20150406_majalahdetik_175

207

Click here to load reader

Upload: kun-harjiyanto

Post on 18-Dec-2015

123 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Majalah Detik Berita dan Gaya Hidup

TRANSCRIPT

  • EDISI 175 | 6 - 12 APRIL 2015

    SALAH APA

    DENNY

    CHATTING BERUJUNG BUI

    BERPUISI

    SAMPAI MATI

    SAPARDI

  • TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKEL

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Ilustrator: Kiagus Auliansyah, Edi Wahyono.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    D A F T A R I S IEDISI 175 6 - 12 APRIL 2015

    @majalah_detik majalah detik

    n DAMAI TERUSIK DI NISAM

    n IBU PERKASA DARI KAMPUNG MARUNDA

    n SITUS RADIKAL DAN KEGAMANGAN PEMERINTAH

    n DUA KALI SEBULAN

    n DUA TAHUN LAGI

    n SEKOLAH PILOT BISA NGUTANG

    n MENGAPA BENSIN MALAYSIA LEBIH MURAH?

    n SAYA MINTA PESAWAT AS DAN RUSIA

    INTERNASIONAL

    HUKUM

    EKONOMI

    INSPIRING PEOPLE

    KOLOM

    GAYA HIDUP

    n SEPOTONG SURGA DI PANGANDARAN

    n HONG KONG DALAM SEMANGKUK BUBUR

    INTERVIEW

    n ANTARA GERMANWINGS, SILKAIR, DAN EGYPTAIR

    LENSA

    PEOPLE

    n MAIA ESTIANTY | DAVID BECKHAM | SHAE

    NASIONAL

    n SALING SALIP DUA SEKONDAN

    n FILM PEKAN INI

    n KATALOG

    n AGENDA

    n PEKAN SUCI UMAT KRISTIANI

    SELINGAN

    n BERKARYA SAMPAI MATI

    n YUK, SAYANGI GINJAL

    n SANG GURU DARI PENELEH

    n CHATTING ISTRI BERUJUNG BUI

    n PEMBERI HARAPAN PALSU

    n MIRING TAPAK SEPATU SAYA

    n MISTERI PESAN JANGAN DICARI

    n ONE LAST RIDE

    Cover: Ilustrasi: Kiagus Auliansyah

    SENI

    FILM

    BISNIS

    KRIMINAL

    n YAMAN, SURIAH BERIKUTNYA?n 28 TAHUN TUNTUT KEADILAN

    FOKUSKETIKA DENNY

    KESANDUNG DOKU 5 RIBUPOLRI YAKIN PROYEK PAYMENT GATEWAY MERUGIKAN NEGARA.

    MANTAN WAKIL MENTERI HUKUM DAN HAM DENNY INDRAYANA

    KUKUH TIDAK MELAKUKAN KORUPSI. SIAPA YANG BENAR?

  • Umat kristiani memperingati hari raya Wafat Isa Almasih atau yang biasa dikenal sebagai Hari Paskah pada Jumat (3/4). Berbagai prosesi dilakukan di segala penjuru dunia.

    LENSA

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR

    UMAT KRISTIANIPEKAN SUCI

  • Petugas Gereja Santo Ignatius, Jakarta, membersihkan gereja, Rabu (1/4). (Grandyos Zafna/DETIKCOM)

    LENSA

  • Warga Manila menyaksikan drama penyaliban Yesus di Cainta, Metro Manila, Filipina, Rabu (1/4). (Mark Demayo/REUTERS)

    LENSA

  • Suasana Gereja Santo Ignatius, Jakarta, menjelang perayaan Paskah, Rabu (1/4). (Grandyos Zafna/DETIKCOM)

    LENSA

  • Telur-telur Paskah yang dilukis tangan di sebuah pasar di Wina, Austria, Rabu (1/4). Membagikan telur Paskah menjadi tradisi turun-temurun. (Heinz-Peter Bader/REUTERS)

    LENSA

  • Proses perayaan Paskah di sebuah gereja di Kordoba, Spanyol, Rabu (1/4). (Javier Barbancho/REUTERS )

    LENSA

  • Umat Katolik berdoa di Kota Tua Yerusalem, Kamis (2/4). (Ammar Awad/REUTERS)

    LENSA

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    SALING SALIP DUA SEKONDAN

    PUTUSAN SELA PTUN TAK MEMBUAT PARTAI GOLKAR KUBU AGUNG MENGHENTIKAN PEROMBAKAN FRAKSI. KUBU ABURIZAL MAKIN PEDE MENGUSUNG HAK ANGKET.

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KISRUH dualisme kepengurusan Par-tai Golkar, antara kubu Musyawarah Nasional Ancol, Jakarta, dan kubu Munas Bali, memasuki babak baru de ngan adanya putusan sela Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Rabu, 1 April 2015.

    Dalam sidang putusan sela perkara sengketa kepengurusan Golkar yang diajukan Aburizal Bakrie, Ketua Umum Golkar versi Munas Bali, majelis hakim memerintahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menun-da pemberlakuan surat keputusan yang me-ngesahkan kepeng urusan Golkar kubu Munas

    Jakarta dengan Ketua Umum Agung Laksono.Majelis hakim yang diketuai Teguh Satya

    Bhakti itu membuat tiga penetapan. Perta-ma, mengabulkan permohonan penundaan pelaksanaan obyek sengketa yang diajukan penggugat. Kedua, memerintahkan Menteri Hukum menunda berlakunya SK pengesahan kepengurusan Golkar kubu Agung bernomor M.HH-01.AH.11.01 bertanggal 23 Maret 2015.

    Surat itu berisi perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan komposisi personalia pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar. Hakim memerintahkan pem-

    Agung Laksono saat Musyawarah Nasional IX Partai Golkar akhir tahun lalu.

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    berlakuan SK itu ditunda selama perkara itu berlangsung sampai ada putusan hukum tetap.

    Adapun penetapan ketiga, hakim meme-rintahkan tergugat tidak melakukan tindakan-tindakan yang bersifat tata negara yang ber-hubungan dengan obyek sengketa, termasuk penertiban surat-surat keputusan tata negara yang baru mengenai DPP Golkar Munas Ancol, sampai perkara ini memiliki putusan tetap.

    Ihwal pembatalan SK Menteri Hukum itu, hakim PTUN punya pertimbangan tersendiri,

    yakni dualisme kepengurusan DPP Partai Gol-kar telah mengakibatkan konflik dan perpecah-an di tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut, baik di pusat maupun di daerah.

    Majelis hakim menilai, jika putusan sela ini tak dikeluarkan, akan memberi kerugian kepa-da penggugat. Namun putusan sela itu disebut hakim tak berhubungan dengan kepentingan umum yang mengharuskan putusan harus segera dikeluarkan.

    Buntut keluarnya SK Menteri Hukum membuat kisruh antarsekondan di Partai Golkar semakin memanas. Kedua kubu ber-ebut kantor Fraksi Golkar di gedung Nusan-tara I, Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, yang terdiri atas tiga lantai, 11 sampai 13. Kubu Agung Laksono berupaya merebut kantor fraksi yang selama ini dikuasai kubu Aburizal Bakrie alias Ical. Sedangkan kubu Ical mem-pertahankannya.

    Puncaknya Senin, 30 Maret lalu, saat Wakil Ketua Umum Golkar kubu Agung, Yorrys Ra-weyai, bersama sejumlah politikus kubu Mu-nas Jakarta mendatangi ruang pimpinan Fraksi

    NASIONALNASIONAL

    Sekjen Golkar Idrus Marham memberikan salinan putusan sela PTUN Jakarta kepada pimpinan DPR.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Golkar di lantai 12 gedung Nusantara I. Yorrys antara lain ditemani Dave Laksono, Airlangga Hartanto, Ibnu Munzir, Fayakhun, Azhar Romly, Boby Rizlaldo, Bowo Pangarso, dan Melchias Markus Mekeng.

    Mereka berupaya mengambil alih kantor se-kretariat fraksi dari tangan Ketua Fraksi kubu Munas Bali, Ade Komarudin, dan sekretarisnya, Bambang Soesatyo. Alhasil, terjadi ketegangan dalam perebutan kantor yang terjadi petang hari itu. Sejumlah polisi yang datang untuk mengamankan situasi seperti tak berdaya. Me-reka malah diminta keluar oleh kubu Yorrys.

    Demikian pula Kepala Kepolisian Daerah Me-tro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono, yang datang belakangan.

    Kami netral. Saya datang hanya untuk memastikan suasana kondusif, ujar Unggung kepada wartawan.

    Sementara itu, Ade Komarudin dan Bambang Soesatyo memilih mengunci diri di ruang-annya saat Yorrys dan kawan-kawan berhasil merangsek masuk. Alhasil, selama dua jam ruang pimpinan fraksi dikuasai kubu Agung. Sekretaris Fraksi Golkar versi Munas Ancol, Fa-yakhun, mengatakan kedatangan kubu mereka

    Bambang Soesatyo dan Agus Gumiwang sempat "gencatan senjata" pascaperebutan kantor Sekretariat Fraksi Golkar.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    ke ruang fraksi lantaran ajakan dialog untuk Ade dan Bambang selalu kandas.

    Sudah dua kali kami berkirim surat untuk dialog, tapi diabaikan. Nah, saat kami dengar ada Bambang dan Komarudin di sekretariat fraksi, kami pun datang. Tapi malah dikunci dari dalam, tutur Fayakhun.

    Penguasaan ruang pimpinan fraksi oleh Yorrys dan kawan-kawan berakhir ketika kedua kubu yang dimediasi Wakil Ketua DPR Fadli Zon sepakat melakukan gencatan senjata dan

    menyatakan kantor Fraksi Golkar dalam status quo sampai ada putusan PTUN.

    Namun hasil putusan PTUN pada Rabu, 1 April lalu, seperti menjadi angin segar buat kubu Aburizal. Dengan putusan itu, kubu Ical balas menyalip kubu Agung, yang sebe-lumnya sudah di atas angin karena

    mengantongi SK Menteri Hukum. Putusan itu pun membuat kantor fraksi

    masih atas kendali Ade dan Bambang.Kita salah langkah waktu itu. Harusnya

    tidak mengambangkan status kantor fraksi

    (status quo), bisik salah satu loyalis Agung yang enggan disebut namanya.

    Ade Komarudin mengatakan, dengan keluar-nya putusan sela PTUN, secara otomatis pengu-asaan Sekretariat Fraksi Golkar sepenuhnya di tangan dirinya dan Bambang.

    Saat dimediasi Fadli Zon, teman-teman kubu Ancol (Agung) menyatakan, jika ada putusan sela, mereka akan menaatinya. Insya Allah me-reka tetap mematuhinya, ucap Ade.

    Hal senada dikatakan Bambang. Ia berharap, dengan adanya putusan sela PTUN, kader Golkar yang pro-Munas Ancol bisa bergabung kembali. Termasuk kader ISIS-nya (ikut sana ikut sini), kata Bambang kepada majalah de-tik.

    Setelah putusan sela keluar, Bambang ber-ujar, tampuk pimpinan Golkar saat ini masih di tangan Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Se-kretaris Jenderal Idrus Marham, sesuai dengan hasil Munas Riau 2009.

    Saat ini segala keputusan yang berlaku di organisasi adalah putusan kepengurusan di bawah Ical dan Idrus. Tidak ada Munas Bali dan

    NASIONALNASIONAL

    Sudah dua kali kami berkirim

    surat untuk dialog, tapi diabaikan.

    Fayakhun

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Munas Ancol, ujarnya.Namun Agung Laksono memiliki pendapat

    berbeda. Menurut dia, putusan PTUN tak membatalkan SK Menteri Hukum yang me-ngesahkan kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta, melainkan hanya menunda pengesah-annya. Alasannya, putusan sela PTUN atas

    gugatan kubu Ical bukan pokok utama perkara. Di saat gugatan itu diproses, dan ada sejumlah pemeriksaan, maka berlakunya SK itu ditunda dulu.

    SK tetap berlaku, tidak ada pembatalan, begitu kata Agung, yang menjabat Wakil Ketua Umum Golkar hasil Munas Riau.

    Agung juga memastikan akan tetap me-rombak susunan pimpinan fraksi di DPR dan sejumlah pimpinan Golkar daerah. Kepada pengurus (Golkar) daerah, tetap tenang, saya tetap memimpin upaya-upaya penyelamatan partai, ujar dia di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat.

