2-kajian-paradigma

Upload: achmadi-sirait

Post on 17-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yo yo

TRANSCRIPT

BAB II

BAB IIKAJIAN PARADIGMA

A. PENDAHULUANBerdasarkan ralat mata pelatihan yang terdapat dalam Modul Kajian Paradigma sebagai bahan pembelajaran program Diklatpim Tingkat II, maka dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelatihan pada Kajian Paradigma (KP) ini meliputi :1. Paradigma Pembangunan (PP)2. Paradigma Perubahan Perilaku (PPP), meliputi :a. Building Learning Commitment (BLC);b. Building Learning Organization (BLO).3. Paradigma Administrasi Publik (PAP), meliputi :1) Good Governance (GG);2) Dimensi Dimensi Pokok Administrasi Publik (DDPAP).4. Paradigma Sosial Ekonomi Politik (PSEP):1) Paradigma Pembangunan SDM (PPSDM);2) Paradigma Pemberdayaan Rakyat (PPR);3) Paradigma Peningkatan Daya Saing (PPDS).

BLCBLOPP

PPP

GG

Ka.Par.

PAPDDPAP

PPSDM

PPRPPDS

PSEP

Dengan jenis mata pelatihan sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan pembelajaran Kajian Paradigma dimaksudkan agar peserta menguasai dasar-dasar teoritik mengenai pembangunan dalam berbagai bidang melalui pembahasan isu-isu aktual, perumusan dan pembahasan paradigma pembangunan, paradigma perubahan perilaku, paradigma administrasi pubik dan paradigma pembangunan sosial ekonomi politik dalam teori dan praktek.

B. PARADIGMA PEMBANGUNANDalam kajian ini, paradigma diartikan sebagai teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu dan berisikan teori pokok, konsep, asumsi, metodologi atau cara pendekatan yang dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan (Mustopadidjaja, AR., 1985).Dengan melihat pada keterkaitan Paradigma Pambangunan dengan agenda pembelajaran dalam rangka pengelolaan pemerintahan dan pembangunan, maka topik ini dapat disebut juga sebagai Paradigma Penyelenggaraan Negara dan Pembangunan (Mustopadidjaja,AR., 1985, 1999).Dalam hubungan ini maka pejabat pimpinan aparatur disyaratkan memiliki kompetensi yang memadai tentang Paradigma Pembangunan sebagai bangunan teori atau landasan pemikiran yang diperlukan untuk mendisain strategi dan kebijakan pembangunan.

