168462776-presentasi-ppn-2009.ppt

140
1 DASAR HUKUM PPN & PPn BM UU No 8 Th 1983 Mulai berlaku 1 Apr 1985 UU No 11 Th 1994 Mulai berlaku 1 Jan 1995 UU No 18 Th 2000 Mulai berlaku 1 Jan 2001 UU No 42 Th 2009 Mulai berlaku 1 Apr 2010 Mengat ur PPN Dikenakan atas Pertambahan Nilai yg timbul akibat dipakainya faktor produksi pada setiap jalur perusahaan PPn BM Dikenakan atas Nilai Jual pada setiap perpindahan / pertukaran barang/jasa PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN dengan tujuan untuk : 1. Menegakkan keadilan dlm pembebanan pajak 2. Mengurangi pola konsumsi tinggi yg tidak produktif dalam masyarakat Dikenakan atas: 1. Penyerahan BKP yg tergolong mewah oleh produksen barang mewah atau 2. Impor BKP yang tergolong mewah 3. Dikenakan 1 kali waktu penyerahan BKP PPN dan PPn BM merupakan satu kesatuan sebagai pajak atas konsumsi di dalam negeri • PPn BM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa PPN

Upload: fanfan

Post on 30-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • DASAR HUKUM PPN & PPn BM

    UU No 8 Th 1983 Mulai berlaku 1 Apr 1985UU No 11 Th 1994 Mulai berlaku 1 Jan 1995 UU No 18 Th 2000 Mulai berlaku 1 Jan 2001 UU No 42 Th 2009 Mulai berlaku 1 Apr 2010 Mengatur PPNDikenakan atas PertambahanNilai yg timbul akibat dipakainya faktor produksi pada setiap jalur perusahaan PPn BMDikenakan atas Nilai Jualpada setiap perpindahan /pertukaran barang/jasa

    PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN dengan tujuan untuk :Menegakkan keadilan dlm pembebanan pajakMengurangi pola konsumsi tinggi yg tidakproduktif dalam masyarakatDikenakan atas:Penyerahan BKP yg tergolong mewah olehproduksen barang mewah atauImpor BKP yang tergolong mewahDikenakan 1 kali waktu penyerahan BKP PPN dan PPn BM merupakan satu kesatuan sebagai pajak atas konsumsi di dalam negeri PPn BM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa PPN

  • KARAKTERISTIK PPN

    Merupakan Pajak Tidak LngsungPembayaran pajak dapat melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain (pembeli)Pajak ObyektifTimbulnya kewajiban untuk membayar pajak ditentukan oleh obyek pajak, yaitu peristiwa atau perbuatan hukum yg dapat dikenakan pajakPPN adl pajak atas konsumsi dalam negeriPPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP/JKP yg dilakukan di Dalam Negeri (daerah pabean). Oleh karena itu atas komoditi impor dikenakan PPN, sebaliknya komoditi ekspor tidak dikenakan PPNNetral terhadap perdagangan dalam negeriTerhadap komoditi impor dan barang hasil produksi DN yg dikonsumsi di DN, dikenakan beban pajak yg sama, dengan demikian maka kompetisi antara komoditi impor dng barang produksi DN tidak dipengaruhi PPN, sehingga netral dalam perdagangan DNNetral terhadap perdagangan luar negeriBarang produksi DN yg diekspor tidak dikenakan PPN. Namun supaya daya saing komoditi ekspor dng produksi domestik negara pengimpor tdk dipengaruhi PPN (Netral), maka atas komoditi ekspor Indonesia dikenakan PPN dng tarif 0%. Dng dikenakan tarif 0% , maka Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP dapat dikreditkan.Dikenakan secara bertingkat (multi stage)PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi, mulai dari pabrikan s/d pedagang eceranTidak menimbulkan dampak pajak bergandaPPN hanya dikenakan atas nilai tambah. Dalam perhitungan PPN pengusaha mempunyai hak untuk mengkreditkan PPN yg telah dibayar atas perolehan BKP/JKP dng PPN yg dipungut atas penyerahan BKP/JKP. Dalam mata rantai berikutnya PPN yg telah dibayar tsb tidak dikalkulasikan ke dalam harga jual

  • Pengenaan PPN secara bertingkat pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi

    Pengusaha

    Industri kayu

    Industri mebel

    Distributor

    Ped. Eceran

    Konsumen

    Transaksi

    Menyerah-kan

    Beli kayuJual mebel

    Beli mebelJual mebel

    Beli mebelJual mebel

    Beli mebel

    Nilai Tambah

    3.000

    -2.000

    -1000

    -500

    -

    HargaJual

    3.000

    -5..000

    -6.000

    -6.500

    -

    PPN(10%)

    300

    -500

    -600

    -650

    -

    Setor ke kasnegara

    300

    -200

    -100

    -50

    -

    Harga yg di bayar

    -

    3.300-

    5.500-

    6.600-

    7.150

    PPN disetor ke kas negara secara bertahap mulai dr industri kayu s/d pedagang eceran sebesar 300 + 200 + 100 + 50 = 650 PPn sebesar 650 adl sama dengan 10% x 6500 (jumlah nilai tambah), pada akhirnya PPN dibebankan kpd konsumen, sedangkan PKP hanya memungut dan selanjutnya menyetorkan ke kas negara Semakin panjang mata rantai jalur produksi dan distribusi, semakin bsrat beban pajak yg dipikul konsumen Dalam PPN tidak terjadi efek pajak berganda, krn PPN yg telah dibayar atas perolehan BKP/JKP dikreditkan dengan PPN yg dipungut atas penyerahan BKP/JKP dan tidak dikalkulasikan ke dalam harga jual. Efek ganda hanya terjadi pada PPn BM, hal ini dimaksudkan untuk menegakkan prisnsip keasdilan dalam pembebanan pajak.

  • DAERAH PABEAN(Pasal 1 angka 1)

    Wilayah Republik Indonesia (RI) meliputi:Darat dan ruang udara di atasnyaPerairan dan ruang udara di atasnyaTempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif, mis berikat, kawasan industriLandas kontinenWilayah RI yang di dalamnya berlaku UU Pabean, mis Pulau Batam (Catatan : Lihat pengertian pasal 1)

  • Barang dan Barang Kena Pajak (BKP) (Pasal 1 angka 2 UU PPN)Barang BerwujudMeliputi :Barang bergerakBarang tdk bergerak

    Barang Tidak Berwujud:Penggunaan atas: Hak merk dagangHak ciptaHak Paten Barang yg dikenakan PPN adalah BKP Pada dasarnya semua barang adl BKP (kecuali ditentulan lain oleh UU)(Catatan : Lihat pengertian pasal 1)

  • Jasa dan Jasa Kena Pajak (JKP)(Pasal 1 angka 5 UU PPN)Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan / perbuatan hukumYang menyebabkan barang / fasilitas / kemudahan / hak tersedia untuk dipakai Jasa yg dikenakan PPN adalah JKP Pada dasarnya semua jasa adl JKP (kecuali ditentulan lain oleh UU)(Catatan : Lihat pengertian pasal 1)

  • Pengertian (1)Pasal 11.Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesiayang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak.Penyerahan BKP adalah setiap kegiatan penyerahan BKP.5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.6. Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai pajak.7. Penyerahan JKP adalah setiap kegiatan pemberian JKP.Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.10.Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.11.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan BKP Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.12.Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang, tanpa mengubah bentuk dan/atau sifatnya.13.Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

  • Pengertian (2)Pasal 1

    14.Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujuddari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

    15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak

    16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang daribentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru atau kegiatan mengolah sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

    17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

    18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak (FP).

    19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam FP atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

    20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM

  • Pengertian (3)Pasal 1

    21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan BKP dan yang membayar atau seharusnya membayar harga BKP tersebut.

    22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan JKP dan yang membayar atau seharusnya membayar Penggantian atas JKP tersebut.

    23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP.

    24. Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP.

    25. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKPTidak Berwujud, dan/atau ekspor JKP.

    26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

    27. Pemungut PPN adalah bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut.

    28. Ekspor BKP Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.

    29. Ekspor JKP adalah setiap kegiatan penyerahan JKP ke luar Daerah Pabean

  • Termasuk Pengertian Penyerahan BKP (1)Pasal 1A

    1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian, meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli angsuran, dan lainnya yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang

    2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi

    3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara dengan balas jasa tertentu atau melalui juru lelang;

    4. Pemakaian sendiri (termasuk pengurus dan karyawan) dan/atau pemberian cumacuma atas BKP

    5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan

    6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang

    7. Penyerahan BKP secara konsinyasi (dititipkan untuk dijual)

    8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.

  • Termasuk Pengertian Penyerahan BKP Penjelasan (2)Pasal 1A 1. Perjanjian meliputi jual beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang.

    2. Pengalihan BKP karena perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah penyerahan BKP yang disebabkan oleh perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. Penyerahan BKP karena leasing dengan hak opsi, BKP dianggap diserahkan langsung dari PKP pemasok (supplier) kepada pihak yang membutuhkan barang (lessee).

    3. Pedagang perantara adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner. Juru lelang adalah juru lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh Pemerintah.

    4. Pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. Pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.

    5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai penyerahan BKP Dikecualikan dari ketentuan diatas adalah penyerahan persediaan atau aktiva tersebut yang PM tidak dapat dikreditkan

  • Termasuk Pengertian Penyerahan BKP Penjelasan (3)Pasal 1A

    6. Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan BKP antar tempat tersebut merupakan penyerahan BKP. Pusat adalah tempat tinggal atau tempat kedudukan. Cabang antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan tempat kegiatan usaha sejenisnya.

    7. Dalam penyerahan secara konsinyasi, PPN yang sudah dibayar pada waktu BKP yang bersangkutan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak terjadinya penyerahan BKP yang dititipkan tersebut. Sebaliknya, jika BKP titipan tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk dikembalikan kepada pemilik BKP, pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat menggunakan ketentuan mengenai pengembalian BKP (retur).