    Sementara itu, di kubu Ical, putusan sela ini membuat mereka makin percaya diri meng-usung hak angket terhadap Menteri Hukum Yasonna Laoly. Ini makin memperkuat argu-mentasi hak angket terhadap Menkum HAM, ujar Bambang Soesatyo.

    Kisruh dualisme di Partai Beringin sepertinya belum akan berakhir. n

    DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DIM

    Dua kubu Golkar berebut fisik kantor sekretariat fraksi di gedung DPR, Jakarta.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

  • NASIONAL

    KESIMPULAN SEMENTARA PEMBUNUHAN DUA ANGGOTA TNI DI ACEH UTARA TAK TERKAIT POLITIK. KELOMPOK KRIMINAL BERSENJATA ITU KINI DIBURU.

    DAMAI TERUSIK DI NISAM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOTO: RAHMAD/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

    HARI menjelang senja ketika Sersan Satu TNI Indra Irawan, 41 tahun, dan Sersan Dua TNI Hendrianto, 36 tahun, berpamitan kepada M. Daud, Kepala Mukim (Desa) Batee Pila, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Senin, 23 Maret lalu. Dua anggota Komando Distrik Militer 0103/Aceh Utara itu satu jam berada di rumah Daud.

    Menurut sumber majalah detik di Komando

    Resor Militer 011/Lilawangsa, Indra dan Hendri-anto, yang bertugas di bagian intelijen, sedang mencari informasi mengenai keberadaan ke-lompok bersenjata yang hijrah dari Aceh Timur ke wilayah Aceh Utara, tepatnya di Kecamatan Nisam.

    Wilayah Nisam banyak terdapat perbukitan dan hutan. Dan saat pemerintah menerapkan daerah operasi militer di Aceh beberapa tahun lalu, Nisam dikenal sebagai salah satu basis kelompok Gerakan Aceh Merdeka.

    Keluarga sangat terpukul oleh kepergian Serda Hendrianto.

    FERI FERNANDES/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

    Pemakaman anggota TNI korban pembunuhan di Aceh Utara

    FERI FERNANDES/DETIKCOM

    Jumlah kelompok sipil bersenjata yang hij-rah ke Nisam diperkirakan ratusan orang, kata sumber tersebut.

    Nah, kedua anggota TNI itu pun mencoba menelusuri informasi tersebut. Daud meru-pakan salah satu tokoh yang digali keterang-annya. Namun, baru beranjak 300 meter dari rumah sang kepala mukim, keduanya dicegat sekelompok orang bersenjata. Jumlahnya diperkirakan 15 orang dan memegang senjata laras panjang. Mereka pun diculik. Menurut saksi mata yang menolak disebut namanya, para penculik membawa Indra dan Hendrianto

    menggunakan mobil ke arah Waduk Batee Pila.Kabar penculikan dua personel TNI itu sampai

    ke telinga Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel (Infanteri) Achmad Daniel Chardin. Ra-tusan tentara dibantu aparat Kepolisian Resor Aceh Utara lalu dikerahkan mencari dua prajurit tersebut. Namun, 12 jam berselang, atau Selasa subuh, 24 Maret 2015, keduanya ditemukan te-was mengenaskan di sekitar Waduk Batee Pila, atau 5 kilometer dari lokasi penculikan.

    Kedua tangan Indra dan Hendrianto diborgol ke belakang. Sekujur tubuhnya lebam dengan luka tembak di kepala, tubuh, hingga kaki. Saat

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

    Serda Hendrianto

    FERI FERNANDES/DETIKCOM

    ditemukan, kedua korban juga cuma mengena-kan celana dalam.

    Achmad Daniel mengatakan korban masing-masing dihujani lima hingga enam tembakan peluru. Di tubuh Hendrianto ditemukan luka tembak di kaki dan dada, sementara Indra Iraw-an mengalami luka tembak di pipi dan peluru tembus hingga kepala.

    Sebelum ditembak, kedua korban juga

    mengalami penyiksaan. Bekas-bekas penyik-saan berupa lebam ditemukan di sekujur tubuh kedua korban, ujar Achmad.

    Di lokasi penemuan jenazah, ditemukan 15 selongsong peluru. Sebanyak 12 di antaranya diduga berasal dari senjata laras panjang AK-47 dan 3 dari senjata M-16. Rabu, 25 Maret 2015, dua anggota TNI itu langsung dimakamkan di lokasi berbeda. Hendrianto di Desa Kutablang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, sementara Indra dimakamkan di Desa Paloh Gadeng, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara.

    Serda Hendrianto meninggalkan seorang is-tri, Isnah, 33 tahun, dan tiga orang anak yang masih kecil, yakni Anisa (11), Nabila (7), dan Yuda (1,5). Sedangkan Sertu Indra meninggal-kan seorang istri, Niswati Tuti (30), dengan tiga anaknya, yaitu Anzir (12), Azizi Soni Irawan (4), dan Asya yang baru berusia 9 bulan.

    Aksi pembunuhan brutal itu kini menjadi perhatian serius aparat TNI dan Polri di wilayah Aceh Utara. Pasukan gabungan pun dibentuk untuk memburu para pelaku yang diperkirakan

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

    Komandan Kodim 0103/Aceh Utara Letnan Kolonel (Infanteri) Iwan Rosandrianto (kanan) bersama anak buahnya membabat ladang ganja yang ditemukan di Dusun Alue Garut, Teupin Rusep, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Februari 2015.

    RAHMAD/ANTARA FOTO

    lari ke pegunungan.Ada dugaan para pelaku berasal dari Langsa,

    Aceh Timur, yang hijrah ke Nisam karena men-jadi buruan polisi. Kepala Kepolisian Daerah Aceh Inspektur Jenderal Husein Hamidi mem-benarkan bahwa kelompok penculik dua ang-gota kodim itu sebelumnya pernah melakukan kejahatan di Kabupaten Langsa dan Aceh Timur.

    Kita ketahui ada tiga kelompok bersenjata yang kini diburu polisi, masing-masing kelom-pok Din Minimi, kelompok Raja Rimba, dan kelompok yang membuat keresahan di Nisam, tutur Husein.

    Beberapa anggota dari kelompok-kelompok itu sudah ditangkap polisi, misalnya Raja Rim-ba. Namun, ucap Husein, nama kelompok itu dipakai lagi oleh komplotan lain. Nah, hijrah-nya kelompok kriminal bersenjata yang belum tertangkap itu ke wilayah Nisam pun terendus. Polisi lalu meminta bantuan Kodim Aceh Utara mencari tahu keberadaan mereka.

    Jadi TNI bergerak karena permintaan dari polisi, kata anggota Komisi I Dewan Perwakil-an Rakyat, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Su-piadin Aries Saputra, saat dihubungi majalah detik, Senin, 30 Maret lalu.

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

    Panglima TNI Jenderal Moeldoko

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

    Penculikan dan pembunuhan dua tentara itu juga menjadi atensi DPR. Supiadin, yang juga mantan Panglima Komando Daerah Militer Is-kandar Muda yang kini menjadi politikus Partai NasDem, datang ke Aceh untuk mencari fakta kejadian tersebut bersama beberapa anggota Komisi I dan III DPR.

    Kami bertemu kapolda, pangdam, dandim,

    dan kapolres. Dari situ, kami memperoleh se-jumlah informasi untuk kami pelajari, ujarnya.

    Kesimpulan sementara, menurut Supiadin, kedua prajurit TNI itu dibunuh oleh kelompok kriminal bersenjata, bukan terkait politik atau konflik seperti di masa lalu. Meski begitu, ia tak menampik anggapan jika masih ada mantan anggota GAM yang kerap membuat onar.

    Saya kan mantan Pangdam (Aceh), banyak mantan GAM yang datang ke saya. Mereka bersumpah tidak melakukan hal itu (pembu-nuhan). Mereka sudah senang dengan kondisi saat ini (damai), tutur Supiadin.

    Sementara itu, Abu Minimi alias Nurdin alias Din Minimi, tokoh GAM yang disebut beroposisi dengan pemerintah Aceh saat ini, menampik tudingan keterlibatan kelompoknya dalam pembunuhan dua prajurit TNI di Nisam. Lewat Direktur Yayasan Advokasi Rakyat Aceh Safaruddin, Din Minimi mengaku tidak tahu dan tidak terlibat dalam aksi tersebut.

    Sampai Kamis, 2 April lalu, motif pembunuh-an dua anggota TNI tersebut belum terungkap. Namun Panglima TNI Jenderal Moeldoko

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    NASIONAL

    Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Agus Kriswanto, memberi keterangan pers mengenai penculikan dan pembunuhan dua anggota TNI di kawasan Nisam Antara, Aceh Utara, Kamis (26/3).

    RAHMAD/ANTARA FOTO

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    mensinyalir aksi itu berhubungan dengan tiga ladang ganja seluas 15, 8, dan 1,5 hektare yang ditemukan oleh prajurit TNI di Aceh.

    Prajurit saya temukan tiga ladang ganja dan juga menemukan sabu. Mungkin mereka (para pelaku) terganggu oleh itu, ucap Moeldoko, Senin pekan lalu.

    Pernyataan bahwa penculikan dua anggota TNI itu terkait dengan kasus narkotik juga dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Karena terkait dengan kelompok kriminal bersenjata, pencarian kini dilakukan kepolisian meski tetap

    dibantu TNI.Panglima Kodam Iskandar Muda, Mayor

    Jenderal TNI Agus Kriswanto, mengatakan identitas para pelaku pembunuh anak buah-nya itu sudah dikantongi. Mereka kini diburu di dalam hutan. Adapun Kepala Polda Aceh Husein Hamidi mengatakan pihaknya sudah mengerahkan banyak personel untuk membu-ru kelompok tersebut.

    Saya optimistis pelaku akan ditangkap, begitu kata Husein. n

    DEDEN GUNAWAN, FERI FERNANDES (ACEH UTARA) | DIM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    DI YOGYAKARTA DAN BANDUNG, DUA TERDAKWA KASUS PELANGGARAN UNDANG-UNDANG ITE DIVONIS BERSALAH. POLISI MENILAI BUKTI-BUKTI PIDANA KASUS WISNI SUDAH TERPENUHI.

    CHATTING ISTRIBERUJUNG BUI

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    WISNI Yetty hanya diam terpa-ku saat pidana penjara 5 bul-an itu dijatuhkan. Wanita 47 tahun itu bahkan tak beranjak sedikit pun dari kursi terdakwa ketika ketua majelis hakim Saptono menanyakan apakah Wisni akan berkonsultasi dengan pengacara-nya.

    Terdakwa kasus chatting mesra di Face-

    book itu baru be reaksi setelah Saptono me-nutup sidang putusan di Pengadilan Negeri Bandung tersebut, Selasa, 31 Maret 2015. Ia kecewa atas putusan hakim. Tangisnya pun pecah. Keluarga dan kerabat lalu mendekat dan memeluk Wisni yang terisak.

    Hakim Saptono menyatakan sependapat dengan jaksa penuntut umum. Wisni dinya-takan terbukti secara sah dan meyakinkan

    Wisni menyimak vonis hakim di Pengadilan Negeri Bandung.

    TYA EKA YULIANTI/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    telah mendistribusikan atau mentransmisikan informasi elektronik dengan muatan yang melanggar kesusilaan seperti diatur dalam Pasal 27 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau ITE.

    Selain hukuman bui, Wisni dijatuhi denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan. Vonis itu lebih berat dibanding tuntutan jaksa, yang

    meminta agar Wisni dihukum kurungan 4 bulan dan denda Rp 10 juta.

    Majelis hakim menilai tak ada alasan pem-benar atau pemaaf yang ditemukan, sehingga pada diri terdakwa harus dijatuhi hukuman, kata Saptono.

    Hal-hal yang memberatkan, perbuatan ter-dakwa dinilai tidak memberi contoh yang baik kepada pengguna media sosial, selain telah menyakiti suami dan keluarganya. Sedang-kan hal yang meringankan, terdakwa belum pernah dihukum. Ibu tiga anak itu juga diberi kesempatan membuktikan bahwa orang yang chatting di Facebook bukanlah dirinya.

    Namun hal itu tidak digunakan oleh ter-dakwa, ujar Saptono.