C. PARADIGMA PERUBAHAN PERILAKU1. Building Learning Commitment (BLC)a. PengertianMembangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment) dalam program diklat merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama secara menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan, intektual maupun emosional.Dalam upaya pengembangan diri, diperlukan komitmen untuk terus menerus belajar dalam kondisi apapun, mengingat proses belajar tidak mengenal batas waktu (Long live learning). Prof. Prahalad menyatakan If you dont learn, you dont change, you will die.Komitmen mengembangkan kualitas diri dengan komitmen belajar dapat dilakukan melalui :1) Mengalami langsung (direct experience), artinya pembeajaran tidak harus dialami dalam kenyataan nyata, namun dapat dilakukan melalui simulasi yang serupa dengan realita, sehingga simulasi itu dapat diterapkan pada permanen sistem;2) Melakukan Observasi (eflective observation), artinya pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melakkan perbandingan belajr observasi yang serpa, sehingga dapat merefleksikan, memproeksikan hasil studi perbandingan dengan organisasi permanen.3) Melakukan Konseptualisasi Abstrak (abstract conceptualization), artinya pembelajaran dilakukan denan cara melakukan internalisasi, konseptualisasi, pemenuhan, pemaknaan dan abstaksi pribadi terhadap pengalaman belajar yang pernah dilalui.4) Melakkan percobaan secara aktif (active experiment), yaitu pembelajaran dilakukan dengan cara mempraktekan sendiri secara aktif dalam rangka menemukan makna belajar secara pribadi.b. Proses BLCMembangun komitmen belajar dilakukan melalui :1) Pengenalan Sesama Peserta (Ice Breaking), yaitu dilakukan dengan cara memperkenalkandiri masing-masing, bidang tugasnya dan penalaman yang pernah dimiliki, sehingga di antara mereka saling berkomunikasi dan saling berdiskusi, sehingga bisa saling mengenal lebih dekat.2) Memahami Gaya Belajar (Learning Style Assessment), yaitu berusaha mengetahui gaya belajar diri sendiri dan juga gaya belajar orang lain. Gaya belajar seseorang mempengaruhi efektivitas belajar bersama. Ada empat (4) macam metode belajar : Concrete Experience (CE)Metode ini menggambarkan seseorang cepat mengerti didasarkan karena pengalaman yang dimiliki dan apa yang diyakininya. Reflective Observation (RO)Menggambarkan pendekatan pembelajaran yang bersifat tentatif, adil, dan reflektif. Seseorang yang menggunakan metode ini cenderung menjadi pengamat yang obyektif. Abstract Concentualization (AC)Pembelajaran dengan mendasarkan pada analisis konseptual. Seseoang yang termasuk menggunakan metode ini cenderung memilih situasi belajar yang impersonal yang menekankan pada teori dan analisis yang sistematis. Active Experience (AE)Pembelajaran dengan berorientasi pada pelaksanaan yang aktif, meyakini hasil eksperimen.Gabungan metode belajar tersebut diatas menghasilkan Gaya Belajar (Learning Style) yaitu : Accomodator Style :Gaya belajar ini merupakan gabungan dari CE dan AE. Seseorang dengan gaya ini lebih menyukai pelaksanaan sutu rencana dan melibatkan diri dan bertindak lebih berdasarkan perasaan dari pada hasil analisa logika. Dalam memecahkan masalah mengandalkan informasi dari orang lain dari pada analisis tehnis dari dirinya sendiri. Gaya belajar ini penting untuk efektivitas seseorang sebagai marrketing / sales. Converger Style :Gaya belajar ini merupakan gabungan cara belajar AC dan AE. Gaya belajar ini baik sekali dalam menemkan cara-cara praktis untuk menggunakan ide-ide dan teori. Gaya ini menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan berdasarkan temuan/jawaban atas pertanyaan atau masalah. Gaya ini lebih suka berhadapan dengan tugas-tugas tehnis daripada berhadapan dengan isu-isu sosial dn interpersonal. Gaya ini baik untuk efektivitas dalam karier seorang tenlog atau spesialis. Diverger Style :Gaya ini merupakan gabungan metode belajar CE dan RO. Orang dengan gaya ini baik dalam melihat situasi konkret dari berbagai sudut pandang. Pendekatannya terhadap situasi adalah lebih untuk mengamati daripada untuk ikut bertindak. Seseorang dengan gaya ini cenderung menyukai situasi yang membutuhkan tumbuhnya berbagai ide, seperti dalam curah pendapat. Ada ketertarikan pada budaya dan suka mengumpukan informasi. Kemampuan imaginasi dan sensitivitas terhadap perasaan ini dibutuhkan untuk efektivitas dalam karier seni, hiburan dan jasa pelayanan. Assimilator Style :Gaya belajar ini merupakan gabungan metode belajar AC dan RO. Seseorang dengan gaya ini sangat baik dan dapat memahami sejumlah besar informasi dan mengartikannya ke dalam bentuk yang sangat dan logis. Gaya ini cenderung lebih tertarik pada konsep dan ide-ide abstrak. Biasanya seseorang dengan gaya ini berpendapat bahwa teori lebih penting, mempunyai kekuatan logik. Gaya ini cocok dalam karier scientist.3) Memahami Ketidak Mampuan Belajar (Learning Disabilities) :Dalam proses pembelajaran terdapat masaah yang dihadapi oleh pebeajar dalam memahami suatu permasalahan, yaitu ketidak mampuan belajar (learning disabilities). Ada tujuh (7) macam ketidak mampuan belajar : Hanya mengena peran dan posisi masing-masing (Iam my position); Musuh (penyebab masalah) ada di luar sana (the enemy is out there); Ilusi mengambil tanggungjawab (the illusion of taking charge); Terpaku pada peristiwa-peristiwa (the fixation on events); Perumpamaan Kodok Rebus (the parable of bolied frog); Kesalahpahaman dalam menambil pelajaran dari Pengalaman (the delusion of learning from experience); Mitos Tim Manajemen (the myth of the management team).4) Nilai Nilai dan Norma (Values and Norms) :Guna menemukan nilai yang mempunyai kesesuaian dengan pribadi seseorang (peserta diklat) dalam belajar bersama, diberikan tugas perorangan dan tugas kelompok yaitu : Memilih sejumlah nilai pada lembar himpunan nilai yang diberikan yang sangat terpaut dengan kesesuaian pribadi peserta dalam belajar bersama; Pilihan nilai pribadi didiskusikan dalam kelompok dan selanjutkan dengan disarikan untuk dipilih sejumlah nilai tertentu untuk dijadikan Norma Belajar Bersama.5) Komitmen Belajar (Learning Commitment):Komitmen menerapkan nilai belajar bersama yang telah dibangun merupakan perwujudan komitmen belajar. Tindakan lebih lanjut dalam upaya membangun komitmen belajar, maka peserta ditugaskan untuk membuat Jurnal Harian atas proses pembelajaran yang telah diberikan setiap harinya, yaitu peserta diminta memberikan catatan, ungkapan maupun kesimpulan dengan membuat rangkuman jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Kejadian apa saja yang dialami dan diamati selama proses pembelajaran; Apa saja yang dirasakan atau bagaimana perasaan peserta selama mengikuti pembelajaran; Pengalaman baru yang mempunyai kesan mendalam; Kesan manfaat belajar apa yang dapat diperoleh yang berpengaruh bagi karier anda kedepan; Manfaat apa yang mungkin dapat diterapkan dalam pertumbuhan atau perkembangan organisasi peserta.

