2. tinjauan pustaka 2.1. definisi kualitas · haccp digunakan secara ekstensif pada industri...
TRANSCRIPT
Universitas Kristen Petra
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kualitas
Pada dasarnya penentuan akan kualitas suatu barang/produk sulit untuk
dilakukan karena hal ini tergantung pada tanggapan pelanggan terhadap apa yang
diterima selama melakukan pembelian barang/produk tersebut.
Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan
suatu produk/jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian.
Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas
kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi
persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaannya kualitas produk/layanan harus berorientasi pada
pelanggan karena pelangganlah yang menentukan tingkat kualitas. Pelanggan
yang merasa puas akan mengatakan bahwa produk/layanan yang diberikan
tersebut memiliki kualitas yang tinggi. Oleh karena itu, untuk menciptakan
kualitas yang baik di mata konsumen, perlu diketahui konsep kualitas agar
kualitas yang dimaksud dapat terwujud.
2.2. Pengertian Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
HACCP adalah suatu alat manajemen yang menyediakan pendekatan
dengan lebih terstruktur untuk mengontrol pengidentifikasian bahaya lebih dari
yang dilakukan oleh inspeksi secara tradisional serta prosedur pengendalian
kualitas (Mortimore and Wallace, 1998). HACCP memiliki potensi untuk
mengidentifikasi area yang perlu diperhatikan, yang mana pada area tersebut
belum memiliki pengalaman kegagalan. Oleh karena itu, HACCP sangat berguna
untuk operasi yang baru. Selain itu, HACCP juga berfungsi untuk memastikan
bahwa makanan yang diproduksi terjamin kemanannya (tidak berbahaya).
HACCP digunakan secara ekstensif pada industri makanan untuk memproduksi
produk yang dapat memenuhi syarat-syarat kesehatan dan keamanan.
Universitas Kristen Petra
5
HACCP didesain untuk mencegah terjadinya suatu masalah dengan
memastikan bahwa pengontrolan dilakukan pada beberapa titik dalam sistem
produksi makanan. Yang mana pada titik-titik tersebut situasi berbahaya atau
kritis dapat terjadi. Titik-titik ini disebut sebagai Critical Control Points (CCPs).
Contoh dari Critical Control Points adalah proses pemasakan, prosedur
pemrosesan seperti pengisian dan penyegelan kaleng, dan prosedur pemotongan
seperti pembersihan organ dalam. Lokasi dan urutan dari bahaya akan sangat
berbeda tergantung dari fasilitas yang ada, persiapan makanan, penggunaan
prosedur pemrosesan, dan faktor-faktor lainnya. Ketika CCPs teridentifikasi, limit
kritis harus ditentukan dalam perencanaan. Limit kritis biasanya ditunjukkan
lewat perlambangan nomer-nomer, seperti parameter-parameter sebagai waktu/
temperatur, kelembaban, aktivitas air, pH, konsentrasi garam, dan level klorin.
HACCP merupakan suatu sistem pengontrolan proses secara keseluruhan,
yang mana dipercaya HACCP akan memberikan sesuatu yang berbeda dari
pengetahuan dan pengalaman dalam menghasilkan suatu sistem yang baik.
Keuntungan HACCP bagi industri adalah (Sucofindo, 2003):
Sistem jaminan keamanan (safety) yang diterima secara internasional.
Membuka wawasan dan pengertian yang lebih baik terhadap produk dan
proses.
Partisipasi dan pemahaman yang lebih baik dalam program keamanan pangan
(food safety).
Mengurangi tingkat produk non-conformity.
Urutan langkah-langkah kunci dari HACCP agar menghasilkan suatu
sistem yang efektif dapat dilihat dari gambar 2.1. di bawah ini.
Universitas Kristen Petra
6
Gambar 2.1. Urutan Langkah Kunci dari HACCP
(Mortimore and Wallace, 1998)
2.3. Perencanaan dan Persiapan Penerapan HACCP
Dasar yang penting dan harus dilaksanakan pada bagian ini adalah
(Mortimore and Wallace, 1998):
- Memastikan bahwa orang-orang yang tepat telah dipilih dan dilatih.
- Menetapkan sistem bantuan (support systems) apa yang telah siap untuk
digunakan dan apa yang perlu untuk dikembangkan.
- Memikirkan/mempertimbangkan struktur yang tepat untuk sistem HACCP
- Merencanakan proyek secara keseluruhan, meliputi daftar waktu yang realistis
untuk pengembangan dan pengimplementasian perencanaan HACCP.
Dengan melaksanakan langkah-langkah persiapan terlebih dahulu sebelum
mengembangkan perencanaan HACCP, banyak ahli percaya bahwa suatu
perusahaan akan dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Langkah-langkah persiapan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2. di bawah ini.
Universitas Kristen Petra
7
Gambar 2.2. Langkah-Langkah Perencanaan dan Persiapan Penerapan HACCP
(Mortimore and Wallace, 1998)
2.3.1. Persiapan (Personel dan Pelatihan)
a. Sumber Daya Personel/Manusia
HACCP dilaksanakan oleh manusia. Apabila orang yang terlibat tidak
memiliki pengalaman dan pelatihan tentang HACCP, maka hasil dari
penerapan HACCP akan menjadi tidak efektif dan tidak sehat. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat mengidentifikasi orang yang tepat untuk
perusahaannya.