    Putusan ini mengakhiri penantian panjang Wisni. Sudah empat bulan ia duduk di kursi pesakitan, yakni sejak November 2014, deng-an dakwaan Pasal 55 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juncto Pasal 45 Ayat 1, juncto Pasal 27 Ayat 1 UU ITE, yang ancam-an hukuman maksimalnya mencapai 6 tahun penjara serta denda Rp 1 miliar.

    Situs Facebook dibuka di sebuah warnet di Bogor, Jawa Barat.

    MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Perkara ini berawal pada 2011. Wisni, yang berada di Bandung, menjalin komunikasi dengan Nugraha Mursid, teman masa kecil-nya di Padang, Sumatera Barat. Mereka lalu berkomunikasi melalui chatting di Facebook.

    Namun obrolan di ranah maya itu terendus suami Wisni, Haska Etika. Secara diam-diam, ia mengakses akun Facebook milik istrinya

    itu pada Oktober 2011. Komunikasi Wisni dan teman prianya akhirnya memantik perselisih-an dan berujung pada perpisahan keduanya. Pada 2013, Haska menggugat cerai Wisni.

    Nah, saat proses perceraian berlangsung, pada tahun yang sama Wisni melaporkan sang suami dengan tuduhan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Pada Februari 2014, Has-

    Wisni menangis seusai pembacaan vonis hakim di Pengadilan Negeri Bandung

    TYA EKA YULIANTI/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    ka balas melaporkan Wisni ke polisi. Percakapan Wisni dengan Nugraha menjadi dasar laporan Haska ke Kepolisian Daerah Jawa Barat.

    Wisni pun dituduh mendistribusikan dan mentransmisikan kalimat atau bahasa yang bersifat asusila lewat Facebook. Laporan Has-ka itu bergulir hingga pengadilan. Sedangkan perkara KDRT Haska yang dilaporkan Wisni hingga kini berkasnya belum dinyatakan leng-

    kap atau masih P-19.Sampai kasusnya diputus hakim, Wisni te-

    tap tak mengakui tuduhan itu. Ia membantah menggunakan bahasa bermuatan asusila saat ber-chit-chat dengan teman prianya. Apalagi chatting dilakukan bukan di dinding Facebook atau wall, yang merupakan area publik, me-lainkan lewat pesan inbox.

    Kuasa hukum Wisni, Rusdy A. Bakar, menca-tat sejumlah kejanggalan perkara ini. Hingga sidang berakhir, tidak terbukti yang melakukan chatting adalah Wisni. Jaksa, yang seharusnya membuktikan bahwa pelaku chatting adalah Wisni, justru meminta terdakwa membuktikan bahwa ia tak melakukan hal yang dituduhkan.

    JPU kan yang mendakwa, seharusnya JPU yang membuktikan, tutur Rusdy seusai sidang putusan.

    Ihwal chatting via inbox, Rusdy juga menilai semestinya tak bisa dipidanakan. Ia berpen-dapat dakwaan jaksa, yakni Pasal 27 Ayat 1 UU ITE, tak bisa dipisahkan dengan Pasal 282 KUHP, yang menyebutkan bahwa sebuah perbuatan bisa dipidana jika dilakukan deng-

    Path merupakan salah satu media sosial yang juga diawasi Undang-Undang ITE.

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    an sengaja dan terbuka di muka umum atau tersebar secara publik.

    Inbox itu bukan ranah publik. Ranah publik di Facebook itu wall. Tapi majelis hakim me-ngesampingkan hal itu, ucapnya.

    Barang bukti 3 bundel percakapan Wisni dan Nugraha juga ia permasalahkan.

    Sebab, bukti itu diperoleh dengan cara membajak akun Facebook

    Wisni. Itu melanggar Pasal 30 UU ITE. Namun, dalam perkara ini, barang bukti yang diperoleh dengan cara melanggar hukum seolah dihalalkan, kata Rusdy.

    Namun pihak kepolisian, yang menangani perkara ini

    sejak awal, menyatakan bukti-bukti tindak pidana dalam kasus

    ini sudah terpenuhi. Penyidik sudah meminta keterangan dua saksi ahli dari

    Fakultas Hukum Universitas Parahya ngan, Bandung, serta ahli teknologi informasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.

    Ahli menyatakan perbuatan tersangka ter-masuk kategori pasal yang disangkakan, ujar Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Barat Komisaris Besar Wirdhan Denny.

    Pihaknya juga melakukan proses forensik digital dengan mengangkat histori perca-kapan atau chatting Wisni dengan Nugraha dalam akun Facebook-nya. Isi percakapan itu antara lain membahas soal percintaan.

    Memang ada unsur yang mengandung pelanggaran norma kesusilaan. Kan, Wisni punya suami sah, begitu pula Nugraha, sudah punya istri, tuturnya.

    Selama penyidikan, ucap Wirdhan, polisi tidak menahan Wisni dengan pertimbangan tersangka bersikap kooperatif dan tidak akan menghilangkan barang bukti. Selain Wisni, Nugraha ditetapkan sebagai tersangka. Berkas perkaranya juga sudah lengkap alias P-21, tapi pelimpahannya ke kejaksaan ditunda lantaran Nugraha saat ini menderita stroke. Dihubungi secara terpisah, Leni Anggraeni, pengacara Haska, enggan mengomentari putusan hakim. Ia juga menolak menjelaskan dasar kliennya

    Memang ada unsur yang mengandung

    pelanggaran norma kesusilaan. Kan, Wisni

    punya suami sah, begitu pula Nugraha, sudah

    punya istri.

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    melaporkan kasus ini.Maaf, klien saya tidak mengizinkan (bica-

    ra), ucapnya. Adapun Rusdy, kuasa hukum Wisni, menyatakan kemungkinan pihaknya mengajukan permohonan banding.

    Sementara itu, pada hari yang sama, di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Florence Saulina Sihombing, terdakwa penghinaan warga Kota Gudeg, yang juga dijerat UU ITE, divonis 2 bulan penjara dan hukum-

    an percobaan 6 bulan serta denda RP 10 juta. Majelis hakim menilai Flo, sapaan Flo rence, terbukti mendistribusikan in-formasi elektronik yang memuat penghi-naan dan pencemaran nama baik. Namun hukuman pidana itu tidak perlu dijalani terpidana.

    Kecuali jika di kemudian hari terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan selama 6 bulan ber-akhir, kata ketua majelis hakim Bambang Sunanto saat membacakan putusan. Atas vonis itu, Flo menyatakan pikir-pikir.

    Flo didakwa melanggar Pasal 27 Ayat 3 juncto Pasal 45 Ayat 1 UU ITE. Pasal yang sama termasuk yang akan direvisi Dewan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah tahun ini. Penerapan pasal-pasal UU ITE yang salah menjadi alasan revisi karena telah menelan 74 korban. TYA EKA YULIANTI, BABAN G. (BANDUNG), EDZAN R. (YOGYAKARTA), ADITYA

    M. | M. RIZAL

    Terdakwa kasus penghinaan dan pencemaran nama baik warga Yogyakarta di media sosial, Florence Saulina Sihombing, mendengarkan putusan hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Selasa (31/3).

    PRADITA UTAMA/ANTARA FOTO

    TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    IDENTITAS JASAD DI DANAU UI TERUNGKAP DARI SAPUTANGAN PEMBERIAN SANG AYAH. POLISI BELUM BISA MEMASTIKAN AKSEYNA DIBUNUH ATAU BUNUH DIRI.

    MISTERI PESANJANGAN DICARI

    ILU

    STR

    ASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    SECARIK kertas itu seakan menjadi pesan terakhir Akseyna Ahad Dori. Pesan dengan tulisan tangan ter-sebut ditemukan di kamar indekos lajang berusia 18 tahun itu di Wisma Widya 208, Kelurahan Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat. Pesan itu ditemukan temannya, Jibril, sebelum diketahui bahwa Akseyna adalah pria yang ditemukan tewas mengapung di Danau Kenanga Universitas Indonesia, Depok.

    Sebelumnya, sesosok mayat pria yang dite-

    mukan di danau UI, Kamis pagi, 26 Maret 2015, tak diketahui identitasnya. Tidak ditemukan tanda pengenal apa pun. Jasad itu ditemu-kan Fauzi, seorang mahasiswa UI. Ia melihat tangan seseorang menyembul di permukaan danau dekat gedung Rektorat UI itu. Begitu diperiksa, ternyata mayat mengapung.

    Fauzi pun melaporkan temuannya ke pe-tugas keamanan kampus, yang kemudian meneruskannya ke polisi. Jasad pemuda itu mengenakan kaus putih, sweater dengan tulis-

    Pengangkatan jasad pria yang ditemukan di danau UI. Identitas jasad itu akhirnya terungkap.

    HENDRIK RASEUKIY/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    an University of Indonesia dan celana hitam, serta menggendong ransel berisi 5 buah paving block, satu loster (lubang ventilasi dari beton), dan kerikil dengan bobot sekitar 15 kilogram.

    Isi ransel itu diduga sebagai pemberat agar tenggelam. Jasad itu lalu dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Karena tidak menemukan tanda-tanda kekerasan, po-lisi lantas menduga pria itu bunuh diri dengan menenggelamkan tubuhnya.

    Jasad itu kurang-lebih sudah 48 jam di dalam

    air dan akhirnya mengapung, kata staf humas Kepolisian Resor Kota Depok, Inspektur Dua Bagus Suwardi, Selasa pekan lalu.

    Empat hari setelah ditemukan, baru terung-kap pria tewas itu adalah Akseyna, mahasiswa semester IV Jurusan Biologi Fakultas Matema-tika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Identitasnya terkuak setelah orang tuanya membaca berita di surat kabar soal penemuan mayat itu.

    Ayah Akseyna, seorang perwira menengah TNI Angkatan Udara, kemudian mencoba menghubungi anak keduanya itu berulang kali, tapi tak ada jawaban. Ia lalu meminta adik perempuannya yang tinggal di Depok menda-tangi indekos Akseyna pada Jumat, 27 Maret lalu. Benar saja, dari pemilik indekos, diketahui Akseyna tak pulang selama empat hari. Ia lalu menghubungi pihak universitas dan polisi un-tuk menanyakan ciri-ciri korban tewas itu.

    Pihak keluarga curiga, mungkin ada firasat, karena beberapa hari hilang kontak, ujar juru bicara UI, Rifelly Dewi Astuti.

    Senin, 30 Maret 2015, ayah Akseyna, Kolonel TNI Susmardoto, didampingi pihak universitas

    Juru bicara UI, Rifelly Dewi Astuti

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    mendatangi RS Kramat Jati untuk melihat jenazah yang ditemukan di danau UI. Dan ter-nyata ada kemiripan pada bagian hidung dan bentuk wajah jasad itu dengan sang putra.

    Setelah mendatangi Kepolisian Sektor Beji untuk mengecek barang-barang korban saat ditemukan, yakni jaket, celana, kaus, payung, dan saputangan, baru dipastikan mayat itu adalah Akseyna. Sang ayah mengenali jasad

    itu dari saputangan karena merupakan pem-beriannya.

    Akseyna, atau di kampus disapa Ace, dinilai oleh Kepala Departemen Biologi Fakultas MIPA UI, Dr Yasman, MSc, merupakan sosok mahasiswa cerdas. Ia masuk lewat jalur pres-tasi karena, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama dan atas, kerap mengikuti berbagai Olimpiade Biologi.

    Ayahnya juga mengatakan Ace anak rumah-an, aktivitasnya hanya indekos, perpustakaan, dan masjid, tutur Yasman, Selasa, 31 Maret lalu.

    Menurut pengelola Wisma Widya, Edi Su-kardi, Akseyna masih berangkat kuliah pada Senin, 23 Maret, atau tiga hari sebelum dite-mukan tewas mengambang di danau UI. Se-lasa malam saya masih bertemu (Akseyna), ucap Edi.

    Sejak itulah anak kosnya tersebut tak dike-tahui rimbanya. Pada Jumat, 27 Maret lalu, sejumlah rekan Ace mendatangi kamar inde-kosnya karena ia beberapa hari tidak masuk kuliah. Salah satunya Jibril, yang berulang kali datang mencari sahabatnya itu.

    Kamar indekos Akseyna. Pemilik indekos mengganjal pintu kamar itu dengan alat fitness agar tidak dimasuki orang selain polisi.

