1.4. bahan ajar pembinaan masyarakat revisi ok

42
BAHAN AJAR PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI ASISTEN KEBUN KELAPA SAWIT KODE PROGRAM PELATIHAN : A.0126201.01.15 MEMBINA MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEBUN (Kode: TAN. KS01.004.01) KEMENTERIAN PERTANIAN RI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN Jl. Harsono RM No.3 Ragunan Jakarta Selatan 2015

Upload: jack

Post on 28-Jan-2016

244 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BINA

TRANSCRIPT

Page 1: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

BAHAN AJARPELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

ASISTEN KEBUN KELAPA SAWIT

KODE PROGRAM PELATIHAN : A.0126201.01.15

MEMBINA MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEBUN

(Kode: TAN. KS01.004.01)

KEMENTERIAN PERTANIAN RIBADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN Jl. Harsono RM No.3 Ragunan Jakarta Selatan

2015

Page 2: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

I. JUDUL : Membina Masyarakat Di Lingkungan Kebun.

II. KOMPETENSI DASAR

Setelah pembelajaran ini diharapkan para peserta dapat menyusun kegiatan

dan membina masyarakat di lingkungan kebun dengan baik.

III. Indikator Kompetensi

Setelah selesai mempelajari paket pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan

tentang :

1. Norma masyarakat di lingkungan kebun diidentifikasi dengan tepat.

2. Materi rencana kegiatan kemasyarakatan dibuat sesuai dengan budaya lokal.

3. Kegiatan kemasyarakatan di lingkungan kebun dilakukan dengan tepat

4. Hubungan kemasyarakatan di lingkungan kebun dilakukan secara

berkesinambungan

IV. LANGKAH KERJA (KUK)

1. Menjelaskan cara mengidentifikasi norma masyarakat di lingkungan kebun

dengan tepat.

2. Mengidentifikasi norma masyarakat di lingkungan kebun dengan tepat.

3. Menjelaskan cara membuat materi rencana kegiatan kemasyarakatan sesuai

dengan budaya lokal.

4. Membuat materi rencana kegiatan kemasyarakatan sesuai dengan budaya

lokal.

5. Menjelaskan cara melakukan kegiatan kemayarakatan di lingkungan kebun

dengan tepat.

6. Melakukan kegiatan kemayarakatan di lingkungan kebun dengan tepat.

7. Menjelaskan cara melakukan hubungan masyarakat di lingkungan kebun

secara berkesinambungan.

8. Melakukan hubungan masyarakat di lingkungan kebun secara

Berkesinambungan.

Page 3: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

V. TEORI FUNGSIONAL

Kekurang berdayaan masyarakat menghadapi perubahan lingkungan

menyebabkan lemahnya masyarakat beradaptasi terhadap perubahan ekosistem yang

terjadi. Ketidakberdayaan masyarakat ini dapat menyebabkan kesenjangan yang

semakin meluas antara masyarakat dengan masyarakat lainnya,maupun antara

masyarakat dengan pihak-pihak yang menjadi bagian dari perusahaan besar, yang

pada gilirannya dapat berujung pada konflik sosial yang berkepanjangan. Kesenjangan

dalam akses sumberdaya ekonomi antara pihak-pihak terkait, diantara masyarakat asli

dengan pendatang, perusahaan besar dan pihak terkait lainnya di Provinsi Riau

berpotensi menjadi sumber konflik social semacam itu. Oleh karena itu, pemberdayaan

masyarakat dapat menjadi salah satu solusi konflik yang efektif

Konflik sosial yang terjadi dan tidak terkelola dapat berdampak pada lemahnya

produktivitas masyarakat maupun pihak terkait, karena iklim lingkungan sosial yang

tidak kondusif. Sebaliknya bila, potensi konflik sosial bila dapat dikelola dengan baik

dapat berdampak positif bagi upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, namun bila

kurang mampu mengelolanya maka dapat berdampak buruk bagi kedamaian,

keserasian kehidupan sosial di kawasan tersebut.

Aspek permasalahan sosial yang berpotensi muncul, yaitu potensi konflik dan masalah

kesenjangan akses ekonomi antara masyarakat setempat dengan pendatang, serta

antara masyarakat dengan pihak perkebunan besar. Bagaimana mengelola potensi

konflik agar berdampak positif bagi kesejahteraan rakyat dan bagaimana model

pemberdayaan masyarakat yang perlu dikembangkan untuk menumbuhkan keserasian

hidup antar berbagai pihak yang berinteraksi dalam pemanfaatan sumberdaya lokal

terkait dengan pengembangan kebut sawit ke depan. Pada tingkat yang paling dasar,

kesejahteraan manusia yang beradab adalah kemampuan manusia untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya, yaitu : kecukupan pangan, sandang, papan, kesehatan dan

pendidikan (Sumardjo, 2010). Apabila kebutuhan dasarnya tersebut terpenuhi, kondisi

Page 4: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

tersebut dapat dikatakan sebagai kondisi aman pertama dalam kesejahteraan manusia.

Faktanya, perilaku

manusia itu sendiri sering kurang kondusif bagi upaya mewujudkan kesejahteraan

mereka, baik secara individu, keluarga maupun masyarakat, sehingga menyebabkan

kesenjangan dalam upaya mewujudkan kesejahteraannya. Disinilah peran pemerintah

terutama dan pihak-pihak terkait adalah mengembangkan suasana yang kondusif bagi

upaya-upaya mewujudkan kesejahteraan sosial secara beradab dan berkeadilan.