    Contoh Penyerahan berdasarkan prinsip syariah: Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari PKP A atas pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, maka penyerahan kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh PKP A kepada Tuan B.

  • Tidak Termasuk Pengertian Penyerahan BKP (1)Pasal 1A.2

    1. Penyerahan BKP kepada makelar sesui KUHD.

    2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang

    3. Penyerahan BKP dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang

    4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambi-lalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP

    5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan.

    Catatan Lihat penjelasan

  • Tidak Termasuk Pengertian Penyerahan BKP Penjelasan (2)Pasal 1A.2 1. Makelar yaitu pedagang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakanperusahaan mereka dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas nama orangorang lain yang dengan mereka tidak terdapat hubungan kerja.

    2. Pengenaan PPN yang dipusatkan, PKP tersebut telah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan BKP dari satu tempat kegiatan usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat ke cabang atau sebaliknya atau antarcabang) dianggap tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, kecuali pemindahan BKP antar tempat pajak terutang.

    3. Pemecahan usaha adalah pemisahan usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perseroan terbatas.

    4. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan/atau aktiva berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan.

  • Kewajiban PKPPasal 3A

    1. Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP (kecuali Pengusaha Kecil yang memlih bukan PKP) dan dikukuhkan sebagai PKP, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN & PPn BM

    2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP juga wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN & PPn BM

    3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau yang memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

  • PRINSIP DASAR PEMUNGUTAN PPN/PPn BM(Pasal 3A & 16A UU PPN)Syarat administrasiSebelum melakukan penyerahan BKP/JKP, pengusaha wajib melaporkan ke KPP kegiatan usaha yg dilakukan untuk dikukuhkan sebagai PKPUmumPKP yg menyerahkan BKP/JKP kepada bukan Pemungut:a.PKP memungut PPN/PPn BM dari pembeli/penerima jasab.PKP menerbitkan faktur pajakKhususDalam hal PKP menyerahkan BKP/JKP kepada Pemungut:a.PPN/PPn BM dipungut, disetor dan dilaporkan oleh pemungutb.PKP menerbitkan faktur pajakSetelah akhir masa pajak:a.Menghitung PPN/PPn BM terutang dalam suatu masab.Menyetorkan PPN yg kurang dibayar / PPn BM terutangc.Melaporkan perhitungan dan penyetoran PPN/PPn BM terutang dalam SPT Masa PPNLain-lainDalam hal terjadi kesalahan pemungutan yg mengakibatkan pajak yg dipungut lebih besar dari yang seharusnya atau yg tidak seharusnya dipungut dan pajak yg salah dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, maka yg dapat meminta kembali pajak yg salah dipungut tsb adalahpihak yg terpungut sepanjang belum dikreditkan / dibebankan sebagai biaya (pasal 7 & PP no 143 tahaun 2000)

  • PPN dikenakan atas: (1)Pasal 41. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat2 sbb: a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya

    2. Impor BKP Pajak dipungut pada saat impor BKP. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dikenakan kepada siapapun yang memasukkan BKP ke dalam Daerah Pabean, tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak

    3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sbb: a. jasa yang diserahkan merupakan JKP b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. Termasuk dalam pengertian penyerahan JKP adalah JKP yg dimanfaat - kan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secara cuma2.

    4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun dikenai PPN. Contoh: Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan merek yang dimiliki Pengusaha B yg berkedudukan di Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean terutang PPN 5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai PPN. Misal: PKP C di Surabaya memanfaatkan JKP dari Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura. Atas pemanfaatan JKP tersebut terutang PPN

  • PPN dikenakan atas: (2)Pasal 46. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP

    7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKPhanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP. BKP Tidak Berwujud adalah: a. Penggunaan / hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, /bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya b. Penggunaan /hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah c. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial d. Pemberian bantuan tambahan/pelengkap sehubungan dng penggunaan hak2 atau penggunaan/hak menggunakan peralatan / perlengkapan / pemberian pengetahuan/informasi tersebut, berupa: 1) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa 2) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar / rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa 3) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi e. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio f. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial / hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

    8. Ekspor JKP oleh PKP Ekspor JKP adalah penyerahan JKP dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh PKP yang menghasilkan dan melakukan ekspor BKP Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.

    Ketentuan batasan kegiatan dan jenis JKP yang atas ekspornya dikenai PPN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

  • Jenis Barang Yang Tidak dikenakan PPN(Pasal 4A jo PP No 144/2000)Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yg diambil langsung dari sumbernya(Minyak mentah, gas bumi, panas bumi, asbes, batu tulis /permata / kapus /apung , bentonit, dolomit, garam batu, grafit, granit, mika, mamer, nitrat, pasir dan kerikil, fosfat, tanah liat, tawas, batu bara sebelum diproses menjadi briket, biji besi / timah / emas / tembaga / nikel / perak / bauksit)Barang-barang kebutuhan pokok yg sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak(Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam baik beryodium maupun tidak beryodium dan daging segar tanpa diolah atau diprroses via dikuliti / dipotong / didinginkan / dikemas / digarami / diasamkan / direbus / diawetkan, telur tidak diolah / diolah / diasinkan / dikemas, susu didinginkan / dipanaskan / dikemas / tidak dikemas, buah-buahan segar / dicuci / dikupas / dipotong / diiris / dikemas / tdak dikemas , sayr-sayuran segar / dicuci / dicacah / diawetkan )Makanan dan minuman yg disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya baik dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk yg diserahkan oleh perusahaan jasa boga / cateringUang, emas batangan dan surat-surat berhargaDisamping ketentuan tsb diatas masih terdapat jenis barang yg dikecualikan dari pengenaan PPN karena adanya fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan

  • Jenis Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN(Pasal 4A UU PPN jo PP No 144/2000)

    Jasa pelayanan kesehatan medik (dokter umum / spesialis / gigi / hewan, bidan / dukun bayi, ahli kesehatan gigi / akupuntur / gizi / fisioterapi, para medis & perawat, jasa rumah sakit / klinik kesehatan / laboratoriun kesehatan / sabatorium, jasa psikologdan psikiater, jasa pengobatan altrnatif, termasuk paranormal)Jasa pelayanan sosial (jasa panti asuhan /jompo, pemadam kebakaran, pertolongan kecelakaan, jasa rehabilitasi, jasa rumah duka / pemakaman / krematorium, jasa olahraga, kecuali yang bersifat komersial)Jasa pengiriman surat dengan perangko tempel / pengganti perangkoJasa keuangan ( jasa menghimpun dana berupa giro / deposito / tabungan /bentuk lain, jasa menempatkan dana / meminjam / meminjamkan dengan surat / wesel / cek / sarana lain, jasa`pembiayan termasuk syariah berupa sewa guna usaha dengan hak opsi / anjak piutang, usaha kartu kredit, pembiayaan konsumen. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai / fidusia termasuk gadai syariah, jasa penjaminan)Jasa asuransi (asuransi kerugian / jiwa / reasuransi dan tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen / penialai /konsultan asuransiJasa keagamaan ( jasa pelayanan ibadah, pemberian khotbah / dakwah , penyelenggaraan kegiatan keagamaan, dan jasa lain keagamaan)Jasa pendidikan (sekolah umum / kejuruan / luar biasa / kedinasan / keagamaan / akademik / profesional , dan penyelenggaran pendidikan diluar sekolah)Jasa kesenian dan hiburan yg telah dikenakan pajak tontonan atau tidak bersifat komersial (pementasan kesenian tradisional dng cuma-cuma)Jasa penyiaran (penyiaran radio, TV pemerintah / swasta yg bukan bersifat iklan / tidak dibiayai oleh sponsor / tidak untuk tujuan komersial)Jasa angkutan umum di darat dan di airJasa tenaga krerja (jasa penyediaan tenaga kerja dan jasa penyelenggaraan latihan tenaga kerja)Jasa dibidang perhotelan / motel / penginapan / losmen / hostel, terdiri:a. Jasa persewaan kamar dan fasilitas yg terkait untuk tamu yg menginapb. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan suatu acara / pertemuanJasa yg disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum (pemberian IMB, KTP, NPWP dsb)Jasa penyedian tempat parkir (dengan dipungut biaya/bayaran)Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam 0leh pemerintah / swastaJasa pengiriman uang dengan wesel posJasa boga dan katering

  • Pertimbangan pengenaan PPn BMPasal 5 1.Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi

    Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah

    Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional

    Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

  • Termasuk BKP & Penghasilan yg tergolong mewahPasal 5

    Termasuk BKP yang tergolong mewah: 1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status

    Pengertian menghasilkan barang mewah adalah kegiatan:Merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil, barang elektronik, dan perabot rumah tanggab. Memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain maupun tidakMencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu atau lebih barang lain;Mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannyae. Membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup menurut cara tertentuKegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan tersebut

  • Tarif PPN & PPn BMPasal 7 & 8

    1. Tarif PPN adalah 10%2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas: a. Ekspor BKP Berwujud b. Ekspor BKP Tidak Berwujud c. Ekspor JKP Tarif PPN dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% dengan PP Tarif PPn BM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200% Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0% Ketentuan mengenai kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenai PPPn BM diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai PPn BM diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

  • Barang Hasil Pertanian BKP Terhitung 1 Jan 2001(PP No.12 th 2001)Barang Hasil Pertanian yg dipetik langsung / diambil langsung / disadap langsung dari sumbernya, termasuk hasil pemrosesannya yg dilakukan dengan cara tertentu Diserahkan oleh: Petani atau Kelompok tani Diserahkan oleh: Petani berbentuk badan atau Bukan petani / kelompok tani Termasuk kelompok BKP tertentu yg bersifat strategisTidak termasuk kelompok BKP tertentu yg bersifat strategis