Manajemen Senior
Terlibatnya manajemen senior merupakan dasar dalam
pengimplementasian HACCP yang efektif. Manajemen senior dari seluruh
bagian harus terdorong untuk menunjukan dukungan mereka secara efektif
dan menjadi sepakat dalam pendekatan yang mereka lakukan.
Universitas Kristen Petra
8
Pengidentifikasian dan pelatihan dari kelompok sistem kendali
HACCP akan memberikan dukungan yang berharga dan nyata dalam
pengimplementasian HACCP. Peran dari manager senior ditambah dengan
tim pemimpin HACCP adalah sangat penting untuk kelompok ini.
Membuat tim HACCP
Pembuatan tim HACCP direkomendasikan secara kuat bagi
perusahaan agar memiliki lebih dari satu orang yang bekerja untuk
mengembangkan sistem HACCP mereka. Hal ini dikarenakan HACCP
tidak dapat dilaksanakan oleh satu orang saja, tetapi dari hasil usaha tim
multi-disiplinary (tim HACCP). Aktivitas persiapan yang kedua adalah
mengidentifikasi dan melatih tim HACCP. Minimal tim HACCP
direkomendasikan memiliki inti yang terdiri dari para ahli (ahli di sini
artinya memiliki pengetahuan dan pengalaman), meliputi area-area dari
(Mortimore and Wallace, 1998):
1. Jaminan kualitas/teknis – menyediakan keahlian di bidang
mikrobiologi, kimia, dan bahaya fisik. Mengerti tentang resiko, dan
memiliki pengetahuan akan tindakan yang harus diambil untuk
mengontrol bahaya (hazards).
2. Operasi atau produksi – individu yang memiliki pertanggung jawaban
dan pengetahuan yang detil tentang kebutuhan aktivitas operasi dari
hari ke hari pada order untuk memproduksi produk.
3. Engineering – mampu untuk menyediakan pengetahuan dari peralatan
dan lingkungan pekerjaan dengan respek dalam desain yang higienis
dan kemampuan proses.
4. Keahlian tambahan – mungkin dapat disediakan dari antara kedua
perusahaan dan dari konsultan luar.
Area-area lain yang yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Jaminan kualitas suplier – diperlukan dalam menyediakan detil dari
aktivitas suplier serta dalam memperkirakan hazard dan sekumpulan
resiko dari bahan mentah.
Universitas Kristen Petra
9
2. Penelitian dan pengembangan – masukkan dari area ini diperlukan
apabila dalam perusahaan produk baru dan proses pengembangan
menjadi satu aktivitas yang berkelanjutan.
3. Distribusi – untuk pengetahuan yang ahli dari penyimpanan dan
pemeliharaan dari rangkaian/rantai distribusi
4. Pembelian – berguna dalam keterlibatan perusahaan pada faktor
pembelian barang untuk penjualan di depan atau pada servis operasi
makanan, atau ketika peran teknikal dan pembelian dikombinasikan.
5. Mikrobiologi – apabila perusahaan memiliki mikrobiologi, maka
pengetahuan ahli mereka menjadi kebutuhan pada tim HACCP.
Perusahaan-perusahaan kecil yang tidak memiliki ini, mengidentifikasi
sumber bantuan ahli dari salah satu asosiasi penelitian makanan (Food
Research Asssociation). Selain itu, juga dari konsultan yang
mempunyai reputasi baik, atau dari laboratorium analitik.
6. Toksikologis (ahli racun) – toksikologis menjadi kebutuhan yang
penting bagi pengetahuan dari bahaya kimia dan metode untuk
memonitor dan mengontrol. Toksilogis biasanya ditempatkan pada
asosiasi penelitian makanan, konsultan laboratorium analitik, atau
universitas.
7. Statistical Process Control (SPC) – SPC penting dalam
memperkirakan/menaksir apakah proses secara konsisten telah mampu
untuk mengontrol parameter-parameter yang diperlukan seingga
keamanan dapat dikendalikan.
8. ‘Ahli’ HACCP – berguna menolong tim perusahaan untuk tetap berada
di jalan yang benar dan menjadi terbiasa dengan sistem HACCP.
Selain itu, berguna menolong perusahaan untuk memutuskan dalam
mendapatkan orang-orang yang tepat bagi tim dan memperkirakan
apakah awal pembelajaran HACCP telah benar.
Personel Tambahan
Dalam tim HACCP, juga harus dipertimbangkan untuk
mengikutsertakan orang dari luar perusahaan. Perusahaan dapat meminta
Universitas Kristen Petra
10
bantuan dari perusahaan lain, universitas, atau dari jasa lain yang memiliki
orang yang tahu dan mengerti tentang HACCP.
Untuk penambahan tim HACCP dan manajemen senior, personel
operasi secara keseluruhan harus dilibatkan. Hal ini meliputi supervisor,
operator, inspektur barang masuk, juru masak, dan personel penjualan.
Jumlah penambahan tim HACCP tergantung dari tipe operasi dan jumlah
pengontrolan yang perlu dimonitor.
b. Kebutuhan Pelatihan (Training Requirements)
Elemen terpenting dalam menata sistem HACCP adalah pelatihan.