Secara keseluruhan menurut ADB (Sumardjo, 2010) dapat dibedakan tiga tingkatan

hierarki kebutuhan, yaitu: (1) survival, mencakup pangan/gizi, kesehatan, air

bersih/sanitasi, dan sandang; (2) Security, yaitu rumah, kedamaian, pendapatan, dan

pekerjaan; dan (3) Enabling, yaitu pendidikan dasar, partisipasi, perawatan keluarga

dan kondisi psikososial. Masyarakat yang semakin berdaya semakin mampu memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tersebut, sejalan dengan UU No 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial. Dengan demikian, penyelenggaraan pelayanan untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial menjadi lebih dini dan lebih bersifat pencegahan,

selain yang sifatnya penanganan masalah social yang sudah terjadi.

Dalam mukadimah UUD 1945 diamanatkan bahwa negara bertanggungjawab untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam

rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam UU No 11

Tahun 2009 pasal 1 telah diatur tentang bagaimana penyelenggaraan kesejahteraan

sosial. Dalam pasal yang sama dinyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup

layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi

sosialnya.

Asas Penyelenggaraan kesejahteraan sosial (UU No: 11 Tahun 2009 pasal 2) adalah

kesetiakawanan, keadilan, kemanfaataan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,

akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas, dan keberlanjutan. Hal ini banyak sejalan atau

bahkan hampir seluruhnya sejalan dengan asas penyuluhan. Asas Penyuluhan (UU No

Page 5: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

16 Tahun 2006 pasal 2) adalah demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan,

keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan,

berkeadilan, pemerataan, dan bertanggunggugat . Kalau diperhatikan kata-kata kunci

yang yang termuat dalam kedua undang-undang tersebut menunjukkan bahwa diantara

asas keduanya banyak yang sejalan atau bahkan sama (Sumardjo, 2010).

Tujuan Penyelenggaraan kesejahteraan sosial (UU No: 11 Tahun 2009 pasal 3) adalah

meningkatkan taraf kesejahteraan, mencapai kemandirian, meningkatkan ketahanan

sosial, dan meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia

usaha, serta kemampuan dan kepedulian masyarakat secara melembaga,

meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Tujuan ini

sejalan dengan tujuan penyuluhan dan arahnya menuju pembangunan berkelanjutan,

yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang partisipatif, mandiri. Dan berdaya (Sumardjo,

2010).

Pengertian Pembinaan

Pengertian Pembinaan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memberi

pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Berikut adalah isi

Undang-Undang ketenagakerjaan BAB XII Pembinaan :

1. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang berhubungan

dengan ketenagakerjaan.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud dapat mengikutsertakan unsur dunia usaha dan

masyarakat.

3. Pembinaan sebagaimana dimaksud, dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi

Pembinaan diarahkan untuk :

a. mewujudkan perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan;

b. mendayagunakan tenaga kerja secara optimal serta penyediaan tenaga kerja yang

sesuai dengan pembangunan nasional;

c. mewujudkan terselenggaranya pelatihan kerja yang berkesinambungan guna

meningkatkan kemampuan, keahlian dan produktivitas tenaga kerja;

Page 6: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

d. menyediakan informasi pasar kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja yang

sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan tenaga kerja pada pekerjaan yang

tepat;

e. menyelenggarakan sertifikasi keterampilan dan keahlian tenaga kerja sesuai dengan

standar;

f. mewujudkan tenaga kerja mandiri

g. menciptakan hubungan yang harmonis dan terpadu antara pelaku proses produksi

barang dan jasa yang diwujudkan dalam Hubungan Industrial Pancasila;

h. mewujudkan kondisi yang harmonis dan dinamis dalam hubungan kerja yang

meliputi terjaminnya hak pengusaha dan pekerja; dan

i. memberikan perlindungan tenaga kerja yang meliputi keselamatan dan kesehatan

kerja, norma kerja, pengupahan, jaminan sosial tenaga kerja, serta syarat kerja.

A. Norma masyarakat di lingkungan kebun

Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam norma yang berlaku

dan tentu harus dipatuhi bersama. Norma diartikan sebagai aturan-aturan yang berlaku

didalam masyarakat. Kehadirannya tentu bukan tanpa sebab, norma ini bertujuan untuk

menciptakan keteraturan didalam masyarakat sehingga menjadikan kehidupan

bermasyarakat yang aman, nyaman, tentram, tertib, dan sentosa. Dalam

pelaksanaannya, tidak semua orang bisa mematuhi norma-norma yang berlaku. Hal ini

disebabkan banyak faktor, diantaranya adalah tingkat pendidikan, kondisi ekonomi,

status sosial, dan lain-lainnya. Dan inilah macam-macam norma yang berlaku didalam

masyarakat Indonesia:

1. Norma Agama

Indonesia memang bukan merupakan negara agama, akan tetapi hampir seluruh

penduduknya beragama. Oleh karena itu, norma agama merupakan salah satu norma

yang berlaku didalam masyarakat kita. Norma agama itu sendiri merupakan peraturan-

peraturan yang bersumber langsung dari Tuhan YME, bisa berupa perintah-perintah

ataupun larangan-larangan. Norma ini seharusnya ditaati bagi siapa aja yang mengaku

Page 7: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

dia beragama, pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan siksa diakhirat

kelak.