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Sabtu malam, 28 Maret, Jibril kembali datang. Edi lalu meminta Jibril menginap di kamar Ace. Saat itulah Jibril menemukan pesan dalam secarik kertas yang dipaku di dinding kamar. Pesan dalam bahasa Inggris itu tertulis: Will not return for. Please don't search for exis-tence. My apologies for everything.

    Surat bahwa Akseyna tidak akan kembali, dan jangan dicari, menambah kecurigaan

    teman-temannya. Apalagi benda-benda yang biasa ia bawa, seperti telepon seluler, dompet, dan laptop, ternyata ditinggal di kamar. Hanya ada selembar uang Rp 50 ribu di dompetnya.

    Teman-teman Ace lalu kembali datang pada Senin, 30 Maret, untuk membuka isi laptop-nya. Senin malamnya, baru ada kepastian bahwa mayat yang ditemukan di danau UI itu sejatinya Ace setelah ayah Akseyna datang ke indekos tersebut.

    (Teman-teman Ace) langsung pada nangis, katanya.

    Akseyna, Edi menuturkan, adalah anak baik dan pendiam. Sebelum indekos dan menyewa kamar per bulan Rp 550 ribu itu pada 2013, ia tinggal di asrama UI. (Tapi) wajahnya kusut, enggak ceria, kayak banyak pikiran, ujarnya.

    Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul, pada Januari 2015 Akseyna pernah curhat kepada ibunya. Ia merasa kecewa ka-rena, meski menjadi juara regional Olimpiade Sains, bukan dia yang terpilih dalam Olimpiade di tingkat nasional.

    Pesan yang ditinggalkan di kamar Akseyna

    ISTIMEWA

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Soal tak diikutsertakannya Akseyna dalam final Olimpiade Sains Nasional, meski ia juara di tingkat provinsi, dibenarkan Yasman. Ia juga membuka kemungkinan Akseyna kecewa ka-rena hal itu, meski kemungkinannya kecil. Se-bab, saat itu, Akseyna baru kuliah di semester kedua.

    Harusnya dia sudah bangga bisa menjadi juara provinsi, tutur Yasman.

    Peserta yang maju ke final adalah mahasis-wa dengan nilai terbaik. Kendati menjadi juara satu untuk ilmu biologi di tingkat provinsi, Akseyna tak terpilih karena nilai terbaik diraih oleh juara satu untuk ilmu fisika.

    Dan itu (pemenangnya) dari UNJ (Universi-tas Negeri Jakarta), ucap Yasman.

    Dugaan Akseyna mengalami stres karena urusan kuliah juga dibantah Aldo, teman satu jurusannya. Sebab, Akseyna tergolong anak pandai. Senin dua pekan lalu, Aldo masih meli-hat Akseyna datang mengikuti kuliah.

    Dia main laptop, masih ketawa-ketawa sama temannya, kata Aldo.

    Selasa, 31 Maret lalu, jenazah Akseyna dimakamkan di pekuburan TNI AU di Dusun Kradenan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Suasana duka menyelimuti rumah keluarga di kompleks Griya Avia Ceria, Tegal-sari, Tirtomartani, Sleman. Polisi belum dapat memastikan apakah Akseyna bunuh diri atau dibunuh.

    Belum bisa kami pastikan apakah korban meninggal karena dibunuh atau ada sebab lain yang membuatnya meninggalkan pesan seperti itu, ujar Martinus.

    Kriminolog UI, Yogo Tri Hendiarto, meminta agar dugaan bunuh diri itu dicermati secara hati-hati. Sebab, banyak pemicu yang men-dorong seorang remaja nekat bunuh diri. Bisa masalah percintaan, menjadi korban bullying, dilecehkan teman, atau ada harapan yang tak tercapai.

    Itu menimbulkan depresi atau tekanan-tekanan, tuturnya.

    Dan pesan di kamar Akseyna itu kini masih menyisakan misteri.... M. RIZAL, ADITYA MARDIASTUTI | DIM

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Akseyna Ahad Dori semasa hidup

    DOK.DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEWINTERVIEW

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KSAU MARSEKAL AGUS SUPRIATNA:

    SAYA MINTAPESAWAT AS DAN RUSIA

    RAC

    HM

    AN/D

    ETIK

    CO

    M

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    G UNA mendukung visi pemerintah memba-ngun kedaulatan maritim, TNI Angkatan Udara berencana membeli pesawat-pesawat generasi 4,5, yang merupakan keluaran muta-khir. Ada Sukhoi 35 dari Rusia, JAS-39 Gripen (Swedia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnell Douglas F/A-18E/F Super Hornet (Amerika Serikat).

    Pesawat jenis apa yang akan dipilih untuk menggantikan armada jet tempur F-5E/F Tiger II, yang dianggap sudah usang, sejauh ini masih dalam kajian. Tapi, karena para pilot TNI AU sudah terbiasa menggunakan produk Amerika dan Rusia, besar kemungkinan produk dua negara itulah yang akan dipilih.

    Kenapa saya minta dua itu, karena sumber daya manusianya, baik air crew maupun ground crew, sudah punya pengalaman menangani Su-khoi dan F-16, kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna saat ditemui

    di ruang kerjanya, Kamis, 2 April 2015. Ia juga mengungkapkan perlunya pesawat

    angkut personel Hercules atau jenis Airbus 400. Setidaknya TNI AU butuh 10 Hercules atau empat A-400. Pada bagian lain, Agus memaparkan kondisi radar militer yang ada serta hasil investigasi terhadap musibah Tim Aerobatik Jupiter di Langkawi, Malaysia, bebe-rapa pekan lalu. Berikut ini petikannya.

    Selama 69 tahun menjaga kedaulat-an negara, apa pencapaian dan rencana pembenahan Angkatan Udara ke depan?

    Pembangunan dan pengembangan kekuat-an udara bisa berupa penambahan alutsista dan fasilitas pendukungnya, yang tertuang dalam rencana strategis lima tahunan. Sampai akhir 2014, Angkatan Udara sudah berhasil memodernisasi alutsista lebih dari setengah yang direncanakan.

    PENGUASAAN RUANG DAN KEKUATAN UDARA SANGAT PENTING DEMI MEWUJUDKAN KEKUATAN MARITIM.

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    Seperti apa peran dan kesiapan TNI Angkatan Udara di tengah visi Poros Ma-ritim?

    Dalam konteks perang modern, paradigma World Maritime Axis harus dipayungi deng-an paradigma World Airspace Axis. Pengu-

    asaan ruang udara dan kekuatan udara yang memadai sangat penting demi mewujudkan supremasi kekuatan maritim.

    Hal ini menjadikan peran TNI AU dalam per-tahanan maritim akan sangat menantang. TNI AU harus mampu menghadirkan superioritas udara ke tengah samudra yang melampaui perairan-perairan Tanah Air kita dan mampu melakukan coverage security bagi Angkatan Laut. Artinya, sistem pertahanan maritim bu-kan hanya butuh AL yang kuat, tapi juga AU yang kapabel.

    Terkait hal ini, penetapan Air Defence Iden-tification Zone (ADIZ), yang merupakan wila-yah payung perlindungan maritim dan wilayah udara, secara tepat menjadi kepentingan yang sangat mendesak untuk menjaga keseimbang-an geostrategik. ADIZ mencantumkan wilayah udara atas daratan dan lautan, di mana identi-fikasi, lokasi, dan kontrol terhadap pergerakan pesawat diperlukan bagi kepentingan perta-hanan dan keamanan.

    Tahun ini apa yang menjadi program

    Video

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    prioritas? Sebetulnya yang paling utama itu bagaima-

    na mengimplementasikan kebijakan-kebijakan Panglima TNI. Kan itu sudah jelas sekali dan kita juga melihat dari visi-misi pemerintah, karena kita ingin mengembangkan poros maritim, bahkan sampai pada poros maritim

    dunia, sehingga saya harus mengembangkan kekuatan udara yang kapabel. Jadi bukan ha-nya kekuatan angkatan laut saja yang kuat.

    Pergerakan apa pun yang ada di bawah ini (darat dan laut), tanpa penguasaan udara di tangan kita, kan sulit untuk bergerak dengan aman. Itulah (kenapa) wilayah udara yang akan kita perkuat. Terutama pertahanan udaranya, radar-radar harus bisa meng-cover seluruh wi-layah kita, supaya tidak ada yang menggang-gu. Karena yang bisa melihat situasi apa yang paling cepat, itu lewat udara. Kalau udaranya itu kita tutup, kita kawal, kita amankan, tidak mungkin ada yang mau mengganggu.

    Sampai saat ini persentase untuk men-capai ideal?

    Kalau ditanya yang ideal, yang saya inginkan, seluruh wilayah tertutup. Di-cover oleh radar saya. Pesawat-pesawat tempur, kalau ada yang masuk, (kita) bisa segera mengintersep. Kalau intersep tidak ada, kita harus punya rudal-ru-dalnya. Itu kalau mau ideal. Tapi kan kita juga harus mau memahami bagaimana anggaran

    Sistem pertahanan maritim bukan hanya butuh AL yang kuat, tapi juga AU yang kapabel.

    RACHMAN/DETIKCOM

    INTERVIEW

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    Melakukan kunjungan kerja ke Pangkalan Udara Wiriadinata, Tasikmalaya, Jawa Barat.

    DOK. DINAS PENERANGAN TNI AU

    negara kita sehingga ada prioritas kira-kira wilayah mana saja yang sering diganggu atau apa.

    Di situlah sepanjang tahun dan sekarang, saya selalu deploy pesawat-pesawat tempur saya. Ada yang di Biak, Tarakan, Aceh. Selalu bergantian di wilayah selatan juga.

    Potensi ancaman paling besar itu seka-

    rang apa? Kalau dikatakan ancaman besar, ya, karena

    kemampuan kita belum bisa meng-cover se-mua, yang paling mudah melihat keadaan itu kan dari udara. Kalau misalnya pesawat yang punya jangkauan jarak jauh memfoto, kan itulah yang paling utama.

    Minimal kekuatan udara kita harus se-

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    perti apa? Saya inginnya, ada satu flight di Aceh, Me-

    dan. Di utara misalnya Tarakan. Di Pontianak sudah ada skuadronnya. Di Papua juga harus ada, baik di Merauke maupun Biak. Begitu juga selatan, perlu banget, seperti di Kupang atau di Bali. Tapi kan kemampuan kita tidak seperti itu.

    Berapa besar anggaran belanja perala-tan tempur?

    Kalau itu, tanya ke Kementerian Pertahanan. Yang diajukan tentu banyaklah. Tapi saya tidak bisa mengatakan dapat berapa. Realisasinya tidak usah tanya ke saya. Lihat sendirilah.

    Pesawat tempur yang diprioritaskan? Oh, enggak, saya juga perlu pesawat trans-

    portasi. Kalau misalnya saya mengirim satu batalion tempur, itu jelas butuh Hercules, belasan. Minimal sembilan atau 10 pesawat. Kalau kayak A-400 itu, cukup 3 atau 4 pesawat bisa bawa satu batalion tempur. Makanya saya bikin kajian, terus kita kasih ke Kementerian

    Saya juga perlu pesawat transportasi. Kalau kayak A-400, cukup 3 atau 4 pesawat bisa bawa satu batalion tempur.

    Menandatangani pesawat tempur Hawk MK-53 dalam upacara penyambutan penerbangan terakhir Hawk MK-53 di Pangkalan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3).

    SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

    INTERVIEW

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    Pertahanan dan, alhamdulillah, mudah-mu-dahan anggaran pemerintah ada tambahan. Semoga terealisasi dengan cepat.

    Tahun ini yang sudah pasti datang? F-16 akan datang lima kalau tidak salah akhir

    bulan ini. Mei akan tambah lima lagi dari Ame-rika. Lalu ada tambahan lagi lima pesawat dari Australia.

    Pengganti F-5 nantinya? Saya sudah buat kajian. Saya minta yang

    generasi di atas 4,5. Kalau dari Rusia ada Su-khoi 35, kalau dari Amerika ada yang Blok 60 ke atas. Sekarang ada Blok 70. Saya minta itu, Viper. Kenapa saya minta dua itu, karena sumber daya manusianya, baik air crew mau-pun ground crew sudah punya pengalaman, bagaimana menangani Sukhoi dan F-16.

