151924019 referat transportasi pasien kritis

22
Pendahuluan Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di ilmu kedokteran kegawatdaruratan (emergency medicine). Banyak masalah potensial dapat dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transport dilakukan. Walaupun berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju penanganan yang sempurna masih panjang. 1 Tempat yang paling aman untuk pasien kritis adalah intensive care unit (ICU), yang terhubung oleh ventilator canggih dengan berbagai pompa infus yang berjalan perlahan, dimonitoring peralatan yang sudah dipasang dan ada perawat untuk merawat pasien. Pasien berada dalam lingkungan yang terkontrol. Namun, akan ada beberapa situasi di mana pasien harus dipindahkan ke ruang pemeriksaan radiologi, ruang operasi, bahkan ke rumah sakit lain. 1 Pemindahan mungkin dapat meningkatkan risiko yang tidak diduga dan efek samping dengan terputusnya hubungan dengan perlengkapan selama di ICU, pergerakan ke lain bed dan berkurangnya perhatian dari orang sekitar. 1 Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa sistem organ, yang mungkin berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips, atau yang disebabkan oleh malfungsi peralatan lain. Efek pada sistem organ tersebut antara lain aritmia (84%) pada pasien dengan gangguan jantung, di mana memerlukan terapi emergensi pada 44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator. Komplikasi pada system respirasi adalah perubahan frekuensi napas, penurunan PaO2. Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami hipotensi, hipoksia, dan peningkatan tekanan intrakranial. 1 Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead EKG, monitor mati, diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator. Untuk mencegah komplikasikomplikasi tersebut, beberapa guideline transportasi pasien kritis telah dibuat oleh beberapa perkumpulan critical care. Berikut akan dipaparkan guideline yang hanya memerlukan cara sederhana untuk menangani transportasi pasien kritis. 2 22

Upload: nedchi

Post on 01-Jan-2016

157 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Transport Pasien

TRANSCRIPT

Page 1: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Pendahuluan

Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di ilmu

kedokteran kegawatdaruratan (emergency medicine). Banyak masalah potensial

dapat dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transport

dilakukan. Walaupun berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah

dilakukan, jalan menuju penanganan yang sempurna masih panjang.1

Tempat yang paling aman untuk pasien kritis adalah intensive care unit

(ICU), yang terhubung oleh ventilator canggih dengan berbagai pompa infus yang

berjalan perlahan, dimonitoring peralatan yang sudah dipasang dan ada perawat

untuk merawat pasien. Pasien berada dalam lingkungan yang terkontrol. Namun,

akan ada beberapa situasi di mana pasien harus dipindahkan ke ruang pemeriksaan

radiologi, ruang operasi, bahkan ke rumah sakit lain.1

Pemindahan mungkin dapat meningkatkan risiko yang tidak diduga dan

efek samping dengan terputusnya hubungan dengan perlengkapan selama di ICU,

pergerakan ke lain bed dan berkurangnya perhatian dari orang sekitar.1

Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa sistem organ, yang

mungkin berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips,

atau yang disebabkan oleh malfungsi peralatan lain. Efek pada sistem organ

tersebut antara lain aritmia (84%) pada pasien dengan gangguan jantung, di mana

memerlukan terapi emergensi pada 44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering

terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator. Komplikasi pada system

respirasi adalah perubahan frekuensi napas, penurunan PaO2. Pasien dengan

cedera kepala dapat mengalami hipotensi, hipoksia, dan peningkatan tekanan

intrakranial.1

Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead

EKG, monitor mati, diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator.

Untuk mencegah komplikasikomplikasi tersebut, beberapa guideline transportasi

pasien kritis telah dibuat oleh beberapa perkumpulan critical care. Berikut akan

dipaparkan guideline yang hanya memerlukan cara sederhana untuk menangani

transportasi pasien kritis.2

22

Page 2: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Definisi

Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau

lebih system tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.

Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas

harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih

oleh pihak rumah sakit. Langkah-langkah yang harus diperhatikan :

1. Decision

Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius adalah sebuah

tindakan medis. Karena itu, tanggung jawab dimiliki oleh dokter yang

mengirim pasien, dan kepala tim.