Contoh-contoh dari norma agama antara lain:

Taat dalam menjalankan ibadah.

Menghormati orang-orang yang lebih tua.

Menghargai orang-orang yang lebih muda.

Tidak boleh berdusta (berkata bohong)

Tidak boleh mencuri barang milik orang lain

2. Norma Kesusilaan

Salah satu dari berbagai macam norma yang berlaku umum dimasyarakat kita adalah

norma kesusilaan. Norma ini munculnya dari hari sanubari yang paling dalam seorang

manusia. Parameter dari norma kesusilaan adalah ahlak, jika seseorang memiliki ahlak

yang baik tentu dia mentaati norma kesusilaan dengan baik, dan juga sebaliknya.

Pelanggaran terhadap norma kesusilaan adalah perasaan menyesal yang amat sangat

dari hati yang paling dalam. Norma ini berlaku umum dan universal, artinya tiap-tiap

manusia dapat menerimanya.

Contoh-contoh dari norma kesusilaan antara lain:

Berbuat baik terhadap setiap orang.

Selalu berbicara jujur dan tidak berdusta.

Menjalankan perintah orang tua.

Tidak berbuat curang atau menipu.

Tidak mencuri barang milik orang lain.

3. Norma Kesopanan.

Page 8: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Tidak bisa dipungkiri lagi jikalau kehidupan masyarakat Indonesia takan pernah lepas

dari norma kesopanan yang berlaku dimasyarakatnya. Norma kesopanan itu sendiri

memiliki arti aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat yang dibuat oleh masyarakat itu

sendiri sehingga akan tercipta masyarakat yang saling menghormati satu sama lain.

Pelanggaran terhadap norma ini akan sangat merugikan karena orang tersebut akan

dicela bahkan dikucilkan oleh masyarakat, hal ini dikarenakan norma ini bersumber dari

keyakinan masyarakat itu sendiri.

Contoh-contoh dari norma kesopanan antara lain:

Berpakaian sopan ditengah masyarakat.

Berbicara sopan kepada orang tua.

Membuang sampah pada tempatnya.

Tidak berbicara ketika makan.

Tidak meludah disembarang tempat.

4. Norma Kebiasaan

Macam-macam norma yang berlaku didalam masyarakat Indonesia lainnya adalah

norma kebiasaan atau habit. Norma ini muncul akibat dari perbuatan yang dilakukan

oleh masyarakat secara berulang-ulang dan dalam bentuk yang sama sehingga

menjadikannya suatu kebiasaan. Jika ada orang yang tidak melakukannya, maka orang

tersebut dianggap aneh oleh masyarakat setempat. Jika norma ini dilakukan secara

terus menerus dan oleh masyarakat yang lebih luas, bukan tidak mungkin norma ini

menjadi suatu budaya bangsa.

Contoh-contoh dari norma kebiasaan antara lain:

Mudik ketika menjelang lebaran.

Kegiatan-kegiatan selamatan.

Syukuran kelahiran bayi.

Page 9: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Upacara-upacara adat istiadat.

Kegiatan-kegiatan adat.

5. Norma Hukum

Indonesia adalah negara hukum, sehingga tiap-tiap warganya menjungjung tinggi

norma hukum yang berlaku. Norma Hukum sendiri memiliki arti peraturan-peraturan

yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang untuk mengikat setiap warganya

agar senantiasa taat pada hukum yang berlaku. Adapun pelanggaran terhadap norma

ini akan dikenakan hukuman, bisa berupa penjara, denda maupun hal-hal lainnya. Satu

hal yang istimewa dari norma hukum adalah sifatnya yang memaksa.

Contoh-contoh norma hukum antara lain

Berbuat korupsi akan mendapatkan hukuman

Membunuh orang lain akan mendapatkan hukuman

melanggar ketertiban umum akan mendapatkan hukuman

Berbuat teror akan mendapatkan hukuman

Menipu orang lain akan mendapatkan hukuman

Nah itulah pembahasan mengenai macam-macam norma yang berlaku didalam

kehidupan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya munculnya norma-norma tersebut

adalah baik yaitu untuk mengatur kehidupan manusia menjadi lebih baik lagi. Jadi,

sudah sepatutnya kita senantiasa taat menjalani kelima macam norma yang berlaku

tersebut, yaitu norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma kebiasaan,

dan norma hukum. Semoga dengan ketaatan kita kepada norma-norma tersebut,

negara ini akan menjadi negara yang aman, tertib dan tentram.

Page 10: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

B. Materi rencana kegiatan kemasyarakatan dibuat sesuai dengan

budaya lokal.

1. Strategi Pembinaan SDM masyarakat

Strategi pembinaan pelatihan SDM masyarakat sekitar kebun diarahkan agar

pelatihan kerja mampu berfungsi memenuhi tuntutan pasar kerja. Hal ini perlu dilakukan

sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan teknologi dan perkembangan

pembangunan.

Strategi pelatihan kerja menggunakan pendekatan kesisteman dan dibina secara

terpadu, berkesinambungan, berperan secara optimal dan menghasilkan tenaga kerja

yang siap pakai, terampil, disiplin dan produktif.

Dalam strategi pembinaan pelatihan dikenal adanya trilogi latihan kerja sebagai berikut :

a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan

kerja.

b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses

kaitan dengan pendidikan, latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.

