14. fotopriodisme
TRANSCRIPT
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
BAB XIV. FOTOPERIODISME DAN VERNALISASI
Dalam pengorganisasian, proses perkembangan organ tepat pada waktunyas merupakan
hal yang penting. Salahsatu proses perkembangan yang harus tepat waktu adalah proses
perbungaan.Tumbuhan tidak boleh berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ lainnya
sudah siap, misalnya seleblum akar, dan daun lengkap.
Kejadian-kejadina tersebut penting artinya bagi tumbuhanyang hidup di daerah 4 musim,
sehinggamerekaharusbenar-benar dapat memanfaatkan saat yang tepat untuk melakukan
perkembangannya. Tumbuhan semusim (annual plant) untuk perkembangan nya
harusmemanfaatkan waktu di antara musim dingin. Tumbuhan dua musim (biennial plant),
pada musim pertama akan menghasilkan organ-organ persediaan makanan di dalam tanah,
dan pada musim berikutnya melakukan pertumbuhan yang diakhiri dengan perbungaan.
Tumbuhan menahun (perennial plant), akan menghentikan pertumbuhan dan
perkembangannya (dorman) pada musim dingin, kemudian berbunga tepat waktu pada
musim berikutnya agar supaya cukup waktu bagi buah untuk berkembang dan matang
sebelum ataudi awal musim gugur.
14. 1. KERJA JAM BIOLOGI
Bagaimana jam biologi bekerja dalam kaitannya dengan perkembangan tumbuhan.
Penyediaan waktu biologi (biological timing atau hourglass) adalah matang untuk mulai
berbunga (ripeness to flowering), merupakan periode waktu tertentu yang harus dicapai oleh
tumbuhan sebelum perbungaan dimulai. Sebagai contoh pada tanaman tomat, tanaman ini
tidak akan berbunga sampai lima ruas daunnya telah tumbuh dan berkembang pada batang.
(i). Osilator (Oscillator)
Osilasi adalah peristiwa yang teratur secara berirama terjadi pada tumbuhan seperti halnya
pada niktinasti (Osilasi yang berirama). Termasuk kedalam peristiwa ini adalah membuka
dan menutupnya bunga, bangun dan tidurnya daun, kecepatan pertumbuhan, kecepatan
proses metabolisme dan lain-lain.
Sifatkhas dariproses yang berirama ini, akan terus berjalan dalam lingkungan artificial,yang
fluktuasi ritmiknya (cahaya dansuhu) dihilangkan. Kejadian tersebut menunjukkanbahwa
proses berirama yang intrinsic atau berosilasi ini, terjadidan dikontrol dari dalam tumbuhan.
Pada kondisi yang konstan irama instrinsik ini berjalan kira-kira 24 jam, tetapi secara umum
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
antara 21-27 jam. Apabila irama osilasi tadi tidak tepat 24 jam, maka prosesnya disebut
sirkadian (circadian). Irama tersebut dapat dibagi menjadi dua bentuk; pertama yang
disebut berjalan bebas (free running), periodanya tidak tetap sehingga perangsangan atau
mulainya siklus osilasi tidak tetap; kedua adalah yang dapat diatur kembali
(entrained),mencoba menuju pada siklus 24 jam. Dalam hal yang kedua ini terjadi proses
penyesuaian kembali setiap hari (reset), pada siang atau malam hari. Penyesuaian kembali
dilakukan untuk melaksanakan osilasi pada perioda yang sama, yang disebut “rephrase”.
Siklus osilasi dan sirkardian dapat dilihat padaGambar 14-1.
Gambar. 14.1 Osilasi. A. Dua osilator sirkadian hampir bersamaan. B. Dua osilator sirkadian yang berlawanan C. Suatu osilator sirkadian denan periode 28 jam mengalami ëntrained”dan “reset”pada tengahhari.
