4.2 Analisis Data ................................................................................................ 55

4.2.1 Analisis Deskriptif ................................................................................ 55

4.2.2 Analisis Crosstab .................................................................................. 65

4.2.3 Uji Validitas .......................................................................................... 72

4.2.4 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 73

4.2.5 Analisis Cochran Q Test ....................................................................... 74

4.2.6 Analisis Fishbein................................................................................... 76

4.2.7 Analisis Rantai Nilai ............................................................................. 85

4.3 Implikasi Manajerial .................................................................................... 97

BAB V Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 1023

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 1033

5.2 Saran ........................................................................................................ 1044

5.2.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 1044

5.2.2 Saran untuk Penelitian Selanjutnya .................................................. 1044

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 108

Page 15: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 2 Pohon Industri Kambing ................................................................. 11

Gambar 3. 1 Bagan Metode Penelitian (Value Chain) .......................................... 52

Gambar 3. 2 Bagan Metode Penelitian (Preferensi).............................................. 53

Gambar 4. 1 Jenis Kelamin ................................................................................... 57

Gambar 4. 2 Usia................................................................................................... 58

Gambar 4. 3 Domisili ............................................................................................ 58

Gambar 4. 4 Pendapatan ....................................................................................... 59

Gambar 4. 5 Pengeluaran ...................................................................................... 60

Gambar 4. 6 Prioritas Atribut ................................................................................ 61

Gambar 4. 7 Frekuensi Konsumsi Kambing ......................................................... 62

Gambar 4. 8 Produk Olahan Sering Konsumsi ..................................................... 62

Gambar 4. 9 Preferensi Konsumsi Olahan Kambing ............................................ 63

Gambar 4. 10 Hasil Analisis Crosstab Usia- Prioritas Atribut- Frekuensi ........... 70

Gambar 4. 11 Proses Inti komoditas Kambing ..................................................... 86

Gambar 4. 12 Pengetahuan Produk Olahan Kambing .......................................... 88

Gambar 4. 13 Susu kambing ................................................................................. 89

Gambar 4. 14 Sosis Kambing ............................................................................... 90

Gambar 4. 15 Stakeholder Mapping Value Chain ................................................ 92

Gambar 4. 16 Alur Produk Komoditas Kambing di Surabaya.............................. 93

Gambar 4. 17 Value Chain Rekomendasi Komoditas Kambing........................... 96

Page 16: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

xii

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 17: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Populasi Ternak Tahun 2013-2016 ......................................................... 2

Tabel 1.2 Peringkat Populasi Ternak Tahun 2013-2016 ......................................... 3

Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Surabaya Menurut Lapangan Usaha

Seri Tahun Dasar 2010, Tahun 2011 – 2016 ....................................................... 13

Tabel 2.2 Banyaknya Ternak yang Dipotong Menurut Jenisnya 2007 – 2013

(Dinas Pertanian Kota Surabaya) .......................................................................... 14

Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 30

Tabel 3.1 Timeline Penelitian................................................................................35

Tabel 3.2 Skala Likert yang Digunakan ................................................................ 39

Tabel 4.1 Tabel Demografi Responden ................................................................ 56

Tabel 4.2 Usage Responden .................................................................................. 60

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Statistik .................................................................. 64

Tabel 4.4 Hasil Analisis Crosstab Usia-Pemasukan-Frekuensi ............................ 66

Tabel 4.5 Hasil Analisis Crosstab Frekuensi Konsumsi - Domisili - Pemasukan 68

Tabel 4.6 Hasil Analisis Crosstab Usia -Frekuensi- Preferensi Olahan Kambing 71

Tabel 4.7 Principle Component Analysis .............................................................. 73

Tabel 4.8 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 73

Tabel 4.9 Jumlah Item Jawaban Cochran Q Test ................................................. 75

Tabel 4.10 Statistik Tes Cochran Q test ............................................................... 75

Tabel 4.11 Kategori Tingkat Evaluasi dan Kepercayaan ...................................... 77

Tabel 4.12 Kategori Nilai Sikap Terhadap Atribut Secara Keseluruhan .............. 78

Tabel 4.13 Tingkat Evaluasi Atribut Produk Olahan Kambing ............................ 79

Tabel 4.14 Tingkat Kepercayaan Atribut Produk Olahan Kambing ..................... 80

Tabel 4.15 Hasil Analisis Fishbein Atirbut Produk Olahan Kambing .................. 81

Tabel 4.16 Prioritas Atribut .................................................................................. 82

Tabel 4.17 Hasil Analisis dan Rekomendasi Fishbein .......................................... 84

Tabel 4.18 Hasil Analisis Fishbein Atirbut Produk Olahan Kambing .................. 86

Tabel 4.19 Implikasi Manajerial ......................................................................... 101

Page 18: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

xiv

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 19: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang dari penelitian ini, sehingga

masalah yang diangkat menjadi penting untuk diteliti

1.1 Latar Belakang

Salah satu komoditi ternak yang memiliki potensi dalam mencukupi

kebutuhan masyarakat akan protein hewani adalah kambing, kelebihan ternak

kambing terletak pada kemampuan adaptasinya yang tinggi dengan berbagai

kondisi lingkungan, potensi reproduksinya yang tinggi, dan jumlah anak per

kelahiran yang lebih dari satu ekor (Mahmilia, 2007). Kelebihan ternak kambing

tersebut berpotensi untuk mendukung tercukupinya kebutuhan protein hewani yang

terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.

Ternak kambing memiliki populasi cukup tinggi dibandingkan dengan

ternak ruminansia kecil lainnya (Tabel 1.1), sebagai gambaran populasi ternak

ruminansia kecil khusus ternak kambing di Jawa Timur pada tahun 2015 sebanyak

3.178.197 ekor, sedangkan ternak domba sebanyak 1.282.910 ekor dan sampai pada

tahun 2016 populasi ternak kambing mencapai 3.279.732 ekor dan ternak domba

sebanyak 1.370.878 ekor (Dinas Peternakan Jatim, 2016).

Saat ini kebutuhan daging di Indonesia terutama berasal dari: (a) unggas

(broiler, petelur jantan, ayam kampung dan itik), (b) sapi (sapi potong, sapi perah

dan kerbau), (c) babi, serta (d) kambing dan domba (kado). Dalam beberapa

dasawarsa terakhir ini permintaan produk peternakan cenderung terus meningkat,

seirama dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi masyarakat,

perbaikan tingkat pendidikan, serta perubahan gaya hidup sebagai akibat arus

globalisasi dan urbanisasi (Inounu, 2005) . Akibatnya dapat mempengaruhi tingkat

produksi dan konsumsi dari masing-masing komoditas yang relatif berbeda-beda di

setiap negaranya.

Seperti tingkat konsumsi daging kambing di Indonesia masih tergolong

sangat rendah jika dibandingkan dengan negara maju seperti negara-negara Eropa,

dan China yang konsumsi per tahun bisa mencapai 1000 ton dan bahkan konsumsi

negara eropa bisa mencapai dua belas persen dari konsumsi daging kambing dunia

(AHDB, 2015)..

Page 20: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

2

Tabel 1. 1 Populasi Ternak Tahun 2013-2016 (Dinas Peternakan Provinsi Jawa

Timur)

No Jenis Ternak Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

1 Sapi Potong 3.949.097 4.125.333 4.267.325 4.407.807

2 Sapi Perah 237.673 245.246 255.947 265.002

3 Kerbau 28.118 28.507 27.792 27.304

4 Kambing 2.937.980 3.090.159 3.178.197 3.279.732

5 Domba 1.185.472 1.221.755 1.282.910 1.370.878

6 Babi 46.090 41.875 44.602 50.243

7 Kuda 10.581 10.536 10.368 10.416

8 Ayam Buras 33.806.963 34.539.123 35.728.314 36.490.697

9 Ayam

Petelur

43.066.361 41.156.842 43.221.466 45.880.658

10 Ayam

Pedaging

52.288.601 179.830.682 194.064.874 200.895.528

11 Itik 4.213.379 4.912.393 4.983.776 5.543.814

12 Entok 946.323 1.261.425 1.354.956 1.444.691

13 Kelinci 326.776 331.476 265.865 344.597

14 Burung Dara 734.378 978.134 986.371 1.176.582

15 Burung

Puyuh

2.377.749 2.770.908 2.931.450 3.281.998

Konsumsi daging kambing di Indonesia memiliki kecenderungan hanya

berlangsung dengan lonjakan sporadis pada saat-saat tertentu saja. Pasokan

kambing di Indonesia saat ini masih terfokus memenuhi kebutuhan daging hewan

kurban saat idul adha, aqiqah, serta konsumsi daging potong untuk kuliner.

Sementara itu, segmen untuk pemasaran lain dalam bentuk produk olahan belum

berkembang dengan baik. Umumnya, konsumsi daging harian terdesak oleh daging

sapi dan daging ayam. Konsumsi daging kambing oleh masyarakat masih sangat

rendah hanya sekitar lima persen.

Hal tersebut didukung oleh data di mana sumbangan produksi daging

kambing pada produksi daging nasional adalah sebesar 3,56 persen (Kementrian

Pertanian, 2015). Produksi daging kambing yang rendah tersebut mencerminkan

kecilnya tingkat konsumsi. Hal ini bisa disebabkan beragam hal, salah satunya

dengan minat atau preferensi konsumen dalam mengkonsumsi daging kambing,

Page 21: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

3

minat atau preferensi konsumen akan daging kambing yang rendah disebabkan oleh

bau khas daging kambing yang sangat kuat (prengus) (Burhan, 2001). Padahal jika

ditilik lebih jauh daging kambing merupakan sumber protein hewan berkualitas

tinggi dengan risiko absorbi kolesterol yang rendah, daging kambing memiliki

kandungan lemak jenuh yang lumayan tinggi, namun kandungan lemak tak

jenuhnya tidak lebih tinggi dibanding daging bewarna merah lain seperti daging

sapi atau daging babi (Rini, 2012), mungkin hal tersebut bisa menjadi salah satu

penyebab mengapa komoditas kambing masih kalah jauh peminatnya daripada

komoditas lainnya seperti ayam dan sapi.

Tabel 1. 2 Peringkat Populasi Ternak Tahun 2013-2016 (Dinas Peternakan

Provinsi Jawa Timur (diolah))

No Jenis

Ternak

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015 Tahun 2016 Rata-Rata

1 Ayam

Pedaging 52.288.601 179.830.682 194.064.874 200.895.528 142.061.386

2 Ayam

Petelur 43.066.361 41.156.842 43.221.466 45.880.658 42.481.556

3 Ayam

Buras 33.806.963 34.539.123 35.728.314 36.490.697 34.691.467

4 Itik 4.213.379 4.912.393 4.983.776 5.543.814 4.703.183

5 Sapi

Potong 3.949.097 4.125.333 4.267.325 4.407.807 4.113.918

6 Kambing 2.937.980 3.090.159 3.178.197 3.279.732 3.068.779

7 Burung

Puyuh 2.377.749 2.770.908 2.931.450 3.281.998 2.693.369

8 Domba 1.185.472 1.221.755 1.282.910 1.370.878 1.230.046

9 Entok 946.323 1.261.425 1.354.956 1.444.691 1.187.568

10 Burung

Dara 734.378 978.134 986.371 1.176.582 899.628

11 Kelinci 326.776 331.476 265.865 344.597 308.039

12 Sapi

Perah 237.673 245.246 255.947 265.002 246.289

13 Babi 46.090 41.875 44.602 50.243 44.189

14 Kerbau 28.118 28.507 27.792 27.304 28.139

15 Kuda 10.581 10.536 10.368 10.416 10.495

Jika dilihat rata-rata dari komoditas-komoditas ternak, ternak kambing

menempati peringkat ke enam dari lima belas komoditas tenak yang ada (Tabel

1.2), kambing memiliki rata-rata populasi 3.068.778,667 dalam kurun waktu tiga

tahun terhitung dari 2013-2016, dan kambing termasuk empat besar komoditas

konsumsi masyarakat Indonesia, setelah ayam, itik, sapi. Hal ini menunjukkan

Page 22: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

4

bahwa komoditas kambing tidaklah kalah tingkat konsumsinya jika dibandingkan

dengan komoditas unggulan seperti ayam dan sapi.

Namun jika melihat kondisi pasar dapat kita jumpai terbatasnya supply

kambing di pasar-pasar atau di toko retail modern jika dibandingkan dengan supply

ayam maupun sapi, begitu pula dengan olahan atau processed meat yang tersebar

di pasaran, kita bisa melihat banyaknya olahan sapi dan ayam yang beredar di

pasaran daripada olahan daging kambing, supply kambing yang mudah dijumpai

atau di beli oleh konsumen adalah daging mentah atau raw meat dibandingkan

dengan olahan non processed seperti sosis, bakso, burger.

Saat ini produk olahan kambing yang tersebar dan umum ditemui

dimasyarakat adalah sate dan tongseng. Pada proses pembuatan sate melalui

pembakaran, akan dihasilkan zat karsinogenik yang tinggi dibandingkan yang

diolah dengan cara perebusan (Tiven et al., 2007). Selain itu selama pembakaran,

banyak zat gizi yang keluar, daging kambing yang dibuat tongseng goreng

mengandung lemak yang tertimbun dalam serat daging, sehingga mengandung

kolesterol yang tinggi (Adisusetyanto, 2005 dalam Tiven et al., 2007).

Selain dibuat untuk sate dan tongseng sebenarnya ada beberapa cara

pengolahan yang aman untuk daging kambing adalah pengolahan produk olahan

daging berjel seperti bakso, sosis dan nugget atau burger, produk dengan preparasi

perebusan seperti abon, dan produk seasoning rempah-rempah seperti dendeng,

namun untuk saat ini pengolahan daging kambing untuk industri pengolahan pasca

panen sangat sukar ditemui terlebih di Kota Surabaya, ditambah lagi dengan kondisi

penelitian tentang olahan dan pemasaran daging kambing dinilai masih sangat

minim padahal banyak yang meyakini bahwa daging kambing adalah daging yang

memiliki khasiat yang tinggi.

Sejalan dengan hal tersebut apabila kambing tersebut diolah kembali atau

dijadikan processed product di rasa lebih bisa meningkatkan margin produk karena

mampu memberikan nilai lebih daripada hanya sekadar fresh meat. Porter (1985)

dan Kaplinsky dan Morris (2002) menjelaskan rantai nilai yang efektif merupakan

kunci keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang dapat menghasilkan

nilai tambah (value added) bagi suatu industri. Diversifikasi produk dengan

pengembangan value added akan memberikan banyak pilihan bagi konsumen dan

Page 23: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

5

memberikan nilai tambah menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi

(Yusuf, 2007). Padahal Ternak ruminansia kecil seperti kambing, disamping

sebagai penghasil daging, juga mempunyai potensi sebagai penghasil kulit yang

bernilai ekonomi tinggi, sedangkan khusus kambing perah disamping sebagai

penghasil susu, juga meghasilkan daging setelah diafkir sebagai kambing perah

disamping itu, juga menghasilkan kulit, tulang, tanduk dan kotoran yang sangat

bermanfaat (Usmiati et al, 2011).

Pada kenyataanya manfaat dari setiap bagian dari kambing selain daging

belum ditemui atau bahkan dipasarkan di lapangan dalam jumlah banyak

dibandingkan dengan komoditas unggulan ayam dan sapi, ini juga dibuktikan

dengan sulitnya menemukan produk olahan daging kambing di toko retail terdekat

bahkan yang skalanya besar sekalipun, namun tidak menutup kemungkinan masih

terdapat produk industri pengolahan kambing yang masih mudah untuk dijumpai

seperti susu kambing dan yoghurt kambing, selain itu kondisi saat ini lebih mudah

untuk menemui olahan masakan kambing seperti sate, gule dan juga tongseng

kambing daripada processed goat atau produk olahan pasca panen seperti bakso

kambing, sosis kambing, dan beragam olahan kambing pasca panen lainnya.

Jika melihat perusahaan pengolah hasil pasca panen, sebagian besar

perusahaan-perusahaan pengolahan daging ternak tersebut masih sebatas hasil

olahan dari daging sapi dan ayam, pabrik pabrik pengolahan daging pasca panen

seperti PT. Japfa Comfeed, PT. Wonokoyo, PT. Bernardi, PT. Charoen Phokpand

sejauh ini belum mengeluarkan produk olahan daging kambing, ini menunjukkan

persaingan yang relatif lebih longgar antara perusahaan sesama pengolahan ternak

kambing, harapan konsumen khususnya penggemar dari kambing itu sendiri

tergambar dalam preferensi yang masih perlu digali dan diketahui melalui

penelitian ini sebagai bahan perbaikan pada subsistem produksi untuk

menghasilkan olahan kambing dan daging kambing yang marketable.

Potensi pasar daging kambing yang terus berkembang, dan arah permintaan

produk saat ini mulai berkembang kearah produk yang relevan dengan kebutuhan

konsumen, secara lebih spesifik, maka peternak dan industri pengolahan ternak

kambing di Jawa Timur harus menyesuaikan produknya dengan kebutuhan

konsumennya, sejalan dengan itu, sulitnya menemukan produk-produk processed

Page 24: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

6

food dari olahan kambing di Surabaya jika dibandingkan dengan negara-negara

timur tengah menunjukkan masih belum tersedianya research and development

lebih mengenai olahan kambing yang nyatanya menambah nilai tambah dari

kambing itu sendiri. Kegiatan usaha hulu dan hilir seperti pabrik pakan, usaha

perbibitan, pengolahan daging dan susu, serta pengolahan kompos saat ini praktis

belum berkembang, namun demikian berdasarkan pohon industri, terlihat prospek

yang cukup baik untuk dikembangkan. Latar belakang kota Surabaya di ambil

dikarenakan menurut Asosiasi Peternak Jawa Timur, Surabaya akan ditunjuk

menjadi kota ekspor kambing di Indonesia, dan menurut Yusdja (2004), semua

kabupaten di Jawa Timur memiliki ternak kambing dengan kisaran antara 40

sampai 140 ribu ekor (kecuali kotamadya). Sehingga produksi kambing relatif tidak

bergerak dari suatu wilayah lain kecuali ke kotamadya seperti Surabaya, sehingga

potensi ini tidak bisa disia-siakan begitu saja, khususnya bagi kota Surabaya.

Sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan gambaran

rekomendasi melalui analisis rantai nilai dari olahan kambing di Surabaya dan juga

pandangan mengenai preferensi konsumen di Surabaya terhadap atribut olahan

kambing itu sendiri agar informasi terhadap olahan kambing bisa di ketahui oleh

pelaku usaha industri ternak kambing dalam pengambilan keputusan usahanya.

1.2 Perumusan Masalah

Daging sapi dan ayam adalah dua komoditas besar konsumsi masyarakat

Indonesia, supply kebutuhan protein hewani melalui daging olahan pasca panen

yang mudah ditemui saat ini adalah olahan ayam dan sapi, padahal kambing juga

merupakan salah satu komoditas produksi daging yang cukup besar, sebaran produk

olahan kambing tidak seluas olahan sapi dan ayam, padahal pengolahan daging

kambing pasca panen merupakan rantai proses yang akan memberikan nilai tambah

bagi pelaku yang ada di dalamnya, mulai dari peternak sampai industri dan

konsumen. Aktor atau pelaku tersebut kemudian terhubung dalam suatu rantai yang

disebut dengan rantai nilai. Analisis rantai nilai terhadap produk olahan kambing

ditujukan untuk mengkaji berbagai permasalahan permintaan pasar yang dihadapi

oleh industri yaitu sifat produk yang diinginkan oleh konsumen (preferensi atribut),

ketersediaan produk di pasar, penanganan pascapanen dan pengolahan, serta nilai

tambah yang terbentuk.

Page 25: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dijelaskan, maka pertanyaan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut produk olahan kambing di

Kota Surabaya?

2. Apa saja yang menjadi atribut prioritas konsumen pada produk-produk olahan

kambing?

3. Bagaimana rantai nilai yang mungkin terjadi pada komotidas kambing?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis preferensi konsumen untuk memberikan gambaran mengenai

pilihan kesukaan maupun ketidaksukaan konsumen terhadap sifat-sifat produk

olahan kambing

2. Menganalisis atribut prioritas pertimbangan dalam pembelian produk olahan

kambing

3. Merancang pemetaan value chain rekomendasi komoditas kambing agar

perusahaan terkait maupun pelaku usaha komoditas kambing dapat

meningkatkan nilai tambah maupun penurunan biaya sehingga usaha lebih

kompetitif.

1.5 Manfaat Penelitian

Berikut adalah manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini

1.5.1 Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan pengolahan produk

pasca panen, khususnya kambing baik skala kecil maupun besar dalam

mengembangkan proses bisnisnya di kota Surabaya. Penelitian ini juga dapat

memberi gambaran terkait preferensi konsumen terhadap atribut olahan kambing di

kota Surabaya yang mana dapat memberikan insight tambahan terhadap perusahaan

industri pengolahan pasca panen.

1.5.2 Manfaat Keilmuan

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap wawasan dan

pengetahuan peneliti serta memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan teori

yang sudah dipelajari selama perkuliahan. Penelitian ini juga berkontribusi di

Page 26: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

8

bidang analisis preferensi terhadap atribut produk olahan dan value chain yang

mungkin berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.6 Batasan dan Asumsi

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang marketing dan operasional

2. Responden yang digunakan adalah sample dari wilayah Surabaya dan

sekitarnya (Krian, Sidoarjo, Gresik)

3. Atribut-atribut preferensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu produk-

produk olahan kambing seperti : rasa, harga, ukuran pembelian produk,

kebersihan produk, komposisi bahan baku, label halal, tanggal kadularsa,

promosi, ketersediaan produk, tempat penjualan produk, (Permanawati, (2006))

dan kesehatan.

4. Preferensi konsumen pada komoditas kambing yang dimaksud adalah

preferensi atribut terhadap produk-produk olahan daging kambing dan susu

kambing.

5. Batasan Value Chain disini adalah pada produk hasil dari olahan kambing, serta

produk konsumsi pangan yang berbahan dasar kambing.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Responden dalam penelitian dianggap mewakili populasi dari pria dan wanita

di Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo, Krian, Gresik, yang mana penambahan

sampel lokasi ini dimaksudkan agar memberikan gambaran tambahan terkait

preferensi konsumen pada atribut produk olahan yang menunjang tambahan

informasi bagi pelaku dan calon pelaku usaha di Surabaya.

2. Dalam penelitian ini olahan kambing dan domba dipisahkan, peneliti hanya

menggunakan objek penelitian kambing

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan dalam memahami alur

baca skripsi ini. Berikut adalah sistematika penulisan dalam skripsi ini:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan terkait latar belakang dari masalah yang diangkat, data

dan fakta, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat, batasan,

asumsi dari penelitian ini.

Page 27: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

9

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas terkait landasan-landasan teoritis terkait ilmu-ilmu dan

teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teori yang akan dibahas pada

bagian bab ini adalah definisi dari preferensi konsumen, persaingan dan kompetisi

pasar olahan kambing dan alat uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab ini juga akan menjelaskan terkait penelitian terdahulu yang mendukung

penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai jenis desain penelitian, waktu dan

tempat penelitian, data, skala pengukuran, teknik pengumpulan data, teknik

sampling penelitian, responden penelitian, teknik pengolahan, dan analisis data.

BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI

Bab ini akan menjelaskan mengenai tahapan pengumpulan dan pengolahan

data. Pengolahan data akan terdiri dari analisis deskriptif, analisi crosstab, cochran

q test, fishein dan value chain analysis serta implikasi manajerial.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menampilkan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan dan saran yang dapat berguna bagi pelaku usaha dan calon pelaku usaha.

Selain itu, terdapat pula saran yang dapat digunakan pada penelitian selanjutnya.

Page 28: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

10

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 29: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas mengenai referensi teori apa yang dianggap relevan

dengan topik penelitian. Teori-teori tersebut akan digunakan sebagai pedoman dan

landasan untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan masalah.

2.1 Pohon Industri Kambing

Gambar 2.1 Pohon Industri Kambing Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan (2012)

Kambing

Hewan Hidup

Hewan Kurban Kurban

Devisa Ekspor

Daging segar/susu

Table Food (steak, sate, tongseng, susu segar)

Sosis, Abon, Dendeng, Keju, Yoghurt

Kulit Segar Kulit SamakProduk Fashion : Sepatu, Jas Kulit

Limbah

JeroanTable Food

(gulai)

Tulang

Kalsium : Produk

Suplemen

Bahan Baku Pakan Ternak

Darah Bahan Baku

Pakan Ternak

Kotoran TernakPupuk

Organik/Kandang

Kulit AfkirKrupuk Kulit,

Kerajinan

Page 30: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

12

Pohon industri merupakan gambaran diversifikasi produk suatu komoditas

dan turunannya secara skematis. Semakin banyak produk hilir yang bisa

dikembangkan maka komoditas tersebut bisa dikatakan mempunyai nilai tambah

yang tinggi. Kambing memiliki banyak sekali potensi untuk dikembangkan,

sehingga bisa menghasilkan zero waste produk yang ada, Gambar 2.1 menunjukkan

pohon industri dari kambing.

2.2 Kondisi Kota Surabaya

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai kondisi kota tempat dilakukan

penelitian mengenai preferensi dan value chain produk ternak kambing yakni kota

Surabaya, pemilihan kota Surabaya dikarenakan terletak di Jawa Timur dan

menjadi sampel kota metropolitan dan Jawa Timur telah di inisiasi oleh Asosiasi

Peternak Kambing Indonesia sebagai pusat pemasok kambing dan olahannya di

Indonesia.

2.2.1 Kondisi Ekonomi

Surabaya adalah pusat kegiatan ekonomi di Jawa Timur, terdapat banyak

perusahaan di daerah tersebut seperti perusahaan pembuatan kapal elektronik alat

berat dan pertanian dan kerajinan. Pengembangan sektor-sektor ekonomi secara

langsung mempengaruhi peningkatan PDB dan PDB per kapita adalah nilai yang

menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat. Sekilas dari PDB dan PDB per

kapita nilai di Surabaya selama tiga periode terakhir (2002-2004) dapat dilihat pada

tabel 2.1. Kinerja perekonomian Kota Surabaya dapat dilihat dari laju pertumbuhan

ekonomi per kategori lapangan usaha. Selama kurun waktu 5 tahun pertumbuhan

kategori pembentuk PDRB Kota Surabaya tumbuh cukup bervariasi. Sebagaimana

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Page 31: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

13

Tabel 2. 1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Surabaya Menurut Lapangan Usaha

Seri Tahun Dasar 2010, Tahun 2011 – 2016 (Persen) (BPS Kota Surabaya 2016 *)

Angka Sementara

Kategori/

Category Uraian/ Description

201

1 2012

201

3

201

4

201

5*

201

6*

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan/ Agriculture,

Forestry and Fishing

2,19 5,92 7,98 3,54 4,73 4,36

B Pertambangan dan Penggalian/

Mining and Quarrying 2,51 1,79 3,76 3,20 3,98 3,14

C Industri Pengolahan/

Manufacturing 4,96 7,35 6,51

10,1

3 5,88 4,91

D Pengadaan Listrik dan Gas/

Electricity and Gas

-

6,17

-

10,11

-

1,99

-

1,90

-

3,12

-

1,05

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang/ Water supply,

Sewerage, Waste Management

and Remediation Activities

8,43 2,05 2,12 0,76 5,17 5,92

F Konstruksi/ Construction 7,28 6,78 8,00 6,81 2,85 5,01

G

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor/ Wholesale and

Retail Trade; Repair of Motor

Vehicles and Motorcycles

8,01 7,04 6,80 4,88 6,20 5,82

H Transportasi dan Pergudangan/

Transportation and Storage 7,07 7,88 8,05 8,46 6,42 4,89

I

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum/

Accommodation and Food

Service Activities

8,55 6,86 7,13 8,06 8,04 8,63

J Informasi dan Komunikasi/

Information and

Communication

10,0

6 11,51

12,7

4 6,53 6,38 6,98

K Jasa Keuangan dan Asuransi/

Financial and Insurance

Activities

7,44 10,23 16,9

5 7,79 7,49 7,65

L Real Estate/ Real Estate

Activities 8,61 10,29 5,92 6,68 5,07 5,32

M,N Jasa Perusahaan/ Business

Activities 5,42 4,60 4,84 6,45 5,38 5,05

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib/ Public Administration

and Defence; Compulsory

Social Security

2,19 2,97 1,25 0,33 4,45 5,09

P Jasa Pendidikan/ Education 4,42 10,40 7,68 5,71 6,31 6,02

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial/ Human Health and

Social Work Activities

18,0

4 11,51 8,97 9,39 4,04 5,85

R,S,T,U Jasa lainnya/ Other Services

Activities 5,54 2,43 4,67 4,55 4,67 4,99

Produk Domestik Regional Bruto/ oss Regional

Domestic Product 7,13 7,35 7,58 6,96 5,97 6,00

Page 32: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

14

Dari hasil pertanian, kehutanan dan perikanan kota Surabaya didapati

penurunan nilai, ini juga didukung dengan data pada tabel 2.2 dimana terdapat

penurunan pemotongan ternak, dimana jumlah ternak yang dipotong relatif

meningkat dari tahun namun pada tahun 2014 mengalami penuruan dibandingkan

pada tahun 2013.

Tabel 2. 2 Banyaknya Ternak yang Dipotong Menurut Jenisnya 2007 – 2013

(Dinas Pertanian Kota Surabaya)

Bulan Sapi/Kerbau Kambing Domba Babi Jumlah

2014 58.799 8.634 5.068 38.041 110.542

2013 75.517 13.014 - 38.018 125.549

2012 105.720 13.181 05.22 36.335 160.458

2011 105.713 - 13.011 5.339 36.236

2010 76.399 - 17.044 4.217 39.354

2009 69.016,00 40 32.368 16.953 42.878

2008 15117,2 - 195 159,7 2392,5

2007 90.608 40 32.368 16.953 42.878

2.3 Teori Konsumsi

Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa

yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa

yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang

dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang

dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi barang lain

(Kardes, 2002).

Individu yang melakukan konsumsi disebut konsumen. Keinginan

mengkonsumsi oleh individu akan menimbulkan permintaan terhadap suatu barang.

Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli barang dengan berbagai

alternatif harga. Selain dipengaruhi harga permintaan juga dipengaruhi oleh

pendapatan, selera, jumlah konsumen yang menginginkan barang tersebut,

ekspektasi barang yang akan datang, iklan dan sebagainya (Sumarwan, 2003).

Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen amat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang antara lain:

1. Usia

Page 33: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

15

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Usia

berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli

juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui

oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau

rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas

permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada

uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan

lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar

barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan

berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods). Pendapatan

seseorang mempengaruhi pilihan produk.

3. Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan

perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang

dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila

pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas

baik, tingkat pendidikan dapat dlihat dari pendidikan terakhir konsumen.

4. Harga Barang Lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barangbarang

lain yang ada kaitannya. Seperti barang yang saling mengganti (substitusi) atau

barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga barang

substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang

yang digantikan atau yang dilengkapi.

5. Harga Barang itu Sendiri

Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah

permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain yang

dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang mengalami

kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang diminta tersebut. Oleh

karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara langsung dapat

mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

Page 34: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

16

2.4 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen merupakan suatu pilihan berdasarkan kesukaan dari

pilihan konsumen terkait mana yang lebih disukai oleh konsumen. Terbentuknya

preferensi konsumen didasarkan atas persepsi konsumen terhadap suatu produk

(Munandar et al., 2012). Kardes (2002) mengemukakan preferensi sebagai bentuk

penilaian evaluatif terhadap dua objek atau lebih dengan melibatkan dua objek atau

lebih sebagai bahan pertimbangan konsumen. Dalam hal ini, sikap konsumen dapat

berfungsi sebagai pembangun preferensi konsumen dalam membuat keputusan

terhadap beberapa pilihan atau alternatif produk maupun jasa.

Preferensi konsumen yang terbentuk melalui sikap berdasarkan pada suatu

perbandingan terkait atribut-atribut yang berasal dari dua produk atau lebih.

