makalah pbl blok 2 modul 1 - paradigma sehat

21
Peran Pelayanan Posyandu dalam Peningkatan Status Gizi Balita Henricho Hermawan 10.2014.108 / A2 25 November 2014 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Abstrak Status gizi balita merupakan indikator untuk mengetahui seberapa berhasil pembangunan yang dilakukan untuk memudahkan masyarakat memperoleh kesehatan. Pembanguna tersebut mulai dilakukan sejak dari tingkat desa hingga tingkat kota. Pada tingkat desa dibuat posyandu untuk memberi pelayanan kesehatan primer. Selain itu posyandu juga bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat terutama ibu dan balita. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap perkembangan bayi setiap bulannya serta memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan tercapainya kesehatan balita. Namun hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, maka dari itu posyandu membutuhkan bantuan dari masyarakat sekitar melalui kader-kader desa yang sudah dilatih terlebih dahulu untuk membantu. Kata kunci : posyandu, kesehatan primer, balita Abstact 1

Upload: henrichohermawan

Post on 22-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Peran Pelayanan Posyandu dalam Peningkatan Status Gizi Balita

Henricho Hermawan

10.2014.108 / A2

25 November 2014

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Abstrak

Status gizi balita merupakan indikator untuk mengetahui seberapa berhasil

pembangunan yang dilakukan untuk memudahkan masyarakat memperoleh kesehatan.

Pembanguna tersebut mulai dilakukan sejak dari tingkat desa hingga tingkat kota. Pada

tingkat desa dibuat posyandu untuk memberi pelayanan kesehatan primer. Selain itu

posyandu juga bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat terutama ibu

dan balita. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap perkembangan bayi

setiap bulannya serta memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai segala sesuatu yang

berhubungan dengan tercapainya kesehatan balita. Namun hal ini tidaklah mudah untuk

dilakukan, maka dari itu posyandu membutuhkan bantuan dari masyarakat sekitar melalui

kader-kader desa yang sudah dilatih terlebih dahulu untuk membantu.

Kata kunci : posyandu, kesehatan primer, balita

Abstact

Nutritional status is an indicator to determine how successful development

undertaken to public health facilitate improvments. Establishment start from village to the

city level. At the village level was made integrated health posts to provide primary health

care. In addition, integrated health posts also aims to help improve people's health,

especially mothers and children under five years old. This is done by recording the baby's

development each month and provide information to mothers about everything related to the

achievement of infant health. But it is not easy to do, the integrated health posts needs help

from the local community through the village cadres who have been trained in advance for

the help.

Keywords : integrated health posts, primary health, children under five years old

1

Page 2: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Pendahuluan

Pelayanan posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan salah satu program

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Kegiatan pelayanan di posyandu umumnya berupa

penimbangan berat badan bayi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang gizi yang

dibutuhkan balita. Pelaksana dari kegiatan posyandu adalah masyarakat sekitar, hal ini

bertujuan untuk mengurangi kecanggungan dari ibu balita untuk datang ke posyandu. Selain

hal ini juga dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat akan pentingnya kesehatan

balita.

Bentuk pelayanan yang dilakukan tidak sebatas pengawasan pertumbuhan balita,

namun juga aspek promotif dan preventif untuk kepentingan balita. Dalam aspek promotif,

posyandu melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan

lingkungan serta memberikan pendidikan mengenai paradigma sehat. Dibantu peranan

masyarakat, keduanya bekerja sama untuk mewujudkan tindakan preventif dengan menjaga

kebersihan lingkungan yang akan meningkatan kesehatan lingkungan. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi jumlah kasus penyakit menular yang kerap kali terjadi dilingkungan padat

penduduk.

Status Gizi Balita

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh yang terjadi karena adanya konsumsi,

penyererapan dan penggunaan makanan.1 Hal ini merupakan cerminan kuantitas dan kualitas

asupan makanan bergizi yang dikonsumsi serta kemampuan tubuh untuk memanfaatkannya

secara optimal.2 Status gizi juga menjadi salah satu indikator pencapaian pembangunan

kesehatan, terutama status gizi balita karena kurang gizi pada anak akan mencerminkan

sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan.3 Gizi yang cukup baik dan baik adalah dasar

dari pembangunan dan kelangsungan hidup untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