Jelas bahwa semua upaya-upaya pelatihan bermuara pada pasar kerja sehingga tidak

satupun peserta latihan menjadi penganggur. Oleh karena itu didalam strategi pelatihan

perlu diadakan pembaharuan-pembaharuan total pada beberapa kebijakan sebagai

berikut :

a. Mengizinkan lembaga pelatihan swasta (LPS) yang berperan bisnis.

Untuk menggalakkan pelatihan maka pemerintah sewajarnya mencari mitra usaha

pelatihan yang mengusahakan berbagai jenis pelatihan terutama :

Pelatihan-pelatihan teknologi canggih

Pelatihan-pelatihan konstruksi berat

b. Mengadakan pelatihan bagi para sarjana untuk dapat mandiri.

Model pekerja mandiri sarjana perlu dibantu dengan tempat kerja, alat kerja, bahan

kerja, model kerja dan berbagai informasi tentang pasar kerja. Sarjana-sarjana

Page 11: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

tersebut merupakan pelopor usaha mandiri (POM) yang dapat diprogramkan

dengan kerja sama universitas, pemerintah, perusahaan dan pertisipasi masyarakat

setempat. POM tersebut diharapkan sebagai motivator dan dinamisator dalam

pembangunan didaerah. PMO merupakan kelas menengah yang dapat mencerna

kebijakan pemerintah terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat setempat dan

sebaliknya, sehingga implementasi dari kebijakan pemerintah dapat sejalan dangan

pasar kerja yang ada.

2. PENGEMBANGAN SDM

Pengembangan manajeman adalah suatu proses bagaimana manajemen

mendapatkan pegalaman, keahlian dan sikap untuk menjadi atau meraih sukses

sebagai pemimpin dalam organisasi mereka. Karena itu, kegiatan pengembanagn

ditunjukan membantu karyawan untuk mendapat menangani jawabannya dimasa

mendatang, dengan memperhatikan tugas dan kewajiban yang dihadapi sekarang.

Walaupun pelatihan dapat membantunkaryawan untuk mengerjakan pekerjaan

mereka saat ini, keuntungan dari program pelatihan dapat diperoleh sepanjang karirnya

dan dapat membantu peningkatan karirnya dimasa mendatang. Pengembangan,

sebaliknya, dapat membantu individu untuk memegang tanggung jawab dimasa

mendatang.

c. Sasaran Pelatihan dan Pengembangan

Sasaran pelatihan yang dapat dirumuskan dengan jelas akan bermanfaat dalam :

Menjamin konsistensi dalam menyusun program pelatihan yang mencakup

materi, metode, cara penyampaian, sarana pelatihan;

Memudahkan komunikasi antara penyusun program pelatihan dngan pihak yang

memerlukan pelatihan ;

Memberiakan kejelasan bagi peserta tentang apa yang harus dilakukan dalam

rangka mencapai sasaran ;

Memudahakan penilaian peserta dalam mengikuti pelatihan ;

Memudahkan penilaian hasil program pelatihan;

Page 12: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Menghidari kemungkinan konflik antara penyelenggara dengan orang yang

meminta pelatihan mengenai efektivitas pelatihan yang diselenggarakan.

Tujuan dari pelatihan dan pengembangan adalah :

Untuk meningkatakan kuantitas output;

Untuk meningkatkan kualitas output;

Untuk mrnurunkan biaya limbah dan peraatan;

Untuk menurunkan jumlah dan biaya terjsdinya kecelakaan;

Untuk menurunkan turnover, ketidak hadiran kerja serta meningkatkan

kepuasan kerja;

Untuk mencegah timbulnya antipati karyawan.

d. Metode Pelatihan dan Pengembangan

1. On the Job Training :

On the job training adalah metode yang sudah sangat popular dalam dunia

pelatihan karyawan. OJT sendiri secara definisi adalah melatih seseorang untuk

mempelajari pekerjaan sambil mengerjakanya (Gary Dessler,2006:285). Pelatihan yang

diberikan pada saat karyawan bekerja. Sambil bekerja seperti biasa, karyawan

memperoleh pelatihan, sehingga dapat memperoleh umpan balik secara langsung dari

pelatihnya (Handoko, 1989). Dilakukan oleh semua perusahaan, terutama untuk

karyawan baru s/d karyawan yang berpengalaman. Keuntungannya: relatif tidak mahal,

peserta pelatihan bisa belajar sambil tetap menjalankan proses produksi, tidak perlu

ruang kelas khusus. Bentuk pelatihan on the job training :

Coaching/pendampingan: karyawan dibimbing, diarahkan oleh atasan / supervisor /

karyawan lain yang lebih berpengalaman. Hungan mereka serupa dengan

hubungan karyawan- tutor. Cara ini akan berjalan efektif apabila periode selama

bimbingan dan umpan balik diperpanjang

Rotasi pekerjaan: peserta pelatihan ditugaskan untuk berpindah dari satu bagian ke

bagian pekerjaan yang lain dalam satu perusahaan, dengan interval yang

terencana, sehingga diperoleh pengalaman kerja. Cara ini umum dipakai dalam

melatih manajer dengan level manajerial apapun juga.

Page 13: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Magang/apprenticeship training: merupakan pembelajaran bagi karyawan baru

kepada karyawan lama yg lebih berpengalaman.

Pelatihan Instruksi Jabatan (Job Instruction Training): diberikan untuk pekerjaan

yang terdiri dari urutan langkah-langkah yang logis. Semua langkah perlu ditata

dalam urutan yang tepat. Petunjuk pengerjaan diberikan secara langsung pada

pekerjaan yang sedang dilakukan. Contoh sederhana: mengoperasikan mesin pintal

benang.

