document1

7
1 TRAUMA CAPITIS / TRAUMA CRANIOCEREBRAL atau CEDERA KEPALA By. Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep PENGERTIAN Trauma capitis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Disam penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tin awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untu mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat benturan, beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabka fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti commosio dan contusio, edem perdarahan atau laserasi dengan derajat yang bervariasi, tergantung pada luas daerah trauma. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologi dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewa evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat kli rumah sakit. ETIOLOGI Penyebab cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, kepa morfologi dan kejadiannya cedera antara lain : 1. Mekanisme berdasarkan adanya penetrasi duramater a. Trauma tumpulkecepatan tinggi dan kecepatan rendah b. Trauma tembusluka tembak, tertusuk, dsb 2. Keparahannya a. RinganGCS 14–15 b. Sedang GCS 9– 13 c. BeratGCS 3–8 3. Morfologi a. Fraktur tengkorak kranium dan basis b. Lesi intrakranial fokal (epidural, subdural, intracerebral) dan difus (konk ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus) 4. Kejadiannya

Upload: op-hiie-naghbalanklompoisland-bkanbalangcaddiparttwo

Post on 21-Jul-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

TRAUMA CAPITIS / TRAUMA CRANIOCEREBRAL atau CEDERA KEPALABy. Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.KepPENGERTIAN Trauma capitis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat benturan, beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti commosio dan contusio, edema otak, perdarahan atau laserasi dengan derajat yang bervariasi, tergantung pada luas daerah trauma. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat klien tiba di rumah sakit. ETIOLOGI Penyebab cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, morfologi dan kejadiannya cedera antara lain : 1. Mekanisme berdasarkan adanya penetrasi duramater a. Trauma tumpul kecepatan tinggi dan kecepatan rendah b. Trauma tembus luka tembak, tertusuk, dsb 2. Keparahannya a. Ringan GCS 14 15 b. Sedang GCS 9 13 c. Berat GCS 3 8 3. Morfologi a. Fraktur tengkorak kranium dan basis b. Lesi intrakranial fokal (epidural, subdural, intracerebral) dan difus (konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus) 4. Kejadiannya

a. Trauma primer benturan langsung dan benturan tidak langsung (akselerasi/deselerasi otak) b. Trauma sekunder trauma syaraf melalui akson yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoxia, hipercapnia atau hipotensi sistemik KLASIFIKASI TRAUMA KAPITIS Secara umum, trauma kapitis diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu : 1. Trauma kepala tertutup Jenis-jenis trauma kepala tertutup antara lain : a. Comosio cerebri (gegar otak) Gangguan fungsi cerebral sementara berupa kesadaran menurun (pingsan/coma, amnesia retrograd singkat), tanpa adanya laserasi cerebri, mengalami coma kurang dari 20 menit, cacat otak tidak ada dan perawatan di rumah sakit kurang dari 48 jam. b. Contusio cerebri (memar otak) Apabila terjadi laserasi cerebri, yang ditandai oleh kesadaran turun yang lebih lama, defisit neurologis seperti hemiparesis, kelumpuhan syaraf otak, refleks abnormal, twitching, konvulsi, delirium dan CSF berdarah serta EEG abnormal.

2c. Edema cerebri traumatic Apabila dalam pengamatan lanjut terdapat tanda-tanda penurunan keadaan umum klien, misalnya kesadaran yang turun lambat atau tidak membaik dalam waktu antara 3-7 hari, disertai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa edema papil, nyeri kepada makin berat, muntah. d. Hematoma epidural (ektradural) Ditandai oleh adanya penurunan kesadaran yang mulainya lebih lambat (bukan pada detik trauma), defisit neurologis lambat, anisokhor (penekanan batang otak dari jarak jauh oleh masa hemisfer sesisi), bradikardia, tekanan darah meningkat. e. Hematoma subdural Lebih lambat dari hematoma epidural dan bedanya adalah timbulnya edema papil. Nyeri kepala juga menonjol, sedang interval lusid lebih sulit ditemukan. Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh pecahnya berpuluh-puluh vena yang berjalan dari tepi duramater sampai piamater atau pecahnya sinus sagitalis superior yang lebih hebat yang menyebabkan hematoma subdural akut. f. Hematoma intracerebri

Terjadi bersamaan dengan contusio, sehingga secara umum lebih buruk baik dioperasi maupun tidak. Dorongan yang mengancam terjadinya herniasi otak oleh bekuan darah ditengah otak disertai edema lokal yang hebat. g. Higroma Apabila hematoma diserbu oleh CSF, sehingga mengencer. Dapat terjadi pengumpulan cairan yang berprotein sangat tinggi (hingga 2000 mg%) yang kadang-kadang memerlukan terapi bedah atau aspirasi. 2. Trauma kepada terbuka Untuk trauma kepala terbuka, biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis lukanya, luas permukaan luka, dalamnya penetrasi kebagian proksimal, derajat perdarahan yang terjadi. PATOFISOLOGI Otak dapat berfungsi dengan baik apabila kebutuhan oksigenase dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan mengakibatkan gangguan fungsi. Demikian juga dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan menimbulkan coma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hypoxia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada contusio berat, keadaan hypoxia atau kerusakan otak akan mengakibatkan penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini dapat mengakibatkan asidosis metabolic. Dalam keadaan normal aliran darah cerebral adalah 50 60 yang merupakan 15% dari COP. Keadaan cedera kepala sangat berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem metabolisme tubuh dan sistem gastrointestinal. Sebab, itu penanganan secara dini kepada klien dengan trauma kapitis menentukan kehidupan sang klien. Sehingga trauma kapitis seringkali dikategorikan sebagai keadaan darurat sistem neurology.