    Kondisi radar udara?Saat ini radar yang dimiliki belum sepe-

    nuhnya dapat meng-cover seluruh wilayah kedaulatan NKRI yang cukup luas, ditambah lagi ada beberapa radar yang teknologi sistem radarnya buatan 1960-an. Kita butuh 32 untuk bisa meng-cover semua. Sekarang sudah ada 22, kurang 10 lagi. Untuk mendukung operasi pertahanan udara pada tahap deteksi dini dan identifikasi, Angkatan Udara bekerja sama dengan radar penerbangan sipil atau military civil coordination.

    Melepas keberangkatan Tim Aerobatik Jupiter ke Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2015, Malaysia.

    DOK. DINAS PENERANGAN TNI AU

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    Dukungan TNI AU terhadap industri pertahanan dalam negeri?

    Sejak awal berdiri, Angkatan Udara telah turut menyumbangkan pemikiran dan karya-nya dalam industri pertahanan, khususnya di bidang kedirgantaraan dan bidang lainnya. Kita kenal Abdulrahman Saleh, salah seorang pelopor Angkatan Udara. Selain pendiri Ang-katan Udara, beliau adalah akademisi, ahli faal

    Universitas Indonesia. Kita kenal Nurtanio, juga perintis industri pesawat terbang Indo-nesia. Karyanya cukup banyak, di antaranya Si Kumbang 01 dan 02, pesawat single seater dilengkapi senjata otomatis udara-darat.

    Ada lagi Wiweko Soepono, perintis Indonesia Airways, perancang forward facing crew cockpit untuk pesawat berbadan lebar. Rancangannya diterima dan dipakai untuk semua pesawat terbang berbadan lebar di dunia. Sampai saat ini, Angkatan Udara terus berupaya mening-katkan kemampuan dan karya dalam bidang kedirgantaraan. Kami punya Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara, yang terus meneliti, mengembangkan, dan mencip-takan teknologi terbaru untuk kebutuhan TNI AU maupun nasional.

    Selain pesawat tempur, pesawat sipil ada yang melanggar wilayah udara kita?

    Kalau pesawat militer melanggar, itu pasti ada sesuatu. Kalau pesawat militer itu tidak mungkin mau melanggar. Seperti saya pilot pesawat tempur seenaknya masuk wilayah

    Meninjau kesiapan kegiatan operasional Pangkalan Udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

    DOK. DINAS PENERANGAN TNI AU

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    orang, itu sama saja ngajak apa? Nah, meng-apa pesawat sipil banyak (melanggar), karena mereka mungkin menganggap saya dulu lewat sini aman, saya dulu lewat sini enggak usah pakai izin juga bisa. Karena saya juga pernah mengintersep pesawat sipil, ternyata isinya pa-sukan PBB dari Pakistan. Dia dari Dili langsung saja ke Malaysia, tapi izinnya dari Malaysia

    ada, dari Singapura ada, dari Thailand ada, tapi dari Indonesia tidak ada. Akhirnya saya tahan di Makassar. Waktu itu pesawat Boeing kita intersep pakai Sukhoi.

    Tapi sanksinya tak sebanding dengan biaya mengintersep, ya?

    Terkait dengan pelanggaran wilayah udara

    TNI AU menginginkan kewenangan menyidik, bukan cuma menyergap pesawat asing yang masuk tanpa izin.

    Meninjau kesiapan kegiatan operasional Pangkalan Udara Iswahjudi, Madiun.

    DOK. DINAS PENERANGAN TNI AU

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    INTERVIEW

    Latihan terbang Tim Aerobatik Jupiter di Pangkalan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Selasa (31/3), sebagai persiapan untuk tampil pada peringatan hari ulang tahun ke-69 TNI AU pada 9 April 2015 di Jakarta.

    SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

    oleh pesawat asing dan sanksi yang diberikan, sebenarnya semua telah diatur dalam Un-dang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Setelah beberapa pengalaman yang kita dapatkan pada tahun lalu, memang ada beberapa hal yang harus dikaji ulang dan dipikirkan bersama menyangkut penindakan, penyidikan, dan sanksi bagi pelanggar, sehing-ga kejadian pelanggaran wilayah ini dapat di-eliminasi.

    Kami, TNI AU, ingin memiliki kewenangan menyidik karena saat ini TNI hanya berwe-nang melakukan penyergapan atau intervensi terhadap pesawat asing yang masuk tanpa izin, sedangkan kewenangan penyidikan ada di Kementerian Perhubungan.

    Oh, ya, bagaimana hasil investigasi kece-lakaan dua pesawat tim aerobatik Jupiter di Langkawi?

    Sebelum berangkat ke Langkawi, JAT (Ju-piter Aerobatic Team) telah mempersiapkan diri dengan maksimal. Pesawat laik terbang, penerbang dilatih maksimal untuk meng-atasi berbagai kemungkinan. Namun ada hal yang tidak dapat kita jangkau, unpredictable, sesuatu di luar kuasa kita. Inilah yang disebut musibah. Saya tekankan kepada mereka untuk tidak takut, tidak gentar, dan tidak ragu dalam melanjutkan tugas, sehingga mereka tetap dapat bekerja dengan moril yang tinggi. Pada HUT TNI AU 9 April nanti, mereka akan tampil kembali menghibur masyarakat Indonesia.

    PASTI LIBERTI MAPPAPA | DIMAS ADITYO

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    BIODATA

    NAMA: Agus Supriatna

    TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Bandung, 28 Januari 1959

    ISTRI: Bryan Timur R.

    ANAK Annisa Risqika F. Chaerunisa I.F. Muhammad Ridho Alfiansyah

    PENDIDIKAN Akademi Angkatan Udara, 1983 Sekolah Penerbang TNI AU Jurusan

    Tempur Pendidikan Instruktur Penerbang

    KARIER Kepala Staf TNI Angkatan Udara,

    2015 Kepala Staf Umum TNI, 2014 Wakil Inspektur Jenderal Mabes

    TNI, 2014 Panglima Komando Operasi Ang-

    katan Udara II Jakarta, 2012

    Kepala Staf Komando Operasi Ang-katan Udara I Jakarta, 2011

    Komandan Pangkalan Udara Hasa-nuddin, Makassar, 2010

    Perwira Bantuan Utama B-3 Direk-torat B Badan Intelijen Strategis TNI, 2006

    Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI Singapura, 2003

    PENUGASAN Officer Exchange di Jepang (1994) Advance Weapon Instructor Cour-

    se F-16 di Amerika Serikat, 1995 Anggota tim Aerobatik F-16 TNI AU

    Elang Biru, 1996 Safety Seminar di Swiss, 2004 Observer latihan Red Flag di Alas-

    ka, Amerika Serikat, 2011 Ketua delegasi percepatan pengi-

    riman pesawat Sukhoi SU/30 tahap ketiga, terakhir, 2012/2013

    Tim Pengawasan dan Pemeriksaan Atase Pertahanan RI di Amerika

    Serikat dan Brasil Penasihat Militer Perutusan Tetap

    RI di New York

    TANDA JASA Bintang Yudha Dharma

    Utama Bintang Swa Bhuwana Pak-

    sa Pratama Bintang Swa

    Bhuwana Paksa Nararya

    Satyalancana Kesetiaan

    XXIV Satyalancana

    GOM VII Satyalancana

    Seroja Satyalancana

    Dwidya Sis-tha

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KOLOM

    OLEH: AGUS SUDIBYO

    BIODATA

    NamaAgus Sudibyo

    Tempat/Tanggal LahirMalang, 8 Juni 1974

    Pendidikan Jurusan Ilmu Komunikasi

    Fisipol UGM, 1998 Magister Filsafat STF

    Driyarkara Jakarta, 2011

    MAKSUDNYA baik, memerangi radikalisme agama dan menghambat laju pengaruh te rorisme dan fundamentalisme di Indonesia. Namun, karena dilakukan secara terburu-buru dan tidak dengan cara yang tepat, justru kontraproduktif. Alih-alih berhasil mencapai tujuan, yang dihasilkan justru kontroversi dan tuduhan telah mengancam kebebasan berpenda-pat dan kebebasan berbicara.

    Inilah yang terjadi ketika pemerintah memblokir 22 situs yang dianggap me-nyebarkan ajaran Islam radikal. Di satu sisi, pemblokiran dianggap perlu karena beberapa situs memang digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan permusuhan dan kebencian terhadap pihak atau identitas keagamaan tertentu. Di sisi lain, pem-blokiran itu dianggap sebagai tindakan otoriter pemerintah yang mengancam iklim kebebasan berpendapat dan berbicara.

    Tindakan tersebut, dalam hal cara yang digunakan, hanya layak terjadi pada rezim otoriter, seperti di masa Orde Baru. Namun, di era demokrasi seperti sekarang, tindakan tersebut sama sekali tidak populer dan akan kontraproduktif, meskipun,

    INDONESIA BUKAN NEGARA OTORITER, PEMBLOKIRAN SITUS-SITUS YANG DICURIGAI RADIKAL HARUS SECARA CERMAT, HATI-HATI, DAN LEGITIMATE.ILU

    STRA

    SI: ED

    I WAH

    YONO

    SITUS RADIKAL DAN KEGAMANGAN

    PEMERINTAH

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KOLOM

    sekali lagi perlu ditekankan, tujuannya masuk akal, bahkan perlu.Pemblokiran situs-situs yang dicurigai radikal harus dilakukan secara cermat,

    hati-hati, dan legitimate. Sebab, Indonesia bukanlah negara otoriter yang berada dalam satu garis dengan Cina, Mesir, Malaysia, dan Myanmar dalam kegemaran memblokir situs-situs yang tidak dikehendaki penguasa.

    Pertama, harus dirumuskan dengan jelas kriteria-kriteria yang membuat suatu situs layak untuk diblokir. Apa yang dimaksud menyebarkan ajaran agama yang radikal? Sejauh mana batasan radikalisme? Siapa yang punya otoritas merumus-kan status radikal? Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan kriteria yang lebih universal, katakanlah penyebaran semangat permusuhan dan kebencian dengan parameter yang terperinci. Bukan hanya domain agama yang digunakan, tetapi juga domain suku, gender, dan lain-lain.

    Kedua, harus dipastikan ada equal treatment terhadap situs-situs yang menggu-nakan identitas agama lain. Asumsinya, yang berpotensi menyebarkan radikalisme bukan hanya situs-situs Islam. Bukankah potensi radikalisme sesungguhnya juga bersemayam di komunitas semua agama? Hal ini perlu ditekankan guna menghin-dari perdebatan yang tidak produktif tentang perbedaan agama. Jangan sampai berkembang isu murahan, seperti kali ini yang di-banned situs-situs Islam karena lembaga yang melakukan banned didominasi oleh orang-orang non-Islam. Di me-dia sosial, selentingan yang seperti ini sudah muncul.

    Ketiga, hal yang tidak kalah penting, siapa yang punya otoritas untuk menindak situs-situs yang dianggap radikal? Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau Kementerian Komunikasi dan Informatika? Sejauh mana wewenangnya dan berdasarkan undang-undang apa? Jika ada situs atau operator yang balela tidak mau melakukan pemblokiran, apa langkah atau tindakan selanjutnya? Dari kasus ini kemudian menjadi jelas bahwa ketentuan perundang-undangan yang ada (ka-

    Program Doktoral STF Driyarkara (masih pendidikan)

    Aktivitas Managing Editor Jurnal

    Pemikiran Sosial-Ekonomi Prisma

    Direktur Eksekutif Matriks Indonesia (lembaga riset sosial-politik dan konsultan media)

    Pengalaman Kerja Direktur Eksekutif

    Indonesia Research Centre (IRC) Jakarta, Maret-Oktober 2013

    Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika, Dewan Pers, 2010-2013

    Wakil Direktur Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta

    Peneliti pada Institut Studi Arus Informasi (ISAI) Jakarta

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KOLOM

    takanlah Undang-Undang ITE) belum secara detail mengatur masalah itu. Sejauh mana wewenang Kementerian Komunikasi dalam konteks penertiban situs-situs radikal, porno, dan seterusnya? Bagaimana kedudukan lembaga seperti BNPT?