Banyak irama osilasi proses metabolisme dengan periode berkisar antara kurang dari
1menit sampai beberapa jam. Bebrapa dari padanya diperkirakan merupakan bagian dalam
pengaturan waktu osilasi yang bertanggung jawab untuk irama sirkardian meskipun bukti
untuk ini masih belum ada.
14.2. WAKTU PERBUNGAAN
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Yang dimaksud dengan waktu perbungaan disini adalah proses perbungaan
dikaitkan dengan panjang pendeknya hari atau fotoperiodisme dan pengaruh pendinginan
atau vernalisasi.
(1). Fotoperiodisme
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari), yang dapat merangsang perbungaan. Percobaan yang
dilakukan oleh ahli fisioiogi Perancis J. Tournois, W. W. Garner dan H.A.Alard
pada tahun 1920 di Amerika Serikat, menemukan bahwa tembakau varietas Maryland
Mammoth tumbuh baik secara vegetatif dalam musim panas (summer), tetapi berbunga
hanya terjadi pada musim dingin (Winter) di rumah kaca. Selanjutnya Garner dan Alard
mandapatkan bahwa kadelai yang ditanam pada waktu yang berbeda akan berbunga
pada waktu yang hampir bersamaan yaitu pada akhir musim panas. Diagram yang
menggambarkan percobaan tersebut ditunjukkan pada gambar 14-2.
Gambar 14.2 Diagram yang menggambarkan percobaan Garner dan Alard yang menunjukkan bahwa kedelai yang ditanam pada waktu yan gberbeda, berbunga pada waktu yang hampir bersamaan di akhir musim panas.
Salah satu petunjuk paling awal mengenai bagaimana tumbuhan mendeteksi
perkembanganm musim berasal dari suatu varietas mutan tembakau yang dipelajari oleh
WlV. Garner dan H.A. Allard pada tahun 1920. Varietas ini, yang dinamai Maryland
Mammoth, tumbuh luar biasa tingginya akan tetapi gagal berbunga selama musim panas,
pada saat tumbuhan tembakau normal berbunga. Maryland Mammoth akhirnya berbunga
dalam rumah kaca pada bulan Desember. Setelah mencoba menginduksi perbungaan
dengan cara membuat variasi suhu, kelembapan, dan nutrisi mineral, Garner dan Allard
mempelajari bahwa pemendekan siang hari pada musim dinginlah yang merangsang
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Maryland Mammoth berbunga. Jika tumbuhan itu dipelihara dalam kotak yang kedap cahaya
sehingga lampu dapat digunakan untuk memanipulasi durasi "siang" dan "malam,"
perbungaan akan terjadi hanya jika panjang siang hari adalah 14 jam atau lebih pendek
Maryland Mammoth tidak berbunga selama musim panas, karena posisi garis lintang di
Maryland, sehingga siang hari terlalu panjang selama musim itu.
Garner dan Allard menyebut Maryland Mammoth adalah tumbuhan hari-pendek (short-day
plant), karena tumbuhan ini nyatanya memerlukan suatu periode terang yang lebih pendek
dibandingkan dengan panjang siang hari yang kritis untuk perbungaan. Krisan, poisettia, dan
beberapa varietas kacang kedelai merupakan beberapa contoh tumbuhan hari pendek, yang
umumnya berbunga pada akhir musim panas, musim gugur, atau musim dingin. Kelompok
lain yang bergantung pada fotoperiode hanya akan berbunga ketika periode terang lebih
lama beberapa jam. Tumbuhan hari-panjang (long-day plant) ini umumnya berbunga pada
akhir musim semi atau awal musim panas. Bayam, misalnya, berbunga ketika panjang siang
hari adalah 14 jam atau lebih lama. Lobak, daun selada, iris, dan banyak varietas sereal lain
merupakan tumbuhan hari panjang. Perbungaan pada kelompok ketiga, yaitu tumbuhan hari
netral, tidak dipengaruhi oleh fotoperiode. Tomat, padi, dan dandelion adalah contoh
tumbuhan hari-netral (day-neutral plant) yang berbunga ketika mereka mencapai tahapan
pematangan tertentu, tanpa memperdulikan panjang siang hari padawaku itu.