Simamora (2003) mengemukakan bahwa terdapat langkah-langkah yang harus

dilalui oleh seorang konsumen dalam membentuk preferensinya antara lain yaitu

konsumen melihat produk sebagai bentuk kumpulan atribut, diasumsikan bahwa

tingkat kepentingan atribut pada masing-masing produk berbeda yang disesuaikan

dengan adanya kebutuhan (need) dan keinginan (want), konsumen secara individu

mengembangkan stimulus dari produk yang dilihatnya dan mengembangkan

kepercayaannya mengenai merek produk tertentu yang disebut sebagai kesan

merek. Selain hal-hal tersebut masih terdapat 2 langkah terakhir yang diasumsikan

sebagai tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan bervariasi terhadap

perbedaan atribut-atribut yang dimiliki oleh merek dari produk tersebut. Frank

(2015) mengemukakan preferensi konsumen yang diasumsikan sebagai suatau

bentuk kesederhanaan yang dimulai dengan pertimbangan hanya dengan dua

barang. Dalam hal ini, preferensi memiliki suatu pengurutan yang memungkinkan

konsumen untuk memberikan peringkat pada berbagai kumpulan barang dalam hal

keinginan atau urutan preferensi. Pengurutan preferensi (preference ordering)

didefinisikan sebagai suatu peringkat semua kumpulan konsumsi yang memiliki

kemungkinan berdasarkan kesesuaian urutan preferensi.

Secara umum, preferensi konsumen berbicara terkait kemungkinan pilihan

konsumen yang di dasarkan pada 3 pilihan, yaitu konsumen lebih menyukai produk

A daripada produk B, konsumen lebih menyukai produk B daripada produk A, atau

konsumen sama-sama menyukai produk A dan B karena kedua produk tersebut

Page 35: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

17

terlihat menarik. Preference ordering memungkinkan konsumen untuk

memberikan peringkat pada kumpulan yang berbeda namun tidak membuat suatu

pernyataan kuantitatif yang lebih tepat mengenai keinginan konsumen yang relatif.

Dengan demikian, konsumen mungkin bisa mengatakan bahwa ia lebih suka

produk A ke B tapi bukan berarti produk A memberikan kepuasan dua kali lebih

banyak daripada produk B. Frank (2015) membagi preferensi konsumen ke dalam

empat bagian utama, yaitu kelengkapan (completeness), lebih banyak lebih baik

(more is better), transitivitas (transitivity), dan konveksitas (convexity).

1. Completeness

Pengurutan preferensi berakhir apabila konsumen memberikan peringkat

terhadap semua kemungkinan kombinasi barang dan jasa. Secara harfiah, asumsi

kelengkapan tidak pernah terpuaskan, karena ada banyak barang yang konsumen

tahu terlalu sedikit untuk bisa dievaluasi. Meskipun demikian, hal ini merupakan

asumsi penyederhanaan yang berguna untuk analisis pilihan di antara kumpulan

barang yang dikenal oleh konsumen.

2. More is better

Barang-barang yang lebih banyak lebih baik yang berarti bahwa pada hal-

hal lain yang setara, barang yang lebih banyak merupakan barang yang lebih baik

dan lebih diutamakan. Misalnya, terdapat dua bundles dimana bundles A yang

terdiri dari 1 buah perlengkapan memasak dan 1 contoh masakan sedangkan

bundles B terdiri dari 1 buah perlengkapan memasak dan 2 contoh masakan.

Asumsi tersebut berbicara bahwa bundles B lebih dipilih dibandingkan dengan

bundles A.

3.Transitivity

Jika konsumen lebih menyukai steak daripada hamburger dan hamburger

lebih baik daripada hot dog, maka konsumen tersebut tergolong seseorang yang

lebih menyukai steak daripada hot dog. Transitivitas berbicara terkait preferensi

konsumen, yaitu terdapat paket A, B, dan C. Kemudian apabila konsumen lebih

memilih produk A terhadap B dan lebih memilih produk B terhadap C, maka

konsumen tersebut selalu memilih produk A terhadap C. Dalam hal ini, hubungan

preferensi konsumen diasumsikan sama seperti hubungan yang digunakan untuk

membandingkan tinggi seseorang.

Page 36: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

18

4. Convexity

Konveksitas berbicara mengenai preferensi konsumen yang seimbang

terhadap dua produk atau lebih. Misalnya, terdapat dua produk A dan B namun

konsumen tidak peduli antara dua produk A dan B yang mengakibatkan suatu

preferensi yang bersifat cembung apabila konsumen lebih memilih satu produk

yang berisi setengah dari produk A dan setengah dari produk B (atau campuran

lainnya) ke salah satu dari kumpulan aslinya. Contoh yang lainnya adalah

diasumsikan bahwa konsumen tidak peduli antara produk A yang bernilai 5 (4,0)

dan produk B yang bernilai 5 (0,4), dimana nilai itu mencerminkan pilihan

konsumen terhadap produk A atau B. Namun apabila preferensi konsumen bersifat

cembung, maka konsumen akan lebih memilih produk dengan komposisi (2,2) yang

seimbang untuk masing-masing kumpulan produk.

2.5 Value Chain (Rantai Nilai)

Rantai nilai dalam arti sempit menjelaskan tentang serangkaian kegiatan

yang bertujuan untuk menghasilkan keluaran tertentu yang memiliki nilai. Kegiatan

tersebut mencakup tahap pembuatan konsep dan perancangan, proses diperolehnya

input atau sarana produksi, proses produksi, kegiatan pemasaran dan distribusi,

serta kinerja layanan purna jual. Seluruh kegiatan tersebut membentuk keseluruhan

rantai yang menghubungkan produsen dan konsumen dan tiap kegiatan

menambahkan nilai pasar produk akhir.

Sedangkan rantai nilai dalam arti luas melihat berbagai kegiatan kompleks

yang dilakukan oleh berbagai pelaku atau aktor (produsen utama, pengolah,

pedagang, penyedia jasa) untuk membawa bahan baku melalui suatu rantai hingga

menjadi produk akhir yang siap dijual. Rantai nilai ini akan terus terhubung dengan

kegiatan usaha lainnya mulai dari sistem produksi bahan baku sampai dengan

perdagangan, perakitan, pengolahan, dan lain-lain (ACIAR, 2012). Rantai nilai

merupakan “the building blocks of competitive advantage” yang berarti bahwa

rantai nilai bukan hanya sekedar sekumpulan aktivitas yang berdiri sendiri,

melainkan merupakan suatu sistem aktivitas yang saling bergantung.

Keterkaitan ini menggambarkan hubungan antara pelaksanaan suatu

aktivitas nilai dengan biaya atau kinerja aktivitas lain. Rantai nilai menunjukkan

Page 37: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

19

bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku sampai ke pelanggan

akhir.

Analisis rantai nilai dapat sebagai alat analisis stratejik yang digunakan

untuk memahami dengan lebih baik keunggulan kompetitif, dimana perusahaan

dapat meningkatkan nilai tambah maupun penurunan biaya sehingga usaha lebih

kompetitif. Dalam pemasaran komoditas pertanian, kedua kelompok aktivitas

pembentuk rantai nilai tersebut juga dilakukan meskipun dengan tingkat

kompleksitas yang berbeda dari sektor industri (Porter, 1993).

Analisis value chain memandang perusahaan sebagai salah satu bagian dari

rantai nilai produk. Rantai nilai produk merupakan aktifitas yang berawal dari

bahan mentah sampai dengan penanganan purna jual. Rantai nilai ini mencakup

aktivitas yang terjadi karena hubungan dengan pemasok (Supplier Linkages), dan

hubungan dengan konsumen (Consumer Linkages). Aktivitas ini merupakan

kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung satu dengan yang lain. (Porter, 1990).

Analisis value chain membantu manajer untuk memahami posisi

perusahaan pada rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan kompetitif.

Pendekatan Analisis value chain dan Value Coalitions merupakan pendekatan

terbaik dalam membangun nilai perusahaan kearah yang lebih baik. Analisis value

chain dan value coalitions lebih sering berhubungan dengan aktivitas luar

perusahaan. (Weiler, 2004).

Kerangka rantai nilai (Value Chain) memiliki dua syarat yaitu syarat

pertama adalah data biaya sebagai pendukung analisis rantai nilai, syarat kedua

adalah informasi untuk mendukung analisis daur hidup produk. Dengan demikian

Value Chain dapat digunakan sebagai salah satu alat analisis manajemen biaya

untuk pengambilan keputusan strategis dalam menghadapi persaingan bisnis yang

semakin ketat (Widarsono, 2005). Rantai nilai mencakup margin laba karena

markup diatas biaya perusahaan untuk menyediakan aktivitas bernilai tambah

umumnya merupakan bagian dari harga yang dibayar oleh pembeli.

2.5.1 Local Value Chain Development

Local value vhain development menuntun penelitian menggunakan

pendekatan analisis value chain yang dapat digunakan oleh local (area terbatas,

Page 38: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

20

seperti kota, desa atau distrik) yang menjadi basis dalam melakukan penelitain

dengan mengguunakan rentang waktu empat sampai 8 minggu.

Local value chain development mengkombinasikan antara pendekatan LED

(Local Ecconomic Development) dan pendekatan value chain untuk memperkuat

competitivenerss dari SME (Small and Medium Entreprises) dan integrasi mereka

ke pasar.

Local Value Chain Development terdiri dari dua tujuan yakni :

a.) Strategic Long Term Orientation

Menyediakan petunjuk untuk strategi agar dapat sustain berdasarkan sektor-

sektor yang ada sehingga dapat bersaing dengan pasar dalam maupun luar negeri.

b.) Quiick-win-short term incentives

Menyediakan rekomendasi sederhana yang dapat dengan cepat di

implementasikan. Pendekatan ini penting untuk bisa menunjang tujuan dan strategi

untuk jangka panjang

Outcome dari pada Local Value Chain Development memberikan gambaran

dan petunjuk rekomendasi dari value chain analysis yang dapat mengidentifikasi

peluang dan batasan pada sektor-sektor dan dapat meberikan rekomendasi terkait

integrasi pasar. Pendektan ini meggunakan action-oriented, yang membatu para

stakeholder lokal menentukan kemana arah bisnis mereka Herr (2007).

2.6 Atribut Produk

Atribut didefinisikan sebagai karakteristik yang membedakan merek atau

produk dari yang lain. Definisi yang lain menyebutkan bahwa atribut adalah faktor-

faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang

pembelian suatu merek ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau

menjadi bagian dari produk itu sendiri (Simamora, 2004).

Atribut menggambarkan karakteristik spesifik dari produk yang

menimbulkan manfaat. Artinya, pembeli biasanya dapat menyimpan manfaat yang

akan mereka terima dari produk dengan meneliti atribut produk tersebut. Seringkali

beberapa produk sama dalam sejumlah besar atributnya. Dalam hal seperti ini,

adalah penting untuk membedakan satu atau lebih atribut penentu, yaitu atribut

yang paling menentukan pilihan pembeli. Suatu atribut akan dianggap penting jika

memberikan manfaat yang sangat diinginkan, tetapi jika semua alternatif yang

Page 39: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

21

bersaing mempunyai karakteristik yang sama, maka atribut yang lain akan

menentukan pilihan merek (Guiltinan dan Gordon, 1992).

Atribut produk merupakan unsur-unsur yang ada pada produk tersebut dan

dipandang penting oleh konsumen serta dijadikan sebagai dasar pengambilan

keputusan (Tjiptono, 1995). Atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik

dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk,

misalnya ukuran. Sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif

dari produk berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).

Menurut Cleland dan Bruno (1996) dalam Simamora (2003), yang

dipertimbangkan oleh konsumen sebenarnya hanya dua bagian besar, yaitu faktor

harga dan bukan harga. Faktor bukan harga terdiri dari faktor produk dan non

produk. Faktor produk adalah atribut-atribut yang terkait langsung dengan produk.

Sedangkan faktor non-produk adalah hal-hal yang terkait secara tidak langsung

dengan produk.

2.7 Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan

respon secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan, seperti halnya suatu

merek. Sikap tergantung pada sistem nilai dari seseorang individu yang mewakili

standar pribadi tentang baik dan buruk, benar dan salah, dan seterusnya. Jadi sikap

akan cenderung lebih tahan lama dan kompleks dibandingkan dengan kepercayaan

(Lamb et al, 2000).

Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan

konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku.

Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen mengenai suatu objek apakah

disukai atau tidak dan dapat juga menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap

berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut (Sumarwan, 2002).

Menurut Simamora (2003) terdapat tiga komponen sikap, yaitu :

a. Komponen Kognitif (cognitive component)

Terdiri dari Kepercayaan Konsumen n dan pengetahuan tentang obyek.

Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara alami.

Semakin positif kepercayaan terhadap suatu merk dan semakin positif setiap

Page 40: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

22

kepercayaan, maka akan semakin mendukung keseluruhan komponen kognitif yang

pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari sikap itu.

b. Komponen Afektif (affective component)

Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek merupakan komponen

afektif sikap. Misalnya, konsumen menyukai produk A. Hal tersebut merupakan

hasil emosi atau evaluasi afektif terhadap suatu produk. Evaluasi terbentuk tanpa

informasi kognitif atau kepercayaan tentang produk tersebut atau bisa juga

merupakan hasil evaluasi atas penampilan produk pada setiap atributnya.

c. Komponen Perilaku (behavioral component)

Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas,

misalnya keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk akan memperlihatkan

komponen perilakunya, Solomon (1999) dalam Sumarwan (2004) menyebut

tricomponent model sebagai model Sikap ABC. A menyatakan sikap (affect), B

adalah perilaku (behavior), C adalah kepercayaan (cognitif). Sikap menyatakan

perasaan seseorang terhadap suatu objek. Perilaku adalah kecenderungan seseorang

untuk melakukan sesuatu, sedangkan kognitif adalah kepercayaan seseorang

terhadap objek.

Model ABC menganggap bahwa sikap, perilaku, dan kepercayaan adalah

berhubungan satu sama lain. Jadi, sikap seseorang terhadap suatu produk tidak

hanya digambarkan oleh pengetahuannya terhadap atribut produk (kognitif), tetapi

juga digambarkan oleh perasaan (apakah ia menyukai produk tersebut), dan

kecenderungannya (apakah ia akan membeli produk tersebut). Sikap berguna bagi

pemasaran dalam banyak cara. Sebagai contoh, sikap kerap digunakan untuk

menilai keefektifan kegiatan pemasaran.

Sikap dapat pula membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum

dilaksanakan di dalam pasar. Keputusan mengenai pengemasan adalah salah satu

contoh. Sikap juga sangat berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan memilih

pangsa target (Engel, 1998).

2.8 Penelitian Terdahulu

Pada sub bab ini akan dijelaskan lebih detail megenai penelitian terdahulu

tentang analisis preferensi dan juga analisis rantai nilai

Page 41: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

23

1. Preferensi Konsumen dan Analisis Rantai Nilai Produk Olahan Cabai

Merah Kering (Studi Kasus : Wilayah Bogor)

Penelitian yang dilakukan oleh Endiyani (2014) ini dilatar belakangi oleh

meningkatnya harga cabai merah dan kelangkaan pasokan cabai merah di pasaran,

oleh sebab itu perlunya diversifikasi produk dengan membuat produk olahan cabai

merah kering. Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di

pasaran mendapat reaksi sangat cepat dari masyarakat. Oleh sebab itu, penyediaan

cabai merah setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik yaitu dengan

membuat suatu diversifikasi produk, salah satunya dengan membuat produk olahan

cabai merah kering.

Tujuan dari penelitian ini adalah Penelitian ini bertujuan: menentukan jenis

produk olahan cabai merah kering berdasarkan preferensi konsumen,

mengidentifikasi dan menganalisis atribut preferensi konsumen terhadap produk

olahan cabai merah kering terpilih, dan menganalisis rantai nilai dan nilai tambah

produk olahan cabai merah kering terpilih.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konjoin,

analisis hayami, dan analisis R/C ratio. Responden dalam penelitian ini berjumlah

73 orang yang terdiri dari 65 orang masyarakat sebagai konsumen akhir yang

mengkonsumsi produk olahan cabai merah kering (35 orang responden pada

preferensi awal dan 30 orang responden pada preferensi lanjutan), 2 bentuk usaha

pengolahan cabai merah kering (skala industri dan skala usaha kecil menengah

(UKM)), 3 orang pedagang pengecer (retailer) yang menjual produk cabai merah

kering utuh, 3 orang pedagang pengumpul dan importir. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa produk olahan cabai merah bubuk merupakan produk olahan

yang paling banyak digunakan oleh konsumen, yaitu konsumen pasar Anyar, pasar

Bogor, pasar Caringin dan pasar Gunung Batu dan hasil ini menunjukkan bahwa

usaha pengolahan cabai merah kering bubuk baik skala industri maupun UKM

memberikan prospek yang baik.

2. Rantai Nilai (Value Chain) Komoditas Cabai Merah (Capsicum Annuum)

di Kabupaten Temanggung

Penelitian yang dilakukan oleh Dwikurnia (2016) dilatarbelakangi oleh

petani cabai merah ini dimana memiliki rantai pemasaran yang cukup panjang dan

Page 42: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

24

merupakan barang yang mudah rusak yang menyebabkan fluktuasi harga. Tujuan

dari penelitian ini adalah mengetahui rantai nilai komoditas cabai merah di

Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemilihan responden

melalui metode purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang

dan dengan menggunakan snowball untuk menentukan lembaga pemasaran

sebanyak 11 orang. Metode wawancara mendalam untuk key person dari

lingkungan akademisi, pebisnis, pemerintahan, dan komunitas (A-B-G-C)

sebanyak 5 orang.

Hasil penelitian menunjukkan ini bahwa ada tiga tipe saluran pemasaran

yang berbeda dengan marjin pemasaran disaluran lembaga pemasaran yang

berbeda. Saluran lembaga pemasaran yang pertama dengan marjin Rp 1.000,00,

marjin di saluran pemasaran yang kedua yaitu Rp 2.000,00 dan saluran pemasaran

ketiga sebesar Rp 4.000,00 yang merupakan marjin terbesar karena merupakan

saluran pemasaran terpanjang.

3. Rantai Nilai Olahan Susu Kambing di UD. Harokah Barokah Bogor

Penelitian ini dilakukan oleh Anam (2014) memiliki latar belakang karena

mahalnya harga susu kambing di pasaran dan minimnya produk olahan dari susu

kambing itu sendiri serta dapat membantu pelaku usaha seperti UD Harokah untuk

meningkatkan margin dengan adanya nilai tambah. Tujuan dari penelitian tersebut

adalah untuk mengidentifikasi urantai pasok susu kambing di UD. Harokah,

menganalisis rantai nilai pengolahan susu kambing di UD. Harokah, mengetahui

nilai tambah susu kambing di setiap anggota rantai pasok, dan mengetahui pelaku

ranti nilai yang memiliki keuntungan terbesar.

Metode analisis yang digunakan adalah rantai nilai Porter, penelitian ini

dilakukan di UD. Harokah Barokah Bogor dimana menggunakan dua sumber data

yakni primer dan sekunder primer sendiri diambil dari interview mendalam dan

observasi langsung sedangkan sekunder diperoleh dari literatur-literatur, majalah-

majalah serta buku-buku dan data pemerintahan. Hasil dari penelitian tersebut

adalah bahwa rantai nilai di industri susu kambing UD. Harokah melibatkan tiga

pelaku utama yaitu peternak sebagai penyedia bahan baku susu kambing, restoran

dan industri pengolahan susu kambing serta distributor yang memasarkan produk

Page 43: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

25

olahan susu kambing, kondisi rantai nilai susu kambing UD. Harokah dirasa cukup

dari segi akses pasar, bahan baku dan infrastruktur, namun kemampuan SDM,

kendali mutu, dan teknologi perlu ditingkatkan.

4. Preferensi Konsumen Terhadap Daging Domba di Jawa Barat

Penelitian yang dilakukan oleh Kuswaryan et al (2016) ini memiliki latar

belakang karena upaya untuk meningkatkan daya saing dan mendapat sambutan

pasar, selayaknya domba diproduksi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

konsumen. Terdapat atribut yang dipertimbangkan dalam pembelian daging domba

menjadi bagian penting untuk diketahui, dan menjadi faktor pengarah bagi

penentuan kualitas daging domba yang diinginkan konsumen (perceived quality).

Atribut tersebut pada akhirnya akan terimplementasikan sebagai preferensi

konsumen terhadap daging domba, pada masing-masing segmen pasar yang

sekarang ada.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui preferensi konsumen terhadap

daging domba, Lokasi penelitian di wilayah jalur wisata Bogor-Cianjur, dan Kota

Bandung yang ditentukan secara purposive. Sampel yang digunakan sebanyak 109

responden, dengan model analisis Uji Chochran Q Test, dan Multi Atribut Fishbein.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (a) Terdapat empat dari 18 atribut daging

domba yang valid disepakati konsumen daging domba yaitu: keempukan daging,

harga daging, bagian potongan karkas, dan aroma, (b) konsumen lebih menyukai:

daging domba empuk yang ditandai konsistensi kenyal jika ditekan dengan jari;

harga daging yang layak sesuai dengan kualitas; bagian potongan karkas paha

belakang dan depan; daging memiliki aroma khas dan tidak berbau busuk, (c)

prioritas atribut yang dipertimbangkan dalam membeli daging domba dari tingkatan

penting sampai sangat penting, yaitu : keempukan daging, harga daging, bagian

potongan karkas, dan aroma daging, (d) Sikap konsumen daging domba sebagian

besar ada pada kategori positif sampai sangat positif, dan sebagian kecil responden

bersikap netral, tetapi responden tetap melakukan pembelian daging domba.

5. Analisis Preferensi Konsumen dalam Membeli Daging Sapi di Pasar

Tradisional Kabupaten Purworejo

Penelitian ini dilakukan oleh Wijaya (2008) di Purworejo dengan latar

belakang adalah persaingan dalam pemasaran dalam hal ini daging sapi yang

Page 44: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

26

semakin ketat menuntut para pedagang untuk menerapkan stategi secara tepat dan

efisien. Oleh karena itu, penting bagi pedagang daging sapi untuk mengetahui

perkembangan, kebutuhan, dan memahami atribut-atribut apa saja yang melekat

pada daging sapi yang menjadi keinginan atau kesukaan konsumen dalam

mengkonsumsi daging sapi.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui atribut daging sapi yang

menjadi preferensi atau kesukaan konsumen di Kabupaten Purworejo dan

mengetahui atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan

membeli daging sapi di Kabupaten Purworejo. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah adalah deskriptif dan menggunakan analisis chi square dan

fishbein.

Hasil analisis di penelitian ini menunjukan adalah daging sapi yang menjadi

preferensi konsumen di Kabupaten Purworejo adalah daging sapi yang berwarna

merah cerah, mempunyai kandungan lemak sedikit, dan bagian daging atas.

6. Analisis Preferensi dan Loyalitas Konsumen Susu Kambing Perah Produk

Peternakan Bangun Karso Farm Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor

Penelitian yang dilakukan oleh Paturochman et al (2016) dilatar belakangi

oleh proses bisnis Bangun Karso Farm agar strategi pemasaran susu kambing tepat

dan dapat bertahan pada persaingan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui atribut-atribut preferensi yang dipertimbangkan oleh konsumen

menganlisis preferensi dan loyalitas konsumen dalam mengonsumsi susu kambing

dari Bangun Karso Farm.

Metode penelitian yang digunakan adalah sensus dan analisis data

menggunakan uji cochran q test, analisis semantic differential dan analisis piramida

loyalitas, dimana hasil dari penelitian tersebut adalah Hasil penelitian menunjukkan

bahwa atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen berdasarkan urutan tertinggi

masing-masing adalah sebagai berikut: layanan pelengkap, jaminan produk, fungsi

dan kegunaan, kebersihan tempat, cita rasa, aroma, lokasi, harga dan merek

kemasan. Preferensi konsumen menunjukan skala tiga sampai dengan empat, yang

artinya bahwa konsumen susu kambing “suka” dan “sangat suka” terhadap atribut

yang melekat dalam susu kambing. Tingkatan loyalitas konsumen susu kambing

Page 45: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

27

perah di Bangun Karso Farm membentuk piramida loyalitas terbalik, yang artinya

loyalitas konsumen terhadap susu kambing berada pada loyalitas tinggi.

7. Value Chain Analysis untuk Perancangan Rekomendasi Kebijakan

Industri Perikanan di Kota Tarakan dengan Menggunakan Sistem

Dinamik

Penelitian ini dilakukan oleh Kresnawati (2013) di kota Tarakan

Kalimantan, latar belakang penelitian ini adalah Tarakan memiliki potensi

perikanan yang berpeluang besar untuk dikembangkan menjadi suatu industri yang

mampu memberikan nilai tambah pada komoditas perikanan yang ada. Sampai saat

ini Tarakan di nilai masih belum dapat memanfaatkan potensi perikanan yang ada,

pengelolaan cenderung dialkukan dengan cara pengeringan dan penggaraman.

Selain itu masih sedikit industri pengolahan ikan di Tarakan yang memberikan nilai

tambah baik pada produk maupun prosesnya.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komoditas perikanan yang

memiliki potensi untuk dikembangkan, mengetahui value chain dari komoditas

perikanan dan juga stakeholder dari komoditas yang telah ditentukan sebelumnya,

menghasilkan value chain rekomendasi pada komoditas dan menghasilkan

rekomendasi kebijakan industri perikanan dengan pendekatan sistem dinamik.

Metode yang digunakan adalah deskiptif, dengan analisis value chain,

kemudian dari analisis value chain dilakukan perancangan dengan model sistem

dinamik. Hasil dari penelitian ini adalah adanya komoditas unggulan yang dinilai

dapat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, dari analisis dan pemetaan value

chain didapatkan pelaku-pelaku yang terlibat didalamnya, value chain rekomendasi

menghasilkan 13 produk olahan ikan bandeng yang baru, dan dari sistem dinamik

didapatkan bahwa pemerintah kota Tarakan perlu mengadakan pelatihan-pelatihan

kepada pihak-pihak terkait.

8. Value Chain Analysis of the Georgian Sheep Sector

Penelitian ini dikaukan oleh Mamardashvili et al (2014) dimana

dilatarbelakangi karena ingin mengetahui kondisi terkini dari sektor bisnis domba

dan tantangan di masa depan pada rantai nilai domba Georgian. Tujuan dari

penelitian ini adalah mempelajari kondisi wool domba dan produk domba terkait

value chain, menunjukan struktur dan keterkaitan melalui value chain, dan

Page 46: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

28

mengidentifikasi kekuatan serta kekurangan serta memberikan rekomendasi untuk

pengembangan kedepan.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan

wawancara expert, lalu menggunakan analisis SWOT dan value chain mapping

Porter. Hasil dari penelitian tersebut adalah 35-45 persen dari total volume wool

dibuang atau dibakar, padahal hal tersebut merupakan potensi pendapatan,

meskipun ekspot daging Georgia telah menarik banyak negara sejak 2009, pada

tahun 2013 hanya tiga negara yang mengimpor daging dari Georgian, dan

peningkatan kualitas serta marketing perlu dilakukan dan diprioritaskan.

9. Analisis Konjoin Preferensi Konsumen terhadap Atribut Produk Kentang,

Bawang Merah dan Cabai Merah

Penelitian ini dilakukan oleh Adiyoga W dan Nurmalinda (2012) yang

dilatarbelakangi oleh isu terbatasnya sayuran dan kondisi tuntutan konsumen akan

sayuran menuntut untuk lebih mengetahui seperti apakah preferensi konsumen

terhadap sayuran itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah menghimpun

informasi menyangkut preferensi konsumen atau optimalisasi utilitas atribut produk

untuk komoditas prioritas/ unggulan sayuran (kentang, bawang merah, dan cabai

merah). Metode yang digunakan pada penelitain ini adalah survei kepada 335

responden dengan analisis data menggunakan analisis konjoin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen mengekspresikan

preferensinya terhadap kentang yang berukuran 6–8 butir/kg, berkulit mulus, dan

memiliki jumlah mata sedikit. Konsumen menganggap ukuran umbi kentang

merupakan faktor terpenting dalam menilai atau membeli kentang, dan secara

berturut-turut diikuti oleh faktor permukaan kulit serta jumlah mata. Sementara itu,

bawang merah yang paling disukai konsumen ialah bawang merah dengan diameter

umbi 2,5 cm, berwarna kulit merah-ungu tua, dan beraroma tidak menyengat.

Urutan kepentingan atribut bawang merah menurut persepsi konsumen secara

berturut-turut yaitu warna kulit, ukuran umbi, serta aroma. Sementara itu,

konsumen lebih menyukai cabai merah yang besar, kulit berwarna merah terang,

dan memiliki kepedasan agak pedas. Dalam konteks atribut produk cabai merah

yang digunakan untuk mengukur preferensi, faktor terpenting yang berpengaruh

Page 47: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

29

dalam proses pengambilan keputusan yaitu warna kulit, dan secara berturut-turut

diikuti oleh faktor jenis cabai serta tingkat kepedasan.

10. Analisis Preferensi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Membeli

Produk Olahan Perikanan di Kota Tasikmalaya (Studi Kasus di Pasar

Tradisional Cikurubuk, Kec. Mangkubumi)

Penelitian yang dilakukan oleh Ammar Aiman, Asep Agus Handaka, dan

Walim Lili (2017) ini di latarbelakangi oleh pembangunan di sektor perikanan

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan yang akan

bertujuan untuk menganalisis atribut produk olahan perikanan yang menjadi

preferensi konsumen dan menganalisis atribut yang paling dipertimbangkan

konsumen dalam keputusan membeli produk olahan perikanan di Pasar Tradisional

Cikurubuk. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus deskriptif kuantitatif, dan menggunakan analisis data chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan perikanan yang

menjadi preferensi konsumen di Pasar Tradisional Cikurubuk adalah bakso ikan.

Hal yang paling dipertimbangkan responden dalam memilih produk pindang ikan

tongkol, bakso ikan, dan otak – otak ikan secara berturut-turut dari yang paling

dipertimbangkan sampai dengan yang kurang dipertimbangkan adalah sama, yakni:

rasa, harga, warna produk, jenis kemasan, dan warna kemasan. Sedangkan atribut

yang paling dipertimbangkan ditunjukkan dengan hasil perhitungan analisis chi

square.

Page 48: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

30

No Peneliti Tujuan Metode Analisis Data Hasil Penelitian

1 Endiyani (2014)

menentukan jenis produk olahan cabai merah

kering berdasarkan preferensi konsumen,

mengidentifikasi dan menganalisis atribut

preferensi konsumen terhadap produk olahan cabai

merah kering terpilih, dan menganalisis rantai nilai

dan nilai tambah produk olahan cabai merah kering

terpilih.

Konjoin, hayami, r/c Ratio

produk olahan cabai merah bubuk

merupakan produk olahan yang

paling banyak digunakan oleh

konsumen, usaha pengolahan

cabai merah kering bubuk baik

skala industri maupun UKM

memberikan prospek yang baik

2 Dwikurnia (2016) mengetahui rantai nilai komoditas cabai merah di

Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung. Analisis Rantai Nilai Porter

Hasil penelitian menunjukkan ini

bahwa ada tiga tipe saluran

pemasaran yang berbeda dengan

marjin pemasaran disaluran

lembaga pemasaran yang berbeda

3 Anam (2014)

mengidentifikasi rantai pasok susu kambing di UD.

Harokah, menganalisis rantai nilai pengolahan susu

kambing di UD. Harokah, mengetahui nilai tambah

susu kambing di setiap anggota rantai pasok, dan

mengetahui pelaku ranti nilai yang memiliki

keuntungan terbesar.

Analisis Rantai Nilai Porter

bahwa rantai nilai di industri susu

kambing UD. Harokah

melibatkan tiga pelaku utama

yaitu peternak sebagai penyedia

bahan baku susu kambing,

restoran dan industri pengolahan

susu kambing serta distributor

yang memasarkan produk olahan

susu kambing

4 Mamardashvili et al (2014)

mempelajari kondisi wool domba dan produk

domba terkait value chain, menunjukan struktur

dan keterkaitan melalui value chain, dan

mengidentifikasi kekuatan serta kekurangan serta

memberikan rekomendasi untuk pengembangan

kedepan.

analisis SWOT dan value

chain mapping Porter

35-45 persen dari total volume

wool dibuang atau dibakar,

padahal hal tersebut merupakan

potensi pendapatan dan hanya

tiga negara saja yang bertahan

mengimpor daging dari georgia

Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu

Page 49: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

31

5 Kuswaryan et al (2016)

mengetahui preferensi konsumen terhadap daging

domba, Lokasi penelitian di wilayah jalur wisata

Bogor-Cianjur, dan Kota Bandung yang ditentukan

secara purposive.

