tinjauan-pustaka-referat paradigma sehat

37
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Profesionalisme Pemahaman akan profesionalisme masih belum jelas dan belum ada standar penilaiannya. Sebutan profesionalisme berasal dari kata profesi, profesionalisme mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang pekerjaan. Satu pendapat menyatakan profesionalisme yaitu suatu status, cara, karakteristik, standar yang terkait dengan suatu profesi. Pendapat lain menyatakan profesionalisme sebagai ajektif yang memiliki arti kualifikasi. Namun bila ditilik dari asal katanya, profesional berasal dari kata professiondari Bahasa Latin yang berarti a public declaration with the force of a promise, atau dalam Bahasa Indonesia yang artinya sebuah deklarasi umum dengan kekuatan sebuah janji.

Upload: ronald-sitompul

Post on 10-Dec-2014

121 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

healthy paradigm

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Profesionalisme

Pemahaman akan profesionalisme masih belum jelas dan belum ada

standar penilaiannya. Sebutan profesionalisme berasal dari kata profesi,

profesionalisme mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang

pekerjaan. Satu pendapat menyatakan profesionalisme yaitu suatu status, cara,

karakteristik, standar yang terkait dengan suatu profesi. Pendapat lain menyatakan

profesionalisme sebagai ajektif yang memiliki arti kualifikasi. Namun bila

ditilik dari asal katanya, profesional berasal dari kata ”profession” dari

Bahasa Latin yang berarti a public declaration with the force of a promise,

atau dalam Bahasa Indonesia yang artinya sebuah deklarasi umum

dengan kekuatan sebuah janji.

Dalam hal profesi, Mc Cully (1969) (dalam Rusyan, 1990:4) mengatakan

sebagai:“Vocation an which professional knowledge of some department a

learning science is used in its application to the other or in the practice of an art

found it.” Pengertian tersebut dapat disarikan bahwa dalam suatu pekerjaan yang

bersifat profesional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada

landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara

langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain. Faktor penting dalam

hal ini adalah intelektualitas yang di dalamnya tercakup satu atau beberapa

keahlian kerja yang dianggap mampu menjamin proses pekerjaan dan hasil kerja

Page 2: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

yang profesional, atau tercapainya nilai-nilai tertentu yang dianggap ideal menurut

pihak yang menikmatinya.

Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat

atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan

standar kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan

faktor pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam

melaksanakan tugas.

Sementara itu Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme

sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang

ditentukan oleh pekerjaan tersebut.

Wignjosoebroto mendefinisikan profesional adalah suatu sikap

seseorang yang mempunyai profesi atau keahlian yang diperoleh

melalui suatu proses pendidikan maupun pelatihan khusus dan

adanya unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) dalam

melaksanakan tugas. Dan profesionalisme adalah faham yang

mencitakan kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat

berbekal keahlian yang tinggi dan berdasar rasa keterpanggilan-

-serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan dengan

semangat pengabdian siap menolong orang dalam kesulitan

(Wignjosoebroto, 1993)

2.2 Karakteristik Profesi, Profesional dan Profesionalisme

2.2.1 Karakteristik Profesi

Page 3: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of

Education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:

1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis

intelektual yang terus berkembang dan diperluas

2. Suatu teknik intelektual

3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan

praktis

4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi

5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang

dapat diselenggarakan

6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri

7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok

yang erat dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar

anggotanya

8. Pengakuan sebagai profesi

9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang

bertanggung jawab dari pekerjaan profesi

10. Hubungan yang erat dengan profesi lain

2.2.2 Karakteristik Profesional

Karakteristik seorang profesioanal adalah:

1. Mempunyai kompetensi dalam bidang pengetahuan dan keterampilan

tertentu.

Page 4: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

2. Mempunyai tugas dan tanggung jawab tertentu baik terhadap individu

dan masyarakat.

3. The right to train, admit, discipline and dismiss its members for failure

to sustain competences or observe the duties and responsibilities.

2.2.3 Karakteristik Seorang Profesionalisme

Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib

dimiliki oleh setiap eksekutif yang baik. Karakteristik

profesionalisme antara lain:

1. Mempunyai ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang

serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu

diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan

sesuai bidangnya

2. Mempunyai ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam

menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca

situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil

keputusan terbaik atas dasar kepekaan

3. Mempunyai sikap berorientasi ke depan sehingga punya

kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan

yang terbentang di hadapannya.