    Dibebaskan dari pengenaan PPN Dikenakan PPN

  • Subyek Pajak (PPN)1.Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP/JKP atau ekspor BKP, meliputi:a. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP ataub. Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkanc. Pengusaha kecil yang memilih menjadi PKP2.Bukan Pengusaha Kena Pajak, meliputi:a. Ditjen Bea dan Cukai dalam hal impor BKPb. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabeanc. Orang pribadi / badan yang membangun sendiri bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha / pekerjaannya3.Pemungut PPN sebagaimana dimaksud dalam pasal 16A UU PPN Jo Kepmen No 563/KMK.03/2003, yang melakukan pembayaran atas penyerahan BKP/JKP oleh PKP rekanan pemerintah yang dananya berasal dari APBN/APBD, meliputi:a. Bendaharawan Pemerintah (Pusat / Daerah)b. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)Catatan:Jadi subyek pajak adalah orang / badan yang bertanggung-jawab atas pembayaran pajak ke kas negara

  • OBYEK PPN(Pasal 4 16C dan 16D UU PPN)Penyerahan BKP di dalam daerah pabean oleh pengusahaImpor BKP oleh siapapun (pengusaha atau bukan pengusaha)Penyerahan JKP di dalam daerah pabean oleh pengusahaPemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean (pengusaha atau bukan pengusaha)Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean (pengusaha atau bukan pengusaha)Ekspor BKP oleh PKPKegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha / pekerjaannyaPenyerahan aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan dengan syarat PPN yg dibayar pada saat perolehan dapat dikreditkanYang dimaksud dengan pengusaha adalah PKP yaitu pengusaha (orang pribadi / badan), yg dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya menyerahkan BKP/JKP atau Ekspor BKP

  • Pengertian Penyerahan BKP(Pasal 1A UU PPN jo Pasal 13 PP No 143/2000 jo PP No 24/2002)Penyerahan hak atas BKP kareana suatu perjanjian (jual beli, tukar menukar, jual beli secara tunai atau angsuran atau perjanjian lain yg mengakibatkan adanya penyerahan hak atas BKP)Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli perjanjian leasing (sewa guna usaha) dengan hak opsi (pembayaran dilakukan secara bertahap, penyerahan hak belum dilakukan, ytetapi penguasaan atas BKP telah berpindah dari penjual/leasor kepada pembeli /lessie)Penyerahan BKP pada pedagang perantara atau melalui juru lelangPemakaian sendiri & pemberian cuma-cuma (meliputi baik produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri) a.Persediaan BKP masih tersisa pada saat pembubaran perusahaanb.Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-belikan yg masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atasperilehan aktiva tsb menurut ketentuan dapat dikreditkanPenyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya & penyerahan BKP antar cabang tempat terutang PPNPenyerahan BKP secara konsinyasiPenyerahan persediaan BKP dlm rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha atau pengalihan seluruh aktiva persahaan yg diikuti dng perubahan pihak yang berhak atas BKP tsb terhitung 1 Januari 2001 terutang PPN (PPNo.143 th 2000 joPP No 24 th 2002)

  • Saat Timbulnya Penyerahan (Obyek Pajak) Yg Mengakibatkan Terutangnya PajakJual beli secara angsuran Saat penyerahan BKPIlustrasi:PT A (distributor TV) menyerahkan beberapa unit TV kepada Ardi dengan harga rp.250.000.000,- yg pembayarannya dilakukan secara angsuran. Tanggal 8 Juni 2005 dibayar angsuran I sebesar Rp. 25.000.000,- dan TV diserahkan kepada Ardi. Disini sudah terjadi penyerahan hak, sehingga sudah terutang PPN atas seluruh harga TVPerjanjian sewa beli Saat pengalihan BKPIlustrasi:PT. B (dealer truk) mengadakan perjanjian sewa beli beberapa unit truk dengan PT. C pada tgl 9 Juli 2005. PT. C membayar harga sewa I sebesar Rp.30.000.000,- dan truk diserahkan kepada PT.C. Disini belum terjadi penyerahan, yang terjadi hanya pengalihan/pemindahan penguasaan atas truk tsb dari PT.B kepada PT. C, karena bukti kepemilikan truk oleh PT.C (BPKB) belum ada, namun berdasarkan pasal 1A UU PPN penyerahan sudah terjadi pada saat adanya pengalihan BKP (truk)3.Pedagang Perantara Saat penyerahanIlustrasi:PT.C bergerak di bidang komisioner (pedagang perantara) mengadakan perjanjian dengan PT.D untuk menjualkan kopi gingseng hasil produksi PT D. Apabila kopi gingseng tersebut telah laku dijual, sebagai imbal jasa PT.C memperoleh bagian sebesar 5% dari harga jual . Pada saat PT.D menyerahkan kopi gingseng pada PT.C, maka dissini sudah terjadi penyerahan menurut UU PPN dan terutang PPNPenyerahan BKP melalui Kantor Lelang Penyerahan kepada pemenang lelangIlustrasi:PT E (Pabrik Tektil) memnjual beberapa jenis tekstil melalui kantor lelang. Pada saat PT.E menyerahkan tektil kepada juru lelang belum terjadi penyerahan. Penyerahan baru terjadi pada saat teksti tersebut diserahkan pada pemenang lelang. Sebagai pihak penjual (yang menyerahkan tektil) adalah PT.E melalui juru lelang dan dalam faktur pajak ditulis Kantor lelang cc PT.E. Apabila PT. E bukan PKP, maka atas penyerahan tersebut tidak terutang PPN.

  • Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP(Pasal 1A ayat 2 UU PPN)

    Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD

    Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

    Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang dalam hal PKP memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak, kecuali penyerahan BKP antar tempat pajak terutang (antar PKP)

  • Penyerahan Barang / Jasa yang dikenakan PPN(Penjelasan pasal 4 UU PPN)

    Apabila memenuhi syarat:1.Barang/jasa yang diserahkan adalah BKP (berwujud / tidak berwujud) dan JKP

    2.Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean

    3.Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya (sebagai Pengusaha Kena Pajak)

    Catatan:Ketiga persyaratan tersebut bersifat komulatif, apabila salah satu syarat tidak dipenuhi, maka atas penyerahan BKP/JKP tersebut tidak terutang PPN

    b.Menentukan saat penyerahan adalah sangat penting, karena hal tersebut berkaitan erat dengan saat timbulnya obyek pajak atau saat terutangnya pajak

  • Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP(Pasal 3A ayat (1) UU PPN jo Kep-161/PJ/2001)

    1.Yang diwajibkan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP:a. Pengusaha yang menyerahkan BKP/JKP di daerah pabean atau melakukan ekspor BKP, kecuali pengusaha kecilb. Pengusaha kecil yang memilih menjadi PKP2.Saat pengusaha harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP:a. Bagi pengusaha yang memenuhi syarat sebagai PKP sebelum melakukan penyerahkan BKP/JKPb. Bagi pengusaha kecil:1) Yang memilih menjadi PKP wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP2) Yang tidak memilih sebagai PKP, tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran brutonya sudah melebihi batasan sebagai pengusaha kecil pelaporan dilakukan paling lambat akhir masa pajak berikutnya Tempat pelaporan yaitu KPP wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha wajib pajak

    Catatan:Apabila kewajiban wajib pajak tidak dilaksanakan, KPP dapat melakukan pengukuhan PKP secara jabatanTempat kegiatan yang semata-mata melakukan pembelian / pengumpulan bahan baku untuk pabrik dan tidak melakukan penyerahan kepada pihak lain, tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP

  • Pengusaha Kecil(Kepmen No.552/KMK.04/2000 jo Kepmen No 571/KMK.03/2003)

    1.Bukan PKP tidak wajib dikukuhkan menjadi PKP kecuali memilih menjadi PKP2.Kriteria pengusaha kecil (terhitung tanggal 1 Januari 2004) yaitu pengusaha yang selama tahun buku melakukan penyerahan BKP/JKP dengan jumlah peredaran bruto / penerimaan bruto tidak lebih dari Rp.600.000.000Contoh:Amri memiliki usaha yang bergerak di bidang usaha pabrik roti. Dalam tahun 2005 jumlah seluruh peredaran brutonya Rp.550.000.000. Oleh karena jumlah peredaran bruto tidak melebihi Rp.600.000.000. maka usaha Amri untuk tahun 2006 tergolong pengusaha kecil, sehingga tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali Amri memilih menjadi PKP

    Catatan:Dalam hal pengusaha kecil memilih menjadi PKP. maka segala hak dan kewajiban perpajakan bagi PKP berlaku juga terhadap pengusaha kecil tersebut

  • Kewajiban melapor bagi Pengusaha Kecil(SE-33/PJ.51/2003)

    1.Pengusaha kecil yang peredaran brutonya s/d suatu masa pajak (misal Juni 2005) dalam suatu tahun buku telah melebihi batasan ketentuan sebagai pengusaha kecil (Rp.600.000.000), wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, paling lambat pada akhir bulan berikutnya

    Apabila:a.PKP melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, tetapi sudah melewati batas waktu yang ditetapkan (tanggal 31 Juli 2005)b.PKP tidak melaporkan kegiatan usahanya, dan dari hasil penelitian diketahui, bahwa peredaran brutonya s/d suatu masa pajak (misal s/d Juni 2005) telah melebihi batasan ketentuan sebagai pengusaha kecil3.Maka Saat pengukuhan sebagai PKP adalah awal bulan berikutnya setelah batas akhir pelaporan (tanggal 1 Agustus 2005)

    Catatan:

    Kewajiban untuk memungut,menyetor dan melaporkan PPN / PPn BM dimulai sejak saat pengusaha dikukuhkan sebagai PKP

    Jumlah peredaran bruto, meliputi seluruh penyerahan BKP/JKP, termasuk penyerahan BKP/JKP cabang