Uji Chochran Q Test, dan

Multi Atribut Fishbein

Terdapat empat attibut yang

disepakati keempukan daging,

harga daging, bagian potongan

karkas, dan aroma

6 Wijaya (2008)

mengetahui atribut daging sapi yang menjadi

preferensi atau kesukaan konsumen di Kabupaten

Purworejo dan mengetahui atribut yang paling

dipertimbangkan konsumen dalam keputusan

membeli daging sapi di Kabupaten Purworejo.

chi square dan Multi Atribut

Fishbein

preferensi daging sapi yang

dipilih adalah berwarna merah

cerah, mempunyai kandungan

lemak sedikit, dan bagian daging

atas.

7 Paturochman et al (2016))

mengetahui atribut-atribut preferensi yang

dipertimbangkan oleh konsumen menganlisis

preferensi dan loyalitas konsumen dalam

mengonsumsi susu kambing dari Bangun Karso

Farm.

uji cochran q, analisis

semantic differential dan

analisis piramida loyalitas

atribut yang dipertimbangkan

oleh konsumen berdasarkan

urutan tertinggi masing-masing

adalah sebagai berikut: layanan

pelengkap, jaminan produk,

fungsi dan kegunaan, kebersihan

tempat, cita rasa, aroma, lokasi,

harga dan merek kemasan

8 Kresnawati (2013)

mengetahui komoditas perikanan yang memiliki

potensi untuk dikembangkan, mengetahui value

chain dari komoditas perikanan dan juga

stakeholder dari komoditas yang telah ditentukan

sebelumnya, menghasilkan value chain

rekomendasi pada komoditas dan menghasilkan

rekomendasi kebijakan industri perikanan dengan

pendekatan sistem dinamik.

.

Analisis Value Chain Porter

dan Sistem Dinamik

value chain rekomendasi

menghasilkan 13 produk olahan

ikan bandeng yang baru, dan dari

sistem dinamik didapatkan bahwa

pemerintah kota Tarakan perlu

mengadakan pelatihan-pelatihan

kepada pihak-pihak terkait.

Page 50: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

32

9 Adiyoga dan Nurmalinda (2012)

menghimpun informasi menyangkut preferensi

konsumen atau optimalisasi utilitas atribut produk

untuk komoditas prioritas/ unggulan sayuran

(kentang, bawang merah, dan cabai merah).

Analisis Konjoin

kentang yang berukuran 6–8

butir/kg, berkulit mulus, dan

memiliki jumlah mata sedikit.

bawang merah yang disukai ialah

bawang merah dengan diameter

umbi 2,5 cm, berwarna kulit

merah-ungu tua, dan beraroma

tidak menyengat.

10 Lili et al (2017)

Menganalisis atribut produk olahan perikanan yang

menjadi preferensi konsumen dan menganalisis

atribut yang paling dipertimbangkan konsumen

dalam keputusan membeli produk olahan

perikanan

analisis data chi square

Produk olahan yang menjadi

preferensi adalah bakso ikan.

Yang paling dipertimbangkan

ialah pindang, ikan tongkol, baksi

ikan, otak-otak ikan secara

beerturut-turut, yakng paling

dipertimbangkan lagi adalah rasa,

harga, warna produk, jenis

kemasan dan warna kemasan.

Page 51: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

33

2.9 Research Gap

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, terdapat

beberapa persamaan dan perbedaan, untuk persamaan penelitian yang dilakukan

oleh Dwikurnia (2016) dan Anam (2014) dimana menggunakan metode analisis

yang sama yakni analisis value chain dari framework Porter, begitu juga yang

dilakukan oleh Kresnawati (2013) namun pada penelitian yang dilakukan oleh

Kresnawati menggunakan pendekatan sistem dinamik sebagai rekomendasi value

chain.

Perbedaan dalam penelitian yang saat ini dilakukan dengan yang sudah

pernah dilakukan adalah oleh Endiyani (2014), Mamardashvili et al (2014), Lili et

al (2017) dan Adiyoga dan Nurmalinda (2012) adalah objek amatan dan sasaran

penelitian. Adapun perbedaan penelitian Endiyani (2014) dengan penelitian ini

memiliki perbedaan pada objek penelitian dan metode analisis yang digunakan.

Terdapat beberapa penelitian mengenai preferensi pada komoditas sayuran

dan daging sapi atau ayam dan ikan di Indonesia, dan penelitian tentang value chain

komoditas di Indonesia masih belum meneliti tentang kambing, hal ini lah yang

menjadi pembeda pada penelitian kali ini. Pada penelitian ini, akan dibahas

mengenai preferensi konsumen terhadap kambing dan bagaimana rantai nilai

komoditas kambing di kota Surabaya. Penelitian ini berbeda dari sisi responden,

metode yang digunakan menggunaakn mix method serta lokasi penelitian.

Penelitian ini diharapkan memberikan kebaruan dalam dunia marketing, khususnya

pada ilmu perilaku konsumen dan rantai nilai.

Page 52: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

34

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 53: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai metode yang digunakan untuk

menyelesaikan dan menjawab pertanyaan penelitian.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian ini dilakukan di kota Surabaya dan sekitar kota

Surabaya. Pemilihan kota Surabaya dan sekitarnya dikarenakan target responden

yang dituju adalah konsumen yang ada di kota Surabaya dan sekitarnya yang mana

dapat memberikan gambaran preferensi bagi calon pelaku dan pelaku usaha olahan

kambing yang ada di Surabaya. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan

Februari – Juni 2018. Berikut rincian timeline penelitian (Tabel 3.1).

Tabel 3. 1 Timeline Penelitian

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 2

Identifikasi

masalah

Studi

Literatur

Kajian

Metode

Penelitian

Persiapan

Instrumen

Penelitian

Pengumpulan

Data

Pengolahan

Data

Finalisasi

Laporan

3.2 Desain Penelitian

Untuk menyusun penelitian diperlukan desain penelitian. Desain penelitian

merupakan kerangka kerja dari pelaksanaan riset pemasaran yang terdiri dari detail

prosedur yang akan dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan

untuk memecahkan masalah dalam penelitian (Malhotra & Birks, 2007).

3.2.1 Jenis Desain Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang dibahas, penelitian ini

menggunakan convergence parallel model, convergence model adalah representasi

Page 54: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

36

dari mixed method (Creswell,1999). Pada model convergence ini peneliti

mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara terpisah, dianalisa secara

terpisah untuk mendapatkan interpretasi yang konvergen (Creswell, 2006).

Metode pertama adalah pendekatan exploratory – direct dan pada metode

kedua memiliki pendekatan conclusive – descriptive. Pendekatan conclusive –

descriptive ini dengan menggunakan multiple cross-sectional karena sampel

penelitian yang diambil lebih dari dua responden, dan informasi yang diperoleh

hanya sekali waktu saja dari setiap sampel. Sedangkan untuk exploratory – direct

menggunakan metode value chain analysis untuk mengetahui kondisi eksisting dari

rantai nilai produk kambing yang ada di lapangan.

3.2.2 Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang mewakili

preferensi responden terhadap atribut produk olahan kambing dan juga data dari

pengamatan rantai nilai. Data tersebut diperoleh melalui pertanyaan yang diajukan

dalam kuesioner dan wawancara.Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri

dari data sekunder dan data primer.

3.2.2.1 Data Primer

Data primer adalah sumber data yang informasinya diperoleh secara

langsung dari sumber aslinya, misalnya informasi didapatkan dari wawancara, jajak

pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi, hasil

pengujian, dan lain-lain (Maulidi, 2016). Malhotra (2010) mengemukakan bahwa

data primer merupakan data yang berasal dari peneliti dengan tujuan khusus untuk

menangani masalah penelitian. Dalam penelitian ini, data yang digunakan

merupakan data primer. Dalam kuesioner terdapat beberapa bagian pertanyaan atau

tahapan pengisian antara lain sebagai berikut informasi diri (profil responden),

screening, demography dan usage, dan core questions terkait preferensi atribut

produk olahan kambing dan data wawancara serta observasi perihal rantai nilai

produk olahan kambing.

3.2.2.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap yang menambah informasi terkait

permasalahan yang akan diteliti dengan cara mencatat, mengakses, atau meminta

data tersebut ke pihak lain yang telah mengumpulkannya di lapangan (Istijanto,

Page 55: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

37

2009). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data volume

dan nilai penjualan komoditas kambing serta data usaha pengolahan komoditas

kambing di daerah Surabaya yang dilakukan dengan cara pencatatan. Data sekunder

dan informasi yang diperlukan tersebut diperoleh dari instansi yang terkait antara

lain: Dinas Peternakan, Balai Besar Industri Agro (BBIA), dan Biro Pusat Statistik

(BPS). Data Sekunder digunakan sebagai penunjang penelitian dan tidak termasuk

data yang diolah.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2015) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data terdiri dari

wawancara, observasi, dokumentasi, dan triangulasi (gabungan) yang digunakan

untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pengumpulan data menggunakan

kuesioner penelitian untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut

produk olahan dan wawancara, observasi untuk mengumpulkan data mengenai

rantai nilai komoditas kambing dan rekomendasi produk olahan.

3.2.3.1 Pengumpulan Data Preferensi Konsumen

Sugiyono (2015) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data terdiri dari

wawancara, observasi, dokumentasi, dan triangulasi (gabungan) yang digunakan

untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pilot test dan pengumpulan data secara

keseluruhan dengan menggunakan kuesioner penelitian

3.2.3.1.1 Penyusunan Kuesioner

Tujuan penyusunan kuesioner adalah memudahkan peneliti dalam proses

penyusunan kuesioner sehingga hasil dari penyusunan kuesioner yang disusun

secara baik akan memudahkan responden untuk memahami maksud dan pertanyaan

pada kuesioner penelitian. Kuesioner penelitian ini terdiri dari 3 bagian (lampiran

1), yaitu:

1. Bagian Pertama

Berisikan pertanyaan-pertanyaan umum terkait data yang digunakan pada

penelitian ini, yaitu identitas responden, screening, demografi dan usage responden

dalam konteks preferensi konsumen dalam pembelian produk kambing. Jenis

pertanyaan adalah pertanyaan terbuka dan juga opsi pilihan pada bagian pertama.

Page 56: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

38

2. Bagian Kedua

Berisikan pertanyaan inti terkait penelitian, yaitu penilaian responden

terhadap pertanyaan-pertanyaan terkait preferensi konsumen dalam pemilihan

atribut olahan Sehingga responden memberikan penilaiannya terhadap atribut-

atribut yang mempengaruhi dirinya sendiri dalam memilih olahan kambing. Jenis

pertanyaan pada bagian kedua adalah jenis pertanyaan likert.

3. Bagian Ketiga

Bagian terakhir dari kuesioner penelitian yaitu kritik dan saran untuk

peneliti dari responden. Kritik dan saran oleh responden ini digunakan sebagai

perbaikan kuesioner penelitian di kemudian hari.

3.2.3.1.2 Penentuan Skala Pengukuran

Skala Likert adalah sebuah pengukuran dengan lima kategori respon, Dalam

kuisoner, pertanyaan yang akan diberikan membutuhkan jawaban yang berskala.

Skala Likert digunakan untuk mengindikasikan bagaimana tingkat setuju atau tidak

setuju seorang responden terhadap sebuah pernyataan (Malhotra, 2010). Desain

kuesoner menggunakan skala Likert 1-5, dengan skala 1 berarti sangat tidak setuju

seorang responden terhadap sebuah pernyataan (Malhotra, 2010). Alasan mengapa

menggunakan skala 1-5 adalah untuk mempermudah responden mengisi kuesioner

yang disediakan dan juga skala 1-5 sudah cukup membedakan skala pilihan pada

responden. Skala Likert 9 poin atau 13 poin akan membuat reponden menjadi lebih

sulit untuk membedakan setiap poin skala dan responden sulit dalam mengolah

informasi (Hair et al., 2007)

Skala Likert memiliki beberapa karakteristik yang berguna dalam penelitian

antara lain yaitu skala dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

konsumen atau sekelompok orang terkait gejala atau fenomena pendidikan (Djaali,

2008). Penggunaan skala likert bertujuan untuk mengukur bagaimana perilaku

seorang serta sifat subjek yang kompleks, abstrak dan konseptual (Albaum, 1997).

Berikut merupakan pemberian keterangan pada skala likert (Tabel .3.2). Skala

Likert pada penelitian ini digunakan untuk memberikan pilihan kepada responden

terhadap atribut-atribut pada produk olahan tersebut yang nantinya akan dipilih.

Page 57: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

39

Tabel 3. 2 Skala Likert yang Digunakan

Skala Likert Respon

1 Sangat tidak setuju

2 Tidak setuju

3 Cukup setuju

4 Setuju

5 Sangat setuju

3.2.3.1.3 Pilot Test

Malhotra (2010) mendefinisikan bahwa pilot test atau pre-testing merupakan

pengujian kuesioner pada sampel kecil dari responden yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas kuesioner dengan mengidentifikasi dan menghilangkan

potensi masalah yang ada. Sampel dalam pilot test bervariasi dari 15 hingga 30

responden untuk pengujian awal, dan tergantung pada heterogenitas dari populasi

sasaran (Malhotra, 2010).

3.2.3.1.4 Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan untuk memperoleh jawaban dari responden

mengenai preferensi dan prioritas pertimbangan atas pemilihan produk ternak

kambing. Penyebaran dilakukan melalui kuesioner online, menggunakan Google

form untuk menjangkau sebaran lokasi dari responden dan menggunakan aplikasi

sosial media sebagai media untuk menyebarkan kuesioner dengan cara

membroadcast pesan dan memposting melalui Facebook, Line, Instagram dan

melalui iklan Facebook. Menurut Maholtra (2010) penggunaan survey dengan

media internet mengalami peningkatan popularitas karena kemudahan penggunaan

internet. Kuesioner disebar di Surabaya dan kota sekitarnya (Krian, Sidoarjo, dan

Gresik) secara online kepada 400 sampel untuk melihat preferensi atribut produk

olahan kambing di Surabaya dan sekitarnya(Sidoarjo, Krian, Gresik).

3.2.3.2 Pengumpulan Data Rantai Nilai

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam

penelitian. Adapun tahapan yang akan dilakukan pada penelitian rantai nilai ini

antara lain:

Page 58: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

40

3.2.3.2.1 Penyusunan Pertanyaan

Pada penelitian ini, pertanyaan yang digunakan berupa semi structured yaitu

pada awal wawancara, peneliti akan menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah

terstruktur, kemudian satu per satu pertanyaan akan diperdalam dalam mengorek

keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh dapat meliputi

semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Pertanyaan

wawancara didasari pada framework rantai nilai dari porter dimana secara garis

besar melihat ke dua aspek, yakni aspek aktivitas primer dan aktivitas pendukung,

dari framework tersebutlah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasaran

melakukan penyusunan pertanyaan (lampiran 5).

3.2.3.2.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan

muka dengan sumber yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti

(Mardalis, 2004). Pada penelitian ini wawancara secara semi-structured dan

bertatap muka yang akan dilakukan kepada :

1. Usaha pengolahan (Industri atau UKM) yang mengolah kambing.

2. Pedagang pengecer (retailer) yang menjual produk kambing dan atau olahannya

dan atau pedagang pengepul.

3. Peternak kambing.

3.2.3.2.3 Studi Lapangan dan Observasi

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

objek yang terkait dengan penelitian seperti sarana prasarana, alat yang digunakan,

bahan baku, proses pengolahan dan output yang dihasilkan. Selain itu observasi ini

juga melihat produk-produk olahan apa saja yang ada di Surabaya dan luar

Surabaya sebagai bahan referensi produk olahan rekomendasi, baik itu yang dijual

secara online maupun offline. Pada penelitian mengenai rantai nilai observasi

dilakukan, dengan melihat kondisi usaha pada ke-tiga kategori responden

wawancara.

3.2.4 Teknik Sampling

Secara umum, teknik sampling dibagi menjadi dua, yaitu non-probabilitas

dan probabilitas. Teknik sampling non-probabilitas adalah teknik yang tidak

Page 59: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

41

menggunakan prosedur dalam pemilihan peluang sample, namun menggunakan

judgement pribadi peneliti. Sedangkan teknik sampling probabilitas adalah teknik

sampling yang seluruh elemennya memiliki peluang yang sama untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel (sampling) merupakan suatu metode

yang dipilih oleh peneliti untuk mengambil sampel atau contoh yang representatif

(mewakili) dari populasi yang tersedia (Sanusi, 2014). Pada penelitian ini

menggunakan dua metode sampling.

3.2.4.1 Conclusive – Descriptive

Pengambilan sampel pada penelitian conclusive – descriptive dilakukan

secara convenience sampling. Metode convenience sampling adalah suatu teknik

penentuan sampel yang dilakukan sehingga mudah diperoleh dan mampu

menyediakan informasi tersebut (Sugiyono 2007). Pertimbangan tersebut

didasarkan pada karakteristik tiap sampel yang akan diambil. Seseorang atau

sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau

sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Pada

penelitian ini menggunakan convenience sampling dengan proses screening awal

pada responden atau masyarakat sebagai konsumen yang pernah mengkonsumsi

daging kambing dan atau olahannya.

3.2.4.2 Exploratory - Direct

Pada penelitian exploratory - direct menggunakan snowball sampling pada

analisis rantai nilai untuk mendapatkan data pada usaha pengolahan kambing,

pedagang pengecer, dan peternak kambing, penggunaan snowball sampling

dikarenakan minimnya informasi mengenai distribusi olahan kambing di Surabaya

ini, sehingga dengan menggunakan snowball sampling dapat menentukan pelaku-

pelaku terkait aktivitas komoditas kambing dan olahannya melalui rekomendasi dan

informasi responden.

3.2.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Malhotra (2010), populasi adalah seluruh elemen yang memiliki

persamaan karakteristik yang mencakup keseluruhan untuk kepentingan riset

pemasaran. Sedangkan sampel adalah subkelompok dari suatu populasi yang

terpilih untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pada penelitian ini pengambilan

sampel dilakukan dengan dua metode yakni snowball sampling untuk responden

Page 60: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

42

dari value chain dan convenience untuk preferensi, dimana aktor-aktor yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah :

1. Masyarakat sebagai konsumen yang pernah mengkonsumsi daging kambing

dan atau olahannya.

2. Usaha pengolahan (Industri/UKM) yang mengolah kambing.

3. Pedagang pengecer (retailer) yang menjual produk kambing dan atau olahannya

dan atau pedagang pengumpul.

4. Peternak kambing.

Pada penelitian ini responden berjumlah 431 orang yang terdiri dari 428 orang

masyarakat sebagai konsumen yang mengkonsumsi daging kambing dan atau

olahannya, satu jenis usaha pengolah daging kambing (industri dan UKM), satu

pedagang pengecer serta satu orang peternak.

3.3 Teknik Analisis Pengolahan Data

Terdapat beberapa tahap yang akan dilakukan peneliti untuk mengolah data

primer dengan beberapa alat analisis. Berikut rincian analisis :

3.3.1 Analisis Deskriptif

Terdapat 2 metode analisis statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik

inferensial. Statistik inferensial dapat dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu statistik

parametris dan non-parametris. Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa statistik

deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis suatu statistik dari

hasil penelitian, tetapi hasil dari analisis penelitian itu tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi atau inferensi). Data statistik

deskriptif dalam penelitian ini, yaitu: rata-rata (mean), penjumlahan (sum), varians

(variance), standard errors, dan cross tabulation. Penelitian ini menggunakan

bantuan software SPSS 23 dalam melakukan analisis statistik deskriptif terhadap

demografi dan usage.

3.3.1.2 Crosstabs

Malhotra (2010) mengemukakan bahwa tabulasi silang (cross tabulation)

adalah sebuah teknik statistik yang menggambarkan dua atau lebih variabel secara

bersamaan dan hasil-hasil dalam tabel yang mencerminkan distribusi gabungan dari

dua atau lebih variabel yang memiliki sejumlah kategori atau nilai-nilai yang

berbeda. Penelitian ini akan melakukan analisis crosstab terhadap demografi

Page 61: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

43

responden, yaitu asal daerah bagian Surabaya dan sekitarnya, jumlah pemasukan,

jumlah pengeluaran, usia, frekuensi konsumsi kambing, prioritas atribut, preferensi

olahan kambing. Analisis crosstab ditujukan untuk melihat latar belakang

konsumen atau responden penelitian dan hubungannya terhadap frekuensi

konsumsi kambing, preferensi olahan kambing, dan prioritas atribut. Adapun yang

dianalisis pada tabulasi silang antara lain:

1. Frekuensi Konsumsi – Pemasukan – Usia

2. Frekuensi Konsumsi – Domisili – Pemasukan

3. Prioritas Atribut – Frekuensi – Usia

4. Pilihan Olahan – Usia – Frekuensi Konsumen

3.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner akan dilakukan uji

validitas dan realibilitas yang sering digunakan dalam penelitian sebagai tools

untuk mengetahui instrumen pertanyaan dalam kuesioner itu valid atau tidak serta

reliabel atau tidak. Perlu diingat bahwa instrument yang reliabel belum tentu valid.

Maka dari itu dijelaskan lebih lanjut terkait pengertian dan metode uji validitas dan

reliabilitas.

3.3.2.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana

alat ukur yang digunakan dapat menguji apa yang seharusnya diukur. Ghozali

(2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan untuk melakukan uji

validitas adalah analisis faktor atau principal component analysis dengan melihat

angka koefisien nilai KMO dan Barlett test serta nilai anti-image. Item pertanyaan

dinyatakan valid jika koefisien nilai KMO dan anti-image mempunyai nilai

signifikansi lebih dari 0,50.

3.3.2.2 Uji Reliabilitas

Sitinjak & Sugiarto (2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada

suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk

memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan

Page 62: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

44

data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil. Penelitian ini menggunakan koefisien

Cronbach’s Alpha untuk menguji konsistensi suatu variabel. Apabila nilai alpha

≥0,6 dapat dinyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner adalah

reliable (Malhotra & Birks, 2007).

3.3.3 Cochran Q Test

Cochran Q-test dapat digunakan untuk mengetahui berbagai atribut yang

dianggap sah (valid) dengan mengeluarkan atribut-atribut yang dinilai tidak sah

berdasarkan kriteria-kriteria statistik yang digunakan (Rosihan, 2008). Dalam

kuesioner penelitian, uji Q Cochran memberikan pertanyaan tertutup (ya dan tidak)

kepada responden. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam Cochran Q-test, yaitu

distribusi Q-sampling mendekati distribusi Chi kuadrat dan menguji signifikansi

harga Q hitung dengan melakukan perbandingan dengan nilai harga kritis untuk Chi

kuadrat. Tujuan dari penggunaan Cochran Q-Test adalah mengetahui valid atau

tidaknya atribut yang akan dianalisis menggunakan fishbein.

Ketentuan pengujian pada Cochran Q-test adalah apabila Q hitung lebih

besar atau sama dengan nilai tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima (Sugiyono,

2015). Langkah-langkah dalam melakukan Cochran Q-test antara lain, yaitu :

1. Menentukan hipotesis (H0 dan Ha) yang akan diuji

2. Mencari Q hitung dengan rumus Cochran Q-test, penentuan Q tabel (Q-tab)

dengan nilai 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Rumus dari Cochran

Q-test adalah:

Dimana, Q = Q hitung,

K = Jumlah atribut yang akan diuji,

Ri = Jumlah “ya” pada semua atribut untuk satu responden,

Ci = Jumlah “ya” pada satu atribut untuk semua responden,

n = Jumlah sampel yang akan diuji.

Page 63: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

45

3. Diperoleh Q-tab (0,05; df) dari tabel Chi Square distribution

4. Mengambil keputusan;

Tolak Ho dan terima Ha, jika Q hit > Q tab

Terima Ho dan tolak Ha, jika Q hit < Q tab

5. Pengambilan kesimpulan

Jika tolak Ho berarti proporsi jawaban YA masih berbeda pada semua

atribut. Artinya belum ada kesepakatan di antara para responden tentang

atribut. Bila hal ini terjadi, maka akan dilakukan pengujian lagi dengan

menghilangkan atau membuang atribut yang dimiliki jumlah jawaban YA paling

kecil.

Jika terima Ho berarti proporsi jawaban YA pada semua atribut dianggap

sama. Dengan demikian, semua responden dianggap sepakat mengenai semua

atribut sebagai faktor yang dipertimbangkan (Simamora, 2008)

Pengujian Q hitung dilakukan terus-menerus sampai diperoleh nilai Q

hitung < Q tabel, dengan derajat kebebasan yang digunakan untuk mencari Q tabel

adalah dk = n – 1 dengan taraf signifikansi 0,05. Pada penelitian ini terdapat sepuluh

atribut produk olahan kambing yang diuji menggunakan cochran q test yakni:

1. Rasa

2. Harga

3. Ukuran pembelian Produk

4. Kebersihan Produk

5. Label Halal

6. Ketersediaan

7. Promosi

8. Tempat Penjualan Produk

9. Masa kadaluarsa

10. Komposisi Bahan Baku

11. Kesehatan

3.3.4 Multi Atribut Fishbein

Penelitian ini menggunakan analisis sikap multi atribut Fishbein. Sikap

adalah suatu perilaku yang menunjukkan kesukaan konsumen terkait yang disukai

dan tidak disukai (Sangadji & Sopiah, 2013). Analisis sikap multi atribut Fishbein

Page 64: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

46

ini didasarkan pada sikap seorang konsumen terhadap suatu objek. Hasil dari

analisis Fishbein sendiri adalah mengetahui atribut apa yang paling

dipertimbangkan responden dan atribut apa yang kiranya tidak dipertimbangkan

oleh konsumen, hal ini dapat menjadi bahan referensi dan rekomendasi pada

implikasi manajerial.

Model multiatribut menekankan adanya salience of attributes. Salience

artinya tingkat kepentingan yang diberikan konsumen kepada sebuah atribut. Model

tersebut menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek

sebuah produk ditentukan oleh dua hal yaitu (1) kepercayaan terhadap atribut uang

dimiliki produk atau merek tersebut (komponen bi), dan (2) evaluasi pentingnya

atribut dari produk tersebut (komponen ei). Model ini digambarkan dalam rumus

sebagai berikut :

=

=n

1i

bieiAo

Keterangan :

Ao = Sikap terhadap suatu objek

Bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut I

Ei = Evaluasi terhadap atribut I

N = Jumlah atribut yang dimiliki objek

Model ini secara singkat menyatakan bahwa sikap seorang konsumen

terhadap suatu obejk akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang

dimiliki oleh objek tersebut. Model ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap

konsumen terhadap berbagai merek dari suatu produk. Komponen ei mengukur

evaluasi kepentingan atribut-atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Konsumen

belum memperhatikan merek dari suatu produk ketika mengevaluasi tingkat

kepentingan atribut tersebut. Sedangkan bi mengukur kepercauaan konsumen

terhadap atribut yang dimiliki oleh masing-masing merek. Konsumen harus

memperhatikan merek dari suatu produk ketika mengevaluasi atribut yang dimiliki

oleh masing-masing merek tersebut. Model Fishbein mengemukakan tiga konsep

utama, yaitu :

a. Atribut (Salient Belief)

Page 65: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

47

Atribut adalah karakteristik dari obejk sikap (Ao). Salient belief adalah

kepercayaan konsumen bahwa produk memiliki berbagai atribut, sering disebut

sebagai attribute-object beliefs.Para peneliti sikap harus mengidentifikasikan

berbagai atribut yang akan dipertimbangkan konsumen ketika mengevaluasi suatu

objek sikap (Ao, suatu produk).

b. Kepercayaan (Belief)

Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa suatu produk memiliki

atribut tertentu. Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap berbagai

atribut yang dimiliki suatu merek dan produk yang dievaluasinya, langkah ini

digambarkan oleh bi yang mengukur kepercayaan konsumen terhadap atribut yang

dimiliki masing-masing merek. Konsumen harus memperhatikan merek dari suatu

produk ketika mengevaluasi atribut yang dimiliki masing-masing merek

tersebut.Kepercayaan tersebut sering disebut sebagai object-attribute lingkages,

yaitu kepercayaan konsumen tentang kemungkinan adanya hubungan antara sebuah

objek dengan atributnya yang relevan.

c. Evaluasi Atribut

Evaluasi adalah evaluasi baik atau buruknya suatu atribut (evaluation of the

goodness or badness of attribute I atau importance weigh), yaitu menggambarkan

pentingnya suatu atribut bagi seorang konsumen. Konsumen akan

mengidentifikasikan atribut-atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh objek yang

akan dievaluasi. Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat

kepentingan yang berbeda. Kemudian konsumen akan mengevaluasi kepentingan

atribut-atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Konsumen bekum memperhatikan

merek dari suatu produk ketika mengevaluasi tingkat kepentingan atribut tersebut.

Ei mengukur seberapa senang persepsi konsumen terhadap atribut dan suatu

produk/merek.Evaluasi suatu atribut dan produk/merek ikuru dalam skala ganjil

bipolar dan mulai “very bad” (-3) sampai “very good” (+3).

Sumarwan (2015) mengemukakan bahwa terdapat langkah-langkah dalam

melakukan uji analisis multi atribut Fishbein, yaitu:

1. Menentukan penilaian belief terhadap atribut olahan (bi) dengan cara

menentukan standar penilaian (scoring) dengan bantuan skala Likert 5 poin,

yaitu poin 5 menunjukkan nilai sangat baik, poin 4 menunjukkan nilai baik, poin

Page 66: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

48

3 menunjukkan nilai cukup baik, poin 2 menunjukkan nilai tidak baik, dan poin

1 menunjukkan nilai sangat tidak baik. Kemudian mencari nilai belief terhadap

atribut olahan (bi) dilakukan dengan membagi banyaknya jawaban responden

dengan jumlah responden.

2. Menentukan evaluasi produk olahan terkait atribut (ei) dengan menentukan

standar (scoring) dengan menggunakan bantuan skala Likert 5 poin seperti yang

telah ditulis pada nomor 1 di atas. Setelah melakukan langkah pada nomor 1,

maka skor masing-masing atribut itu dikalikan dengan frekuensi jawaban

responden dengan tujuan untuk mengetahui nilai evaluasi konsumen terhadap

atribut produk olahan.

3. Menentukan sikap konsumen (responden) terhadap objek (Ao) dengan rumus:

4.

=

=n

1i

bieiAo

Keterangan :

Ao = Sikap terhadap suatu objek

Bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut I

Ei = Evaluasi terhadap atribut I

N = Jumlah atribut yang dimiliki objek

Atribut-atribut yang diamati dalam penelitian ini adalah sepuluh atribut,

dimana atribut ini di ambil dari penelitian terdahulu oleh Permanawati (2006);

1. Rasa

2. Harga

3. Ukuran pembelian Produk

4. Kebersihan Produk

5. Label Halal

6. Ketersediaan

7. Promosi

8. Tempat Penjualan Produk

9. Masa kadaluarsa

10. Komposisi Bahan Baku

11. Kesehatan

Page 67: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

49

Dalam penelitian ini digunakan skala Likert lima poin terhadap pengukuran

sikap multi atribut Fishbein yang terdiri dari tingkat kepercayaan dan evaluasi

tingkat kepentingan (Widiyanto, 2016), yaitu:

1. Tingkat kepercayaan bisa diukur pada skala Likert dengan skala 5 poin. Sangat

baik (5), baik (4), cukup baik (3), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1).

2. Evaluasi tingkat kepentingan diukur pada skala Likert dengan skala 5 poin.

Sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak penting (2), dan sangat tidak

penting (1).

3.3.5 Pemetaan Value Chain Eksisting

Pada tahap ini akan dilakukan pemetaan value chain eksisting pada

komoditas ternak kambing di Surabaya. Menurut ACIAR (2012), tahapan dalam

pemetaan value chain adalah sebagai berikut.

1. Pemetaan proses inti dalam rantai nilai

Pemetaan proses inti ini dilakukan untuk mengetahui proses yang terjadi

mulai dari awal hingga konsumsi produk akhir

2. Pemetaan stakeholder yang terlibat dan kegiatan spesifik yang dilakukan oleh

para stakeholder dari proses inti. Kemudian dijelaskan masing-masing kegiatan

spesifik dari stakeholder tersebut.

3. Pemetaan aliran produk

Pada tahap ini dididentifikasi produk di tiap tahapan proses ketika peoduk

mengalami transformasi dari input, bahan baku, bahan setengah jadi sampai produk

akhir, baik domestik maupun ekspor.