4. Mempunyai sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan

kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan

Page 5: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam

memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan

pribadinya.

Sebagai seorang dokter yang profesional, maka harus:

1. Fiducity/ trust/ confident

2. Berdasarkan etik.

Berdasarkan The American Board of Internal Medicine (1995),

profesionalisme sebagai seorang dokter haruslah diajarkan dan dibentuk

oleh seorang dosen atau tutor dan telah menjadi bagian dari sikap, perilaku

dan keahlian dokter dalam menangani pasiennya yaitu:

1. Altruism: Seorang dokter wajib mendahulukan kebutuhan/urusan klien

daripada urusannya sendiri, serta senantiasa memberi yang terbaik.

2. Accountability: Dokter bertanggung jawab kepada pasien, kepada

masyarakat di kesehatan masyarakat dan pada profesi mereka.

3. Excellence: seorang dokter wajib berkomitmen pada pembelajaran

jangka panjang.

4. Duty: seorang dokter harus bersedia dan cepat tanggap bila ”dipanggil”

untuk melakukan pelayanan atau tindakan medis yang diperlukan.

5. Honor and integrity: Seorang dokter wajib berkomitmen untuk jujur,

berterus terang dan adil dalam interaksinya dengan pasien dan profesi

mereka.

Page 6: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

6. Respect to others: seorang dokter harus menunjukkan rasa hormat

(respect) pada pasien dan keluarganya, anggota timya dan dokter lain,

mahasiswa kedokteran, residentnya dan pemagangnya.

2.3 Etik Profesi Kedokteran

2.3.1 Definisi Etika dan Etik Profesi

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ehos (Bahasa Yunani) yang berarti

karakter, watak kesusilaan atau adat. Definisi etik adalah kumpulan asa atau nilai

yang berkenaan dengan akhlak. Etik juga dapat diartikan nilai mengenai benar dan

salah yang dianut suatugolongan atau masyarkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2010). Sedangkan menurut Martin (1993), etik didefinisikan sebagai “the

discipline which can act as the performance index or reference for our control

system”. Drs. O.P Simorangkir mendefinisikan etik atau etika sebagai pandangan

manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba

dalam Sistematika Filsafat mendefinisikan etika adalah teori tentang tingkah laku

perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat

ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanuddin Salam mendefinisikan bahwa etika

adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang

menentukan dalam hidupnya.

Dalam pengertian khusus dikaitkan dengans eni pergaulan manusia, etika

inikemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematis

sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsio moral yang ada dan pada saat yang

dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam

Page 7: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang

dari kode etik.

Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self

control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk

kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Selanjutnya, karena kelompok

profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang

diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar

tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu

hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi

sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat built in mechanism berupa

kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta

kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk

penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999)

2.3.2 Definisi Kode Etik

Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi

merupakan lanjtan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan

dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas

dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya

norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode

etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas

serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang

salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang

Page 8: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

profesional. Menurut UU No. 8 Pokok-Pokok Kepegawaian, kode etik profesi

adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan

dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.3 Kode Etika Profesi Kedokteran

Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi

dalam bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya

dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul

dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-

macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup

sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban

dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi

dokter.

World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968

menghasilkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional.

Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum,

kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap

diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu

kepada Kode Etik Kedokteran Internasional.

Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang

kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan

arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-

buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari

segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut

Page 9: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis

dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam

melakukan penelitian di bidang medis.

Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung

dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan

profesional dokter, seperti:

1. Principle of respect for the autonomy adalah asas menghormati hak

pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak membuat

keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya serta

menghormati martabat manusia. Ciri-cirinya adalah, a) menghargai

hak menentukan nasib sendiri, b) berterus terang, c) menghargai

privasi pasien, d) menjaga rahasia, e) melaksanakan informed consent

2. Principle of veracity adalah asas kejujuran dalam melakukan segala

tindakan kepada pasien

3. Principle of beneficence adalah asas melakukan tindakan untuk

kebaikan dan manfaat bagi pasien, ciri-cirinya antara lain : a)

Altruisme terjaga atau rela berkorban, b) menghormati martabat

manusia, c) mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga

kesehatannya, d) bersikap ramah.

