#2 warta diamma

1
Editorial Berita Utama Laporan Khusus Laporan Khusus W ARTA Diamma Edisi #2 | Oktober/2012 Dilarang Mencabut/ Merusak, Dibuat dengan Uang Mahasiswa Progresif Mengukir Perubahan B easiswa biasanya sebagai bentuk apresiasi. Berbeda di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), banyak mahasiswa berprestasi bahkan kurang mampu kesulitan untuk dapat merasakan program beasiswa ini. Kurangnya asupan informasi serta sosialisasi dari pihak terkait, membuat beasiswa seperti sesuatu yang sulit. Usut punya usut, ternyata baik pihak universitas ataupun fakultas sama sekali tidak menganggarkan dana internal untuk beasiswa. Lantaran itu, pihak universitas hanya bisa memelas menunggu kucuran hibah ‘dana’ dari DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi). Ketika dikonfirmasi mengenai kebenaran dana dari DIKTI tersebut. Kepala Biro III bidang kemahasiswaan, Ngadiyono membenarkan bahwa selama ini kampus hanya mengandalkan kucuran dana beasiswa dari DIKTI saja. Sedangkan dari internal kampus sendiri tidak menganggarkan dana beasiswa itu. Ia juga menerangkan bahwa pada tahun ini UPDM(B) tidak tercantum sebagai penerima dana beasiswa dari DIKTI. Sementara tingkatan fakultas juga mengatakan hal serupa, Paiman Raharjo Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan FISIP mengakui bahwa selama ini FISIP tidak pernah menganggarkan dana untuk beasiswa. Sebaliknya Paiman juga menyesalkan bahwa seharusnya pihak fakultas bisa menyediakan dana beasiswa sendiri untuk mahasiswanya yang berprestasi, terlebih secara ekonomi tidak mampu. Dekan Fikom Hanafi Murtani juga menuturkan bahwa sejak sistem di sentralisasi oleh universitas, pihak fakultas jadi tidak tahu sama sekali mengenai aliran dana beasiswa itu didapat. Sebaliknya, pernyataan berbeda dituturkan oleh Agung Setyo Hadi sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi, ia mangatakan jika FE sudah memiliki anggaran sendiri untuk beasiswa mahasiswanya. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, mahasiswa harus mempunyai prestasi, terlebih jika mahasiswa aktif menjadi pengurus lembaga. Mengenai seberapa besar biaya yang dikeluarkannya, Agung berujar jika nominal yang diberikan hanya sebesar biaya BPP pokok. Mengenai diberhentikannya kucuran dana beasiswa dari DIKTI. Ayu Deviana kepala bidang I Senat FE mengusulkan, agar pihak terkait seperti fakultas dan universitas bisa menyediakan anggaran beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi, apalagi jika mahasiswa bersangkutan tidak mampu secara ekonomi. Hal senada juga diungkapkan Lolita Indra Dwi Putri Fikom 2009, dia berpendapat bahwa sebagai kampus swasta yang terbilang favorit dan berstatus baik. Apreasiasi dalam bentuk beasiswa itu wajib bagi mahasiswa yang berprestasi, baik dalam lingkungan kampus ataupun diluar kampus. Selain itu Lolita berharap agar beasiswa yang diberikan bisa diprioritaskan kepada mahasiswa yang tidak mampu, disamping itu untuk syarat memperoleh beasiswanya juga harus diperjelas dan jangan sampai dibuat berbelit- belit. Reporter: Novita Uli Utami K uliah dan lulus secepatnya, itu suatu kejadian yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap mahasiswa. Namun berbeda di UPDM(B), semenjak tahun 2009, pihak kampus tidak pernah lagi menggelar wisuda dua kali dalam satu tahun. Lantaran itu, mahasiswa harus menunggu setengah tahun lagi untuk merasakan suasana wisuda. Seperti yang dilontarkan oleh Laurentia Rosalina mahasiswi Fikom yang dinyatakan lulus pada (14/09/2012), ia mengaku menyesalkan dengan sikap kampus yang mengadakan wisuda setahun sekali. Menurut Laurentia, ia merasa keberatan karena jika sudah bekerja, dirinya akan kembali berurusan dengan kampus hanya untuk mengurus administrasi dan semacamnya. Sikap sama juga disesalkan Maria Novitasari, ia juga keberatan jika nantinya sudah bekerja diluar kota, dirinya harus mengurus kembali administrasi yang belum selesai dikampus. Menurut Paiman Raharjo, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP, wisuda setahun sekali ini sebenarnya didasari oleh beberapa pertimbangan dan juga permintaan mahasiswa. Pertimbangan yang disetujui melalui rapat bersama ini memiliki tiga poin. Pertama, efisiensi pengeluaran Mahasiswa Sesalkan Wisuda Setahun Sekali dana yang besar jika menggelar wisuda sebanyak dua kali dalam satu tahun, karena harga sewa gedung yang terus meningkat. Kedua, mempercepat pemberian ijazah kepada mahasiswa dengan catatan harus melunasi seluruh administrasi dan uang wisuda. Ketiga, membantu mahasiswa mendapatkan pekerjaan lebih cepat karena mendapatkan ijazah juga cepat. Efisiensi budget bukan menjadi suatu alasan mendasar, tapi dampaknya malah bisa merugikan pihak kampus sendiri, seperti pada wisuda tahun 2011 yang berjumlah 1.117 wisuda. Peserta wisuda terlihat sangat ramai dan tidak terkontrol, banyak dari para wisuda yang memaksa untuk keluar dari ruangan