Penentunan status gizi anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

pemeriksaan klinis, biokimia, biofisik dan anthropometri.1 Metode yang paling sering

digunakan di Indonesia adalah metode anthropometri. Indikator dari metode anthropometri

antara lain adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),

dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).3 Berat badan menurut umur (BB/U) lebih

menjelaskan status gizi balita saat ini, dan tinggi badan menurut umur (TB/U) lebih

menggambarkan status gizi dimasa lalu sedangkan berat badan menurut tinggi badan

merupakan indicator global keadaan gizi.1

2

Page 3: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Maka dari itu apabila seorang balita status gizinya kurang baik ada 3 kemungkinan

yang menjadi penyebabnya.2 Pertama, pasokan gizi tidak memenuhi kuantitas dan kualitas

sehingga membuat tubuh menderita kekurangan gizi, contoh dari kasus ini adalah gizi buruk

dan busung lapar. Kedua, pasokan gizi terpenuhi namun tubuh tidak mampu mengelola gizi

yang diperoleh tersebut secara optimal, contih kasus ini adalah cacingan, tuberkolosis dan

diare. Ketiga, pasokan gizi yang berlebih sehingga membuat terjadinya penumpukan gizi

dalam tubuh sehingga tubuh menjadi kegemukan dan obesitas.

Konsep Sehat dan Sakit

Konsep ini adalah konsep yang kompleks dan multiinterpretasi, banyak factor yang

memengaruhi kondisi sehat ataupun sakit.4 Menurut World Heatlh Organization (WHO),

sehat adalah suatu keadaan fisik, mental dan kesejahteraan social yang merupakan satu

kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.5 Maka dari itu sakit, sakit

merupakan kondisi saat 3 (fisik, mental dan kesejahteraan social) hal tersebut tertanggu.

Konsep sehat sendiri sangatlah relatif dan tidak memiliki standar yang baku. Hal ini

bervariasi untuk setiap orang dan sangat tergantung dari beberapa fakto seperti ras, geografi,

cuaca, budaya, gaya hidup dan kondisi fisik, namun pada keadaan tertentu orang tetap dapat

hidup sehat dengan kelainan bawaan.5

Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang dapa menimbulkan suatu kesakitan,

kecacatan, ketidakmampuan, dan kematian pada manusia yang disebut sebagai Trias Ekologi

(Ecological Triad) atau Trias Epidemologi (Epidemological Triad) yaitu agen penyakit,

manusia, dan lingkungan. Dalam keadaan normal terjadi suatu keseimbangan yang dinamis

antara ketiga komponen ini atau dengan kata lain disebut sehat. Pada suatu kejadian

terjadinya gangguan pada keseimbangan dinamis ini, misalnya akibat menurunnya kualitas

lingkungan hidup sampai pada tingkat tertentu maka akan memudahkan agen penyakit masuk

ke dalam tubuh manusia dan keadaan tersebut disebut sakit.5

Gambar 1. Segitiga Ekologis/Epidemologis

3

Page 4: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun

kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui. Agen penyakit dapat

diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:3

1. Agen biologis contohnya virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoa.

2. Agen nutrisi contohnya protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan lainnya.

3. Agen fisik contohnya panas, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya, dan kebisingan.

4. Agen kimiawi contohnya asidosis yang bersifat endogen dan ada yang bersifat

eksogen seperti debu.

5. Agen mekanis contohnya gesekan, benturan, pukulan yang dapat menyebabkan

kerusakan jaringan pada tubuh host.

Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung

pada pada karateristik yang dimiliki oleh masing-masing individu antara lain:5

1. Umur, menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita pada rentang usia

tertentu.

2. Jenis kelamin, mempengaruhi penyakit yang diderita yang hanya khusus bagi pria

atau wanita.

3. Ras, penyakit yang diderita pada suku tertentu.

4. Genetik, penyakit yang diwariskan (herediter).

5. Pekerjaan, penyakit yang terjadi pada kecelakaan kerja.

6. Status nutrisi, gizi yang buruk mempengaruhi seseorang mudah terjangkiti penyakit.

7. Status kekebalan, reaksi tubuh terhadap penyakit.

8. Adat istiadat, kebiasaan seseorang yang berlaku secara wajib di suatu lingkungan.

9. Gaya hidup, kebiasaan hidup seseorang yang independen.

10. Psikis, faktor kejiwaan seperti emosional dan stress.

Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan

hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan

lingkungan hidup eksternal yang diluar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri

dari tiga komponen yaitu:5

1. Lingkungan fisik yang bersifat abiotik seperti kekurangan persediaan air bersih yang

memegang proses terjadinya penyakit pada manusia.

