document14

17
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian RSUD Dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m 2 dengan luas bangunan 25.760 m 2 . Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSU Dr. Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C,. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979 Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah. Kemudian dengan adanya Fakultas Kedokteran Unsyiah, maka dengan SK Menkes RI No.233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 11 Juni 1983, RSUD dr. Zainoel Abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Dalam rangka menjamin peningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi rumah sakit rujukan dan juga sebagai sumah sakit pendidikan, maka dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 Tahun 1997 tanggal 37

Upload: firmansyah

Post on 17-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

8t

TRANSCRIPT

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian RSUD Dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan 25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSU Dr. Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C,. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979 Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah. Kemudian dengan adanya Fakultas Kedokteran Unsyiah, maka dengan SK Menkes RI No.233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 11 Juni 1983, RSUD dr. Zainoel Abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Dalam rangka menjamin peningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi rumah sakit rujukan dan juga sebagai sumah sakit pendidikan, maka dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 Tahun 1997 tanggal 17 Nopember 1997 dilakukan penyempurnaan Susunan Organisasi dan Tatakerja RSUD dr. Zainoel Abidin. Selanjutnya berdasarkan SK Menkes RI No.153/Menkes/SK/II/1998 tentang Persetujuan Rumah Sakit Umum Daerah digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis, telah dikukuhkan kembali RSUD dr. Zainoel Abdian sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan dan langsung bertanggung jawab kepada Gubernur Nanggro Aceh Darussalam. B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2012 pada ibu dengan sectio caesarea di Ruang Kebidanan RSUZA Banda Aceh dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh hasil sebagai berikut:1. Analisa Univariat

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan penyembuhan luka, Tingkat Pengetahuan dan Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUZA Banda Aceh Tahun 2012

NoVariabelFrekuensi%

1

2

3

Penyembuhan luka Sembuh Tidak sembuh Tingkat pengetahuan Baik Kurang Mobilisasi dini Mobilisasi dini Tidak mobilisasi dini2312

278

231265,734,3

77,122,9

65,734,3

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa penyembuhan luka pasca sectio caesarea dengan jumlah tertinggi adalah sembuh yaitu 23 orang (65,7%), Pengetahuan pasca sectio caesarea dengan jumlah tertinggi adalah pengetahuan baik yaitu 17 orang (48,6%), dan Pelaksanaan mobilisasi dini ibu pasca sectio caesarea dengan jumlah tertinggi adalah mobilisasi dini yaitu 23 orang (65,7%).

2. Analisa Bivariat a. Hubungan pengetahuan dengan penyembuhan luka sectio caesarea

Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penyembuhan Luka Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zaenoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012NoPengetahuanPenyembuhan Luka Jumlah%P. Value

SembuhTidak sembuh

f%f%

1Baik2177,8622,2271000,019

2Kurang 225,0675,08100

Dari Tabel di atas diketahui bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada yang berpengetahuan baik (77,8%) dari pada yang berpengetahuan kurang (25,0%). Hasil analisis chi square test pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan penyembuhan luka sectio caesarea (p=0,019).

b. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka sectio caeserea

Tabel 4. Hasil Analisis Berdasarkan Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Sectio Caeserea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zaenoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012NoPelaksanaan Mobilisasi DiniPenyembuhan Luka Jumlah%P. Value

SembuhTidak sembuh

f%f%

1Mobilisasi dini2087,0313,0231000,001

2Tidak mobilisasi dini325,0975,012100

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada ibu yang melaksanakan mobilisasi dini (87,0%) dari pada yang tidak mobilisasi dini (25,0%). Hasil analisis chi square test pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea (p=0,001).