karena lapar dan bosan, bayangkan para wisudawan/i harus menunggu berjam-jam untuk dipanggil namanya satu persatu. Saat ini tercatat ada sekitar 300 mahasiswa di tiga fakultas yang dinyatakan lulus. Sudah ada dari para lulusan yang mendapatkan ijazah atau Surat Keterangan Lulus (SKL), sedangkan bagi lulusan yang belum membayar, nasib mereka hanya sebagai sarjana penganguran yang tidak mempunyai ijazah ataupun SKL. Reporter: Kharis Karim Lembaga Perwakilan Mahasiswa Jangan Pasif L embaga perwakilan mahasiswa pada dasarnya adalah lembaga aspirasi bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Peranannya sangat penting dalam menyampaikan aspirasi yang disuarakan oleh mahasiswa, tidak hanya aspirasi mengenai edukasi semata, melainkan sebagai wadah asprasi mengenai berbagai hal menyangkut kebijakan yang diberlakukan oleh pihak kampus. Seperti halnya lembaga perwakilan mahasiswa di UPDM(B) yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menyuarakan aspirasi mahasiswa kepada pihak terkait. Tetapi belakangan ini lembaga perwakilan mahasiswa cenderung kurang menyambut setiap permasalahan mahasiswa. Seperti yang dikeluhkan oleh salah satu mahasiswa Fikom 2010, ia mengeluh dengan peran lembaga perwakilan mahasiswa yang pada kenyataannya jarang muncul ke akar- akar permasalahan mahasiswa, terkesan menunggu aspirasi. Ia juga menyayangkan dengan kinerja para wakil mahasiswa yang hanya duduk-duduk atau berdiam diri diruangan kelembagaan saja, tanpa bekerja nyata. Sedangkan, kinerja wakil mahasiswa yang seharusmya berfungsi menampung aspirasi mahasiswa itu di anggap belum banyak bermanfaat. Kurangnya pendekatan serta sosialisasi yang dilakukan disinyalir mengebiri aspirasi mahasiswa. “Seharusnya para anak lembaga turut aktif mendekatkan diri dan mencari aspirasi mahasiswa, jangan pasif,“ ucap mahasiswa Fikom 2010 yang duduk di semester lima ini. Untuk menanggapi hal itu, Putri Diah Palupi ketua Senat FE beranggapan, kalau sejauh ini pihak lembaga sudah melakukan tugasnya dengan baik, walaupun hasil yang diraihnya belum maksimal ataupun sesuai harapan mahasiswa. Sikap sama juga ditunjukkan Elisabeth Pricilli Manopo, ketua komisi II Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fikom, ia menyatakan kalau DPM sudah melakukan beberapa upaya seperti melakukan sosialisasi kepada mahasiswa melalui acara orientasi, dan beberapa acara yang diselenggarakan oleh kampus. Reporter: Yohanna Karlina Pemimpin Redaksi: Tri Susanto Setiawan, Redaktur Pelaksana: Frieska Maulidiyah, Layouter: Aslan La Ode, Ilustrasi: Fadhis Abby Putra, Pemimpin Perusahaan: Novita Uli Utami, Percetakan: Karlina Nur Hayati, Pemasaran: Kharis Karim, Reporter: Novita Uli Utami, Yohanna Karlina, Kharis Karim. Alamat Redaksi: Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Pusgiwa 04, Jln. Hanglekir I/8 Kebayoran Lama Jakarta Pusat. Web: www.diamma.com Email: [email protected] Twitter: @diammamoestopo. D alam mandatnya, mahasiswa yang ditunjuk untuk duduk di Lembaga Perwakilan Mahasiswa pada dasarnya siap untuk menjalankan segala amanah dan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tapi paradigma berbeda justru terjadi di kampus merah putih, banyak segala permasalahan kompleks dihiraukan oleh para wakil mahasiswa. Lebih menyedihkannya, banyak dari para mahasiswa yang harus memendam rasa keluh kesah menyangkut segala permasalahan akademi atau lainnya, tak aneh jika gejala ini menyeret mahasiswa ke dalam jurang pemikiran apatis. Melihat fungsinya, Lembaga Perwakilan Mahasiswa sendiri mempunyai tugas dan kewajiban yang sangat strategis dalam menampung dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa. Mereka harus menjadi lembaga yang menampung, menjaring dan menyalurkan aspirasi mahasiswa kepada pihak yang terkait. Kini sudah bukan zamannya lagi wakil mahasiswa menunggu datangnya aspirasi masuk ke kotak-kotak keluhan. Sudah saatnya bagi wakil mahasiswa untuk tidak lagi duduk manis menunggu datangnya aspirasi, mereka harus benar-benar turun dan lebih dekat dengan konstituennya (mahasiswa). Maksud turun dan lebih dekat, agar dalam proses penjaringan aspirasi, wakil-wakil mahasiswa bisa memahami permasalahan mahasiswa melalui kedekatan secara personal. Dengan adanya itu, diharapkan terjadi suatu hubungan emosional kuat antara Lembaga Perwakilan Mahasiswa dan mahasiswa. Efeknya pun akan tercipta mutual respect, yakni mengangkat isu-isu yang sangat penting untuk dikemukakan. Fotografer: Tyo Raja Sulaiman/diamma.com D iamma Online Portal Berita Mahasiswa UPDM(B) Jakarta diamma. com @diammamoestopo LPM Diamma Menyoal Kinerja Wakil Mahasiswa Diberhentikannya aliran dana beasiswa oleh DIKTI (Direktorat Jen- deral Pendidikan Tinggi), memaksa mahasiswa mendapat pil pahit. Ironisnya, pihak kampus tak mempunyai anggaran sendiri. Fotografer: Ridholosa/diamma.com Ilustrator: Fadhis Abby Putra Kasian Deh..Dana Beasiswa Distop DIKTI