Pelatihan tidak hanya menyediakan kebutuhan keahlian teknik saja dalam
pengimplementasian HACCP, tetapi juga menolong dalam merubah sikap dari
seseorang.
2.3.2. Mencari Kondisi Perusahaan Saat ini Berdasarkan Audit dan
Analisis Gap
Sebelum membuat perencanaan proyek untuk inisiatif HACCP, yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengevaluasi sistem dan sumber daya
pada tingkatannya serta membandingkan dengan kebutuhan dalam mengatur
HACCP secara efektif. Hal ini meliputi audit dari fasilitas lingkungan sebaik
mungkin seperti perkiraan sistem saat ini dan sumber daya manusia.
Untuk mengidentifikasi gap, jalan yang paling efektif adalah dengan
mendasarkan audit pada pengontrolan ukuran saat ini untuk keamanan makanan
dan manajemen kualitas. Selain itu dengan menggunakan keahlian audit dan
pengetahuan khusus akan kebutuhan standar dan sistem untuk mendukung
HACCP.
a. Prasyarat dan Jaringan Dukungan (Support Network) HACCP
HACCP adalah pondasi untuk manajemen keamanan produk, dan dalam
prakteknya, berhubungan dengan banyak sistem manajemen yang lain.
Prasyarat adalah aturan yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang
harus ditempatkan untuk mendukung sistem HACCP. Gambar jaringan
dukungan HACCP dapat dilihat pada gambar 2.3. di bawah ini.
Universitas Kristen Petra
11
Gambar 2.3. The HACCP Support Network
(Mortimore and Wallace, 1998)
Proses prasyarat didesain dengan baik dan berada dalam order kerja
sebelum memulai proses HACCP, sehingga dalam operasi, bahaya yang
muncul lebih sedikit daripada yang diperkirakan.
Sistem HACCP hanya akan efektif sepanjang prasyarat juga bekerja secara
efektif, jadi beberapa verifikasi dari sistem HACCP akan menjadi pokok
persoalan sebagai tambahan verifikasi dari sistem prasyarat. Program
prasyarat dapat menjadi jalan yang efektif untuk mengatur bahaya yang sering
terjadi hingga fasilitas berada pada lokasi yang tepat.
b. Prasyarat Support System – Hal-Hal yang Diperlukan
Pada bagian ini akan dipikirkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
untuk program prasyarat Good Manufacturing Practice (GMP) dan Supplier
Quality Assurance (SQA)
Good Manufacturing Practice (GMP)
Persoalan pokok dari keamanan produk adalah adanya resiko dari cross-
contamination yang terjadi selama proses dari dalam lingkungan pabrik.
Beberapa sumber yang memiliki potensial menimbulkan cross-
contamination adalah (Mortimore and Wallace, 1998):
Universitas Kristen Petra
12
1. Layout – Meliputi kemampuan untuk memisahkan antara bahan baku
dan produk jadi. Sebagian besar pada fasilitas di luar pengepakan,
untuk bahan baku dan produk jadi, diinginkan terpisah dari area
pemrosesan utama. Tersedianya kebutuhan servis dan fasilitas untuk
manufaktur produk juga termasuk pada bagian ini. Kebutuhan ini
meliputi tersedianya air yang siap untuk diminum, fasilitas kebersihan
yang cukup, peralatan dan lingkungan, hingga koneksi dari seluruh
kebutuhan servis dalam area yang tepat/benar. Selain itu, pola
perpindahan dari staf dan peralatan juga harus dipikirkan di sini,
dengan persediaan dari fasilitas higienis yang memadai, hingga
fasilitas kantin dan rekreasi.
2. Buildings – Seluruh bangunan harus dipelihara untuk mencegah
bahaya fisik pada produk. Selain itu, saluran harus didesain dan
diservis hingga aliran selalu dapat berjalan keluar dari area produksi,
dengan tidak adanya kemungkinan air akan merembes. Penangkal
hama/pengganggu dan jadwal pembersihan harus digambarkan untuk
semua fasilitas yang ada di bangunan.
3. Equipment – Peralatan harus didesain untuk meminimalkan resiko
croos-contamination. Yang harus diingat adalah memastikan bahwa
sekeliling dan bagian bawah peralatan harus dapat dibersihkan.
Apabila bagian bawah peralatan terlalu dekat dengan lantai, maka
bagian bawah peralatan tersebut harus disegel.
4. People – Di sini yang harus dipikirkan adalah kebutuhan perlindungan
pakaian, hingga frekuensi penggantian dan prosedur pencucian
pakaian. Perusahaan harus selalu siap untuk memikirkan perubahan
fasilitas, dan pencuci tangan (wastafel) menjadi komponen dari layout
bangunan. Seluruh personal harus dilatih pada Good Hygiene Practice.
5. Cleaning – Harus tersedia fasilitas kebersihan yang memadai untuk
pembersihan peralatan, orang, serta bangunan, dan penggunaan
fasilitas ini harus mudah. Jadwal pembersihan harus dipersiapkan
untuk seluruh area, dan staf harus dilatih untuk menjalankan aktivitas
pembersihan secara efektif.
Universitas Kristen Petra
13
6. Chemicals – Fasilitas penyimpanan harus disediakan untuk seluruh
bahan kimia yang dibutuhkan untuk digunakan pada area manufaktur.