    Keempat, bagaimana mekanisme penindakan situs-situs yang dianggap berma-salah? Apa iya langsung diblokir begitu saja tanpa klarifikasi dan pembelaan diri dari pengelola? Menurut penulis, langkah persuasif dan edukatif harus dilakukan kepada pengelola situs. Pemblokiran adalah langkah terakhir setelah persuasi dan edukasi gagal. Kementerian Komunikasi harus mencari tahu siapa pengelola situs dan menghubungi mereka segera setelah muncul persoalan terkait dengan konten situs. Minta mereka segera mengoreksi konten-konten yang dianggap tidak layak, mengarah kepada semangat permusuhan dan kebencian, dan seterusnya. Jika per-

    Koordinator Program Monitoring Media untuk Pemilu 2004 bersama USAID dan TIFA

    Koordinator Program Monitoring Media untuk Konflik Aceh (ISAI, April 2003-Februari 2004) bersama DAI-USAID

    Koordinator Kampanye Koalisi (Ornop) untuk Kebebasan Informasi, Maret 2000-Juli 2008

    Penghargaan Press Freedom Award

    2007 dari AJI Indonesia dan DRSP-USAID

    Karya1. 50 Tanya Jawab Tentang

    Pers: Panduan Praktis untuk Pejabat, Politisi, Selebritas, Pengusaha, dan Wartawan (Kepustakaan Populer Gramedia & PT Astra International, Jakarta, 2013)

    2. Politik Otentik: Manusia dan Kebebasan dalam

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KOLOM

    suasi dan edukasi gagal, baru ada alasan kuat bagi pemerintah untuk memblokir. Pemblokiran juga dapat dilakukan jika pengelola tidak diketahui sama sekali atau tidak dapat dihubungi. Pemblokiran ini pun tidak bersifat permanen.

    Karena itu, Kementerian Komunikasi perlu segera merumuskan dan meresmikan mekanisme penanganan situs-situs yang dianggap bermasalah, bukan hanya dalam konteks radikalisme. Bagaimana penerimaan keluhan masyarakat dilakukan? Ba-gaimana memverifikasinya? Bagaimana memberikan kesempatan kepada penge-lola situs untuk memberikan penjelasan atau pembelaan diri? Kapan pemblokiran dapat dilakukan, secara parsial (konten tertentu) atau sepenuhnya?

    Kelima, perlu ada mekanisme agar pengelola dapat melakukan koreksi atau per-lawanan atas keputusan pemblokiran situs yang dilakukan pemerintah. Mekanisme banding ini pada tahap pertama dilakukan kepada pemerintah secara langsung dan pada tahap berikutnya ke ranah hukum. Termasuk untuk kasus di mana ada operator yang balela tidak mau menutup situs yang terbukti sudah meresahkan masyarakat, perlu dibuka ruang untuk membawanya ke meja hijau.

    Selain itu, masih ada masalah yang tidak kalah penting. Benarkah situs-situs Internet dapat membikin seseorang menjadi radikal? Menurut hemat penulis, situs, media massa, atau media sosial mungkin mempengaruhi keyakinan agama seseorang, tapi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi. Seseorang men-jadi radikal atau moderat dipengaruhi banyak faktor. Alasan-alasan ekonomi (baca kemiskinan) bahkan dalam banyak kasus lebih determinan.

    Seseorang yang telah punya kecenderungan radikal mungkin bisa dipengaruhi media menjadi radikal. Namun orang-orang biasa sulit dipengaruhi hanya meng-gunakan media. Pasti ada pengaruh-pengaruh lain. n

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Pemikiran Hannah Arendt (Margin Kiri, Jakarta, 2012)

    3. Citra Bung Karno: Analisis Berita Pers Orde Baru (Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1999)

    4. Kabar-kabar Kebencian, Prasangka Agama di Media Massa (ISAI Jakarta, Januari 2001, bersama Ibnu Hamad dan M. Qodari)

    5. Politik Media dan Pertarungan Wacana (LKIS, 2000)

    6. Ekonomi Politik Media Penyiaran (LKIS-ISAI, 2004)

    7. Salah satu penulis dalam buku 100 Tahun Bung Karno, Berdialog dengan Sejarah (Kompas, 2001)

    8. Salah satu penulis dalam buku Neraca Gus Dur (Lakspesdam, 2002)

    9. Kebebasan di Jagat Media, Penerbit Buku Kompas, 2009

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KETIKA DENNY KESANDUNG DOKU 5 RIBU

    POLRI YAKIN PROYEK PAYMENT GATEWAY MERUGIKAN NEGARA. MANTAN WAKIL

    MENTERI HUKUM DAN HAM DENNY INDRAYANA KUKUH TIDAK MELAKUKAN

    KORUPSI. SIAPA YANG BENAR?

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    KABAR buruk itu datang ketika Denny Indrayana dan istrinya dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke ru-mahnya, Bogor, Jawa Barat. Sang is-tri lantas memberinya pelukan untuk memberi dukungan kekuatan kepada Denny.

    Denny pada Kamis, 19 Maret 2015, sore itu mendapat kabar dari rumah tentang adanya surat panggilan dari Mabes Polri. Isinya, Denny dipanggil untuk menjalani pemeriksaan kasus dugaan korupsi pengadaan sistem payment

    gateway.Payment gateway adalah sistem pembayar-

    an secara elektronik pembuatan paspor, yang menjadi salah satu terobosan Denny saat menjabat Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dengan sistem itu, pemohon paspor semakin praktis dalam melakukan pembayaran, tak perlu antre, terhindar dari calo, serta pro-sesnya transparan. Program yang baru berjalan tiga bulan (Juli-September 2014) itu berhenti karena disemprit oleh Kementerian Keuangan.

    Kini Denny menjadi tersangka atas upayanya memperbaiki layanan pembuatan paspor itu. Denny mengaku tidak terlalu kaget ditetapkan sebagai tersangka. Apalagi sebelumnya Mabes Polri menyampaikan sinyal-sinyal melalui per-nyataan di media massa. Bismillah. Mudah-mudahan kuat, tutur guru besar ilmu hukum tata negara Universitas Gadjah Mada, Yogya-karta, itu kepada majalah detik.

    Kasus payment gateway pertama kali dila-

    FOKUS

    Mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana didampingi penasihat hukumnya saat tiba di Bareskirim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (2/4).

    PUSPA PERWITASARI/ANTARA FOTO

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    porkan aktivis lembaga swadaya masyarakat Peduli Kejujuran (Pijar), Andi Syamsul Bahri, pada 10 Februari 2015. Setelah bergerak cepat melakukan pemeriksaan saksi dan mengum-pulkan barang bukti, polisi menyimpulkan Denny berperan besar dalam dugaan korupsi proyek tersebut karena menjadi pengarah dan memfasilitasi vendor pelaksana proyek itu.

    Dia aktor utamanya, kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Anton Charliyan kepada majalah detik.

    Barang bukti sudah lengkap. Ada kesimpul-an dari BPK dan bukti dari pelapor, ujarnya. Maka Denny pun ditetapkan sebagai tersangka, dengan dikenai Pasal 2 Ayat 1, Pasal 3, dan Pasal 23

    Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 421 KUHP juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP tentang pe-nyalahgunaan wewenang secara bersama-sama.

    Didampingi sejumlah pengacaranya, Jumat, 27 Maret 2015, Denny menyambangi Truno-joyo untuk menjalani pemeriksaan sebagai

    tersangka. Denny ditanyai seputar tugas dan wewenangnya sebagai Wakil Menteri Hukum dan HAM. Sepekan kemudian, ia kembali dipanggil Mabes Polri. Selama sembilan jam, Denny dimintai klarifikasi mengenai dokumen-dokumen payment gateway.

    Denny mengakui proyek payment gateway murni inisiatifnya. Ia merasa pola pembayaran paspor yang lama, meski sudah online, tidak efektif. Pemohon masih harus antre di teller Bank Negara Indonesia, yang merupakan bank persepsi alias bank yang menjalin kerja sama.

    Kondisi itu dibiarkan bertahun-tahun. Berma-cam-macam komplain ditujukan kepada Denny melalui telepon dan e-mail, yang memang se-cara terbuka diumumkan kepada publik. Lalu Denny mencari solusi.

    Mantan Staf Khusus Presiden Susilo Bam-bang Yudhoyono itu bertanya kepada BUMN-BUMN tentang seluk-beluk pembayaran secara elektronik. PT Kereta Api Indonesia me-nyarankan Kementerian Hukum menggunakan payment gateway, yang sukses digunakan PT Kereta Api untuk penjualan tiket. Studi banding

    FOKUS

    Jadi saya langsung putuskan hari itu juga, 15 September, menghentikan proyek itu.

    Amir Syamsudin

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    juga dilakukan ke berbagai kota yang sudah menerapkan sistem tersebut.

    Dalam payment gateway, Denny bertindak se-bagai pengarah, yang berkewajiban memastikan proyek itu berjalan. Ia banyak terlibat di awal-awal pembuatan konsep payment gateway. Namun, dalam pelaksanaan selanjutnya, ia menyerahkan kepada staf. Karena itu, ia membantah tuduhan Mabes Polri yang menyebut dirinya meloloskan dua perusahaan, PT Nusa Satu Inti Artha dan PT Finnet Indonesia, sebagai rekanan.

    Denny membentuk tim untuk menggelar

    lelang payment gateway itu dengan nama e-Kementerian Hukum. Tim ini mulai bekerja pada 11 Maret 2014, padahal belum ada surat penunjukan resmi dari Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum. Staf Denny, DA, mulai melayangkan surat elektronik kepada vendor-vendor agar mengirim proposal.

    Dari beberapa rekanan yang memasukkan proposal, tim kemudian menggelar beauty con-test. Proses itu berisi tanya-jawab seputar pro-posal, biaya transaksi, dan fee setiap transaksi. Setelah dilakukan penilaian dan pemeringkat-

    FOKUSFOKUS

    Petugas Imigrasi melayani warga mengurus paspor di kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak, Surabaya, beberapa waktu lalu.

    BIMA/ANTARA FOTO

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    an, terpilihlah Nusa Satu dengan nama produk Doku dan Finnet dengan nama produk Delima Kiosk. Nota kesepahaman sudah diteken, tapi perjanjian kerja sama belum ditandatangani Sekretaris Jenderal sampai payment gateway disetop.

    Disepakati, fee yang didapatkan Doku untuk setiap transaksi pembayaran paspor sebesar Rp 5.000. Sedangkan fee untuk Finnet, anak perusahaan PT Telkom, sebesar Rp 4.500. Pada

    24 Juni 2014, Telkom mengirim surat kepada koordinator proyek agar tarif fee-nya disesuaikan dengan Doku. Namun Kementerian Hukum berku-kuh pada harga tersebut.

    Selain sebagai penyedia aplikasi, Kementerian Hukum memberikan

    kewenangan kepada kedua vendor itu seba-gai payment aggregator. Payment aggregator adalah penghimpun dana pembayaran paspor dari pemohon, yang termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Uang PNBP itu dipindahkan dari rekening vendor ke rekening Kementerian Hukum dan baru kemudian ke

    kas negara.Penampungan dana pembayaran paspor di

    rekening vendor ini menjadi sorotan utama Bareskrim Polri. Sebab, mengutip hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan, penyidik mene-mukan pembukaan rekening payment gateway itu belum mengantongi izin Kementerian Ke-uangan selaku pengelola dana negara. Uang yang mengendap di rekening diduga menim-bulkan bunga yang menguntungkan vendor.

    Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin pada 16 Juni 2014 diketahui mengirim surat kepada Menteri Keuangan Chatib Bisri, mena-nyakan perihal aspek hukum dan adminis-tratif pembebanan biaya dari sistem payment gateway. Surat itu dibalas pada 11 Juli 2014. Ke-menterian Keuangan menegaskan, wajib bayar atau dalam hal ini pemohon paspor tak boleh dibebani biaya tambahan di luar yang telah ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif PNBP.

    Namun, belum lama balasan Kementerian Keuangan datang, program payment gateway sudah diluncurkan pada 7 Juli 2014 oleh Denny

    FOKUS

    Hanya administratif. Ketika audit BPK mengatakan tidak ada kerugian negara, sebaiknya kasus ini dihentikan.

    Emerson Yuntho

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan. Pada saat itu juga, Peraturan Menteri Hukum dan HAM No-mor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemba-yaran Secara Elektronik PNBP di Kementerian Hukum diterbitkan oleh Menteri Amir.