Planned progression yaitu pemindahan karyawan dalam salura-saluran yang telah

ditentukan melalui tingkatan-tingkatan organisasi yang berbeda-beda.

Penugasan sementara

Sistem penilaian prestasi formal

2. Off the Job Training:

Teknik pelatihan yg dilakukan di luar waktu kerja, dan berlangsung di lokasi jauh dari

tempat kerja, agar perhatian peserta lebih terfokus. Peserta pelatihan menerima

presentasi tentang aspek tertentu, kemudian mereka diminta memberikan tanggapan

sebagaimana dalam kondisi yang sebenarnya. Dalam teknik ini juga digunakan metode

simulasi. Keuntungan Off the Job Training :

Trainer/ Instruktur harus lebih trampil dalam mengajar, karena tidak ada

tuntutan pekerjaan yang lain.

Trainee/ karyawan terhindar dari kekacauan dan tekanan situasi kerja,

sehingga mampu konsentrasi lebih baik/ lebih terfokus perhatiannya.

Tidak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan di perusahaan.

Waktu dan perhatian lebih memadai

4. Simulasi, permaian yang dapat dibagi menjadi 2 macam : simulasi yang melibatkan

simulator yang bersifat mekanik ( mesin) yang mengandalkan aspek-aspek utama

dalam situasi kerja, simulasi computer, keadaan yang sesuai dengan program yang

ada dikomputer.

5. Studi Kasus, adalah pelatiha yang menggunakan deskripsi tertulis dari suatu

permasalahan real yang dihadapi oleh perusahaan atau perusahaan lain.

Page 14: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

6. Role Playing, adalah metode pelatihan yang merupakan perpaduan antara metode

kasus dan program pengembangan sikap.

7. Business game, menekankan pada pengembanagan kemampuan problem solving.

8. Balai Pelatihan (Vestibule Training): Merupakan alternatif untuk mengatasi

kekurangan pada metode pelatihan di tempat kerja (on the job). Jenis pekerjaan

yang dilatih adalah sama dengan pelatihan di tempat kerja. Cocok digunakan bila

jumlah peserta pelatihan melebihi kemampuan supervisior lini

9. Laboratorium: di mana seseorang belajar menjadi lebih sensitif terhadap orang

lain,lingkungan dan sebagainya

10.Program Pengembangan Eksekutif: di mana para manajer berpartisipasi dalam

program-program yang di buka untuk umum melalui penggunaan alias

kaskus,simulasi,dan metode pengajaran lainya

11.Ceramah, adalah pendekatan terkenal karena menawarkan sisi ekonomis dan

material organisasi, tetapi partisipasi, umpan balik, transfer dan repetisi sama

rendah. Televise, film, slide dan film pendek sama dengan ceramah.

C. Kegiatan kemasyarakatan di lingkungan kebun

1. Model Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat yang efektif membuat masyarakat menjadi berdaya,

yaitu masyarakat menjadi lebih dinamis, lebih adaptif terhadap perubahan yang terjadi

di lingkungannya, lebih mampu akses teknologi tepat guna, luas wawasan, kosmopolit,

dan empati terhadap pihak luar. Perubahan dari sistem sosial Tradisional tersebut

terjadi melalui proses penyadaran dan partisipatif (Sumardjo, 2010). Dalam

pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan peluang, ancaman, permasalahan

dan potensi sumberdaya lokal yang ada, seperti yang telah diuraikan pada pokok

bahasan sebelumnya.

Peluang yang dapat dikembangkan misalnya : (1) kerjasama dalam pemanfaatan

kontribusi perusahaan dalam pembangunan masyarakat melalui alokasi dana CSR

Page 15: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

yang terencana dalam jangka menengah maupun jangka panjang, (2) memanfaatkan

dana APBD yang tersedia dengan mengoptimalkan peran penyuluh pertanian/

perkebunan, dan (3) memanfaatkan keberadaan lembaga perguruan tinggi dan

kelembagaan lembaga swadaya masyarakat melalui pengembangan kemitraan sinergis

antara peran Pemerintah Daerah, Swasta, Masyarakat dan Perguruan Tinggi.

Dalam hal pemberdayaan masyarakat ini penting kehadiran agen pemberdayaan

seperti penyuluh atau fasilitator pemberdaya sangat diperlukan untuk berfungsi sebagai

pendamping pengembangan masyarakat. Bagaimana peran penyuluh sebagai

pemberdaya bagi masyarakat tradisional adalah (Sumardjo, 2010) :

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah

2. Mengunakan hubungan untuk perubahan

3. Mendiagnosis masalah

4. Mendorong motivasi untuk berubah

5. Merencanakan tindakan pembaharuan

6. Memelihara program pembaharuan dan mencegah stagnasi

7. Mengembangkan kapasitas kelembagaan

8. Mencapai hubungan terminal untuk secara dinamis mengembangkan proses

perubahan yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan.

Pemberdayaan masyarakat di lingkup perkebunan sawit perlu memperhatikan

aspek keberlanjutan usaha di sektor pertanian. Kini sudah cukup dikenal istilah

pertanian berkelanjutan (sustainable development) yang memadukan tiga tujuan yang

meliputi : (1) pengamanan lingkungan, (2) pertanian yang secara ekonomi

menguntungkan, dan (3) terwujudnya kesejahteraan sosial (Gold, 1999).