4. Principle of non maleficence primum non nocere adalah asas tidak

melakukan perbuatan yang memperburuk dan merugikan pasien,

memilih pengobatan yang paling kecil risikonya bagi pasien dan

memberikan yang paling banyak manfaat bagi pasien. Ciri-cirinya

Page 10: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

antara lain : a) menolong pasien emergensi atau darurat, b) mencegah

pasien dari bahaya lebih lanjut, c) manfaat pasien lebih besar dari

kerugian dokter.

5. Principle of Confidentiality adalah asas menjaga kerahasiaan.

6. Principle of justice adalah asas bersikap adil dan jujur bagi seluruh

masyarakat dalam bidang kesehatan (profesionalisme dalam bidang

kedokteran masa kini dan yang akan dating). Ciri-cirinya antara lain

tidak tergantung SARA, sosial, ekonomi, budaya dll.

Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan

prinsip moral kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan

kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan

etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai

situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis

tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan

medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu

dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan

para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.

            IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian

pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan

cabang, serta lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat

pusat, wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit)

didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi

pelaksanaan etik dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat

Page 11: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit

(Makersi).

            Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar

hanya akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu

pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk

peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani

pendidikan atau pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan

haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam

rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi)

kedokteran.

2.4 Tujuan Kode Etika Profesi

Prinsip‐prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi

akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan

perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga

ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu negar tidak sama.

Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang

dituangkan dalam kode etik (Code of Conduct) profesi adalah:

1. Standar‐standar etika menjelaskan dan menetapkan

tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat

pada umumnya

Page 12: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

2. Standar‐standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam

menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka

menghadapi dilema‐dilema etika dalam pekerjaan

3. Standar‐standar etika membiarkan profesi menjaga

reputasi atau nama dan fungsi‐fungsi profesi dalam

masyarakat melawan kelakuan‐kelakuan yang jahat dari

anggota‐anggota tertentu

4. Standar‐standar etika mencerminkan / membayangkan

pengharapan moral‐moral dari komunitas, dengan

demikian standar‐standar etika menjamin bahwa para

anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik)

profesi dalam pelayanannya

5. Standar‐standar etika merupakan dasar untuk menjaga

kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga

ahliprofesi

6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama

dengan hukum (atau undang‐undang). Seorang ahli profesi

yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi

atau denda dari induk organisasi profesinya.

2.5 Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)

2.5.1 Definisi

Page 13: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Pelayanan Kesehatan Primer/Primary Health Care (PHC) adalah strategi

yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan

untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa

diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah esensial bisa

diraih, yang esensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang

disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam

menentukan sesuatu tentang kesehatan.

PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode

dan tekhnologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik

oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka

sepenuhnya, serta deengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan

negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat

untuk hidup mandiri (Self reliance) dan menntukan nasib sendiri (self

Determination).

2.5.2 Tinjauan Sejarah

Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan

WHO ke-30. Pada Konferensi International 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada

tanggal 12 September 1978, ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu

dengan PHC. Resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000 (HFA

2000) atau sehat untuk semua di tahun 2000 adalah merupakan target resmi dari

bangsa-bangsa yang tergabung dalam WHO.

Page 14: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan

strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk

pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun

1986. Indikator tersebut adalah :

1. Perkembangan sosial dan ekonomi

2. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan

3. Kesehatan sebagai objeck atau bagain dari perkembangan sosial ekonomi.

2.5.3 Konsep Pelayanan Kesehatan Primer

Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan esensial yang

dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam

masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan

merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC

merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan

kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum

kesehatan yang lebih baik.

2.5.4 Tujuan PHC

1. Tujuan Umum

Page 15: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

yang diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada

masyarakat yang menerima pelayanan.

2. Tujuan Khusus

a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan pendudukan yang dilayani

