2007rfi

Upload: salli-marindha

Post on 21-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 2007rfi

    1/63

    PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN

    Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA

    RAMADHAN FITRI

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2007

  • 7/24/2019 2007rfi

    2/63

    PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

    SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktifitas Lahan HutanTanamanAcacia mangiumWilld di HTI PT Bukit Raya Mudisa adalah karya saya

    sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

    apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

    dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

    disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

    tesis ini.

    Bogor, Agustus 2007

    Ramadhan Fitri

    NIM E051050221

  • 7/24/2019 2007rfi

    3/63

    RINGKASAN

    Ramadhan Fitri. Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangiumWilld Di

    HTI PT Bukit Raya Mudisa. Dibimbing oleh Nurheni Wijayanto dan Basuki

    Wasis

    Pemanfaatan hutan yang dilakukan agak berlebihan telah memberikan

    dampak berupa berkurangnya luasan hutan yang akhirnya dapat menurunkan

    fungsi hutan secara keseluruhan. Bertolak dari kenyataan tersebut pemerintah

    telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan

    hutan, salah satu bentuk kebijakan pemerintah adalah menerapkan upaya

    penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri. Hutan Tanaman

    Industri dikelola dan diusahakan dengan maksud meningkatkan produktivitas

    lahan hutan yang kurang produktif guna mencukupi kebutuhan bahan baku

    industri pengolahan kayu. Namun kendala yang dihadapi terjadinya kesenjangan

    yang besar antara kualitas tempat tumbuh dengan tuntutan pertumbuhan tegakan

    untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalahmengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dan hubungan

    sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan. Penelitian dilaksanakan di PT Bukit

    Raya Mudisa Propinsi Sumatera Barat, Sedangkan analisis tanah di Laboratorium

    tanah dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

    Pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 2 tahun sampai dengan umur 6

    tahun yang diwakili tiga plot berbentuk lingkaran dengan ukuran 0,10 ha pada

    setiap kelas umur. Hasil penelitian menunjukkan riap volume tegakan berkisar

    antara 11,45 m3/ha/thn sampai dengan 46,13 m

    3/ha/thn dengan riap rata-rata

    sebesar 28,21 m3/ha/thn dan termasuk kategori sedang. Produktifitas lahan hutan

    tanaman Acacia mangium di HTI PT Bukit Raya Mudisa setelah akhir daur

    sebesar 197,47 m3/ha. Peninggi tegakan di lokasi penelitian berkorelasi positif

    dengan pH tanah dan kandungan Kalium tanah, sedangkan umur dan kemiringan

    lereng berkorelasi negatif.

    Kata Kunci : Acacia mangium, produktifitas, peninggi, kualitas tempat tumbuh

  • 7/24/2019 2007rfi

    4/63

    ABSTRACT

    Ramadhan Fitri. Plantation Forest Area Productivity Acacia mangium Willd in

    Industrial Plantation Forest of PT Bukit Raya Mudisa by Nurheni Wijayanto and

    Basuki Wasis

    Plantation Forest managed and laboured for the purpose of increasing

    productivity area of forest that is less productive to fullfill requirement of

    industrial raw material of wood processing. But constraint faced the occurred of

    big difference between site quality of growing with growth demand of stand to

    yield high productivity. Purpose of this research is know productivity area of

    plantation forest Acacia mangium and the relation of soil characters with stand

    dimension. Research is executed in PT Bukit Raya Mudisa, Propinsi Sumatera

    Barat, While analysis of soils in Laboratory of soil and soil Fertility, Department

    of Soil Scienses, Faculty of Agriculture, Bogor Agryculture University. Retrieval

    of data done at age plant two year up to age six year represented by three plots is

    in the form of circlcular of the size 0,10 ha in each age class. Result of research torefers strightened productivity 197,47 m3/ha with increment 28,21 m3/ha/year and

    is including medium category. Stand dimension in location of research of positive

    correlation with soil pH and K soil content while age and inclination of correlation

    bevel of negative.

    Keyword : Acacia mangium, productivity, stand dimension, site quality

  • 7/24/2019 2007rfi

    5/63

    Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    1.

    Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa

    mencantumkan atau menyebutkan sumber

    a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

    penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,penulisan kritik

    atau tinjauan suatu masalah

    b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang IPB

    2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

    karya tulis dalam bentuk apapun tampa seizin IPB

  • 7/24/2019 2007rfi

    6/63

    PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN

    Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA

    RAMADHAN FITRI

    Tesis

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains pada

    Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2007

  • 7/24/2019 2007rfi

    7/63

    Judul Tesis : Produktifitas Lahan Hutan TanamanAcaciamangiumWilld

    di HTI PT Bukit Raya Mudisa

    Nama : Ramadhan Fitri

    NIM : E051050221

    Disetujui

    Komisi Pembimbing

    Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS

    Ketua

    Dr. Ir. Basuki Wasis, MS

    Anggota

    Diketahui

    Ketua Program Studi

    Ilmu Pengetahuan Kehutanan

    Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

    Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

    Tanggal Ujian : 22 Agustus 2007 Tanggal Lulus :

  • 7/24/2019 2007rfi

    8/63

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

    limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul dari

    tesis ini adalah Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di

    HTI PT Bukit Raya Mudisa.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa

    bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus

    penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

    1. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku komisi

    pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini

    dapat diselesaikan

    2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan

    Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah memberikan

    sumbangsih yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di

    Sekolah Pascasarjana IPB

    3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang telah memberikan

    bantuan beasiswa

    4. Segenap pimpinan dan staf PT Bukit Raya Mudisa yang telah memberikan ijin

    lokasi penelitian5. Istri tercinta Melia Susanti,S.Pd dan putra tersayang M. Thoha Ramadhan

    yang selalu sabar memberikan dorongan, semangat dan doa agar penulis dapat

    menyelesaikan studi di IPB

    6. Ayahanda Marsudin dan ibunda Rosmini (almarhumah), bapak dan ibu mertua

    serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa

    demi tercapainya cita-cita penulis

    7. Sedek Karepesina, SP. M.Si, Ajun Junaedi, S.Hut serta rekan-rekan

    seangkatan 2005 Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak

    sempat namanya disebutkan satu persatu.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, Agustus 2007

    Ramadhan Fitri

  • 7/24/2019 2007rfi

    9/63

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Tanjung Ampalu pada tanggal 3 Desember 1972 dari

    ayah Marsudin dan ibu Rosmini (almarhumah). Penulis merupakan anak ke enam

    dari delapan bersaudara.

    Tahun 1992 penulis lulus dari SPP Pertanian di Muaro Sijunjung, kemudian

    pada tahun 1996 melanjutkan studi pada Fakultas Kehutanan Universitas

    Muhammadiyah Sumatera Barat Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan lulus pada

    Tahun 2001. Pada tahun 2002 sampai sekarang penulis bekerja pada

    Dinas Kehutanan dan Lingkungan hidup Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

    Propinsi Sumatera Barat. Tahun 2004 penulis menikah dengan Melia Susanti,

    S.Pd dan telah dikaruniai seorang putra bernama M. Thoha Ramadhan.

    Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut

    Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi Ilmu Pengetahuan

    Kehutanan.

  • 7/24/2019 2007rfi

    10/63

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang ......................................................................................

    Perumusan Masalah ..............................................................................

    Tujuan ...................................................................................................

    Manfaat Penelitian ................................................................................

    Hipotesis ................................................................................................

    Kerangka Pemikiran .............................................................................

    1

    2

    3

    3

    3

    3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Hutan Tanaman Industri (HTI) ............................................................

    Sifat Botanis dan Penyebaran TegakanAcacia mangium....................

    Persyaratan TumbuhAcacia mangium ................................................

    Produktifitas Lahan Hutan ...................................................................

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan ................

    Pertumbuhan TegakanAcacia Mangium .............................................

    5

    7

    8

    10

    10

    13

    KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Status perusahaan .................................................................................

    Letak dan luas ......................................................................................

    Topografi ..............................................................................................

    Iklim .....................................................................................................

    Pengelolaan dan sistim silvikultur ........................................................

    METODOLOGI PENELITIAN

    Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................

    Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................

    Metode Penelitian ..................................................................................

    Analisis Data .........................................................................................

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi .........................................

    Pertumbuhan dimensi tegakanAcacia mangium ..................................

    Produktifitas lahan ................................................................................

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan ...........................................................................................

    Saran .....................................................................................................

    16

    16

    16

    17

    17

    18

    18

    18

    22

    24

    31

    38

    40

    40

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

    LAMPIRAN .................................................................................................

    41

    46

  • 7/24/2019 2007rfi

    11/63

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yangdigunakan dalam penelitian ........................................................................... 22

    2. Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan

    peninggi hutan tanamanAcacia mangium .................................................... 24

    3. Peninggi tegakanAcacia mangiumdi lokasi penelitian................................. 25

    4. Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian

    dari Creedmore Lempung berpasir ............................................................... 27

    5. Pertumbuhan diameter batang tegakan Acacia mangium............................. 32

    6. Pertumbuhan tinggi total tegakanAcacia mangium..................................... 34

    7. Riap peninggi tegakanAcacia mangium ...................................................... 36

    8. Volume tegakanAcacia mangiumdi lokasi penelitian ................................. 36

    9. Riap volume tegakanAcacia mangiumdi lokasi penelitian.......................... 39

  • 7/24/2019 2007rfi

    12/63

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................ 4

    2. Hubungan diameter batang pohon dengan umur tegakan ............................ 32

    3. Hubungan tinggi total dengan umur tegakan ............................................... 33

    4. Hubungan peninggi dengan umur tegakan ................................................... 35

    4. Hubungan volume pohon dengan umur tegakan .......................................... 37

  • 7/24/2019 2007rfi

    13/63

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Peta lokasi penelitian ................................................................ 47

    2. Hasil analisis sifat fisika dan kimia tanah .................................... 48

    3. Data volume pohon per petak ukur .............................................................. 49

    4. Data diameter, tinggi total, peniggi dan volume .......................................... 50

  • 7/24/2019 2007rfi

    14/63

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Hutan dikenal sebagai sumberdaya alam yang mempunyai empat fungsi

    utama, yaitu sebagai penyangga tanah dan air (fungsi hidro-orologi), penyangga

    iklim bumi(pemanasan global), sumber keanekaragaman hayati, serta modal atau

    penunjang pembangunan (Soemarwoto dan Soerjani 1991). Pemanfaatan hutan

    terutama pemanenan kayu yang dilakukan secara agak berlebihan telah

    memberikan dampak berupa berkurangnya luasan kawasan hutan serta adanya

    kerusakan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan.

    Bertolak dari kenyataan tersebut, pemerintah telah mengeluarkan beberapa bentuk

    kebijakan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga fungsi hutan

    dapat dipertahankan keberadaannya secara berkelanjutan.

    Satu diantara sekian bentuk kebijakan dari pemerintah adalah menerapkan

    upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan

    Tanaman Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan

    diusahakan dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan

    hutan yang tidak atau kurang produktif guna mencukupi kebutuhan kayu bulat

    sebagai bahan baku industri pengolahan kayu baik industri penggergajian, kayu

    lapis, mebel, pulp, kertas serta bahan industri kayu lainnya (Supriadi 1990).