Ini untuk mencegah resiko produk terkontaminasi. Seluruh bahan
kimia harus diberi label dan tidak boleh tumpah pada kontainer
makanan. Personel pemegang bahan kimia seluruhnya harus dilatih
untuk penggunaan yang benar.
7. Raw materials – Penanganan area untuk bahan baku harus
direncanakan dengan hati-hati, dan area-area yang digunakan untuk
lebih dari satu tipe bahan lebih membutuhkan ketelitian untuk
pembesihan dan penggunaannya. Di sini harus dipastikan bahwa setiap
bahan kasar diketahui cara menanganinya, dan ukuran yang digunakan
tepat sesuai dengan yang diperlukan.
8. Storage – Memikirkan apakah telah memiliki pemisahan yang
memadai, pengontrolan temperatur dan kelembaban, serta memastikan
bahwa seluruh area penyimpanan adalah bebas dari gangguan (hama).
9. Products – Line produksi harus diletakkan terpisah untuk mencegah
terjadinya cross-contamination, dan prosedur penanganan serta
pembersihan harus direncanakan dengan tepat.
10. Packaging – Pengepakan dapat menjadi bahaya mayor, atau dapat
memasukkan mikroorganisme ke dalam produk. Pengepakan harus
dipastikan telah tepat pengerjaannya, produk tidak boleh mengalami
kerusakan selama disimpan dan dikirim. Selain itu, pastikan juga
pemberian kode telah benar dan instruksi penggunaan telah dicetak
dengan benar.
Supplier Quality Assurance (SQA)
Sistem SQA yang efektif merupakan salah satu program prasyarat yang
penting. Hal ini dikarenakan adalah sangat penting sekali untuk
mengetahui bahwa suplier melakukan pengontrolan hazards apabila hal ini
tidak dapat dikontrol dalam proses atau dari tindakan konsumen.
Pada bagian ini akan dipikirkan bagaimana membangun sistem SQA
yang efektif. Elemen-elemen yang terdapat dalam program SQA meliputi
(Mortimore and Wallace, 1998):
Universitas Kristen Petra
14
1. Spesifications – Spesifikasi adalah dasar dari sistem SQA. Seluruh
faktor yang penting untuk bahan baku harus didefinisikan secara jelas.
Hal ini juga meliputi limit atau toleransi dari spesifikasi yang diijinkan
atau yang tidak diijinkan. Spesifikasi bahan baku yang khusus
meliputi:
i. Detil dari suplier dan manufacturing/supply site
ii. Deskripsi dari bahan baku dan fungsinya
iii. Pemeriksaan bahan baku
iv. Detil dari seluruh faktor intrinsik dengan toleransi limit
v. Kriteria mikrobiologikal yang dapat diterima
vi. Limit analitikal dan mikrobiologikal serta sampling plans
vii. Kebutuhan pemberian label
viii. Kondisi penyimpanan dan distribusi
ix. Penanganan dan instruksi penggunaan yang aman
x. Deskripsi dari tipe, ukuran, dan kuantitas pengepakan
2. Auditing – Ketika membangun program kebutuhan auditing, yang
penting untuk dipikirkan adalah bagaimana audits akan
melaksanakannya. Audit SQA penting bagi kemanan dan kualitas dari
produk, apabila dijalankan secara efektif akan menjadi suatu bagian
yang vital, dan ketika memelihara hubungan yang baik dengan suplier.
3. Certificates of analysis – Memastikan bahwa sertifikat analisis telah
dipersiapkan hanya oleh asisten laboran yang memiliki kemampuan
untuk melakukan tes dan menyediakan hasil yang akurat.
4. Third-party inspectors – Dalam memilih third-party inspectors, harus
dipikirkan mengenai keahlian dan pengalaman dari auditors pada
penginspeksian third-party. Inspektur harus memiliki pengalaman
yang memadai pada persoalan teknologi dan dalam proses auditing.
5. Buying from agents and brokers – Ketika membeli material dari agen
atau perantara, maka kontak/hubungan dengan suplier akan hilang.
Jaminan yang tepat dapat diperoleh dari agen, dan harus dipastikan
bahwa pengontrolan yang tepat dilakukan pada perusahaan guna
mengatasi kasus yang buruk.
Universitas Kristen Petra
15
c. Melakukan Analisa Gap – pertanyaan untuk dipertimbangkan/dipikirkan
Beberapa pertanyaan yang harus dipikirkan ketika memperkirakan
keefektifan sistem adalah (Mortimore and Wallace, 1998):
Supplier Quality Assurance:
1. Apakah seluruh suplier bahan baku telah diakui/disetujui?
2. Apakah mengerti kriteria keamanan yang diperintahkan untuk bahan
baku?
3. Apakah bahan baku membutuhkan penanganan secara khusus?
4. Apakah suplier telah di-audit?
5. Pelatihan apa yang diberikan oleh suplier kepada auditors?
6. Apakah suplier menyediakan informasi analitikal dan apakah itu valid?
7. Apakah memiliki kepercayaan untuk keamanan dari seluruh bahan
baku?