Panjang Malam Kritis. Pada tahun 1940-an para peneliti menemukan bahwa
sesungguhnya panjang malamlah, bukan panjang siang hari, yang mengontrol perbungaan
dan respons lainnya terhadap fotoperiode. Banyak saintis ini bekerja dengan cocklebur,
yaitu suatu tumbuhan hari pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari 16 jam
atau lebih pendek (dan panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika bagian siang hari
fotoperiode disela dengan pemaparan singkat terhadap kegelapan, tidak ada pengaruh
pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari fotoperiode disela
dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak akan berbunga
(Gambar 14.4). Cocklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan scara terus menerus
supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari-pendek sesungguhnya adalah tumbuhan malam
panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat dalam jargon fisiologi
tumbuhan. Tumbuhan hari-panjang sesungguhnya adalah tumbuhan malam pendek; apabila
ditanam pada fotoperiode malam panjang yang biasanya tidak akan menginduksi
perbungaan, tumbuhan hari panjang akan berbunga jika periode kegelapan terus menerus
diperpendek selama beberapa menit dengan pemberian cahaya.
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Dengan demikian, respons fotoperiode bergantung pada suatu panjang malam kritis.
Tumbuhan hari-pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama dibandingkan
dengan panjangl kritis(8 jam untuk cocklebur) tumbuhan hari-panjang akan berbunga ketika
malam hari lebih pendek dibandingkan dengan panjang malam kritiss. Industri penanaman
bunga telah menerapkan pengetahuan ini untuk menghasilkan bunga di luar musimnya.
Chrysanthemum, misalnya, adalah tumbuhan hari pendek yang biasanya berbunga pada
musim gugur, akan terapi perbungaannya dapat ditunda cara menyela seriap malam
panjang dengan seberkas cahaya, yang mengubah satu malam panjang menjadi malam
pendek menjadi malam pendek.
Kita membedakan tumbuhan hari panjang dengan tumbuhan hari-pendek bukan
melalui panjang malam absolut tetapi melalui panjang malam kritis yang menentukan jumlah
jam gelap maksimum (tumbuhan hari-panjang) dan jumlah jam gelap minimum (tumbuhan
hari-pendek) yang diperlukan untuk perbungaan.
Beberapa tumbuhan berbunga setelah dipaparkan pada fotopriode yang diperlukan untuk
perbungaan. Spesies lain memerlukan beberapa hari berurutan dengan fotoperiode yang
tepat.
Berdasarkan atas lamanya penyinaran yang diperlukan tumbuhan untuk
merangsang perbungaannya, tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan hari-panjang (long
day planth) , tumbuhan hari-pendek (short day Plant) dan tumbuhan hari netral
(day neutral plant). Yang dmaksud dengan paniang hari disini bukan panjang
hari secara mutlak, tetapi panjang hari kritis. Tumbuhan hari-panjang (LDP)
mungkin memiliki panjang hari kritis lebih pendek dari tumbuhan hari -pendek
(SDP). Dinyatakan bahwa tumbuhan hari-panjang akan berbungan apabila
memperoleh induksi penyinaran sama atau lebih dari panjang hari kritisnya dan
sebaliknya tumbuhan hari-pendek akan berbunga, apabila memperoleh penyinaran
sama atau lebih pendek dari panjang hari kritisnya.
Mula-mula diduga bahwa tumbuhan dirangsang perbungaannya oleh lamanya
panjang hari (day length). Tetapi kemudian percobaan yang dilakukan oleh ahli
fisiologi Amerika H.C. Hamner dan J.Bonner menunjukkan bahwa panjangnya malam
merupakan perioda yang kritis. Mereka menemukan bahwa Xanthium strumarium,
yang termasuk tumbuhan hari-pendek (SDP) akan berbunga apabila perioda gelapnya
dalam siklus hariannya melebihi 9 jam,seperti terlihat dalam Gambar 14-3.