4. Pemetaan pengetahuan dan alur informasi.

Tahap pemetaan pengetahuan dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan

persyaratan kualitas ditiap stakeholder yang terkait. Sedangkan pemetaan informasi

dilakukan untuk mengetahui aliran informasi yang terjadi pada stakeholder terkait.

5. Pemetaan volume produk, jumlah pelaku dan jumlah lapangan kerja.

Pemetaan volume produk terkait dengan pemetaan alur produk dimana

tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui ukuran berbagai saluran yang

terdapat dalam rantai nilai. Sedangkan pemetaan pelaku dan lapangan kerja

dilakukan untuk mengetahui kebutuhan jumlah tenaga kerja yang terlibat dan

lapangan pekerjaan yang dapat diserap.

Page 68: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

50

6. Pemetaan alur geografis produk atau layanan

Pada tahapan ini alur geografis produk mengikuti alur produk yang

dipetakan. Dimana pada tahap ini dilakukan identifikasi lokasi fisik atau tempat

terjadinya tiap-tiap proses value chain.

7. Pemetaan nilai pada tingkatan dalam value chain

Pada tahap ini dilakukan pemetaan nilai uang yang terdapat pada sepanjnag

rantai. Nilai merupakan sesuatu yang dapat diukur dengan berbagai cara. Parameter

yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah pendapatan, struktur biaya, laba

maupun hasil investasi. Akan tetapi terdapat kemungkinan bahwa hanya informasi

harga saja yang dapat diketahui dalam proses ini.

8. Pemetaan hubungan dan keterkaitan antara para stakeholder value chain

Pada tahap ini, pemetaan hubungan dan keterkaitan pelaku dikategorikan

kedalam tiga hal:

8.1 Hubungan yang terbentuk langsung dipasar, dimaana para pelaku

melakukan transaksi termasuk negosiasi harga, volume dll.

8.2 Hubungan dalam jejaring yang terus terjalin, dimana hubungan ini terjadi

disebabkan adanya rasa percaya yang lebih besar serta saling

ketergantungan

8.3 Integrasi horizontal, dimana pelaku pada hubungan ini memiliki

kepemilikan (dari segi hukum) yang sama, misalnya kelompok usaha atau

koperasi

9. Pemetaan layanan usaha

Tahap ini dilakukan untuk mengurangi potensi resiko yang berasal dari

lingkungan diluar suatu value chain dengan membuat sebuah layanan usaha.

10. Pemetaan hambatan dan potensi solusinya

Pada tahap ini dilakukan identifiaksi potensi resiko yang berasal dari

lingkungan diluar suatu value chain dengan membuat sebuah layanan usaha

11. Pembuatan matriks peta rantai nilai

Tahap ini merupakan rangkuman dari berbagai informasi utama dari peta yang

telah dibuat sebelumnya kedalam suatu tabel. Dalam pemetaan value chain, data-

data yang dibutuhkan merupakan hasil dari pengamatan, wawancara, kuesioner,

dan data statistik yang terkait.

Page 69: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

51

3.4 Bagan Metode

Pada bab sub bab ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian secara

keseluruhan dengan menggunakan bagan metode guna memudahkan pembaca

untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian ini, bagam metode

penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

Page 70: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

52

Gambar 3. 1 Bagan Metode Penelitian (Value Chain)

Survei

Pasar

Preferensi

Terhadap Produk

Olahan pasca

panen Kambing

Spesifikasi

Produk

Sosis Abon Dendeng

Pilihan Atribut-Atribut yang akan

dipilih konsumen :

1. Rasa

2. Harga

3. Ukuran pembelian Produk

4. Kebersihan Produk

5. Label Halal

6. Ketersediaan

7. Promosi

8. Tempat Penjualan Produk

9. Masa kadaluarsa

10. Komposisi Bahan Baku

11. Kesehatan

Cochran q Test &

Multi Atribut

Fishbein

Pemetaan Pelaku Rantai Nilai

Industri Eksisting yang

mengolah Komoditas Kambing

Aktivitas Utama:

- Logistik ke

dalam

- Logistik

Keluar

- Operasi

- Pemasaran

dan

Penjualan

Aktivitas Penunjang:

- Infrastruktur

- MSDM

- Pengembang

anTeknologi

- Pembelian

Value Chain

Development

Rekomendasi

Strategi

Pemasaran

(Implikasi

Manajerial)

Exploratory Direct:

Wawancara (snowball

sampling)

Susu Yoghurt

Page 71: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

53

Desain Penelitian

Desain Penelitian

Desain Penelitian

Desain Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian

Pendekatan

penelitian

Pendekatan

penelitian

Pendekatan

penelitian

Pendekatan

penelitian

Data

Data

Data

Data

Teknik

Sampling

Teknik

Sampling

Teknik

Sampling

Teknik

Sampling

Multi cross

sectional

Multi cross

sectional

Multi cross

sectional

Multi cross

sectional

Kuantitatif

Kuantitatif

Kuantitatif

Kuantitatif

Primer

Primer

Primer

Primer

Convenience

Teknik

pengumpulan data

Teknik

pengumpulan data

Teknik

pengumpulan data

Teknik

pengumpulan data

Penyusunan

Kuisoner

Penyusunan

Kuisoner

Penyusunan

Kuisoner

Penyusunan

Kuisoner

Pilot Test

Pilot Test

Pilot Test

Pilot Test

Revisi

Pertanyaan

Revisi

Pertanyaan

Revisi

Pertanyaan

Revisi

Pertanyaan

Penyebaran

Penyebaran

Penyebaran

Penyebaran

Online

Gambar 3. 1

Bagan Metode

Penelitian

(Preferensi)On

line

Gambar 3. 2

Bagan Metode

Penelitian

(Preferensi)On

line

Gambar 3. 3

Bagan Metode

Penelitian

(Preferensi)On

Teknik Pengolahan

Data

Teknik Pengolahan

Data

Teknik Pengolahan

Data

Teknik Pengolahan

Data

Analisis Data

Analisis Data

Analisis Data

Analisis Data

Descriptive

Descriptive

Descriptive

Cochran Q Test dan

Multi Atribut Fishbein

Cochran Q Test dan

Multi Atribut Fishbein

Cochran Q Test dan

Multi Atribut Fishbein

Conclusive-

Descriptive

Conclusive-

Descriptive

Conclusive-

Descriptive

Conclusive-

Descriptive

Skala

Pengukuran

Skala

Pengukuran

Skala

Pengukuran

Skala

Pengukuran

Skala 5 poin Likert

Skala 5 poin Likert

Skala 5 poin Likert

Skala 5 poin Likert

Atribut Preferensi

Atribut Preferensi

Atribut Preferensi

Mean

Mean

Mean

Mean

Sum

Sum

Sum

Sum

Variance

Variance

Variance

Crosstab

Crosstab

400 Responden konsumen

kambing di Surabaya

500 Responden konsumen

kambing di Surabaya

500 Responden konsumen

kambing di Surabaya

500 Responden konsumen

kambing di Surabaya

Gambar 3. 2 Bagan Metode Penelitian (Preferensi)

Pandangan dan

Rekomendasi terhadap

pelaku-pelaku industri

kambing dari hasil analisis

deskriptif dan multi atribut

fishbein tentang preferensi

konsumen terhadap olahan

kambing dan prioritas

pertimbangan olahan

kambing

Page 72: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

54

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 73: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

55

BAB IV

ANALISIS DAN DISKUSI

Bab ini menjelaskan sub bab bagaimana proses pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian. Selanjutnya dijelaskan pula proses pengolahan data

sesuai alur analisis dengan menggunakan metode penelitian yang sudah dijelaskan

pada bab sebelumnya.

4.1 Pengumpulan Data

Secara keseluruhan pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yakni online

dan offline. Untuk bagian preferensi dari responden, pengumpulan data dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner secara online. Pengumpulan data dilakukan mulai

tanggal 5 Mei 2018 – 24 Mei 2018. Penyebaran kuesioner dilakukan melalui sosial

media yang dimiliki oleh penulis dan lebih lanjutnya dibantu dalam pendistribusian

oleh teman-teman penulis. Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut, diperoleh 458

responden yang mengisi kuesioner, termasuk pilot test sebanyak 30 responden pada

awal penelitian, dan data yang diolah 428 responden, jumlah tersebut telah

memnuhi target awal yang direncanakan yaitu sebesar 400 responden. Pada

pengumpulan data analisis rantai nilai didapatkan tiga aktor yang menjadi

narasumber wawancara untuk pengumpulan data secara offline yakni:

1. UMKM yang bergerak dibidang peternakan kambing dan pengolahan susu

kambing dan sekaligus penjual ke tangan konsumen akhir ataupun

reseller/distributor (Valenta)

2. Agen penjual sosis kambing sebagai salah satu penjual sosis kambing di

Surabaya (Ketoy Cafe Surabaya)

3. Peternakan dan penggemukan kambing yang berlokasi di Surabaya (Ijad

Farm)

4.2 Analisis Data

Pada sub bab ini dijelaskan mengenai analisis data yakni analisis deskriptif dan

analisis crosstab, analisis fishbein dan analisis value chain.

4.2.1 Analisis Deskriptif

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai analisis deskriptif responden yang

berisi analisis demografi respondan dan analisis usage yang diperoleh dari

Page 74: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

56

pengumpulan data responden. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui

bagaimana karakteristik dan pola dari responden pada penelitian ini.

4.2.1.1 Deskriptif Demografi

Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai

demografi responden yang terlibat dalam penelitian. Analisis demografi responden

meliputi data demografi responden seperti jenis kelamin, usia, domisili, pemilihan

atribut, pendapatan/uang saku, dan pengeluaran (Tabel 4.1)

Tabel 4. 1 Tabel Demografi Responden Profil Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 230 54

Perempuan 198 4

Total 428 100,0

Usia

<20 tahun

20-25 tahun

26-30 tahun

>30 tahun

61

308

16

43

14

72

4

10

Total 428 100

Domisili

Surabaya Utara

Surabaya Barat

Surabaya Selatan

Surabaya Timur

Surabaya Pusat

Sekitar Surabaya (Sidoarjo, Krian, Gresik)

12

29

58

182

25

120

3

7

14

43

6

28

Total 428 100

Pemasukan

< Rp 2.000.000

Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000

Rp 4.000.000 – Rp 6.000.000

>Rp 6.000.000

258

91

43

36

60

21

10

9

Total 428 100

Pengeluaran

< Rp 1.000.000

Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000

Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000

> Rp 3.000.000

201

154

36

37

47

36

8

9

Total 428 100

Page 75: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

57

4.2.1.1.1 Jenis Kelamin

Pada penilaian preferensi produk olahan kambing, jumlah responden laki-

laki lebih banyak daripada responden perempuan, dengan jumlah responden laki-

laki sebanyak 230 dan responden perempuan sebanyak 198, meskipun begitu

jumlah dari responden laki-laki dan perempuan masih dalam tahap yang seimbang,

hal ini menunjukkan bahwa data hasil preferensi pada produk olahan kambing dapat

diterima oleh jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Berikut adalah

gambar dari persebaran jenis kelamin (Gambar 4.1)

Gambar 4. 1 Jenis Kelamin

4.2.1.1.2 Usia

Dari total jumlah responden yang ada, usia responden tersebar diantara

rentang 14-63 tahun, dengan jumlah persebaran usia responden yang berada pada

usia dibawah 20 tahun sebanyak 61 responden (14 persen), yang berada pada usia

20-25 tahun sebanyak 308 responden (72 persen), lalu yang berada pada rentang

usia 26-30 tahun sebanyak 16 responden (4 persen) dan yang terakhir pada rentang

usia diatas 30 tahun sebanyak 43 responden (40 persen), berikut adalah pembagian

rentang usia responden (Gambar 4.2)

54%

46%

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Page 76: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

58

Gambar 4. 2 Usia

4.2.1.1.3 Domisili

Responden berasal paling banyak berada pada daerah Surabaya Timur

dengan jumlah 182 responden, sedangkan paling sedikit berada pada daerah

Surabaya Utara, dengan 12 responden, lalu Surabaya pusat dengan 25 responden,

Surabaya Selatan 58 responden dan Surabaya Barat 29 responden dan daerah sekitar

Surabaya yang meliputi Sidoarjo, Krian dan Gresik sebanyak 120 responden,

penambahan daerah sekitar Surabaya pada penelitian ini di sebabkan karena potensi

yang dapat di raih pada daerah sekitar Surabaya dan menindaklanjuti tingkat

preferensi pada daerah Surabaya dan sekitarnya. Berikut gambar sebaran dari

domisili responden (Gambar 4.3)

Gambar 4. 3 Domisili

14%

72%

4%

10%

U S I A

Dibawah 20

20 - 25

26 - 30

Diatas 31

120

12

29

58

182

25

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Sekitar

Surabaya

(Sidoarjo,

Krian,

Gresik)

Surabaya

Utara

Surabaya

Barat

Surabaya

Selatan

Surabaya

Timur

Surabaya

Pusat

Domisili

Page 77: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

59

4.2.1.1.4 Pendapatan

Jumlah pemasukan atau pendapatan responden berbeda-beda, terdapat empat

kategori pemasukan yang ada yakni dibawah Rp 2.000.000, lalu pada rentang Rp

2.000.000 – Rp 4.000.000, Rp 4.000.000 – Rp 6.000.000, dan terakhir diatas Rp

6.000.000, data didominasi oleh pendapatan terendah berada pada kategori dibawah

Rp 2.000.000 yakni sebanyak 60 persen, lalu disusul oleh pendapatan di rentang Rp

2.000.000 – Rp 4.000.000 dengan persentase 21 persen, lalu pada rentang Rp

4.000.000 – Rp 6.000.000 dengan persentase responden 10 persen, dan terakhir

berada pada rentang diatas Rp 6.000.000 sebanyak 9 persen. Berikut gambar dari

sebaran pendapatan responden (gambar 4.4).

Gambar 4. 4 Pendapatan

4.2.1.1.5 Pengeluaran

Pada data pengeluaran responden terdapat empat kategori rentang

pengeluaran, yakni pengeluaran dibawah Rp 1.000.000 lalu pengeluaran pada

rentang Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 lalu selanjutnya pada rentang Rp 2.000.000

– Rp 3.000.000, dan yang terakhir pengeluaran pada rentang diatas Rp 3.000.000,

data dari responden menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar pada persentase 47

persen berada pada pengeluaran dibawah Rp 1.000.000, lalu pada rentang

pengeluaran Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 jumlah responden berada pada

persentase 36 persen, lalu 9 persen pada rentang pengeluaran Rp 2.000.000 – Rp

3.000.000 dan 8 persen untuk pengeluaran diatas Rp 3.000.000. Berikut sebaran

pengeluaran responden (Gambar 4.5)

21%

10%

60%

9%

PENDAPATAN

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000

dibawah Rp

2.000.000

diatas Rp 6.000.000

Page 78: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

60

Gambar 4. 5 Pengeluaran

4.2.1.2 Usage

Pada penelitian ini, dilakukan pula analisis deskriptif penggunaan (usage).

Pada analisis usage, akan dibahas mengenai frekuensi, prioritas atribut, sera

preferensi olahan kambing baik yang berupa table food (sate, gule, tongseng,

tengkleng) atau yang processed food kambing (Sosis, susu, keju, yoghurt, abon,

dendeng) dan konsumsi produk olahan pada kurun waktu tiga bulan terakhir.

Berikut tabel dari usage responden, tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Usage Responden

Frekuensi Persentase

Prioritas Atribut

Rasa

Label Halal

Ukuran

Kesehatan

Kebersihan

Tempat Penjualan

Ketersediaan

Komposisi Bahan Baku

Harga

Promosi

Masa Kadaluarsa

176

113

1

29

16

5

23

11

41

14

1

41

26

0

7

4

1

5

3

10

3

0

Total 428 100

Frekuensi konsumsi kambing

1 kali

2 kali

3 kali

>3 kali

223

106

40

59

52

25

9

14

Total 428 100

47% (dibawah Rp

1.000.000)

8% (diatas Rp

3.000.000)

36% (Rp

1.000.000 - Rp

2.000.000)

9% (Rp

2.000.000 - Rp

3.000.000)

PENGELUARAN

Page 79: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

61

Tabel 4. 2 Usage Responden (lanjutan)

Produk Olahan terkahir yang dikonsumsi

Susu

Sosis

Abon

Yoghurt

Dendeng

Burger

320

270

85

122

31

126

34

28

9

13

3

13

Total 954 100

Preferensi Olahan Kambing

Table Food

Processed Food Kambing

380

42

90

10

Total 428 100

4.2.1.2.1 Prioritas Atribut

Dari sebelas atribut yang ada, 41 persen responden menyatakan lebih

memilih rasa sebagai pertimbangan utama dalam memilih produk olahan pasca

panen, lalu yang menjadi pertimbangan kedua terbanyak adalah label halal

sebanyak 26 persen, setelah itu ada atribut harga yang menjadi pertimbangan

konsumen sebanyak 10 persen dan faktor terakhir adalah kesehatan sebanyak 7

persen dari total responden, gambar 4.6.

Gambar 4. 6 Prioritas Atribut

4.2.1.2.2 Frekuensi Konsumsi Kambing

Frekuensi konsumsi oleh responden terhadap konsumsi daging kambing dan

juga olahannya menyatakan bahwa sebanyak 223 responden mengkonsusmsi

kambing dalam kurun waktu tiga bulan ini sebanyak satu kali, lalu untuk frekuensi

dua kali dalam kurun waktu tiga bulan, sebanyak 106 responden, untuk konsumsi 3

Rasa

41%

Label Halal

26%

Kesehatan

7%

Kebersihan

Harga

10%

PRIORITAS ATRIBUT

Rasa

Label Halal

Ukuran

Kesehatan

Kebersihan

Tempat Penjualan

Ketersediaan

Komposisi Bahan Baku

Harga

Promosi

Masa Kadaluarsa

Page 80: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

62

kali dalam kurun waktu tiga bulan sebanyak 40 dan yang mengkonsumsi kambing

lebih dari tiga kali dalam tiga bulan sebanyak 59 responden, gambar (4.7)

Gambar 4. 7 Frekuensi Konsumsi Kambing

4.2.1.2.3 Produk Olahan Sering Konsumsi

Dalam pembelian produk-produk atau konsumsi produk-produk olahan bukan

kambing yang sering dikonsumsi oleh responden dinyatakan melalui gambar 4.XX

berikut, dimana produk olahan sering konsumsi dari responden adalah susu dengan

320 kali jawaban muncul, diikuti dengan sosis dengan 270 kali jawaban muncul,

lalu burger dengan 126 kali jawaban muncul, 122 kali jawaban muncul untuk

yoghurt, dan 85 kali jawaban muncul untuk produk olahan abon serta 32 kali

jawaban muncul untuk konsumsi dendeng oleh responden. Gambar (4.8)

Gambar 4. 8 Produk Olahan Sering Konsumsi

270

320

126

122

8531

P R O D UK O L A H AN S E R I N G K O N S U M S I

Sosis

Susu

Burger

Yoghurt

Abon

Dendeng

59

223

106

40

0

50

100

150

200

250

diatas 3 kali 1 kali 2 kali 3 kali

Frekuensi Konsumsi Kambing

Page 81: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

63

4.2.1.2.4 Preferensi Olahan Kambing

Dari 428 responden ketika dihadapkan pada pilihan preferensi konsumsi

kambing dimana terdapat dua pilihan konsumsi, yakni konsumi table food (steak,

sate, tongseng, kambing guling, tengkleng) dan yang kedua adalah konsumsi

processed food (sosis, susu, abon, dendeng, keju, yoghurt), saat ini 90 persen

responden menyatakan kecenderungan untuk lebih memilih mengkonsumsi table

food dibandingkan dengan processed food yang hanya memiliki 10 persen jawaban

dari responden, gambar 4.9.

Gambar 4. 9 Preferensi Konsumsi Olahan Kambing

4.2.1.3 Deskriptif Statistik

Analisis deskriptif statistik dilakukan pada variabel digunakan dalam

penelitian ini. Terdapat 11 atribut yang akan di pilih oleh responden berdasarkan

tingkat evaluasi dan belief. Deskriptif statistik ini dilakukan untuk melihat

bagaimana persepsi dan preferensi responden terhadap atribut produk olahan pada

kambing. Berikut merupakan hasil analisis deskriptif statistik pada variabel dua

bagian evaluasi dan belief (Tabel 4.3)

Secara keseluruhan jumlah data yang diperoleh pada penelitian ini sejumlah

428 responden , dengan jawaban rata-rata taraf penentuan tingkat kepentingan pada

sebelas atribut tersebut berkisar diantara 3,98 untuk evaluasi dan 4,34 untuk belief,

hal ini menunjukkan bahwa responden telah melakukan proses evaluasi untuk

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Table Food (steak, sate, tongseng, susu

segar,kambing guling, tengkleng)

Processed Food (Sosis, Abon, Dendeng,

Keju, Yogurt)

Preferensi Konsumsi Kambing

Page 82: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

64

selanjutnya menilai bagaimana seharusnya produk tersebut ada, sehingga nilai rata-

rata lebih tinggi pada tingkat belief.

Tabel 4. 3 Analisis Deskriptif Statistik

Atribut Mean Std. Deviasi

E. Evaluasi

E.1 Harga 3,83 0,90

E.2 Rasa 4,41 0,74

E.3 Ukuran 3,44 0,94

E.4 Label Halal 4,41 0,99

E.5

E.6

E.7

E.8

E.9

E.10

E.11

Ketersediaan

Kebersihan

Promosi

Tempat penjualan

Masa Kadaluarsa

Komposisi bahan baku

Kesehatan

3,42

4,46

3,37

3,72

4,46

3,89

4,38

0,97

0,73

1,05

0,90

0,76

0,94

0,82

Overall 3,98

B Belief

B.1 Harga 4,56 0,64

B.2 Rasa 4,11 0,76

B.3 Ukuran 4,31 0,77

B.4 Label Halal 3,97 0,87

B.5 Ketersediaan 4,66 0,66

B.6

B.7

B.8

B.9

B.10

B.11

Kebersihan

Promosi

Tempat penjualan

Masa Kadaluarsa

Komposisi bahan baku

Kesehatan

4,71

3,96

4,21

4,31

4,33

4,39

0,57

0,91

0,80

0,91

0,74

0,64

Overall 4,34

Pada sebelas atribut tersebut, melalui proses evaluasi terdapat dua atribut

yang mendapatkan poin tertinggi pada angka 4,46, yakni kebersihan dan masa

kadaluarsa, sedangkan pada tingkat belief angka tertinggi di dapatkan oleh atribut

kebersihan dengan poin 4,71, melalui dua aspek evaluasi dan belief ini didapatkan

atribut kebersihan menjadi preferensi utama responden dalam memilih produk

olahan.

Sedangkan penilaian terhadap atribut dengan taraf penilaian terendah

dengan rata-rata nilai 3,37 pada tahap evaluasi dan 3,96 pada tahap belief di peroleh

pada atribut promosi, hal ini mengindikasikan bahwa responden lebih cenderung

tidak mementingkan aspek promosi pada pembelian produk olahan. Standar deviasi

menunjukkan tingkat sebaran jawaban dengan rata-rata jawaban. Pada atribut

promosi ditunjukkan standar deviasi berada pada angka 1,05, dimana terdapat

perbedaan jawaban responden yang mengindikasikan sebaran jawaban dari rentang

Page 83: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

65

sangat penting sampai dengan tidak penting, dari taraf tersebut dapat di indikasikan

bahwa terdapat sebagian responden yang menyatakan bahwa promosi

mempengaruhi preferensi atribut, sedangkan sebagian lagi tidak terlalu

berpengaruh terhadap adanya promosi pada produk olahan kambing. Jawaban dari

responden secara individu memiliki perbedaan dari nilai rata-rata keseluruhan

jawaban responden.

4.2.2 Analisis Crosstab

Analisis crosstab ini digunakan untuk menghitung frekuensi dan persentase

dua atau lebih variabel kategori yang dapat dilakukan dengan cara menyilangkan

variabel-variabel kategori yang berhubungan dengan penelitian sehingga hubungan

dari variabel-variabel tersebut mudah dipahami secara deskriptif (Sarwono, 2009).

Pada penelitian ini, crosstab terdiri dari kombinasi antara demografi

responden dan usage yang dilakukan dengan cara menyilangkan kombinasi variabel

antara demografi responden dengan usage. Analisis tabulasi silang yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari kombinasi antara domisili atau tempat tinggal,

jumlah pemasukan, usia, frekuensi konsumsi kambing, produk olahan yang sering

dibeli dan prioritas atribut. Hasil crosstab selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

3 halaman 124.

4.2.2.1 Frekuensi Konsumsi-Pemasukan-Usia

Hasil analisis tabulasi silang pada konsumsi, pemasukan dan usia,

menunjukkan bahwa mayoritas pemasukan responden berada pada nominal di

bawah Rp 2.000.000 dan dominasi rentang usia responden berada pada usia 21

tahun hingga 25 tahun, tingkat frekuensi konsumsi terendah berada pada rentang

usia dibawah usia 21 tahun dengan persentase frekuensi konsumsi satu kali sebesar

55 persen, hal yang berlawanan ditunjukkan pada analisis tabulasi silang ini,

dimana pada rentang usia 30 tahun ke atas tingkat konsumsi pada frekuensi satu

kali mengalami penurunan, pada tingkat konsumsi satu kali pada rentang usia 30

tahun ke atas memiliki persentase sebesar 42 persen, hal ini mengindikasikan

bahwa semakin tua usia seseorang, tingkat frekuensi konsumsi kambingnya

semakin lebih sering, hal ini diperkuat pada analisis tabulasi silang dimana

presentase frekuensi konsumsi untuk tiga kali dan lebih dari tiga kali mengalami

peningkatan pada rentang usia 30 tahun ke atas (tabel 4.4).

Page 84: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

66

Tabel 4. 4 Hasil Analisis Crosstab Usia-Pemasukan-Frekuensi

Hal tersebut juga diiringi oleh tingkat pemasukan seseorang, dimana pada

tingkat analisis tabulasi silang didapatkan bahwa mayoritas pendapatan responden

adalah dibawah Rp 2.000.000 dan jumlah pendapatan tersebut didominasi oleh

rentang usia dibawah 21 tahun dan diantara 21 hingga 25 tahun, pada tingkatan

tersebut, tingkat konsumsi kambing tergolong rendah yakni satu kali saja, berbeda

halnya dengan pemasukan pada rentang yang lebih tinggi, misalnya pada rentang

usia yang sama yakni 21-25 tahun, ditunjukkan bahwa presentase konsumsi

kambing pada pemasukan dibawah dua juta sebesar 11,6 persen, lalu pada tingkat

Usia

Frekuensi

Total 1

kali

2

kali

3

kali

>3

kali

<21 Pemasukan

<Rp 2.000.000 60 22 9 10 101

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 6 4 4 3 17

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 1 1 0 0 2

> Rp 6.000.000 1 0 0 2 3

Total 68 27 13 15 123

21-25 Pemasukan

<Rp 2.000.000 91 33 13 18 155

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 26 19 4 10 59

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 11 7 3 4 25

> Rp 6.000.000 2 6 0 3 11

Total 130 65 20 35 250

26-29 Pemasukan

<Rp 2.000.000 1 0 0 0 1

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 4 0 1 1 6

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 1 1 0 2 4

> Rp 6.000.000 0 1 0 0 1

Total 6 2 1 3 12

>29 Pemasukan

<Rp 2.000.000 0 1 0 0 1

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 5 3 0 1 9

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 5 3 2 2 12

> Rp 6.000.000 9 5 4 3 21

Total 19 12 6 6 43

Total Pemasukan

<Rp 2.000.000 152 56 22 28 258

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 41 26 9 15 91

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 18 12 5 8 43

> Rp 6.000.000 12 12 4 8 36

Total 223 106 40 59 428

Page 85: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

67

pemasukan dua juta sampai empat juta sebesar 16,9 persen, pada pemasukan empat

juta hingga enam juta sebesar 16 persen, lalu pada pemasukan diatas enam juta

sebesar 27 persen, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat

pemasukan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi kambingnya.

4.2.2.2 Frekuensi Konsumsi-Domisili-Pemasukan

Pada analisis crossstab ini (tabel 4.5), yakni frekuensi konsusmsi, domisili,

pemasukan serta, terdapat beberapa responden dengan kriteria frekuensi konsumsi

kambing dari intensitas rendah yakni satu kali selama kurun waktu tiga bulan,

hingga diatas tiga kali dalam kurun waktu tiga bulan ini, pencarian data frekuensi

dilakukan dalam rangka mengetahui dan menyeleksi tingkat konsumsi kambing

yang ada pada responden di kota Surabaya, domisili dimaksudkan untuk mencari

tahu letak responden yang ada dan intensitasnya terkait pilihan atribut dari olahan

kambing nantinya serta jumlah pemasukan dimaksudkan melihat tingkat ekonomi

seseorang, pada anlisis tabulasi silang ini ditunjukkan bahwa mayoritas responden

berdomisili di Surabaya Timur, dimana jumlah responden sebanyak 184.

Dari analisis tabulasi silang didapatkan jumlah konsumsi kambing tertinggi

berada pada daerah Surabaya Timur, namun apabila melakukan pendalaman lebih

lagi, presentase intensitas konsumsi tertinggi berada pada daerah Surabaya Barat,

Utara dan Surabaya Selatan (Lampiran 3 halaman 124), pada kedua daerah tersebut

didapati persentase tingkat intensitas konsumsi kambing lebih tinggi daripada

daerah Surabaya lainnya atau bahkan sekitar Surabaya, dimana tingkat frekuensi

konsumsi kambing tiga kali atau lebih sebesar 31 persen untuk daerah Surabaya

Selatan, dan untuk daerah Surabaya Barat sebesar 34 persen, sedangkan untuk

daerah Surabaya sekitar 33 persen, lalu untuk daerah Surabaya Timur berkisar 21

persen, dan Surabaya Pusat 24 persen dan Sekitar Surabaya (Krian, Sidoarjo,

Gresik) sebesar 16 persen.

Page 86: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

68

Tabel 4. 5 Hasil Analisis Crosstab Frekuensi Konsumsi - Domisili - Pemasukan

Domisili

Frekuensi

Total

1

kali

2

kali

3

kali

>3

kali

Surabaya

Utara

Pemasukan

<Rp 2.000.000 7 1 2 10

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 0 0 1 1

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 0 0 1 1

Total 7 1 4 12

Surabaya

Selatan

Pemasukan

<Rp 2.000.000 14 10 4 9 37

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 7 3 1 1 12

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 0 2 0 1 3

> Rp 6.000.000 3 1 0 2 6

Total 24 16 5 13 58

Surabaya

Timur

Pemasukan

<Rp 2.000.000 72 20 8 9 109

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 16 17 6 5 44

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 5 5 4 3 17

> Rp 6.000.000 4 6 1 3 14

Total 97 48 19 20 184

Surabaya

Barat

Pemasukan

<Rp 2.000.000 6 4 1 2 13

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 2 1 0 2 5

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 4 2 1 2 9

> Rp 6.000.000 0 0 1 1 2

Total 12 7 3 7 29

Surabaya

Pusat

Pemasukan

<Rp 2.000.000 9 5 1 2 17

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 2 0 0 2 4

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 2 1 0 1 4

Total 13 6 1 5 25

Sekitar

Surabaya

(Sidoarjo,

Krian,

Gresik)

Pemasukan

<Rp 2.000.000 44 16 8 4 72

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 14 5 2 4 25

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 7 2 0 0 9

> Rp 6.000.000 5 5 2 2 14

Total 70 28 12 10 120

Total

Pemasukan

<Rp 2.000.000 152 56 22 28 258

Rp 2.000.000 – Rp

4.000.000 41 26 9 15 91

Rp 4.000.000 – Rp.

6.000.000 18 12 5 8 43

> Rp 6.000.000 12 12 4 8 36

Total 223 106 40 59 428

Page 87: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

69

4.2.2.3 Prioritas Atribut-Frekuensi-Usia

Analisis crosstab dilakukan terhadap prioritas atribut, usia dan frekuensi,

dimana hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih rasa dari

sebuah produk olahan sebagai atribut paling diprioritaskan, dimana jumlah

responden yang memilih rasa berjumlah 175, dilanjutkan dengan atiribut label halal

sebagai prioritas kedua sejumlah 112 responden(Gambar 4.10).