8. Apakah setiap bahan baku memiliki spesifikasi?
9. Apakah third-party audits dilaksanakan?
Good Manufacturing Practice:
1. Apakah bangunan dan peralatan berada dalam penanganan yang baik?
2. Apakah aliran proses logis?
3. Apakah memiliki program kebersihan yang efektif?
4. Apakah memiliki prosedur untuk mengontrol: perlindungan pakaian,
pencuci tangan, personel, kelakuan higienis, kerusakan kaca, material
asing?
5. Apakah prosedur bekerja secara efektif?
Personnel and Training:
1. Apakah memiliki dasar keahlian yang memadai/cukup?
2. Apakah seluruh personel dilatih dalam makanan higienis?
3. Apakah ada pelatihan tambahan dalam kebutuhan HACCP?
Good Laboratory Practice:
1. Apakah laboratorium beroperasi pada sistem praktek yang baik?
2. Apakah sistem terakreditasi?
3. Apakah pengontrolan dibangun hingga prosedur percobaan sampel?
4. Apakah hasil analisa dimonitor?
Universitas Kristen Petra
16
5. Apakah seluruh staf laboratorium dilatih?
6. Apakah asisten laboran dari luar telah diakui/disetujui?
7. Apakah pengambilan sampel dilakukan dengan cara higienis?
Quality Management Systems:
1. Apakah Quality Management System telah ada?
2. Apakah berdasarkan framework yang diakui, seperti ISO 9001?
3. Apakah dinilai dari luar?
4. Apakah meng-cover seluruh bagian yang ada pada pengoperasian?
Preventive Maintenance:
1. Apakah terdapat jadwal perawatan/pemeliharaan pencegahan?
2. Apakah meng-cover seluruh peralatan kunci/utama?
Recall and Incident Management:
1. Apakah telah ada sistem yang me-manage insiden/kejadian yang
serius?
2. Apakah prosedur recall telah dicoba/dites?
3. Apakah sistem traceability (sistem pengusutan) memastikan bahwa
apabila perusahaan menemukan kesalahan pada produk yang telah
diedarkan, produk dapat dapat ditukar/ditarik kembali?
4. Apakah personel dilatih dalam pemeliharaan media?
Statistical Process Control (SPC):
1. Apakah kemampuan proses dapat dimengerti?
2. Apakah SPC digunakan dalam proses pemonitoran dan pengaturan?
Calibration:
1. Apakah bagian dari proses kunci/utama dan pemonitoran peralatan
dikalibrasi?
2.3.3. Merencanakan Proyek Secara Keseluruhan
Langkah selanjutnya adalah merencanakan proyek secara keseluruhan,
termasuk juga struktur dari sistem HACCP. Perencanaan proyek meliputi
kemajuan dari prasyarat (support systems) yang diperlukan yang mana
pengidentifikasian seperti gap berdasarkan audit.
Universitas Kristen Petra
17
a. Penetapan Struktur untuk Sistem HACCP
Ada tiga bentuk dasar pendekatan, yaitu (Mortimore and Wallace, 1998):
Perencanaan HACCP Linear
Pada pendekatan ini, prinsip-prinsip HACCP diaplikasikan dalam
banyak produk atau proses pada dasar individual, yang dimulai dengan
masuknya material kasar, dan diakhiri dengan produk jadi. Bergantung
pada tipe operasi, perencanaan HACCP mungkin diperluas meliputi
distribusi dan pelanggan atau persoalan konsumen.
Proses perencanaan HACCP linear bekerja dengan baik pada operasi
yang simpel, yang mana tipe manufaktur produknya lebih sedikit dan
dengan jumlah proses yang kecil.
Perencanaan HACCP Modular
Perencanaan HACCP modular mungkin cocok digunakan untuk
produk yang dimanufaktur dengan menggunakan jumlah dasar proses.
Pendekatan fleksibel ini menyediakan prinsip-prinsip HACCP untuk
diaplikasikan secara terpisah pada beberapa dasar operasi atau modul.
Modul perencanaan HACCP ini kemudian ditambahkan bersama untuk
membuat sistem HACCP menjadi lengkap.
Pendekatan modular adalah yang paling efektif untuk membangun
sistem HACCP dan secara umum digunakan dalam pemanufakturan yang
kompleks.
Perencanaan HACCP Generic
Perencanaan HACCP generic didasarkan pada pendekatan bingkai
kerja yang dimaksudkan untuk operasi yang sejenis yang mana produk
dimanufaktur atau ditangani secara sama. Pendekatan ini memiliki
keterbatasan, karena pada kenyataannya tidak ada dua operasi yang sama
persis, dan HACCP didesain untuk diaplikasikan pada proses yang
spesifik.
Bahaya penggunaan secara murni perencanaan HACCP generic adalah
pada persoalan yang mana spesifikasi untuk operasi mungkin dilupakan,
dan oleh karena itu hazards kemungkinan dapat timbul. Namun,
Universitas Kristen Petra
18
perencanaan HACCP generic dapat digunakan untuk membantu starting
point.