2. Building Learning Organization (BLO)a. PengertianPeter M. Senge (1996) menyatakan bahwa pemimpin yang ingin membangun organissi pembelajar harus melakukan beberapa hal sebagai berikut :1) Memainkan Peran Baru (New Roles);2) Memiliki Ketrampilan Baru (New Skill);3) Mampu Mengaplikasikan Sarana-Sarana Baru Bagi Pemetaan Masalah (New Tools).Pada bagian ini (Membangun Organisasi Pembelajar) peserta diklat diharapkan mampu memahami dan membangun organisasi pembelajar sesuai dengan tuntutan organisasi dan lingkungannya, serta secara khusus mampu mengaplikasikan organisasi pembelajar pada unit kerja masing-masing.Menurut Senge (1990 :3), Organisasi pembelajaran adalah organisasi dimana orang-orangnya secara terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan tujuan yang meraka dambakan, dimana pola pikir baru dan lebih luas harus dipelihara, aspirasi kolektif dibiarkan bebas dan orang-orang secara berkesinambungan belajar untuk bagaimana belajar bersama-sama.

b. Proses BLOSenge (1996) menyatakan pula bahwa ada lima (5) komponen yang menjadi pilar dalam membangun organisasi pembelajar (BLO), yaitu :1) Berpikir serba sistem (System Thinking);2) Penguasaan Pribadi (Personal Mastery);3) Visi Bersama (Shared Vision);4) Model-Model Mental (Mental Models);5) Tim Pembelajar (Team Learning).

System Thinking, merupakan satu pilar disiplin pembelajaran dari organisasi pembelajar, mengarahkan kita untuk melihat suatu dalam konteks keterkaitan atau inter-relations yang dinamis, bukan dalam bentuk hubungan sebab akibat yang linier, tapi selalu melihat masalah atau peristiwa pada proses perubahan yang terjadi bukan pada kejadian sesaat. Inti berpikir sistemik adalah perubahan cara berpikir dari melihat bagian-bagian menjadi melihat secara keseluruhan, dari melihat secara reaksioner menjadi melihat sebagai peserta aktif , dari bereaksi pada masa kini menjadi menciptakan masa depan. Berpikir sistemik mendukung kelima disiplin pembelajaran.Berpikir Sistemik berarti lebih memberikan perhatian pada relasi / hubungan, daripada individu-individu, bagian-bagian secara terpisah.Berpikir serba sistem merupakan disiplin yang melihat fenomena secara keseluruhan sehingga penekanannya lebih berfokus pada kerangka pikir yang saling berkaitan (interconnectedness).Berpikir sistem juga merupakan paradigma yang memberikan penekanan pada suatu pola perubahan (Pattern of Change), sehingga cara pandang manusia bukan berarti pada cara pikir yang statis, melainkan kepada cara pikir yang dinamis dan sistemik. Timbul pertanyaan, mengapa kita perlu berpikir sistemik. Dasar pertimbangannya adalah :1) Kita menghadapi kompleksitas;2) Kita menghadapi kompetisi yang besar;3) Sistemik mengubah cara berpikir kita yang sangat mendasar;4) Berpikir sistemik mendorong terjadinya proses belajar;5) Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dari kesadaran yang menciptakan masalah tersebut. Karena itulah organisasi yang komitmen secara terus menerus mengembangkan kapasitasnya untuk menciptakan masa depan mereka, membutuhkan perubahan cara berpikir (Shift of Mind) yang fundamental di antara anggota mereka.Piranti Berpikir Sistemik yang dibahas dalam program diklatpim tingkat II ini antara lain adalah sbb. :a) Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram);b) Diagram Pola Dasar Sistem (Archetype Diagram).