  • Mengapa Pengusaha Kecil memilih menjadi PKP

    Karena ada tuntutan untuk menjadi PKP

    Apabila pengusaha kecil menjadi rekanan pemerintah, maka harus berstatus sebagai PKP, karena bendaharawan pemerintah / KPKN hanya akan mengadakan kontrak dengan pengusaha yang sudah berstatus sebagai PKP.Ketentuan ini tersirat dalam Kep-382/PJ/2002 sbb:a.Pemungut PPN wajib memberitahukan kepada Kepala KPP apabila melakukan transaksi dengan rekanan yang bukan PKPb.Pemungut PPN yang melakukan transakasi dengan rekanan yang belum berstatus sebagai PKP dan diketahui telah memenuhi syarat sebagai PKP, maka rekanan ybs diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan transaksi

    Apabila pengusaha kecil melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pengusaha yang berstatus sebagai PKP, maka pengusaha kecil harus PKP, dengan demikian dapat menerbitkan FP. Terdapat kecenderungan dari PKP untuk membeli BKP/JKP dari pengusaha yang berstatus sebagai PKP, agar dapat mengkreditkan PM-nya

  • Pencabutan pengukuhan PKP(Kep.516/PJ/2000)

    1.Dilakukan dalam hal:a.Perusahaan bubarb.PKP pindah alamat (tempat kegiatan usaha) ke wilayah kerja KPP lainc.Tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP

    Permohonan disampaikan ke KPP setempat

    Keputusan pencabutan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan, kecuali:a.PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lainb.PKP yang jumlah peredaran bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran bruto untuk pengusaha kecil Catatan :Pencabutan PKP hanya ditujukan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, tanpa menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan oleh PKP

  • Mekanisme Pengelolaan PPN (1)Pasal 9Pajak Masukan (PM) dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran (PK) dalam Masa Pajak yang sama.Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, PM atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.3. PM yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak sesuai ketentuan baik formal dan materialApabila dalam suatu Masa Pajak, PK lebih besar daripada P M, selisihnya merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP.5. Apabila dalam suatu Masa Pajak, PM yang dapat dikreditkan lebih besar daripada PK, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.6. Atas kelebihan PM dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.Dikecualikan kompensasi dan pengembalian akhir tahun, dan atas kelebihan PM dapat diajukan permohonan pengembalian pada setiap Masa Pajak oleh: a. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud b. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN - nya tidak dipungut d. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud e. PKP yang melakukan ekspor JKP f. PKP dalam tahap belum berproduksiPengembalian kelebihan PM kepada PKP yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan dengan pengembalian pendahuluan 9. Ketentuan mengenai PKP berisiko rendah yang diberikan pengembalian pendahuluan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.10. Dirjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap PKP berisiko rendah dan menerbitkan surat ketetapan pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan11. Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas Dirjen Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan.

  • Mekanisme Pengelolaan PPN (2)Pasal 9

    12. Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, jumlah PM yang dapat dikreditkan adalah PM yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.

    Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

    PM yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh PKP dalam hal PKP tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak pengkreditan PM dimulai.

    15. Ketentuan mengenai penentuan waktu, penghitungan, dan tata cara pembayaran kembali diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    16. Besarnya PM yang dapat dikreditkan oleh PKP yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah tertentu, kecuali PKP menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM.

    Besarnya PM yang dapat dikreditkan oleh PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM.

    18. Ketentuan mengenai peredaran usaha kegiatan usaha tertentu dan pedoman penghitungan pengkreditan PM diatur Peraturan Menteri Keuangan.

  • Mekanisme Pengelolaan PPN (3)Pasal 919. Pengkreditan PM tidak dapat dikreditkan dengan PK diberlakukan bagi pengeluaran untuk: a. Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP b. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha yaitu produksi, distribisi, pemasaran dan manajemen c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP e. Perolehan BKP atau J yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan formal dan material atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP g. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan formal dan material h. Perolehan BKP atau JKP yang PM-nya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak i. Perolehan BKP atau JKP yang PM-nya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan j. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi

    20. PM yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan PK pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

    21. Ketentuan mengenai penghitungan dan tata cara pengembalian kelebihan PM diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 22. Dalam hal terjadi pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, PM atas BKP yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh PKP yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh PKP yang menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan PM tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi

  • Saat terutangnya Pajak (PPN) (Pasal 11 UU PPN jo PP no 143/2000 jo PP No 24/2002)

    Catatan:Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan / pemanfaatan BKP/JKP terutang pada saat pembayaranPenyerahan BKP dalam rangka peubahan bentuk usaha / penggabungan usaha / pemekaran usaha / pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti perubahan pihak yang berhak atas BKP tsb, terutangnya pajak terjadi pada saat disepakati / ditetapkan sesuai hasil RUPSPentingnya menentukan saat terutangnya pajak, karena erat kaitannya dengan penentuan:a.Kapan pajak dihitung dan diperhitungkanb.Kapan pajak dibayar / dikembalikanc.Kapan penghitungan dan pembayaran dilaporkanPenyerahan BKP/JKP kepada bukan pemungutSaat penyerahan BKP/JKP

    Penyerahan BKP/JKP kepada pemungutSaat pembayaran

    Impor BKP

    Saat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabeanEkspor BKP

    Saat BKP dikeluarkan dari daerah pabeanKegiatan membangun sendiriSaat mulai dilaksanakan pembangunan fisikPemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah pabeanSaat dimulainya pemanfaatan

    Saat lainDitetapkan Dirjen Pajak

  • Saat Terutangnya PPNPasal 11

    Saat terutangnya PPN:a. Penyerahan BKPb. Impor BKPc. Penyerahan JKPPemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabeane. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabeanf. Ekspor BKP Berwujudg. Ekspor BKP Tidak Berwujudh. Ekspor JKP.Termasuk transaksi melalui electronic commerce

    Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahanBKP atau sebelum penyerahan JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

    Dirjen Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidak-adilan.

  • Contoh Perhitungan PPNPasal 8A & 9

    1. PKP A menjual tunai BKP dengan Harga Jual Rp.25.000.000 PPN terutang = 10% x Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000 PPN sebesar Rp.2.500.000 tersebut merupakan PK yang dipungut oleh PKP A.

    PKP B melakukan penyerahan JKP dengan memperoleh Penggantian Rp.20.000.000 PPN terutang = 10% x Rp.20.000.000 = Rp.2.000.000 Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.2.000.000 tersebut merupakan PK yang dipungut oleh PKP B.

    c. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor Rp.15.000.000 PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp.15.000.000 = Rp.1.500.000

    d. PKP D melakukan ekspor BKP dengan Nilai Ekspor Rp.10.000.000 PPN terutang = 0% x Rp.10.000.000 = Rp. 0 PPN sebesar Rp.0,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran.

    e. Masa Pajak Mei 2010 Pajak Keluaran = Rp.2.000.000 Pajak Masukan dapat dikreditkan = Rp.4.500.000 Pajak lebih dibayar = Rp.2.500.000 Pajak lebih dibayar tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak Juni 2010. Masa Pajak Juni 2010 Pajak Keluaran= Rp.3.000.000 Pajak Masukan dapat dikreditkan= Rp.2.000.000 Pajak kurang dibayar= Rp.1.000.000 Pajak lebih dibayar dari Masa Pajak Mei 2010 dikompensasikan ke Masa Pajak Juni 2010= Rp.2.500.000 Pajak lebih dibayar Masa Pajak Juni 2010 = Rp.1.500.000 Pajak lebih dibayar tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak Juli 2010

  • Contoh Perhitungan SPT Masa PPNPasal 9

    1. PKP melakukan beberapa macam penyerahan, yaitu: a. Penyerahan yang terutang pajak = Rp.25.000.000 Pajak Keluaran = Rp.2.500.000 b. Penyerahan yang tidak terutang PPN = Rp.5.000.000 Pajak Keluaran = nihil c. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN = Rp.5.000.000 Pajak Keluaran = nihil

    Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan: a. BKP dan JKP berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak = Rp.1.500.000 b. BKP dan JKP berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenai PPN = Rp.300.000 c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN = Rp.500.000 Menurut ketentuan ini, PM yang dapat dikreditkan dengan PK sebesar Rp.2.500.000 hanya sebesar Rp.1.500.000

    2. PKP melakukan 2 (dua) macam penyerahan, yaitu: a. Penyerahan yang terutang pajak = Rp.35.000.000 Pajak Keluaran = Rp.3.500.000 b. Penyerahan yang tidak terutang pajak = Rp.15.000.000 Pajak Keluaran = nihil PM yang dibayar atas perolehan BKP dan JKPyang berkaitan dengan keseluruhan penyerahan sebesar Rp.2.500.000 sedangkan PM yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti. PM sebesar Rp.2.500.000 tidak seluruhnya dapat dikreditkan dengan PK sebesar Rp.3.500.000. Besarnya PM yang dapat dikreditkan dihitung berdasarkan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

  • Contoh Perhitungan SPT MasaPasal 9

    Dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN dilaporkan:Pajak Keluaran = Rp.10.000.000Pajak Masukan = Rp. 8.000.000Dari hasil pemeriksaan diketahui:Pajak Keluaran = Rp.15.000.000Pajak Masukan = Rp.11.000.000

    Dalam hal ini, PM yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp.11.000.000, tetapi tetap sebesar Rp.8.000.000,00 sesuaidengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN.

    Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaanPajak Keluaran = Rp.15.000.000Pajak Masukan = Rp. 8.000.000Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp. 7.000.000Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp. 2.000.000Masih kurang dibayar = Rp. 5.000.000

  • Saat terutangnya PPn BM atas penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pusat ke cabang atau sebaliknya oleh pabrikan barang mewah (Kep-428/PJ/2002)

    Catatan:DPP PPN untuk penyerahan pusat ke cabang atau sebaliknya atau antar cabang adalah harga jual dikurangi laba kotorDPP PPN & PPn BM untuk penyerahan kepada pihak lain adalah harga jual tidak termasuk PPN / PPn BMPabrikan BPK yang tergolong mewahCabang perusahaanTerutang PPNPPN BM belum terutangPihak lainTerutang PPN dan PPn BMCabang perusahaanTerutang PPNPPN BM belum terutang

  • Tempat pajak (PPN) terutang (Pasal 12 UU PPN jo PP no 143/2000)

    Catatan:Pentingnya menentukan tempat pajak terutang, karena berkaitan dengan di KPP mana harus menyetorkan dan melaporkan PPN / PPn BM terutangPenyerahan BKP/JKP DN orang pribadiTempat kegiatan usaha

    Penyerahan BKP/JKP DN badanTempat kedudukan dan tempat kegiatan usahaImpor BKP

    Tempat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabeanKegiatan membangun sendiriTempat pembangunan tersebut didirikanPemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah pabeanTempat tinggal / kedudukan atau tempat kegiatan usahaTempat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak

  • Tempat pajak (PPN) terutang bagi PKP yang mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutangPada dasarnya menganut disentralisasi, kecuali impor BKPTerutang di KPP yang bersangkutanPKP memilih satu tempat usaha sebagai tempat terutangnja pajak untuk dikukuhkan sebagi PKPUntuk memberikan kemudahan bagi PKP, maka terhadap PKP yang memenuhi syarat yang telah ditentukan dapat diberikan ijin pemusatan / sentralisasi tempat PPN terutang Terutang di setiap tempat kegiatan musahaPKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP do setiap wilayah KPP ybs

  • Sentralisasi tempat PPN terutang(Kep-128/PJ/2003 jo Kep-394/PJ/2003)Sentralisasi otomatisPaling sedikit memuatNama, alamat dan NPWP tempat pemusatan PPN terutangRincian, nama, alamat & NPWP tempat PPN terutang yang akan dipusatkanTanggal dimulainya pemusatan Sentralisasi dengan pemberitahuanSentralisasi dengan permohonan PKP WP besar dipusatkan di KPP WP besar PKP WP BUMN dipusatkan di KPP yg mengelola WP BUMN (terhitung tanggal 1 Januari 2004)PKP yang menyampaikan SPT masa PPN dengan media elektronik (e-filling)PKP selain yang terdaftar di KPP WP besar & PKP yang menggunakan media elektronikPengajuan ijin disampaikan ke Kanwil yang membawahi KPP tempat pemusatan PPN akan dilakukan, dengan caraPemberitahuan melalui SPT PPN sejak saat dimulainya pemasukan SPT dng media elektronikPermohonan tertulis paling lambat 3 bulan sebelum dumulai pemusatan

    Dilampiri: Fotocopy & memperlihatkan yang asli berita acara penyampaian SPT masa PPN melalui media elektronik dari tempat yang akan dilakukan pemusatan PPNDilampiri:Pernyataan PKP, bahwa sistem administrasinya telah sesuai dengan persyaratan pemusatan tempat PPN terutang

  • Pemberitahuan / Permohonan pemusatan tempat PPN terutang dikabulkan apabila memenuhi syarat

    1.PKP selain pedagang eceran & PKP dengan media elektronikaTempat PPN terutang yang dipusatkan tidak menyelenggarakan administrasi penjualan dan pembelianb.Fungsi tempat kegiatan usaha yang dipusatkan hanya melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pembeli atas perintah tempat pemusatan PPNc.FP & Faktur Penjualan diterbitkan di tempat pemusatan PPN terutangd.Tempat kegiatan usaha yang dipusatkan tidak membuat FP & Faktur Penjualan, kecuali yang dicetak berdasarkan data yang diinput secara on line dari kantor pusat atau tempat pemusatannyae.Kantor cabang / unit yang dipusatkan hanya mengadministrasi kegiatan perolehan BKP/JKP untuk keperluan operasional kantor / unit ybs yang dananya berasal dari kas kecil (petty cash)2.PKP pedagang eceranKegiatan administrasi pembelian untuk jaringan penjualan yang tersebar di berbagai tempat, dipusatkan di tempat pemusatan PPN dimohon

  • Penerbitan keputusan persetujuan pemusatan tempat PPN terutang oleh Kanwil(Kep-128/Pj/2003 jo SE-25/PJ.52/2003)PKP dng media elektronikKeputusan berlaku sejak tanggal pemberitahuan. Untuk masa 5 tahun dan dapat diperpanjang lagi dengan pemberitahuan perpanjanganCatatanApabila ada penambahan tempat kegiatan usaha, PKP dapat mengajukan pemeberitahuan . Permohonan untuk pemusatan tempat PPN terutang bagi tempat kegiatan usaha tambahanDalam hal permohonan (PKP non elektronik) ditolak, PKP dapat mengajukan permohonan kedua setelah lewat 6 bulan sejak Keputusan penolakanPermohonan pemusatan tidak dapat dilakukan untuk tempat kegiatan usaha dimana pabrik terletak, kecuali PKP yang menyampaikan SPT masa PPN/PPn BM melalui media elektronik (tidak termasuk media elektronik berupa diskette, digital data storage / DDS atau digital audio type / DAT dan compact disk)PKP non media elektronikKeputusan berlaku sejak tanggal permohonan, untuk masa 5 tahuan & dapat diperpanjang lagi dengan permohonan paling lambat 3 bulan sejak belum habis masa berlakunyaPaling lambat 14 hari sejak diterima pemberitahuan tanpa melalui pemeriksaanPaling lambat 3 bulan sejak permohonan diterima lengkap setelah dilakukan pemeriksaanLewat jangka waktu , tidak ada keputusan pemberitauan PKP dianggap telah berlaku keputusan dan harus diterbitkan paling lambat 14 hariLewat jangka waktu tidak ada keputusan, permohonan PKP dianggap telah berlaku dan keputusan harus diterbitkan paling lambat 1 bulan

  • Pencabutan keputusan pemusatan tempat PPN terutangTerdapat perubahan fungsi tempat kegiatan usaha yang dipusatkan sehingga tidak memenuhi syarat pemusatanPKP dengan media elektronik tidak lagi menyampaikan SPT masa PPN dengan media elektronikKa.Kanwil menerbitkan keputusan pencabutan pemusatan PPN paling lambat 14 hari setelah tanggal pemberitahuanCatatanPKP dapat mengajukan oermohonan pencabutan ijin pemusatan tempat PPN terutang atas seluruh atau sebagian tempat kegiatan usahaKa.Kanwil menerbitkan permohonan pencabutan ijin pemusatan tempat PPN terutang paling lambat 14 hari setelah surat permohonanditerimaKa Kanwil menerbitkan Keputusan pencabutan pemusatan PPN paling lambat 14 hari setelah Berakhirnya masa pajak diketahui terjadi perubahan fungsi tempat kegiatan usaha Tidak lagidisampaikan SPT masa PPN dengan media elektronikWajib memberitahuan kepada KanwilApabila PKP tidak memberitahukan kepada KanwilKeputusan pemusatan PPN dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal pemberitahuan

    Keputusan pemusatan PPN dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal terjadinya perubahan fungsi tempat kegiatan usaha

  • Faktur Pajak (FP)Pasal 13

    PKP wajib membuat Faktur Pajak (FP) atau Faktur Penjualan atau Dokumen lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak untuk setiap: a. Penyerahan BKP b. Penyerahan JKP c. Ekspor BKP Tidak Berwujud d. Ekspor JKP

    2. Faktur Pajak harus dibuat pada: a. Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, misal penyerahan BKP dan atau JKP kepada bendahara pemerintah (Pemungut PPN)

    Dikecualikan bagi PKP dapat membuat 1 (satu) FP meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender, FP harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan dengan FP gabungan ( termasuk untuk pembayaran lebih dulu).

    Dirjen Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan FP, antara lain kuitansi telepon, tiket pesawat, surat setoran pajak (SSP) untuk penyerahan/ pemanfaatan BKP dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean, dukumen tertentu yang digunakan dalam hal impor atau ekspot BKP berwujud.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan FP dan tata cara pembetulan atau penggantian FP diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    FP harus memenuhi persyaratan formal (lengkap, jelas dan benar) dan material ( kenyataan sebenarnya atau sesungguhnya).

  • Arti dan Fungsi Faktur Pajak (FP)(Pasal 1(23) & Pasal 13 UU PPN jo Kep-87/PJ/2002)Bukti pemungutan pajak (PPN /PPn BM)

    Merupakan bukti pungutan PPN / PPn BM

    CatatanOrang pribadi / badan yang tidak dikukuhkan sebagai PKP dilarang membuat FP dengan maksud untuk melindungi pembeli dari pemungutan pajak yang tidak semestinya (pasal 14 UU PPN)Merupakan bukti pembayaran PPN / PPn BMSebagai sarana untuk pengkreditan pajak masukanSebagai dasar pembuatan nota returPKP karena penyerahan BKP/JKP atau ekspor BKPDitjen Bea dan Cukai karena impor BKPB agi PKP penjualBagi PKP pembeli / importirSebagai bukti pungutan pajak, maka FP harus benar, baik secara formal maupun materiilFungsiDibuat olehArti

  • Jenis Faktur Pajak(Pasal 13 UU PPN)

    1.FP StandarFP yang bentuk dan isinya telah ditetapkan, paling sedikit memuat keterangan yang dimaksud dalam pasal 13(5) UU PPN

    FP GabunganFP standar yang dibuat untuk penyerahan BKP/JKP:a.Kepada pembeli yang samab.Dalam satu masa pajak

    FP SederhanaFP yang isinya lebih sederhana dan bentuknya bebas, paling sedikit memuat keterangan dimaksud pasal 13(7) UU PPN Dihapus

    FP KhususDokumen tertentu yang diperlakukan sebagai FP standar (ditetapkan oleh Dirjen Pajak)Catatan:Pada prinsipnya PKP yang menyerahkan BKP/JKP wajib membuat FP standar, sedangkan FP tersebut pada butir 3 & 4 merupakan suatu pengecualian, yang hanya dibuat oleh PKP tertentu atau dalam hal-hal tertentu