16- j siang 8-j mlm Tdk berbunga
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
16- j siang 16-j mlm
8- j siang 8-j mlm Tdk berbunga
8-j siang 16-j mlm
Gambar 14.3 Diagram untuk menunjukkan pengaruh panjang dan pendeknya hari atau malam pada perbungaan Xanthium strumarium
Percobaan terakhir dari Hamner dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
melakukan gangguan pada perioda gelap dengan penyinaran akan menghilangkan
pengaruh Perioda ge!apnya. Hal ini dilakukan bai;k tumbuhan hari-panjang maupun
tumbuhan hari-pendek seperti dperlihatkan pada Gambar 14-4. Perlu dinyatakan disini
bahwa intensitas cahaya yang menggangu perioda gelap tidak perlu cahaya yang
kuat, cahaya bulan yang terang cukup bagi beberapa tumbuhan. Pada tumbuhan
hari-pendek tertentu, untuk mencegah gangguan sinar bulan, daun-daunnya
melipat pada waktu malam hari.
Gambar 14.4. Kontrol fotopriodik perbungaan. Tumbuhan hari pendek (tumbuhan malam-panjang) berbunga ketika malam melebihi suatu periode gelapkritis. Seberkas cahaya yan gmenyela periode gelap akan mencegah perbungaan. Tumbuhan hari panjang (tumbuhan malam-pendek) berbunga hanya jika malam lebih pendek dibandingkan dengan suau periode gelap kritis. Malam dapat diperpendek secara tiruan dengan memberikan seberkas cahaya.
Percobaan dengan kedelai (SDP) yang diberi penyinaran hari-pendek yang
tepat, kemudian perioda gelapnya diganggu dengan penyinaran cahaya
monokromatik dari spektrum cahaya, menunjukkan bahwa cahaya yang aktif
menghambat berada di daerah merah.
Pengaruh penghambatan oleh cahaya merah jauh (infra red = far red) dapat
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
dihilangkan oleh cahaya (red = r) dan demikian pula sebaliknya (percobaan
Hendrick dan Borthwick). Dalam percobaan tersebut diperlihatkan bahwa penyinaran
r dan fr secara bergantian, dapat menghiiangkan efek cahaya sebelumnya (Gambar
14-5). Dikatakan bahwa pada tumbuhan ada 2 bentuk pigmen yang berperan dalam
menyerap cahaya merah dan merah jauh, dan satu sama lain dapat saling berubah.
Pigmen tadi diketahui berupa protein yang berwarna merah; yang disebut fitokrom
(phytochrome = P).
Fitokrom ini sekarang dapat diisolasi dan dimurnikan, ternyata berupa
glikoprotein dengan berat molekul 125.000, mengandung gugus molekul tetrapirol
yang terbuka. Diantara kedua bentuk fitokrom ini. Pfr ternyata tidak stabil dan berubah
secara perlahan menjadi Pr dalam keadaan gelap.
Pemendekan panjang malam oleh cahaya merah dapat dihambat dengan pemberian
berkas cahaya yang memiliki panjang gelombang sekitar 730 nm. Panjang gelombang ini
berada pada bagian merah-jauh dari spektrum cahayah, hampir tidak terlihat oleh mata
manusia. Jika cahaya merah (R red) selama periode gelap diikuti oleh cahaya merah-jauh
(FR, far-red), tumbuhan tersebut akan mempersepsikan ti dak ada interupsi dalam panjang
malam. Suatu tumbuhan hari pendek tidak akan berbunga jika suatu malam dengan panjang
kritis disela oleh berkas cahaya R akan tetapi tumbuhan tersebut akan berbunga ketika ia
menerima dua berkas cahaya, pertama R dan kemudian FR. Membalik urutan ini menjadi
FR-R akan mencegah perbungaan.