Causal Loop Diagram :Diagram Causal Loop merupakan cara yang tepa dalam menggambarkan secara ringkas pernyataan Penyebab dan mengidentifikasi proses-proses Balikan. Dalam diagram causal loop, tiap variabel dihubunkan dengan panah dan di bagian ekor merupakan Penyebab sehingga dalam diagram causal loop harus dipakai hubungan antar variabel yang ditetapkan yaitu : Penebab Akibat dan Balikan.Pentahapan Penyusunan Diagram Causal Loop dapat dilihat pada matrik di bawah ini (Vennix, 1996)

PENTAHAPAN PENYUSUNANDIAGRAM CAUSAL LOOP(Vennix, 1996)LangkahPenyebabVariabel MasalahAkibat

Langkah 1 :Identifikasi MasalahX

Langkah 2 :Tambahkan Penyebab

X

Langkah 3 :Tambahkan Akibat

X

Langkah 4 :Identifikasi Loop Balikan

X

Berpikir sistem dinamik, dasarnya adlah berpikir sebab akibat. Akibat yang ditimbulkan bisa positif dan bisa negatif. Untuk menyeimbangkan akibat negaif perlu ada penguat (Reinforcement) dan penyeimbang (Balancing). Timbulnya akibat juga bisa terjadi ketertundaan (Delay).Berpikir sistemik mengikuti beberapa perpaduan berpikir antara lain :a) Fokus pada hubungan-hubungan antar baian ketimbang bagian-bagian itu sendiri;b) Menggunakan kausalitas melingkar, karena kausalitas yarang sekali yang satu arah;c) Melihat pola bukan melihat kejadian atau peristiwa;d) Melihat keseluruhan atau Holistik.

Diagram Pola Dasar Sistem (Archetype Diagram) :Pola dasar sistem memperhatikan kesederhanaan yang mendasari masalah atau isu manajemen yang kompleks. Ketika kita belajar mengenali lebih banyak lagi pola dasar, maka akan memungkinkan kita melihat lebih banyak tempat dimana dapat memungkinkan kita mennemukan pengungkit dalam menghadapi tantangantantangan untuk menjelaskan peluang-peluang kepada pihak lain.Tujuan pola dasar sistem adalah untuk merekondisi persepsi kita, sehingga menjadi lebih mampu melihat struktur-struktur yang bermain dan melihat pengungkit di dalamnya. Sekali suatu pola dasar sistem dikenali, ia akan selalu menunjukkan wilayah pengungkit perubahan yang tinggi maupun rendah.Semua pola dasar sistem (Archetype) dibentuk dari bangunan dasar sistem (System Building Block), yaitu Proses Penguatan, Proses Penyeimbangan dan Proses Penundaan atau ketertundaan (Delay). Ada beberapa jenis Diagram Pola Dasar Sistem (Archetype) yang disusun berdasarkan permasalahannya atau variabel yang dapat diidentifikasi. Dalam hal ini menurut Senge (1994) ada 10 jenis diagram sedangkan menurut Kim dan Anderson (1998) ada 8 jenis. Dua pandangan ini dapat dibedakan sebagaimana tersebut dalam matrik di bawah ini.

Jenis-Jenis Archetype

NoSenge, 1994(The Fifth Discipline)

NoKim and Anderson, 1998(Basic Theory of Archetype)

1Perbaikan yang gagal (Fixes that Fail)1Perbaikan yang gagal (Fixes that Fail)

2Pengalihan Beban (Shifting the Burden)2Pengalihan Beban (Shifting the Burden)

3Pengalihan Beban pada Pihak Lain (Shifting the burden to the intervenor)-

4Pengikisan/Penyimpangan sasaran (Eroding/Drifting Goals)3Pengikisan/Penyimpangan sasaran (Eroding/Drifting Goals)

5Batas-batas Pertumbuhan (Limits to Growth)4Batas-batas Keberhasilan (Limits to Success)