  • Faktur Pajak Standar(Pasal 13 UU PPN)FP Standar paling sedikit mencantumkan :Nama, alamat, NPWP, yang menyerahkan BKP/JKNama, alamat, NPWP pembeli BKP/JKPJenis barang / jasa, jumlah harga atau penggantian & potongan hargaPPN yang dipungutPPn BM yang dopungutKode, No seri & tanggal pembuatan FPNama, jabatan & tanda tangan yang berhak menandatangani FPCatatan:Sejak tahun 2001 dalam FP standar tidak lagi mencantumkan:1)Nomor pengukuhan PKP2)Macam, kuantum dan harga satuan3)Tanggal penyerahan / pembayaranFP standar tidak harus dibuat khusus atau berbeda dengan faktur penjualanFaktur penjualan yang memuat keterangan dan pengisiannya sesuai ketentuan di atas dapat diperlakukan sebagai FP standar (PKP harus memberitahukan ke KPP setempat sekaligus melaporkan nomor seri FP yang akan digunakan)

  • Faktur Pajak Gabungan(Pasal 13 (11) UU PPN jo SE-02/PJ.52/1995))

    FP Gabungan diperuntukkan terhadap PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang terjadi :a.Selama satu bulan takwinb.Kepada pembeli BKP / penerima JKP yang sama

    Dapat menggabungkan seluruh penyerahan BKP/JKP dengan dibuatkan satu FP standar

    Didalam hal terdapat pembayaran sebelum penyerahan BKP/JKP atau terdapat pembayaran sebelum batas akhir FP gabungan dibuat, maka untuk pembayaran tersebut harus dubuat FP tersendiri

    Tata cara pembuatan FP gabungan, sesuai dengan ketentuan pembuatan FP standar

    Pembuatan FP gabungan ini dimaksudkan untuk meringankan beban administrasi bagi PKPCatatan:Pembuatan FP gabungan ini dimaksudkan untuk meringankan beban administrasi bagi PKP

  • Faktur Pajak Sederhana Dihapus(Pasal 13 (7) UU PPN jo Kep-524/PJ/2000 jo Kep.425/PJ/2002)

    FP sederhana paling sedikit mencantumkan:a.Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKPb.Jenis dan kuantumc.Jumlah harga jual / penggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya pajak dicantumkan secara terpisahd.Tanggal pembuatan FP

    Dapat dibuat oleh PKP untuk penyerahan BKP/JKP secara langsung, kepada:a.Konsumen akhir,dan b.Pembeli BKP/JKP yang tidak diketahui identitasnya secara jelasCatatan:Contoh FP sederhana : bon kontan, faktur prnjualan, cash register, karcis, kuitansiFP standar yang tidak diisi selengkapnya (cacat) bukan merupakan FP sederhana)

  • Faktur Pajak Khusus (Dokumen tertentu yang diberlakukan sebagi FP Standar)(PP 143/2000 jo Kep-522/PJ/2000 jo Kep-312/PJ/2001)

    FP khusus ditetapkan dengan keputusan Dirjen Pajak, sekurang-kurangnya memuat:a.Identitas yang berwenang menerbitkan dokumenb.Nama, alamat penerima dokumenc.NPWP dalam hal penerima dokumen sebagai WP dalam negerid.Jumlah satuan apabila adae.Dasar pengenaan pajak (DPP)f.Jumlah pajak yang terutang

    2.Jenis dokumen tertentu yang diberlakuakn sebagai FP standar ( FP khusus):a.PIB (Pemberitahuan Impor Barang) dan dilampiri SSP atau bukti pungut pajak dari DJBC b.PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah difiat muat oleh DJBC dan dilampiri invocec.SPPB (Surat Perintah Penyerahan Barang) dari Bulog / Dolog untuk penyaluran gula pasir & tepung terigud.FNBP (Faktur Nota Bon Penyerahan) oleh Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau non BBMe.Tanda pembayaran atau kuitansi teleponf.Ticket, tagihan surat muatan udara (Air Way Bill) atau Delivery Bill untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negerig.SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabeanh.Nota penjualan jasa pelabuhani.Tanda pembayaran atau kuitansi listrik

  • Mekanisme pembuatan Faktur Pajak (Kep-549/PJ/2000 jo Kep-323/PJ/2001)

    PKP sebelum menerbitkan FP wajib melaporkan ke KPP setempat tentang Nomor Seri FP yang akan digunakanSetiap melakukan penyerahan BKP/JKP, PKP wajib memungut PPN / PPn BM dari pembelinya dan untuk itu wajib membuat FP standarUntuk meringankan beban administrasi (menyimpang), PKP diperkenankan membuat satu FP standar yang meliputi penyerahan BKP/JKP selama satu bulan takwin kepada pembeli yang sama (FP gabungan)Untuk menampung kegiatan penyerahan BKP/JKP secara langsung kepada konsumen akhir dan konsumen yang tidak diketahui identitasnya secara jelas, dapat dibuat FP sederhana DihapusCatatan:1.FP harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan ditandatanganiFP dibuat dalam rangkap 2: a.Lembar ke-1 untuk pembeli (Pajak Masukan)b.Lembar ke-2 untuk PKP penjual (Pajak Keluaran)c.Apabila dibuat lebih dari rangkap 2, harus dinyatakan secara jelas penggunaannya3.FP yang tidak diisi selengkapnya dapat mengakibatkan:a.Bagi PKP pembeli PPN yang tercantum didalamnya (FP standar) tidak dapat dikreditkanb.Bagi PKP penjual dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari DPP

  • Tata cara pengisian Faktur Pajak Standar

    Pengisian tentang BKP/JKP yang diserahkan:

    1.Nomor urut : diisi dengan nomor urut dari BKP/JKP yang diserahkan

    Nama BKP/JKP : dalam hal diterima uang muka atau termin atau cicilan kolom nama BKP/JKP diisi dengan keterangan , misalnya uang muka atau termin atau angsuran

    Harga jual / penggantian / uang muka / termin : harga jual atau penggantian diisi dengan harga jual atau penggantian sebelum dikurangi uang muka atau termin.Dalam hal diterima uang muka atau termin, maka yang menjadi DPP adalah jumlah uang muka atau termin.Dalam hal pembayaran harga jual / penggantian / uang muka / termin dilakukan dengan menggunakan mata uang asing, hanya baris dasar pengenaan pajak dan baris PPN = 10% x DPP yang harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah dan menggunakan kurs yang berlaku menurut SK Menkeu pada saat penbuatan FP

    4.Dalam hal pemakaian sendiri identitas PKP (penjual) dan pembeli diisi sama yaitu PKP yang bersangkutan (penjual)

  • Pembuatan FP dalam hal rincian BKP/JKP yang tidak tertampung dalam satu FP(Kep-549/Pj/2000 jo Kep-323/PJ/2001 jo Kep- 433/Pj/2002)PKP dapat membuat FP dengan caraPengisian harga jual / penggantian, potongan harga, uang muka yang telah diterima, DPP dan PPN cukup diisi pada lembar FP terakhirDibuatkan lebih dari satu FPDibuatkan satu FPMasing-masing FP harus diisi dengan lengkap sesuai ketentuan dan ditanda-tangani, dengan penggunakan No seri FP yang samaDiisi dengan menunjuk nomor & tanggal faktur penjualan ybs2.Faktur penjualan merupakan lampiran yang tidak terpisahkanKhusus

  • Saat (batas terakhir) pembuatan FP(Kep-549/PJ/2000 jo Kep.524/PJ/2000)

    FP Standar:

    1.Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP/ keseluruhan JKP, kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya, dibuat selambat-lambatnya pada sat penerimaan pembayaran

    Pada saat pembayaran, dalam hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP

    Pada saat pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan

    Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada pemungut PPN

    FP Sederhana:

    1.Pada saat penyerahan BKP/JKP

    2.Pada saat pembayaran dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahanCatatan:Saat pembuatan FP merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami, karena berkaiatan erat dengan saat pelaporan pajak keluaran (dilaporkan dalam SPT masa PPN pada masa pajak dibuatnya FP)

  • Penerbitan FP yang tidak tepat waktu(Kep-424/PJ/2002 & Kep-13/PJ/2010)Catatan:PKP yang menerbitkan FP melewati batas waktu penerbitan FP dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari DPPSebelumSetelahDianggap sebagai FP standar

    Tidak dianggap sebagai FP standar (dianggap tidak menerbitkan FP)Melewati 3 bulan sejak berakhirnya batas waktu penerbitan FPBagi PKP pembeli yang menerima FPMerupakan PM yang dapat dikreditkanTidak dapat dikreditkan

  • Tata cara pembetulan FP yang hilang(Kep-549/PJ/2000)Catatan:KPP tempat PKP pembeli dan tempet PKP penjual wajib melakukan openelitan SPT masa PPN ybs untuk meyakinkan bahwa FP tsb telah dikreditkanPKP PembeliPKP penjual

    1. KPP tempat PKP pembeli 2. KPP tempat PKP penjualMengajukan permohonanPKP penjual membuat foto copy arsip FP ybs rangkap 2Dilegalisir oleh KPP tempat PKP penjual: Lb ke-1 : PKP pembeli melalui PKP penjual Lb ke2: Arsip KPP

  • Tata cara pembetulan FP rusak / cacat / salah tulis(Kep-549/PJ/2000)Catatan:Pembetulan FP tidak diperkenankan dengan cara menghapus, mencoret atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat FP standar penggatiPKP PenjualDilaksanakan seterti membuat FP standar biasaDiisi berdasarkan keadaan yang sebenarnyaDilampiri FP standar yang digantiDibubuhi cap yang mencantumkan kode, no seri, & tanggal FP yang diganti Dalam SPT masa PPN, pada masa pajak yang sama dengan masa pajak dilaporkannya FP standar yang digantiAdanya kewajiban membetulkan SPT masa PPN pada masa pajak terjadinya kesalahan pembuatan FPDilakukan paling lambat 2 tahun sejak tanggal FP diterbitkanBelum dilakukan pemeriksaanAtas permohonan PKP pembeli atau atas kemauan sendiriMenerbitkan FP standar penggantiSyaratCaranyaDilaporkanMengekibatkan

  • Pengadaan formulir FP(Pasal 14 UU PPN)