    Secara definitif Hutan Tanaman Industri (HTI) diartikan sebagai hutan

    tanaman yang dikelola dan diusahakan berdasarkan asas perusahaan dalam rangka

    meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur

    intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan

    (Dephut 1990). Menurut Alrasjid (1984) kebijaksanaan pembangunan hutan

    tanaman industri umumnya diarahkan pada 4 tujuan pokok, yaitu : (1) memenuhi

    kebutuhan industri, antara lain untuk kayu pulp, gergajian, panel dan sebagainya;

    (2) memenuhi tuntutan perlindungan, antara lain untuk kebutuhan hidro-orologi;(3) memenuhi kebutuhan energi, dan (4) meningkatkan pendapatan dan kebutuhan

    masyarakat terutama yang ada di sekitar areal pembangunan hutan tanaman

    industri.

    Pembangunan hutan tanaman industri (HTI) diharapkan dapat menghasilkan

    produk hutan berupa kayu dalam waktu yang relatif lebih cepat dengan kualitas

  • 7/24/2019 2007rfi

    15/63

    seragam, yaitu melalui penanaman jenis-jenis yang cepat tumbuh (fast growing

    species). Salah satu jenis yang termasuk dalam fast growing species ini adalah

    Acacia mangiumWilld, yaitu disamping pertumbuhannya cepat, jenis pohon ini

    tidak begitu memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, cocok untuk tujuan

    penggunaan pulp dan kertas.

    Kendala yang dihadapi di lapangan yaitu terjadinya kesenjangan yang besar

    antara kualitas tempat tumbuh (kesuburan tanah rendah) dengan tuntutan

    pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas hutan tanaman yang

    tinggi. Penelitian Mile (1997) menunjukkan bahwa konversi hutan alam menjadi

    HTI berpengaruh negatif terhadap sifat kimia tanah yaitu menurunnya kandungan

    hara N, P, K, Ca dan Mg.

    Tujuan pembangunan HTI pada dasarnya lebih mengutamakan aspekekonomi dan teknologi kayu. Penilaian potensi sebidang lahan untuk kepentingan

    pembangunan HTI mutlak dilaksanakan. Penilaian potensi ini tidak hanya terpaku

    pada karakteristik lahan yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan

    tanaman, akan tetapi secara keseluruhan menilai potensinya secara ekonomis.

    Artinya jenis tanaman yang dikembangkan harus mampu memberikan keuntungan

    bagi pihak pengelola, sedangkan dari segi ekonomi nasional, tentunya hal ini

    diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan nasional yang pada

    akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

    Perumusan Masalah

    Hutan tanaman industri merupakan penyedia bahan baku industri dan

    diharapkan dapat mencukupi kebutuhan kayu di Indonesia. Tetapi pada umumnya

    pembangunan hutan tanaman industri dilaksanakan pada lahan-lahan kritis,

    sehingga diperkirakan memiliki kualitas tempat tumbuh yang rendah. Akibatnya

    produktifitas hutan tanaman industri tidak sesuai dengan yang diinginkan.

    Jenis tanah di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung sebagian besar termasuk

    dalam kategori Podsolik Merah Kuning, luas penyebarannya lebih kurang 48%

    dari luas wilayah keseluruhan. Pada beberapa tempat ditemui jenis tanah andosol,

    sebaran geografinya relatif kecil. (Lakip Pemda Kab. Swl/Sjj Tahun 2004). Tanah

    Podsolik Merah Kuning secara alami memiliki tingkat kesuburan yang rendah.

    Reaksi tanah (pH) umumnya masam, cadangan hara rendah, kapasitas tukar kation

  • 7/24/2019 2007rfi

    16/63

    rendah dan kapasitas fiksasi P tinggi. Level N, P, K, Ca dan Mg umumnya rendah

    sampai sangat rendah. Dengan demikian kualitas tempat tumbuh merupakan

    pembatas utama dalam pertumbuhan hutan tanamanAcacia mangium.

    Permasalahan pokok yang ingin di dijawab pada penelitian ini adalah :

    sifat-sifat tanah apa yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan tanaman

    Acacia mangium.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1.Mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di PT Bukit

    Raya Mudisa.

    2.Mengetahui hubungan antara sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakanAcacia

    mangium.

    Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengelolaan hutan tanaman

    Acacia mangiumsecara lestari dan untuk menentukan input dan teknik silvikultur

    untuk meningkatkan produksi guna mendukung pembangunan hutan tanaman

    industri secara berkelanjutan.

    Hipotesis

    Hipotesis pada penelitian ini adalah :

    1. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dipengaruhi oleh sifat

    fisik dan kimia tanah

    2. Terdapat hubungan yang kuat antara sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan

    Acacia mangium

    Kerangka Pemikiran

    Areal hutan tanaman industri (HTI) umumnya dialokasikan di luar pulau

    Jawa dan areal yang diperuntukan bagi pembangunan HTI adalah kawasan hutan

    produksi tetap atau kawasan hutan untuk penggunaan lain yang dapat ditetapkan

    menjadi hutan produksi tetap, yang umumnya adalah lahan kosong, padang alang-

    alang, semak belukar dan hutan rawang.

  • 7/24/2019 2007rfi

    17/63

    Arealareal ini sebagian besar tanahnya di dominasi jenis tanah mineral

    asam seperti podsolik, yang umumnya bersifat : pH rendah, tingkat kejenuhan

    kation basah rendah, defisiensi elemen makro dan mikro, KTK rendah, mudah

    tercuci (leaching) dan penguapan air yang tinggi (Sudrajat 1990) diacu dalam

    (Fauzi 2001). Sehingga kondisi ini akan menurunkan produktifitas dari lahan

    tersebut.

    Pembangunan HTI

    . Lahan kritis/marginal (vegetasi alang-alang)

    . Semak belukar dan hutan sekunder (hutan rawang)

    Pertumbuhan Tanaman

    Faktor

    Genetik

    Pengelolaan Hutan

    dan Sistim Silvikultur

    Peninggi

    TegakanA. mangium

    Diameter, Tinggi

    Total dan Volume

    Produktifitas Lahan Hutan

    Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian.

    Kualitas Tempat Tumbuh

    . Sifat - sifat Tanah

  • 7/24/2019 2007rfi

    18/63

    TINJAUAN PUSTAKA

    Hutan Tanaman Industri (HTI)

    Hutan tanaman adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan

    potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistim silvikultur intensif

    dan diharapkan sebagai salah satu solusi mengatasi deforestasi. Adapun Hutan

    Tanaman industri (HTI) adalah hutan tanaman yang ditujukan untuk penyedian

    bahan baku industri secara berkelanjutan. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman

    Industri (HPHTI) adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam kawasan hutan

    produksi, yang kegiatannya terdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan,

    pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan, dengan pemilihan jenis

    yang disesuaikan dengan kebutuhan industri pengolahan hasil hutan kayu.

    Dengan demikian Hutan Tanaman Industri merupakan hutan tanaman yang

    dikelola dan diusahakan berdasarkan azas manfaat yang lestari dan azas ekonomi

    perusahaan dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi

    dengan menerapkan sistim silvikultur intensif, dimana menurut Manan (1992) ada

    beberapa kemungkinan cara melaksanakan HTI di Indonesia, yaitu :

    1. Melalui konversi hutan alam produksi yang berkriteria hutan rawang,

    yaitu hutan yang tidak produktif, berpotensi rendah dan understocked.

    Misalnya akibat perladangan berpindah yang memunculkan hutan

    sekunder dan belukar, bekas kebakaran, atau telah mengalami

    pembalakan berulang-ulang.

    2. Membangun HTI pada tanah kosong dan yang ditumbuhi alang-alang

    serta semak. Secara ekologis terjadinya keadaan lahan seperti ini

    disebabkan hal yang sama seperti tipe pertama di atas, tetapi lebih

    intensif dan parah, sehingga terjadi suksesi alam yang retrogesif dan

    dapat melahirkan lahan kritis. Pada keadaan ini tanaman yang dipilih

    adalah jenis pohon pionir yang mampu tumbuh di bawah sinar mataharilansung.

    3. Melalui penerapan sistim silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan

    (THPB) di areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Meskipun potensi

    hutan tidak tergolong kriteria hutan rawang atau kurang produktif,

    namun karena untuk memasok kebutuhan bahan baku kayu untuk

  • 7/24/2019 2007rfi

    19/63

    industri dalam skala besar, maka sistim tebang habis dilaksanakan dan

    hutan dibangun kembali dengan jenis cepat tumbuh pada lahan bekas

    hutan alam tersebut.

    4. Melalui konversi hutan tanaman yang telah masak tebang dan kemudian

    diganti dengan menanam jenis lain yang diharapkan lebih baik dan

    produktifitasnya lebih tinggi, namun jenis pohon semula memang jenis

    kayu industri juga.

    Pada peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahan HTI

    disebutkan bahwa areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah

    kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif. Sistim silvikultur yang

    diterapkan adalah sistim Tebang Habis Permudaan Buatan. Permudaan yang

    dilaksanakan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, baikindustri kayu lapis maupun industri pulp dan kertas atau industri pertukangan

    lainya.

    Hutan tanaman merupakan sebuah sumberdaya yang tumbuh (A Growing

    Resource) yang tidak dapat dibiarkan tampa memeliharanya. Pemeliharaan yang

    sesuai pada saat yang tepat dapat mengarahkan pertumbuhan tegakan agar

    mendapatkan hasil akhir yang diinginkan, baik dalam kualitas maupun

    kuantitasnya.

    Mengingat tujuan yang penting, yaitu untuk dapat memproduksi kayu bagi

    penyediaan bahan baku industri perkayuan secara teratur dan berkesinambungan,

    maka perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis-jenis pohon yang dipilih

    untuk pembangunan HTI ini terdiri dari :

    1. Untuk kayu pertukangan : Shorea stenoptera, Switenia marcophylla,

    Pareserianthes falcataria, Pinus mercusii, Eucalyptus spp, Shorea

    leprosula, Dipterocarpus spp, Agathis boornensis.

    2. Untuk pulp dan kertas : Pinus merkusii, Eucalyptus spp, Anthocephalus

    cadamba, Acacia mangium, Pareserianthes falcataria, Leucaena

    leucocephala, Aleurites moluccana.

    3. Untuk kayu bakar/energi : Acacia auriculiformis, Leucaena

    leucocephala, Eucalyptus spp, Acacia mangium.

  • 7/24/2019 2007rfi

    20/63

    Sifat Botanis dan Penyebaran TegakanAcacia mangium

    Sifat botanis

    Acacia mangium termasuk Sub famili Mimosoidea, Famili Leguminose,

    sebelumnya nama species ini adalah Mangium Montanum Rumph yang kemudian

    diganti oleh C.L.Willdenow (Pinyopusarerk 1993). Secara umum jenis ini dikenal

    dengan nama mangium, brown salwood, hickory wattle dan sabah salwood

    (National Academy of Science 1983), diacu dalam (Wasis 2006). Sedangkan di

    Ambon nama asli jenis ini dikenal dengan nama Mangi-mangi.