6Pertumbuhan dan Investasi yang Rendah (Growth and Underinvesment)5Pertumbuhan dan Investasi yang Rendah (Growth and Underinvesment)

7Keberhasilan bagi yang Berhasil (Success to the Successful)6Keberhasilan bagi yang Berhasil (Success to the Successful)

8Eskalasi (Escalation)7Eskalasi (Escalation)

9Tragedi Bersama (Tragedy of the Commons)8Tragedi Bersama (Tragedy of the Commons)

10Proses Penyeimbang dengan Ketertundaan (Balancing Process with Delay)-

Dari sekian jenis Pola Dasar Sistem tersebut dapat dibedakan dua (2) Pola yaitu merupakan pola Pertumbuhan atau Penyelesaian Masalah.Termasuk pola Pertumbuhan : Batas-batas Pertumbuhan (Limits to Growth) Tragedi Bersama (Tragedy of the Commons) Keberhasilan bagi yang Berhasil (Success to the Successful) Pertumbuhan dan Investasi yang Rendah (Growth and Underinvesment)

Termasuk pola Penyelesaian Masalah : Perbaikan yang gagal (Fixes that Fail) Pengalihan Beban (Shifting the Burden) Eskalasi (Escalation) Pengikisan/Penyimpangan sasaran (Eroding/Drifting Goals) Pertumbuhan dan Investasi yang Rendah (Growth and Underinvesment)

Personal Mastery (Penguasaan Pribadi / Kearifan Pribadi) :Adalah disiplin yang dimiliki seseorang yang secara terus menerus melakukan klarifikasi dan pendalaman terhadap visi pribadi, pengembangan kesadaran dan melihat realita secara oyektif. Seseorang dengan Personal Mastery tinggi, secara terus menerus akan memperluas kemampuan mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan. Personal Mastery merupakan suatu disiplin inti yang diperlukan untuk membangun Organisasi Pembelajaran.Ada dua komponen dalam Personal Mastery, yaitu : Mempunyai cita-cita yang ingin dicapai jauh ke depan (Visi Pribadi); Melihat Realitas sebagai pijakan untuk bergerak mencapai visi..

Shared Vision (Visi Bersama) :Visi Bersama adalah gambaran masa depan yang ideal yang dibangun oleh anggoa organisasi berdasarkan Visi Pribadi/Individu. Visi bersama adalah visi milik bersama, karena seluruh anggota mempunyai andil dalam merumuskan dan pembentukannya. Visi bersama sangat penting untuk organisasi pembelajaran, karena memberikan fokus dan energi untuk belajar. Sebagaimana pengertian visi sebagai gambaran atau imajinasi yang ingin diwujudkan dan kemungkinan terjadi itu ada. Visi merupakan masa depan yang menjanjikan (attractive future) yang nyata (reasitic) dan dapat dipercaya (credible).Untuk membentuk visi bersama dapat dilakukan melalui lima (5) tahap kegiatan yaitu : Mengatakan (Telling) Menjual (Selling) Pengujian Percobaan (Testing) Kunsultasi (Consuling) dan Penciptaan Bersama (Concreating).