Tipe pendekatan ini secara umum digunakan pada sektor proses yang
melibatkan operasi yang relatif sederhana.
b. Penggunaan Teknik Perencanaan Proyek
Pengaplikasian dan pengimplementasian dari sistem HACCP dan
pendukungnya dapat di-manage sebagai sebuah proyek. Proyek memiliki life
cycle yang pasti, dari tanggal mulai dan tanggal selesainya ketika HACCP
dapat dikatakan secara total dioperasionalkan. Pada perusahaan besar, proyek
mungkin di-manage oleh tim sementara proyek dengan memperkirakan
timetable dan biaya di bagian awalnya. Proyek ini meliputi penentuan
beberapa orang penting/kunci serta dokumentasi dari tindakan dan skala waktu
yang dibutuhkan. Peran yang dibutuhkan sebagai pelaksana proyek adalah dua
personel kunci ditambah dengan tim pendukungnya.
Sponsor Proyek – Sponsor proyek ini biasanya dipegang oleh direktur
pelaksanaan, direktur operasional atau direktur teknik. Pertanggung
jawaban utamanya adalah untuk:
1. Menyediakan dana
2. Menyetujui dan mengemudikan HACCP perusahaan atau
kebijaksanaan keamanan makanan
3. Menyetujui persoalan bisnis dan memastikan bahwa proyek terus
berkelanjutan untuk melangkah ke depan dan tetap valid
4. Menentukan manajer proyek dan tim
5. Memastikan bahwa sumber daya yang tersedia memadai untuk tim
proyek
6. Membangun prosedur laporan kemajuan
7. Memastikan bahwa perencaan proyek adalah realistis dan dapat
dicapai
8. Menyetujui beberapa perubahan untuk proyek orisinil
Manajer Proyek – Peran/tugas ini biasanya diambil oleh manajer produksi/
teknik, yang memiliki kemungkinan untuk dapat menjadi pemimpin tim
Universitas Kristen Petra
19
HACCP. Kebutuhan efektif keahlian manajemen proyek secara khusus
untuk:
1. Memimpin dan mengatur tim proyek
2. Membuat perencanaan proyek yang dapat dicapai/dilaksanakan
3. Menyediakan laporan kemajuan tetap untuk sponsor proyek
4. Berhubungan dengan manajer proyek yang lain untuk memastikan
bahwa area kepentingan umum diidentifikasi dan sumber daya
digunakan secara efektif dalam area ini.
c. Menyusun Perencanaan Proyek
Perencanaan proyek harus disusun ketika dalam struktur sistem HACCP
harus diambil tugas tambahan. Kekompleksan dari perencanaan akan
dihubungkan dengan jumlah pekerjaan untuk diselesaikan dan pastikan bahwa
waktu yang cukup telah dialokasikan untuk mengembangkan sistem yang
efektif.
Perencanaan proyek mungkin dapat dibagi menjadi beberapa tahap utama,
yang terdiri dari beberapa tahap lebih lanjut yang dirinci lagi menjadi
aktivitas-aktivitas yang spesifik (perincian struktur kerja).
2.4. Pembelajaran HACCP dan Pengembangkan Perencanaan HACCP
Adapun Langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan perencanaan
HACCP dapat dilihat pada gambar 2.4. di bawah ini.
Universitas Kristen Petra
20
Gambar 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran HACCP dan Pengembangan
Perencanaan HACCP
(Mortimore and Wallace, 1998)
Universitas Kristen Petra
21
a. Mengetahui dan Mengerti tentang Perencanaan HACCP
Perencanaan HACCP adalah dokumen formal yang bekerja sama dengan
informasi dari pembelajaran HACCP, dan mempertahankan detil dari semua
yang kritis bagi manajemen keamanan makanan. Perencanaan HACCP
disusun oleh tim HACCP dan terdiri dari dua komponen esensial, yaitu
diagram aliran proses dan peta kendali HACCP. Perencanaan HACCP harus
difokuskan pada manajemen keamanan makanan, oleh karena itu,
dokumentasi tambahan harus diminimumkan. Perencanaan HACCP ini
meliputi deskripsi produk dan proses, detil dari penyimpanan catatan dan
prosedur verifikasi.
Diagram Aliran Proses
Diagram aliran adalah grafik sederhana dari proses yang digunakan
perusahaan dalam perencanaan untuk memproduksi produk. Diagram ini
membutuhkan keakuratan. Cara yang terbaik untuk memastikan bahwa
diagram aliran adalah akurat melalui pemeriksaan oleh tim HACCP sesuai
dengan apa yang telah direncanakan Selain itu, juga dengan memastikan
bahwa seluruh langkah yang diperlukan dalam proses telah masuk ke
dalam diagram aliran.
Memeriksa diagram aliran adalah suatu langkah dari tim yang harus
dipastikan telah dilakukan dengan hati-hati. Di sini yang umum dilakukan
adalah para auditor atau inspektur akan memeriksa bahwa hal-hal yang
ada pada diagram aliran adalah benar dan lengkap.
Diagram aliran proses ini meliputi detil dari seluruh prosedur
penanganan dan diikuti oleh proses hingga ke pelanggan.
HACCP Control Chart
Peta kendali HACCP ini berisi detil dari seluruh langkah dalam proses
yang terdapat CCPs. Secara normal, peta kendali HACCP
didokumentasikan sebagai matriks atau tabel dari parameter kendali.
Selain itu, juga berisi detil dari ukuran hazard dan kontrol yang
diasosiasikan dengan setiap CCP, kriteria kontrol dan pertanggung
jawaban.
