2012_10_09_outline

Upload: ferri-setiawan

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    1/8

    Outline Penelitian Skripsi

    Nama

    No. Mhs

    Judul

    : Ferri Setiawan

    : 09/283517/PN/11684

    : Struktur Komunitas Makrozoobentos di

    Muara Sungai Opak-Oya Kabupaten Bantul

    Pengesahan

    Dr. Eko Setyobudi, S. Pi, M. Si.

    NIP. 19730402 200212 1001

    Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan

    garis pantai sepanjang kedua di Dunia yang mencapai 81.000 km. Posisi geografis yang terletak

    di daerah tropis membuat indonesia memiliki keanekaragaman ekosistem yang tinggi dan berisi

    sumberdaya perikanan yang melimpah. Berbagai jenis sumberdaya ikan dapat diperoleh dari laut

    Indonesia, baik sumberdaya hewani seperti ikan, kerang dan lain-lain maupun sumberdaya nabatiseperti makroalga, mangrove, dan lamun. Ekosistem estuari merupakan salah satu ekosistem

    pesisir yang subur dan kaya akan nutrien.

    Ekosistem estuari merupakan suatu ekosistem peralihan yang dipengaruhi oleh ekosistem

    laut dan ekosistem tawar. Estuari juga dapat didefinisikan sebagai ekosistem pesisir semi tertutup

    dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan kadar air laut terlarut

    dalam air tawar pada sungai (Leeder, 1982). Estuari merupakan zona transisi antara ekosistem

    tawar dan ekosistem laut yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Estuari merupakan suatu

    komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh

    tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh proses-proses alamiah

    (Dahuri, 1992). Dilain pihak sebagian besar penduduk dunia (hampir mencapai 70%) bermukim

    di sekitar wilayah pesisir dan sepanjang tepian sungai termasuk di Indonesia.

    Estuari di Kabupaten Bantul sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan melakukan

    kegiatan penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan alat

    pancing dan jala. Pemerintah Daerah Kelurahan Tirtohargo melarang penggunaan alat tangkap

    seperti setrum dan racun karena di estuari terdapat ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove

    mempunyai banyak fungsi baik secara fisik, kimia, biologi dan sosial ekonomi. Fungsi mangrove

    secara fisik, yaitu sebagai penjaga garis pantai agar tetap stabil, pelindung pantai dari abrasi,

    meredam dan menahan hempasan badai tsunami atau pemecah ombak. Fungsi mangrove secara

    kimia, yaitu sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen dan

    menyerap karbondiosida. Fungsi mangrove secara biologi, yaitu sebagai penghasil detritus,

    sebagai kawasan pemijahan, sebagai tempat berlindung, dan sebagai tempat asuhan bagi udang,

    ikan, kepiting dan kerang (Saparinto, 2007).

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    2/8

    Bentos merupakan bagian terbesar dari fauna invertebrata perairan sungan dan komponen

    yang sangat penting dalam ekosistem perairan sungai. Organisme bentos hidup pada dasar

    perairan yang dangkal dengan arus tidak terlalu kuat dan dasar perairan terdiri dari batu-batuan

    (Lumban Batu, 1983). Makrozoobentos adalah organisme yang hidup aktif di dasar perairan,

    mempunyai keanekaragaman tinggi, terdapat mulai dari hulu hingga hilir sungai, dan mempunyai

    siklus hidup panjang (Sudaryanti, 1997). Makrozoobentos memiliki peranan penting dalam rantai

    makanan, yaitu sebagai penyusun produksi sekunder yang menyusun sebagian biomassa di

    sungai.

    Penelitian terdahulu tentang komunitas makrozoobentos di Yogyakarta antara lain

    dilakukan oleh Estriyanti (2005) yang melaporkan bahwa pada hulu sungai Progo terdapat 11

    ordo, 13 sub ordo, dan 34 famili makrozoobentos. Berdasarkan penelitian tersebut jenis yang

    memiliki kepadatan tertinggi adalah Orthocladinae, Baetis, Cheumatopsyche, Choroterpides, dan

    Chirocomidae. Wati (2008) menyebutkan bahwa pada Sungai Boyong terdapat 12 genera dan 11

    famili makrozoobentos. Penelitian mengenai makrozoobentos di Estuari Muara Opak-Oya masih

    belum pernah dilakukan karena masih sedikit penelitian mengenai makrozoobentos yang

    mengarah pada Muara Opak-Oya. Selain itu, pada muara Opak-Oya terdapat juga upaya

    konservasi mangrove yang mana merupakan ekosistem yang sangat kompleks diantara ekosistem

    estuari. Kegiatan konservasi mangrove dapat dikatakan berhasil apabila mongrove yang ditanam

    memiliki fungsi ekologis dalam menunjang kehidupan organisme di dalamnya.

    Tujuan

    1. Mengetahui kepadatan, keanekaragaman, dominansi, dan pola sebaran makrozoobentos

    di muara Sungai Opak-Oya.

    2. Mengetahui pengaruh parameter kuaitas air terhadap kepadatan dan keanekaragaman

    makrozoobentos di muara Sungai Opak-Oya.

    3. Mengetahui perbedaan struktur komunitas makrozoobentos pada ekosistem mangrove

    dan di luar ekosistem mangrove.Metodologi Penelitian

    A. Alat dan Bahan

    Alat

    Peralatan yang diperlukan untuk mengukur parameter lingkungan antara lain

    termometer untuk mengukur suhu, hand-refractometer untuk mengukur salinitas, pH-

    meter untuk mengukur pH air laut, secchi disk untuk mengukur kecerahan dan botol

    sampel untuk tempat sampel air.