Masing-masing panjang gelombang cahaya akan meniadakan pengaruh panjang
gelombang cahaya yang mendahuluinya. Tidak perduli berapa banyak berkas cahaya yang
diberikan, hanya panjang gelombang cahaya yang terakhir sajalah yang akan
mempengaruhi kemampuan pengukuran panjang malam oleh tumbuhan tersebut. Dengan
demikian, suatu rentetan berkas cahaya dengan urutan R-FR-R-FR-R akan mencegah
tumbuhan hari pendek untuk berbunga, akan tetapi perbungaan akan terjadi jika urutannya
adalah R-FR-R-FR-R-FR. Seperti yang diperkirakan, perilaku sebaliknya akan terjadi pada
tumbuhan haripanjang (gambar 14.5).
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gambar 14.5. Pengaruh reversibel cahaya merah dan cahaya merah-jauh pada respons fotoperiodik. Seberkas cahaya merah akan memendekkan periode gelap. Sberkas cahaya merah=jauh akan meniadakan pengaruh cahaya merah.
Fotoreseptor yang bertanggung jawab terhadap pengaruh dapat balik (reversibel) cahaya
merah dan cahaya merah-jauh adalah suatu fitokrom. Reseptor ini terdiri atas suatu
komponen protein yang terikat secara kovalen dengan suatu bagian nonprotein yang
berfungsi sebagai suatu kromofor, yaitu bagian penyerap cahaya pada molekul tersebut
(Gambar 14.6). Sejauh ini, peneliti telah mengidentifikasi lima fitokrom pada Arabidopsis,
masing-masing dengan suatu protein yang sedikit berbeda. Fitokrom yang berbeda
kemungkinan bisa menginduksi respons tumbuhan yang berbeda terhadap cahaya, atau
bisa saja dua atau lebih fitokrom bekerja sama untuk memicu respons tertentu.
Kromofor suatu fitokrom akan berubah bolak-balik antara dua bentuk isomer. Satu isomer
menyerap cahaya merah, dan yang lain menyerap cahaya merah-jauh. Kedua variasi
fitokrom itu-Pr, (yang menyerap cahaya merah) dan Pfr (yang menyerap cahaya merah-
jauh)-dikatakan bersifat fotoreversibel:
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Gambar 14.6. Struktur fitokrom. Fitokrom adalah homodimer, yang berarti bahwa masing-masing molkul terdiri atas dua protein identik (bagian kiri dan bagian kanan pada diagram yang disederhanakan ini) yang menyatu membentuk satu molekul fungsional. Masing-masing protein ini memiliki dua domain. Satu domain berfungsi sebagai fotoreseptor, terikat secara kovalen dengan suatu pigme nonprotein, kromor. Domain lain adalah protein yang memiliki aktivitas kinase menyatukan protein tersebut.
Interkonversi Pr <====>Pfr ini bertindak sebagasi uatum ekanisme pergantian yang
mengontrol berbagai kejadian dalam kehidupan tumbuhan.
(2). Mekanisme kerja fitokrom
Banyak hipotesis diketemukan tentang mekanisme kerja darl fitokrom. Salah satu
hipotesis menyatakan kerja biologi pada mekanisme kerja fitokrom ini terjadi setelah
terbentuknya Pfr.
Sumber fitokrom dapat diperoleh dari biji-biji yang etiolasi, sedangkan pada
jaringan yang normal hanya sedikit. Pada beberapa jaringan, perubahan Pr dan Pfr tidak
selalu diikuti dengan terjadinya respon morfogenetik. Perubahan Pr <===> Pfr prosesnya
tidak sesederhana seperti ditunjukkan di atas. Pengukuran dengan spektofotometer
menunjukkan bahwa Pfr mungkin dipecah oleh cahaya merah jauh daripada kembali ke
Pr. Pertmbahan Pr setelah Pfr disinari oleh cahaya merah jauh, tidak menunjukkan
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
hubungan secara kuantitatif dengan hilangnya Pfr. Diduga mungkin Pfr berubah menjadi
suatu derivat yang secara fotokimia tidak aktif.