2. Planning

Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak dan waktu,

pemilihan jalur transport melalui darat atau udara. Jika jarak melebihi 150 km,

transport udara lebih baik. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan

metode monitoring dan alat monitoring, prediksi ikemungkinan komplikasi,

pemilihan instrumen terapi umum dan khusus, pemilihan tim transport (sesuai

dengan ketersediaan tenaga dan karakteristik pasien)

3. Implementasi

Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transport yang dipilih dan

tanggung jawab tehnik dan legal baru selesai ketika pasien sudah sampai

kepada tim medik tempat tujuan atau pada kedatangan ke tempat semula

(ketika transport bertujuan untuk memenuhi prosedur diagnostik/teraputik)

Transport intrahospital pasien kritis.2

Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan,

yaitu3:

1. Koordinasi sebelum transport

• Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk

menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi

• Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter

dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien

22

Page 3: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

• Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport

dan evaluasi kondisi pasien

2. Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat) harus

menemani pasien dalam kondisi serius

• Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman

CPR atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis

• Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus

menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang

membutuhkan urgent action

3. Peralatan untuk menunjang pasien

• Transport monitor

• Blood presure reader

• Kit intubasi endotrakeal dan resusitator manual

• Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan

cadangan 30 menit

• Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan volume/menit,

pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection alarm and high airway

pressure alarm.

• Mesin suction dengan kateter suction

• Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium bicarbonat

• Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus dengan

baterai

• Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut

4. Monitoring selama transport

Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level

2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal

22

Page 4: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

• Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)

• Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate (level 1 pada

pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain)

Pada pasien-pasien tertentu:

• Kapnografy (level 2)

• Pengukuran tekanan darah secara kontiniu (Level 3)

• Pengukuran tekanan arteri pulmonalis (Level 3)

• Pengukuran tekanan intracranial (Level 3)

• Pengukuran tekanan vena sentral (Level 3)

• Pengukuran tekanan saluran jalan nafas pada pasien dengan alat bantu nafas

mekanis Level 3)4

Pemindahan pasien ke rumah sakit pada pasien sakit kritis:

1. Alasan utama untuk memindahkan pasien dengan kondisi serius ke rumah sakit

atau ke tempat lain adalah karena ketidakmampuan mendiagnosis dan sumber

terapi (manusia dan tehnik) di rumah sakit asal.

2. Keputusan untuk memindahkan pasien pada keadaan kritis dilaksanakan

setelah mengevaluasi untung dan rugi pemindahan pasien.

3. Risiko untuk memindahkan pasien terdiri dari dua jenis, yaitu: (1)Risiko

medis: risiko medis yang dimiliki pasien; efek getaran; akselerasi dan

deselerasi; dan perubahan suhu, (2) Risiko perjalanan : risiko getaran.

4. Sehingga untuk meminimalkan risiko pemindahan pasien sangat penting untuk

menstabilkan pasien di rumah sakit asal dan mempersiapkan diagnosis dan

terapi selama perjalanan pemindahan (akses vena, intubasi, dll). Dan penting

untuk menginformasikan kepada pasien ataupun perwakilannya yang resmi

tentang fakta dan dijelaskan tentang situasi, alas an pemindahan, nama rumah

sakit rujukan juga harus diberikan dan persetujuan dari pasien ataupun

perwakilannya yang sah.4

22

Page 5: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Koordinasi sebelum pemindahan pasien:

1. Pemindahan pasien harus dilakukan dengan secepatnya.

2. Dokter bertanggungjawab untuk menyediakan semua hal yang diperlukan

untuk pemindahan pasien. Rumah sakit yang dirujuk harus diinformasikan

tentang situasi medis dan prosedur terapi yang diberikan.

3. Pemberitahuan kepada rumah sakit rujukan harus dilakukan bahkan sebelum

pemindahan dilakukan. Informasi yang diberikan harus secara mendetail

tentang individu. Penting juga untuk menyimpan nomor telepon orang yang

terlibat dalam pemindahan pasien.

4. Rekam medis, rekam perawatan, dan diagnosis pasien akan dikirimkan

bersama dengan pasien.4

Pertimbangan jenis transportasi yang akan digunakan:

• Situasi medis pasien yang akan dipindahkan (gawat, darurat, selektif)

• Jauhnya jarak pemindahan, waktu pemindahan yang diperlukan

• Prosedur medis yang diperlukan selama pemindahan

• Ketersediaan staf dan sumber daya

• Ramalan cuaca

• Dalam keadaan tertentu transportasi udara juga penting untuk diwaspadai

terhadap kemungkinan perubahan fisiologis selama penerbangan.4

Penjagaan pasien selama pemindahan:

• Anggota ambulans

• Dokter beserta suster yang sama-sama mampu melakukan CPR dan peralatan

CPR.5

Perlengkapan untuk merawat pasien:

1. Alat resusitasi manual dan jenis mask yang sesuai

22

Page 6: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

2. Mayotube, laringoskop, ETT, dan guide strings

3. Sumber oksigen sesuai dengan kapasitas yang diperlukan (O2 = (20+Volume

minimum) x FiO2 x waktu pemindahan) + 50%)

4. Aspirator dan probes

5. Drainase torakal, alat introduksi

6. Monitor dan defibrillator

7. Pemngukur tekanan darah otomatis dan manset yang sesuai

8. alat-alat untuk pungsi dan alat-alat untuk mempertahankan dehidrasi tubuh

(syringe, kateter dan infus)

9. Cairan untuk infus (kristaloid dan koloid)

10. Obat-obatan untuk advanced life support

11. Ventilator selama pemindahan dengan volume/minute, pressure, PEEP dan

FiO2 dengan pengaturan yang mudah

12. Alat komunikasi

13. Beberapa obat yang harus tersedia bersamaan dengan tim yang mengadakan

pemindahan pasien, yaitu:

• Adenosin

• Adrenalin

• Alfentanil

• Aminophylin

• Amiodaron

• Atropin

• Sodium Bicarbonat

• Captopril

• Cefotaxim

• Dexamethason

• Diazepam

• Digoxin

• Isosorbide Dinitrat

22

Page 7: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

• Dobutamin

• Dopamin

• Etomidat

• Phenobarbital

• Flumazenil

• Furosemide

• Calcium Gluconate

• Heparin

• Hydralazine

• Hydrate Chloral

• Actrapid Insulin

• Isoprenalin

• Mannitol

• Methylprednisolone

• Midazolam

• Morphine

• Naloxone

• Noradrenaline

• Paracetamol

• Propofol

• Salbutamol

• Succinylcholine

• Nifedipine

• Magnesium Sulphate

• Thiopental Sodium

• Vecuronium Bromide

• Verapamil

22

Page 8: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

• Labetalol hydrochloride

• 2% Lignocaine (+gel and spray)

• Nitroglycerine atau Glyceryl Trinitrate5.

Pengawasan

Pengawasan keadaan pasien selama masa pemindahan dengan pencatatan yang

periodik:

• EKG (Level 1)

• Pulse oxymetry (Level 1)

Pengawasan keadaan pasien selama masa pemindahan dengan pencatatan yang

intermiten:

• Pengukuran tekanan darah no ninvasif (Level 1)

• Pengukuran frekuensi nadi (Level 1)

• Pengukuran frekuaensi nafas (Level 1 pada kasus anak, dan l;evel 2 pada kasus

dewasa)

Pada pasien-pasien tertentu:

• Kapnografi (Level 2)

• Pengukuran tekanan darah berkelanjutan

• Pengukuran tekanan arteri pulmonary

• Penjgukuran tekanan interakranial

• Pengukuran tekanan intravena secara intermiten

• Pengukuran tekanan saluran nafas pada pasien yang diintubasi dan mendapat

bantuan pernafasan mekanik.6

22

Page 9: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi

Tindakan di bawah ini harus diperhatikan dalam mempersiapkan pasien yang akan

ditransport:

1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh

Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah

diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat

bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran

aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan.

2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans

Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah

sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda

usungan brgerak saat ambulans tengah melaju. Kelalaian mengunci alat

dengan sempurna pada kedua ujung usungan bisa berakibat buruk saat

ambulans bergerak.

3. Posisikan dan amankan pasien

Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke

usungan. Bukan berati bahwa pasien harus ditransport dengan posisi seperti

itu. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus

disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar

yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery

(miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan.

Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera

spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok

dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi

cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien

harus diikat erat ke usungan.

4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu

Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke

ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan

pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu

sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.

22

Page 10: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung

Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan

spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans

dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk

meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti

jantung.

6. Melonggarkan pakaian yang ketat

Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan

sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang

tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan

apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya,

termasuk memperbaiki pakaian pasien.

7. Periksa perbannya

Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika

pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan

keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng.

Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.

8. Periksa bidainya

Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans.

Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada

tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar

masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi

bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya

9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien

Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke

rumah sakit, biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang

pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan

mereka mengunci sabuk pengamannya.