    Acacia mangiumtermasuk jenis pohon, tingginya dapat mencapai 30 m dan

    diameternya bisa mencapai 90 cm atau lebih. Ranting kuat berbentuk segitiga

    tajam, yang disebut daun pada dasarnya bukanlah daun tetapi tangkai daun yang

    melebar dan berfungsi sebagai daun, disebut Phyllodia. Daun yang sudah dewasa

    sangat besar dengan lebar 5 sampai 10 cm dan panjang 25 cm, berwarna hijau tua

    terdapat 4 atau kadang-kadang 3 buah tulang daun utama. Tulang daun utama

    berbentuk memanjang dan menyolok yang muncul pada ujung daun dan menyatu

    kembali pada pangkal daun, sedang tulang daun sekunder berbentuk jala tetapi

    tidak tampak jelas (National Academy of Science (1983) diacu dalam

    Wasis (2006). Buah berbentuk polong kering merekah yang melingkar ketika

    masak, agak keras, panjang 7-8 cm, lebar 3-5 mm. Benih mengkilap, lonjong

    3-5 x 2-3 mm, dengan ari (funicle) kuning cerah atau orange yang terkait dengan

    benih. Terdapat 66.000 - 120.000 benih/kg. Umumnya kulit batang bagian bawah

    beralur longitudinal berwama coklat terang sampai coklat tua (Davidson 1982

    diacu dalam Wasis 2006).

    Riap rata-rata tahunan adalah 20-46 m3 per hektar per tahun dengan daur

    8-10 tahun. Pada lahan yang terganggu seperti bekas kebakaran, tanah lempung

    yang sudah kurus dengan dasar batuan vulkanis, tanah gersang bekas perladangan

    liar, lereng terjal, lahan alang-alang, jenis ini dapat memproduksi kayu rata-rata

    20 m3/ha/tahun (National Academy of Science 1983 diacu dalam Wasis 2006).

    Jenis Acacia mangium secara umum pembiakannya dilakukan dengan

    menggunakan biji atau benih, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis

    ini dapat dilakukan pengembangbiakan secara vegetatif yaitu melalui Kultur

    jaringan (Hakim 1999).

  • 7/24/2019 2007rfi

    21/63

    Penyebaran

    Acacia mangiumsecara alami tersebar di daerah Australia bagian utara, Irian

    jaya(Papua) bagian selatan (Fak-fak, Manokwari, Sedai, sepanjang sungai Digul

    dan Merauke), di kepulauan Aru (Pulau Tragan dan kepulauan Ngaibar) dan

    Maluku (pulau Sulau, Taliabu, Teje dan Seram). Sedangkan menurut Nicholson

    (1981) jenis ini tumbuh secara alami di Australia timur laut, Papua Nugini dan

    Indonesia bagian timur (Maluku dan Irian Jaya) dan menyebar dari batas Irian

    Jaya (0 50oLS) sampai bagian selatan Queensland, Australia (sekitar 19

    oLS).

    Tegakan sisa yang cukup luas di temui di daerah Daintre River (11o

    LS),

    Heatlands (11o

    LS), daerah Champ China (16o LS) dan Wenlock Nugini.

    Sedangkan menurut Awang dan Taylor (1993) diacu dalam Wasis (2006),

    penyebaran Acacia mangiumdi Papua Nugini tersebar merata di daerah dataranrendah dari propinsi bagian barat Papua Nugini, mulai dari daerah selatan danau

    Murray sampai ke pantai dan dari batas Irian Jaya sampai ke Fly River di daerah

    Balimo.

    Persyaratan TumbuhAcacia mangium

    Tanah

    Acacia mangiummerupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kondisi

    tanah. Tanaman ini sangat baik tumbuh pada tanah yang subur dengan drainase

    yang baik (tetapi drainase tanah tidak sangat cepat). Tanaman ini dapat tumbuh

    baik pada tanah terkikis, ataupun tanah miskin mineral dan juga pada tanah

    Entisol (Dulsalam 1987). Ditambahkan oleh Retnowati (1988), Acaciamangium

    dapat tumbuh pada lahan bekas kebakaran, pada tanah Ultisol dari batuan

    vulkanis. Acacia mangiummampu tumbuh pada tanah-tanah masam dengan pH

    serendah 4,2. Hal ini merupakan keistimewaan yang membedakannya dengan

    tanaman leguminosa lainnya.

    Acacia mangiumtidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi. Dapat

    tumbuh dengan baik pada tanah yang miskin hara dan tidak subur, padang alang-

    alang, bekas tebangan dan mudah beradaptasi. Pada tanah yang jelek masih dapat

    tumbuh lebih baik dari jenis pohon cepat tumbuh lainnya (Siregar et al. 1991;

    Susanto et al. 1997).

  • 7/24/2019 2007rfi

    22/63

    Di Sabah Acacia mangium dikembangkan pada lahan dengan pH 4,5 dan

    jenis tanahnya Entisol dan Ultisol. Adaptasinya terhadap berbagai tipe lingkungan

    merupakan keistimewaan dari jenis ini, sehingga patut diperhatikan

    pengembangannya dalam hutan tanaman industri (Rahayu et al. 1991). Tanaman

    ini merupakan tumpuan dan harapan untuk perjuangan melawan kerusakan lahan

    dan hutan di daerah tropik (Soerjono 1989).

    Nicholson (1981) diacu dalam Fauzi (2001) menyatakan bahwa Acacia

    mangiumdapat tumbuh pada berbagai tipe tanah tetapi jarang tumbuh pada tanah-

    tanah yang mempunyai lapisan padas, tumbuh baik pada tanah yang mempunyai

    batuan metamorfik dan granitik serta tanah datar jenis coastal dimana umumnya

    merupakan jenis batuan alluvium quartener. Menurut National Academy of

    Science (1983), diacu dalam Wasis (2006) jenis ini tumbuh dengan baik padatanah tererosi, tanah mineral dan tanah alluvial. Di pulau Seram tumbuh pada

    tanah Podsolik Merah Kuning, sedang di Sabah telah ditanam pada tanah Entisol

    dan Ultisol yang bersifat asam. Adaptasi dan perkembangan tanaman Acacia

    mangium pada lahan reklamasi bekas tambang batubara yang mempunyai sifat

    fisika dan kimia tanah yang marginal sampai umur 4 tahun 4 bulan menunjukkan

    pertumbuhan cukup baik (Tampubolon et al. 1996).

    Iklim

    Acacia mangiumadalah jenis pohon yang memerlukan tempat tumbuh yang

    basah (Dulsalam 1987). Pada tempat tumbuh daerah asalnya, curah hujan tahunan

    bervariasi antara 1000 mm sampai lebih 4500 mm per tahun.

    Di Indonesia Acacia mangium berhasil baik tumbuh pada lokasi yang

    menerima curah hujan 1500 mm sampai 3100 mm per tahun (Retnowati, 1988).

    Suhu udara maksimum berkisar antara 31o C 34o C, sedangkan suhu udara

    minimum berkisar antara 22oC 25

    oC. Kelembaban tanah yang tinggi sepanjang

    tahun biasanya sangat diperlukan.

    Menurut Dulsalam (1987), seperti kebanyakan spesies pionir, Acacia

    mangiumtumbuh lebih baik pada sinar matahari penuh, karena kondisi demikian

    akan sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman.

  • 7/24/2019 2007rfi

    23/63

    Produktifitas Lahan Hutan

    Porduktifitas lahan hutan adalah potensi tegakan yang dihasilkan oleh lahan

    tersebut dalam jangka waktu tertentu. Davis dan Johnson (1987), diacu dalam

    Suhendang (1990) menamakan dimensi tegakan dengan istilah ciri tegakan yang

    dapat berbentuk fisik (volume, luas bidang dasar, dll) atau nilai tegakan yang

    dinyatakan dalam uang.

    Tingkat produktifitas lahan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor

    adalah jenis penggunaan lahan. Masing-masing jenis penggunaan lahan

    menyebabkan tingkat produktifitas yang berbeda. Keragaman tingkat produktifitas

    lahan tersebut disebabkan kemampuan lahan, jenis tanaman yang diusahakan,

    tingkat teknologi yang digunakan serta faktor pembatas lainnya (Direktorat Tata

    Guna Tanah 1984 diacu dalam Kusdiantoro 1998).

    Kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan

    persoalan utama dalam produksi tanaman. Tanaman dapat tumbuh serta

    memberikan hasil yang baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang

    tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar,

    beraerasi baik, tingkat kemasaman sekitar netral, tingkat kelarutan garam yang

    rendah serta cukup tersedia unsur hara dan air yang berada dalam kondisi

    seimbang. Tanah yang subur ditunjukan oleh kemampuannya dalam menyediakan

    unsur hara dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan

    lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu species tanaman (Islami dan

    Utomo 1995).

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan

    Hubungan kualitas tempat tumbuh dengan pertumbuhanAcacia mangium

    Kualitas tempat tumbuh merupakan penjumlahan banyak faktor lingkungan:

    kedalaman tanah, karakteristik propil, komposisi mineral, kecuraman lereng, arah

    lereng, iklim mikro, jenis tanah dan lain-lain. Faktor-faktor ini berturut-turut

    merupakan fungsi sejarah geologis, fisiografis, iklim mikro dan perkembangan

    suksesi (Daniel et al. 1987). Sedangkan faktor tempat tumbuh tegakan adalah

    totalitas dari peubah keadaaan tempat tegakan, mencakup bentuk lapangan, sifat-

    sifat tanah dan iklim yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup tinggi

  • 7/24/2019 2007rfi

    24/63

    dengan dimensi tegakan. Peubah-peubah ini tidak perlu berupa faktor-faktor yang

    berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tegakan (Suhendang 1990).

    Wilde (1958) diacu dalam Wasis (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya

    produktivitas tanah hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor primer dan sekunder.

    Faktor-faktor primer ini terdiri atas kondisi umum iklim, topografi, drainase,

    batuan asal, tekstur tanah, profil tanah dan lain lain ciri tanah. Sedangkan faktor-

    faktor sekunder antara lain serasah, simbiosis organisme, iklim mikro dan spesies

    tumbuhan. Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor

    yaitu keturunan, lingkungan dan teknik pembudidayaan (silvikultur) (Kramer dan

    Kozlowski 1960) diacu dalam Wasis (2006).

    1. Faktor genetik pada hutan tanamanAcacia mangium

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perlu dipahami sehinggakita dapat melakukan manipulasi pertumbuhan tanaman agar dapat diperoleh hasil

    produksi yang menguntungkan. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

    tanaman yang dapat dimanipulasi yaitu faktor genetik dan faktor tanah.

    Keragaman pertumbuhan akibat keragaman genetis diduga sangat kecil apabila

    biji yang ditanam berasal dari sumber biji yang sama.

    2. Sifat-sifat tanah

    Faktor lingkungan adalah faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan

    tegakan hutan yaitu iklim, bentuk lahan, ketinggian tempat dan topografi, dimana

    secara umum sangat sulit untuk dikendalikan atau dikelola. Upaya yang dilakukan

    pada kegiatan budidaya tanaman yaitu melalui pendekatan kepada kesesuaian

    lahan. Peningkatan pertumbuhan pohon atau tanaman dapat dilakukan melalui

    perbaikan kesuburan tanah.

    Tanah merupakan faktor edafis yang penting bagi pertumbuhan perakaran

    pohon dan perkembangannya. Kegiatan kehutanan dan pertanian memerlukan

    tanah yang subur untuk berhasilnya usaha penanaman. Kesuburan tanah diartikan

    sebagai kesuburan kimiawi dan fisika, yang memungkinkan pohon tumbuh

    dengan baik dan menghasilkan kayu produk lainnya. Kesuburan tanah ditentukan

    oleh sifat kimia, fisika dan biologis tanah. Kesuburan tanah merupakan kekuatan

    di dalam budidaya hutan tanaman, tanah yang subur akan memberikan peluang

    keuntungan yang besar dalam pengusahaan hutan tanaman (Tobing 1995).