    Sebuah pertemuan digelar Denny dengan Kementerian Keuangan pada Agustus 2014. Da-lam pertemuan tersebut, Kementerian Keuang-an meminta agar pembayaran paspor dilakukan dengan Sistem Informasi Penerimaan Negara bukan Pajak Online (Simponi). Denny setuju.

    Namun, selama masa transisi ke Simponi, ia meminta agar payment gateway tetap berjalan. Persoalannya kemudian, proses koneksi sistem Simponi dengan sistem di Kementerian Hukum butuh waktu lama.

    Pada 15 September 2014, datang lagi surat dari Kementerian Keuangan yang lebih tegas melarang pungutan PNBP terhadap pemohon paspor. Amir langsung mengadakan rapat daru-rat dengan seluruh pejabat eselon I, termasuk inspektur jenderal. Jadi saya langsung putus-kan hari itu juga, 15 September, menghentikan proyek itu, kata Amir kepada majalah detik.

    Dari rangkaian kejadian itu, Polri menuding Denny telah menyalahgunakan wewenang. Selain itu, Polri meyakini proyek tersebut telah merugikan negara Rp 32,4 miliar. Uang itu merupakan total pembayaran paspor selama dua bulan lewat payment gateway. Denny juga diduga telah memperkaya Doku dan Finnet se-nilai Rp 605 juta. Tak lain, uang itu berasal dari pungutan Rp 5.000 setiap pemohon paspor biasa.

    Namun kerugian negara yang dilansir Polri itu

    FOKUS

    Amir Syamsudin (berpeci) bersama Denny Indrayana (kiri) dan Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo (tengah) menyaksikan pembayaran biaya pembuatan paspor di kantor Imigrasi Jakarta Pusat, tahun lalu.

    HO-HUMAS BNI/ANTARA FOTO

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    baru sebatas keyakinan penyidik. Polri tengah minta dilakukan audit investigatif kepada BPK. Se-dangkan Denny membantah terjadi korupsi dalam proyek tersebut. Sebab, uang pembayaran paspor dari pemohon itu sudah seluruhnya disetorkan ke kas negara. Tidak hilang terbawa angin.

    Ia juga keberatan fee Rp 5.000 dari pemohon paspor itu dianggap sebagai pungutan liar. Pay-ment gateway saat itu hanya salah satu alternatif pembayaran biaya pembuatan paspor. PNBP dari pengenaan biaya Rp 5.000 telah ada sebelum-nya di Imigrasi meski dilakukan secara manual.

    Sepanjang Oktober 2013 hingga Oktober 2014, BNI menerima Rp 11,8 miliar dari jasa transaksi pemohon paspor. PNPB di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum masih mengenakan biaya Rp 5.000. Bukan pungutan liar, dong. Kan atas persetujuan pemohon (paspor), kata Denny.

    Justru, menurut Denny, perusahaan payment gateway merugi dengan dihentikannya proyek tersebut. Mereka sudah menginvestasikan Rp 8-9 miliar untuk membeli alat-alat, sementara saat keuntungan belum didapat, proyek sudah dihentikan. Jadi, kalau ada yang mengatakan

    Pembayaran lewat payment gateway di sebuah kantor Imigrasi di Jakarta.

    RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUSFOKUS

    Laman website pemenang tender payment gateway Dirjen Imigrasi, PT Finnet.

    ARI SAPURA/DETIKCOM

    saya memperkaya pihak ketiga, (itu tidak benar). Justru saya merugikan mereka karena memberhentikan, katanya.

    Sejumlah aktivis antikorupsi menilai kasus Denny hanya pelanggaran administrasi, bukan pidana, yang perlu ditangani polisi. Emerson Yuntho, Koordinator Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch, menyatakan audit BPK pada 2014

    menyebut tidak ada kerugian dalam kasus payment gateway.

    Juga tidak ada rekomendasi dari BPK untuk membawa kasus itu kepada penegak hukum. Hanya administratif. Ketika audit BPK menga-takan tidak ada kerugian negara, sebaiknya kasus ini dihentikan, ujar Emerson.

    BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT, MONIQUE SHINTAMI |

    IRWAN NUGROHO

  • FOKUS

    LAWAN PUNGLI IMIGRASI

    JURUS DENNYPAYMENT GATEWAY dirancang Kementerian Hu-kum dan Hak Asasi Manusia sebagai metode pembayaran biaya pembuatan paspor tanpa menyetor uang tunai ke loket kantor Imigrasi.

    Kami meyakini (ini) pro-gram yang baik karena me-motong antrean serta meng-hindari calo dan pungli, kata Denny Indrayana.

    Uji coba sistem ini di-lakukan pada 8 Juli 2014, tapi Kementerian Hukum

    menghentikannya saat baru berjalan tiga bu-lan karena Kementerian Keuangan minta pemba-yaran dilakukan memakai Simponi atau Sistem Infor-masi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online.

    Tanpa payment gateway, pengurusan biaya pem-buatan paspor kembali ke sistem via bank. Berikut ini plus-minus berbagai cara pembayaran pengurusan paspor di kantor Imigrasi.

    MONIQUE SHINTAMI | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO

    Pembayaran Memakai

    uang tunai di loket kan-tor Imigrasi

    Masalah Rentan pungutan liar

    karena petugas loket menerima uang tunai

    Rentan percaloan ka-rena pembayaran bisa diwakilkan

    Biaya calo Rp 500-750 ribu

    Kelemahan Antrean panjang ka-

    rena jumlah loket pembayaran sedikit

    Waktu pembayaran lama akibat penghi-tungan dan pengem-balian uang pemba-yaran

    2. PEMBAYARAN VIA BANKPembayaran Menyetor di teller bank

    BUMN yang ditunjuk (BNI)

    Masalah Teller bank tidak tersedia

    di semua kantor Imigrasi Teller di kantor Imigrasi

    banyak yang ditutup dan pembayaran dialihkan ke cabang terdekat

    Ada tambahan biaya ad-ministrasi Rp 5.000, mel-anggar Pasal 13 Ayat C Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yang menyatakan tidak boleh menambah beban bagi masyarakat.

    Kelemahan Perlu pendampingan petu-

    gas terhadap mereka yang gagap teknologi

    Perlu waktu dan biaya buat pelatihan petugas loket Imi-grasi agar mahir mengope-rasikan mesin pembayaran digital

    Pembayaran Menggesek kartu debit

    pada mesin EDC di loket kantor Imigrasi

    Menyetor uang tunai di mesin Delima Kiosk di kantor Imigrasi

    Membayar via ATM, phone banking, atau In-ternet banking

    Kelemahan Lama pengurusan

    tergantung antrean di teller bank

    Belum tentu cabang bank yang ditunjuk ada di dekat kantor Imigrasi

    3. PAYMENT GATEWAYMasalah Kementerian keuangan

    keberatan potongan biaya jasa untuk vendor penyedia payment gate-way sebesar Rp 5.000

    1. SISTEM LAMA

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    Kelebihan Pembayaran dilakukan di kantor

    Imigrasi Sifat PIN kartu debit yang raha-

    sia mendorong orang membayar sendiri tanpa calo

    Pembayaran secara online bisa selama 24 jam

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    BERBAGAI DENDAM UNTUK DENNY

    DENNY DIANGGAP TERLALU RADIKAL. DIJADIKAN MUSUH BERSAMA.

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    ANDI Syamsul Bahri tidak menyang-ka bila kedatangannya ke kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia akan membuahkan dokumen penting untuk melaporkan Denny Indrayana, mantan Wakil Menteri Hukum, ke polisi.

    Syamsul pada 7 Februari 2015 bertandang ke kantor Kementerian Hukum untuk meng-urus sengketa internal Partai Persatuan Pem-bangunan. Dua petinggi partai berlambang Kabah itu, Romahurmuziy dan Suryadharma

    Ali, berebut kursi ketua umum. SDA, panggil-an Suryadharma, menggugat Menteri Hukum Yasonna Laoly karena mengeluarkan surat ke-putusan yang menyatakan PPP kubu Romi-lah yang sah.

    Syamsul, yang aktif di lembaga swadaya ma-syarakat Peduli Kejujuran (Pijar), duduk sebagai kuasa hukum kubu Romi, sapaan Romahurmu-ziy.

    Tiba-tiba seorang pegawai Kementerian Hukum menyodori Syamsul hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan atas program sistem

    Denny Indrayana saat menjadi Wamenkumham mendampingi Menkumham Amir Syamsudin (kanan) dalam sebuah acara di Jakarta, Jumat (7/2/2014).

    RENO ESNIR/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    payment gateway pada masa Denny menjabat. Syamsul merahasiakan identitas pegawai itu secara terperinci. Ia hanya menyebutkan orang ini setingkat eselon III-IV dan menjabat anggo-ta biro hukum kementerian itu.

    Karena saya ini pengacara kubu Romi PPP. Jadi dia memberikan kesaksian kepada saya dan memberikan audit internal serta audit BPK, tutur Syamsul saat ditemui majalah detik.

    Kepada Syamsul, si pemberi dokumen meng-aku Denny telah menjadi musuh bersama di kantornya. Guru besar ilmu hukum tata negara Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu dini-lai sering memaksakan kebijakan. Jika menolak kebijakan Denny, tidak jarang anak buahnya dimutasi. Sembilan pejabat sampai setingkat dirjen menjadi korban mutasi Denny.

    Syamsul pun segera mengolah data ini. Bebe-rapa hari ia mengutak-atik temuan BPK untuk mencari potensi korupsi dan kerugian negara. Kemudian, pada 10 Februari 2015, Syamsul mantap melaporkan Denny ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.

    Polisi bertanya, itu dari mana dapat data.

    La, enggak bisa saya bilang. Narasumber kan harus dilindungi. Ini bukan laporan pengaduan. Ini kan laporan polisi, tutur aktivis yang sudah lama aktif dalam demo memprotes Komisi Pemberantasan Korupsi itu.

    Pertanyaan asal-muasal data tidak meng-halangi polisi melakukan penelisikan lebih dalam. Syamsul mengaku dihubungi oleh salah seorang anggota Bareskrim Mabes Polri me-ngenai perkembangan kasus yang dilaporkan-nya. Dia bilang laporan saya sudah naik, kata Syamsul.

    Tidak lama berselang, Mabes Polri meng-umumkan penetapan tersangka atas Denny. Dugaan kerugian negara atas kasus ini persis dengan laporan Syamsul, Rp 32,4 miliar.

    lllAwal 2014, Denny Indrayana ingin mening-

    galkan warisan untuk Kementerian Hukum dan HAM. Ia ingin memperpendek antrean peng-urusan paspor di semua kantor Imigrasi.

    Saat itu sekitar awal Februari 2014, delapan bulan menjelang habis masa jabatannya seba-

    Andi Syamsul Bahri

    HASAN/DETIKCOM

    FOKUSFOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    gai Wakil Menteri Hukum. Pelayanan kantor Imigrasi masih saja merepotkan pembuat pas-por. Masalahnya sepele, pembayaran biaya pembuatan paspor bertele-tele.

    Saya ingin punya warisan baik sebelum sele-sai di Oktober 2014, ujarnya ketika berbincang dengan majalah detik.

    Sejumlah pegawai Kementerian Hukum mengakui Denny mempunyai tujuan mulia dalam program payment gateway alias sistem pembayaran secara elektronik pembuatan pas-por. Namun program tersebut menabrak atur-an yang sudah ada.

    Menanggapi penetapan Denny sebagai tersangka, Kementerian Hukum bersikap kooperatif membantu polisi. Penggeledahan ruang kerja Denny berlangsung lancar. Se-jumlah pegawai Kementerian yang diperiksa polisi memberi pengakuan, kalangan internal Kementerian Hukum berusaha mengingatkan Denny dengan memberinya kritik, tapi proyek tersebut tetap dilanjutkan.

    Proyek ini kan yang ngotot itu beliau (Denny). Sampai ada yang dipecat-pecatin, kata Kadiv Humas Mabes Polri Brigjen Anton Charliyan. Dua puluh satu atau 36 orang sudah diperiksa, dari Kemenkumham juga sudah. Semuanya sudah mengingatkan (Denny).

    Aksi Denny menimbulkan sakit hati pada sejumlah pegawai. Selain main pecat, Denny juga pernah dilaporkan menempeleng pegawai sebuah lapas di Pekanbaru ke DPR. Sejumlah pegawai yang tidak suka dan merasa dirugikan Denny kemudian menganggap mantan wamen itu sebagai musuh bersama.