10. Naikkan barang-barang pribadi

22

Page 11: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta,

pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah

Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa.

Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

11. Tenangkan pasien

Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke

ambulans. Tidak hanya karena diikat dengan tali pengaman yang kuat atau

karena berada dalam ruangan yang sempit, tapi juga karena merasa tiba-tiba

dipisahkan dari anggota keluarga dan teman-temannya. Ucapkan beberapa

patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat

bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk

menenangkan pasien anak yang ketakutan. Ingatan akan kejadian tabrakan,

kebingungan, keributan, cedera, rasa nyeri, kehilangan orang tua, perawatan

atas cedera yang ada, dan pengumpulan informasi oleh Anda akan

menimbulkan kesan pengalaman yang menakutkan bagi pasien anak. Senyum

dan nada suara yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi

perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.

Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan,

beri tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika

yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan,

melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien,

bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama

perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke

rumah sakit.7

Perawatan pasien selama perjalanan

Dokter dan Perawat yang merujuk atau bertugas dalam ambulans minimal

seorang yang terlatih PPGD (Pelatihan Pertolongan Gawat Darurat) atau sudah

mengikutinya. Dalam keadaan ini tugas perawat harus melakukan sejumlah

aktivitas berikut selama dalam perjalanan:

1. Memberi pusat kendali tim telah meninggalkan lokasi kejadian

22

Page 12: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

2. Melanjutkan perawatan medis saat dibutuhkan/ Jika usaha bantuan hidep telah

dimulai sebelum memasukkan pasien di dalam ambulans, maka prosedur

tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan di rumah sakit. Melakukan

satbilisai management dengan evaluasi resusitas dugsi vgital,

mendokumentasikan pemeriksaan awakl sampai temuan baru saat

dilakukannya pre hospital care

3. Melakukan pemeriksaan menyeluruh dan memonitor terus perubahan vital

sign.

Prinsip utama dalam penanggulangan penderita gawat darurat adalah

jangan membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah (Do not further

harm). Keadaan penderita diharapkan menjadi lebih baik pada setiap tahap

penanggulangan, mulai dari tempat kejadian sampai kerumah sakit yang dapat

member therapy paripurna. Dengan demikian tidaklah berlebihan apabila

dikatakan bahwa transportasi merupakan salah satu factor yang menentukan

keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat.

Pelayanan yang optimal saat penanganan pasien di lapangan maupun

selama transport menuju rumah sakit rujukan. Kedua pendapat tersebut yaitu

field stabilization dan scoop and run. Pendapat pertama yakni stay and stabilize

atau stay and play , hal ini mencakup tentang penerapan teknis medis kepada

pasien dengan cara memberikan ALS di lapangan yang mencakup 1. Amankan

jalan nafas dengan intubasi endotrakeal menggunakan rapid sequence induction

(RSI) 2.Dekompresi dada 3.Memasang infuse 4.Resusitasi cairan pada pasien

hipovolemik. Tujuan dari tindakan tersebut untuk stabilisasi pasien seperlu

mungkin saat di lokasi kejadian.8

Prinsip Stabilisasi

Merupakan tindakan yang harus dilakukan terhadap penderita gawat

darurat agar kondisi penderita (ABCDE) tidak semakin buruk atau meninggalkan

cacat di kemudian hari. Didalam penanggulangan penderita trauma, sebelum

dilakukan transportasi maka penderita gawat darurat harus dilakukan stabilisasi

22

Page 13: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

agar penderita selamat selama transportasi sampai ke rumah sakit tujuan dengan

kondisi yang stabil ( ABCDE tidak semakin memburuk ). Stabilisasi dilakukan

secara optimal sesuai dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia

ditempat kejadian.

Masyarakat awam atau awam khusus diharapkan mampu melakukan :

- Bantuan hidup dasar ( Basic Life Support )

- Mengatasi perdarahan eksternal

- Memasang pembalut dan bidai

- Memilih sarana transportasi yang sesuai

Apabila yang datang ke tempat kejadian adalah tim gawat darurat

(Ambulan 118), maka dapat dilakukan :

- Penilaian assessment sekaligus resusitasi terhadap problem yang mengancam

jiwa penderita ( ABCDE ), misal :

o Mempertahankan kelancaran jalan nafas / airway

o Member therapy oksigen

o Member bantuan ventilasi mekanik

o Mengatasi perdarahan eksterna

o Mengatasi syock

o Apabila tersedia sarana dapat dilakukan resusitasi jantung paru.

o Imobilisasi terhadap penderita trauma dengan memasang servical collar,

bidai atau long spine board sesuai dengan kebutuhan.