C. Pembahasan1. Hubungan pengetahuan dengan penyembuhan luka sectio caesarea Berdasarkan hasil penelitian Tabel 3. diperoleh hasil bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada yang berpengetahuan baik (77,8%) dari pada yang berpengetahuan kurang (25,0%). Setelah dilakukan uji statistic (Chi Square) didapatkan nilai p=0,019 sehingga diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan penyembuhan luka sectio caesarea di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahima (2010), diperoleh hasil uji chi square didapatkan p value 0,000 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penyembuhan luka sectio caesarea. Berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh Saifullah (2006), mengatakan bahwa apabila seseorang memiliki pengetahuan pada tingkat sedang, maka perlu diberi bimbingan. Sehingga orang tersebut akan memahami akan tujuan, penyebab, gejala, dan tanda serta sumber dari permasalahan tersebut. Penelitian yang dilakukan Purwanto (2010), menyebutkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dalam tindakan mobilisasi dini, dimana hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang berada pada kategori kurang dapat membuat ibu pasca sectio caesarea tidak melakukan mobilisasi dini selama dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan seseorang. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Salah satunya adalah tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikkan. Tingkat Pengetahuan pasien dapat diperoleh dari pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan harapan pengetahuan tentang kesehatan lebih baik, sehingga pengetahuan diharapkan berpengaruh terhadap perilaku. Pengetahuan yang dimiliki akan berdampak pada perilaku yang positif begitu juga tingkat dengan tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan dapat secara tidak langsung membentuk dan merubah sikap seseorang. Penelitian ini sesuai juga dengan yang diungkapkan oleh Utami (2003) bahwa bila pasien mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan pendidikan yang tinggi, maka pasien akan cenderung melakukan upaya atau memperlihatkan perilaku yang positif demi kesembuhan dirinya, seperti minum obat yang teratur dan melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea sesuai petunjuk petugas kesehatan. Sebaliknya bila pasien mempunyai pengetahuan yang kurang dan pendidikan yang rendah maka pasien cenderung kurang melakukan upaya penyembuhan dan tidak memperlihatkan perilaku yang positif. Menurut Hoeman (2011), pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pasca sectio caesarea akan mengalami peningkatan alternatif penanganan. Informasi mengenai apa yang diharapkan selama melakukan tahapan mobilisasi dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan dan penerapan perawatan. Menurut asumsi peneliti, bahwa mayoritas ibu berpengetahuan baik/cukup sebagian besar melaksanakan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka sectio caesarea. hal ini karena selain banyak ibu yang telah memperoleh ilmu pengetahuan dari bangku sekolah ibu juga mendapatkannya dari internet, media dan lain sebagainya ibu juga dapat bimbingan dan motivasi dari dokter maupun perawat diruangan tentang pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesarea.

2. Hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4. diperoleh hasil bahwa proporsi ibu dengan luka section caesarea sembuh lebih tinggi pada ibu yang mobilisasi dini (87,0%) dari pada yang tidak mobilisasi dini (25,0%). Setelah dilakukan uji statistic (Chi Square) didapatkan nilai p=0,001 sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian yang mendukung adalah hasil penelitian oleh Khairul bariah (2010) yang melakukan penelitian tentang efektifitas tentang mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca Sectio caesarea. Hasil penelitian yaitu berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara yang melakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok control (p=0,007), ada perbedaan signifikan dari penyembuhan luka operasi. Setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok interfensi dengan kelompok control (p=0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca sectio caesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai interfensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca sectio caesarea. Penelitian lain yang mendukung adalah yang dilakukan oleh Rebecca & Denebi (2007), melaksanakan penelitian dengan desain observasional prospektif tentang kuantitas mobilisasi dini yang dilakukan setelah operasi perut bagian atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas mobilisasi dini memiliki efek positif pada pengurangan lama rawat inap setelah operasi perut bagian atas (p=0,001). Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliani tahun 2007 yang meneliti hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang Kebidanan RSUDAM Provinsi Lampung tahun 2007. Penelitian ini bersifat analisa korelasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner dan observasi kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan tabel silang (cross tabs). teknik pengambilan sempel menggunakan accidental sampling dengan sampel penelitian berjumlah 36 orang dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara statistik antara mobilisasi dini post sectio caesarea dengan penyembuhan luka operasi di Ruang Kebidanan RSUDAM Provinsi Lampung (p=0,05 : OR 25.000). Penelitian ini sesuai dengan teori Kozier (1995), yang mengatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka salah satunya adalah mobilisasi dini. Penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kasdu (2003) yang mengatakan bahwa mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di daeah operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan. Menurut asumsi peneliti dengan mobilisasi dini menyebabkan bertambahnya energi ke dalam sel sehingga dapat membantu meningkatkan oksigenasi di dalam sel juga dapat membantu perbaikan sel-sel tubuh terutama proses penyembuhan luka dan meningkatkan metabolisme. Dengan tidak melakukan mobilisasi dini dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh dan menyebabkan berkurangnya energi dan suplai nutrisi untuk perbaikan suplai tubuh sehingga dapat mempengaruhi proses perbaikan sel.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penyembuhan luka sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. 2. Terdapat hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012.B. Saran1. Bagi bidan atau perawat dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya mobilisasi dini pasca sectio caesarea terutama bagi pasien yang berpengetahuan kurang, karena kelompok tersebut mempunyai resiko rawat inap yang lebih lama akibat lambatnya proses penyembuhan dan diharapkan perawat membuat dan menerapkan standar operasional prosedur atau SOP sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.2. Bagi pihak Rumah Sakit diharapkan agar dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan mengimplementasikan lebih baik tentang mobilisasi dini dan menjadi Protap di Rumah Sakit untuk membantu mempercepat penyembuhan luka sectio caesarea.3. Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang mobilisasi dini dengan menggunakan metode kohort.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian pendekatan praktek. Jakarta : Rieneka Cipto.