Universitas Kristen Petra
22
b. Definisikan Istilah-Istilah dari Referensi
Tim HACCP harus menyetujui/mengerti istilah-istilah dari referensi
sebelum mereka memulai pembelajaran HACCP. Tim HACCP terlebih dahulu
harus menentukan pembelajaran di mulai dari mana, dan juga di mana
pembelajaran akan diakhiri.
c. Mendeskripsikan Produk dan Menentukan yang Diharapkan sebagai Pengguna
Produk Tersebut
Langkah selanjutnya adalah tim HACCP membuat gambaran/
mendeskripsikan produk dan metode mereka dalam memproduksi dan
mendistribusikan produk tersebut. Apabila tim HACCP yang terbentuk adalah
orang-orang yang tahu bagaimana harus bekerja dalam pengoperasian
perusahaan, mereka akan dapat mengerjakan hal ini dengan sangat mudah. Hal
penting yang harus diingat oleh tim HACCP adalah mereka harus mengikuti
setiap langkah dari proses. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab ketika
mendeskripsikan produk adalah (Chi, 2002):
Apa nama yang umum dari produk tersebut?
Bagaimana produk tersebut digunakan?
Apa tipe pengemasan yang digunakan untuk produk tersebut?
Berapa lama umur dari produk, pada temperatur berapa?
Ke mana produk akan dijual/dipasarkan? Siapa yang diharapkan untuk
menjadi konsumen/pengguna?
Instruksi apa yang diperlukan untuk dilabelkan?
Apakah diperlukan pengontrolan distribusi secara khusus?
d. Membangun Diagram Aliran Proses
Tipe Data
Tipe dari data harus meliputi (Mortimore and Wallace, 1998):
1. Detil dari seluruh bahan mentah dan pengepakan produk, termasuk
format pada penerimaan dan kondisi penyimpanan yang diperlukan.
2. Detil seluruh proses aktivitas, termasuk beberapa langkah penundaan/
kelambatan potensial. Data ini lebih penting untuk meliputi data
seluruh aktivitas individu daripada meliputi data proses peralatan.
3. Data temperatur dan waktu untuk semua langkah proses.
Universitas Kristen Petra
23
4. Data tipe dari peralatan dan desain features.
5. Data dari beberapa produk yang di-rework atau diulang secara detil.
6. Data perencanaan lantai produksi dengan detil dari area-area terpisah
dan rute personel.
7. Data kondisi penyimpanan/gudang, termasuk lokasi, waktu, dan
temperatur.
8. Data distribusi/persoalan pelanggan (apabila termasuk dalam
hubungan referensi perusahaan).
Style
Style diagram aliran proses adalah pilihan setiap organisasi dan tidak
ada peraturan untuk dipresentasikan. Apapun style yang dipilih, titik
kuncinya adalah memastikan setiap langkah di-cover dan berada dalam
order yang benar. Kemudian harus diperlihatkan bahwa setiap diagram
bekerja bersama-sama dan tim HACCP memastikan bahwa tidak ada
langkah yang terlupakan, terutama pemindahan langkah dan rework.
Pemeriksaan Pada Saat Proses Manufaktur
Setelah diagram aliran proses lengkap, maka tim HACCP harus
memeriksa untuk penaksiran langkah hazard. Hal ini meliputi, anggota tim
melihat jalannya proses dan memastikan apa yang terjadi adalah sama
dengan yang telah dituliskan. Selain itu, juga meliputi pemeriksaan shift
malam atau shift akhir pekan untuk memastikan bahwa beberapa alternatif
termasuk di dalamnya. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan
bahwa analisa hazard dan keputusan tentang CCPs yag dibuat adalah
berdasarkan data ini.
e. Melakukan Analisa Bahaya (Hazard)
Tim HACCP harus memastikan bahwa seluruh hazard yang berpotensi
telah diidentifikasi dan pikirkan. Analisa hazard meliputi pengumpulan dan
pengevaluasian informasi pada hazard dan kondisi yang memicu
kemunculannya. Selain itu, analisa hazard berada dalam order untuk
menentukan bagian mana yang signifikan untuk keamanan makanan, dan oleh
karena itu, harus ditujukan dalam perencanaan HACCP.
Universitas Kristen Petra
24
Daftar Referensi Material (Di Mana Menemukannya dan Bagaimana
Menggunakannya)
Anggota dari tim HACCP adalah merupakan sumber daya pertama
yang penting dengan pengalaman mereka dalam proses dan teknologi
produk.
Contoh dari hazard pada produk yang berbeda dan tipe material kasar
secara mudah dapat ditemukan dalam literatur dari form buku, laporan
epidermiological, kertas penelitian. Informasi juga dapat ditemukan dari
internet dan dalam database hazard.
Mengidentifikasi Pengukuran yang Harus Dikontrol
Pengontrolan ukuran adalah faktor-faktor atau aktivitas yang dapat
digunakan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi hingga
berada pada level yang dapat diterima oleh bahaya keamanan makanan
(food safety hazard). Pengidentifikasian ini secara mudah dapat dilakukan
melalui diagram aliran proses, dan/atau Hazard Analysis Chart sebagai
petunjuk, dan menjumlahkan penyebab hazard.
f. Mencari Critical Control Points
Critical Control Point (CCP) adalah titik, tahapan atau prosedur yang
mana pengendalian dapat dilakukan dan bahaya keamanan makanan dapat
dicegah, dieliminir atau dikurangi hingga mencapai tingkat yang dapat
diterima. Sedangkan Control Point adalah titik, tahapan, atau prosedur yang
mana faktor-faktor yang bersifat biologis, kimia, atau fisik dapat dikendalikan
(Sucofindo, 2003).