b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani

c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang

dilayani

d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber

– sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.5.5 Fungsi PHC

1. Pemeliharaan kesehatan

2. pencegahan penyakit

3. diagnosis dan pengobatan

4. pelayanan tindaj lanjut

5. pemberian sertifikat

2.5.6 Tiga Unsur Utama PHC

1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

2. melibatkan peran serta masyarakat

3. melibatkan kerjasama lintas sektoral

2.5.7 Lima Prinsip Dasar PHC

Page 16: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

1. Pemerataan upaya kesehatan

2. Penekanan pada upaya preventif

3. Menggunakan tehnologi tepat guna

4. melibatkan peran serta masyarakat

5. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

2.5.8 Delapan Element PHC

1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan

penyakit serta pengendaliannya

2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar

4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa

8. Penyediaan obat-obat essensial

2.5.9 Ciri-Ciri PHC

1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

2. Pelayanan yang menyeluruh

3. Pelayanan yang terorganisasi

4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun

masyarakat

5. Pelayanan yang berkesinambungan

Page 17: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

6. Pelayanan yang progresif

7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah wsatu aspek saja

2.6 Pendekatan Profesionalisme Dokter Sebagai Primary Health Care

Terwujudnya keadaan sehat adalah hak asasi manusia (WHO, 1948) dan

sekaligus modal dasar keberhasilan pembangunan bangsa (WHO, 2002). Definisi

sehat meliputi keadaan sejahtera sempurna yang dinilai dari keadaan fisik, mental,

dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja

(WHO, 1948). Undang-undang No. 23 tahun 1992, sehat didefinisikan sebagai

suatu keadaan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomi.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang saling

terkait dan mempengaruhi. Jika salah satu faktor bermasalah atau terganggu maka

akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya dan selanjutnya akan berdampak pada

derajat kesehatan masyarakat. Blum, 1974 mengemukakan empat faktor utama

yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.

1. Perilaku, hal yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang

dianut dan diperlihatkan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan

sehari-hari.

2. Lingkungan, suatu keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan

lingkungan nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan

seseorang.

Page 18: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

3. Pelayanan kesehatan, meliputi akses, keterjangkauan, dan mutu pelayanan

kesehatan yang tersedia di masyarakat.

4. Keturunan, merupakn kualitas dan kuantitas genetik yang bersifat

diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Pengaruh masing-masing faktor terhadap kesehatan bersifat komplek baik

secara langsung maupun secara tidak langsung atau melalui faktor lainnya.

2.6.1 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau secara bersama bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah (preventif), dan menyembuhkan

penyakit (kuratif) serta dalam memulihkan kesehatan (rehabilitatif) perseorangan,

keluarga, kelompok, dan atau masyarakat (Levey dan Loomba, 1973).

Hodgetts dan Cascio, 1983 mengklasifikasikan pelayanan kesehatan

menjadi dua macam.

1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Services)

Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya untuk

memelihara, menigkatkan kesehatan (promotif) serta mencegah penyakit

(preventif), dan sasaran utamanya adalah kelompok masyarakat.

2. Pelayanan Kesehatan Perorangan (Medical Services)

Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya untuk

menyembuhkan (kuratif) dan memulihkan kesehatan (rehabilitatif), serta

sasaran utamanya adalah perorangan dan keluarga.

Page 19: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Penyelenggara pelayanan kesehatan tergantung dari kebijakan kesehatan di

setiap negara. Perbedaan menyelenggaraan kesehatan ini disebabkan karena

adanya peran dari sektor pemerintahan dan sektor swasta. Pelayanan kesehatan

masyarakat lebih ditekankan pada pemerintah sedangkan untuk pelayanan

kesehatan perorangan dipercayakan kepada sektor swasta tetapi masih melibatkan

pemerintah. Diharapkan dengan kombinasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas

program, derajat kesehatan masyarakat yang diimpikan dapat terwujud sesuai

dengan visi “Indonesia Sehat 2010”.

Suatu pelayanan kesehatan harus memiliki ketentuan-ketentuan atau

syarat-syarat tertentu. Hal ini ditujukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan

lebih maksimal dan menyeluruh serta dapat membantu pribadi atau kelompok

yang membutuhkan. Tersedia, mudah dicapai, penyebaran merata, mandiri,

efektif, efisien, menyeluruh dan lengkap, berkesinambungan, terpadu, dapat

diterima, wajar, dapat dijangkau, dan bermutu, merupakan syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan. Banyak sarana pelayanan

kesehatan, di mana masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan

kewewenangan yang jelas. Diharapkan adanya suatu hubungan atau kerjasama

dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan antara sarana penyedia layanan

kesehatan tersebut.

2.6.2 Pelayanan Dokter dalam Primary Health Care

Pelayanan dokter melibatkan dokter sebagai penyaring di tingkat primer,

dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak

pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan

Page 20: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 menetapkan sembilan

karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan holistik, kontinyu,

mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, mempertimbangkan

lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar

biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.

Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan

berbeda, antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Indonesia

contohnya, sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan pelayanan

kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan primer

diselenggarakan secara terpadu melalui pelayanan kesehatan primer. Hal ini

karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia masih dominan dan jumlah serta

kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas. Sedangkan di negara-

negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara terpisah dari

pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter. Pelayanan kesehatan

masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan sarana kesehatan masyarakat yang

didirikan khusus untuk hal tersebut,

2.6.3 Kompetensi Dokter yang Diharapkan

Seorang dokter harus mempunyai kompetensi khusus, hal ini sangat perlu

ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan yang harus dibenahi.

Mellinium Development Goals (MDG’s), target pencapaian derajat kesehatan

yang lebih baik, merupakan suatu program dibidang kesehatan yang dijalankan

dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.

Page 21: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter

memiliki kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam

mewujudkan MDG’s seorang tenaga medis diharapkan mampu mengobservasi,

mendiagnosis, memberikan terapi yang tepat, dan melakukan rehabilitatif untuk

orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan. Program MDG’s yang

dicanangkan oleh pemerintah ini juga berkaitan dengan globalisasi kesehatan, di

mana kesiapan dan kemantapan tenaga kesehatan suatu negara akan menjadi

sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia menuntut seorang dokter atau

tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada

sekedar penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang

profesionalisme yang diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter

pelayanan primer adalah dokter yang memberikan pelayanan pertama secara

berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan

masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial

budaya. Pendekatan dokter sebagai primary health care merupakan suatu solusi

dan jalan dalam mewujudkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang

lebih baik. Di sisi lain, pelayanan dokter di Indonesia belum berkembang dengan

baik dan sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan

kesehatan yang sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini,

pelayanan dokter keluarga dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan

yang diharapkan. Sistem pembiayaan yang selama ini berlaku bukan fee for

services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar bukan atas pelayanan yang

diberikan oleh seorang dokter.

Page 22: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan,

dimana kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan

pelayanan dokter. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter memang dituntut

banyak hal dalam memberikan pelayanan kesehatan. Standar dan kompetensi-

kompetensi yang telah ditetap harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu

menjalin komunikasi yang efektif, melakukan prosedur klinis dan kedaruratan

klinis, mampu mengaplikasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu

kedokteran, dapat memanfaatkan dan mendayagunakan segala umber yang ada di

sekitar, mampu menggunakan sistem teknologi dan informasi, belajar sepanjang

hayat, dan memiliki sikap profesional dalam keseharian adalah beberapa hal dari

sekian banyak hal yang harus dimiliki, dikuasai, dan dilaksanakan oleh seorang

dokter.

Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter

ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara berkesinambungan.

Dengan adanya peningkatan ke arah tersebut berarti penerapannya akan semakin

mantap. Walaupun masalah kesehatan di Indonesia masih dipengaruhi oleh

berbagai tatanan dan kondisi dari masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak

menutup kemungkinan upaya pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan

dokter dalam masyaraat akan menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di

Indonesia.

Pendekatan dokter sebagai primary health care adalah sebuah cita-cita

yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan Indonesia

yang sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi solusi dalam

Page 23: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

memperbaiki status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal jauh bila

dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu peringkat ke-111

dari 172 negara yang dinilai, atau satu tingkat lebih baik dari Vietnam namun jauh

tertinggal dari Malaysia, Thailand dan Singapura.

Sumber Bacaan:

Kebutuhan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Sasaran Pembangunan Kesehatan

Nasional 2004-2009, diunduh dari situs Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Peranan dan Fungsi Dokter Keluarga Dalam Pelayanan Kesehatan Primer,

presentasi Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH dalam acara “Revisi kurikulum

Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas”, Padang, 23

November 2008.

Page 24: Tinjauan-Pustaka-Referat paradigma sehat

Kompetensi Dokter Umum yang Diharapkan Dalam Layanan Primer

Menyongsong Milenium Develompment Goals 2015, presentasi dr. Rosdini

Savitri, M.Kes, dalam acara “Revisi Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas”, Padang, 23 November 2008.

Ditulis oleh: Hendra Amalfi (Staf Bidang Ilmiah), Januari 2009.

Artikel ini mendapatkan Juara II Lomba Menulis Artikel Ilmiah EXIT 2009.

2.6.4. Definisi Rujukan

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan

kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang

sesuai.

2.6.5. Jenis-Jenis Rujukan

1. Rujukan pasien (transfer of patient),penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge),pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer

of specimens), pengiriman bahan- bahan pemeriksaan

laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang

mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk

tindak lanjut.