    Peralatan untuk pengambilan data makrozoobentos antara lain tali tampar untuk

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    3/8

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    4/8

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    5/8

    Opak-Oya Kabupaten Bantul dapat dilihat pada diagram berikut ini.

    LUARAN

    Gambar 1. Alur pelaksanaan penelitian

    D. Analisis Hasil

    Analisis data menggunakan tiga macam, yaitu keanekaragaman jenis, jenis yang

    dominan, dan kemerataan jenis makrozoobentos. Analisis keanekaragaman jenis dilakukan

    untuk mengetahui tinggi atau rendahnya keanekaragaman makrozoobentos di estuari Opak-

    Oya. Analisis jenis yang dominan dilakukan untuk mengetahui jenis atau spesies apa yang

    Pengambilan data lapangan(cacah individu

    makrozoobentos beserta

    parameter lingkungan)

    Mendapatkan koleksi data

    sebaran makrozoobentosberupa kode dan belum

    diidentifikasi.

    Mendapatkan data perameter

    suhu, kecerahan, kedalaman,

    dan jenis substrat dasar

    Mendapatkan data jumlah

    makrozoobentos beserta

    klasifikasi lengkap masing-masing jenis.

    Mendapatkan data parameter

    salinitas, DO, TSS, dan pH.

    Identifikasi (tingkat spesies)

    menggunakan buku identifikasi

    makrozoobentos sertapengukuran parameter salinitas,

    DO, TSS, dan pH.

    Pembuatan awetan

    makrozoobentos

    Mendapatkan awetan basah

    makrozoobentos

    Analisis Data

    Mendapatkan data

    keanekaragaman jenis, tingkat

    dominansi, dan kemerataan

    jenis makrozoobentos

    Struktur komunitas

    makrozoobentos di perairan

    estuarin Opak-Oya

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    6/8

    dominan di estuari Opak-Oya. Analisis kemerataan jenis ikan dilakukan untuk mengetahui

    persebaran jenis makrozoobentos.

    1. Keanekaragaman jenis dilakukan dengan Indeks Diversitas Shannon-Wiener ( ) sebagai

    berikut:

    Keterangan: ni = nilai kepentingan untuk setiap spesies

    N= nilai kepentingan total

    2. Jenis yang dominan dilakukan dengan Indeks Simpson (C) sebagai berikut (Odum, 1993):

    Keterangan: ni = nilai kepentingan untuk setiap spesies

    N= nilai kepentingan total

    3. Kemerataan jenis ikan dilakukan dengan Indeks Evennes (e) sebagai berikut (Odum,

    1993):

    Keterangan: = indeks Shannon

    S= jumlah spesies

    4. Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis Regresi Linear Berganda yang bertujuan

    untuk mengetahui apakah keberadaan makrozoobentos di Estuari Opak-Oya dipengaruhi

    oleh parameter kualitas air. Menurut Sudjana (1992), persamaan regresi linear berganda

    dinyatakan sebagai :

    Y1 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + a6X6 + a7X7

    Keterangan :

    Y1 : komunitas makrozoobentos

    a0 : intersep

    a1, a2, a3, a4, ...... a7 : koefisien regresi

    X1 : suhu air

    X2 : kedalaman

    X3 : kecepatan arus

    X4 : kecerahan

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    7/8

    X5 : DO

    X6 : TSS

    X7 : pH

    Uji hipotesis :

    H0 = Adanya hubungan korelasi antara variabel kualitas air sungai dengan keanekaragaman

    komunitas makrozoobentos.

    H1 = Tidak adanya hubungan korelasi antara variabel kualitas air sungai dengan

    keanekaragaman komunitas makrozoobentos.

    RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

    No KegiatanFeb Maret April Mei

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. PersiapanSurvai lokasi

    Persiapan alat/bahan

    2. Pelaksanaan

    Pengambilan sampel 1

    Pengamatan laboratorium 1

    Pembuatan awetan 1

    Pengambilan sampel 2

    Pengamatan laboratorium 2

    Pembuatan awetan 2

    Pengambilan sampel 3

    Pengamatan laboratorium 3

    Pembuatan awetan 3

    Pengambilan sampel 4

    Pengamatan laboratorium 4

    Pembuatan awetan 4

    Analisis Data

    DAFTAR PUSTAKADahuri, R. 1992. Strategi Penelitian Estuary di Indonesia. Pros. Loka. Nas. Peny. Prog.

    Pen. Bio. Kelautan dan Proses Dinam.Pesisir. UNDIP, Semarang.

    Estriyanti. 2005. Studi Agihan dan Keanekaragaman Komunitas Makrozoobentos Sungai

    Progo Bagian Hulu. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

  • 7/31/2019 2012_10_09_Outline

    8/8

    Kusmindarti, Elin. 2002.Kajian Komunitas Makrozoobentos Pada Bagian Yang Bertalud

    Beton dan Tidak Bertalud di Sungai Boyong Kabupaten Sleman. Fakultas Pertanian.

    Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Leeder, M.R 1982. Sedimentology, Process and Product. Chapman & Hall, 2-6 Boundaty

    Row, London tp: 284.

    Lumban Batu, D. T. F. 1983.Ekologi Umum. Institut Pertanian Bogor.

    Sudaryanti, S. 1997. Prosiding Pelatihan Strategi Pemantauan Kualitas Air Sungai

    Secara Biologis. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

    Sudjana.1992.Metode Statistika. Tarsito. Bandung.