Cara Menemukan Critical Control Points (CCPs)
CCPs dapat ditemukan dengan menggunakan pengetahuan dari proses,
semua hazard yang berpotensi, dan mengukur kontrol mereka.
Penggunaan Decision Trees CCP
Pertanyaan-pertanyaan di dalam tree selalu ditanyakan untuk setiap
hazard pada setiap langkah proses, termasuk penerimaan dan penanganan
bahan baku. Bekerja dengan Decision Tree CCP mengikuti pertanyaan-
pertanyaan berikut (Sucofindo, 2003):
Universitas Kristen Petra
25
1. Apakah pada tahap ini atau tahap lanjutan dalam alur proses, dapat
dilakukan tindakan pencegahan untuk jenis bahaya yang ada?
2. Apakah tahap ini menghilangkan atau menekan kemungkinan
terjadinya jenis bahaya hingga mencapai batas ambang yang
diinginkan?
3. Dapatkah kontaminasi timbul hingga melebihi ambang batas, atau
dapatkah kontaminasi meningkat hingga mencapai ambang batas?
4. Apakah tahapan lanjutan akan menghilangkan bahaya yang telah
ditetapkan atau bahaya lain atau menekan kemungkinan munculnya
bahaya hingga mencapai ambang batas yang dapat diterima?
g. Membangun HACCP Control Chart
Critical Limits (CL)
Limit kritis adalah jarak/batas dari antara yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima. Produk akan aman sepanjang CCPs diterapkan dalam
spesifikasi limit kritis.
Limit kritis ditentukan pada level yang tepat untuk setiap kriteria.
Dalam menentukan limit kritis, seluruh faktor yang berhubungan dengan
keamanan pada CCP harus diidentifikasi. Level pada setiap faktor yang
menjadi batas antara aman dan tidak aman merupakan limit kritis. Limit
kritis harus berhubungan dengan faktor yang memiliki ukuran agar dapat
dimonitor secara rutin dengan tes atau observasi.
Tipe-tipe limit kritis adalah chemical limits, physical limits, procedural
limits, microbiological limits.
Level target adalah kriteria pengontrolan yang lebih keras dari limit
kritis, dan digunakan untuk mengambil tindakan dan mengurangi resiko
dari penyimpangan. Cara menentukan level target adalah dokumenkan
level target pada monitoring log sheet, dan harus dipastikan bahwa seluruh
personel monitoring mengerti bagaimana cara kerjanya.
Menemukan Prosedur Monitoring yang Tepat
Monitoring adalah pengukuran atau observasi pada CCP yang
prosesnya dioperaikan di dalam limit kritis. Prosedur monitoring meliputi:
1. Sistem on-line – Faktor kritis diukur selama proses.
Universitas Kristen Petra
26
2. Sistem off-line – Sampel diambil untuk pengukuran dari faktor kritis di
tempat lain.
3. Prosedur observasional – tindakan spesifik diobservasi oleh monitor.
Prosedur monitoring sangat dekat dihubungkan dengan proses
produksi, jadi tanggung jawab monitoring diletakkan pada departemen
produksi.
Memperbaiki Tindakan yang diperlukan
Tindakan perbaikan diambil ketika hasil monitoring menunjukkan
bahwa terjadi penyimpangan dari limit kritis pada CCP. Ada dua tipe
utama dari tindakan perbaikan, yaitu:
1. Tindakan yang mengatur proses untuk pemeliharaan kontrol dan
mencegah penyimpangan pada CCP.
2. Tindakan yang diambil untuk mengikuti penyimpangan pada CCP.
Penanggung jawab dari tindakan perbaikan adalah departemen
produksi yang mengimplementasikan perencanaan HACCP, tetapi juga
harus dipertimbangkan level yang berbeda dalam struktur manajemen.
h. Penetapkan Sistem Pencatatan (Records) yang Efektif
Records merupakan data historis dari proses, produk dan komponen
lainnya yang memungkinkan industri untuk menjejak kembali (traceability)
bila diperlukan. Selain itu, records juga merupakan suatu dasar untuk
melakukan perbaikan dan pengembangan sistem (continuous system
improvement). Records dapat digunakan sebagai bukti otentik pelaksanaan
HACCP.
i. Penetapan Prosedur Verifikasi
Prosedur verifikasi ini digunakan untuk membuktikan bahwa sistem
HACCP berjalan dengan efektif. Verifikasi merupakan pengaplikasian dari
metode, prosedur, tes, dan audit sebagai tambahan untuk monitoring, validasi,
dan menentukan apakah sistem HACCP memenuhi perencanaan HACCP, dan
atau apakah perencanaan HACCP memerlukan modifikasi.
Verifikasi ini meliputi pengkalibrasian peralatan monitoring,
mengobservasi aktivitas monitoring dan tindakan perbaikan, serta meninjau
Universitas Kristen Petra
27
catatan HACCP untuk melihat apakah semuanya telah disimpan sesuai dengan
perencanaan.