    Kepala Subbagian Pers dan Media Kemente-rian Hukum Fitriadi Agung Prabowo mengaku

    FOKUSFOKUSFOKUS

    Kantor Kementerian Hukum dan HAM

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    kebencian kepada Denny tidak hanya merebak di Direktorat Jenderal Imigrasi, tapi juga di di-rektorat lain. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Pengetatan Remisi, misalnya, memangkas peluang pen-dapatan di luar gaji bagi oknum di lembaga pemasyarakatan. Denny pun, kata dia, lantas menjadi musuh bersama.

    Yang dilakukan Denny itu radikal, disikat. Namanya orang kerja sudah puluhan tahun, dia dapat sesuatu di luar gaji, kan nyaman. Tiba-tiba harus dipotong seperti itu, ya sudah, tuturnya.

    lllDenny menorehkan prestasi pemberantasan

    korupsi cukup apik. Ia mulai aktif di pemerin-tahan ketika Presiden Susilo Bambang Yudho-yono meniti kuasa untuk kedua kalinya pada 2009-2014.

    Denny turut dalam gerbong pemerintahan menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Hukum. Sarannya cukup banyak didengarkan oleh SBY.

    Saat KPK berpolemik pertama kalinya dengan polisi, Denny ikut turun tangan. Polisi menetapkan dua pimpinan KPK saat itu, Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah, seba-gai tersangka kasus dugaan penyalahgunaan wewenang pada 2009.

    Denny duduk sebagai anggota Tim 8 yang dibentuk oleh SBY untuk mengatasi polemik KPK-Polri atau yang populer disebut kasus Cicak vs Buaya. Sarannya kepada Presiden agar kasus dihentikan cukup ampuh. Kejaksaan Agung menghentikan proses kasus Bibit-Chan-dra.

    Selepas Tim 8 menyelesaikan tugas, Denny duduk bersama Kuntoro Mangkusubroto,

    Denny Indrayana usai bersaksi untuk terdakwa Gayus Tambunan di PN Jakarta Selatan, Oktober 2010.

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

    FOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    Darmono, Irjen Herman Effendi, Mas Achmad Santosa, dan Yunus Husein dalam Satuan Tu-gas Pemberantasan Mafia Hukum.

    Satuan ini berhasil membongkar berbagai praktek mafia hukum. Ia pertama kali mendo-brak Rutan Pondok Bambu dan mendapati sel mewah Artalyta Suryani.

    Ayin, panggilan Artalyta, merupakan terpi-dana kasus suap yang melibatkan jaksa kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Urip Tri Gunawan. Pengadilan Tipikor mengganjarnya dengan pidana 5 tahun penjara pada 29 Juli 2008.

    Selain itu, Denny membongkar kasus mafia

    pajak yang melibatkan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Gayus Halomoan Partahanan Tambunan. Kasus ini bermula dari rekening gendut milik Gayus.

    Pengadilan Tipikor pada 1 Maret 2012 men-jatuhkan vonis bersalah kepada Gayus karena menerima suap Rp 925 juta terkait kepengurus-an suap tiga perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Arutmin, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Bumi Resource.

    Selepas berkiprah di Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, karier Denny melejit. Ia duduk sebagai wakil menteri, mendampingi Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin saat per-ombakan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II pada Oktober 2011.

    Di tengah jabatannya sebagai wakil menteri, KPK-Polri kembali berpolemik ketika komisi an-tirasuah itu menetapkan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka kasus dugaan korupsi peng-adaan simulator SIM. Saat itu Djoko menjabat Gubernur Akademi Kepolisian di Semarang.

    Mabes Polri ingin mengambil alih kasus ini

    Artalyta Suryani

    DHIKY SASRA/DETIKCOM

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    FOKUS

    hingga menyeret penyidik KPK, Kompol Novel Baswedan, sebagai tersangka kasus penem-bakan yang menewaskan tersangka pencuri sarang burung walet. Kasus ini terjadi pada 2004, semasa Novel masih berpangkat inspek-tur satu dan menjabat Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bengkulu.

    Namun bisikan Denny kepada Presiden SBY cukup ampuh. Ujungnya, SBY memberikan pi-dato menegaskan bahwa kasus simulator SIM ranah KPK, termasuk kasus Novel Baswedan tidak ditangani dulu, ujar Denny.

    Denny kembali gencar membela Abraham Samad dan Bambang Widjojanto saat KPK dan polisi kembali berpolemik.

    Polisi menetapkan Bambang, saat itu menja-bat Wakil Ketua KPK, sebagai tersangka dalam kasus dugaan mengarahkan saksi memberi-kan keterangan palsu pada 23 Januari 2015. Sedangkan Abraham, saat itu jadi Ketua KPK, ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pemalsuan dokumen pada 17 Februari 2015. Saat gencar membela Samad dan Bambang, ia pun tiba-tiba ditetapkan sebagai tersangka.

    Kami menduganya kasus Denny lebih ke arah kriminalisasi daripada kasus penegakan hukum, kata Koordinator Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho.

    Polisi dinilai kalap menindaklanjuti laporan terhadap para pendukung KPK. Selain Denny, mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Yunus Husein dilaporkan Ketua Umum Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia Fauzan Rachman. Pada laporan bernomor TBL/38/I/2015/Bareskrim, Yunus di-catat sebagai pembocor rahasia negara dalam penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka.

    Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Anton Charliyan membantah anggapan mela-kukan kriminalisasi terhadap Denny dan pen-dukung KPK.

    Kita periksa saksi-saksinya, buktinya ada. Saat itu kan mereka (pelapor) sudah bawa saksi. Orang Kemenkumham juga ada, kata Anton.

    IBAD DUROHMAN, BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI | ARYO

    BHAWONO

    Emerson Yuntho

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

    Kami menduganya kasus Denny lebih ke arah kriminalisasi daripada kasus penegakan hukum.

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    PENGAKUAN DAENG, MUSUH LAMA KPKPELAPOR DENNY KE POLISI TERNYATA MENYERANG KPK SEJAK KASUS CICAK VS BUAYA JILID I. MENGAKU PERNAH DIBAYAR POLISI BUAT MENGERAHKAN MASSA MENDEMO KPK.

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    SIAPA Andi Syamsul Bahri, pimpin-an lembaga swadaya masyarakat Pijar yang melaporkan mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Ma-nusia Denny Indrayana ke polisi? Apa motifnya melaporkan Denny?

    Majalah detik mendatangi tempat tinggal Syamsul di Jalan Pengairan Nomor 6, Bendung-an Hilir, Jakarta Pusat. Tempat tinggal Syamsul

    berupa rumah kontrakan berlantai dua. Rumah itu disekat menjadi empat ruang kontrakan. Sa-lah satu ruangan sewaan di lantai atas menjadi rumah Syamsul sekaligus kantor Pijar. Namun Syamsul sedang tidak berada di kontrakan itu.

    Ramadhan, yang juga mengontrak di sana, mengatakan rumah itu kerap jadi tempat ber-kumpul mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam di Ibu Kota. Dulu Ramadhan pernah aktif di HMI Yogyakarta.

    Syamsul biasa disapa Daeng di rumah itu. Pria yang belum beristri itu, kata Ramadhan, paling senior di sana dan sehari-hari berprofesi seba-gai pengacara. Dia dekat dengan tokoh-tokoh terkenal di Ibu Kota dan beberapa jenderal di kepolisian, ujarnya.

    Syamsul mengaku besar di Sulawesi Selat-an serta satu kampung dan masih berkerabat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia menutur-kan masih terhitung sepupu jauh Kalla karena ia adalah keponakan paman Kalla.

    Juru bicara Wakil Presiden Kalla, Husain Ab-dullah, menyatakan tidak pernah mendengar nama Andi Syamsul Bahri. Husain tidak tahu

    Andi Syamsul Bahri, pimpinan lembaga swadaya masyarakat Pijar

    BAHTIAR RIFAI/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    satu per satu nama keluarga besar Kalla. Itu mungkin saja, tapi saya tidak tahu. Masalahnya, saya tidak kenal seluruh keluarga JK, ujarnya.

    Syamsul sempat kuliah teknik sipil hingga semester 14 di Universitas Hasanuddin, Ma-kassar. Namun ia gagal menyabet gelar sarjana. Ia lantas hijrah ke Jakarta dan banting setir ke jurusan hukum di Universitas Islam Az-Zahra,

    Jatinegara, Jakarta Timur. Kalau soal hukum, saya baca. Kalau debat

    hukum, saya enggak mau kalah, kata Syamsul saat ditemui majalah detik di sebuah kafe di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Pada Jumat malam, 2 April, itu, jaket dan tas Syamsul basah. Rupanya, ia datang ke kafe itu dengan mengendarai sepeda motor.

    Persinggungan kehidupan Syamsul deng-an polisi, seperti disebut Ramadhan, agaknya bermula saat ia bergabung ke Institute Police Watch, yang berkantor di Jalan Danau Limboto Nomor 14, Bendungan Hilir. Nama lembaga ini mirip tapi berbeda dengan Indonesian Police Watch (Polwatch), yang dikomandani Adnan Pandu Prajakini Wakil Ketua Komisi Pembe-rantasan Korupsi.

    Juga bukan Indonesia Police Watch (IPW) pimpinan Neta S. Pane, yang hingga kini masih berkibar. IPW versi Syamsul gulung tikar, se-hingga ia menjadi pengacara dan mendirikan LSM.

    Pijar, kata dia, aktif sejak 2011. Namun, hingga kini, LSM tersebut belum dibuatkan akta pen-

    Wakil Ketua KPK nonaktif, Bambang Widjojanto, didampingi mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana (kanan) serta mantan Kepala PPATK Yunus Husein (kiri) memberikan keterangan pers di kompleks Istana Presiden, Jakarta, awal Maret lalu.

    ALFIANSYAH/ANTARA FOTO

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    dirian organisasi. Enggak perlu, kami bukan ormas. Saya ndak perlu izin, saya juga ndak minta duit ke pemerintah, ujarnya. Pijar juga tidak punya kantor.

    Sebagai advokat, Syamsul menangani klien kakap, seperti Aceng Fikri, yang menggugat pemecatannya dari jabatan Bupati Garut oleh DPRD. Aceng dipecat terkait skandal pernikah-

    an kilat dengan Fany Octora, yang diceraikan-nya hanya selang empat hari setelah dinikahi. Sama Bang Eggi (Sudjana), muncul saya waktu itu tiga kali di televisi, ujarnya.

    Eggi juga pernah menjadi salah satu peng-acara Komisaris Jenderal Budi Gunawan saat mengajukan praperadilan status tersangka oleh KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun Syamsul tidak masuk tim Eggi dalam penanganan praperadilan yang dimenangi Budi Gunawan tersebut.

    Syamsul juga mengaku tidak ada kaitan anta-ra kedekatannya dengan Eggi dan langkahnya melaporkan Denny. Lillahi taala enggak ada. (Bertemu Komjen) Budi Waseso pun enggak pernah, ujar pria kelahiran Poso, Sulawesi Te-ngah, pada 1960 itu.

    Mengapa Syamsul melaporkan Denny de-ngan tuduhan korupsi proyek sistem pemba-yaran secara elektronik pembuatan paspor alias payment gateway? Saya dikasih data audit dari orang internal Kemenkum HAM. Saya pelajari, lalu saya lapor polisi, cerita Syamsul.

    Karier hukum serta politik Syamsul dan Eggi

    Eggi Sudjana dan Aceng Fikri

    DOK. DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 6 - 12 APRIL 2015

    berkelindan di Partai Persatuan Pembangunan. Eggi adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP Bidang Hukum, sedangkan Syamsul beberapa kali jadi pengacara PPP. Termasuk ketika PPP beperkara di Komisi Informasi Pusat mengha-dapi Indonesia Corruption Watch, yang pada 2013 meminta partai itu membuka laporan ke-uangannya.

    Namun, Syamsul mengatakan, dia dan Eggi kini bersimpang jalan karena koleganya itu ma-suk PPP kubu Djan Faridz. Sedangkan Syamsul membela kubu Romahurmuziy.

    Syamsul juga menampik anggapan dia ikut melemahkan KPK d