  • 7/24/2019 2007rfi

    25/63

    a. Sifat kimia tanah

    Tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan

    unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama unsur-unsur hara

    esensial. Unsur hara esensial dapat berasal dari udara, air dan tanah.

    Penelitian hubungan kualitas tempat tumbuh dengan peninggi tegakan

    Acacia mangiummenunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi peninggi

    yaitu umur dan kandungan K (Chaerudy 1994). Sedangkan menurut Rukmini

    (1996) faktor yang mempengaruhi adalah umur, kandungan P, C organik, pH dan

    tebal lapisan A. Hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006), pada

    hutan tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur hara K dan P

    masing-masing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua

    sehingga direkomendasikan untuk memberi input baik berupa pupuk maupunpengapuran.

    Tanaman cepat tumbuh diduga memerlukan unsur hara yang banyak untuk

    pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat

    terkuras. Pemberian pupuk fosfat (TSP) terbukti berpengaruh sangat nyata

    terhadap pertumbuhan biomassa anakanAcacia mangiumdan telah menyebabkan

    terjadinya peningkatan pertumbuhan biomassa sebesar 34,2% pada dosis 300 ppm

    (Kusumawati 1998).

    b. Sifat fisika tanah

    Sifat fisika tanah terutama penting dalam hubungannya dengan kandungan

    air, aerasi, drainase dan kandungan hara. Pada tanah yang padat aerasi menjadi

    buruk. Dalam kondisi demikian pengambilan oksigen dan pembuangan

    karbondioksida tidak berjalan dengan baik. Keadaan sifat fisika tanah sangat

    mempengaruhi kesuburan tanah terutama dalam perbaikan tekstur dan struktur

    tanah. Penelitian Soedomo (1984) menunjukkan bahwa sifat fisika tanah

    merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan

    tegakan hutan dan diyakini bahwa sifat fisika tanah lebih penting pengaruhnya

    dibandingkan dengan sifat kimia dan biologi tanah.

    Penelitian di lahan kritis Padang Lawas menunjukkan bahwa sifat fisika

    tanah yaitu tekstur tanah dan pengolahan tanah dibandingkan sifat kimia lebih

    berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman muda Acacia

  • 7/24/2019 2007rfi

    26/63

    mangium(Butar et al. 1993). Pertumbuhan tinggi Acaciamangiumyang terbaik

    sampai dengan umur dua tahun didapat melalui pengolahan tanah, total tingginya

    yaitu 6,83 m dan paling rendah pertumbuhannya dengan perlakuan land clearing

    yaitu sebesar 3,83 m. Pengolahan tanah akan memperbaiki sifat fisika tanah dan

    menekan pertumbuhan alang-alang sehingga tidak terjadi persaingan hara dan air

    dengan tanaman pokok (Kusnandar 1996).

    Hasil penelitian Soedomo (1984) pada tegakan pinus menunjukkan bahwa si

    fat fisika tanah yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan tegakan adalah

    ketebalan lapisan A, penetrabilitas tanah, tekstur tanah, kadar air tersedia dan bulk

    density (limbak).

    Faktor ketebalan tanah lapisan atas (top soil) merupakan salah satu faktor

    penentu pertumbuhan tanaman. Lapisan ini merupakan zona perakaran tanamandan tempat hidup berbagai makro dan mikro organisme tanah. Lapisan atas

    (horison A) umumnya memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi, lebih

    subur dan memiliki sifat fisika tanah yang lebih baik dibandingkan lapisan lainnya

    (Soedomo 1984).

    Kadar air tersedia adalah kondisi air pada kapasitas lapang (field capacity)

    sampai dengan kondisi titik layu permanen. Kapasitas lapang adalah jumlah

    kandungan air di dalam tanah sesudah air gravitasi turun semua, sampai batas akar

    tanaman tidak mampu mengisap air tanah lagi. Menurut penelitian Ang et al.

    (1997) diacu dalam Wasis (2006) tanaman Acacia mangium yang tumbuh pada

    tanah yang kekeringan akan mempunyai fotosintesa lebih rendah dibandingkan

    dengan yang tumbuh pada lahan yang basah.

    Pertumbuhan TegakanAcacia mangium

    Pertumbuhan adalah menunjukkan total jumlah hasil sampai periode waktu

    tertentu, sedangkan arti laju pertumbuhan menunjukkan jumlah untuk setiap

    periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan untuk setiap tahun. Riap adalah laju

    pertumbuhan tegakan dalam satuan m3/ha/tahun. Kurva pertumbuhan mahluk

    hidup secara ideal berbentuk sigmoid, dengan syarat matematis sebagai berikut,

    (a) melalui titik nol pada saat awal pertumbuhan (a =.0) dan mencapai titik nol

    pada akhir pertumbuhan (A = tak terhingga), (b) mempunyai titik belok (Q).

    Titik Q adalah titik belok kurva hasil, dicapai pada saat laju pertumbuhan

  • 7/24/2019 2007rfi

    27/63

    maksimum dan (c) memiliki garis asimptot yaitu suatu garis yang bersifat tetap

    dan mendatar yang terjadi pada akhir pertumbuhan (Suhendang 1990).

    Dalam kegiatan pengelolaan hutan dibedakan pengertian pertumbuhan

    tegakan dan hasil tegakan. Menurut Davis dan Johnson (1987) diacu dalam

    Suhendang (1990), pertumbuhan tegakan adalah perubahan ukuran dari sifat

    terpilih dari tegakan (dimensi tegakan) yang terjadi selama periode waktu tertentu.

    Hasil tegakan adalah banyaknya dimensi tegakan yang dapat dipanen dan

    dikeluarkan pada waktu tertentu atau jumlah kumulatif sampai waktu tertentu.

    Perbedaan antara pertumbuhan dan hasil tegakan terletak pada konsepsinya

    yaitu produksi biologis untuk pertumbuhan tegakan dan pemanenan untuk hasil

    tegakan. Pengelolaan hutan berada pada kelestarian hasil apabila besarnya hasil

    sama dengan pertumbuhan dan berlansung terus menerus. Secara umum dapatdikatakan bahwa jumlah maksimum hasil yang dapat diperoleh dari hutan pada

    suatu waktu tertentu adalah jumlah kumulatif pertumbuhan sampai waktu itu,

    sedangkan jumlah maksimum hasil yang dapat dikeluarkan secara terus menerus

    setiap periode sama dengan pertumbuhan dalam periode waktu itu (Suhendang

    1990).

    Tanaman Acacia mangium untuk kelas perusahaan kayu serat (pulp)

    umumnya tidak dilakukan perlakuan penjarangan dan daur bisa diperpendek

    menjadi 6 - 8 tahun, sedangkan untuk kelas perusahaan kayu pertukangan sejak

    awal harus dilakukan secara intensif kegiatan wiwilan (pruning) dan penjarangan

    (thinning) dengan daur 10 tahun (Djojosoebroto 2003b). Produksi maksimum

    tegakan Acacia mangium dicapai umur sekitar 6 tahun, pada saat kurva riap

    tahunan berjalan (CAI) dan riap tahunan rata-rata (MAI) saling berpotongan

    (Fadjar 1996).

    Jenis tanaman Acacia mangium di beberapa literatur menyebutkan

    bahwa perkiraan riap volume sebesar 20 sampai dengan 30 m3 per ha/thn.

    Dengan daur 7 tahun maka potensi per ha pada akhir daur berkisar antara

    140 sampai dengan 210 m3per ha. Pada kenyataannya beberapa data sulit untuk

    mencapai potensi tersebut, dimana rata-rata maksimal yang dapat dicapai adalah

    100 m3per ha. Beberapa perusahaan yang sudah panen menginformasikan bahwa

  • 7/24/2019 2007rfi

    28/63

    rata-rata potensi hutan tanaman yang dapat dipanen sebesar 80 m3 per ha

    (Purnomo 2002).

    Pembangunan hutan tanaman industri jenis Acacia mangiummenunjukkan

    bahwa pemanfaatan tegakan hampir dilakukan seluruh bagian tegakan.

    Daun/serasah digunakan untuk media tumbuh persemaian, ranting dan cabang

    untuk pembuatan arang dan batang pohon untuk kayu pulp dan pertukangan

    (pada pemanenan akan dilakukan pembagian batang dimana kelas diameter di atas

    20 cm untuk kayu pertukangan dan diameter di bawah 20 cm untuk pulp).

    Sehingga hasil tegakan yang dipanen untuk dimanfaatkan adalah biomassa

    tegakan tersebut. Menurut Mindawati (1999) pada setiap aktivitas pemanenan

    tegakanAcaciamangiumperlu meninggalkan bagian-bagian tanaman selain kayu

    di lantai hutan, hal tersebut untuk memperbanyak unsur hara yang dapatdikembalikan pada areal tersebut.

  • 7/24/2019 2007rfi

    29/63

    KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Status Perusahaan

    Perusahaan PT Bukit Raya Mudisa merupakan perseroan terbatas denganstatus permodalan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berdiri pada

    tanggal 1 April 1999 dengan surat persetujuan pencadangan areal Menteri

    Kehutanan dan Perkebunan No 726/Menhutbun-VI/1999 tanggal 6 Juli 1999 dan

    bergerak di bidang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman (HPHT) dengan surat

    keputusan No 257/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 dengan luas areal

    28.617 ha di daerah Propinsi Sumatera Barat.

    Letak dan Luas

    Lokasi PT Bukit Raya Mudisa termasuk ke dalam dua wilayah kerja yaitu

    Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Solok dengan luas 28.617 ha. Secara

    administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Pulau Punjung dan Batang

    Sangir, Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Solok, Propinsi Sumatera Barat.

    Menurut wilayah resort pemangkuan hutan PT Bukit Raya Mudisa termasuk

    Resort Pemangkuan Hutan Pulau Punjung dan Sangir, Bagian Kesatuan

    Pemangkuan Hutan (BKPH) Sijunjung Selatan dan Solok Selatan, Dinas

    Kehutanan Propinsi Sumatera Barat. Menurut wilayah daerah aliran sungai (DAS)

    PT Bukit Raya Mudisa termasuk ke dalam wilayah DAS Batanghari. Letak

    geografis dari areal tersebut terletak 101o 14

    BT 101

    o 28

    BT dan 00

    o 57

    LS 01o15

    LS.

    Topografi

    Topografi di lokasi penelitian bervariasi dari datar hingga bergelombang

    dengan kemiringan antara 0-40% pada ketinggian tempat 200-1000 m dpl.

    Kisaran lereng 0-8% seluas 4.285 ha (14,97%), 9-15% seluas 15.611 ha (54,56%),

    16-25% seluas7.976 ha (27,87%) dan 26-40% seluas 745 ha (2,60%). Lokasi

    pengambilan sampel tanah secara umum datar (0-9%).