(3) Induksi dan perkembangan bunga
Induksi fotoperiodisme sangat penting dalam perbungan atau lebih tepat kalau
disebut induksi panjang malam kritis. Respon tumbuhan terhadap induksi fotoperioda sangat
bervariasi, ada tumbuhan untuk perbungaannya cukup memperoleh induksi fotoperioda satu
kali saja, tetapi tumbuhan lain memerlukan induksi lebih dari satu kali. Xanthium strumarium
untuk perbungaannya memerlukan 8 x induksi fotoperioda yang harus berjalan terus
menerus. Apabila tanaman ini sebelum memperoleh induksi lengkap, mendapat gangguan
atau terputusnya induksi fotoperioda, maka tanama tersebut tidak akan berbunga.
Kekuranan induksi fotoperida yang telah diterima sebelumnya akan menjadi hilang. Untuk
memperoleh induksi yang lengkap, tanaman tersebut harus mengulangnya dari awal
kembali.
Di dalam menerima ransangan fotoperioda ini, organ daun diketahui sebagai organ
penerima rangsangan. Ada 4 tahap yang terjadi dalam respon perbungaan terhadap
rangsagan fotoperida: pertama mereima rangsangan; kedua, transformasi dari organ
penerima rangsangan menjadi beberapa pola metabolisme yang baru, yang berkaitan
dengan penyediaan bahan untuk perbungaan; ketiga, pengangkutan hasil metabolisme dan
keempat, terjadinya respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan perbungaan.
Beberapa percobaan dalam hubungan dengan rangsangan ini, menunjukkan bahwa
apabila daun dibuang segera setelah induksi selesai, tidak akan terjadi perbungaan;
sedangkan apabila daun dibuang setelah beberapa jam sehabis selesai induksi, tumbuhan
tersebut dapat berbunga. Rangsangan yang diterima oleh satu tumbuhan dapat diteruskan
pada tumbhan lain yang tidak memperoleh induksi, melalui cara tempelan (grafting)
sehingga tumbuhan tersebut dapat berbunga. Hormon yang berperan dalam perbungaan ini
adalah florigen yang masih meruakan hormon hipotesis.
Yang dimaksud dengan florigen diduga merupakan suatu kelompok senyawa, yang
berperan sebagai hormon. Disamping florigen, horon hipotesis yang lain adalah antesin
yang dikemukakan oleh Cholodny dari Rusia, merupakan hormon awal perbungaan. Antesin
dengan GA akan menghasilkan florigen untuk merangsang perbungaan.
14.3. VERNALISASI
Beberapa jenis tumbuhan lainnya berespons terhadap fotoperiode hanya jika telah
dipaparkan sebelumnya terhadap beberapa rangsangan lingkungan, seperti satu periode
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
suhu dingin. Gandum musim dingin, misalnya, tidak dapat berbunga kecuali jika telah
dipaparkan terhadap suhu di bawah 10oC selama beberapa minggu.
Perlakuan pendahuluan dengan suhu dingin sebelum perbungaan ini disebut
vernalisasi. Beberapa minggu setelah gandum musim dingin mengalami vernalisasi, suatu
fotopriode hari-panjang (malam-pendek) akan menginduksi perbungaan
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi diperlukan
pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan.
Sehubunga dengan perbungaan, adal dua varietas gandum yang memerlukan perlakukan
berbeda yaitu ”spring wheat” dan ”winter wheat”. ”Spring wheat” harus ditanam pada musim
semi, kemudian tumbuh dan berbunga. ”Winter wheat” apabila ditanam pada musim semi,
tumbuhan ini akan tumbuh tetapi hanya pertumbuhan vegetatif saja tidak diakhiri dengan
perbungaan. Agar supaya gandum ini dapat berbunga, penanamannya harus dilakukan
pada awal musim einter atau akhir musim gugur, agar biji-bijinya mengalami pendinginan
selama musim dingin, dan akan berkecambah pada musim semi kemudian tumbuh dan
akhirnya berbunga. Proses pendinginan dapat dilakukan secara artificial.