Pertanian berkelanjutan merupakan suatu pendekatan sistem yang memahami

keberlanjutan secara mutlak, yang memahami sudut pandang ekosistem lokal,

masyarakat yang terkait dengan system pertanian, baik lokal maupun global, sehingga

dapat menjadi instrumen menggali interkoneksi antar pertanian dan aspek lain dari

lingkungannya dalam jangka panjang. Secara teknis pertanian, keberlanjutan

agroekosistem menjadi berarti (Gliessman, 1998 dalam Sumardjo, 2009) : (1)

memelihara basis sumberdaya alam, (2) menyandarkan pada minimasi penggunaan

input buatan dari luar system pertanian, (3) mengendalikan hama dan penyakit melalui

Page 16: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

mekanisme aturan internal, dan (4) perbaikan ulang kerusakan yang disebabkan oleh

kegiatan budidaya dan aktivitas panen.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pengembangan kesempatan,

kemauan/motivasi, dan kemampuan masyarakat untuk dapat lebih akses terhadap

sumberdaya, sehingga meningkatkan kapasitasnya untuk menentukan masa depan

sendiri dengan berpartisipasi dalam mempengaruhi dan mewujudkan kualitas

kehidupan diri dan komunitasnya. Tujuan jangka pendek pemberdayaan sebaiknya

jelas (spesific), terukur (measurable), sederhana (relistic), sehingga merupakan kondisi

yang mendorong minat masyarakat untuk mewujudkannya (achievable) dalam waktu

tertentu.

Tujuan pemberdayaan yang lebih kompleks perlu ada dan sebaiknya ditetapkan

sebagai tujuan dalam jangka panjang (vision). Visi yang jelas berpotensi untuk menjadi

pemandu kegiatan kerjasama diantara masyarakat untuk menetapkan tujuan-tujuan

jangka pendek pemberdayaan, sehingga proses pemberdayaan menjadi lebih terarah,

efektif dan efisien. Hal ini disebabkan setiap proses pemberdayaan menuju pada suatu

kondisi kehidupan di masa yang akan datang yang lebih jelas (Sumardjo, 2009).

Tujuan pemberdayaan seyogyanya didasarkan pada kebutuhan riil (real-needs)

masyarakat dan bukan hanya sekedar kebutuhan yang dirasakan (felt-need). Idealnya

kebutuhan yang dirasakan masyarakat adalah kebutuhan riilnya. Oleh karena itu,

siapapun pelaku pemberdaya semestinya mampu mengenali dengan baik kebutuhan riil

masyarakat dan secara dialogis dikomunikasikan sedemikian rupa dengan masyarakat

sehingga menjadi kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat.

Dalam kontek penerapan tanggungjawab sosial perusahaan yang akhir-akhir ini

cukup banyak dikembangkan, kebutuhan yang diangkat sebagai tujuan dalam

pemberdayaan seyogyanya merupakan konsensus antara pihak-pihak yang

mendefinisikan kebutuhan, misalnya pemerintah, perusahaan, masyarakat/LSM dan

pemberdaya atau pemberi pelayanan serta akademisi/peneliti. Peran pemberdaya

mengupayakan dialog antara para pendefinisi kebutuhan sehingga diperoleh konsensus

mengenai kebutuhan masyarakat secara partisipatif. Diutamakan, pendefinisian

kebutuhan oleh masyarakat sendiri, dengan cara mengajak orang untuk berdialog dan

Page 17: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

mengembangkan kemampuan warga untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka yang

sesungguhnya (Sumardjo, 2009).

Salah satu prinsip penting dalam pemberdayaan adalah menghargai lokal

(valuing the local). Prinsip-prinsip ini tersirat oleh gagasan pembangunan yang bersifat

“bottom up”. Prinsip-prinsip ini berpusat pada gagasan untuk menghargai pengetahuan

lokal, nilai-nilai, keyakinan, ketrampilan, proses dan sumber daya suatu masyarakat.

Dengan demikian lebih mudah meyakinkan masyarakat dan mengembangkan

partisipasi masyarakat dalam proses pemberdayaan tersebut (Sumardjo, 2007).

Pemahaman paradigma dalam pengembangan kapasitas petani bergeser dari

masa ke masa. Pada masa sistem pembangunan pertanian yang sentralistis tampak

prioritas dalam penyuluhan adalah (Sumardjo, 2009): Better farming, better business,

better living; Masa Transisi Agribisnis-Reformasi adalah Betterbusiness, better farming,

better living; dan Masa Reformasi adalah Better living, better business, better farming.

Peran pemberdaya penting dalam proses pemberdayaan, yaitu melakukan hal-

hal berikut: (1) analisis situasi, potensi, permasalahan dan kebutuhan, kini dan ke

depan, (2) mengembangankan penyadaran kemungkinan timbulnya masalah

(realneeds), (3) mengembangkan pengetahuan, (4) wawasan dan menyusun kerangka

berfikir/ bertindak, (5) mengembangkan alternatif tindakan yang tepat bagi upaya

peningkatan nilai tambah usaha tani, (6) mendampingi dalam proses pengambilan

keputusan usahatani yang dikelola secara optimal, (7) mengembangkan motivasi

pelaku utama dan pelaku usaha, (8) mengevaluasi dan mengembangkan kompetensi

pelaku utama, dan (9) mengembangkan kemandirian melalui peningkatan perilaku dan

peningkatan kapasitas kelembagaan sosial-ekonomi petani secara partisipatif

(Sumardjo, 2007 diadaptasi dari Chambers).