  • 7/24/2019 2007rfi

    30/63

    Iklim

    Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson curah hujan di areal

    PT BRM termasuk tipe iklim sangat basah, curah hujan rata-rata tahunan sebesar

    1.959 mm, kecepatan angin sebesar 34,4 km/jam. Suhu berkisar antara

    24,6-25,6o C, kelembaban udara bulanan berkisar antara 88,4-91,8% dan

    rata-rata 88,9%. Kelembaban udara bulanan terbesar pada bulan April (91,8%)

    dan terkecil pada bulan Januari (88,4%).

    Pengelolaan dan Sistem Silvikultur

    Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik bercocok

    tanam hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam,

    memelihara tanaman dan memanen tanaman.

    1. Persemaian

    Persemaian yang digunakan adalah persemaian yang dibuat dekat lokasi

    penanaman dan dekat dengan sumber air. Media persemaian yang digunakan

    adalah tanah permukaan (top soil) dicampur dengan pasir dengan perbandingan

    duapertiga tanah dan sepertiga pasir dengan wadah kantong plastik (polybag).

    2. Penyiapan Lahan

    Penyiapan lahan dilakukan dengan cara manual yaitu sisa dari tanaman yang

    sudah tebang dicincang, ditumpuk dan selanjutnya dibakar. Sedangkan untuk

    lahan dengan vegetasi awal hutan rawang dilakukan penebangan kayu terlebih

    dahulu dan dicincang untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil dan pendek,

    kemudian dibiarkan agar mengering untuk kemudian dibakar secara terkendali.

    3. Penanaman

    Sebelum dilakukan penananam terlebih dahulu dilakukan pengajiran untuk

    pembuatan lubang tanam dengan ukuran 20cm x 20cm x 20 cm. Penanaman

    dilakukan dengan jarak tanam 3m x 3m. Waktu penanaman dilakukan pemberian

    pupuk SP 36 dan Urea dengan dosis 200 kg/ha.

    4. Pemeliharaan

    Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma setiap empat

    bulan sampai tanaman berumur satu tahun.

  • 7/24/2019 2007rfi

    31/63

    METODOLOGI PENELITIAN

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa, Kabupaten Sawah

    Lunto/Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dua tahap

    selama 3 bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2007. Tahap pertama

    selama 1 bulan untuk pengambilan data lapangan, sedangkan tahap kedua selama

    2 bulan untuk pengolahan data dan analisis hara di Laboratorium Tanah dan

    Kesuburan Tanah,Depertemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian

    IPB.

    Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan penelitian adalah tegakan hutan tanaman Acacia mangiumberumur

    dua tahun sampai dengan umur enam tahun di PT Bukit Raya Mudisa Kabupaten

    Sawah Lunto/Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat. Sedangkan alat yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah haga hipsometer, bor tanah dan meteran.

    Metode Penelitian

    Cara pengambilan contoh

    Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengambilan contoh dilakukanpada tegakanAcacia mangiumumur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun. Pada

    tiap kelas umur tanaman diwakili 3 petak ukur, jadi jumlah seluruh petak ukur

    adalah 15 buah.

    Pengambilan lokasi petak ukur menyebar di seluruh wilayah penelitian.

    Petak ukur yang digunakan berbentuk lingkaran seluas 0,10 ha (jari-jari 17,80 m).

    Pada petak ukur dilakukan pengukuran peninggi untuk menentukan kualitas

    tempat tumbuh, tinggi total dan diameter batang. Data tinggi pohon dan diameter

    pohon yang sudah diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung volume

    pohon. Untuk pengambilan contoh tanah diukur tebal horizon A, kadar hara N, P,

    K, Ca dan Mg.

  • 7/24/2019 2007rfi

    32/63

    Pengambilan contoh tanah

    Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap petak ukur dengan

    menggunakan bor tanah. Contoh tanah diambil dari ketebalan 0-20 cm.

    Selanjutnya contoh tanah tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik sebanyak

    1 kg dan diberi label sesuai dengan lokasinya. Disamping itu dilakukan

    pengambilan contoh tanah utuh dengan ring sample untuk analisa sifat fisik tanah

    pada setiap petak ukur.

    Semua contoh tanah dari lokasi penelitian dianalisa di Laboratorium Tanah

    dan Kesuburan Tanah, Depertemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas

    Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Peninggi

    Peninggi dan tinggi total diukur dengan menggunakan haga hipsometer.

    Perhitungan rata-rata peninggi dari masing-masing umur dan kualitas tempat

    tumbuh dilakukan sebagai berikut :

    a. Peninggi dalam petak ukur ke i

    n

    H

    H

    in

    ij

    ij

    i

    =

    =

    dimana :

    Hi = Peninggi dalam petak ukur ke i

    Hij = Tinggi pohon tertinggi ke j dalam petak ukur ke i

    ni = Banyaknya peninggi dalam petak ukur ke i

    b. Peninggi dalam petak ukur ke k

    n

    H

    H

    kn

    ij

    ki

    k

    =

    =

    dimana :

    Hk = Peninggi dalam petak ukur ke k

    Hki = Peninggi petak ukur ke i dalam petak ke k

    nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k

  • 7/24/2019 2007rfi

    33/63

    Diameter batang pohon

    Pengambilan data diameter batang pohon diukur pada ketinggian setinggi

    dada atau 1,3 meter dari permukaan tanah (diameter setinggi dada) dengan

    menggunakan pita ukur (meteran). Perhitungan rata-rata diameter batang pohon

    dari masing-masing umur tanaman dilakukan sebagai berikut :

    a. Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i

    n

    D

    D

    in

    ij

    ij

    i

    =

    =

    dimana :

    Di = Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i

    Dij = Diameter batang pohon ke j dalam petak ukur ke i

    ni = Banyaknya pohon dalam petak ukur ke i

    b. Diameter batang pohon dalam petak ke k

    n

    D

    D

    kn

    ij

    ki

    k

    =

    =

    dimana :

    Dk = Diameter batang pohon dalam petak ukur ke k

    Dki = Diameter batang pohon petak ukur ke i dalam petak ukur ke k

    nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k

    Tinggi total

    Tinggi total pohon diukur dengan menggunakan haga hipsometer.

    Perhitungan rata-rata tinggi total tanaman dari masing-masing umur tanaman

    dilakukan sebagai berikut :

    a. Tinggi total dalam petak ukur ke i

    n

    T

    T

    in

    ij

    ij

    i

    =

    =

    dimana :

    Ti = Tinggi total dalam petak ukur ke i

    Tij = Tinggi total ke j dalam petak ukur ke i

    ni = Banyaknya pohon dalam petak ukur ke i

  • 7/24/2019 2007rfi

    34/63

    b. Tinggi total dalam petak ke k

    n

    T

    T

    kn

    ij

    ki

    k

    =

    =

    dimana :

    Tk = Tinggi total dalam petak ke k

    Tki = Tinggi total petak ukur ke i dalam petak ukur ke k

    nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k

    Tebal horison A

    Horison A adalah horison pencampuran bahan mineral dengan bahan

    organik. Tebal horison A merupakan ukuran bagi kuantita ruang tumbuh

    perakaran termasuk kedalaman efektif bagi akar-akar kecil pohon. Horison Adiukur dengan menggunakan bor tanah dan meteran.

    Perhitungan tebal horison A dilakukan sebagai berikut :

    n

    THA

    THA

    mn

    1i

    mi

    m

    ==

    dimana :

    THAm = Tebal horison A anak petak ke m

    THAmi = Tebal horison A petak ukur ke i pada anak petak ke m

    n = Banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m

    Persentase kemiringan (lereng)

    Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran lereng dengan menggunakan

    haga hipsometer. Perhitungan kemiringan lereng dilakukan sebagai berikut :

    n

    S

    S

    mn

    1i

    mi

    m

    ==

    dimana :

    Sm = Persentase kemiringan anak petak ke m

    Smi = Persentase kemiringan petak ukur ke i pada anak petak ke m

    n = Banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m

  • 7/24/2019 2007rfi

    35/63

    Tabel 1 Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang digunakan

    dalam penelitian

    No Parameter Metode yang digunakan

    I Sifat fisika tanah

    1. Kadar air tersedia Grafimetrik2. Tekstur Pipet

    3. Bobot Isi (Bulk Desity) Nisbah Bobot Tanah/Volume

    II Sifat kimia tanah

    1. pH Potentiometrik

    2. C-organik Walkley dan Black

    3. N-total tanah kjehldahl

    4. P Bray II

    5. Ca, Mg, K, KTK NH4Oac pH 7,0

    Analisis Data

    Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakanAcacia mangium

    Analisis statistik ditujukan untuk mengindentifikasi peubah sifat-sifat tanah

    yang paling erat hubunganya dengan pertumbuhan tanamanAcacia mangiumserta

    mencari pola hubungan matematik antara peubah sifat-sifat tanah tersebut dengan

    peubah pertumbuhan tanaman.

    Model matematik yang digunakan berbentuk persamaan logaritma. Sesuai

    dengan pola pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium maka kurva indeks

    tempat tumbuh merupakan penyederhanaan kurva pertumbuhan bagi kesatuan

    genetik tertentu di bawah seperangkat kondisi lingkungan tertentu. Persamaan

    umum yang digunakan untuk penelitian hubungan sifat-sifat tanah dengan

    peninggi tegakan tanaman Acacia mangium adalah regresi linear berganda

    menurut persamaan sebagai berikut (Husch 1963) diacu dalam Wasis (2006):

    Log Y = b0+ b1X1+ b2X2+ .............. + b14X14+

    Dimana :

    Log Y = Rata-rata peninggi yang ditransformasi ke dalam logaritma

    X1 = 1/umur

    X2, X3, ...., X14 = Sifat-sifat tanah

    b0, b1, ...., b14 = Konstanta

    = Sisaan

    Variabel-variabel bebas yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

  • 7/24/2019 2007rfi

    36/63

    X1 = 1/umur

    X2 = Tebal horison A

    X3 = Persentase kemiringan

    X4 = Kadar liat pada horison A

    X5 = Kadar air tersedia horison A

    X6 = Bobot isi horison A

    X7 = pH tanah

    X8 = C-organik tanah

    X9 = N total tanah

    X10 = P tanah

    X11 = Ca ddtanah

    X12 = Mg ddtanahX13 = K ddtanah

    X14 = KTK tanah

    Untuk menyaring peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan nyata

    dalam menerangkan keragaman pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium

    digunakan metode Stepwisedengan program minitab.

    Hubungan diameter batang pohon dan tinggi total dengan umur pada hutan

    tanamanAcacia mangium

    Data diameter pohon, tinggi total dan umur tanaman di analisis dengan

    menggunakan program Curve Expert 1.3 untuk mencari hubungan diameter

    batang pohon dan tinggi total pohon dengan umur tanamanAcacia mangium.

    Hubungan volume dan peninggi dengan umur tanamanAcacia mangium

    Data volume dengan peninngi dan umur dianalisa menggunakan program

    Curve Expert 1.3 untuk mencari bentuk kurva hubungan volume dan peninggi

    dengan umur tanamanAcacia mangium

    Penilaian produktifitas lahan

    Produktifitas lahan hutan tanaman pada HTI PT Bukit Raya Mudisa diukur

    dengan kriteria apabila < 20 m3/ha/tahun (kategori rendah), 20-40 m

    3/ha/tahun

    (kategori sedang) dan > 40 m3/ha/tahun (kategori tinggi) (National Academic of

    Science 1983) diacu dalam Wasis (2006).