Jika dihubungkan dengan frekuensi dan usia maka didapatkan bahwa pada

rentang usia dibawah 21 tahun, atribut yang diprioritaskan adalah rasa, lalu yang

kedua adalah label halal, dimana pada tingkat frekuensi konsumsi pada usia

dibawah 21 tahun semakin rendah tingkat konsumsi akan memiliki kecenderungan

untuk memilih rasa, namun pada tingkat konsumsi yang tinggi akan memiliki

kecenderungan untuk memilih atribut label halal, berbeda halnya pada rentang usia

21-25 tahun dimana label halal menjadi atribut yang paling diprioritaskan oleh

konsumen, dan semakin tinggi tingkat konsumsi pada usia 21-25 tahun semakin

memilih rasa sebagai atribut prioritasnya, kondisi ini sama halnya yang ada pada

usia 26-29 tahun namun berbeda pada usia diatas 30 tahun, dimana preferensi

atribut nya lebih cenderung kepada label halal, hal ini bisa disebabkan karena

semakin aware nya responden dan lebih mementingkan nilai dan norma agama.

Namun ada hal yang menarik dari sini, dimana didapatkan bahwa atribut

kesehatan meningkat seiring meningkatnya faktor usia, didapatkan presentase

kesehatan pada usia dibawah 21 tahun sebesar 2,4 persen, pada usia 21-25 sebesar

6,4 persen, meningkat menjadi 25 persen pada rentang usia 26-29 tahun, dan

menjadi 16 persen pada rentang usia 30 tahun keatas, hal ini dapat mengindikasikan

bahwa faktor kesehatan erat kaitannya dengan usia dan semakin tua usia seseorang

faktor kesehatan dianggap penting, hal ini dapat menjadi pertimbangan kepada

produsen apabila ingin menjual produk olahan kepada pembeli pada usia diatas 25

tahun.

Selain itu atribut rasa dan label halal menjadi atribut pilihan yang paling

banyak diprioritaskan oleh responden pada awal kuesioner, jika dilihat pada proses

identifikasi atribut belum melalui proses evaluasi mendalam terhadap sebuah

produk atau pengalaman membeli, kondisi ini dapat menyebabkan perbedaan

prioritas seiring dengan proses-proses yang dilalui oleh konsumen.

Page 88: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

70

Harga Rasa Ukuran Label HalalKetersediaanKebersihan PromosiTempat Penjualan ProdukMasa KadaluarsaKomposisi Bahan BakuKesehatan

1 kali 10 36 12 4 1 0 3 0 2 68

2 kali 3 10 7 1 1 1 0 3 1 27

3 kali 1 8 2 1 1 0 0 0 0 13

>3 kali 0 6 8 1 0 0 0 0 0 15

14 60 29 7 3 1 3 3 3 123

1 kali 10 41 1 45 5 4 9 1 5 9 130

2 kali 7 33 0 10 7 4 2 0 0 2 65

3 kali 2 11 0 2 2 1 0 0 0 2 20

>3 kali 2 15 0 10 1 0 2 0 2 3 35

21 100 1 67 15 9 13 1 7 16 250

1 kali 3 0 2 1 6

2 kali 0 1 0 1 2

3 kali 0 1 0 0 1

>3 kali 0 2 0 1 3

3 4 2 3 12

1 kali 1 4 5 1 2 0 0 0 6 19

2 kali 1 4 4 0 1 0 0 1 1 12

3 kali 1 0 2 0 1 1 1 0 0 6

>3 kali 0 3 3 0 0 0 0 0 0 6

3 11 14 1 4 1 1 1 7 43

1 kali 24 81 1 64 10 7 9 4 0 5 18 223

2 kali 11 48 0 21 8 6 3 0 0 4 5 106

3 kali 4 20 0 6 3 3 0 1 1 0 2 40

>3 kali 2 26 0 21 2 0 2 0 0 2 4 59

41 175 1 112 23 16 14 5 1 11 29 428

>29

Frekuensi

Total

Total

Frekuensi

Total

21-25

Frekuensi

Total

26-29

Frekuensi

Total

Usia

PrioritasAtribut

Total

<21

Frekuensi

Total

Gambar 4. 10 Hasil Analisis Crosstab Usia- Prioritas Atribut- Frekuensi

Page 89: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

71

4.2.2.4 Pilihan Olahan – Frekuensi Konsumsi - Usia

Analisis crosstab yang terakhir adalah analisis dari pilihan olahan, lalu

frekuensi dan juga usia, maksud dari pilihan olahan disini adalah table food (steak,

sate, gule, tongseng, nasi goren kambing dan olahan masakan lainnya) atau

processed food kambing (sosis, abon, dendeng, susu, yoghurt), hal tersebut

dimaksudkan melihat minat serta hubungan tingkat konsumsi dari konsumen dan

dari rentang usia berapa saja.

Tabel 4. 6 Hasil Analisis Crosstab Usia -Frekuensi- Preferensi Olahan Kambing

Hasil analisis menunjukkan bahwa 385 responden masih memilih table food

sebagai preferensi olahan jika dibandingkan dengan processed food yang hanya 43

responden, ini artinya hanya 10 persen saja dari total keseluruhan responden yang

Usia

Pilihan Olahan

Total Table Food Processed Food

<21

Frekuensi

1 kali 58 10 68

2 kali 23 4 27

3 kali 12 1 13

>3 kali 11 4 15

Total 104 19 123

21-25

Frekuensi

1 kali 118 12 130

2 kali 62 3 65

3 kali 20 0 20

>3 kali 30 5 35

Total 230 20 250

26-29

Frekuensi

1 kali 4 2 6

2 kali 2 0 2

3 kali 1 0 1

>3 kali 2 1 3

Total 9 3 12

>29

Frekuensi

1 kali 18 1 19

2 kali 12 0 12

3 kali 6 0 6

>3 kali 6 0 6

Total 42 1 43

Total

Frekuensi

1 kali 198 25 223

2 kali 99 7 106

3 kali 39 1 40

>3 kali 49 10 59

Total 385 43 428

Page 90: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

72

mempreferensikan processed food kambing (tabel 4.6), persentase yang

mepreferensikan processed food pada usia dibawah 21 tahun adalah lima belas

persen, sedagkan pada rentang usia 21-25 tahun sebesar delapan persen, pada

rentang usia yang lebih tua ditunjukkan bahwa preferensi terhadap processed food

sebesar dua puluh lima persen, lalu untuk rentang usia diatas 30 tahun sebesar 2,3

persen saja, hal ini mengindikasikan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang

maka preferensi terhadap produk olahan processed food semakin kurang pula.

Sedangkan preferensi produk olahan lebih diminati oleh kalangan yang

lebih muda, dan menurut analisis crosstab dari usia dibawah 21 tahun hingga 29

tahun, menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat frekuensi kambing konsumen

maka konsumen memiliki kecenderungan mau untuk mengkonsumsi produk olahan

processed food kambing, hal ini bisa disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi

kambing atau produk olahannya dalam intensitas yang tidak sedikit, sehingga ada

kecendurangan untuk mencoba produk olahan dari kambing atau bahkan

mengkonsumsi produk olahan kambing secara rutin.

4.2.3 Uji Validitas

Kuesioner yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu

diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur

tingkat kelayakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Uji validitas dilakukan

menggunakan principle component analyisis.

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .854

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 3842.931

df 231

Sig. .000

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa diperoleh nilai KMO sebesar

0,854 yang menandakan bahwa instrumen valid karena sudah memenuhi batas 0,50

(0,854 > 0,50). Disamping itu, dilihat dari nilai Bartlett’s Test menunjukkan nilai

3842,931 dengan nilai signifikansi 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa

instrumen ini telah memenuhi syarat valid. Selanjutnya dapat dilihat nilai anti

image dengan output sebagai berikut.

Page 91: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

73

Tabel 4. 7 Principle Component Analysis

Variabel Anti-

image Variabel

Anti-

image

FE1 0,777 FB1 0,932

FE2 0,896 FB2 0,884

FE3 0,820 FB3 0,888

FE4 0,709 FB4 0,872

FE5 0,789 FB5 0,758

FE6 0,903 FB6 0,869

FE7 0,748 FB7 0,842

FE8 0,873 FB8 0,883

FE9 0,911 FB9 0,847

FE10 0,881 FB10 0,876

FE11 0,842 FB11 0,833

sumber: (Hof, 2012)

Berdasarkan uji validitas (tabel 4.7) dinyatakan bahwa, terdapat 11 indikator

dan 22 item pertanyaan yang mana terdapat dua bagian jawaban, untuk bagian

evaluasi dan belief pada metode fishebin, dinyatakan bahwa kesemua item

dinyatakan valid, baik untuk evaluation maupun belief karena dapat diketahui

bahwa korelasi anti-image yang cukup tinggi untuk masing-masing indikator

tersebut dan diperoleh nilai yang lebih besar dari 0,05, sehinga keseluruhan item

pertanyaan atribut pada fishbein dinyatakan tela memenuhi kriteria sebagai

pembentuk konstruk dan valid.

4.2.4 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan tujuan untuk mengetahui

konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga suatu pengukuran dapat

dipercaya. Untuk menguji digunakan Alpha Cronbach. Dimana suatu instrumen

akan semakin reliable apabila koefisien alpha lebih dari 0,60.

Tabel 4. 8 Uji Reliabilitas

Analisis Cronbach Alpha Cut Off Keterangan

Multi Atribut Fishbein 0,886 0,6 Reliabel

Berdasarkan tabel tersebut (tabel 4.8), diketahui bahwa nilai semua variabel

mempunyai Alpha Cronbach yang lebih besar dari 0,6 sehingga variabel tersebut

dinyatakan handal dan layak dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Namun

Page 92: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

74

Eisingerich dan Rubera (2010) menyatakan bahwa nilai tingkat keandalan

Cronbach’s Alpha minimum adalah 0,70. Jadi, instrumen dapat dikatakan reliabel

jikan nilai Cronbach Alpha hitungnya lebih besar dari 0,70 maka kuesioner

dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan di SPSS 23, nilai multi atribut

Fishbein sebesar 0,886 sehingga dapat dikatakan reliabel.

4.2.5 Analisis Cochran Q Test

Hasil analisis pengujian hipotesis komparatif k-sampel berpasangan ini

menggunakan teknik analisis Cochran Q-test, dalam hal ini Cochran Q test adalah

untuk mengetahui sama atau tidaknya proporsi jawaban “ya” pada atribut produk

olahan kambing. Dalam kuesioner penelitian, uji Q Cochran memberikan

pertanyaan tertutup (ya dan tidak) kepada responden. Syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam analisis Cochran Q test, yaitu distribusi Q-sampling mendekati

distribusi Chi kuadrat dan menguji signifikansi harga Q hitung dengan melakukan

perbandingan dengan nilai harga kritis untuk Chi kuadrat. Ketentuan pengujian

pada analisis Cochran Q test adalah apabila Q hitung lebih besar atau sama dengan

nilai tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima (Sugiyono, 2015). Langkah-langkah

dalam melakukan analisis Cochran Q test antara lain, yaitu menentukan hipotesis

(H0 dan Ha) yang akan diuji, Mencari Q hitung dengan rumus Cochran Q-test,

penentuan Q tabel (Q-tab) dengan nilai 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1

sehingga diperoleh Q-tab (0,05; df) dari tabel Chi Square distribution, mengambil

keputusan, dan kesimpulan.

Dalam tahap pengambilan keputusan harus memperhatikan syarat, yaitu

menolak H0 dan menerima Ha, jika Q-hit > Q-tab serta menerima H0 dan menolak

Ha, jika Q-hit < Q-tab. Kriteria pengujian teknik statistik Cochran Q-test

menyebutkan apabila nilai probabilitas Q test ≤ level of significance (alpha = α)

maka atribut-atribut produk olahan mempunyai proporsi jawaban “ya” yang tidak

sama.

Page 93: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

75

Tabel 4. 9 Jumlah Item Jawaban Cochran Q Test

Variabel Value

0 1

Harga 72 356

Rasa 14 414

Ukuran 118 310

Label Halal 104 324

Ketersediaan

Kebersihan

Promosi

Tenpat Penjualan

Masa Kadaluarsa

Komposisi Bahan Baku

Kesehatan

50

13

90

44

40

116

10

378

415

338

384

388

312

418

Pengambilan keputusan penggunaan atribut untuk metode fishbein adalah

menggunakan uji cochran q test untuk mencari valid atau tidaknya atribut-atribut

yang akan digunakan pada penelitian, pada tabel diatas dapat diketahui dari

kesebelas atribut olahan kambing yang ada, jumlah jawaban “ya” lebih banyak

daripada jawaban “tidak”, jumlah jawaban “ya” pada harga sebanyak 356 (tabel

4.9) mengindikasikan pentingya harga sebagai atribut penilaian sebuah produk

olahan, lalu atribut rasa juga mempengaruhi penilaian terhadap atribut produk

olahan secara signifikan, begitu juga dengan atribut-atribut yang lain, dimana

terjadi kesepakatan jawaban akan atribut-atribut yang digunakan sudah memenuhi

kriteria penilaian dari produk olahan, jumlah proporsi jawaban dapat dilihat pada

tabel 4.9.

Tabel 4. 10 Statistik Tes Cochran Q test

TEST STATISTICS

N 428

Cochran’s Q 348a

df 10

Asymp. Sig. 0,000

Dari hasil analisis uji Cochran Q di atas menunjukkan bahwa nilai Q hitung

sebesar 348a. Sedangkan nilai Q tabel untuk jumlah 400 responden sebesar 488,849

Page 94: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

76

dengan level of significance (alpha, α =5 persen) yang berasal dari nilai tabel Chi-

Square (X2). Hal ini dapat menunjukkan kesimpulan bahwa nilai Q hitung lebih

kecil dari Q tabel, dan juga nilai sig lebih kecil daripada 0,05 sehingga menolak Ha

dan menerima H0, yaitu semua atribut produk olahan mempunyai proporsi jawaban

“ya” yang tidak sama (Tabel 4.10).

4.2.6 Analisis Fishbein

Analisis pengujian multi atribut Fishbein digunakan dengan tujuan untuk

mengetahui nilai belief dan evaluasi konsumen terhadap atribut produk olahan

kambing, yakni harga, rasa, ukuran, label halal, ketersediaan, kebersihan, promosi,

tempat penjualan, masa kadaluarsa, komposisi bahan baku dan kesehatan. Model

yang digunakan dalam analisis multi atribut Fishbein ini adalah model The Attitude

Toward Object yang meliputi salience (atribut), tingkat evaluasi (kepentingan) dan

kepercayaan (beliefs).

Penentuan atribut-atribut tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu

menggali informasi dari penelitain terdahulu, melalui pendekatan atribut yang sama

yang digunakan pada olahan sosis sapi. Simamora (2004) mengatakan bahwa

sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil penilaian konsumen maka

seharusnya terlebih dahulu untuk menentukan rentang skala penilaian, misalnya

menentukan skor minimum dan skor maksimum penilaian yang mungkin diberikan

oleh konsumen. Seberapa kuat kepercayaan akan diukur dengan menggunakan

skala 5 (likert scale) angka pada kemungkinan yang disadari oleh konsumen

dimulai dari angka 5 untuk sangat penting hingga angka 1 untuk sangat tidak

penting. Komponen evaluasi atribut (ei) yang diukur juga oleh skala likert yaitu 5

poin yang digunakan untuk mengestimasi penilai (responden) terkait sikap terhadap

atribut yang melekat pada produk olahan kambing yang akan dipilih.

Dalam mengestimasi penilai sikap terhadap atribut produk olaahn maka

digunakan rumus seperti berikut:

𝐴0 = 𝑏𝑖 × 𝑒𝑖

Dalam analisis multi atribut Fishbein yang harus dilakukan selanjutnya adalah

menghitung rata-rata evaluasi (ei) dan kepercayaan (bi) responden pada setiap

atribut. Kemudian, setiap skor kepercayaan (bi) harus dikalikan dengan skor

evaluasi (ei) yang sesuai dengan atributnya. Setelah itu, hasil dari seluruh perkalian

Page 95: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

77

harus dijumlahkan yang di dapat dari hasil tabulasi sehingga dapat diketahui sikap

konsumen (Ao) terhadap atribut produk yang dibandingkan dengan menggunakan

skala interval (Tabel 4.17). Rumus skala interval dapat ditunjukkan sebagai berikut.

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝑚 − 𝑛

𝑏

Keterangan:

m = Skor tertinggi yang mungkin terjadi

n = Skor terendah yang mungkin terjadi

b = Jumlah skala penilaian yang terbentuk

Analisis multi atribut Fishbein ini menggunakan skala likert 5 poin atau data

ordinal sehingga besarnya range (jarak) untuk tingkat nilai kepercayaan (bi) dan

evaluasi (kepentingan) dapat ditunjukkan seperti berikut ini:

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 5 − 1

5= 0,8

Berikutnya dalam analisis multi atribut Fishbein adalah mengkategorikan

nilai evaluasi (ei) dan kepercayaan (bi) responden terhadap atribut produk olahan

kambing pada rentang skala interval. Berikut ini adalah tabel kategori untuk nilai

evaluasi (ei) dan kepercayaan (bi) responden terhadap atribut produk olahan

kambing pada rentang skala interval, Tabel 4.11.

Tabel 4. 11 Kategori Tingkat Evaluasi dan Kepercayaan

Tingkat Evaluasi

(ei) Nilai

Tingkat Kepercayaan

(bi) Nilai

Sangat Tidak Penting 1,0 < ei < 1,8 Sangat Buruk 1,0 < bi < 1,8

Tidak Penting 1,9 < ei < 2,6 Buruk 1,9 < bi < 2,6

Biasa 2,7 < ei < 3,4 Biasa 2,7 < bi < 3,4

Penting 3,5 < ei < 4,2 Baik 3,5 < bi < 4,2

Sangat Penting 4,3 < ei < 5,0 Sangat Baik 4,3 < bi < 5,0

Hasil penelitian sikap responden terhadap atribut produk olahan kambing

yang di dapat dari hasil olah data kuesioner, secara keseluruhan akan

diinterpretasikan ke dalam 5 kategori, yaitu sangat positif, positif, netral, negatif,

dan sangat negatif. Besarnya range (jarak) untuk kategori sikap per atribut (ei x bi)

adalah sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = [(5𝑥5) − (1𝑥1)]

5= 4,8

Page 96: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

78

Sedangkan penilaian sikap responden terhadap atribut produk olahan

kambing (ei.bi), secara keseluruhan dapat dikategorikan pada rentang skala interval

yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.12).

Tabel 4. 12 Kategori Nilai Sikap Terhadap Atribut Secara Keseluruhan

KATEGORI SIKAP ATRIBUT NILAI

Sangat Negatif 1,0 < bi < 5,8

Negatif 5,9 < bi < 10,6

Netral 10,7 < bi < 15,4

Positif 15,5 < bi < 20,2

Sangat Positif 20,3 < bi < 25,0

Hasil dari poin-poin jawaban untuk atribut-atribut fishbein yang ada dapat

menunjukkan sikap dan preferensi atribut manakah yang menjadi prioritas

responden terhadap produk-produk olahan kambing, pilihan kesebelas atribut

tersebut terdapat pada lampiran 4.

4.2.6.1 Penilaian Tingkat Evaluasi

Nilai penilaian konsumen untuk atribut produk olahan didapatkan setelah

mengalikan skor evaluasi (ei) yang merupakan kepentingan responden untuk

masing-masing atribut dengan skor kepercayaan (bi) dari masing-masing atribut

produk olahan. Apabila nilai sikap untuk masing-masing atribut dijumlahkan maka

akan didapat total nilai sikap secara keseluruhan untuk produk olahan kambing.

Total nilai sikap dihitung dengan tujuan untuk mengetahui penilaian konsumen

terhadap atribut-atribut yang melekat pada produk olahan kambing.

Komponen evaluasi atau tingkat kepentingan konsumen menunjukkan bobot

kepentingan suatu atribut bagi konsumen. Kategori kepentingan dapat diperoleh

dari rentang skala interval yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya. Rentang

skala interval dimulai dari rentang angka 1-1,8 yang berarti sangat tidak penting,

rentang angka 1,9-2,6 menunjukkan kategori tidak penting, rentang angka 2,7-3,4

menunjukkan kategori biasa, rentang angka 3,5-4,2 menunjukkan kategori penting,

dan rentang angka 4,3-5 menunjukkan kategori sangat penting. Dari hasil data yang

diolah dan didapat dari kuesioner maka diperoleh hasil analisis multi atribut

Fishbein sehingga didapat nilai evaluasi (ei) atau tkepentingan responden terhadap

atribut produk olahan kmabing yang disajikan pada tabel dibawah ini (Tabel 4.13).

Page 97: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

79

Tabel 4. 13 Tingkat Evaluasi Atribut Produk Olahan Kambing

EVALUATION

Atribut Olahan

Kambing Evaluasi (ei) Kategori Kepentingan Urutan (ei)

Harga 3,83 Penting 7

Rasa 4,41 Sangat Penting 4

Ukuran 3,44 Biasa 9

Label Halal 4,41 Sangat Penting 3

Ketersediaan 3,42 Biasa 10

Kebersihan 4,46 Sangat Penting 1

Promosi 3,35 Biasa 11

Tempat Penjualan 3,72 Penting 8

Masa Kadaluarsa 4,46 Sangat Penting 2

Komposisi bahan baku 3,88 Penting 6

Kesehatan 4,38 Sangat Penting 5

Berdasarkan data yang telah disajikan di atas melalui olah data dari Ms.

Excel, maka di dapat hasil analisis evaluasi atau tingkat kepentingan atribut produk

olahan kambing. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat tiga kategori kepentingan pada

atribut-atribut produk olahan kambing, yang pertama adalah kategori biasa, lalu

yang kedua kategori penting, dan yang terakhir adalah kategori sangat penting, pada

kategori kepentingan biasa, terdapat tiga atribut pilihan yakni, promosi,

ketersediaan dan ukuran hal ini mengindikasikan bahwa produk-produk olahan

kambing kondisi ukuran tidak menjadi prioritas pilihan utama pada produk, begitu

juga dengan promosi.

Pada tingkat kategori penting, terdapat tiga atribut yang menjadi pilihan,

yakni tempat penjualan, komposisi bahan baku dan harga, yang menarik adalah

atribut harga tidak pada tingkat kepentingan yang sangat penting, hal ini

menjadikan konsumen olahan kambing tidak terlalu price oriented pada proses

evaluasi, lalu yang ketiga adalah tingkat kepentingan sangat penting, dimana

terdapat atribut kesehatan, kebersihan, label halal, masa kadaluarsa dan rasa, atribut

dengan tingkat kepentingan sangat penting ini perlu dijadikan bahan pertimbangan

utama daripada atribut lainnya pada pelaku industri olahan kambing dalam

membuat produk olahan mereka.

4.2.6.2 Penilaian Tingkat Kepercayaan

Komponen kepercayaan (bi) yang menunjukkan penilaian konsumen

terhadap pelaksanaan atribut produk olahan kambing. Adapun kategori yang

Page 98: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

80

digunakan dalam analisis belief multi atribut Fishbein ini, yaitu angka 1-1,8 adalah

sangat tidak baik, angka 1,9-2,6 adalah tidak baik, angka 2,6-3,4 adalah biasa,

angka 3,5-4,2 adalah baik, dan angka 4,3-5 adalah sangat baik (Tabel 4.12).

Tabel 4. 14 Tingkat Kepercayaan Atribut Produk Olahan Kambing

Atribut Olahan

Kambing Kepercayaan(bi) Kategori Pelaksanaan

Harga 4,56 Sangat baik

Rasa 4,11 Baik

Ukuran 4,31 Sangat baik

Label Halal 3,97 Baik

Ketersediaan 4,53 Sangat baik

Kebersihan 4,71 Sangat baik

Promosi 3,96 Baik

Tempat Penjualan 4,21 Baik

Masa Kadaluarsa 4,31 Sangat baik

Komposisi bahan baku 4,33 Sangat baik

Kesehatan 4,59 Sangat baik

Atribut kebersihan yang paling disukai oleh konsumen atau dapat juga

diartikan dalam membentuk sikap terhadap pemilihan produk olahan kambing,

konsumen memiliki keyakinan (belief) sebesar 4,71 terhadap kebersihan yang

paling diperhitungkan oleh responden dibandingkan dengan atirbut lainnya. Dari

hasil tersebut dapat diketahui bahwa semua atribut produk olahan kambing

tergolong menjadi dua yakni, baik dan sangat baik. Ketika konsumen ingin membeli

produk olahan kambing dan ingin melakukan pemilihan atas produk-produk yang

ada tersebut, maka dapat diketahui bahwa konsumen berkeyakinan baik atas atribut

kebersihan. Sedangkan pertimbangan yang kedua adalah kesehatan yang memiliki

pengaruh terhadap pemilihan produk olahan kambing dengan dinilai sebesar 4,59

dan tergolong sangat baik, hal ini mengindikasikan banyaknya seterotype terhadap

kambing tentang efek samping terhadap kesehatan ketika mengkonsumsi kambing,

hal ini perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh pengolah olahan kambing.

Atribut lainnya seperti harga, ukuran, komposisi bahan baku dan masa kadaluarsa

juga turut dipertimbangkan oleh konsumen dalam pemilihan produk olahan

kambing daripada atribut rasa, label halal, promosi dan tempat penjualan (Tabel

4.14).

Page 99: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

81

4.2.6.3 Hasil Analisis Fishbein

Nilai sikap responden untuk produk olahan kambing didapatkan setelah

mengalikan skor evaluasi kepentingan (ei) masing-masing atribut dengan skor

kepercayaan (bi). Apabila nilai sikap untuk masing-masing atribut dijumlahkan

maka akan didapat nilai atribut pilihan secara keseluruhan untuk produk olahan

kambing (Ao). Adapun penentuan interpretasi sikap konsumen terhadap atribut

produk olahan kambing yang terbagi menjadi 5 kategori, yaitu angka 1-5,8 adalah

sangat negatif, angka 5,9-10,6 adalah negatif, angka 10,7-15,4 adalah netral, angka

15,5-20,2 adalah positif, dan angka 20,3-25 adalah sangat positif. Kategori

evaluation (ei) dimulai dari rentang angka 1-1,8 yang berarti sangat tidak penting,

rentang angka 1,9-2,6 menunjukkan kategori tidak penting, rentang angka 2,7-3,4

menunjukkan kategori biasa, rentang angka 3,5-4,2 menunjukkan kategori penting,

dan rentang angka 4,3 - 5 menunjukkan kategori sangat penting. Kategori belief

yang digunakan dalam analisis multi atribut Fishbein ini, yaitu angka 1-1,8 adalah

sangat tidak baik, angka 1,9-2,6 adalah tidak baik, angka 2,6-3,4 adalah biasa,

angka 3,5-4,2 adalah baik, dan angka 4,3-5 adalah sangat baik. Berikut ini

merupakan hasil analisis sikap responden (ei x bi) dan total nilai sikap (Ao) terhadap

atribut produk olahan kambing secara keseluruhan (Tabel 4.15).

Tabel 4. 15 Hasil Analisis Fishbein Atirbut Produk Olahan Kambing

Atribut Produk

Produk Olahan Kambing Kategori

Sikap (ei) Kategori (ei) (bi) Kategori

(bi)

Ao

(ei x bi)

Harga 3,83 Penting 4,56 Sangat baik 17,51 Positif

Rasa 4,41 Sangat Penting 4,11 Baik 18,16 Positif

Ukuran 3,44 Biasa 4,31 Sangat baik 14,86 Netral

Label Halal 4,41 Sangat Penting 3,97 Baik 17,56 Positif

Ketersediaan 3,42 Biasa 4,53 Sangat baik 15,98 Positif

Kebersihan 4,46 Sangat Penting 4,71 Sangat baik 21,04 Sangat

Positif

Promosi 3,35 Biasa 3,96 Baik 13,28 Netral

Tempat Penjualan 3,72 Penting 4,21 Baik 15,72 Positif

Masa Kadaluarsa 4,46 Sangat Penting 4,31 Sangat baik 19,25 Positif

Komposisi bahan baku 3,88 Penting 4,33 Sangat baik 16,89 Positif

Kesehatan 4,38 Sangat Penting 4,59 Sangat baik 20,11 Positif

Page 100: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

82

Berdasarkan kategori tersebut, terdapat 3 kategori pada atribut produk olahan

kambing, yakni netral, positif dan sangat positif. Atribut yang berada pada kategori

netral adalah ukuran dan promosi, dengan nilai masing masing 14,86 dan 13,28, hal

ini sekaligus menjadikan atribut promosi menjadi preferensi atribut yang paling

rendah nilainya daripada atribut lainnya, lalu untuk kategori selanjutnya adalah

positif, pada kategori ini rata-rata atribut yang ada masuk pada kategori positif,

dimana terdapat delapan atribut yang ada, yakni harga (17,51), rasa (18,16), Label

Halal (17,56), ketersediaan (15,98), tempat penjualan (15,72), masa kadaluarsa

(19,25), komposisi bahan baku (16,89), dan kesehatan (20,11).

Pada kategori positif nilai tertinggi terdapat pada atribut kesehatan lalu yang

kedua adalah masa kadaluarsa. Kategori dengan nilai tertinggi yakni sangat positif

adalah kebersihan (21,04). Jika diurutkan dari atribut-atribut tersebut, urutan atribut

yang kategori nilai tertinggi adalah:

Tabel 4. 16 Prioritas Atribut

Hal ini menunjukkan preferensi pilihan konsumen terhadap atribut

kebersihan pada produk olahan kambing sangat tinggi jika dibandingkan dengan

atribut promosi dan ukuran, dari hasil ini dapat diaplikasikan oleh perusahaan

pengolahan olahan kambing jika ingin menjual sebuah produk agar

mempertimbangkan faktor kebersihan produk olahan yang utama, kebersihan disini

dimaksudkan bagiamana sebuah produk tersebut bisa terjamin kebersihannya dan

informasi kebersihan ini dapat tersampaikan baik kepada konsumen, salah satu

caranya mungkin adalah dengan melakukan sertifikasi kebersihan pada proses

Prioritas Atribut Produk Olahan Keterangan

1 Kebersihan 21,04

2 Kesehatan 20,11

3 Masa Kadaluarsa 19,25

4 Rasa 18,6

5 Label Halal 17,56

6 Harga 17,51

7 Komposisi Bahan Baku 16,89

8 Ketersediaan 15,98

9 Tempat Penjualan 15,72

10 Ukuran 14,86

11 Promosi 13,28

Page 101: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

83

produksi bisa melalui lembaga sertifikasi seperti sucofindo atau lembaga sertifikasi

yang menjamin kebersihan proses produksi sejenis. Kesehatan menjadi prioritas

nomor dua oleh konsumen pada pemilihan atribut, faktor kesehatan pada pangan

sangat menjadi pertimbangan oleh konsumen, langkah yang bisa diambil pada

faktor kesehatan adalah dengan melakukan pendekatan layaknya sertifikasi

HACCP(Hazard Analysis and Critical Control Points) atau melakukan edukasi dan

campaign terkait dampak kesehatan jika mengkonsumsi produk olahan .

Prioritas selanjutnya adalah masa kadaluarsa, harapannya masa kadaluarsa

dari sebuah produk olahan tidak dalam rentang waktu yang pendek, seperti

layaknya produk olahan sapi dan ayam yang memiliki masa kadaluarsa yang cukup

lama, guna mendukung faktor pemasaran produk olahan kambing nantinya, hal

yang perlu juga untuk diperhatikan selanjutnya adalah rasa, label halal, dan harga

umumnya kondisi rasa dari kambing yang relatif menimbulkan bau menyulitkan

perkembangan produk kambing, dan ketika ingin menjual produk makanan, maka

rasa haruslah bisa diterima oleh semua kalangan dan dinyatakan memiliki rasa yang

enak, kondisi tersebut menuntut produk olahan kambing haruslah memiliki rasa

yang enak dan minim bau prengus yang ditimbulkan dari produk itu sendiri,

Sedangkan label halal sangat penting untuk dipenuhi, karena mayoritas

masyarakat Indonesia adalah muslim, label halal menjadi syarat yang tak

terelakkan, hal ini dapat menunjang tingkat kepercayaan seseorang terhadap produk

yang akan dia konsumsi, begitu pun dengan harga, harga yang bagaimana

seharusnya produk olahan kambing itu beredar di pasaran, umumnya produk olahan

yang berasal dari kambing berada pada rentang harga yang lebih tinggi ketimbang

produk sejenisnya, karena memang kondisi di Indonesia yang masih rendah tingkat

konsumsi kambingnya menimbulkan produk kambing sulit di temui dan cenderung

ekslusif, hal ini yang menyebabkan harga dari olahan kambing berbeda dengan sapi

dan ayam yang cenderung lebih mudah di dapatkan sehingga lebih murah.