Upload: lpm-diamma

Post on 29-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

#2 Warta Diamma

TRANSCRIPT

EditorialBerita Utama

Laporan Khusus Laporan Khusus

WARTA Diamma Edisi #2 | Oktober/2012

Dilarang Mencabut/ Merusak, Dibuat dengan

Uang MahasiswaProgresif Mengukir Perubahan

Beasiswa biasanya sebagai bentuk apresiasi. Berbeda di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), banyak

mahasiswa berprestasi bahkan kurang mampu kesulitan untuk dapat merasakan program beasiswa ini. Kurangnya asupan informasi serta sosialisasi dari pihak terkait, membuat beasiswa seperti sesuatu yang sulit. Usut punya usut, ternyata baik pihak universitas ataupun fakultas sama sekali tidak menganggarkan dana internal untuk beasiswa. Lantaran itu, pihak universitas hanya bisa memelas menunggu kucuran hibah ‘dana’ dari DIKTI (Direktorat Jenderal

Pendidkan Tinggi). Ketikadikonfirmasimengenaikebenaran dana dari DIKTI tersebut. Kepala Biro III bidang kemahasiswaan, Ngadiyono membenarkan bahwa selama ini kampus hanya mengandalkan kucuran dana beasiswa dari DIKTI saja. Sedangkan dari internal kampus sendiri tidak menganggarkan dana beasiswa itu. Ia juga menerangkan bahwa pada tahun ini UPDM(B) tidak tercantum sebagai penerima dana beasiswa dari DIKTI. Sementara tingkatan fakultas juga mengatakan hal serupa, Paiman Raharjo Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan

FISIP mengakui bahwa selama ini FISIP tidak pernah menganggarkan dana untuk beasiswa. Sebaliknya Paiman juga menyesalkan bahwa seharusnya pihak fakultas bisa menyediakan dana beasiswa sendiri untuk mahasiswanya yang berprestasi, terlebih secara ekonomi tidak mampu. DekanFikomHanafiMurtanijuga menuturkan bahwa sejak sistem di sentralisasi oleh universitas, pihak fakultas jadi tidak tahu sama sekali mengenai aliran dana beasiswa itu didapat. Sebaliknya, pernyataan berbeda dituturkan oleh Agung Setyo Hadi sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi, ia mangatakan jika FE sudah memiliki anggaran sendiri untuk beasiswa mahasiswanya. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, mahasiswa harus mempunyai prestasi, terlebih jika mahasiswa aktif menjadi pengurus lembaga. Mengenai seberapa besar biaya yang dikeluarkannya, Agung berujar jika nominal yang diberikan hanya sebesar biaya BPP pokok. Mengenai diberhentikannya kucuran dana beasiswa dari DIKTI. Ayu Deviana kepala bidang I Senat FE mengusulkan, agar pihak terkait seperti fakultas dan universitas bisa menyediakan anggaran beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi, apalagi jika mahasiswa bersangkutan tidak mampu secara ekonomi. Hal senada juga diungkapkan Lolita Indra Dwi Putri Fikom 2009, dia berpendapat bahwa sebagai kampus swasta yang terbilang favorit dan berstatus baik. Apreasiasi dalam bentuk beasiswa itu wajib bagi mahasiswa yang berprestasi, baik dalam lingkungan kampus ataupun diluar kampus. Selain itu Lolita berharap agar beasiswa yang diberikan bisa diprioritaskan kepada mahasiswa yang tidak mampu, disamping itu untuk syarat memperoleh beasiswanya juga harus diperjelas dan jangan sampai dibuat berbelit-belit. Reporter: Novita Uli Utami

Kuliah dan lulus secepatnya, itu suatu kejadian yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap mahasiswa. Namun berbeda

di UPDM(B), semenjak tahun 2009, pihak kampus tidak pernah lagi menggelar wisuda dua kali dalam satu tahun. Lantaran itu, mahasiswa harus menunggu setengah tahun lagi untuk merasakan suasana wisuda. Seperti yang dilontarkan oleh Laurentia Rosalina mahasiswi Fikom yang dinyatakan lulus pada (14/09/2012), ia mengaku menyesalkan dengan sikap kampus yang mengadakan wisuda setahun sekali. Menurut Laurentia, ia merasa keberatan karena jika sudah bekerja, dirinya akan kembali berurusan dengan kampus hanya untuk mengurus administrasi dan semacamnya. Sikap sama juga disesalkan Maria Novitasari, ia juga keberatan jika nantinya sudah bekerja diluar kota, dirinya harus mengurus kembali administrasi yang belum selesai dikampus. Menurut Paiman Raharjo, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP, wisuda setahun sekali ini sebenarnya didasari oleh beberapa pertimbangan dan juga permintaan mahasiswa. Pertimbangan yang disetujui melalui rapat bersama ini memiliki tigapoin.Pertama,efisiensipengeluaran

Mahasiswa Sesalkan Wisuda Setahun Sekali

dana yang besar jika menggelar wisuda sebanyak dua kali dalam satu tahun, karena harga sewa gedung yang terus meningkat. Kedua, mempercepat pemberian ijazah kepada mahasiswa dengan catatan harus melunasi seluruh administrasi dan uang wisuda. Ketiga, membantu mahasiswa mendapatkan pekerjaan lebih cepat karena mendapatkan ijazah juga cepat. Efisiensibudgetbukanmenjadisuatu alasan mendasar, tapi dampaknya malah bisa merugikan pihak kampus sendiri, seperti pada wisuda tahun 2011 yang berjumlah 1.117 wisuda. Peserta wisuda terlihat sangat ramai dan tidak terkontrol, banyak dari para wisuda yang memaksa untuk keluar dari ruangan karena lapar dan bosan, bayangkan para wisudawan/i harus menunggu berjam-jam untuk dipanggil namanya satu persatu. Saat ini tercatat ada sekitar 300 mahasiswa di tiga fakultas yang dinyatakan lulus. Sudah ada dari para lulusan yang mendapatkan ijazah atau Surat Keterangan Lulus (SKL), sedangkan bagi lulusan yang belum membayar, nasib mereka hanya sebagai sarjana penganguran yang tidak mempunyai ijazah ataupun SKL. Reporter: Kharis Karim

Lembaga Perwakilan Mahasiswa Jangan Pasif

Lembaga perwakilan mahasiswa pada dasarnya adalah lembaga aspirasi bagi mahasiswa di perguruan

tinggi. Peranannya sangat penting dalam menyampaikan aspirasi yang disuarakan oleh mahasiswa, tidak hanya aspirasi mengenai edukasi semata, melainkan sebagai wadah asprasi mengenai berbagai hal menyangkut kebijakan yang diberlakukan oleh pihak kampus. Seperti halnya lembaga perwakilan mahasiswa di UPDM(B) yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menyuarakan aspirasi mahasiswa kepada pihak terkait. Tetapi belakangan ini lembaga perwakilan mahasiswa cenderung kurang menyambut setiap permasalahan mahasiswa. Seperti yang dikeluhkan oleh salah satu mahasiswa Fikom 2010, ia mengeluh dengan peran lembaga perwakilan mahasiswa yang pada kenyataannya jarang muncul ke akar-akar permasalahan mahasiswa, terkesan menunggu aspirasi. Ia juga menyayangkan