2. Lingkungan biologis yang bersifat biotik seperti kuman, bakteri, virus yang berperan

penting sebagai agen penyakit.

4

Page 5: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

3. Lingkungan sosial seperti adat istiadat, kebiasaan, agama, dan sebagainya. Manusia

dipengaruhi oleh media sosial dan apabila tidak menyesuaikan diri dengan

lingkungan, kemungkinan manusia maka akan terjadi konflik kejiwaan dan

menimbulkan gejala psikosomatik.

Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit, perlu

dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen penyakit (agent), manusia (host), dan

lingkungan (environment) yaitu:5

1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan

Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan yang

menguntungkan bagi agen penyakit. Terjadi pada saat tahap prepatogenesis suatu

penyakit.

Gambar 2. Ketidakseimbangan Agen Penyakit dengan Lingkungan

2. Interaksi antara manusia dan lingkungan

Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan

terjadi pada tahap prepatogenesis suatu penyakit. Interaksi ini menguntungkan bagi

pihak manusia.

Gambar 3. Ketidakseimbangan Manusia dengan Lingkungan

5

Page 6: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

3. Interaksi antara manusia dan agen penyakit

Suatu keadaan agen yang menetap, berkembang biak, dan dapat merangsang manusia

untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda atau gejala-gejala penyakit seperti

perubahan fisiologis atau pembentukan kekebalan. Interaksi yang terjadi dapat berupa

sembuh sempurna, menimbulkan kecacatan, atau kematian.

Gambar 4. Ketidakseimbangan Agen Penyakit dengan Manusia

4. Interaksi agen penyakit, manusia, dan lingkungan

Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia, dan lingkungan

secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain sehingga

memudahkan agen penyakit untuk masuk ke dalam manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Gambar 5.Ketidakseimbangan Agen Penyakit, Manusia, dan Lingkungan

Faktor yang Memengaruhi Kesehatan

Menurut Hendrik Bloom, ada empat factor yang memengaruhi kesehatan seseorang,

yaitu keturunan, pelayanan kesehatan, lingkungan dan perilaku.4 (lihat gambar 1) Berikut

adalah penjelasan mengenai keempat factor tersebut:

6

Page 7: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Gambar 6. Faktor yang memengaruhi status kesehatan

a. Faktor keturunan, secara sederhana penyakit manusia disebabkan oleh berbagai

macam hal salah satunya adalah factor gen. Penyakit ini biasanya disebut dengan

penyakit keturunan atau herediter.

b. Faktor layanan kesehatan akan memengaruhi status kesehatan individu dan

masyarakat. Beberapa aspek layanan kesehatan yang berkaitan adalah sebagai

berikut

Tempat layanan kesehatan

Letak geografis tempat layanan kesehatan dapat berpengaruh terhadap

layanan kesehatan dan keterjangkauan petugas kesehatan dalam memberi

pelayana kesehatan. Jika jarak tempat layanan kesehatan jauh akan

membuat masyarakat sulit untuk menjangkaunya serta apabila keadaan

transportasi yang kurang memadai akan semakin menyulitkan masyarakat

untuk memperoleh pelayanan.

Kualitas petugas kesehatan

Kompetensi yang dimiliki oleh pemberi layanan kesehatan akan

berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya pasien memperoleh

kesehatannya. Karena pasien yang sakit akan bergantung sepenuhnya

kepada tenaga kesehatan untuk mengembalikan kesehatannya.

Biaya kesehatan

Tinggi atau rendahnya akan memengaruhi kemampuan masyarakat untuk

memperoleh pelayanan. Tingginya biaya akan menghalangi secara mutlak

7

Page 8: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

masyarakat kurang mampu untuk sehat karena jangankan untuk biaya

kesehatan untuk makan saja mereka sudah susah.

Sistem layanan kesehatan

Layanan kesehatan terdepan bukan hanya dalam hal pengobatan tetapi

juga dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini

tidak lagi menekankan pada upaya kuratif melainkan upaya promotif dan

preventif.

c. Lingkungan member pengarug besar terhadap status kesehatan individu. Bersih

atau kotornya suatu lingkungan akan memberikan dampak bagi sehat atau

tidaknya seseorang.

d. Perilaku merupakan factor yang juga akan memengaruhi kesehatan. Jika perilaku

masyarakat sehat maka dapat dipastikan akan sehat begitu juga sebaliknya apabila

perilakunya tidak sehat maka dapat dipastikan akan sakit. Perilaku sendiri

dipengaruhi banyak factor seperti pendidikan, adat istiadat, kepercayaan,

kebiasaan, dan juga social ekonomi.