- Mencatat informasi seperti waktu kejadian, hal-hal yang berhubungan dengan

kejadian, mekanisme trauma ( pada penderita trauma ), riwayat penyakit /

pengobatan sebelumnya, untuk dilaporkan kepada dokter jaga instalasi / Unit

Gawat Darurat.

- Melakukan transportasi segera tanpa menunda waktu ( respon time )7

Penunjang

• Sarana transportasi

22

Page 14: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Sarana transportasi untuk penderita gawat darurat dapat berupa kendaraan

darat, laut, udara sesuai dengan medan dimana penderita gawat darurat ditemukan.

Diutamakan memakai kendaraan ambulan, yang dirancang khusus untuk

mengangkut penderita gawat darurat.

Kendaraan ambulan gawat darurat harus memenuhi syarat sbb :

- Kelayakan jalan

- Kelengkapan perlengkapan non medis: air conditioner, radio komunikasi, roda

cadangan ( mobil ) dsb.

- Kelengkapan perlengkapan medis: tempat tidur penderita, kursi perawat/

dokter, tabung oksigen, alat-alat resusitasi, alat-alat monitor, cairan infuse, alat

kesehatan habis pakai, obat-obatan emergency, cervical collar, bidai dsb.

- Selain sopir paling tidak harus disertai paramedic dengan kemampuan

penanggulangan penderita gawat darurat. Lebih baik bila disertai dokter.

• Respon time

Merupakan waktu yang diperlukan dalam penanggulangan penderita

gawat darurat, baik dari tempat kejadian sampai ke rumah sakit maupun

penanggulangan di rumah sakit itu sendiri. Stabilisasi penderita gawat darurat

pada fase pra rumah sakit harus dilakukan secara optimal sesuai kemampuan

tenaga dan sarana yang tersedia, tetapi jangan menunda transportasi penderita ke

rumah sakit yang sesuai dan terdekat. Tetap diperhatikan respon time.7

Konsep Dasar Kesiapan Skill

Tugas dari operasional ambulans yaitu:

1. Early Detection – Anggota masyarakat menemukan kejadian

kegawatdaruratan dan mengetahui permasalahannya.

2. Early Reporting – Saksi mata di lokasi kejadian menghubungi layanan

gawat darurat dan memberikan keterangan yang jelas agar bisa direspon.

3. Early Response – Petugas ambulans datang ke lokasi kejadian secepatnya,

pemberian pertolongan bisa dimulai.

22

Page 15: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

4. Good On Scene Care – Tim ambulans memberikan pertolongan yang

memadai dengan waktu yang tepat di lokasi kejadian.

5. Care in Transit – Tim ambulans menaikkan ke dalam ambulans untuk

transport yang sudah disesuaikan dengan kondisinya. Kemudian melanjutkan

tindkan di atas ambulans sembari menuju ke rumah sakit rujukan. Rumah sakit

yang terdekat dan memadai.

6. Transfer to Definitive Care – Pasien setelah sampai di tujuan segera

dilakukan timbang terima, baik di unit gawat darurat maupun di ruang praktek

dokter.8

Kualifikasi Kru

Kru ambulans dapat berasal dari beberapa profesi, antara lain:

1. First Responder – Seseorang yang datang pertama kali di lokasi kejadian,

tugas utamnya yaitu memberikan tindakan penyelamatan nyawa seperti CPR

(Cardio-Pulmonary Resuscitation) dan AED (Automated External

Defibrillator). Mereka bisa diberangkatkan oeh pelayanan ambulans, atau

kepolisian dan dinas pemadam kebakaran.

2. Ambulance Driver – Beberapa pusat layanan ambulans mempekerjakan

petugas yang tidak mempunyai kualifikasi medis sama sekali. (atau hanya

sertifikat pertolongan pertama) yang tentu saja hanya mempunyai job

mengemudi secara sederhana untuk mengantar pasien.

3. Ambulance Care Assistant – Mempunyai tingkat pelatihan yang bervariasi,

tetapi petugas ini khusus untuk transport pasien yang menggunakan kursi roda

maupun stretcher ambulans, namun bukan untuk transport pasien kritis.