dengan kinerja para wakil mahasiswa yang hanya duduk-duduk atau berdiam diri diruangan kelembagaan saja, tanpa bekerja nyata. Sedangkan, kinerja wakil mahasiswa yang seharusmya berfungsi menampung aspirasi mahasiswa itu di anggap belum banyak bermanfaat. Kurangnya pendekatan serta sosialisasi yang dilakukan disinyalir mengebiri aspirasi mahasiswa. “Seharusnya para anak lembaga turut aktif mendekatkan diri dan mencari aspirasi mahasiswa, jangan pasif,“ ucap mahasiswa Fikom 2010 yang duduk di semester lima ini. Untuk menanggapi hal itu, Putri Diah Palupi ketua Senat FE beranggapan, kalau sejauh ini pihak lembaga sudah melakukan tugasnya dengan baik, walaupun hasil yang diraihnya belum maksimal ataupun sesuai harapan mahasiswa. Sikap sama juga ditunjukkan Elisabeth Pricilli Manopo, ketua komisi II Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fikom, ia menyatakan kalau DPM sudah melakukan beberapa upaya seperti melakukan sosialisasi kepada mahasiswa melalui acara orientasi, dan beberapa acara yang diselenggarakan oleh kampus. Reporter: Yohanna KarlinaPemimpin Redaksi: Tri Susanto Setiawan, Redaktur Pelaksana: Frieska Maulidiyah, Layouter: Aslan La Ode, Ilustrasi: Fadhis Abby Putra, Pemimpin Perusahaan: Novita Uli Utami, Percetakan: Karlina Nur Hayati, Pemasaran: Kharis Karim, Reporter: Novita Uli Utami, Yohanna Karlina, Kharis Karim.Alamat Redaksi: Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Pusgiwa 04, Jln. Hanglekir I/8 Kebayoran Lama Jakarta Pusat. Web: www.diamma.com Email: [email protected] Twitter: @diammamoestopo.

Dalam mandatnya, mahasiswa yang ditunjuk untuk duduk di Lembaga Perwakilan Mahasiswa pada dasarnya

siap untuk menjalankan segala amanah dan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tapi paradigma berbeda justru terjadi di kampus merah putih, banyak segala permasalahan kompleks dihiraukan oleh para wakil mahasiswa. Lebih menyedihkannya, banyak dari para mahasiswa yang harus memendam rasa keluh kesah menyangkut segala permasalahan akademi atau lainnya, tak aneh jika gejala ini menyeret mahasiswa ke dalam jurang pemikiran apatis. Melihat fungsinya, Lembaga Perwakilan Mahasiswa sendiri mempunyai tugas dan kewajiban yang sangat strategis dalam menampung dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa. Mereka harus menjadi lembaga yang menampung, menjaring dan menyalurkan aspirasi mahasiswa kepada pihak yang terkait. Kini sudah bukan zamannya lagi wakil mahasiswa menunggu datangnya aspirasi masuk ke kotak-kotak keluhan. Sudah saatnya bagi wakil mahasiswa untuk tidak lagi duduk manis menunggu datangnya aspirasi, mereka harus benar-benar turun dan lebih dekat dengan konstituennya (mahasiswa). Maksud turun dan lebih dekat, agar dalam proses penjaringan aspirasi, wakil-wakil mahasiswa bisa memahami permasalahan mahasiswa melalui kedekatan secara personal. Dengan adanya itu, diharapkan terjadi suatu hubungan emosional kuat antara Lembaga Perwakilan Mahasiswa dan mahasiswa. Efeknya pun akan tercipta mutual respect, yakni mengangkat isu-isu yang sangat penting untuk dikemukakan.

Foto

graf

er:

Tyo

Raja

Sul

aim

an/d

iam

ma.

com

Diamma Online

Portal Berita Mahasiswa UPDM(B) Jakar ta d i a m m a . c o m

@diammamoestopo LPM Diamma

Menyoal Kinerja Wakil Mahasiswa

Diberhentikannya aliran dana beasiswa oleh DIKTI (Direktorat Jen-deral Pendidikan Tinggi), memaksa mahasiswa mendapat pil pahit. Ironisnya, pihak kampus tak mempunyai anggaran sendiri.

Foto

graf

er:

Ridh

olos

a/di

amm

a.co

m

Ilust

rato

r: F

adhi

s Ab

by P

utra

Kasian Deh..Dana Beasiswa Distop DIKTI