Dalam proses pemberdayaan seperti ini dilihat dari perspektif pemerintah maka

tujuannya adalah tidak hanya meningkatkan produksi pertanian khususnya pangan dan

perkebunan, merangsang pertumbuhan ekonomi, namun juga harus dimaksudkan

untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat desa (pelaku

utama, pelaku usaha) dan rakyat, serta mengusahakan pertanian (agroekosistem)

berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut sering dalam prakteknya

dihadapkan pada masalah-masalah potensi konflik berikut (Sumardjo, 2009):

Page 18: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

1. Peningkatan produksi versus penetapan harga produk

2. Peningkatan dan pencapaian target produksi versus cara tidak partisipatif dan

berorientasi target

3. Intervensi top down versus upaya pemberdayaan dan pengembangan

kemandirian petani

4. Penyuluhan atau pemberdayaan sebagai instrumen pemerintah (mengejar target

produksi) versus instrumen rakyat (peningkatan kesejahteraan)

5. Mengutamakan kepentingan pemerintah atau perusahaan, versus

mengutamakan kepentingan rakyat

Seyogyanya ditempuh solusi berupa proses pemberdayaan dengan pendekatan dialog,

dengan

komunikasi konvergen dan pengembangan pola-pola kemitraan sinergis.

2. Konseptual Kemitraan sebagai Alternatif Solusi Konflik melalui Pemberdayaan

Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama sinergis antar berbagai pihak terkait

yang sifatnya saling mendukung, saling memperkuat dan saling ‘menghidupi’. Terkait

dengan pengelolaan potensi konflik ini kemitraan perlu terjadi antara pihak-pihak terkait

serta peranan masing-masing harus jelas :

1. Kemitraan Pemerintah-Dunia Usaha

Peran yang dimainkan pemerintah Peran pemerintah : mandating, fasilitating,

partnering, endorsing untuk mengembangkan sinergi kegiatan bersama pemerintah

dengan pihak Terkait.

2. Kemitraan Masyarakat-Dunia Usaha

Harapan masyarakat terhadap dunia usaha adalah peningkatan pendapatan,

kontribusi perusahaan, dan tumbuhnya kebanggaan atas keberadaan perusaah

tersebut di daerah itu.

3. Keterlibatan masyarakat dalam program CSR, yang perlu dikembangkan adalah

bagaimana dapat ditingkatkan manfaat komunitas pada perusahaan dan manfaat

perusahaan pada komunitas.

Page 19: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Berikut ini sekedar pemikiran yang diangkat dari pengalaman dan pemikiran

yang sifatnya masih perlu diuji lebih lanjut, yaitu bagaimana peran-peran pihak terkait

dapat dikembang dalam kemitraan tersebut. Peran pemerintah dalam pemberian

mandat (mandating) terutama dalam : penyusunan standar kinerja bisnis dan

mengontrol implementasi peraturan perundangan/ Perda terkait. Peran memfasilitasi

(fasilitating) meliputi upaya mewujudkan suasana kondusif dan insentif bagi praktek

CSR (perbaikan sosial dan lingkungan), sedangkan peran dalam pengembangan

kemitraan (partnering) adalah berupaya mewujudkan kemitraan strategis antara

permerintah, perusahaan besar, masyarakat dan perguruan tinggi. Dalam hal ini

diupayakan perlu terwujudnya masyarakat madani ( harmoni social dan lingkungan)

serta keaktivan masyarakat sebagai partisipan melalui kegiatan para fasilitator

pemberdaya. Peran pemerintah lainnya adalah memberikan dukungan (Endorsing)

politik/ kebijakan demi terselenggaranya sinergi kemitraan antar pihak terkait dalam

kemitraan.

Peran pemerintah tersebut terutama dalam hal-hal berikut: (1) Menetapkan dan

menjamin pencapaian standar minimal, (2) Kebijakan publik tentang peran bisnis

perusahaan besar, (3) pengembangan tata-pamong korporat (corporate governance)

yang bersih, (4) Pengembangan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung

pembangunan daerah dan Pertanggungjawab, (5) filantropi dan community

development, (6) Keterlibatan pihak terkait sebagai representasi stakeholders, (7)

mengarahkan upaya produksi dan konsumsi yang mendukung aplikasi CSR yang efektif

bagi pemberdayaan masyarakat, dan bila perlu ada (8) sertifikasi yang mendukung

CSR, standar beyond compliance, sebagai insentif bagi sistem manajemen perusahaan

yang peduli pengembangan masyarakat yang disertai transparansi dan pelaporan CSR

secara teratur, dan (9) memperjelas pedoman proses multipihak dan konvensi dalam

kemitraan yang sinergis.

Perlu diupayakan bagaimana meningkatkan peran komunitas dalam berkontribusi

terhadap Reputasi dan citra yang lebih baik bagi perusahaan perkebunan, melegitimasi

untuk perusahaan

beroperasi secara sosial, menyediakan untuk pemanfaatan tenaga kerja local. Di

samping itu peran masyarakat juga dapat berkembang kearah terwujudnya keamanan

Page 20: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

yang lebih besar bagi operasinal perusahaan dan terpeliharaannya pemanfaatan

infrastruktur lingkungan sosial ekonomi lebih baik.