  • 7/24/2019 2007rfi

    37/63

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hubungan Sifat-Sifat Tanah Dengan Peninggi TegakanAcacia mangium

    Peninggi tegakan secara prinsip dipengaruhi faktor genetik, faktor sifat-sifat

    tanah dan sistim silvikultur. Hasil penelusuran di lapangan diperoleh untuk faktor

    genetik dan sistim silvikultur (sistim pengelolaan) relatif sama untuk semua

    lokasi. Sehingga yang mempengaruhi peninggi tegakan adalah sifat-sifat tanah.

    Pengumpulan data dilapangan meliputi umur, tebal horison A, kemiringan

    lereng. Data analisis tanah meliputi kadar liat tanah, kadar air tersedia, bobot isi,

    kandungan N, P, K, Ca, Mg, KTK, pH, C-Organik tanah. Untuk melihat peranan

    faktor tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tegakan Acacia mangiumdilakukan

    analisis regresi linear berganda yang menyertakan 14 peubah bebas tempat

    tumbuh.

    Hasil analisis stepwise dengan Program Minitab mendapatkan persamaan

    regresi terbaik yaitu log Y = 0,60 1,25 1/X1 0,01 X3+ 0,50 X13 + 0,21 X7,

    dengan R2= 96,85%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara

    peubah bebas X1, X3, X7, dan X13 dengan log Y. Persamaan terbaik tersebut

    dilakukan dengan cara penyusupan satu persatu peubah bebas yang mempunyai

    korelasi yang tinggi dengan log Y. Pada Tabel 2 disajikan nilai koefisien korelasi

    peubah bebas (X), koefisien dan nilai t hitung dari persamaan terbaik tersebut.

    Hasil analisis peranan sifat-sifat tanah terhadap peninggi tegakan didapatkan

    bahwa persamaan regresi yang bersifat positif yaitu kandungan K dan pH tanah,

    sedangkan umur tanaman dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.

    Tabel 2 Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan

    peninggi tegakanAcacia mangium

    No Variabel (Xi) Koefisien T hitung R2

    1 Umur pohon (1/X1) -1,25 -14,48**

    96,85

    2 Kelerengan (X3) -0,01 -2,97*

    94,97

    3 K (X13) 0,50 3,27*

    93,45

    4 pH (X7) 0,21 2,44*

    91,23

  • 7/24/2019 2007rfi

    38/63

    Setelah umur tanaman maka sifat kimia tanah merupakan faktor yang

    berkorelasi sangat erat terhadap peninggi tegakanAcaciamangium. Penelitian ini

    menunjukkan bahwa sifat kimia tanah lebih banyak mempengaruhi peninggi

    tegakanAcacia mangium. Hal ini disebabkan karenaAcacia mangiummerupakan

    tanaman cepat tumbuh yang memerlukan unsur hara yang banyak untuk

    pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat

    terkuras. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Latifah (2000) yang menunjukkan

    bahwa selain umur tanaman maka bahan organik tanah merupakan sifat tanah

    yang paling berkorelasi dengan peninggi tegakanAcacia mangium.

    Umur

    Berdasarkan nilai parsial masing-masing peubah bebas terhadap peninggi,

    faktor umur mempunyai korelasi terbesar terhadap peninggi hutan tanaman

    Acacia mangiumyaitu sebesar -1,25. Faktor umur tanaman mempunyai koefisien

    determinasi (R2) sebesar 96,85%, hal ini berarti sebagian besar peninggi

    ditentukan oleh umur. Korelasi yang bersifat negatif menerangkan bahwa semakin

    tua umur tanaman Acacia mangium maka sampai umur tertentu peninggi yang

    dihasilkan semakin tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Latifah (2000)

    bahwa faktor umur memberikan sumbangan terbesar dalam menerangkan

    keragaman peninggi.

    Umur tanaman Acacia mangium di lokasi penelitian berkisar antara dua

    tahun sampai dengan enam tahun dengan peninggi antara 10,0 sampai 28,8 m.

    Data peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian dapat dilihat pada

    Tabel 3.

    Tabel 3 Peninggi tegakanAcacia mangiumdi lokasi penelitian

    No Umur (thn)Peninggi tegakan

    minimum (m)

    Peninggi tegakan

    maksimum (m)

    Peninggi tegakan

    rata-rata (m)

    1 2 10,5 11,4 11,0

    2 3 14,1 14,3 14,2

    3 4 17,9 18,3 18,1

    4 5 20,5 21,3 21,0

    5 6 26,4 28,8 27,6

  • 7/24/2019 2007rfi

    39/63

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah umur tanaman

    maka peninggi yang dihasilkan semakin tinggi. Peningkatan peninggi ini

    menunjukkan bahwa tanaman masih mengalami percepatan pertumbuhan dari

    umur dua tahun sampai dengan umur enam tahun, sehingga tanaman masih

    produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya. Pada tahap awal, pertumbuhan

    tanaman berjalan lambat dan semakin cepat mengikuti pertambahan umur

    tanaman, kondisi ini berlansung hingga mencapai titik pertumbuhan maksimum.

    Setelah titik pertumbuhan maksimum dicapai maka pertumbuhan akan berjalan

    konstan (Bidwel 1979) diacu dalam Latifah (2000).

    Derajat kemiringan lahan

    Derajat kemiringan lahan di lokasi penelitian berkisar antara 2-9% dengan

    nilai rata-rata sebesar 6,2%. Derajat kemiringan lahan berkorelasi negatif dengan

    peninggiAcacia mangiumsebesar -0,01. Korelasi negatif berarti tanaman Acacia

    mangium tumbuh lebih baik pada tempat-tempat yang lebih datar. Pada kondisi

    lereng yang tidak begitu curam mengakibatkan aliran permukaan yang terjadi

    tidak sampai berubah menjadi suatu kekuatan destruktif yang besar, sehingga

    daerah yang agak datar ini dapat menahan lebih lama muatan suspensi tanah dari

    daerah atasnya.

    Dengan demikian kenaikan persentase lereng sampai batas tertentu akan

    mengakibatkan terbentuknya drainase dan aerase yang optimal bagi pertumbuhan

    tanaman, ini terbukti di lokasi penelitian disetiap petak ukur dalam setiap kelas

    umur menghasilkan volume yang lebih besar di daerah kemiringan rendah

    dibanding daerah yang kemiringanya lebih besar (Lampiran 3). Hasil penelitian

    ini sejalan dengan penelitian Hafiziansyah (1997) pada tanaman Acacia mangium

    umur 4 tahun menunjukkan produksi tegakan yang ditanam pada lahan

    kemiringan 08% menghasilkan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

    yang ditanam pada lahan dengan kemiringan 15-25%.

    Kandungan Kalium

    Nilai kandungan K di lokasi penelitian berkisar antara 0,10-0,36 me/100g

    dengan nilai rata-rata sebesar 0,25 me/100g. Dari analisis stepwisekandungan K

    berkorelasi positif terhadap peninggi tegakan Acacia mangium sebesar 0,50.

  • 7/24/2019 2007rfi

    40/63

    Korelasi positif artinya semakin banyak kandungan K dalam tanah akan

    meningkatkan nilai peninggi tanaman Acacia mangium. Hasil penelitian ini

    sejalan dengan hasil penelitian Chaerudy (1994) bahwa hubungan kualitas tempat

    tumbuh dengan peninggi tegakan Acacia mangium menunjukan faktor yang

    paling mempengaruhi peninggi yaitu umur dan kandungan K. Hal ini juga

    didukung hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006) pada hutan

    tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur K dan P masing-

    masing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua sehingga

    direkomendasikan untuk memberikan imput baik berupa pupuk maupun

    pengapuran.

    Ketersediaan K di dalam tanah dipengaruhi oleh tinggi rendahya pH tanah

    (Hakim et al. 1986) diacu dalam Latifah (2000). Pada tanah yang masamkekurangan K akan semakin besar yang berarti ketersedian K dalam tanah

    semakin menurun. Pengaruh pH terhadap kehilangan K dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4 Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian dari

    tanah Creedmore Lempung Berpasir

    No pH tanah Kehilangan K (dari % total)

    1 4,03 70

    2 5,30 49

    3 5,63 26

    4 7,03 16Sumber : (Hakim, et al., 1986)

    Kalium merupakan unsur hara terpenting yang dibutuhkan tanaman. Kalium

    diserap tanaman dalam bentuk K+dan merupakan unsur hara makro yang sangat

    penting bagi proses fisiologis tanaman. Bagian tanaman yang banyak

    mengandung K adalah batang, daun, buah dan akar. K bukan hara pembentuk

    organ tanaman, namun hara ini dapat terdapat di dalam semua sel yaitu sebagai

    ion dalam cairan sel. Inti sel juga mengandung K (Mengel dan Kirby 1982)

    diacu dalam Wasis (2006).

    Unsur kalium dalam tanaman mempunyai peranan penting dalam proses

    metabolisme. Adanya kadar K tersedia yang cukup dalam tanah akan menjamin

    pertumbuhan tanaman dengan baik. Kalium dalam tanaman berguna untuk

    pembentukan hidrat arang dan translokasi gula, kalium juga diperlukan dalam

  • 7/24/2019 2007rfi

    41/63

    pembentukan klorofil. Kalium juga berfungsi sebagai katalisator proses fisiologis

    tanaman, mempengaruhi penyerapan unsur hara, mempertinggi daya tahan

    terhadap kekeringan dan penyakit serta membantu perkembangan akar. Kalium

    berfungsi mendorong aktifitas sebanyak 40 enzim dan membantu pembentukan

    protein dari asam amino (Meyer et al. 1960; Geus 1973, Mengel dan Kirby 1982)

    diacu dalam Wasis (2006).

    Pada lokasi penelitian pihak perusahaan tidak melakukan pemberian pupuk

    kalium, perusahaan hanya memberikan pupuk Urea dan SP36. Sehingga pada

    lokasi penelitian banyak pohon yang roboh. Supaya pohon tidak mudah roboh

    maka perusahaan harus melakukan pemberian pupuk kalium.

    Menurut Soepardi (1983) pemupukan kalium terhadap tanaman dipengaruhi

    berbagai faktor, terutama kemampuan tanah dalam menyediakan unsur kalium,jenis tanaman, tingkat produksi dan pengelolaan pertanian yang dilakukan.

    Sumber kalium dalam tanah yang utama adalah pupuk buatan, pupuk kandang,

    pupuk hijau, sisa tanaman dan senyawa alamiah baik senyawa organik maupun

    senyawa anorganik dari unsur tersebut yang terdapat di dalam tanah. Kehilangan

    kalium dalam tanah dapat berupa kehilangan karena pencucian atau terangkut oleh

    tanaman. Adanya kalium tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran

    tanaman. Sehingga kalium membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai

    penyakit dan meransang pertumbuhan akar.

    Pada umur 2 tahun kandungan kalium di lokasi penelitian cukup tinggi

    (Lampiran 2). Tingginya kandungan kalium tanah pada umur dua tahun

    kemungkinan disebabkan karena sebagian besar dari total kalium tanah masih

    berada dalam bentuk relatif tidak tersedia, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh

    tanaman. Menurut Depdikbud (1991) diacu dalam Astuti (2004) bahwa sebanyak

    kurang lebih 90-98% dari seluruh kalium tanah berada dalam bentuk relatif tidak

    tersedia. Kalium berangsur-angsur tersedia disebabkan karena adanya pengaruh

    air yang mengandung karbonat dan adanya liat masam yang membantu proses

    penghancuran mineral-mineral primer.