Mental Models (Model-Model Mental) :Model-model Mental adalah suatu citra (image) atau gambaran yang telah tertanam sangat kuat dalam pikiran kita yang dilatarbelakangi oleh pengalaman yang mempengaruhi cara pandang atau persepsi kita terhadap segaa aspek kehidupan di dunia ini. Faktor-faktor tersebut membangun keyakinan-keyakinan yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Citra atau gambaan tersebut sifatnya tertutup (tacit), di bawah sadar (below awareness) dan tidak kelihatan (invisible).Inti mental model adalah ketrampilan melakukan refleksi (reflection), yakni berpikir secara bertahap dengan tenang (perlahan-lahan) dan mencari tahu (inquiry) untuk meningkatkan pengetahuan dengan bertukar pikiran (conversation) di antara sejawat.Mental Model merupakan disiplin pembelajaran yang paling praktis namun sult untuk memulai membangun Organisasi Pembelajaran, karena kita belum terbiasa dengan ketrampilan reflection and inquiry dalam pikran, emosi dan perilaku sehari-hari (Peter Senge, The Fifth Discipline Fieldbook, : 239-240).Disiplin Mental Model terdiri dari Esensi (Essences), Prinsip (Principles) dan Praktek (Practices). Untuk menumbuh kembangkan Mental Model Kelompok, dapat dilakukan dengan cara menumbuh kembangkan reflection dan inquiry. Reflection merupakan ketrampilan atau kemampuan berpikir secara bertahap dan tenang agar dapat lebih menyadari proses terbentuknya mental model kita. Sedangkan Inquiry merupakan ketrampilan untuk berpikir dengan tenang /berharap menyampaikan kepada piak lain secara efektif dan terbuka dan saling mengembangkan pengetahan tentang asumsi masing-masing secara efektif dan terbuka dan dapat saling mempengaruhi yang pada akhirnya dapat diperoleh kesepakatan bersama.Untuk memiliki ketrampilan tersebut dapat dilakukan dengan latihan secara intensif berpikir cerdas dan cermat melalui tehnik-tehnik yang berikut :a) Tangga Inferensi (Ladder Of Inference / LOI)yakni berpikir dalam menanggapi suatu kejadian dengan proses berpikir melalui tujuh (7) tahapan sebelum mengambil sutu keputusan atau beraksi.b) Keseimbangan Mencari Tahu dan Memberi Tahu (Balancing Inquiry and Advocacy / BIA)Ada beberapa kemungkinan kebiasaan hubungan seseorang dalam forum diskusi, curah pendapat dengan yang lain yaitu : Inquiry > Advocacy; Inquiry < Advocacy; Inquiry = Advocacy. Dalam hubungan ini yang ideal adalah Inquiry = Advocacy. Karena itu dalam forum itu perlu selalu diupayakan keseimbangan antara Inquiry dan Advocacy.c) Kolom Kiri (Left Hand Column / LhC)Latihan LhC merupakan latihan mengungkapkan hal-hal yang sifatnya Tacit (tertutup, segan diungkapkan), sehingga menjadi terbuka dan dpat menjadi masukan bagi sesama rekan kerja.Hubungan Mental Model dengan Organisasi Pembelajar ;Terwujudnya organisasi pembelajaran diperlukan terwujudnya kesamaan Mental Model di antara para anggota organisasi, sehingga dapat terbangun Model Mental Bersama (Shared Mental Models). Dengan adanya Model Mental Bersama ini akan memungkinkan terwujudnya semangat bersama di atanta anggota, yang akan mendorong adanya Komitmen menuju terwujudnya Organisasi Pembeajar yang mantap. Ini pada dasarnya sangat berpengauh terhaap adanya Kecendekiaan Kolektif (Collective Intelligence) dalam organisasi. Dengan adanya collective Intelligence, organisasi yang bersangkutan akan tetap tahan terhadap berbagai perubahan.Keterkaitan Mental Model dengan Organisasi Pembelajar dapat digambarkan dalam bagan yang berikut.

Pembelajaran BersamaPola tindak BersamaKecendekiaan KolektifMM BersamaMM Perorangan

Fasilitator yang baik

Personal MasteryVisi BersamaBerpikir Sistemik

Team Learning,Pembelajaran Tim bukan saja berarti suatu disiplin untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi, tetapi suatu disiplin yang menaitkan apa yang kita lihat dengan apa yang kita simpulkan.Team Learning mentransformasikan Skill ke dalam kemampuan seseorang dengan tujuan menumbuhkan pemikiran bersama untuk mewujudkan Shared Understanding dan Shared Vision. Esensi Team Learning adalah kesetaraan (Alignment) individu-individu dalam tim sehingga membentuk kekuatan yang sinergis menunjang kesatuan pencapaian sasaran tanpa membuang energi. Adanya Visi bersama sangat berperanan mendukung team learning.Dengan demikian Team Learning adalah proses dari kesetaraan/kemitraan dan pengembangan untuk mewujudkan hasil yang didambakan (Alignment and Developing the capacity of the team).Ada tiga (3) dimensi yang harus ada dalam Pembelajaran Tim yaitu : Keharusan berpikir jernih dan mendalam menghadapi masalah pelik; Kebutuhan untuk bertindak inovatis dan terkoordinasi; Kesediaan anggota tim untuk berperanan dalam tim-tim lain sehingga saling melengkapi dan saling menunjang.

D. PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK (PAP)1. Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance)a. Pengertian :Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) adalah praktek kepemerintahan yang memenuhi standar prinsip integritas, pemberdayaan, transparansi, profesionalisme, kompetensi, komitmen, kerjasama, akuntabilitas, keadilan dan persamaan hak.Kepemerintahan yang baik menunjukan kmitmen pada kespeakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersam oleh : Pemerintah, Masyarakat dan Sektor Swasta.b. Makna Kepemerintahan :Kepemerintahan menyangkut cara-cara yang disetujui bersama dalam mengatur pemerintahan dan kesepakatan yang dicapai antara individu, masyarakat madani, lembaga-lembaga masyarakat dan pihak swasta.c. Ukuran Kepemerintahan Yang Baik :1) Sektor Publik : Menyangkut keseimbangan aktualisasi peran / kekuasaan antara Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.2) Sektor Swasta : Menyangkut pengelolaan pasar berdasarkan kesepakatan bersama, termasuk mengatur perusahaan dalam negeri, baik besar maupun kecil-menengah, perusahaan multinasional, koperasi dan sebagainya.3) Sektor Masyarakat Madani : Menyangkut kesepakatan bersama guna mengatur kelompok kelompok dalam masyarakat.d. Ciri-ciri Kepemerintahan Yang Baik :1) Mengikut sertakan masyarakat;2) Transparan dan bertanggung jawab;3) Efektif dan adil;4) Menjamin adanya supremasi hukum;5) Menjamin prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat;6) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.e. Unsur-Unsur Kepemerintahan Yang Baik :1) Partisipasi;2) Supremasi Hukum;3) Transparansi;4) Cepat Tanggap;5) Membangun Konsensus;6) Kesetaraan;7) Efektif dan Efisien;8) Bertanggung Jawab9) Visi Strategis.

2. Dimensi-Dimensi Pokok Administrasi PublikAdministrasi Negara adalah administrasi mengenai negara, demikian pengertian yang dinyatakan Mustopadidjaja (2004). Pernyataan ini menunjukkan bahwa Administrasi Negara (Publik) menandung makna : lingkup, paradigma dan implikasi yang mendasar dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, termasuk pengamatan atas keseluruhan unsur baik mengenai administrasi maupn negara dan keterkaitan antar keduanya. Administrasi Negara sebagai suatu disiplin dan sistem yang mendasari Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) tentunya merupakan Guiding Values and Principles ataupun sebagai referensi bagi pengembangan dan aktualisasi SANKRI. Karenanya landasan sistem dan perspektif penyelengaraan negara dan pembangunan bangsa dengan mengacu pada SANKRI senantiasa memperhatikan dan konsisten terhadap dimensi-dimensi pokok yang berkembang dalam administrasi negara serta diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.Dimensi dimensi Pokok SANKRI meliputi : Tata Nilai, Organisasi Pemerintahan Negara, Manajemen Pemerintahan Negara, Sistem dan Proses Kebijakan Negara, Sumber Daya Aparatur Negara; Posisi, Kondisi, Peran serta hak dan kewajiban warga negara, Hukum Administrasi Negara; Organisasi dan Manajemen Kesekretariatan; Electronic Administration; Sistem Kepemimpinan Nasional.

E. PARADIGMA SOSIAL, EKONOMI, POITIK1. Paradigma Pembangunan Sumber Daya Manusia (PPSDM)Pembangunan SDM diarahkan terbangunnya manusia yang berkualitas, kreatif, inovatif, produktif, visioner dan arif bijaksana, santun. Proses ini berlangsung sejak sbelum menikah sampai dengan periode tua mulai dari :a. Periode Sebelum Menikah;b. Periode Pra Lahir;c. Periode Balita;d. Periode Anak/Remaja/Pertumbuhan;e. Periode Dewasa;f. Periode Tua;g. Periode Renta.

PARADIGMA PEMBANGUNAN SDM

CONCEPT

PEMBANGUN AN SDMKUALITASSDMWORLD CLASS CITIZENCOMPETENC

CONNECTION

TRAININGLONG LIFE LEARNING

Pengembangan SDM dan Hak Azasi Manusia mempunyai visi dan tujuan yang sama yaitu terwujutnya kebebasan / kemerdekaan, kesejahteraan dan kehormatan bagi setiap individu, yaitu berkenaan dengan :a. Kebebasan dari diskriminasi;b. Kebebasan memenuhi kebutuhan untuk hidup layak;c. Kebebasan membangun dan merealisasikan kemampuan seseorang;d. Kebebasan dari rasa takut;e. Kebebasan atas ketidak adilan dan pelanggaran hukum;f. Kebebasan berpikir, berbicara dan berpartisipasi;g. Kebebasan atas pekerjaan yang layak.