Tergantung pada penyedia layanan, mereka juga dilatih first aid dan

penggunaan AED, terapi oksigen, atau teknik paliatif. Mereka bisa

memberikan tindakan jika unit lain belum datang, atau jika ada pendampingan

dari teknisi yang berkualifikasi atau seorang paramedik.

4. Emergency Medical Technician – Dikenal juga sebagai Teknisi ambulans.

Mereka mampu memberikan layanan gawat adrurat yang lebih luas seperti

defibrilasi, penanganan trauma spinal, dan terapi oksigen. Beberapa Negara

22

Page 16: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

memilahnya kedalam beberapa tingkat (Amerika menganut EMT-Basic dan

EMT-Intermediate)

5. Paramedic – Ini merupakan level atas dari pelatihan medis dan biasanya

mencakup ketrampilan utama yang tidak diperuntukkan bagi teknisi seperti

pemasangan infuse (dengan kemampuan untuk memberikan obat seperti

morfin), intubasi, dan skill lain seperti krikotirotomi. Tergantung pada hokum

yang ada, paramedik merupakan jabatan yang dilindungi, penyalahgunaan

profesi paramedik dapat diancam hukuman.

6. Emergency Care Practitioner – Jabatan ini terkadang disebut Super

Paramedik, didesain utnuk menjembatani antara pelayanan ambulans dan

pelayanan dokter praktek umum. ECPsudah berkualifikasi sama dengan

paramedik yang sudah menjalani pelatihan lanjut. Ia juga meresepkan obat-

obat yang sudah ditentukan.

7. Registered nurse (RN) – Para perawat bisa dilibatkan dalam pelayanan

ambulans, dengan seorang dokter, biasanya mereka ditugaskan pada ambulans

udara dan transport pasien kritis. Sering bekerja juga dengan EMT dan

paramedik.

8. Doctor – Para dokter juga ikut dalam pelayanan ambulans, biasanya

ambulans udara. Mereka mempunyai skill yang lebih dan tentu saja bisa

menuliskan resep.

Kita harus mengingat bahwa semua kasus yang diderita pasien akan

potensial menimbulkan kegawatdaruratan, pasien bayi baru lahir, anak, dewasa,

dan orang tua, semuanya jika mengalami kegawatdaruratan pasti akan mengerucut

pada masalah kegawatdaruratan Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan

Exposure9.

Peralatan AGD

Alat-alat yang digunakan untuk pertolongan di lokasi kejadian meliputi

antara lain tas tangan yang berisi suction portable, airway dan intubasi, cairan

infus, obat resusitasi, portabel defib, backboards.

1. Secara praktis alat-alat tersebut meliputi:

22

Page 17: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

a. Perlindungan diri

Surgical face mask: masker pelindung, Goggle: kaca mata pelindung

mukosa mata dari cairan tubuh pasien, Disposable gown: gaun pelindung

sekali pakai, Disposable gloves: sarung tangan sekali pakai, High visibility

waistcoat: rompi pengaman di lalu lintas pada malam hari

b. Alat Jalan Nafas (airway)

Suction machine: untuk suction ledir/darah, Head Immobiliser: penyangga

kepala dan leher, Neck Collar: penyangga leher, Guedel airway (OPA):

untuk membuka jalan nafas, Suction tube: selang suction besar/yankeur,

Suction catheter: selang suction kecil.

c. Alat pernafasan (breathing)

Stethoscope: untuk auskultasi, Nebuliser masks: masker yang ada tempat

menaruh obat nebuliser salbutamol, Nasal canula: selang O2 ke hidung, O2

masks: masker O2 untuk pasien, Life Support Product (LSP): O2 tabung

kecil untuk pasien sesak nafas, Entonox: berisi O2&Nitrous oksida untuk

menghilangkan nyeri pasien sementara, O2 cylinder, regulator: suplai

oksigen utama dalam ambulance dilengkapi kunci, humidant+flowmeter:

untuk melembabkan udara dan mengatur jumlah O2 yang diberikan,

Ventilator / Dragger: alat bantu pernafasan,Ambubag (BVM): untuk

memberikan bantuan pernafasan,

d. Alat untuk sirkulasi (circulation)

Sphygmomanometer: untuk memeriksa tekanan darah, Defibrillator: DC

Shock untuk Ventrikel Takikardi & Ventrikel Vibrilasi yang dilengkapi

monitor EKG & pulse oksimeter, Pulse oxymeter: untuk memeriksa

saturasi oksigen & nadi, Defibrilator pads: elektrode besar untuk EKG &

memberikan DC Shock, IV catheter : jarum infuse untuk akses vena perifer.