(1). Interaksi dengan Faktor lain
Chailakhyan menyatakan bahwa hanya tumuhan di daerah temperate yang mengalami
musim dingin, dapat kita harapkan memerlukan vernalisasi, dan ini adalah tumbuhan hari-
panjang (LPD). Tumbuhan hari-pendek biasanya berada di daerah sub-tropis.Ada sejumlah
interaksi yang ganjil. Pada Petkus rye (Secale cereale), kebutuhan akan vernalisasi dapat
diganti dengan perlakukan hari-pendek (short day), tetapi apabila tanaman ini telah
memperoleh vernalisasi, dia memerlukan induksi hari-panjang untuk peerbungaanya. Sama
halnya dengan Hyoscyamus niger memerlukan vernalisasi apabila dalam tahap roset dan
perbungaan akan terjadi hanya pada hari-panjang.
(2). Organ penerima rangsangan
Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi yaitu biji,
akar, embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi
mendapatkan perlakukan pendinginan, sedangkan bagian pcuk batang dihanyatkn, maka
tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernaliasi).
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Vernalisasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang terdiri dari beberapa proses.
Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam biji dan semua jaringan
yang dihasilkannya berasal dari meristem yang tervernalisasi. Pada Chrysanthemum,
vernalisasi hanya dapat terjadi pada meristemnya.
Zat yang bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin,
yaitu suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum berhasil diisolasi. Di dalam hal
perbungaan GA dapat menggntikan fungsi vernalin, meskipun GA tidak sama dengan
vernalin.
Pada H. Niger, pemberian GA dapat menggantikan vernalisasi: Menurut hipotesa
Chailkhyan, hal tersebut dapat terjadi sebagai berikut (hipotesis antesin).
Pada tumbuhan hari panjang, apabila mengalami vernaliasi akan menghasilkan vernalin,
dan apabila selanjutnya memperoleh induksi hari-panjang, vernalin akan berubah menjadi
giberelin, giberelin dengan antesin yang sudah tersedia pada tumbuhan hari-panjang akan
menghasilkan perbungaan.
Vernaliasi adalah suatu proses yang aerob, tidak akan terjadi vernalisasi kalau atmosfirnya
diganti N2. Disamping itu, vernalisasi merupakan proses kimia yang tidak biasa, karena
terjadi reaksi yang cepat pada suhu dingin.
......
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Perkecambahan biji selada (Lactuca sativa) yang disinari dengan spektrum
cahaya, memperlihatkan bahwa cahaya merah merangsang perkecambahan
sedangkan cahaya biru dan merah jauh tidak (lihat Gambar 14-5).
Penyerapan spektrum oleh Pr dan Pfr ditunjukkan pada Gambar 14-7. Dua
karakteristika yang perlu disebutkan disini yaitu kedua bentuk pigmen menyerap cahaya
biru, dan cahaya biru secara biologi aktif di dalam sistem, meskipun kurang kalau
dibanding dengan cahaya merah jauh. Karakteristika kedua adalah bahwa penyerapan
spektrum oieh Pr dan Pfr terjadi tumpang tindih pada daerah 650 - 690 nm, sehingga
penyinaran oleh cahaya merah tidak akan menghasilkan konversi Pr ke Pfr secara
sempurna, tetapi akan menghasilkan campuran kedua pigmen tersebut. Faktor ini akan
menjadi penting dalam diskusi mengenai kerja fitokrom.
Biologi UNM Tahun 2008
Fisiologi Tumbuhan Drs. Ismail, M.S.
Biologi UNM Tahun 2008