Azrul, Azwar. 2005. Pengukuran Skala Psikologi, Jogyakarta, Pustaka Pelajar

Carpenito, Lynda Juall. 2000, Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2006. Pedoman pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas. Jakarta : Depkes RI

, 2006. Pedoman PWS KIE. Jakarta : Depkes RI

Fabriana Dian,Ps 2010. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu dengan pelaksanaan mobilisasi dini Ibu Post Partum Dengan Sectio sesaria Di Rsud Ajibarang, Karya Tulis Ilmiah.

Farrer, Helen 2001. Perawatan maternitas, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Fizari, S. 2009, Perubahan fisiologi pada masa nifas. From http//sekuracitiy/blogspot.com

Harry & Kadek. 2006. Profil Operasi sectio caesarea diakses tanggal 12 juni 2012

Hoeman, S.P. 2011. Rehabilitation Nursing (Process Aplication & out Comes). (3th edition), United State Of Amerika; Mosby Inc.

Hernalina. 2011. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Post Partum Tentang Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSIA. Banda Aceh, Skripsi

Kasdu Dini, 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa swara

Kusmawan, 2008. Pentingnya Bergerak Pasca Operasi, Online, Available: http://spesialis bedah-pascaoperasi/, 18 juni 2012

Morison, M. J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta: ECG

Mubarak, Wahit Iqbal, 2007 . Buku ajar kebutuhan dasar manusia: teori dan aplikasi dalam praktek, Jakarta : EGCMuchtar, Rustam 2000. Sinopsis obstetri. jilid I dan II. Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta

Nazir, M. 1999. Metode penelitian. Jakarta : Gahlia Indonesia

Notoatmodjo 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta , 2010. Metodologi penelitian Kesehatan , Rineka Cipta, Philadelphia : Mosby-Year Book Inc

Santoso, Singgih. 2001. Prosedur penelitian (aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS). Jakarta: Rineka Cipta

Saifullah, 2006, Perbedaan Efektifitas Mobilisasi aktif dan Pasif Terhadap Kecepatan Pemulihan Pada Post Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah sakit Baptis Kediri. http//:cungkring blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2012.

Saryono & Setiawan, 2010, Metodologi Penelitia Kebidanan DIII, DIV, SI, Dan S2, Nuha Media, yogyakarta.

Ruth Johnson, 2005, Buku Ajar Praktek Kebidanan,edisi ! EGC, jakarta

Sjamsuhidayat, R, 2005. Ilmu Bedah. Edisi 2, ECG, Jakarta

Sugiyono, 2006. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfa Beta

Suzanne, 1999. Masa Kehamilan dan Persalinan. PT. Elex Media Komputindo

Williams, 2006. Obstetri Williams. Edisi 21 Vol.1, EGC, Jakarta.

Sumber lain :Medical Record Rumah Sakit Umum Zainal Abidin tahun 2011

47