Komposisi bahan baku dan tempat penjualan juga bisa menjadi bahan

pertimbangan pelaku pelaku, seperti produsen penghasil olahan kambing seperti

lampiran jumlah gizi terkandung dalam satu kemasan dan mengandung bahan yang

tidak menyebabkan efek samping berlebihan, selain itu untuk analisis tempat

penjualan yang menjadi prioritas nomor sembilan ini bisa melakukan pemasaran

Page 102: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

84

dan pendistirbusian produk olahan kambing di pasar modern yang berukuran relatif

besar seperti Hypermart, Giant, Carefour, Ranchmart dan pasar modern sejenis,

sehingga dapat dijangkau oleh konsumen dengan mudah, untuk super market yang

lebih kecil tidak disarankan karena produk olahan kambing masih dalam tahap

pengenalan produk, karena selama ini minim sekali produk olahan kambing berada

pada super market, selain itu ketersediaan produk juga perlu dipertimbangkan

mengingat sedikitnya produk olahan kambing yang tersebar di pasaran.

Dan yang terakhir meskipun ukuran dan promosi menjadi atribut

pertimbangan terakhir pilihan konsumen, atribut ini juga bisa menjadi bahan

pertimbangan selanjtunya dan diperhatikan bagi pihak-pihak pengolah olahan

kambing atau produsen olahan kambing, misalnya dengan memilih ukuran standar

yang ada pada produk olahan kambing dan ayam, hal ini dapat dilakukan mengingat

minimnya produk olahan kambing yang bisa dijadikan benchmark ukuran sebuah

produk, faktor promosi yang memang tidak terlalu dipertimbangkan oleh

konsumen, dapat dilakukan dalam tenggat waktu yang tidak terlalu intens, namun

terkadang memang promosi diperlukan seperti pada saat pengenalan produk baru,

memperingati hari besar atau bertepatan dengan suatu event tertentu.

Tabel 4. 17 hasil Analisis dan Rekomendasi Fishbein

Atribut Produk Olahan Analisis dan Rekomendasi

Kebersihan - Sertifikat BPOM

Kesehatan - HACCP, ISO 2200

Masa Kadaluarsa - Minimal 6 bulan untuk mendukung

pemasaran

Rasa - Standard Produk Olahan Sapi dan Ayam,

dan tidak bau yang terlalu tajam

Label Halal - Label halal MUI

Harga - 40.000 – 125.000

Komposisi Bahan Baku

- Mengandung gizi cukup, dan kandungan asli

kambing cukup, tidak menyebabkan efek

samping berlebihan

Ketersediaan - Selalu ada dan mudah ditemukan/dijangkau

Tempat Penjualan - Supermarket (Giant, Hypermart, Transmart)

Ukuran - Cukup (tidak terlalu besar atau kecil)

Promosi - Dilakukan pada saat stock baru akan datang

Page 103: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

85

4.2.7 Analisis Rantai Nilai

Pada bagian ini akan dibahas mengenai data-data yang telah dikumpulkan

dan data yang akan diolah. Pengumpulan data berasal data primer atau hasil

wawancara dengan pihak yang berperan langsung sebagai pelaku amatan dan

observasi. Selanjutnya dari data yang telah dikumpulkan akan digunakan untuk

melakukan pengolahan data. Data untuk analisis rantai nilai diambil dari tiga

narasumber yang selaku pelaku pada usaha komoditas kambing yang berdomisili di

Surabaya.

Pendekatan rantai nilai tidak hanya melihat pada kegiatan yang dilakukan

oleh satu usaha saja. Pendekatan ini justru mencakup semua hubungan baik yang

bergerak maju ataupun mundur, sampai ketika bahan baku produksi tersebut

akhirnya terhubung dengan konsumen akhir (Kusumawardani 2012). Dalam rantai

nilai produk olahan kambing terlibat beberapa aktor (stakeholder) yang

berkontribusi dalam memberikan fungsinya masing-masing sehingga suatu produk

dapat memiliki nilai tambah. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan

sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu

atau suatu rencana (Tarigan et al. 2013).

4.2.7.1 Identifikasi dan Pemilihan Produk Olahan

Identifikasi produk olahan ini bertujuan untuk mendukung tahap pemilihan

analisis rantai nilai, karena dalam kondisi eksisting, produk olahan dari kambing

sangatlah sedikit dan distribusi ke konsumen akhir tidak seperti produk olahan pada

sapi maupun ayam. Prores identifikasi dan pemilihan produk olahan yang akan

dijadikan sebagai bahan analisis value chain adalah produk olahan yang paling

diprioritaskan oleh responden pada penelitian tentang preferensi konsumen

terhadap produk olahan kambing sebelumnya, proses identifikasi dan pemilihan

produk olahan kambing untuk selanjutnya di analisis rantai nilainya, yang mana

diambil dari dua produk olahan yang menjadi prioritas, yakni produk olahan susu

dan juga produk olahan sosis, pada tabel 4.16 ditunjukkan bahwa produk dengan

tingkat kategori tertinggi adalah sosis dan susu dengan kategori sebesar 163 dan

167, inilah yang menjadi dasar dalam penelitian rantai nilai dari kedua produk

olahan. Tingkat kategori ini diambil dari penjumlahan nilai sangat prioritas,

prioritas, dan cukup prioritas dikurangi oleh nilai kurang prioritas dan sangat tidak

Page 104: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

86

prioritas, maka didapatkan nilai tingkat ketgori berdasarkan angka, tertinggi, yakni

sosis dan susu.

Tabel 4. 18 Hasil Analisis Fishbein Atirbut Produk Olahan Kambing

Sosis Susu Dendeng Abon Keju Yoghurt

Sangat Prioritas 62 66 30 39 25 33

Prioritas 87 92 76 95 58 61

Cukup Prioritas 130 123 138 132 100 85

kurang Prioritas 83 80 114 98 134 131

Sangat tidak

Prioritas

33 34 37 31 78 85

Tingkat Kategori 163 167 93 137 -29 -37

4.2.7.2 Pemetaan Value Chain Eksisting

Setelah terpilih produk ungulan yang akan dijadikan sebagai bahan amatan,

maka langkah selanjutnya yaitu pemetaan value chain dari produk olahan terpilih,

dimana dalam tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan memberikan rancangan

rantai nilai pada rekomendasi kepada para pelaku-pelaku yang terlibat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Kresnawati,2013), dalam menentukan

pemetaan value chain, hal penting yang harus dilakukan yaitu memahami kegiatan-

kegiatan yang terjadi pada setiap pelaku yang terkait. Berikut ini merupakan bagian

dalam pemetaan value chain eksisting komoiditas kambing di Surabaya.

4.2.7.3 Pemetaan Proses Inti dalam Value Chain Komoditas Kambing

Dalam komoditas kambing di kota Surabaya terdapat beberapa proses yang

terjadi, dimulai dari input/penyediaan bibit ternak sampai dapat dikonsumsi oleh

konsumen. Berikut ini merupakan proses inti pada komoditas kambing:

Gambar 4. 11 Proses Inti komoditas Kambing

Input Produksi Pengumpulan PerdagangannPengolahan &

PemasaranKonsumsi

Bibit ternak Kambing masa ternak dan panen Hasil:

- Table Food

- Processed Food

Page 105: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

87

Dalam value chain kambing, proses inti dimulai dari input yakni penyediaan

bibit ternak, pada kondisi saat ini penyediaan bibit ternak yang ada pada industri

peternakan, berasal dari dua pihak, petani atau peternak langung, biasanya para

peternak tersebut membeli bibit atau anakan kambing dari petani dengan harga

relatif murah untuk selanjutnya di masukkan ke bagian kandang atau produksi

untuk menjadi kambing siap panen, proses ini disebut fattening atau penggemukan

masa ternak, dari hasil penggemukan tersebut selanjutnya kambing-kambing yang

siap panen dikirim ke proses hilir menuju pengolahan dan pemasaran.

Penggemukan umumnya terjadi hampir pada setiap peternakan, setelah

melalui proses tersebut untuk selanjutnya dilakukan pengiriman ternak ke rumah

potong hewan dan kepada pengepul kambing di kota-kota besar di Jawa Timur,

Jawa Tengah dan Jawa Barat, untuk supply akhir kambing kepada pihak pengolahan

olahan ternak untuk menjadi processed food atau table food untuk dikonsumsi oleh

konsumen.

4.2.7.4 Stakeholder yang Terlibat dalam Komoditas Kambing

Aktor yang terlibat tersebut adalah konsumen yang mengkonsumsi

kambing, usaha pengolahan kambing, pedagang yang menjual produk olahan

kambing, dan peternak atau pengumpul kambing (gambar 4.24). Adapun penjelasan

lebih rinci karakteristik dari masing-masing aktor (stakeholder) yaitu:

1. Konsumen

Pada kategori hilir, terdapat stakeholder yakni konsumen dari kambing itu

sendiri. Konsumen yang mengkonsumsi kambing dan olahan produk kambing

ini terdiri atas warung makan, rumah tangga, tempat aqiqoh, orang yang sedang

sakit, orang yang sedang diet, ekspatriat, dan orang yang aware terhadap isu

kesehatan. Dari preferensi awal diketahui bahwa 47 persen responden masih

belum mengetahui ternyata kambing memiliki produk olahan sendiri.

Page 106: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

88

Hal ini menegaskan bahwa jumlah konsumen atau penikmat olahan

kambing umumnya masih sedikit, jika dibandingkan dengan konsumen dari

olahan ayam itu sendiri atau dari olahan sapi, hal ini bisa disebabkan karena

minimnya produk olahan kambing yang ada di masyarakat, dan jumlah produk

hilir atau produk yang bernilai tambah dari olahan kambing tidak sebanyak

komoditas ayam atau sapi.

Gambar 4. 12 Pengetahuan Produk Olahan Kambing

2. Usaha Pengolahan

Usaha pengolahan termasuk dalam kategori core jika dikaitkan dengan

supply chain. Usaha pengolahan di Surabaya umumnya dibagi menjadi dua,

yakni table food dan processed food,untuk table food umumnya adalah unit

pengolahan makanan saji, seperti sate, gule, steak kambing, beberapa pelaku

antara lain yang bergerak pada pengolahan table food olahan kambing antara

lain restoran seperti Boncafe, Steakhouse, Larazeta, Al hamra, Meatme,

adapaun selain restoran, olahan kambing umunya banyak ditemui sebagai

warung makan, depot, dan kaki lima, yang menjual sate dan gule, beberapa juga

dapat ditemukan penjual susu kambing murni di Surabaya, salah satunya berada

di Jalan Jemursari Surabaya.

43%57%

Apakah Responden Mengetahui bahwa

Kambing memiliki produk olahan?

Ya

Tidak

Page 107: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

89

Lalu untuk usaha pengolahan atau processed food di Surabaya sangat sukar

ditemui, salah satu usaha pengolahan pada Industri pengolahan di Surabaya dan

sekitarnya untuk produk susu kambing ada pada sektor UMKM (gambar 4.24),

sedangkan untuk sosis kambing belum ada unit usaha pengolahan baik

bentuknya industri atau UMKM, pada sektor unit pengolahan UMKM susu

kambing sampel narasumber yang diambil berdasarkan informasi dari

wawancara peternak dan observasi, Valenta adalah salah satu UMKM terbesar

yang bergerak di bidang pengolahan susu kambing, SEO valenta dengan

keyword “susu kambing surabaya” berada pada peringkat pertama, menjadi

salah satu produsen dari produk olahan susu kambing di Surabaya, Valenta

sudah kurang lebih sepuluh tahun bergerak pada industri ini, Valenta tidak

hanya menghasilkan produk dari susu kambing saja, melainkan produk dengan

nilai tambah lainnya seperti, keju kambing, kefir, yoghurt kambing, masker,

bahkan sinom kambing yang masih dalam tahap uji coba.

Gambar 4. 13 Susu kambing

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Valenta mengambil produksi dari peternakan milik sendiri yang dikelola

oleh mitra, yang bertempat di Lumajang, dimana dari Lumajang, produk susu

kambing itu diolah menjadi produk bernilai tambah lainnya untuk kemudian di

pasarkan, untuk pemasarannya sendiri tidak hanya di Surabaya, merambah ke

kota-kota besar lainya, seperti Jakarta, Bandung, Makassar, Balikpapan,

Samarinda. Nilai yang ditawarkan pada unit usaha pengolahan kambing ini

Page 108: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

90

adalah organik dan rasa kambing yang tidak bau, atau tidak tercium ban

kambingnya, (gambar 4.22).

3. Pedagang Pengecer

Melalui proses rantai nilai dapat diketahui pelaku-pelaku yang terlibat pada

aktivitias industri komoditas kambing ini, melalui gambar 4.24 ditunjukkan

bahwa pada proses pedagang pengecer yang dibedakan menjadi dua yakni,

pedagang grosir dan pedagang eceran, untuk pedagang grosir seperti pedagang

kambing qurban, sedangkan untuk pedagang eceran yang di distribusikan ke

industri olahan.

Selain itu pada posisi pedagang pengecer disini berperan dalam

memasarkan produknya, pelaku pada sektor ini, pada produk olahan susu dan

sosis kambing diketahui pelaku-pelaku usaha adalah Valenta untuk susu

kambing dan olahannya lalu Ketoycafe untuk sosis kambing, Valenta selain

menjadi produsen pengolah susu kambing, unit usaha tersebut juga masih

memasarkan produk mereka secara mandiri.

Gambar 4. 14 Sosis Kambing

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain itu mereka juga memiliki agen sendiri, biasanya untuk berdaganng

produk olahan selain penjualan secara langsung, mereka mengandalkan

pameran produk olahan dari pemerintah. Sedangkan untuk produk olahan

kambing yang berupa sosis kambing, di Surabaya dan sekitarnya di

perdagangkan oleh Ketoycafe Surabaya, dimana sosis kambing yang dijual

disini adalah salah satu dari lini produk keto miliknya, untuk produk sosis

Page 109: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

91

kambing ini sendiri tidak di produksi di Surabaya (gambar 4.23), melainkan di

Jakarta, pusat dari ketoycafe sendiri, dari Jakarta untuk selanjutnya di

distribusikan ke kota-kota besar seperti Surabaya. Harga susu kambing di patok

Rp 40.000/liter untuk daerah Surabaya sekitarnya, untuk daerah lain berbeda,

lalu untuk harga sosis kambing di patok Rp 95.000/packs nya. Setelah melalui

pelaku-pelaku umumnya langsung ke tangan konsumen pada kategori hilir

untuk proses rantai nilai.

4. Peternak Pengumpul

Peternak pengumpul yang dimaksudkan disini adalah, peternak yang ada di

Surabaya, pada dasarnya peran dan fungsi dari peternak dan pengumpul adalah

untuk menerima bibit ternak dari petani atau supplier bibit kambing, untuk

selanjutnya di lakukan tahap penggemukan dan di distribusikan kepada warung

makan pengolah table food seperti sate, gule, tongseng, selain itu juga ke pasar-

pasar yang ada di Surabaya, untuk kambing yang masuk ke unit pengolahan di

Surabaya saat ini belum ada, karena memang industri pengolahannya juga

belum ada. Pada gambar 4.24 terdapat beberapa pelaku yang masuk pada

kategori hulu ini, yakni supplier bibit ternak, petani yang memiliki kambing dan

peternakan serta penggemukan, dalam proses nya setelah dari hulu, kambing-

kambing tersebut untuk selanjutnya masuk kepada kategori core pada rantai

suplai.

Page 110: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

92

Gambar 4. 15 Stakeholder Mapping Value Chain

Peternakan dan Penggemukan

Input Produksi Pengumpulan Perdagangan Pengolahan dan

Pemasaran Surabaya Konsumen

Supplier Bibit

Ternak

Petani yang

memiliki

kambing sebagai

tabungan

Pedagang Grosir

(qurban)

Pedagang Eceran

(kambing dan atau

olahannya)

Table Food:

Boncafe

Meatme

Steakhouse

Susu Kambing

Murni

Warung Makan

Processed Food:

Agen Sosis

(ketoycafe)

Keju kambing

(Ranchmart)

Susu Kambing

Bubuk

(Sukamilk)

Susu, Yoghurt,

Keju, Kefir, Masker

(Valenta)

Restoran

Agen

Rumah Tangga

Industri

Antar Pulau

1

1 = Hulu

2 = Core

3 = Hilir

1 2

2

2

2

3

Page 111: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

93

4.2.7.5 Alur Produk Komoditas Kambing

Alur produk didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi. Dimana

hasil produk olahan kambing untuk peocessed food yang terdapat di Kota Surabaya,

diolah oleh Industri kecil Menengah. Gambar 4.26 Merupakan alur produk hasil

dari olahan kambing. Pemetaan alur produk bertujuan untuk mengetahui gambaran

perubahan produk mulai dari input yang berupa benih sampai produk olahan yang

dikonsumsi pelanggan. Pada proses pengolahan ini umumnya teknologi yang

digunakan masih dalam tahap teknologi yang ada pada tingkat UMKM, masih

menggunakan teknologi konvensional, alat yang digunakan pada tingkatan ini

hanya sebatas, mesin pasteurisasi, mesin penyimpanan dan juga mesin ekstraksi.

Pada gambar 4.26 ditunjukkan bahwa setelah kambing diternakkan dan

digemukkan, kemudian kambing di olah oleh unit usaha pengolahan. Ditunjukkan

pada gambar 4.26 produk-produk olahan tersebut adalah produk yang saat ini

beredar di pasaran Surabaya.

z

Gambar 4. 16 Alur Produk Komoditas Kambing di Surabaya

Input Produksi Pengumpulan Perdagangan Pengolahan Konsumsi

Bibit

ternak

kambing

Kambing Sosis Kambing

Susu kambing

Keju Kambing

Yoghurt

Kambing

Kefir Kambing

Sate Kambing

Gule Kambing

Steak Kambing

Tengkleng

Kambing

Tongseng

Kambing

Susu kambing

bubuk

Daging

Kambing dan

Produk Olahan

kambing

Page 112: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

94

4.2.7.6 Pemetaan Value Chain Rekomenndasi

Kondisi saat ini, menuntut pelaku-pelaku industri dari hulu seperti peternak,

sampai hilir seperti pedagang untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari produk-

produk olahan kambing, baik itu yang table food atau processed food. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan, saat ini sudah banyak olahan table food kambing yang

ada di Surabaya, permasalahan ini juga dihadapi oleh pengolahan kambing itu

sendiri dimana terjadinya hambatan dalam mengalirkan ternak mereka dan

keuntungan yang di dapatkan stagnan, Valenta selaku peternak kambing, pengolah

olahan kambing (processed food) dan juga pedagang menyadari hal tersebut.

Melalui wawancara mendalam Valenta menuturkan jikalau pada proses bisnisnya

sebenarnya dari aktivitas-aktivitas dan proses bisnis yang dilakukan Valenta dapat

mengoptimalkan nilai tambahnya melalui produk-produk olahan kambing yang

ada.

Hal tersebut pun juga sejalan dengan penelitian ini, dimana tujuan dari

penelitian ini adalah memberikan rekomendasi value chain berupa produk olahan

kepada calon pelaku atau pelaku yang sudah berada pada industri ini, dan untuk

pemetaan nilai tambah yang dilakukan yaitu hanya sebatas pada industri

pengolahan. Dari analisis rantai nilai pada bagian sebelumnya maka di dapatkan

bahwa dalam komoditas kambing, terdapat beberapa alternatif penambahan proses

produksi sampai denga proses penjualan, yang mana dapat meningkatkan nilai

tambah dari kambing itu sendiri.

Setelah dilakukan pemetaan nilai tambah pada value chain eksisting

kambing, maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan pemetaan value chain

rekomendasi, dimana tujuan dari dilakukaknnya pemetaan value chain

rekomendasi yaitu untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan nilai tamah

pada komoditas kambing dengan cara memunculkan produk olahan baru.

Harapannya dari produk olahan baru tersebut mampu meningkatkan keuntungan

dan efektifitas bisnis para pelaku industri pada komoditas kambing ini seperti

Valenta dan juga dapat memunculkan industri-industri baru baik skala kecil,

menengah maupun skala besar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Rekomendasi yang diberikan merupakan

Page 113: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

95

hasil pengamatan dari produk olahan yang ada di luar Surabaya dan di dalam

Surabaya, yang masing masing memiliki nilai jual dan pangsa pasar sendiri.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, kambing dapat diolah dari daging,

kulit, hingga limbahnya. Pemetaan value chain rekomendasi ditunjukkan pada

gambar 4.27. dimana produk produk olahan kambing dengan garis warna biru

adalah produk-produk yang dapat ditemukan di Surabaya. Dari sekian banyak

produk hilir dari olahan kambing, hampir semua jenis olahan table food dapat

ditemukan di Surabaya, sedangkan untuk jenis processed food, saat ini hanya

produk olahan kambing yang dapat ditemukan di Surabaya adalah produk hasil dari

olahan daging yakni sosis kambing, dan lebih banyak produk dari susu kambing

dan turunannya, dimana produk susu kambing dan turunannya seperti keju

kambing, yoghurt kambing, kefir kambing, sinom kambing dan masker dapat

ditemukan di Surabaya.

Untuk rekomendasi produk olahan didapatkan hasil olahan kulit kambing

dapat diolah menjadi, jaket kulit, souvenir atau kerajinan, dan kerupuk kulit, pada

hasil olahan daging, produk olahan didapatkan yakni sosis kambing, burger

kambing, bakso kambing, abon kambing, dendeng kambing, dan kebab kambing,

beberapa referensi diambil dari produk yang beredar di pasaran (lampiran 6), untuk

olahan susu kambing, umunya sudah dilakukan oleh unit pengolahan Valenta,

yakni keju kambing, yoghurt kambing, kefir kambing, masker, namun yang belum

diolah oleh Valenta yakni sabun susu kambing. Limbah dari kambing juga dapat

diolah menjadi pupuk organik yang umumnya dikenal sebagai pupuk kandang, dan

juga bahan pakan untuk pelet, dari rekomendasi-rekomendasi produk olahan

tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran serta referensi kepada pelaku

usaha dan calon pelaku yang berminat dalam industri olahan kambing ini.

Page 114: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

96

Gambar 4. 17 Value Chain Rekomendasi Komoditas Kambing

Kambing

Daging Kulit

Limbah Kambing Beku

Sate kambing

Gule kambing

Tongseng kambing

Tengkleng kambing

Sop kaki kambing

Steak kambing

Sop kepala kambing

Sop kepala kambing

Nasi goreng kambing

Sosis Kambing

Susu kambing

Keju Kambing

Yoghurt

Kambing

Kefir Kambing

Sinom

Kambing

Burger

Kambing

Masker

Sabun susu

Bakso

Kambing

Abon

Kambing

Dendeng

Kambing

Jaket Kulit,

Sabuk

(Fashion)

Kerajinan

Kulit Kaligrafi

Kerupuk Kulit

Kebab

kambing

Pupuk

Bahan pakan

Page 115: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

97

4.3 Implikasi Manajerial

Pada bagian ini menjelaskan tentang sikap dan preferensi konsumen serta

rantai nilai rekomendasi sebagai implikasi manajerial dalam pemilihan atribut

produk olahan kambing. Sikap dan preferensi konsumen dapat dirumuskan

berdasarkan hasil penelitian untuk penerapan strategi pemasaran bagi produsen,

sedangkan rantai nilai dapat dilihat sebagai referensi tindakan kepada produsen

dalam memunculkan produk-produk baru berupa olahan kambing (tabel 4.19).

4.3.1 Implikasi Manajerial Analisis Deskriptif

Temuan pada analisis deskriptif didapatkan melalui analisis crosstab

dimana pada analisis corsstab pada variabel usia, frekuensi konsumsi dan

pemasukan, didapatkan informasi bahwa semakin tua usia seseorang dan semakin

tinggi pemasukan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi kambing

nya, hal ini dapat mengindikasikan bahwa intensitas konsumsi kambing tertinggi

didominasi oleh golongan usia dengan rentang umur 31 ke atas atau masuk ke

dalam generasi Y dan X, dimana generasi X adalah yang lahir pada tahun 1961-

1979 dan generasi Y yang lahir di thaun 1980-1999 (Gurau, 2012) hal ini dapat

menjadi peluang bagi pengolah produk olahan kambing untuk dapat menyasar

segmen tersebut.

Untuk analisis crosstab prioritas atribut, frekuensi, dan usia didapatkan

temua bahwa semakin tua usia seseorang kecenderungan untuk memilih atribut

kesehatan akan semakin tinggi hal ini dapat memberikan tanda peringatan kepada

produsen untuk selalu mementingkan faktor kesehatan dalam produk olahannya.

Lalu untuk crosstab pilihan olahan, frekuensi konsumsi, dan usia,

didapatkan bahwa preferensi produk olahan processed food lebih dipilih oleh usia

26 tahun kebawah hal ini mengindikasikan bahwa pilihan produk olahan bisa

dilakukan melalui pasar atau segmen millenial dan dipasarkan dengan cara

millenial pula, bisa menggunakan media sosial, internet, video streaming, iklan

berbayar dan agensi periklanan digital.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis desktriptif usage, diketahui bahwa

masih terdapat 47 persen responden yang masih belum mengetahui bahwa kambing

memiliki produk olahan, hal ini mengindikasikan bahwa masih sedikitnya produk-

produk olahan yang ada di pasaran, tingkat awareness produk yang rendah ini juga

Page 116: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

98

dapat disebabkan karena preferensi akan kambing yang berbeda, menurut data

usage dikatakan bahwa mayoritas responden mengkonsumsi kambing pada

frekuensi ter rendah, yakni 1 kali dalam 3 bulan, meskipun begitu produk olahan

bukan lah hal asing bagi konsumen, semua responden menjawab pernah

mengkosumsi produk olahan baik itu sapi maupun ayam, dan produk-produk olahan

yang paling sering di konsumsi adalah sosis dan susu, hal ini menunjukkan bahwa

produk olahan yang intensitas konsumsinya tinggi adalah sosis dan susu, hal ini

sejalan dengan data diamana pilihan konsumen pada produk olahan kambing

prioritas adalah sosis kambing dan susu kambing.

Yang bisa dilakukan oleh produsen atau pihak-pihak yang ingin

memasarkan produk olahan kambing, dapat melakukan penetrasi pasar terhadap

produk sosis dan susu terlebih dahulu, hal ini berdasarkan data dimana produk

olahan berupa ayam atau sapi yang paling sering di konsumsi adalah sosis ayam

juga sosis sapi dan susu sapi, dan prioritas produk olahan kambing pilihan

konsumen adalah sosis dan susu kambing juga, hal ini bisa dilakukan oleh produsen

olahan kambing agar konsumen dapat pelan-pelan menerima adanya produk

kambing, dan dapat meingkatkan awareness akan produk olahan dari kambing itu

sendiri.

Penggunaan dua produk olahan tersebut bisa menjadi salah satu alat validasi

produk jika produsen ingin memasarkan produk olahan baru seperti sosis kambing,

burger kambing, dan produk olahan lainnya. Selain itu mengingat frekuensi

konsumsi mayoritas konsumen masih rendah, hal ini mungkin bisa disebabkan

karena isu kesehatan yang ada pada kambing menyebabkan konsumen berfikir dua

kali dalam mengkonsumsi kambing, yang bisa dilakukan oleh produsen adalah

mengedukasi bahwa kambing tidak menyebabkan penyakit seperti kolesterol dan

asam urat, melainkan bumbu masakan yang digunakan sembari melakukan promosi

produk atau penjualan produknya.

4.3.3 Implikasi Manajerial Analisis Fishbein

Pada analisis fishbein didapatkan preferensi atribut oleh konsumen,

dimana terdapat tiga kategori atribut yang ada yakni, netral, positif dan sangat

positif, atribut yang berada pada kategori netral adalah ukuran dan promosi, dengan

nilai masing masing 14,86 dan 13,28, hal ini sekaligus menjadikan atribut promosi

Page 117: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

99

menjadi preferensi atribut yang paling rendah nilainya daripada atribut lainnya, lalu

untuk kategori selanjutnya adalah positif, pada kategori ini rata-rata atribut yang

ada masuk pada kategori positif, dimana terdapat delapan atribut yang ada, yakni

harga (17,51), rasa (18,16), Label Halal (17,56), ketersediaan (15,98), tempat

penjualan (15,72), masa kadaluarsa (19,25), komposisi bahan baku (16,89), dan

kesehatan (20,11). Pada kategori positif nilai tertinggi terdapat pada atribut

kesehatan lalu yang kedua adalah masa kadaluarsa. Kategori dengan nilai tertinggi

yakni sangat positif adalah kebersihan (21,04).

Tingkat prioritas atribut pada produk olahan kambing menunjukkan

kebersihan sebagai prioritas utama, hal ini mengindikasikan bahwa saat ini

konsumen benar-benar memilih produk yang menurut mereka layak untuk

konsumsi dalam artian bersih untuk di konsumsi, lalu yang kedua adalah kesehatan,

hal ini sangatlah relevan dengan kondisi stereotype yang ada pada kambing itu

sendiri, dimana stereotype yang ada menyatakan bahwa kambing dapat

menimbulkan penyakit, hal ini lah yang diduga menyebabkan konsumen memilih

kesehatan sebagai prioritas atribut selanjutya, kedua hal ini perlu dipertimbangkan

oleh produsen baru yang ingin masuk ke industri produk olahan kambing, selain ke

delepan atribut lainnya yang masuk dalam kategori positif, produsen yang ingin

masuk ke industri produk olahan kambing disarankan memiliki sertifikat

kebersihan yang terjamin bisa menggunakan ISO untuk sertifikat kebersihan yang

label tersebut disertakan pada packaging produk, hal ini harapannya dapat

meningkatkan rasa kepercayaan konsumen ketika akan melakukan pembelian

produk olahan kambing, selain itu untuk produsen produk olahan kambing, faktor

kesehatan juga adalah salah satu hal yang harus diperhatikan, produsen dapat

menggunakan alat bantu sosial media perusahaan, atau menyebarkan edukasi

melalui media promosi perusahaan dalam rangka mengurangi stereotype bahwa

kambing adalah makanan yang dapat menyebabkan penyakit, untuk selanjutnya

produsen dapat memperhatikan delapan atribut yang masuk pada kategori positif,

yakni rasa, label halal, ketersediaan, tempat penjualan, komposisi bahan baku,

kesehatan dan harga, untuk dua atribut terkahir yakni promosi dan ukuran, bisa jadi

tidak dipertimbangkan atau bisa juga diperimbangkan, namun yang lebih prioritas

Page 118: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

100

adalah mempertimbangkan kedua faktor sebelumnya yakni kebersihan dan

kesehatan.

4.3.4 Implikasi Manajerial Analisis Value Chain

Proses identifikasi dan pemilihan produk olahan kambing untuk

selanjutnya di analisis rantai nilainya, yang mana diambil dari dua produk olahan

yang menjadi prioritas, yakni produk olahan susu dan juga produk olahan sosis.

Analisis value chain dimungkinkan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas, pelaku

usaha, dan produk bernilai tambah apa saja yang bisa dihasilkan dari komoditas

kambing, pada analisis rantai nilai didapatkan informasi bahwa produk olahan yang

beredar di Surabaya saat ini masih sedikit, terdapat peluang dan potensi untuk

menjadi pelopor perusahaan pengolahan baik skala UMKM atau Indsutri, produk

olahan yang beredar di Surabaya saat ini adalah sosis kambing dan susu kambing,

dan produk olahan susu kambing ini masih terdapat produk turunannya yakni, keju,

yoghurt, kefir bahkan masker kefir kambing, selain itu melalui analisis value chain

tersebut juga didapatkan pemetaan value chain dari produk-produk olahan kambing

yang bermacam-macam dan pelaku-pelaku yang ada didalamnya.

Selain itu hasil Value Chain rekomendasi tersebut dapat digunakan oleh

pelaku-pelaku usaha yang saat ini sedang melakukan usaha pengolahan kambing

yang ingin mendiversifikasi produk kambingnya, atau peternakan yang ingin

melebarkan sayapnya dalam usaha hilir pengolahan kambing, atau perusahaan baru

baik skala kecil, menengah, atau besar yang ingin memproduksi produk olahan

kambing tersebut, pemetaan tersebut diharapkan dapat menjadi alat bantu dan juga

referensi pengambilan kebijakan pelaku-pelaku usaha yang berkutat pada

komoditas kambing, agar nilai jual kambing sendiri meningkat.