Ketika factor yang memengaruhi kesehatan seseorang terpenuhi semua, kesehatan

individu akan perlahan-lahan menjadi kesehatan masyarakat. Menurut WHO, indicator dari

kesehatan masyarakat ialah keadaan status kesehatan masyarakat yang meliputi indicator

yang komprehensif seperti angka kematian kasar menurun, rasio angka mortalitas

proporsional rendah dan usia harapan hidup meningkat, sedangkan yang meliputi indicator

spesifik adalah angka kematian ibu dan anak menurun serta menurunnya angkta kematian

akibat penyakit menular.6

Posyandu

Posyandu merupakan suatu forum untuk berkomunikasi antara ahli teknologi dan

tenaga kesehatan dengan masyarakat yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk

masyarakat, yang bertujuan untuk mengembangakna sumber daya manusia sejak dini.7

Posyandu merupakan komunitas yang berkonsentrasi pada program pengawasan nutrisi,

kegiatan utama dari posyandu termasuk pengawasan perkembangan, layanan kesehatan

utama lainnya dan keluarga berencana.8 Kegiatan yang ada di posyandu dapat dikembangkan

menjadi pengembangan balita, pos imunisasi, pos keluarga berencana (KB) dan pos

kesehatan, sedangkan pelayanan yang diberikan posyandu meliputi KB, kesehatan ibu dan

anak (KIA), gizi imunisasi dan penanggulangan diare serta kegiatan sector lain.9

8

Page 9: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Lokasi pendirian posyandu harus berada ditempat yang mudah didatangi oleh

masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri.9 Prioritas yang menjadi lokasi pendirian

posyandu adalah ditempat yang rawan dibidang gizi dan kesehatan lingkungan. Posyandu

dilaksanakan oleh anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat

setelah melalui bimbingan Puskesmas, sedangkan sebuah posyandu dikelola oleh pengurus

yang dibentuk ketua RW yang berasa dari kader pembina kesehatan keluarga (PKK), tokoh

masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.7 Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan rasa memiliki di masyarakat terhadap upaya

dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana.

Pendirian posyandu diharapkan akan mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan

khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan pertolongan pertama pada kecelakaan

(P3K) dan juga sekaligus untuk pelayanan KB.7

Pelayanan Posyandu

Pelaksanaan posyandu dilakukan satu kali dalam setiap bulannya dan bertempat di

tempat yang mudah dijangkau masyarakat. Sistem pelayanan posyandu menggunakan sistem

lima meja, meja pertama hingga keempat dilakukan oleh kader desa sedangkan meja kelima

dilakukan oleh tenaga kesehatan, keterangannya seperti berikut:10

a. Meja pertama: pencatatan dan pelaporan

b. Meja kedua: penimbangan

c. Meja ketiga: pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

d. Meja keempat: peningkatan tentang gizi/ASI (Air Susu Ibu)

e. Meja kelima: pelayanan kesehatan (pemeriksaan hamil, imunisasi balita, anak dan ibu

hamil serta program keluarga berencana dan pemberian tablet zat besi dan vitamin A).

Pelayanan yang dilakukan oleh posyandu memiliki 2 fokus utama yaitu kepada anak

(bayi dan balita) serta ibu (hamil, menyusui, dan pasangan usia subur).7 Pemeliharaan

kesehatan bayi dan balita sebagai berikut:

a. Penimbangan bulanan

b. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang

c. Imunisasi bayi berusia 3-14 bulan

d. Pemberian oralit untuk mengatasi diare

e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

Disisi lain ada beberapa hal yang dilakukan oleh posyandu untuk membantu

pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur sebagai berikut:7

9

Page 10: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

a. Pemeriksaan kesehatan umum

b. Pemeriksaan kehamilan dan nifas

c. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah

d. Imunisasi TT untuk ibu hamil

e. Penyuluhan kesehatan dan KB

f. Pemberian alat kontrasepsi KB

g. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare

h. Pengobatan penyakit sebagai pertolonga pertama

i. Pertolongan pertama pada kecelakaan

Pada tingkat individu anak, optimalisasi posyandu akan dinilai dari kunjungan secara