    Kandungan kalium tanah kemudian mengalami penurunan pada umur 3

    tahun, hal ini diduga disebabkan karena kalium terangkut oleh tanaman. Menurut

    Soepardi (1983) kehilangan kalium akibat terangkut oleh tanaman berjumlah

  • 7/24/2019 2007rfi

    42/63

    cukup besar, kadang-kadang bisa mencapai tiga atau empat kali lebih tinggi dari

    fosfor dan dapat pula menyamai nitrogen. Selain itu tanaman juga menyerap

    kalium jauh lebih banyak dari jumlah yang sebenarnya diperlukan, sehingga

    terjadi pemakaian yang berlebihan. Jumlah hara yang terangkut sangat tergantung

    kepada jenis, umur dan sifat tanaman itu sendiri (Depdikbud 1991) diacu dalam

    Astuti (2004). Kehilangan kalium juga dapat disebabkan oleh erosi, pencucian dan

    pemanenan unsur hara pada proses penebangan.

    Pada umur 4 tahun, 5 tahun dan 6 tahun kandungan kalium pada tanah

    mengalami peningkatan, hal ini dapat disebabkan karena adanya pengembalian

    hara-hara mineral dari serasah berupa daun-daun dan ranting yang gugur.

    Pernyataan ini diperkuat oleh Depdikbud (1991) diacu dalam Astuti (2004) bahwa

    pertambahan kalium dalam tanah dapat dari berbagai sumber, yaitu dari sisa-sisatanaman dan hewan, dari pupuk perdagangan serta dari mineralisasi mineral

    kalium dan air irigasi. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan

    (pupuk kandang) adalah sangat penting menjaga keseimbangan kadar kalium

    dalam tanah. Pertambahan kalium dari pupuk perdagangan sangat tergantung

    kebutuhan, sedangkan pertambahan dari mineral juga tergantung pada beberapa

    faktor, antara lain jumlah mineral dan tingkat pelapukan.

    Ketersedian kalium dalam tanah dapat diartikan sebagai kalium

    yang dibebaskan dari bentuk yang tidak dapat dipertukarkan ke bentuk

    yang dapat dipertukarkan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

    Menurut Soepardi (1983) ketersedian unsur hara kalium di dalam tanah

    dipengaruhi beberapa faktor yaitu tipe koloid tanah, suhu atau temperatur,

    pembasahan dan pengeringan, pH tanah dan tingkat pelapukan.

    Pemupukan pada hutan tanaman industri yang menanam spesies cepat

    tumbuh sangat disarankan karena dengan pemupukan ketersedian unsur hara bagi

    tanaman akan cukup untuk dipakai tanaman dalam proses pertumbuhan sehingga

    keberlanjutan hasil dapat dipertahankan. Pemupukan pada dasarnya adalah usaha

    untuk menjaga keseimbangan antara kandungan unsur hara yang diambil oleh

    tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan unsur hara yang tersedia bagi

    tanaman. Ginting et al. (1998) menyatakan bahwa secara umum jenis pupuk yang

    lazim diterapkan pada pengusahaan tanaman kehutanan adalah Urea, TSP dan

  • 7/24/2019 2007rfi

    43/63

    KCL dengan dosis masing-masing 100 gr per lubang tanaman sampai tanaman

    berumur 3 tahun.

    Derajat keasaman (pH)

    Derajat keasaman (pH) berkorelasi positif dengan peninggi tegakan di lokasi

    penelitian sebesar (0,21), korelasi positif tersebut menerangkan bahwa semakin

    masam tanah maka nilai peninggi akan semakin kecil. Hasil penelitian ini

    didukung oleh penelitian Rukmini (1996) bahwa faktor yang mempengaruhi

    peninggi adalah umur, kandungan P, C organik, pH dan tebal horizon A.

    Kondisi pH tanah pada lokasi penelitian setiap kelas umur rendah, yaitu

    berkisar antara 4,4-4,8 dengan nilai rata-rata sebesar 4,5. Apabila kegiatan

    pengapuran dan pengelolaan secara intensif dilakukan maka pH tanah tidak akan

    rendah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak melakukan kegiatan

    pengapuran.

    Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh pH melalui banyaknya ion+ di

    dalam tanah. Semakin besar kadar ion H+, maka tanah semakin masam

    (Hardjowigeno 1987) diacu dalam Latifah (2000). Setiap vegetasi mempunyai

    kebutuhan pH yang berbeda, perbedaan pH disebabkan oleh perbedaan toleransi

    tanaman terhadap kepekatan ion H+atau ion beracun lainya (Hakim et al. 1986)

    diacu dalam Latifah (2000).

    Secara umum unsur hara tanah akan tersedia secara maksimal pada pH

    mendekati netral dengan nilai pH berkisar sekitar 6,5-7,0 (Killham 1999) diacu

    dalam Wasis (2006). Penelitian menunjukan bahwa tegakan hutan tanaman

    Acacia mangiummasih dapat tumbuh pada pH berkisar antara 4,40-5,80 (Astuti

    1998), sehingga tanamanAcacia mangiummerupakan jenis yang toleran terhadap

    kondisi tanah yang masam.

    Penelitian Habish (1970) diacu dalam Wasis (2006) mengimformasikan

    bahwa pembentukan bintil akar terbaik padaAcacia spdiperoleh pada kondisi pH

    sekitar 6,57,0. Hal ini sesuai dengan penelitian Widiastuti (1998) yang

    menyatakan bahwa kemampuan isolat Rhizobiumpada tanaman Acacia mangium

    dan Acacia crassicarpa tumbuh terbaik pada pH tanah sekitar 7. Sementara itu

    menurut Peoples et al. (1989) diacu dalam Wasis (2006), pembentukan bintil akar

    oleh akar tanaman dengan bakteriRhizobiumakan mengalami penurunan apabila

  • 7/24/2019 2007rfi

    44/63

    kondisi pH tanah di bawah 5,5 atau lebih besar dari 7. Menurut penelitian

    Wasis (1996) pemberian kapur dosis 1,5 x Al-dd pada tanaman sengon

    (Paraserianthes falcataria ) yang ditumbuhkan pada media tanah masam dapat

    meningkatan bobot bintil akar sebesar 152%, meningkatkan aktifitas spesifik

    nitrogenase sebesar 7,8510 mmol/g bobot kering bintil/jam dan meningkatkan

    serapan N tanaman sebesar 10%.

    Sanchez (1992) menyatakan bahwa ketidaksuburan tanah masam disebabkan

    oleh keracunan aluminium, kekurangan kalsium atau magnesium, dan keracunan

    mangan. Ginting et al. (1998) menyatakan bahwa untuk memperbaiki pH tanah

    dapat dilakukan dengan pemberian kapur atau pupuk organik ke dalam tanah.

    Pemberian kapur dengan dosis 26 ton/ha cukup untuk menetralisir Al dan Mn

    yang bersifat racun, sedangkan pemberian pupuk kandang berkisar antar 1-2 kgper lubang tanam. Menurut Soepardi (1983) kapur yang diberikan umumnya

    sebanyak 2, 4 dan 6 ton per hektar. Pemberian kapur dapat meningkatkan pH

    tanah karena adanya ion hidrogen yang dapat dipertukarkan.

    Guna terciptanya kelestarian hutan tanaman Acacia mangium maka pihak

    perusahaan PT Bukit Raya Mudisa perlu melakukan pengapuran dan input pupuk

    yang cukup dan berimbang serta aplikasi bioteknologi. Hal ini penting karena

    tanaman HTI untuk dipanen memerlukan waktu yang lama, sehingga apabila ada

    kesalahan maka kerugian dari segi waktu untuk investasi sangat besar. Menurut

    Soekotjo (1999) guna meningkatan pertumbuhan hutan tanaman dengan

    penerapan bioteknologi seperti teknik sterilisasi yaitu teknik menghambat

    perkembangan organ reproduksi dan mengalihkan enersi yang ada untuk memacu

    pertumbuhan vegetatif seperti hal yang sudah berhasil dicoba pada pohon

    Populus sp, dimana pohon ini dapat dipanen untuk bahan pulp pada umur 5 tahun

    dan dapat diterapkan untuk pembangunan hutan tanamanAcacia mangium.

    Pertumbuhan Dimensi Tegakan Hutan TanamanAcacia mangium

    Diameter batang pohon

    Berdasarkan hasil analisis data diameter batang tegakan Acacia mangium

    di lokasi penelitian diperoleh bentuk kurva Y = 0,14*exp((-(6,69-x)2): (2*3,48

    2))

    dengan R2= 0,98 dan dapat dilihat pada Gambar 2.

  • 7/24/2019 2007rfi

    45/63

    S = 0.00417493

    r = 0.99295323

    Umur (Tahun)

    Diameter(m)

    1.6 2.4 3.2 4.0 4.8 5.6 6.40.0

    5

    0.07

    0.09

    0.11

    0.12

    0.14

    0.16

    Gambar 2 Hubungan diameter batang pohon dengan umur tegakan.

    Gaussian Model: y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2))

    Coefficient Data:

    a = 0,14

    b = 6,69

    c = 3,48

    Pada gambar di atas (Gambar 2) dapat dilihat adanya hubungan antara

    diameter pohon dengan umur tegakan, semakin bertambah umur tegakan maka

    akan terjadi penambahan diameter pohon. Hal ini menunjukan bahwa diameterpohon masih mengalami peningkatan dari tahun kedua sampai umur enam tahun,

    sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya.

    Secara umum pertumbuhan riap diameter batang pohon tahun berjalan

    (MAI) mencapai maksimal pada umur 2 tahun yaitu sebesar 3,00 cm/tahun. Laju

    pertumbuhan riap diameter batang pohon tahun berjalan menunjukan adanya

    kecenderungan yang terus menurun sampai tanaman berumur 6 tahun (Tabel 5).

    Tabel 5 Pertumbuhan diameter batang tegakanAcacia mangium

    No Umur (thn) Diameter batang pohon (cm) MAI (cm/thn)

    1 2 6,0 3,00

    2 3 8,6 2,86

    3 4 11,0 2,75

    4 5 13,3 2,66

    5 6 14,6 2,43

  • 7/24/2019 2007rfi

    46/63

    Tinggi total

    Berdasarkan hasil analisis data tinggi total pohon diperoleh bentuk kurva

    dengan persamaan Y = 27,14*exp((-(10,08-x)2):(2*5,13

    2)) dengan R

    2= 0,99. Dari

    Gambar 3 bisa dilihat adanya hubungan antara umur tegakan dengan tinggi total

    tanaman, semakin bertambah umur tanaman maka akan terjadi peningkatan tinggi

    total tegakan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi total tegakan masih mengalami

    peningkatan dari umur dua tahun sampai tanaman berumur enam tahun, sehingga

    tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya.

    S = 0.20278829

    r = 0.99908941

    Umur (Tahun)

    Tinggi(m)

    1.6 2.4 3.2 4.0 4.8 5.6 6.46.2

    6

    8.74

    11.22

    13.70

    16.18

    18.66

    21.14

    Gambar 3 Hubungan tinggi total dengan umur tegakan.