Page 119: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

101

Alat Analisis Temuan Implikasi Manajerial Ditujukan Kepada

Analisis

Deskriptif

Semakin tua usia dan semakin

besar pemasukan maka semakin

tinggi pula tingkat konsumsi

kambingnya

Melakukan aktivitas pemasaran kepada segmen

menengah ke atas untuk konsumsi produk olahan

kambing

Pelaku Usaha Pengolahan, Pedagang

Olahan

Intensitas Konsumsi kambing

tertinggi berada pada daerah

Surabaya Barat dan Surabaya

Selatan

Melakukan distirbusi produk dan memasarkan produk

atau membuat produk agar lebih mudah dijangkau di

kedua wilayah Surabaya tersebut

Calon Pelaku Usaha Pengolahan dan Pelaku

Usaha

Preferensi konsumen masih

memihak kepada olahan kambing

dalam bentuk Table food daripada

processed food, dan untuk produk

olahan kambing prioritas adalah

susu dan sosis

Validasi produk olahan lebih lanjut dengan melakukan

studi kelayakan terhadap olahan processed food apabila

ingin masuk industri tersebut

Calon Pelaku Usaha Pengolahan dan Pelaku

Usaha

Analisis

Fishbein

Ke-11 Atribut berada pada

tingkat kategori netral, positif

dan sangat positif, tidak ada yang

dikisaran negatif dan sangat

negatif

Ke 11 atribut dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk meningkatkan konsumsi

konsumen akan produk olahan kambing

Calon Pelaku Usaha Pengolahan dan Pelaku

Usaha Pengolahan

Prioritas atribut dari yang paling

dipertimbangkan pada produk

olahan kambing adalah,

kebersihan,kesehatan dan yang

paling tidak dipertimbangkan

adalah ukuran dan promosi

Skala prioritas dalam upaya peningkatan kualitas

seperti sertifikasi kebersihan, ISO, label halal

Calon Pelaku Usaha Pengolahan dan Pelaku

Usaha Pengolahan

Analisis Rantai

Nilai

Terdapat 17 rekomendasi produk

olahan

Mengeluarkan produk olahan baru dan

mengoptimalkan sumber daya hulu-hilir yang ada

melalui produk bernilai tambah pada komoditas

kambing

Pelaku usaha yang Eksisting, baik skala

UMKM atau Industri

Pelaku usaha di industri ini

masih sedikit, tidak sebanyak

komoditas ayam dan sapi

Memunculkan potensi terhadap pelaku-pelaku baru

pada industri pengolahan kambing dan menjadi pemain

yang relatif pertama (pelopor)

Calon pelaku usaha yang berminat

Tabel 4. 19 Implikasi Manajerial

Page 120: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

102

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 121: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian ini yang

disertai dengan saran yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, berikut

adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini

1. Analisis multi atribut Fishbein memperlihatkan bahwa preferensi dari kesebelas

atribut pada produk olahan kambing ditunjukkan dengan tiga kategori yakni,

netral, positif dan sangat positif, atribut yang masuk pada kategori netral adalah

ukuran dan promosi, sedangkan atribut yang masuk pada ketegori positif adalah

rasa, harga, ketersediaan, label halal, tempat penjualan, kesehatan, komposisi

bahan baku dan masa kadaluarsa, sedangkan untuk kategori sangat positif

adalah kebersihan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai dan

lebih mempertimbangkan produk olahan kambing yang benar-benar terjamin

kebersihannya, lalu hal yang juga dipertimbangkan oleh konsumen pada produk

olahan kambing adalah atirbut rasa, harga, ketersediaan, label halal, tempat

penjualan, kesehatan, komposisi bahan baku dan masa kadaluarsa, ke sepuluh

atribut tersebut lebih disukai dan dipertimbangkan daripada atribut ukuran dan

promosi.

2. Melalui analisis fishbein didapatkan prioritas atribut pilihan konsumen dimana

konsumen sangat memprioritaskan kebersihan produk olahan kambing dan juga

kesehatan sebagai prioritas selanjutnya, hal ini menunjukkan bahwa konsumen

sangat menginginkan produk olahan kambing yang dikonsumsinya bersih dan

juga sehat, tingkatan prioritas atribut dari konsumen yakni: kebersihan,

kesehatan, masa kadaluarsa, rasa, label halal, harga, komposisi bahan baku,

ketersediaan ,tempat penjualan, ukuran dan yang terkahir adalah promosi

3. Terdapat informasi dari analisis value chain yakni produk olahan apa saja saat

ini yang beredar di Surabaya, serta pelaku-pelaku usaha yang bergerak di

bidang produk olahan kambing tersebut, value chain rekomendasi

menghasilkan 17 produk olahan kambing, diharapkan produk tersebut dapat

Page 122: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

104

meningkatkan nilai tambah pada produk olahan kambing dan dapat

meningkatkan minat pembeli terhadap produk olahan kambing.

5.2 Saran

Berikut adalah keterbatasan dari penelitian saat ini dan saran yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

5.2.1 Keterbatasan Penelitian

Peneletian ini terbatas pada alat uji dan juga sample dari responden itu

sendiri pada penelitian tentang preferensi konsumen, alat uji validasi pada fishbein

umunya sulit ditemukan pada penelitian internasional sebelumnya hal ini juga ikut

mempengaruhi keterbatasan pada penelitian ini sehingga peneliti menggunakan alat

uji KMO dan Barlett test dan anti image, keterbatasan selanjutnya adalah lokasi,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran terhadap perusahaan

yang ingin masuk ke industri pengolahan kambing mengenai preferensi konsumen

terhadap kambing di Surabaya , namun dalam menunjang informasi responden

lebih banyak, peneliti menambahkan lokasi sekitar Surabaya, sebagai bahan

pertimbangan agar dapat memberikan gambaran lebih ketika perusahaan tersebut

ingin memasarkan produknya di Surabaya, dan juga batasan pertambahan harga

pada penelitian value chain tidak dilakukan karena ingin melihat produk

rekomendasi saja, selain itu penelitian ini berbatas pada sudut pandang marketing

dan juga operasional saja.

5.2.2 Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Saran penelitian selanjutnya adalah melakukan studi kelayakan terhadap

masing-masing produk rekomendasi berdasarkan hasil dari value chain

rekomendasi, diharapkan dari studi kelayakan tersebut mampu memberikan

gambaran produk olahan mana saja yang layak untuk di pasarkan, selain itu saran

pada penelitian selanjutnya adalah menambahkan alat uji konjoin sebagai bahan

pertimbangan preferensi olahan kambing dan juga meneliti responden yang

mengkonsumsi kambing dalam intensitas yang tinggi, atau menggali informasi

daripada penggemar kambing karena responden tersebut dirasa lebih potensial

untuk produk-produk olahan kambing dan bisa menilai lebih, selain itu harapannya

produk olahan yang sudah direkomendasikan dapat dijadikan bahan rujukan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya, dan atribut dari fishbein juga dapat dipakai pada

Page 123: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

105

penelitian selanjutnya, untuk penelitian selanjutnya disarankan pada analisis value

chain menambahkan R/C ratio sebagai alat ukur kuantitatif pada bagian nilai

tambah.

Page 124: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

106

DAFTAR PUSTAKA

Adila, S. S., Arief, H., & Paturochman, M. (2016). Analisis Preferensi dan

Loyalitas Konsumen Susu Kambing Perah Produk Peternakan Bangun

Karso Farm Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Fakultas Peternakan

Universitas Padjajaran.

Adiyoga, W., & Nurmalinda. (2012). Analisis Konjoin Preferensi Konsumen

terhadap Atribut Produk Kentang, Bawang Merah dan Cabai Merah.

Jurnal Hortikultura, 292-302.

AHDB. (2015). R&D Review 2015. UK: Agriculture and Horticulture

Development Board 2015.

Aiman, A., Handaka, A. A., & Lili, W. (2017). Analisis Preferensi Konsumen

dalam Pengambilan Keputusan Membeli Produk Olahan Perikanan di Kota

TasikMalaya (Studi Kasus di Pasar Tradisional Cukurubuk, Kec.

Mangkubumi). Universitas Padjajaran.

Albauum, G. (1997). The Likert Scale Revisited: An alternative version. Journal

of Market Research Society, pp. 331-348.

Anam, K. (2014). Analisis Rantai Nilai Susu Kambing di UD. Harokah Barokah

Bogor. Diambil kembali dari repository UIN Jakarta

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/28949.

Australian Centre for International Agricultural Research. (2012). Membuat

Rantai Nilai Lebih Berpihak pada Kaum Miskin: Buku Pegangan bagi

Praktisi Analisis Rantai Nilai edisi Terjemahan.

Burhan, T. (2001). Daya Terima Sosis Kambing. Bogor: IPB.80-83

Diwyanto K, P. A. (2005). Prospek dan Arah Pengembangan Komoditas

Peternakan: Unggas. Sapi dan Kambing. Wartazoa, 11-25.

Djaali. (2008). Skala Likert. Jakarta: Pustaka Utama.

Dwikurnia, W. (2014). Rantai Nilai (Value Chain) Komoditas Cabai Merah

(Capsicum Annuum) di Kabupaten Temanggung. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro.

Endiyani. (2014). Preferensi Konsumen dan Analisis Rantai Nilai Produk Olahan

Cabai Merah Kering (Studi Kasus: Wilayah Bogor). Tesis. Bogor. Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Engel, J. e. (1994). Consumer Behaviour, Jilid 1, Alih Bahasa Budiyanto. Jakarta:

Binarupa Aksara, Jakarta: Erlangga .

Frank, R. H. (2015). Microeconomics and Behaviour (9th ed). USA: Mc Graw-Hil

Education.

Page 125: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

107

Guiltinan, J. p., & Gordon, P. (1992). Manajemen Pemasaran : Strategi dan

Program. Jakarta: Erlangga.

Hair, J. F. (2007). New Jersey:. Multivariate Data Analysis 6 Edition.

Han, W. J., Feng, T., & Chen, Y. (2005). Analysis on comparison of body weight

for different hybrid weaned lamb. Acta Ecologiae Animalis Domastici, vol

26, pp 43-45.

Herr, M. L. (2007). An operational guide to Local Value Chain Development .

Colombo, Sri Lanka : International Labour Organisation Enterprise for

Pro-poor Growth (Enter-Growth) .

Hof, M. (2012). Questionnaire Evaluation with Factor Analysis and Cronbach’s

Alpha Questionnaire Evaluation with Factor Analysis and Cronbach’s

Alpha . 2-4.

Inounu, I. B. (2005). Pemantapan Produktivitas dan Seleksi domba Komposit

Garut. Kumpulan Hasil-hasil penelitian APBN, Buku 1 Ruminansia, Balai

Penelitina Bogor.

Istijanto. (2009). Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kaplinsky, R., & Morris, M. (2002). A Handbook for Value Chain Research ,

IDRC. McCormick, D. & Schmitz, H., 2001. Diakses dari

www.ids.ac.uk/ids/glo bal/wiego.html

Kardes, F. R. (2002). Consumer Behaviour and Manageria Decision Making (2nd

ed). New Delhi: Pretince Hall of India.

Kementrian Pertanian. (2015). Renstra Kementerian Pertanian 2014-2018.

Jakarta: Sekertariat Jenderal Kementerian Pertanian.

Kresnawati, I. (2013). Value Chain Anlysis untuk Perancangan Rekomendasi

Kebijakan Industri Perikanan di Kota Tarakan dengan Menggunakan

Sistem Dinamik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Lamb, W. C., Hair, J. F., & M, C. (2000). Pemasaran Buku 1. Jakarta: PT.

Salemba Empat. Emba Patria.

Mahmilia, F. (2007). Penampilan Reproduksi Kambing Induk: Boer dan Kacang

yang disilangkan dengan Pejantan Boer . Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner 2007, : 485-490.

Malhotra, N. K. (2010). Marketing Research: An Applied Orientation (6th ed.).

Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education.

Malhotra, N. K., & Birks, D. F. (2007). Marketing Research: an Applied

Research. Philadelphia: Trans-Atlantic Publications.

Mardalis. (2004). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi.

Page 126: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

108

Maulidi, A. (2018). Pengertian Data Primer dan Data Sekunder. Diambil kembali

dari kanalinfo: www.kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-dataprimer-

dan-data-sekunder.html

Munandar., J. M., Udin, F., & Amelia, M. (2012). Analisis Faktor yang

Mempengaruhi Preferensi Konsumen Produk Air Minum Dalam Kemasan

di Bogor. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 97-107.

Nuryati, L., Waryanto, B., Noviyati, & Widaningsih, R. (2015). Outlook

Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Daging Sapi . Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jenderal Kementrian Pertanian.

Pearson & Robinson, R. B. (2008). Manajemen Strategis: Diterjemahkan oleh:

Yanivi Bavhtiar. Jakarta: Salemba Empat.

Permanawati, E. (2006). Analisis Preferensi Konsumen di Toko Badranaya

Terhadap Produk Sosis dan Implikasinya pada Bauran Pemasaran . Studi

Sosial Fakultas Peternakan IPB.

Porter, E. M. (1985). Competitive Advantage-Creating and Sustaining Superior

Performance. New York : Free Press.

Porter, M. E. (1990). The Competitive Advantage of Nations. The MacMillan

Press Ltd.

Porter, M. E. (1993). Keunggulan Bersaing. Alih : Agus Dharma, Agus Maulana.

Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Prabowo, A. (2010). Budidaya Ternak Kambing. Sumatera Selatan. Palembang:

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Rini. (2012). “Pengaruh performance eksterior sebagai penentu harga jual ternak

kambing pada pedagang pengecer di Makassar. Agribisnis.

Rosihan. (2008, October 27). Cochran W Test. Diambil kembali dari Rosihan

Brawijaya University Lecture:

http://rosihan.lecture.ub.ac.id/2008/10/cochran-q-test/

Rudy, T., Abubakar, & Usmiati, S. (2011). DIversifikasi Produk Olahan Ternak

Ruminansia Kecil Melalui Teknologi Pasca Panen Mendukung PSDSK

2014. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian.

Sangadji, E. M., & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis

Disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Setiadi, N. J. (2005). Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada Media.

Simamora, B. (2003). Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Simamora, B. (2004). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Page 127: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

109

Sitinjak, T. J., & Sugiarto. (2006). LISREL. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2015). Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. (B.R. Setiadi, Ed.).

Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, U. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Suryadi, D., Rahayu, S., Firmansyah, C., & Kuswaryan, S. (2016). Preferensi

Konsumen Terhadap Daging Domba di Jawa Barat. Fakultas Peternakan

Unversitas Padjajaran, Sosuohumaniora, Volume 18 No 1 :27-33.

Tiven, N., Suryanto, E., & Rusman. (2007). Komposisi kimia, sifat fisik dan

organoleptik bakso daging kambing dengan bahan pengental yang

berbeda. Agritech, 1-6.

Tjiptono, F. (1995). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.

Weiler, Jhon, Schemel, & Nelson. (2018, February 14). Value Chain and Value

Coalitions. Diambil kembali dari ICH White Paper: www.ICHnet.org

Widarsono, A. (2005). Strategic Value Chain Analysis. Pendekatan Manajemen

Biaya. UPI.

Wijaya, M. A. (2008). Analisis Preferensi Konsumen dalam Membeli Daging

Sapi di Pasar Tradisional Kabupaten Purworejo. Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Yoserizal. (2013). Unila. Diambil kembali dari digilib unila:

http://digilib.unila.ac.id/1214/7/BAB%20II.pdf.

Yusuf, M. (2007). Kajian Pemasaran dan Pengembangan Value Added Produk

dengan Pemanfaatan Rajungan Menjadi Produk Olahan. 3.

Page 128: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

110

LAMPIRAN 1. Kuesioner Online

Link kuesioner: https://intin.in/preferensikambing

Page 129: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

111

Page 130: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

112

Page 131: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

113

Page 132: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

114

Page 133: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

115

Hasil Analisis Crosstab

Page 134: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

116

Page 135: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

117

Page 136: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

118

LAMPIRAN 2. Data Penelitian

Berikut adalah link data penelitian yang dapat diakses di

https://intip.in/DataskripsiYwang

Page 137: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

119

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 138: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

120

LAMPIRAN 3. Analisis Crosstab

Crosstab Frekuensi Konsumsi-Usia-Pemasukan

Page 139: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

121

Page 140: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

122

Crosstab Frekuensi Konsumsi-Domisili-Pemasukan

Page 141: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

123

Page 142: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

124

Page 143: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

125

Crosstab Usia-Frekuensi Konsumsi-Prioritas Atribut

Page 144: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

126

Page 145: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

127

Crosstab Pilihan Olahan – Frekuensi Konsumsi - Usia

Page 146: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

128

Page 147: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

129

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 148: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

130

LAMPIRAN 4. Analisis Fishbein

Evaluation Belief

Skala Atribut Skala Atribut

3,836 Harga 4,565 Harga

4,411 Rasa 4,119 Rasa

3,448 Ukuran 4,31 Ukuran

4,415 :abel Halal 3,978 :abel Halal

3,429 Ketersediaan 4,663 Ketersediaan

4,462 Kebersihan 4,717 Kebersihan

3,35 Promosi 3,965 Promosi

3,728 Tempat Penjualan 4,217 Tempat Penjualan

4,464 Masa kadaluarsa 4,313 Masa kadaluarsa

3,899 Komposisi bahan baku 4,334

Komposisi bahan

baku

4,38 Kesehatan 4,593 Kesehatan

Atribut Ei Bi Ao

Harga 3,836 4,565 17,51134

Rasa 4,411 4,119 18,168909

Ukuran 3,448 4,31 14,86088

:abel

Halal 4,415 3,978 17,56287

Ketersediaan 3,429 4,663 15,989427

Kebersihan 4,462 4,717 21,047254

Promosi 3,35 3,965 13,28275

Tempat Penjualan 3,728 4,217 15,720976

Masa kadaluarsa 4,464 4,313 19,253232

Komposisi bahan

baku 3,899 4,334 16,898266

Kesehatan 4,38 4,593 20,11734

Page 149: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

131

Sangat

Penting

Penting Cukup

Penting

Kurang

Penting

Sangat

Tidak

Penting

f % f % f % f % f %

Evaluasi

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk Olahan

Daging Kambing atas dasar harga

107 25% 177 41% 115 27% 25 6% 4 1%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar rasa

232 54% 148 35% 42 10% 4 1% 2 0%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging kambing atas dasar ukuran

53 12% 159 37% 156 36% 47 11% 13 3%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar label

halal

289 67% 65 15% 50 12% 11 3% 13 3%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar

ketersediaan

60 14% 140 33% 166 39% 48 11% 14 3%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar label

kebersihan

251 59% 131 31% 40 9% 5 1% 1 0%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar

promosi

63 15% 128 30% 155 36% 60 14% 22 5%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar

tempat penjualan

88 21% 176 41% 130 30% 28 7% 6 1%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar masa

kadaluarsa

262 61% 111 26% 49 11% 4 1% 2 0%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging kambing atas dasar

komposisi bahan baku

130 30% 164 38% 99 23% 31 7% 4 1%

Menurut Anda, keputusan

pembelian pada produk olahan

daging Kambing atas dasar

kesehatan

243 57% 118 28% 56 13% 9 2% 2 0%

Page 150: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

132

Kepercayaan

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing seharusnya

memiliki rasa yang

274 64% 126 29% 115 27% 2 0% 1 0%

Menurut Anda, ukuran dari

produk olahan daging kambing

seharusnya

147 34% 190 44% 87 20% 3 1% 1 0%

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing seharusnya

memiliki harga yang

207 48% 154 36% 52 12% 3 1% 2 0%

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing seharusnya

memiliki ketersediaan yang

137 32% 163 38% 114 27% 10 2% 4 1%

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing akan ..........

apabila memiliki label halal

326 76% 65 15% 33 8% 3 1% 1 0%

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing yang bersih

akan

330 77% 78 18% 18 4% 1 0% 2 0%

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing yang sedang

dalam masa promosi akan

142 33% 156 36% 107 25% 19 4% 4 1%

Menurut Anda, tempat penjualan

produk olahan daging kambing

seharusnya memiliki tingkat

kenyamanan

181 42% 171 40% 65 15% 10 2% 1 0%

Menurut Anda, produk olahan

daging kambing seharusnya

memiliki masa kadaluarsa

237 55% 110 26% 66 15% 8 2% 7 2%

Menurut Anda, komposisi bahan

baku pada produk olahan daging

kambing seharusnya

209 49% 159 37% 54 13% 6 1% 0 0%

Menurut Anda, kesehatan produk

olahan daging kambing

seharusnya

286 67% 114 27% 24 6% 4 1% 0 0%

Page 151: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

133

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 152: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

134

LAMPIRAN 5. Draft Pertanyaan Wawancara

Draft Wawancara Preferensi Konsumen dan Analisis Value Chain Analysis

pada Komoditas Kambing di Surabaya

Pada bagian Kuesioner Wawancara Value Chain terdapat 3 sasaran yakni :

1. Usaha Pengolahan

2. Pengumpul dan atau pedagang pengecer

3. Peternak

Draft Pertanyaan 1 (Usaha Pengolahan)

Nama :

Alamat : (asal daerah:........)

Usia:

Pendidikan Terakhir:

Telepon/Hp:

Pekerjaan: ......... bagian Usaha Pengolahan

Nama Usaha:

Jenis Kelamin : ( ) Pria ( ) Wanita

Hasil

1. Jenis produk olahan kambing seperti apa yang anda hasilkan?

2. Bagiamana proses pengolahan yang dilakukan ?

a. Jenis Kambing yang digunakan

b. Diagram alur/proses

c. Peralatan yang digunakan

3. Apakah dalam menajalankan usaha, anda menggunakan pengawert agar

produk bertahan lebih lama ?

4. Dalam melakukan proses pengolahan ini, adakah usaha anda menggunakan

pemanfaatan teknologi berupa mesin? Jika ada, mesin jenis apa yang

digunakan di setiap prosesnya?

5. Berapa jumlah produk oalahan yang dihasilkan setiap kali produksi? berapa

harga jualnya/kg dan kemanakah pasarannya?

6. Berapa banyak penjualan produk olahan kambing per bulan?

7. Apakah Produk olahan yang diproduksi habis terjual semua ? jika ya/tidak

berikan alasannya ?

8. Apakah anda memiliki permintaan khusus dari pembeli ?

Page 153: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

135

9. Didalam memproduksi dan memasarkan produk, apakah anda pernah

mendapatkan komplain dari pembeil ? kenapa ?

Bahan Baku

10. Berapa jumlah kambing (bahan baku) yang dibutuhkan untuk dapat

memproduksi olahan kambing (rata-rata setiap hari/ minggu)? Berapa

harganya?

11. Dari manakah anda mendapatkan bahan baku berupa? apakah produk yang

akan menjadi bahan baku tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan?

12. Apakah anda mempunyai masalah dalam menjaga kontinyuitas pasokan

kambing ? Jika ada, kira-kira kenapa dan bulan apa? bagaimana anda

mengatasinya?

13. Apakah anda memiliki stok bahan baku jika seandainya terjadi kelangkaan

kambing? Jika anda memiliki stok, bagaimana anda menjaga agar bahan

baku tetap ada ?

14. Apakah ada aturan-aturan yang berlaku di industri pengolahan yang anda

usahakan mengenai jenis atribut kambing (bahan baku) ? jika ada, atribut

produk yang bagaimana yang seharusnya dipenuhi oleh para pemasok?

15. Dari bahan baku berupa daging/susu kambing yang masuk ke industri

pengolahan yang anda usahakan, apakah ada kemungkinan dilakukannya

penyortiran berulang untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas?

Tenaga Kerja

16. Berapa jumlah tenaga kerja yang berada di industri pengolahan olahan

kambing yang anda usahakan?

17. Data TK yang ada

18. Berapa hari kerja dan apakah ada hubungannya dengan ketersediaan stok ?

19. Upah Tenaga kerja yang harus dibayarkan ?

Modal

20. Berapa kira- kira modal awal yang anda keluarkan untuk dapat memulai

sebuah usaha industri pengolahan ?

21. Modal tersebut dalam bentuk: (a. Uang, b. Barang)

22. Adakah yang menjadi hambatan industri pengolahan yang anda usahakan?

23. Jika anda ingin meningkatkan pengolahan produk olahan, apa yang ingin di

tingkatkan?

Page 154: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

136

Draft Pertanyaan 2 (Peternak, Pengumpul dan atau Pedagang Pengecer)

Nama :

Alamat : (asal daerah:........)

Usia:

Pendidikan Terakhir:

Telepon/Hp:

Pekerjaan: Pedagang/pengumpul

Nama Usaha: (tentative)

Jenis Kelamin : ( ) Pria ( ) Wanita

1. Bentuk Usaha yang dimiliki ?

2. Jenis Kambing yang digunakan/dikumpulkan ?

3. Bagaimana hubungan dengan peternak ?

4. Selain dari peternak, adakah pemasok lainmya ?

5. Bagaimana cara mengumpulkan produk tersebut ?

6. Apakah ada peternak yang menyuplai secara tetap ke anda ?

7. Bagaimana keadaan fisik ketika anda beli ?

8. Frekuensi Pembelian?

9. Harga panen dan intensitas panen

10. Siapa yang bertindak dalam penentuan harga

11. Model pembayaran/pembelian pada tingkat peternak ?

12. Darimana anda mendapat supply kambing ?

13. Setelah melakukan pembelian lalu tindakan apa yang anda lakukan ?

14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman ?

15. Apakah anda memiliki pembeli tetap ?

16. Jika iya siapakah mereka ?

17. Apakah kambing yang anda kumpulkan selalu habis terjual ?

18. Jika musim panen raya berapa harga jual kembali yang didapatkan ?

19. Jika musim paceklik berapa harga jual kembali yang didapatkan ?

Page 155: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

137

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 156: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

138

LAMPIRAN 6. Wawancara Value Chain Analysis

No. Wawancara: 01

Waktu: 30-05-18 / 13.48 WIB

Lokasi: Valenta Goatfarm, Jl. Raya Singgapur Benowo, Pakal, Surabaya

Wawancara

(Valenta Goatfarm, Pengolah Olahan Kambing)

Nama : Bpk Andrean

Alamat : Jl. Raya Singgapur Benowo, Pakal, Surabaya

Usia : 35

Pendidikan Terkahir : S1

Telepon/Hp : 082244456879

Pekerjaan : Owner

Nama Usaha : Valenta Goatfarm

Peneliti : Y

Responden : A

Y: Selamat Siang pak, saya yang tadi WA bapak, ingin melakukan wawancara

tentang usaha pengolahan bapak, saya boleh rekam ya pak?

A: Silahkan

Y: monggo pak

A: Jadi diferensiasi produknya kita, beda dengan produk lain, terutama pada bau

susunya, kalau di tempat lain mungkin dicium bau, kalau kita ndak bau, organik

tanpa bahan kimia, bedanya itu, dan mungkin olahan susu kambing saya yang

paling banyak punya, dari mulai susu, yoghurt, kefir, keju, jadi minuman herbal

seperti sinom

Y :kok sinom?

A: Yaa, bahannya dari susu kambing tapi rasanya seperti sinom, jadi kita murnikan

susu itu jadi minuman herbal

Y: Yoghurt, susu, keju, sampai ke Ekstraksi sinom itu tadi pak?

A: hmmm.. ekstraksi apa tadi susu,

Y: Ekstraksi susu tapi rasanya kaya sinom

A: kaya turmeric ekstraksi, puasa ndak?

Y: saya puasa pak, sebenernya saya juga penasaran pak, rasanya susu, keju, sama

yoghurt?

A: kalau yang ready susu kambing sama kefir, terus yang keju, made by order kita,

kita yang banyak olahan masker buat wajah

Y: sampai ke wajah?

A:iya, kalau masker kita aman, sampai tertelan pun tidak apa-apa, bahkan bisa

dimakan masker kita, meskipun skalanya kita masih peternekan, produk kita kita

olah sendiri lalu kita jual, kita berani melawan pabrik kosmetik, ada pabrik

kosmetik yang suruh makan kosmetiknya? Kalau saya berani, food grade

Y: sudah sertifikat juga?

A: belum kalau itu

Page 157: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

139

Y: baik pak, sebenernya saya ingin tanya lebih jauh tentang aktivitias-aktivitas, tapi

sebelumnya saya boleh tanya tentang identitas?

A: apa?

Y: identitas, untuk validasi

A: Iya boleh

Y: Saya mulai dari usia, Usia bapak, kalau boleh tahu?

A: ya 35 an

Y: untuk pendidikan terakhirnya?

A: S1, jurusannya sama kaya sampean

Y: oh sama to pak, manajemennya, kampusnya mana pak?

A: widya mandala

Y:Nama usahanya apa pak?

A: Valenta Organic Goatfarm

Y: Sebagai pemilik pak ya?

A: Ya, kalau punya sendiri kan bisa pemilik bisa, macem-macem hahaha

Y: iya iya iya, nah sebenernya tadi ada pertanyaan yang sudah dijawab pak seperti

produk olahan kambing yang dihasilkan, yang ingin ditanyakan selanjutnya itu,

jenis kambing yang digunakan pak?

A: Etawa

Y: dapat nya dari mana ya pak? Maksud saya apa dari beli peternak atau ternak

etawa sendiri?

A: saya ternak sendiri

Y: berarti dari bibit etawanya ya pak?

A: iya

Y: kalau peralatan yang digunakan pak?, ada apa aja pak misalnya untuk

peternakan?

A: kandang, mesin pasteurisasi, apa terus mesin ekstraksi susu

*jeda mengobrol dengan pegawai

Y:Nah untuk jumlah produk olahan yang dihasilkan dalam satu kali produksi?

A: tak sambi mas ya?

Y: oh iya pak

*jeda

A:dalam produksi kita satu bulan kita bisa produksi hampir 4000 L, seminggu 1000

gitu, kadang bisa naik bisa turun, ambil rata-rata

Y: banyak pak ya?

A: oh kurang itu, saya masih belum bisa menyukupi semua permintaan, kisaran

4000- 5000 an

Y: nanti dari 4000 L itu diolah jadi kefir, jadi keju?

A: ya, diolah jadi macem-macem itu sesuai permintaan dan stock kita untuk

memenuhi permintaan seperti di outlet-outlet saya di Bali, Bandung, Jakarta

makasar, balikpapan, pontianak, banjarmasin samarinda sana

Y: ini nanti dikirim ke sana pak?

A: iya ini dikirim tadi, ke banjarmasin, ke outlet nya sana

Y: yang disana dia sebagai ? mitra berarti?

Page 158: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

140

A: mitra saya

Y: tapi bener-bener semua ngambilnya dari sini pak ya?

A: iya semua dari sini, kalau habis ya dikirim dari sini

Y: nah ngomong-ngomong tentang produk habis nih pak, berapa sih penjualannya

valenta ini?

A: ya itu, 4000 L itu habis semua

Y: kalau harganya, berarti harganya kenanya per liter atau gimana pak?

A: iya perliter

Y: berarti untuk per Liter Harganya?

A: Di Surabaya Aja ya, soalnya di tiap kota beda beda, ya ada yang Rp 45.000 ada

yang Rp 50.000, nah kalau di Surabaya Sidoarjo Gresik Malang harganya satu liter

Rp 40.000, kalau di luar beda ngikutin ongkos kirimnya

Y: nah apa itu semua terjual habis pak?

A: ya sampean bisa tau, kalau ndak habis rumah saya bisa penuh, sama ada beberapa

di freezer

Y: kadang apa ada permintaan khusus pak dari pembeli?

A: permintaan khusus saya kirim pake mobil freezer itu dia mintanya yang cair,

buat sehari sampai

Y: ooh.. berarti buat orang-orang terdekat ya?

A: Ya yang orang orang itu orang-orang yang ambil order sampai 1,3 ton

Y: pernah ada pak?

A: tiap bulan, ada, saya kan ga jual susu kambing tok, ada susu kerbau juga, bufallo,

kita punya peternakan kerbau di medan, join sama teman saya yang punya kebun

sawit di sana

Y: tertarik saya pak, lalu pertanyaan tentang bahan baku sih pak, oh tapi sudah

terjawab di pertanyaan sebelumnya

A: ya sampean bisa tau sendiri

Y: Pernah kelamgkaan stock gitu pak?