Terminologi yang sering sekali dijumpai pada klien dengan trauma kapitis antara lain : Rhinorrhoe keluarnya liquor melalui hidung Otorrhoe keluarnya liquor melalui telinga Brill hematoma / raccon eye kebiruan - kehitaman disekitar kelopak mata Battle sign warna biru/ekimosis di daerah belakang telinga diatas tulang mastoid Hemotimpanum perdarahan di daerah gendang telinga Periorbital ekimosis mata berwarna hitam tanpa trauma langsung1

TRAUMA CAPITIS / TRAUMA CRANIOCEREBRAL atau CEDERA KEPALABy. Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.KepPENGERTIAN Trauma capitis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat benturan, beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti commosio dan contusio, edema otak, perdarahan atau laserasi dengan derajat yang bervariasi, tergantung pada luas daerah trauma. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat klien tiba di rumah sakit. ETIOLOGI Penyebab cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, morfologi dan kejadiannya cedera antara lain : 1. Mekanisme berdasarkan adanya penetrasi duramater a. Trauma tumpul kecepatan tinggi dan kecepatan rendah b. Trauma tembus luka tembak, tertusuk, dsb 2. Keparahannya a. Ringan GCS 14 15 b. Sedang GCS 9 13

c. Berat GCS 3 8 3. Morfologi a. Fraktur tengkorak kranium dan basis b. Lesi intrakranial fokal (epidural, subdural, intracerebral) dan difus (konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus) 4. Kejadiannya a. Trauma primer benturan langsung dan benturan tidak langsung (akselerasi/deselerasi otak) b. Trauma sekunder trauma syaraf melalui akson yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoxia, hipercapnia atau hipotensi sistemik KLASIFIKASI TRAUMA KAPITIS Secara umum, trauma kapitis diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu : 1. Trauma kepala tertutup Jenis-jenis trauma kepala tertutup antara lain : a. Comosio cerebri (gegar otak) Gangguan fungsi cerebral sementara berupa kesadaran menurun (pingsan/coma, amnesia retrograd singkat), tanpa adanya laserasi cerebri, mengalami coma kurang dari 20 menit, cacat otak tidak ada dan perawatan di rumah sakit kurang dari 48 jam. b. Contusio cerebri (memar otak) Apabila terjadi laserasi cerebri, yang ditandai oleh kesadaran turun yang lebih lama, defisit neurologis seperti hemiparesis, kelumpuhan syaraf otak, refleks abnormal, twitching, konvulsi, delirium dan CSF berdarah serta EEG abnormal.

2c. Edema cerebri traumatic Apabila dalam pengamatan lanjut terdapat tanda-tanda penurunan keadaan umum klien, misalnya kesadaran yang turun lambat atau tidak membaik dalam waktu antara 3-7 hari, disertai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa edema papil, nyeri kepada makin berat, muntah. d. Hematoma epidural (ektradural) Ditandai oleh adanya penurunan kesadaran yang mulainya lebih lambat (bukan pada detik trauma), defisit neurologis lambat, anisokhor (penekanan batang otak dari jarak jauh oleh masa hemisfer sesisi), bradikardia, tekanan darah meningkat. e. Hematoma subdural Lebih lambat dari hematoma epidural dan bedanya adalah timbulnya edema papil. Nyeri

kepala juga menonjol, sedang interval lusid lebih sulit ditemukan. Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh pecahnya berpuluh-puluh vena yang berjalan dari tepi duramater sampai piamater atau pecahnya sinus sagitalis superior yang lebih hebat yang menyebabkan hematoma subdural akut. f. Hematoma intracerebri Terjadi bersamaan dengan contusio, sehingga secara umum lebih buruk baik dioperasi maupun tidak. Dorongan yang mengancam terjadinya herniasi otak oleh bekuan darah ditengah otak disertai edema lokal yang hebat. g. Higroma Apabila hematoma diserbu oleh CSF, sehingga mengencer. Dapat terjadi pengumpulan cairan yang berprotein sangat tinggi (hingga 2000 mg%) yang kadang-kadang memerlukan terapi bedah atau aspirasi. 2. Trauma kepada terbuka Untuk trauma kepala terbuka, biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis lukanya, luas permukaan luka, dalamnya penetrasi kebagian proksimal, derajat perdarahan yang terjadi. PATOFISOLOGI Otak dapat berfungsi dengan baik apabila kebutuhan oksigenase dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan mengakibatkan gangguan fungsi. Demikian juga dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan menimbulkan coma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hypoxia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada contusio berat, keadaan hypoxia atau kerusakan otak akan mengakibatkan penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini dapat mengakibatkan asidosis metabolic. Dalam keadaan normal aliran darah cerebral adalah 50 60 yang merupakan 15% dari COP.

Keadaan cedera kepala sangat berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem metabolisme tubuh dan sistem gastrointestinal. Sebab, itu penanganan secara dini kepada klien dengan trauma kapitis menentukan kehidupan sang klien. Sehingga trauma kapitis seringkali dikategorikan sebagai keadaan darurat sistem neurology. Terminologi yang sering sekali dijumpai pada klien dengan trauma kapitis antara lain : Rhinorrhoe keluarnya liquor melalui hidung Otorrhoe keluarnya liquor melalui telinga Brill hematoma / raccon eye kebiruan - kehitaman disekitar kelopak mata Battle sign warna biru/ekimosis di daerah belakang telinga diatas tulang mastoid Hemotimpanum perdarahan di daerah gendang telinga Periorbital ekimosis mata berwarna hitam tanpa trauma langsung