regular melalui pengamatan terhadap KMS (Kartu Menuju Sehat) yang akan dibandingkan

dengan yang tidak regular atau tidak sama sekali.11 Selain itu optimalisasi posyandu juga

dapat dilihat dari persentase jumlah anak-anak yang datang setiap kali dilaksanakan kegiatan

posyandu. Namun demikian, optimalisasi posyandu memiliki banyak tolak ukur untuk dapat

dikatakan benar-benar optimal maka dari itu perlu dilakukan beberapa hal berikut untuk

mengoptimalkan posyandu:12

a. Pelatihan, penyegaran dan pembinaan Kader Posyandu secara berkelanjutan

b. Penyempurnaan dan sosialisasi modul pelatihan kader posyandu yang

diintegrasikan dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Bina Keluarga

Balita (BKB) bekerja sama dengan Kelompok Kerja II (POKJA II)

c. Penyempurnaan dan sosioalisai buku pegangan kader gizi

d. Penyempurnaan Sistem Informasi Posyandu (SIP) dan sosialisasinya

e. Mengadakan Jambore Nasional Kader Posyandu 5 tahun sekali sebagai

penghargaan kepada kader dan upaya peningkatan kinerja kader

f. Lomba posyandu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu dan jumlah posyandu

agar berkembang menjadi posyandu mandiri atau posyandu plus

g. Temu konsultasi pengelolaan posyandu tingkat daerah/nasional

h. Optimalisasi kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terintegrasi dengan

posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB) bekerja sama dengan POKJA II

i. Mengembangkan posyandu lansia.

Posyandu dalam tugasnya tidak hanya melakukan pertolongan kesehatan namun juga

aktif dalam melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan didefinisikan sebagai

kombinasi fenomena untuk memfasilitasi perubahan perilaku yang kondusif bagi kesehatan,

dengan menggunakan definisi tersebut, promosi kesehatan akan mencangkup pendidikan

10

Page 11: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

kesehatan serta mencangkup tindakan yang mengatur pembuatan kebijakan.13 Pelaksana

promosi kesehatan di posyandu adalah kader yang sudah terpilih, tugas ini lebih banyak

dilakukan ketika kader tidak bekerja di posyandu. Kegiatan tersebut dapat berupa beberapa

hal sebagai berikut:14

a. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu

b. Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-Kesehatan dan

upaya kesehatan lainnya.

Membina keluarga binaan, masing-masing kader membina 10 sampai 20

kepala keluarga (KK) atau jumlahnya diserahkan kepada kader setempat.

Hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang pelaksanaan

upaya kesehatan

Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan

Melakukan pertemuan kelompok

c. Melakukan kegiatan penunjang kesehatan seperti penyuluhan untuk melakukan

pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah, pembersihan sarang

nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih, penyediaan sarana

jamban keluarga, pembuatan sarana pembuangan air limbah, pemberian

pertolongan pertama pada penyakit dan kecelakaan (P3K), penyediaan dana sehat,

dan kegiatan pengembagan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

Kartu Menuju Sehat

Berat badan anak merupakan indicator yang baik untuk menentukan status gizi,

khususnya untuk mereka yang berumur dibawah lima tahun. Hal ini memerlukan kemampuan

yang baik untuk dapat mendeteksi dan menentukan apakah seorang anak mengalami

gangguan pertumbuhan atau tidak.15 Pendataan pada KMS akan dilakukan setiap kali balita

melakukan kunjugan ke posyandu.

Meskupun rata-rata berat badan dari berbagai kelompok anak sangat bervariasi,

namun telah diketahui bahwa ini terjadi karena adanya perbedaan dalam status gizi dan

kesehatan. Bayi dari berbagai ras di seluruh dunia dilahirkan oleh ibu yang sehat, cukup gizi

dan memberikan ASI (Air Susu Ibu) yang dicukup dan didukung dengan rasa kasih sayang

akan memperlihatkan perbedaan laju pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan

yang tidak.15 Untuk mengawasi pertumbuhan balita, pertumbuhan balita dicatata dalam KMS

yang dijalankan sesuai dengan tanggal, maka orang tua balita akan tahu seberapa jauh asupan

gizi yang diberikan memengaruhi pertumbuhan balita.16

11

Page 12: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Pembahasan

Data dari scenario mengenai hasil penimbangan posyandu melati menunjukkan bahwa

setiap bulannya jumlah pengunjung posyandu tidak selalu sama. Jumlah ini bisa naik dan

juga bisa turun, sedangkan pada setiap bulannya balita yang dibawa ke posyandu tidak

semuanya memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat), padahal KMS sangat penting untuk

mengukur kesehatan perkembangan balita. Namun demikian balita yang sudah memiliki

KMS pun tidak lantas selalu ditimbang setiap bulannya untuk mengetahui perkembangannya.