    Gaussian Model: y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2))

    Coefficient Data:

    a = 27,14

    b = 10,08

    c = 5,13

    Pertumbuhan riap tinggi total tahun berjalan menunjukkan kecendrungan

    yang terus menurun sampai tanaman berumur 6 tahun. Pertumbuhan riap tinggi

    total tahun berjalan mencapai maksimal terjadi pada saat tanaman berumur

    2 tahun yaitu 3,90 m/tahun dan pertumbuhan riap terkecil terjadi pada tegakan

    berumur enam tahun yaitu sebesar 3,29 m/tahun (Tabel 6).

  • 7/24/2019 2007rfi

    47/63

    Tabel 6 Pertumbuhan tinggi total tegakanAcacia mangium

    No Umur (thn) Tinggi total (m) MAI (m/thn)

    1 2 7,81 3,90

    2 3 10,53 3,51

    3 4 13,36 3,344 5 16,63 3,32

    5 6 19,76 3,29

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju pertumbuhan riap diameter

    batang dan tinggi total pohon terbesar terjadi pada tanaman berumur 2 tahun dan

    terjadi penurunan laju pertumbuhan sampai dengan tanaman berumur 6 tahun. Hal

    ini berarti bahwa laju pertumbuhan diameter batang pohon dan tinggi total pohon

    pada awal pertumbuhan merupakan hal yang harus dipertahankan pada tingkat

    pertumbuhan yang normal. Sehingga pertumbuhan tegakan pada tahun-tahun awalmerupakan hal yang terpenting dari keseluruhan pertumbuhan pohon. Kehilangan

    pertumbuhan dimensi tegakan pada tahun awal sangat membahayakan kelestarian

    pengusahaan hutan tanaman dan koreksi terhadap kehilangan pertumbuhan pada

    tahun awal melalui pemberian input hara dan teknik silvikultur tahun berikutnya

    kurang banyak membantu untuk menghindari terjadinya kehilangan pertumbuhan

    tegakan. Hal ini disebabkan fase sensitif pertumbuhan organ vegetatif tanaman

    sudah dilampaui. Menurut Arisman dan Widyarsono (1999) hasil penelitian dari

    studi perlakuan pupuk pada tanaman Acacia mangium di PT MHP disimpulkan

    bahwa waktu pemupukan yang memberikan respon yang paling baik bagi

    percepatan pertumbuhan tanaman adalah saat penanaman sampai tanaman

    berumur 1 bulan dan semakin tua umur tanaman saat pemupukan dilaksanakan

    akan memberikan respon yang semakin berkurang.

    Penelitian tentang retranslokasi hara pada tanaman cepat tumbuh seperti

    Acacia mangiumtelah dilaporkan (Hardiyanto et al. 2004). Penelitian ini berusaha

    untuk memahami strategi pohon untuk mempertahankan pertumbuhan yang cepat

    sampai dengan akhir daur. Pada tanaman Acacia mangium berumur 2 tahun

    retranslokasi hara di dalam pohon ternyata cukup besar. Misalnya, pada plot yang

    kurang subur ketika daun sedang berkembang dari fase hijau-hidup ke fase

    senesen (senescent) kuning, persentase hara yang diretranslokasikan dari daun

    senesen adalah 26,8% N; 76,5% P; 30,8 % K, setara dengan (ha/th) 50 kg N;

  • 7/24/2019 2007rfi

    48/63

    5,2 kg P dan 18,3 kg K berdasarkan deposisi serasah sebesar 9,1 ton/ha/th. Pada

    plot yang lebih subur angka-angka ini adalah 30,3% N; 84,4% P; 34,5% K, setara

    dengan (ha/th) 56 kg N; 5,7 kg P; 20,3 kg K berdasarkan deposisi serasah sebesar

    9,0 ton/ha/th.

    Pada tanah yang lebih subur ada kecenderungan dimana pohon tumbuh lebih

    cepat, retranslokasi hara terjadi dalam persentase yang lebih besar. Hubungan

    yang kuat antara besarnya hara yang diretranslokasi dan pertumbuhan juga telah

    dilaporkan juga pada species lain seperti Pinus radiata(Nambiar dan Fife 1991),

    Eucalyptus globulus (Saur et al. 2000) dan Eucalyptus grandis

    (Goncalves et al. 2004). Tegakan yang kecukupan hara pada fase awal

    (tahun pertama) pertumbuhannya, ketika tajuk berkembang, akan memiliki hara

    dalam kuantitas yang besar dalam biomassanya, dengan demikian tersedia haradengan kuantitas yang cukup besar pula untuk proses pendauran. Ini memiliki

    implikasi praktis dalam silvikultur hutan tanaman, terutama untuk species cepat

    tumbuh, yaitu mengoptimalkan pertumbuhan awal yang yang cepat, antara lain

    dengan masukan hara melalui pemupukan, sehingga kanopi segera menutup

    sebelum akhir tahun pertama. Pertumbuhan yang cepat ini akan terbawa sampai

    akhir daur.

    Peninggi

    Hasil analisis data peninggi tegakan dengan umur tanaman dengan model

    terbaik diperoleh bentuk kurva dengan persamaan Y = -4,51+11,92x+-

    2,61x2+0,25x

    3dengan R

    2= 0,98 (Gambar 4).

    S = 0.67152666

    r = 0.99499406

    Umur (Tahun)

    Pe

    ninggi(m)

    1.6 2.4 3.2 4.0 4.8 5.6 6.48.6

    7

    12.33

    15.99

    19.65

    23.31

    26.97

    30.63

    Gambar 4 Hubungan peninggi pohon dengan umur tegakan

  • 7/24/2019 2007rfi

    49/63

    3rd degree Polynomial Fit: y=a+bx+cx^2+dx^3

    Coefficient Data:

    a = -4,51

    b = 11,92

    c = -2,61

    d = 0,25

    Dari Gambar 4 tersebut bisa dilihat adanya hubungan antara umur tanaman

    dengan peninggi tegakan, semakin bertambah umur tanaman maka akan terjadi

    peningkatan peninggi tegakan. Hal ini menunjukan bahwa peninggi tegakan masih

    mengalami peningkatan dari umur dua tahun sampai tanaman berumur enam

    tahun, sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya.

    Hasil pengamatan secara umum menunjukkan laju pertumbuhan peninggi

    tanaman cenderung mengalami penurunan mulai dari umur dua tahun sampai

    tanaman berumur lima tahun, tetapi pada umur enam tahun terjadi sedikit

    peningkatan peninggi. Pertumbuhan riap peninggi maksimal terjadi pada tegakan

    berumur dua tahun yaitu sebesar 5,5 m/thn dan pertumbuhan riap peninggi

    terkecil terjadi pada tegakan berumur lima tahun yaitu sebesar 4,2 m/thn

    (Tabel 7). Hal ini berarti laju pertumbuhan peninggi tegakan pada awal

    pertumbuhan merupakan hal yang harus dipertahankan pada tingkat pertumbuhan

    normal.

    Peningkatan peninggi pada umur enam tahun diduga dari pengembalian

    hara-hara mineral dari serasah berupa daun-daun dan ranting yang gugur. Serasah

    terurai menjadi unsur hara yang tersedia dalam tanah untuk menjamin

    kelangsungan pertumbuhan pohon. Mindawati (2000) menyatakan bahwa

    penambahan hara terjadi melalui dekomposisi serasah, serta aliran hara dari air

    hujan yang terdiri dari aliran tajuk dan aliran batang.

    Tabel 7 Riap peninggi tegakanAcacia mangium

    No Umur (thn) Peninggi tegakan rata-rata (m) MAI (m/thn)

    1 2 11,0 5,5

    2 3 14,2 4,7

    3 4 18,1 4,5

    4 5 21,0 4,2

    5 6 27,6 4,6

  • 7/24/2019 2007rfi

    50/63

    Volume pohon

    Berdasarkan hasil analisis volume pohon diperoleh bentuk kurva dengan

    persamaan Y = 37,67 : (1 + 107,66 * exp(-0,94)) dengan R2= 0,99 (Gambar 5).

    Dari Gambar 5 tersebut dapat dilihat kurva volume tegakan masih menunjukkan

    adanya peningkatan volume pohon. Fenomena tersebut merupakan suatu hal yang

    wajar karena dalam penelitian ini pengukuran tegakanAcacia mangiumdilakukan

    dari umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun yang mana tanamannya masih

    relatif muda. Kurva pertumbuhan untuk dimensi volume tegakanAcaciamangium

    sampai umur 6 tahun masih mengalami peningkatan, hal ini berarti bahwa sampai

    umur 6 tahunAcacia mangiummasih mengalami pertumbuhan yang cepat, belum

    mengalami pertumbuhan yang konstan.

    S = 0.55136024

    r = 0.99861412

    Umur (Tahun)

    Volume(m3)

    1.6 2.4 3.2 4.0 4.8 5.6 6.40.2

    2

    5.32

    10.42

    15.52

    20.62

    25.72

    30.82

    Gambar 5 Hubungan volume pohon dengan umur tegakan

    Logistic Model: y=a/(1+b*exp(-cx))

    Coefficient Data:

    a = 37,67

    b = 107,66

    c = 0,94

    Dilihat dari data hasil setiap umur tanaman secara umum terjadi peningkatan

    volume tegakan Acacia mangium sejalan dengan bertambahnya umur tegakan

    (Tabel 8). Keadaan ini merupakan hal yang menggembirakan karena dengan

  • 7/24/2019 2007rfi

    51/63

    adanya peningkatan volume tegakan menunjukkan Acacia mangium mampu

    beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuhnya. Hasil uji species di beberapa

    lokasi pengembangan HTI menunjukkan bahwaAcacia mangiummerupakan jenis

    yang paling adaptif karena menduduki ranking tertinggi dibandingkan jenis-jenis

    cepat tumbuh lainya (Leksono dan Setiadi 2001).

    Tabel 8 Volume tegakanAcacia mangiumdi lokasi penelitian

    No Umur (th) Volume (m3/ha)

    1 2 22,89

    2 3 50,08

    3 4 111,94

    4 5 193,76

    5 6 276,78

    Produktifitas Lahan

    Produktifitas adalah banyaknya hasil tegakan yang dapat dipanen dan

    dikeluarkan pada jangka waktu tertentu. Hasil tegakan yang jadi perhatian utama

    dalam penelitian ini adalah berapa banyak volume tegakan yang dihasilkan oleh

    lahan hutan tanamanAcacia mangiumdi PT Bukit Raya Mudisa. Tegakan Acacia

    mangiumdi lokasi penelitian tidak ada perlakuan penjarangan dan daur 7 tahun

    dengan luas keseluruhan adalah 4.023,2 ha.

    Hasil perhitungan volume dan riap tahunan dapat dilihat pada Tabel 9.

    Hasil penelitian ini menunjukkan volume rata-rata/ha adalah 131,09 m3/ha dengan

    kisaran 22,89 m3/ha-276,78 m

    3/ha atau dengan riap volume (mean annual

    increment) berkisar antara 11,45 m3/ha/thn-46,13 m

    3/ha/thn dengan riap rata-rata

    sebesar 28,21 m3/ha/thn. Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding hasil

    penelitian Siahaan dan Leksono (2004) di Sumatera Selatan terhadap uji provenan

    tanaman Acacia mangium dengan umur tanaman 5 tahun yang menghasilkan

    volume rata-rata 233,79 m

    3

    /ha atau riap volume sebesar 46,76 m

    3