e. Kesadaran (disability )

Torch/penlight: senter untuk memeriksa pupils, GCS-sheet : lembar untuk

evaluasi Glasgow’s Coma Scale

f. Alat untuk immobilisasi dan fiksasi

22

Page 18: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Immobiliser Kits: bidai untuk fiksasi fraktur, Fracture Immobiliser: bidai

untuk fraktur, Adhesive tape: plester pelekat, Ambulance dressing: untuk

membalut luka, Cotton wool: kapas gulung, Gauze: kasa pembalut, Crepe

bandage: perban gulung, Body strap: tali berbentuk pita untuk fiksasi

pasien, patient safety. Eye pad: perban mata, Scissors: gunting serbaguna,

Triangular bandage: mitela/perban segitiga, Disposable razor: silet cukur,

g. Alat Transport

Trolley / Stretcher / Cot + Straps: brankar untuk membawa pasien + tali

pengaman, Carrying chair + straps: kursi lipat untuk membawa pasien

naik/turun tangga+tali pengaman,Scoop stretcher (orthopedic stretcher):

untuk memindah pasien dengan cidera spinal, Long spineboard: untuk

membawa pasien dengan cidera spinal, Kendrick Extrication Devices

(KED): Untuk memindahkan pasien dengan cidera spinal dari dalam mobil

yang mengalami kecelakaan

h. Alat-Alat Penunjang

ECG Electrodes: penghubung EKG dengan badan pasien, Lubrication jelly:

jel pelicin untuk selang suction dan selang intubasi, Glucometer: untuk

mengecek gula darah acak, Glucostrips: untuk menampung tetesan darah

dalam pengecekan gula darah, Blood Lancet: jarum tusuk untuk

mengeluarkan darah, Syringe: spuit, Ambulance sheet: sprei untuk brankar,

Disposable sheet: alas diatas sprei, Blankets: selimut, Pillow: bantal.

i. Peralatan tambahan :

Vomiting bags: kantong penampung muntahan pasien, Sharp Disposable

Container: tempat penampung jarum&benda tajam lainya bekas dipakai

untuk pasien, Trash Bucket: tempat sampah.

Untuk setting peralatan yang lainnya, harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Misalnya akan merujuk bayi baru lahir, maka peralatan-peralatan yang disediakan

harus standard untuk bayi baru lahir.10

2. Obat-obatan meliputi:

22

Page 19: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

Obat-obat gawat darurat mutlak harus ada misalnya Ventolin:

bronkodilator, Adrenalin: obat emergency dalam resusitasi jantung, Glucagon:

untuk pasien hipoglikemia, Atropine Sulfate: obat emergency dalam resusitasi

jantung, Lignocain: untuk aritmia jantung, Normal saline: untuk

infus/membersihkan luka, Water gels: untuk luka bakar, Gliceryl Trynitrate

(GTN) spray: untuk nyeri dada karena Infark jantung/Angina dengan efek lain

menurunkan tekanan darah, Paramedic bags: tas paramedik berisi alat-alat untuk

infus dan intubasi, First aid bags: berisi alat-alat untuk pertolongan pertama.10

3. Alat-alat untuk mobil ambulans

Fire Extinguisher: alat pemadam api, ban cadangan, dongkrak, senter

lampu besar, air accu, balok kayu pengganjal, radiator coolant, car tool box, kunci

pembuka roda, rescue tools untuk ambulans rescue, kabel ‘jumper’ untuk

memancing dari accu mobil lain, tali derek, dll.10

Perjalanan menuju RS rujukan.

Kita semua tahu bahwa tindakan transport dilakukan setelah pasien

dilakukan resusitasi dan stabilisasi. Setelah pasien relative stabil, keputusan

transportasi rujukan harus dibuat. Pada pasien trauma lebih sering dilakukan

metode load and go, daripada stay and play. Pemberian tindakan ALS akan

memperpanjang waktu untuk melakukan rujukan pasien.

Penanganan pasien trauma terkini menganjurkan untuk mengedepankan

transport dengan cepat dan aman dari lokasi kejadian menuju rumah sakit rujukan.