Lebih parahnya lagi bahwa balita yang sudah ditimbang ada yang masih mengalami

penurunan berat badan ketika ditimbang, hal ini mengindikasikan adanya balita yang tidak

mendapat asupan gizi yang cukup untuk tumbuh.

Ketidakstabilan pengunjung posyandu bisa diakibatkan gagalnya kader untuk

melakukan promosi kesehatan yang membuat masyarakat sadar akan pentingnya posyandu

dan juga bisa diakibatkan karena kesulitan masyarakat untuk datang ke posyandu akibat

ketidakadaan transportasi. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah kurangnya informasi

akan keberadaan posyandu yang hanya sebulan sekali dilaksanakan. Hal penting lain yang

perlu dibahas dari data yang adalah tidak semua bayi mengalami peningkatan berat badan, hal

ini menunjukkan bahwa masih ada balita yang kekurangan asupan gizi, selain itu juga dapat

diakibatkan karena balita tersebut terserang penyakit. Maka dari itu penting untuk membawa

balita ke posyandu agar hal-hal seperti ini dapat dicegah (pemberian vitamin dan imunisasi)

dan dapat segera diatasi (pemberian obat-obatan).

Penutup

Hadir di posyandu yang hanya sebulan sekali memang merepotkan bagi sebagian

orang, bahkan ada yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak penting. Hal ini

berlaku bagi masyarakat yang mampu namun tidak bagi mereka yang kurang mampu. Maka

dari itu kehadiran posyandu didalam masyarakat (mampu dan kurang mampu) sangat penting

untuk membantu masyarakat mengontrol pertumbuhan balita serta menjaga pertumbuhan

balita dari terserang penyakit. Hal ini dikarenakan kesehatan pertumbuhan balita menjadi

standard Internasional untuk mengukur seberapa mudahnya masyarakat untuk mengakses

fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, apabila pertumbuhan balita di Indonesia sudah baik maka

dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah memiliki kemudahan untuk mengakses fasilitas

kesehatan.

12

Page 13: Makalah PBL Blok 2 Modul 1 - Paradigma Sehat

Daftar Pustaka

1. Sunarti E. Mengasuh dengan hati. Jakarta : PT Elex Media Komputindo ; 2004. h. 62-

3

2. Aritonang I, Priharsiwi E. Busung Lapar : Potret buram anak Indonesia di era otonomi

daerah. Yogyakarta : Media Pressindo ; 2006. h. 19

3. Tim Penulis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Yendra M, penyunting.

Indonesia economic outlook 2010 : Ekonomi makro, demografi, ekonomi syariah.

Jakarta : Grasindo ; 2009. h. 71-2

4. Asmadi NS. Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC ; 2005. h. 27, 29-31

5. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta : EGC ; 2006.h. 5-6, 9-

14,

6. Safrudin, Hamidah. Kebinanan Komunitas. Jakarta : EGC ; 2007. h. 3

7. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. 2nd Ed. Jakarta : EGC ;

1997. h. 267-270

8. Ohtsuka R, Ulijaszek SJ. Heatlh change in Asia-Pacific Region. Cambridge :

Cambridge University Press ; 2007. h. 82

9. Suryana. Keperawatan anak untuk siswa SPK. Jakarta : EGC ; 1996. h. 109

10. Manuaba IBG, Manuaba IAC & Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta :

EGC ; 2003. h. 15

11. Elfindri. Cerdas mendapatkan dana riset. Tanggerang : Agromedia Pustaka ; 2006. h.

114

12. Sutedjo. Langkah-langkah pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Cibitung :

Ganeca Exact ; 2010. h. 36

13. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. 9 th ed. Jakarta :

EGC ; 1995. h. 313

14. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam

keperawatan. Jakarta : Salemba Medika ; 2009. h. 289

15. Suharjo. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta : Kanisius ; 1992. h.

43-4

16. Heru A. Kader kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC ; 1987. h. 123

13