2. Paradigma Pemberdayaan RakyatParadigma Pemberdayaan Rakyat dalam perspektif Ekonomi : penerapan Pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial, merupakan paradigma baru pembangunan yang bersifat :a. People Centered;b. Participatory;c. Empowering;d. Sustainable (Chambers, 1995).Pembangunan ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah pemberdayaan rakyat menjadikan mandiri dengan cara :a. Menciptakan kondisi berkembangnya potensi masyarakat;b. Mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran atas potensi yang dimiliki;c. Penyediaan berbagai masukan (inputs)d. Pembukaan akses pada berbagai peluang bagi masyarkat;e. Menanamkan nilai-nilai budaya modern : kerja keras, hemat, keterbukaan dan kebertanggungajawaban;f. Pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya kedalam kegiatan pembangunan dan peran masyarakat.Dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan pemantapan, pembudayaan dan penerapan demokratisasi dalam pembangunan mikro dan makro.Sumber-sumber dana, prasarana dan sarana yang dialokasikan pada masyarakat ditempatkan sebagai rangsangan untuk memacu percepatan kegiatan ekonomi rakyat. Proses ini diarahkan untuk peningkatan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui pemupukan modal. Karena itu bantuan dana, prasarana dan srana harus dikelola dengan tertib dan transparan dengan memperhatikan 5 prinsip :a. Mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaku dan penelola kegiatan ekonomi (acceptable);b. Dapat dipertanggungjawabkan (accountable);c. Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable );d. Hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat (sustainable);e. Pengelolaan dana pelestarian hasil mudah digulirkan dan dikembangkan (replicable).Elemen-elemen pemberdayaan rakyat :a. Enabling : memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat;b. Motivating : Memotivasi;c. Encouraging : Mendorong; memberi harapan;d. Empowering : meningkatkan daya/potensi yang dimiliki rakyat;e. Opportuning : Mengembangkan peluang;f. Devolution : Mengalihkan kewenangan;g. Protection : Melindungi dan berpihak pada yang lemah;h. Awareness : Membangkitkan kesadaran.

3. Paradigma Peningkatan Daya Saing :Paradigma Daya Saing dalam perspektif politik, berangkat dari pemahaman situasi : Bersaing dengan siapa (Bangsa sedunia); Kondisi obyektif : ( dunia tanpa batas, globalisasi tidak bebas nilai, neo-liberalisme, perang dingin telah usai,kita lemah dalam Comparative Advantage ).Comparative Advantage : Modal; Tehnologi; Kemampuan Managerial; Kompetisi Internal.Untuk mengatasi kelemahan bersaing ini diperlukan yang utama adalah Modal dan Kemampuan berpolitik.Bagaimana Politik mengatasi Comparative Dis-Advantage ? : Politiksering dimaknai sebagai : A matter of perception dan The Art of Searcing Possibilities. Maka Strategi Dasarnya : Tingkatkan kompetensi dan kompetisi internal untuk hadapi kopetitor dikancah global. Empat langkah utama : Memanfaatkan Modal (SDA & SDM) yang ada; Merubah unsur negatif dari modal yang ada menjadi unsur positif; Ciptakan peluang; Rebut peluang.Dalam hubungan ini diperlukan konsolidasi politik, rekonstruksi social trust, ciptakan GG dan menumbuhkan spirit entrepreneurship. Yang diperlukan Rejim untuk Bersaing : Legitimasi yang tidak diragukan oleh rakyatnya; Kehadiran Strong Leader dengan visi & misi yang jelas; Kelembagaan proses politik yang menjamin Consistency, Accountability dan Predictability; Memiliki nilai lebih yang dibutuhkan fihak lain (lawan maupun kawan). Modal kita yang dapat digunakan : Pluralitas diimbangi jarak ideologi yang sempit; Posisi geopolitik dengan populasi sebagai potensi pasar; SDA nyaris sempurna; Orbit Desentralisasi yang tepat : Kewenangan bukan Urusan; Traditional Wisdom. Unsur Negatif yang ada : Beda garis Start untuk kompetisi internal; Sikap mental masyarakat maupun birokrat; Minimnya kultur kompetisi; Tidak memiliki Modal & Genuine Technology; Fungsi pemerintahan tidak maksimal; Desentralisasi Setengah Hati.

30