Penyedia layanan ambulans gawat darurat menekankan kebutuhan untuk

memperpendek waktu saat di lokasi kejadian sambil melakukan ABC. Segala

tindakan yang berhubungan dengan kanulasi intra vena sebaiknya dilakukan

selama perjalanan menuju rumah sakit.

Transport dengan lampu dan sirine yang meraung-raung terkadang

diperlukan namun bisa berakibat fatal. Transport seperti ini menempatkan unit

22

Page 20: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

ambulans pada resiko kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan lain di depannya,

bahkan bisa mengakibatkan kecelakaan beruntun.

Monitoring pasien selama transport di dalam ambulans memang sangat

sulit karena adanya guncangan dan suara gaduh. Saat pemindahan dari trolley

ambulans ke trolley rumah sakit bisa mengakibatkan tercabutnya pipa

endotrakeal. Penggunaan evakuasi medic dnegan helicopter tidak menunjukkan

manfaat pada transport di kawasan pemukiman. Helikopter akan sangat

bermanfaat jika di area terpencil tidak tersedia ambulans atau jika menggunakan

ambulans akan mengakibatkan transport yang berlapis. Observasi untuk pasien

kritis tiap 5 menit sedangkan untuk pasien stabil setiap 15 menit.8

Kesimpulan

Dampak buruk dari pemindahan pasien dapat terjadi selama dan setelah

pemindahan sering terjadi. Sebaliknya, perubahan pada hasil penanganan pasien

dari 50% prosedur yang memerlukan pemindahan mengindikasikan hasil yang

baik. Walaupun beberapa faktor risiko yang dimiliki pasien telah dikathui namun

dampak buruk juga dapat terjadi selama pemindahan.

Hal ini memerlukan perhatian khusus untuk diberikan kepada personel

yang terlibat pemindahan pasien, pengawasan, dan perlengkapan. Pada beberapa

kasus untuk melakukan intervensi terhadap dampak negatif dapat dicegah dengan

melakukan diagnosis/ prosedur terapi di dalam ICU. Contoh intervensi yang dapat

digunakan untuk menurunkan efek buruk pemindahan pasien adalah:

• USG dada untuk memeriksa adanya kelainan pada dada

• Penggunaan CT Scan mobile

• Fasilitas untuk dialisis di ICU

• Filter IVC

Kelemahan yang berpotensi untuk terjadi terdapat pada jenis ventilasi

yang digunakan dan mesin ventilator maupun pengawasan selama transport. Dan

penting untuk melakukan diagnosis dan tatalaksana yang diperlukan pasien di

22

Page 21: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

ICU untuk menurunkan angka mortalitas selama transportasi. Namun, merawat

pasien di rumah sakit asala adalah lebih baik daripada

harus merujuknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Taylor JO, Landers CF, Chulay JD, Hood WBJ, Abelmann WH. Monitoring

high-risk cardiac patients during transportation in hospital. Lancet1970;

2:1205-08.

2. Waddell G. Movement of critically ill patients within hospital. BMJ 1975;

2(4): 419.

3. Weg JG, Haas CF. Safe intrahospital transport of critically ill ventilator

dependant patients. Chest 1989; 96:631-35.

4. Wallen E, Venkataraman ST, Grosso MJ, Kiene K, Orr RA. Intrahospital

transport of critically ill pediatric patients. Crit Care Med 1995; 23:1588-89.

5. Waydhays C. Equipment review. Intrahospital transport of critically ill

patients. Crit Care Med 1999; 5: 83-89.

6. Guidelines for the transfer of critically ill patients. Crit Care Med 1993; 21:

931-37.

7. Kondo K, Herman SD, O'Reilly LP, Simeonidis S. Transport system for

critically ill patients. Crit Care Med 1985; 13:1081-82.

8. Link J, Krause H, Wagner W Papadopoulos G. Intrahospital transport of

critically ill patients. Crit Care Med 1990; 18: 1427-29.

22

Page 22: 151924019 Referat Transportasi Pasien Kritis

9. Seri PPGD : PPGD / GELS. SPGDT. Dirjen Yanmedik Depkes RI 2006.

10. Guidelines for the inter- and intrahospital transport of critically ill patients*

Jonathan Warren, MD, FCCM, FCCP; Robert E. Fromm Jr, MD, MPH, MS;

Richard A. Orr, MD; Leo C. Rotello, MD, FCCM, FCCP, FACP; H. Mathilda

Horst, MD, FCCM; American College of Critical Care Medicine.Critical

Care Medicine 2004 Vol. 32, No. 1.

22