    1.Pengadaan formulir faktur pajak standar dilakukan oleh PKP. Sebelum mencetak formulir FP PKP wajib memberitahu Kepala KPP terkait untuk memperoleh nomor FP yang akan digunakan

    Formulir FP dapat dicetak dalam warna putih untuk seluruh lembar, atau antara lembar ke satu, kedua dan ketiga dapat dicetak dalam warna yang berbeda

    Apabila diinginkan, PKP dapat menyesuaikan ukuran kolom-kolom dari FP, namun tidak diperkenankan menambah atau mengurangi kolom yang ada

    Pada ruangan-ruangan yang masih kosong dalam formulir FP atau di halaman sebaliknya dapat diisi dengan logo, nomor ijin usaha dan sebagainya, sepanjang penempatannya tidak mengubah bentuk dan susunanm FP

    FP dapat dibuat dengan menggunakan komputer, sepanjang memenuhi syarat yang telah ditentukan

  • Dasar Pengenaan Pajak (DPP) (Pasal 1 angka 17)

    Dasar Pengenaan Pajak sering juga disebut Dasar Penghitungan Pajak adalah nilai berupa uang yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang, yaitu:Harga Jual Nilai penggantianNilai imporNilai eksporNilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

  • PengertianDPP (Pasal 1 angka 18,19,20)Harga jual / nilai penggantian termasuk didalamnya semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual, karena penyerahan BKP/JKP (Misal: biaya pengiriman, pengepakan, premi asuransi)Nilai impor termasuk didalamnya bea masuk dan bea masuk tambahan, ditambah pungutan lain yang dikenakan berdasarkan ketentuan UU PabeanHarga jual / nilai pengganti / nilai impor diatas tidak termasuk:a.PPN yang dipungutb.Potongan harga seperti potongan tunai, diskon & rabat dengan ketentuan:- Tercantum dalam FP- Masih dalam batas adat kebiasaan pedagang yang baik4.Bonus, komisi, premi atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka penyerahan BKP/JKP, tidak termasuk dalam pengertian potongan harga

  • Menghitung besarnya DPP

    Contoh 1PT.A (pabrik sepatu) di Bandung menyerahkan beberapa pasang sepatu kepada Rustam dengan harga Rp.30.000.000Jumlah sebesar Rp.30.000.000 yang diterima PT A dari Rustam adalah DPP.

    Contoh 2PT A menyerahkan beberapa pasang sepatu kepada Rusmin di Surabaya sbb:Harga sepatuRp.50.000.000Biaya pengiriman dan pengepakanRp. 2.000.000JumlahRp.52.000.000Potongan harga 5% (tercantum dlm FP) Rp. 2.600.000Dibayar pembeli Rp.49.000.000DPP adalah sebesar Rp.49.000.000

    Contoh 3PT A mengimpor benang dari Taiwan dengan harga impor Rp.100.000.000. Disamping itu PT.A masih harus membayar bea masuk sebesar 10%, biaya administrasi sebesar Rp.500.000 dan sewa gudang sebesar Rp.2.000.000Penghitungan DPP:Harga imporRp.100.000.000Bea Masuk 10%Rp. 10.000.000Nilai impor (DPP)Rp.110.000.000Catatan:Biaya administrasi dan sewa gudang tidak ditambahkan dalam nilai impor, karena tidak diatur dalam UU Pabean

  • DPP dengan nilai lain(KMK: No.567/KMK.04/2000, No.251/KMK.03/2002, No.83/KMK.03/2002)DPP

    1.Harga jual/penggantian tidak termasuk laba kotorPerkiraan harga jual rata-rata3.Perkiraan harga rata-rata per judul filmHarga pasar wajar

    Harga pasar wajar

    10% dari harga jual di show room

    7.10% dari jumlah tagihan / seharusnya ditagih8.10% dari jumlah tagihan / seharusnya ditagih9.5% dari jumlah imbalan yang diterima (service, provisi,diskon)10.Harga jual / penggantian dikurangi laba kotor

    11.Harga lelang

    12.20% dari jumlah penyerahan seluruh penyerahan emas perhiasan

    Obyek PPN

    1.Pemakaian sendiri / pemberian Cuma-cuma Media rekaman/gambarFilm cerita 4.Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran5.Aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk dijual-belikan yg masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tsb menurut ketentuan dapat dikreditkan6.Kendaraan bermotor bekas7.Jasa biro perjalanan / pariwisata8.Jasa pengiriman paket

    9.Jasa anjak piutang

    10.Penyerahan BKP/JKP (barang dagangan) dari pusat ke cabang atau antar cabang11.Pedagang perantara / juru lelang12.Pengusaha toko emas perhiasan yang memilih menggunakan DPP dengan nilai lain Bagi KPK yang menyerahkan BKP/JKP tersebut pada butir 6,7,8,9 dan 12 Tidak Dapat Mengkreditkan (TDK) PM-nya

    Besarnya PPN 10% dari DPP

  • PPn BM(Pasal 5 ayat (1)

    Dikenakan atas:Penyerahan BKP yang tergolong mewah, yang dilakukan:a. Oleh pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewahb. Dalam daerah pabeanc. Dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya2.Impor BKP yang tergolong mewah

    Mekanisme pengenaan PPn BM (Pasal 5 ayat (2) jo pasal 10 ayat (2) & (3)

    Dikenakan hanya sekali, yaitu pada tingkat penyerahan oleh PKP yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah atau pada waktu imporBukan merupakan PM, sehingga tidak dapat dikreditkan dengan PPNDapat ditambahkan dalam harga jual dan dibebankan sebagai biaya /dikapitalisasiBKP yang tergolong mewah yang diekspor dan PPn BM yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP tersebut dapat diminta kembali, dengan syarat PPn BM ybs belum dibebankan sebagi biaya atau dikapitalisasi

  • Penghitungan PPn BM terutang(PP No 143/2000 jo PP No 24/2002)

    Contoh 1:Penyerahan oleh pabrikan atau atas impor barang mewah.Harga barang / nilai impor= Rp.25.000.000PPN terutang dapat dikreditkan= Rp. 2.500.000PPn BM terutang (tarif 20%)= Rp. 5.000.000Dibayar pembeli / importir= Rp.32.500.000

    Contoh 2:Penyerahan selanjutnya (bukan pabrikan / importir)Harga beli= Rp.25.000.000PPn BM (yang telah dibayar)= Rp. 5.000.000Laba yang diinginkan= Rp. 4.000.000Harga jual (DPP)= Rp.34.000.000PPN dapat dikreditkan=Rp. 3.400.000Dibayar pembeli= Rp.37.000.000Pada contoh 2 terjadi efek pajak berganda, karena dalam DPP sebesar RP.34.000.000 terdapat didalamnya PPn BM sebesar Rp.5.000.000.Jadi terjadi pajak ganda (pajak kena pajak) sebesar 10% x Rp.5.000.000 =Rp 500.000, halini disebabkan karena hanya dikenakan sekali saja (tidak dapat dikreditkan

  • Hubungan Istimewa Pasal 2 ayat (1) dan (2)

    Adalah dalam hal harga jual / penggatian dipengaruhi oleh hubungan istimewa yaitu adanya ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain, sehingga pada saat penyerahan BKP/JKP dilakukan terdapat kecenderungan harga ditekan lebih rendah dari harga pasar, maka untuk menentukan DPP Dirjen Pajak mempunyai kewenangan melakukan penyesuaian harga jual dengan harga pasar wajar yang berlaku di pasaran bebas

    2.Ciri-ciri adanya hubungan istimewa disebabkan: a.Faktor kepemilikan / penyertaan baik langsung dan tidak langsung yang berupa penyertaan modal 25% atau lebih pada pengusaha lainb.Dua atau lebih pengusaha dibawah penguasaan pengusaha yang sama baik langsung atau tidak langsung (melalui manajemen atau penggunaan teknologi)c.Hubungan keluarga sedarah atau semenda lurus satu derajat atau kesamping satu derajat dan termasuk anak tiri

  • Menentukan harga jual dalam hal dipengaruhi oleh Hubungan Istimewa

    Contoh:PT A memiliki 30% saham di PT. B .PT A menyerahakan barang (BKP) kepada PT B dengan harga Rp.7.500.000. Pada saat yang sama PT A juga menyerahkan barang yang sama kepada PT C (tidak ada hubungan istimewa) dengan harga Rp.10.000.000

    Maka:Harga jual barang oleh PT A kepada PT B sebesar Rp.7.500.000 adalah tidak wajar karena pengaruh oleh hubungan istimewa, sedangkan harga wajar adalah harga jual kepada PT C, karena tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewaDengan demikian harga jual barang kepada PT B sebesar Rp.7.500.000, harus dikoreksi, sehingga sama dengan harga jual kepada PT C sebesar Rp.10.000.000

  • Pemakaian sendiri & Pemberian cuma-cuma(Pasal 1A huruf d & e UU PPN jo Kep-87/PJ/2002)a. BKP bail produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri dan ataub. JKPUntuk tujuan produktif

    Catatan:Disamakan pemakaian sendiri (terutang PPN):Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan dan atauPenyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-belikan, dengan syarat PPN dibayar pada saat perolehan menurut ketentuan dapat dikreditkanMisal Pabrik ban: a.Mengunakan ban sendiri untuk truck yang dipakai untuk pabrik tidak terutang PPNb.Pemakaian ban sendiri untuk sedan direksi terutang PPN karena sedan termasuk konsumtifDPP diatas adalah Harga Jual - Laba (= Harga Pokok)Khusus BKP dapat diberikan tersendiri atau menyatu dengan barang yang dijualPemakaian sendiriPemberian cuma-cumaPemakaian oleh pengusaha sendiri, pengurus / keluarganya & karyawan