A: kalau kelangkaan yaa.. , sering, kadang kalau pesanan besar gitu kita bisa sampai

teken kontrak, kalau sampai ga gitu bisa kacau, kadang kalau pesanannya banyak

sampai 5000-10000 botol order, kita perlu rekan untuk antisipasi

Y: rekannya itu...?

A: rekannya itu saudara saya mas, pokoknya standar nya sama dengan kami

Y: kalau boleh tahu pak posisi letak peternakannya dimana pak?

A: di lumajang, sama di Malang

Y:Lalu ada aturan-aturan dari pemerintah tidak pak terkait insutri sektor olahan

kambing ini?

A: ndak tau ya kalau saya sih, hubungan pemerintah kalau pemerintah butuh kita

buat pameran aja ya, tanpa ada bantuan pemerintah, pure murni usaha sendiri,

pemerintah ngajaknnya kalau pameran atau ada penyuluhan, jadi pemerintah itu

salah sasaran, yang tidak usaha diberi bantuan tapi yang usaha malah tidak. Kaya

temen saya ga usaha susu, malah diberi mesin pasteurisasi? Paham?

Y: ooh..,

A: iya,

Y: kembali ke bahan baku pak, jumlah kambing yang dimiliki pak Andre di

peternakannya sendiri?

A: sampean itung aja, satu kambing itu keluarnya 2 Liter/hari

Page 159: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

141

Y: kalau untuk industri ini ada gak sih pak kompetitornya, atau bapak pernah tahu

kompetitornya?

A: untuk industri ini sendiri, ada tapi ndak banyak, kita punya diferensiasi dan

produk olahan yang banyak, keunggulannya seperti itu

Y: Nah tanggapan bapak sendiri tentang produk susu kambing bubuk dan keju

kambing yang saya sempat lihat di ranchmart?

A: gimana? Mahal kan ya itu?

Y: iya pak

A: kalau diferensiasi saya di produk olahan yang banyak dan diferensiasi itu tadi,

organik, kalau susu bubuk jelas banyak komposisi gulanya

Y: ketika pak Andre masuk di Industri ini, pak Andre juga kenal dengan kompetitor-

kompetitornya ?

A: oh ya kenal

Y:Perusahaan yang besar gitu juga

A: lho susunya ngambil di saya, susu bubuk susu bubuk gitu kan banyak ngambil

ke saya, lha wong isinya saya tau, saya sering main di pabrik itu

Y: kalau di Surabaya ada pak?

A: ada satu, tapi tertutup ndak mau dikunjungi dek e

Y: mereknya apa pak?

A:maklon, ngerjakan mereknya orang lain

Y: tapi produksinya di dia

A: ho’oh, tau saya

Y: nah pak Andre tidak ingin?

A: ndak ndak pingin, saya organik saja, itu kan pake pengawet mas, kalau organik

ekspatriat banyak yang suka, pembeli kita eksklusif

Y: lanjut ke pertanyaan berikutnya ya pak Andre, ke tenaga kerja, ada berapa

jumlah tenaga kerja pak?

A: kita sebutnya kecuali yang disini pegawai ya, kalau yang dikandang kita

sebutnya mitra, jadi kambing kita serahkan ke mitra, kita bayar sesuai dengan

hasilnya, mitranya ada 6 di malang ada 2, perusahaan saya meniru sistem mitra dari

indolakto, nestle untuk ambil hasil dari mitra jadi saya anggap sebagai mitra agar

kualitas tetap terjaga, untuk jumlah tenaga kerjanya ada 2 yang kita bayar

Y: kalau untu ketersediaan stock pernah ada slack?

A: engga kan saya kontrol

Y: kalau untuk pembagiannya dengan mitra bagaimana pak?

A: ya mereka rawat kambing, hasilnya kita beli

Y: berarti sudah termasuk harga beli susu untuk pembagian dengan mitra

A: ya sudah termasuk

Y: kalau untuk upahnya?

A: diaatas umr

Y: untuk modalnya, seperti usaha-usaha yang lain, berapa modalnya untuk memulai

ini?

A: Rp 150.000 sama lemari es buat nyimpen susu nya

Y: apa ada modal aset? Atau kalau di valuasi kira-kira nilainya berapa sekarang?

A: kalau untuk bikin ini tanpa keahlian apapun bisa ratusan juta, tanah bisa 100 jt,

kandang 50 jt, kambing 2-3 jt, bibit juga segitu cuma beda 300rb, yang penting

tanah sama kambing

Page 160: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

142

Y: masuk ke dua pertanyaan terakhir nih pak, kendala atau hambatan pak Andre

dalam industri ini?

A: paling-paling cuma pemasaran

Y: kalau untuk stereotype kambing-kambing yang bau, pernah ga pak di dapati?

A: Ya pernah, kan kita juga sudah punya keunggulan itu juga, tapi itu keunggulan

bukan kata saya ya, katanya pelanggan

Y: kalau maksudnya pemasaran?

A: kadang permintaan sama produksi saja, masalahnya di situ

Y: kalau di kota Surabaya, lari kemana produk-produk Valenta pak?

A: kadang untuk keperluan pribadi, lalu orang-orang yang mementingkan

kesehatan karena memang produk organik

Y: kalau untuk daerah Surabayanya daerah Surabaya mana ya pak?

A: nyebar, ada Surabaya bahkan sekitar Surabaya seperti Sidoarjo

Y: kalau ada produk olahan lain yang bisa ditingkatkan apa ada yang mau

ditingkatkan pak?

A: hmm apa ya, sebenarnya saya belum tahu betul produk olahan apa saja yang bisa

dikembangkan dan dioptimalkan dari peternakan saya, tapi untuk saat ini mungkin

keju , karena banyak orang yang belum tahu

Y:saya penasaran sih pak, bagaimana cara mencampaign kan keju, yoghurt

kambing yang masih awam ditelinga warga surabaya

A: ya itu rata-rata mereka dari mulut ke mulut, bilang ke temennya ke temenya ke

temennya, sama pameran, kalau untuk keju, di Indonesia yang buat keju natural

bisa dihitung tangan 10 ga habis

Y: sering ga mengedukasi pak?

A: ya paling kita diliput lewat tv, kaya kemarin di liput, sama mengedukasi ke agen

agen

Y: ada berapa jumlah agen pak?

A: lebih dari 10 orang

Y: untuk produk Valenta pak?

A: iya semua produk Valenta dengan nama Valenta

Page 161: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

143

No. Wawancara: 02

Waktu: 20-05-18 / 16.00 WIB

Lokasi: Ketoycafe Surabaya, Griya Citra Asri RM 5 no 16, Benowo Surabaya

Wawancara

(Ketoycafe,Surabaya, Pedagang Pengumpul/Agen Olahan Sosis Kambing)

Nama : Ibu Yuli

Alamat : Griya Citra Asri RM 5 no 16, Benowo Surabaya

Usia : 52

Pendidikan Terkahir : -

Telepon/Hp : 081330116363

Pekerjaan : Agen/Cabang Jakarta

Nama Usaha : Ketoycafe Surabaya

Peneliti : Y

Responden : I

Y: Saya ingin melakukan wawancara untuk data skripsi saya tentang value chain

dari produk olahan kambing bu? Kebetulan saya lihat di Instagram ketoycafe

menjual produk sosis kambing

I: iya mas, silahkan

Y: saya mulai ya bu, apa ketoycafe ini produksi sendiri bu?

*rekaman dimulai

I: Aslinya bikin sendiri sih tapi yang di Jakarta, dipusatnya terus nanti di

distribusikan di cabang-cabangnya

Y: ngapunten ya bu saya rekam buat arsip

I: iya

Y: berarti di sini bukan rumah produksi ya bu ya?

I: bukan

Y: ini ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan ke bu Yuli?

I: enggeh

Y: bentuk usahanya ? CV ya bu?

I: enggaak

Y: ikut bentuk usaha dari ketoycafe jakarta ya bu?

I: iya

Y: lalu untuk jenis olahan kambing yang dimiliki oleh ketoycafe surabaya ini

sendiri?

I: sosis sih

Y: sosis aja?

I:dulu tuh ada olahan-olahan kaya gule, tapi di kemas, di Jakarta, akhirnya berhenti

dan tidak didistribusikan, soalnya kita kan home industry mas

Y: bener-bener home industry ya bu ya? Produk-produknya ya dari di Jakarta? Di

buat di Jakarta? Baru di distribusikan ya bu ya?

I: iyaa

Y: nah untuk produknya sendiri bu, apakah ada pengawetnya bu?

Page 162: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

144

I: ada sih mas, karena expired 6 bulan

Y:bu Yuli ini berarti beli franchise ya bu?

I: enggak, ini cabang

Y: berarti ada kenalan ya bu

I: kebetulan keluarga sendiri

Y: kalau penjualannya perbulan dari sosis kambing berapa bu ya?

I: sebenarnya kita ada beberapa produk olahan sosis, ada sosis sapi, sosis ayam dan

sosis kambing, yang paling lancar adalah sosis sapi, yang paling tidak lancar adalah

sosis kambing, untuk yang di Surabaya, tapi ya ada beberapa orang yang sukanya

kambing, jadi khusus beli sosis kambing, tapi cenderung kalau ada sosis kambing

orang itu ndak gitu

Y: kenapa gitu bu?

I:ndak tau ya, mungkin mereka gatau ya

Y: kalau untuk penjualannya sosis kambing sendiri untuk perbulannya atau kalau

diakumulasikan tiga bulannya berapa ya?

I: kalau di kira-kira mungkin ada 10 packs sosis/ bulan kambing ya, ya itu tadi ga

banyak sih, dan kita hanya online shop

Y: kalau yang datang kesini? Kaya saya gini?

I: ada sih, biasanya banyak yang kirim karena lokasinya jauh, gojek cuman 13rb

17rb

Y: kalau untuk di Surabaya sendiri, ada berapa customer bu?

I: yang pasti ada dua, yang lain biasanya kirim ke daerah timur, papua, tarakan,

kalimantan, semua dari sini untuk pengiriman timur, tapi tidak sosis ya, pokoknya

tidak frozen food, kalau ada yang satu hari sampai baru berani

Y: kalau untuk daerah Surabayanya sendiri?pelanggan yang dua tadi dari mana ya

bu?

I: satu dari Sidoarjo, gedangan situ, satu dari Ampel

Y: nah untuk sosis kambing itu, menyetok kembali dalam berapa rentang waktu ya

bu?

I: seminggu sekali, kalau sosis kambing itu kan ga banyak, jadi ya sehabisnya,

maksimal 10, karena setiap minggu itu pasti ada kiriman

Y: periode sosis kambingnya sendiri?

I: enam bulan

Y: kalau untuk stock habis?

I: ndak sampai sebulan, kadang itu ada yang pesen, kan kita itu restock setiap kamis,

jadi orang-orang sudah tahu

Y: lalu apa ada permintaan khusus bu?

I: belum

Y: lalu apa pernah ada complain bu dari customer sendiri perihal sosis kambing?

I: belum, jangan sampai deh

Y: kalau untuk jumlah tenaga kerja yang ada ?

I: kita serumah e mas,ya kerja sama aja

Y: kalau jakarta bu?

I: Jakarta itu karyawannya enam, jogja juga ada dua

Y: lalu untuk jam kerjanya bu?

I: kalau disini sih 24 jam ya, kadang itu malem-malem ada WA masuk yasudah,

kalau pengiriman ya jam 7 pagi sampai malem

Y: kalau untuk upahnya?

Page 163: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

145

I:Rp 1.500.000

Y: Kalau untuk modalnya sendiri bu, apakah ada modal yang dikeluarkan bu?

I: di sini atau di Jakarta, kalau di sini sedikit, berapa ya modal kalau ada paling ya

freezer, microwave, oven , untuk jumlahnya freezer 3

Y: yang jadi hambatan itu sendiri di industri ini, terutama di sosis kambing ya bu?

I: sosis kambing itu, orang itu sudah berfikir bahwa kambing itu baunya prengus,

padahal sosis kita ga ada baunya ga ada bedanya sama sosis sapi, mungkin

stereotype orang-orang tentang kambing yang bikin darah tinggi, kolesterol lah ang

menjadi hambatan

Y: nah kalau boleh tahu bu, produk olahan apa yang ingin di tingkatkan bu?

I: Olahan, kita baru ke roti-roti an, disini kita menyediakan makanan sehat ya, keto,

DEBM, intinya untuk menurunkan berat badan, meniadakan karbo mangkanya

sosis kita ga pakai tepung, pake namanya siliumhas, mangkanya harganya mahal,

95.000 jika dibandingkan dengan yang lain

Y: untuk pembelinya berarti yang benar-benar aware tentang keto itu sendiri ya bu?

I:iya

Y: lalu kalau untu kompetitornya bu?

I:banyak, kalau untuk makanan diet banyak, kalau untuk sosis keto hanya kita

Y: kalau untuk olahan sosis kambingnya bu?

I: baru ini saja

Y: kalau bu Yuli pernah tahu ada sosis kambing lainnya bu?

I: belum kayanya, waktu awal ada sosis kambing di sini aja saya juga penasaran

kok, menarik, tapi buat pembeli enggak haha

Y: kalau begitu, stok sosis kambing akan di apakan ya bu? Masih segitu atau

ditingkatkan?

I: hmm, masih kayanya tergantung promo kali ya mas, kalau ada promo itu kita

nyetok banyak gitu, banyak orderm begitu promo berhenti ya sudah, kalau di

promokan cepet, jadi orang suka diskon, padahal Cuma 3000 – 4000, ini

sebenenrnya kan bulan mei ini bulan promonya sosis sebenernya, kita belum sampe

seminggu sudah habis, padahal biasanya biasa aja, kalau untuk orang keto

berapapun mau

Y: saya tertarik sih bu, karakteristik customer nya dari ketoycafe surabaya ini?

I: customernya itu satu, yang punya kanker, diabet, autis dan orang-orang yang

mengurangi berat badan dan penerapan healthhy lifestyle

Y: sudah sepertinya bu, lanjut pengisian pertanyaan identitas ya bu, oh sudah

ternyata, kurang usia saja, berapa ya bu usia jenengan?

I: 52 tahun, oh ini masnya dari its jurusan apa?

Y: manajemen bisnis bu

I oh ada toh?

Y: ada bu sudah 7 tahun ini

Page 164: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

146

No. Wawancara: 03

Waktu: 25-05-18 / 23.00 WIB

Lokasi: Jl. Masjid No 54, Asem Rowo Surabaya

Wawancara

(Ijad Farm,Surabaya, Peternak, Penggemukan dan Pedagang Kambing)

Nama : Indra Awidiya

Alamat : Jl. Masjid No 54, Asem Rowo Surabaya

Usia : 24

Pendidikan Terkahir : SMA

Telepon/Hp : 08977259038

Pekerjaan : Peternak

Nama Usaha : Ijad Farm

Peneliti : Y

Responden : I

Y: Malem mas, ini ingin melakukan wawancara karena mas disini kan selaku

pelaku usaha bidang peternakan, untuk data pada skripsi saya mas

I: iya, silahkan

Y: saya mulai dari perkenalan dulu aja ya mas, oh iya mas saya rekam ya mas

*mulai rekam

Y:Namanya mas?

I: Indra Awidiya

Y:Alamat?

I: Jl, Raya masjid no 54 aja

Y: Usia?

I: 24, eh iya 24

Y:Pendidikan terakhir?

I: SMA, belum lulus saya pak

Y: telefon nomor hp

I: 08977259038

Y: Pekerjaan di Ijad Farm?

I: hmm pekerajaan, itu aja Peternak

Y: nah, saya mulai dari nomor satu dulu mas ya? Sebenernya mas ya, jenis kambing,

jenis kambing apa yang dihasilkan di Ijad Farm ya?

I: hmm ini khusus di perusahaan ini ya?

Y: iya betul

I: kambing jenis etawa untuk kurban, kemudian domba, domba ini kebutuhan

harian, konsumsi, sate, aqiqoh

Y: oh ini untuk kebutuhan konsumsi pake domba bukan , kambing?

I: kambing ada, tapi jarang, rata-rata kalau itu ambilnya di petani atau pasar

Y: itu yang untuk warung sate?

Page 165: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

147

I: warung sate, biasanya yang ada di pinggir-pinggir jalan, biasanya ambil indukan

yang sudah tua, sudah tidak bisa melahirkan lagi, tidak produktif, soalnya jauh lebih

murah ketimbang dia ambil kambing penggemukan

Y: berarti yang di Ijad Farm ini kambing penggemukan?

I: penggemukan

Y: oh, bisa diceritakan mas alur prosesnya?

I:prosesnya, aku butuh kertas sama bulpen

Y: oh iya sebentar mas

*jeda

I: oke, ini supply chain nya ya, oh sorry ini kurang ini, ini bentuk sederhananya,

sementara yang kita lakukan begini, ini petani, petani pagi berangkat pulang bawa

rumput, rumputnya dikasikan ke domba-dombanya yang dirumahnya paling ya

Cuma 5 ekor, dia jual ketika dia butuh uang, jualnya kemana, dia jualnya ke

pengepul juga, atau supplier bibit biasanya, dari supplier bibit dia baru ke peternak

penggemukan, fattening, ya kita ini

Y: oh gitu

I: bisa aja ini langsung kesini, tapi tidak efesien, karena bakal ngecer, di desa ini

paling cuma dapet 5 atau 10, nah kalau supplier bibit ini dia ada tim sendiri, jadi

sudah apal di satu desa itu, petani-petani kalau butuh jual ke dia gitu, dan jarang

peternak yang produksi pakan sendiri

Y: berarti ijad farm posisi dimana mas?

I: ya disini, kadang di sini tergantung, kalau barang kita lagi kosong yawis kita

ambil dari temen, begitu juga pakannya, pakan dari sini bisa macem-macem dari

dele sampe pakan racikan, apalagi penggemukan, ga pake rumput.

Y: harga pangan juga mas?

I: harga pangan bisa pengaruh juga, kaya kemarin harga jagung buat pakan itu 4300

naik, nanti bulan depan wes turun lagi, terus ada lagi pakan yang menarik namanya

kangkung kering, jadi limbah dari tanaman kangkung, tumbuhan kangkung yang

tua itu digiling dijual ke peternak, kalau musim panen harganya gitu 1000 rupiah,

kalau sekarang 3000

Y: lha kok naik?

I: karena panennya setahun sekali tok, dia ngikut panen dan ekspor impor

kangkungnya, kendalanya ya disitu di pakan, nah kalau gitu mesti di kulak pengepul

Sekarang harganya 3500, ya kalau kita pake pakan ya gitu pak kendalanya, akhirnya

kita pakai supplier pakan, tinggal terima beres

Y:ooh

I: nah setelah proses disini, ini prosesnya tergantung pesenan, kalau pembelinya

mau bener-bener gemuk dombanya,

Y: pengepul ini end customer atau?

I: end customernya yang ini, sebenernya peternak itu sangat sulit ya untuk langsung

jual ke end customer , ke RPH ini, itu sangat sulit, mungkin setauku ya, belum ada

peternak yang bisa langsung ke sini (RPH)

Y: nah kan prosesnya emang harus kaya gini kan mas? Kenapa kok itu belum bisa?

Apa karena ada pengepul ini?

I:ha, pengepul ini yang menarik, dia nepotisme seperti itu, jadi dia RPH itu milik

pengepul, ini pun seleksinya karena kenal ae, konco, efek konco, bukan karena iki

apik, tapi ya karena teman itu tadi, nah dari pengepul tadi ke RPH ini, dari RPH,

Page 166: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

148

berupa daging ya, dia jual ke restauran hmm aqiqohan, tapi paling ramai untuk saat

ini, di Jawa Barat, pasarnya 90% di Jawa Barat, Jabodetabek lah

Y: ini ijad farm juga gabung ke peternakan asosiasi peternak Jawa Timur?

I:oh, kita belum gabung asosiasi, cuma kita ada beberapa mitra-mitra, ada beberapa

kenalan-kenalan, kumpulan kumpulan lah

Y: oh oke, masuk ke stakeholder boleh mas?

nah dari petani ini ngambilnya dari mana mas? Tempatnya

I: dia di, jadi supplier ini punya tim kan, jadi dia nyebar keliling desa

Y: jadi suppliernya ijad farm sendiri dari?

I: jadi ada yang dari Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, mostly pusatnya domba

itu di daerah tapal kuda, Jember, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, ya uwis iku

iku ae pusat e, jadi meskipun dia bakul dari malang tapi ngambilnya ya dari situ

Y: sedangkan Ijad Farm sendiri, punya Farm sendiri ga?

I: kita ada ini di Pasuruan, jadi pokok kita terima di kandang aja lah

Y: berarti datang ke ke kandang, masi kurus gitu? Terus digemukan di Ijad farm?

I: yes, betul

Y: nah dari pasuruan ini, ada yang langsung ke end customer ga dari Ijad Farm

sendiri?

I: oh ada, tapi ga besar, aku ada ke layanan aqiqoh di Sidoarjo

Y: kalau pengepulnya dari Jawa Barat?

I: kalau pengepul bisa dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, intinya mereka

ngumpulin, biasanya end user nya ini, inipun sebenernya ga langsung RPH nya loh,

ada pengepul lagi, ini panjang loh, ini tak sederhanakan

Y: nah untuk kambing domba ijad farm lari kemana lagi itu stakeholdernya?

I:stakeholdernya kalau qurban sih, khusus kambing ya yang banyak, itu langsung

end user kalau qurban, lalu layanan aqiqoh yang disidoarjo, ada juga warung di

Mojokerto

Y: selain itu berarti ke pengepul?

I:pengepul

Y: pengepulnya ini, siapa untuk Ijad Farm?

I: ini ada di Tegal orangnya

Y: wah jauh ternyata

I: daerah Tegal, terus Kendal, ada daerah Bogor Juga

Y: kalau untuk industri pengolahan, Ijad Farm pernah nyediakan ga?

I: belum, kita belum pernah kesana

Y: nah kalau untuk produk olahan gitu ada ga mas?

I: produk olahan kaya? Burger gitu?

Y: Burger nugget sosis gitu

I: setuku untuk yang skala besar belum ada, adanya yang cuma skala rumahan,

belum ada sih industrinya, menariknya industri domba itu tidak bisa dikuasai satu

atau dua pemain gede, kalau aku bilang sih, industri rakyat, pemain kecil-kecilnya

banyak, dan lagi masalahnya marketnya terbatas, hilirnya terbatas, beda sama

ayam, hampir setiap warung ada ayam

Y: terus produk olahan ayam pun juga banyak

I: heem, dan aku liat ini survey dari meat and livestock Australia, dia bikin survei

di Singapura, Malaysia dan Indonesia, alasan pertama orang ga beli daging kambing

atau domba bukan karena ga cocok rasanya, tapi ga tau cara masaknya, beda kan

deagan ayam, kadang-kadang ibu-ibu ga bisa masak bilangnya mambu, kan repot

Page 167: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

149

kan, nah itu selain itu juga kenapa kok industri gede susah masuk karena selain

hilirnya juga karena hulunya yang ditopang oleh petani-petani yang tidak

menerapkan hpp, tapi proses jadul investasi, butuh uang dijual seadanya, tanpa

perhitungan bisnis, sehingga biasanya lebih murah dan dibawah harga hpp

pabrikan, padahal di lebih profitable ketimbang sapi, sapi selama 4 bulan profit 10-

15 % sedangkan domba selama 2,5 bulan bisa profit sampai 25 %, selisihnya jauh

Y: ya tapi kembali lagi mas, payu ga nya itu lo

I: iya itu market share nya yang ga worth it, secara alamiah itu yang membuat

petani-petani kecil bertahan, kebetulan juga waktu di jambore peternakan di cibubur

sama jokowi dan menteri segala macam. september atau oktober lalu, para peternak

mencanangkan untuk industrialisasi dan clusterisasi kambing, nah itu kendalanya

wakeh, dari supply utama

Y: ooh

I: iya kambing itu susah susah gampang, industri ini menarik, masih belum sekokoh

ayah dan sapi, nah kaya kita pesan kambing untuk keperluan banyak, masih belum

ada yang bisa mencukupi, kalau ayam kita bisa pesan ke JAPFA, bisa sih kalau

impor, tapi ya itu tadi market nya, keterbatasan pada market, jadi marketnya itu di

Jawa Barat ini 20-27 kilo uda siap potong, sedangkan di impor itu bibit aja masi 25

kilo, jadi spek nya itu, nah kondisi ini secara alamiah membuat perusahaan gede ga

bisa masuk,

Y:nah kalau di ternak sendiri?

I: sebenarnya kita bisa, tapi ya itu tadi petani dan pengepul yang masih menjadi

masalah di kami

Y:nah, berarti menurut mas Indra kalau mau benar-benar sustain nya lama? Harus

bangun hulu-hilir ya mas?

I: iya, hulu hilir, satu-satu ya, nah untuk domba ini banyak pemain lama ini mulai

menyadari hal ini, banyak peternak yang mulai buka resto, karena memang butuh

hilir yang banyak

Y: oke lanjut ke pertanyaan selanjutnya mas ya, volume pembelian ini gimana mas?

Peaknya?

I: kita tadi baru keluar 6 domba kambing

Y: kalau sebelumnya sendiri juga punya kandang?

I: ada sebenernya, tapi dulu itu cuma kandang qurban di Sidoarjo

Y: nah berarti usia Ijad Farm sendiri berapa mas?

I: nah kalau usia udah tua, dari 2012, kita masi ngurus PT, tpi juga gabung dengan

beberapa perusahaan lain untuk side project kita

Y: terus in berhubungan dengan panen, ini berhubungan dengan pembeli, siapa mas

pembelinya?

I: yang dari Tegal itu namanya pak Amar, kebetulan nanti setelah lebaran mau teken

kontrak 5 tahun, sebenernya ini rahasia, kenapa kok di rahasiakan, karena market

share nya yang terbatas, kalau sampai peternak lain tahu ini bisa di tikung ini,

bahkan kalau kita kirim barang sebisa mungkin pakai pickup kita sendiri

Y: lalu untuk harga panen dan intensitas panen?

I: kalau untuk harga panen sendiri, sekitar RP 30.000/kg ya

Y: intentitas panen paling tinggi, idul adha berarti ya?

I; iya sih qurban jadi bonus sih

Y: terus model pembayaran

I: ya masih tradisional sih, cash kadang juga ada transfer, tapi ga banyak

Page 168: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

150

Y: kalau untuk harganya naik turun terpengaruh ga dengan musim paceklik?

I: sebenernya ga ada sih musim paceklik, lebih kepada supply deman aja yang bikin

harga itu naik turun

Y: saya lanjut ke pertanyaan modal dan tenaga kerja ya mas?, berapa sih jumlah

tenaga kerja nya mas?

I: kita yang dikandang di pasuruan itu dua orang, dua orang itu bisa cover 400

kambing,

Y: oh gitu, terus kerjanya? Maksudnya jadwal kerjanya dia itu senin sampai jumat

atau?

I: senin full, atau hitungannya sebulan di empat kali libur lah, terserah mau ambil

kapan

Y: tugasnya dia?

I: bersihin kandang, kasi makan, kadang nyuntuk, jadi All in one

Y: upah yang dibayar perbulan?

I: ini yang sekarang masih 1,2

Y:lanjut ke modal mas, modal awal buat membangun ini?

I: untuk ini, kandang kita sewa atau bahkan sebagian pinjam, jadi gini sebenernya

ceritanya itu dulu kandang dipakai peternak gede, dia pindah, aku dateng,

kandangnya ku sewa, sebagian suruh pinjam aja, dan mantan anak buahnya tak pake

juga, yang sekarang ini

Y: kalau untuk modal uang yang keluar?

I: oh itu sitik nemen pek, cuma buat nyetak brosur qurban dulu 300 ribu, dulu kan

awalnya dari jual qurban di kenjeran

Y: nah terus kalau Ijad farm ini ingin meningkatkan produksi ke olahan produk

kambing kira kira apa yang akan dibuat ?

I: gambaran ada, tapi belum , kita ingin bergerak ke fast food, ini kan masakan ya,

pada kambing domba, berupa masakan ya, sate , gule tongseng ya uda gitu aja, kita

awalnya niat untuk mencari pasar baru, kaya orang-orang yang ga bisa makan

kambing bisa makan kambing, sebenernya kita ada mitra yang sudah ingin

kerjasama, ya itu kita ingin capai market yang baru, buat di hilirnya, awal itu dulu

mau main di hilirnya tapi coba dulu ke hulunya, awal aku nyoba 30 ekor, ternyata

keseragamannya rendah banget, tapi itu untuk sekarang belum urgen sih hulunya,

lebih butuh ke hilirnya, PR nya adalah gimana peternak kecil bisa maksimalkan

profit, dari produksi bibit sendiri pakan sendiri, tapi ternyata engga, petani ga

ngehitung cost produksi sehingga harga nya rendah, bayangkan aja harga di petani

15.000 – 17.000 /kg sedangkan harga ternak aja sampai 28.000 /kg, bahkan ada

yang lebih rendah dari ayam harga / kg nya

Y: tapi lebih urgent yang ke hilirnnya?

I: iya lebih ke hilirnya aja

Y: Berapa Omzet nya mas?

I: biasanya sih 200-300 jt, untuk penggemukan sih kalau nanti targetnya kandang

itu full, bisa 150 jt

Y: kalau untuk permintaan surabaya?

I: aku belum dapet sih, aku pernah juga sih ke jagal di malang

Y: di Surabaya ada?

I: ada di Ampel, dia jagal sapi, babi, kambing, ya gitu sih jarang kambing, ga sekuat

di Jawa Barat, untuk Jawa Timur itu sendiri.

Page 169: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

151

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 170: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

152

LAMPIRAN 7. Referensi Produk Olahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: referensi penjual

Page 171: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

153

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: humzafoods.co.uk/product

Sumber: humzafoods.co.uk/product Sumber:

https://www.tokopedia.com/klasikstore/

abon-kambing

Page 172: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

154

Sumber: aqiqahnurulhayat.com

Sumber:

https://www.bukalapak.com/p/food/cemila

n-snack/8e4v09-jual-kerupuk-kulit-

kambing

Sumber: humzafoods.co.uk/product

Sumber: http://tokotrubus.co.id/category/581-

Pupuk/603-Pupuk-Kandang-

Kambing

Sumber:

https://www.bukalapak.com/p/perawatan-

kecantikan/makeup/wajah/kamgr-jual-

paket-detoks-masker-kefir-murah-asli-dan-

alami-handmade

Sumber:

https://www.lazada.co.id/products/leivy-

goats-milk-shower-cream-900-ml-refill-

sabun-susu-kambing-levy-i11162363-

s14128828.html

Page 173: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

155

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 174: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

156

LAMPIRAN 8. Dokumentasi

Page 175: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

157

Page 176: 2018 SKRIPSI PREFERENSI KONSUMEN DAN VALUE CHAIN …

158

Biodata Penulis

Ywang Nara Pragnya lahir di Surabaya, 30 Juni

1995, Penulis telah menempuh Pendidikan formal

di TK Soda Harapan, SD Al-muslim Sidoarjo,

SMPN 13 Surabaya, dan SMAN 15 Surabaya.

Setelah lulus pendidikan SMA pada 2013, penulis

meneruskan studinya di Departemen Manajemen

Bisnis, Fakultas Bisnis dan Manajemen

Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya. Selama masa perkuliahan, penulis

mengikuti berbagai kegiatan baik di tingkat

Departemen maupun tingkat Universitas. Penulis mengikuti organisasi Himpunan

Mahasiswa pada tahun 2015-2016 dan menjabat sebagai PIC PROFIT pada tahun

2015, dan tergabung dalam divisi SRD BMSA. Penulis juga merupakan beswan

dari beasiswa Karya Salemba Empat sedari tahun 2016-2018, selain itu penulis juga

tergabung dalam gerakan 1000 startup Surabay wave 2. Penulis juga memiliki

pengalaman Kerja Praktek selama 3 bulan di Skytree Bandung, agensi yang

bergerak di bidang digital marketing yang membantu performa digital sebuah

perusahaan, penulis membantu mengurangi tingkat bounce rate dari user klien

Skytree dengan menggunakan analisis usability. Selama bergabung dalam berbagai

kegiatan dan organisasi, penulis mendapat banyak pengalaman dan softskills yang

kiranya dapat bermanfaat ke depannya. Penulis memiliki ketertarikan pada bidang

perilaku konsumen, marketing, strategic management, ketika menjalani masa

perkuliahan dan berharap bisa menjadi professional pada bidang tersebut. Ywang

terbuka untuk berdiskusi mengenai berbagai hal dan dapat dihubungi melalui

[email protected]