    Pemberian kepada pihak lain, selain pengusaha, pengurus / keluarganya & karyawan tanpa pembayaranBukan untuk tujuan produktif

    a.Belum merupakan penyerahan BKP /JKPb.Tidak terutang PPN / BBnBM

    a.Merupakan penyerahan BKP /JKPb.Terutang PPN / PPn BM

  • Mekanisme pengenaan PPN/PPn BM atas Pemakaian Sendiri & Pemberian Cuma-Cuma(KEP-87/2002 jo SE-04/PJ.51/2002Catatan:DPP diatas adalah Harga Jual - Laba (= Harga Pokok)Penerbitan FP untuk transakasi diatas mulai tahun 2002 wajib diterbitkan, sedangkan sebelum tahun 2002 tidak diterbitkan FP Bilamana transaksi diatas tidak diterbitkan FP (FP cacat) dikenakan denda 2% x harga BKP/JKP (DPP) Pemakaian sendiri & bukan untuk tujuan produktifPemberian cuma-Cuma

    PKP menerbitkan FPDalam FP identitas PKP penjual dan pembeli ditulis sama (PKP penjualDalam FP identitas PKP penjual dan pembeli ditulis masing-masingPPN / PPn BM terutang dan dibayar sendiri oleh PKP (perusahaan)PPN / PPn BM terutang dan dipungut dan disetor oleh PKP (perusahaan)PPN yang dibayar :Bagi PKP merupakan PK sekaligus PM (tidak dapat dikreditkan)PPN yang disetor : PKP pemberi PK PKP penerima- PMDapat dikreditkan

  • Contoh Pemakaian Sendiri & Pemberian Cuma-cuma

    Contoh pemakaian sendiriPemakaian sendiri BKP bukan untuk tujuan produktifa.Pabrik minuman menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau tamub.Dalam rangka promosi, pabrik sepatu membeli topi yang sebagian topi tersebut diberikan kepada karyawanPemakaian sendiri BKP untuk tujuan produktif yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usahaa.Pabrik mobil (truck) menggunakan truck hasil roduksinya untuk kegiatan usahab.Perusahaan telepon menggunakan saluran teleponnya untuk kegiatan operasionalPemakaian sendiri BKP untuk tujuan produktif yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan produksia.Pabrik minyak kelapa sawit menggunakan limbah (kulit kelapa sawit) untuk bahan bakar boilerb.Pabrik kayu lapis menggunakan hasil produksinya untuk pembungkus kayu lapis

    Contoh pemberian cuma-cuma BKP/JKPPabrik mie instan memberikan bantuan mie instan hasil produksinya kepada korban bencana alam atau digunakan sebagai contohPabrik shampo memberikan 1 sabun mandi untuk setiap penjualan 1 botol shampo hasil produksinyaPerusahaan jasa persewaan traktor memberi bantuan kepada pemerintah untuk mengatasi tanah longsor

    Catatan :Pada waktu membeli PM dikenakan, maka saat jual harus juga dikenakan PK, baik menjual atau diberikan cuma-cuma

  • Penghitungan PPN atas Pemakaian Sendiri & Pemberian Cuma-cumaContoh penghitungan PPN atas pemakian sendiriPT A (pabrik ban mobil) memakai sendiri ban mobil hasil produksinya yang digunakan untuk: Mobil pribadi Direktur perusahaan= Rp.2.400.000 Mobil box untuk kegiatan operasional= Rp.7.200.000Jumlah= Rp.9.600.000Dalam jumlah tersebut sudajh termasuk laba sebesar 20%Penghitungan PPN;Jumlah pemakaian sendiri= Rp.9.600.000Pemakaian sendiri yang tidak terutang PPN= Rp.7.200.000Pemakaian sendiri yang terutang PPN= Rp.2.400.000DPP: 100/120 x Rp.2.400.000= Rp.2.000.000PPN terutang 10% x Rp.2.000.000= Rp. 200.000Catatan:Ban yang digunakan untuk mobil box termasuk pemakaian sendiri untuk tujuan produktif (tidak terutang PPN)

    Contoh penghitungan PPN atas pemberian cuma-cumaPT B (pabrik shampo) menyerahkan 600 botol shampo hasil produksinya kepada PT C dengan harga per botol Rp.20.000 Setiap botol shampo, PT B memberikan 1 buah sabun mandi secara cuma-cuma. Sabun mandi tsb dibeli oleh PT B dari PT D (pabrik sabun) dengan harga Rp.500 per buahPenghitungan PPN oleh PT B:Harga shampo 600 x Rp.20.000= Rp.12.000.000Harga sabun 600 x Rp.500= Rp. 300.000Jumlah (DPP)= Rp.12.300.000PPN terutang 10 x Rp.12.300.000`= Rp. 1.230.000Catatan:1. Disini pembeli hanya membayar Rp.12.000.000, maka penghitungan pajak seperti diatas, karena saat membeli sabun dapat mengkreditkan PM, maka PK sekarang harus ditambahkan dalam menghitung PPN. Jadi disini pembeli hanya membayar Rp.12.000.000 + PPN 10% = Rp.13.200.000 PPN yang dipungut oleh PT C = Rp. 1.200.000 PPN atas pemberian cuma-cuma ditanggung PT.B = Rp. 30.000 Dibayar ke KPP = Rp. 1.230.000 Penghitungan PPN waktu menjual kepada PT C: a. Harga jual= Rp 12.000.000 b. PPN 10% x Rp.12.000.000= Rp. 1.200.000 Dibayar oleh PT C= Rp.13.200.000.

  • PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)(Pasal 16C UU PPN jo Kepmen 554/KMK.04/2000 jo Kepmen No 320/KMK.03/2002 jo Kep-387/PJ/2002 jp SE-45/PJ.50/2002)

    Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha / pekerjaannyaLuas bangunan luas lantai 300m2 / lebih selama 2 tahun, terhitung 1 Juli 2002 (sebelumnya 400 m2)Sifat permanen, yaitu kontruksi utama terdiri:a.Tembok dan ataub.Kayu tahan lama dan atauC.Bahan lain yang mempunyai kekuatan sampai 20 tahun/lebihDilakukan oleh orang pribadi atau badan yang diperuntukkan:a.Untuk tempat tinggal (tidak termasuk fasilitas olah raga atau fasilitas lain)b.Untuk tempat usaha termasuk fasilitas yang adac.Untuk digunakan sendiri atau pihak lainKSM yang dilakukan secara bertahap merupakan satu kegiatan sepanjang tenggang waktu antar tahapan tsb tidak lebih 2 tahunKegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan oleh kontraktor, bukan merupakan KMS sepanjang dapat dibuktikan bahwa atas kegiatan pembangunan tsb telah dipungut PPNSyarat

  • Saat, Tempat dan Penghitungan PPN Terutang atas KMS

    Saat terutang adalah saat dimulainya secara phisik KMS (menggali pondasi, memasang tiang pancang dll)Tempat terutangnya adalah tempat bangunan tersebut didirikanPenghitungan PPN dilakukan setiap bulanBesarnya PPN terutang adalah 10% x DPPDPP atas KMS sebesar 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan :a.Termasuk PPN yang dibayar atas perolehan BKP/JKP untuk KMS tsb (PPN masuk sebagai harga yang dikenakan pajak)b.Tidak termasuk harga perolehan tanahPPN dibayar adalah 10% x 40% x Jumlah biaya yang dikeluarkan (termasuk PPNnya)Pajak Masukan (PM )untuk perolehan semua bahan bangunan tidak dapat dikreditkan, karena:a.Dilakukan tidak dalam rangka kegiatan usaha / penyerahanb.dalam menentukan DPP sebesar 40% sudah diperhitungkan PM-nya

  • Penyetoran dan Pelaporan PPN atas KMS(Kep-387/PJ/2002)

    Penyetoran menggunakan SSP tersendiri dan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaranSarana penyetoran:a.PKP SPT Masa PPNb.Non PKP SSP lembar ke-3Pelaporan disampaikan ke KPP tempat bangunan didirikan dan paling lambat akhir bulan penyetoran dilakukanApabila kewajiban penyetoran dan pelaporan tidak dilaksanakan, maka Kepala KPP setempat dapat menerbitkan Surat TegoranApabila Surat Tegoran dalam jangka waktu 14 hari sejak diterbitkan belum disetor dan dilaporkan, KPP dapat melakukan pemeriksaan pajak untuk menetapkan besarnya PPN terutang

  • KMS di Kawasan Real Estate(Kep-387/PJ/2002)

    Memenuhi persyaratan KMS

    2.Pada saat dilakukan transaksi penjualan tanah kaveling, pembeli wajib mengisi & menanda-tangani form Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar PPN atas KMS

    3.Pengusaha Real Estate wajib melaporkan kepada Kepala KPP setempat atas :a.Transaksi penjualan tanah kaveling dengan mengirimkan tembusan form Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar PPN atas KMS dari pembelib.Apabila kewajiban tsb pada butir a diatas tidak dilakukan, maka pendirian bangunan di atas tanah kaveling tsb dianggap dilakukan oleh Pengusaha Real Estate

  • Penghitungan PPN atas KMS tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan

    Contoh:Bustaman adalah seorang karyawan PT.Prisma yang bertempat tinggal diJakarta pada bulan September 2005 membangun sebuah rumah tinggal di Bandung dengan luas bangunan 300 m2 dan bersifat permanen.Pembangunan rumah tersebut diperkirakan akan selesai dalam waktu 6 bulan. Bulan September 2005 telah dikeluarkan biaya untuk pembangunan sbb:1.Beli bahan bangunan dari PKP (belum termasuk PPN): a. SemenRp. 5.000.000 b. Batu pecahanRp. 2.000.000 c. PasirRp. 2.600.000 d. BatakoRp. 1.500.000 e. PakuRp. 500.000 JumlahRp.11.600.000Upah TukangRp. 8.500.000

    Penghitungan PPN yang harus dibayarJumlah biaya yang dikeluarkan (cost): - Harga bahan bangunanRp.11.600.000 - PPN 10% x (Butir a, b,d & e)Rp. 900.000 - Upah tukangRp. 8.500.000Jumlah biayaRp.21.000.000DPP = 40% x Rp