Perusahaan dapat mengembangkan personel yang kompeten dan komitmen

sebagai tenaga kerja melalu pelatihan bagi calon tenaga kerja, serta mengembangkan

sikap pemasok, pemberi jasa, pelanggan lokal yang kondusif bagi operasional

perusahaan. Masyarakat juga dapar berperan sebagai labatorium pembelajaran untuk

berinovasi bagi perusahaan. Di sisi lain dapat dikembangkan manfaat keberadaan

perusahaan bagi masyarakat antara lain melalui : ketersediaan peluang kerja/ usaha,

pengalaman kerja, pelatihan ketrampilan, pendanaan investasi komunitas,

pengembangan infrastruktur , dan pengembangan keahlian komersial bagi

masyarakat sekitar. Peran lain yang berpotensi dapat dikembangkan oleh perusahaan

misalnya

mengembangkan kompensasi teknis dan personal pekerja, membantu mempromosikan

bagi prakarsa prakarsa komunitas yang sejalan dengan kebutuhan yang lebih luas,

serta pengembangan jaringan kerjasama lebih luas usaha produktif lokal.

D. Hubungan kemasyarakatan di lingkungan kebun dilakukan secara

berkesinambungan

1. Persepsi Terhadap Kehadiran proyek Perkebunan Kelapa Sawit

Persepsi terhadap kehadiran proyek perkebunan kelapa sawit umumnya

popsitif, walaupun ada diantaranya yang memiliki persepsi negatif. Hal ini tidak berarti,

pembangunan proyek perkebunan kelapa sawit adalah bentuk ideal bagi masyarakat.

Persepsi negatif  terhadap pembangunan perkebunan kelapa sawit, selain dipengaruhi

oleh kesan terhadap program transmigrasi yang kurang berhasil, juga nasib para

transmigran lokal yang ikut serta dalam program transmigrasi tidak mendapat perlakuan

yang sama seperti transmigran dari luar daerah. Karena itu, mereka hawatir  akan

mengalami nasib yang serupa. Berangkat dari realitas sosial yang mereka alami

tersebut, ada sebagian masyarakat yang  tidak mau menyerahkan tanahnya untuk

dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit itu, sehingga ketika  pertama proyek

Page 21: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

ini mulai digarap pada tahun 1982 ditemukan beberapa daerah enklave (adanya lahan

perladangan atau jamih dan kebun karet rakyat) ditengah-tengah lingkungan perkebun

kelapa sawit.

Persepsi lain adalah akan mendapat ganti rugi atas tanah dan tanam tumbuh

yang ada di atasnya. Namun dalam kenyataannya persepsi masyarakat ini berbeda

dengan persepsi pihak pemerintah yang memandang bahwa hutan adalah milik negara

diperuntukan untuk kemakmuran rakyat, karena itu terhadap tanah-tanah masyarakat

yang terkena areal perkebunan kelapa sawit tersebut pihak pemerintah tidak memberi

ganti rugi kepada masyarakat setempat.  Harapan lain adalah dapat diterima sebagai

karyawan tetap proyek perkebunan, dengan alasan untuk mendapatkan uang tunai

secara tetap setiap bulan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dalam

keluarganya. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Dove (1986 dalam Sapardi, 1991)

bahwa msyrkat pedalaman (baca: orang Dayak) berusaha meminimkan resiko, yaitu

menginginkan jaminan atas tersedianya pekerjaan tetap untuk mendapatkan sumber

uang tunai secara teratur dan tetap. Namun dalam kenyataan mereka hanya dapat

menjadi tenaga buruh perkebunan atau pekerja kasar, sementara itu tenaga karyawan

banyak diisi oleh penduduk yang berasal dari daerah lain. Karena untuk menjadi

karyawan dituntut persyaratan administratif yang ketat dan kaku.

2. Perubahan Lapangan Kerja dan Diversifikasi Pekerjaan

Lapangan pekerjaan  setelah kehadiran proyek Perusahaan Inti Rakyat

Perkebunan kelapa sawit, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama yang

sementara dan; kedua yang tetap. Pekerjaan yang sementara  yaitu  membangun

sarana  perumahan di lingkungan proyek perkebunan kelapa sawit. Pekerjaan ini

berlangsung tidak begitu lama sebab dalam beberapa bulan kemudian bangunan yang

digunakan untuk perumahan karyawan proyek perkebunan kelapa sawit jadi dan bisa

ditempati, para tukang itu keluar. Jenis pekerjaan yang tetap  antara lain, adalah tenaga

buruh perkebunan,  karyawan pabrik, staf karyawan proyek perkebunan, usaha

angkutan buah kelapa sawit, dan angkutan pupuk serta obat hama penyakit tanaman.

Lapangan pekerjaan baru dari luar antara lain bengkel kendaraan bermotor, kios

bensin, warung atau toko, kiostel, warung kopi, rumah makan, dan pembangunan

Page 22: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

sarana jalan. Tenaga kerja sebagian besar adalah masyarakat setempat, bahkan

diantara mereka ada yang menjadi pedagang besar.

3. Perubahan Sistem Hubungan Kerja

Kehadiran proyek perkebunan kelapa sawit, beberapa aspek kehidupan seperti

sistem gotong royong masih berlaku, tetapi perkembangan dan perbedaan fungsi dalam

masyarakat dewasa ini cenderung mengubah bentuk gotong royong itu. Kenyataan ini

sesuai dengan teori solidaritas organik dan mekanik Durkheim (dalam Veeger, 1992)

menyatakan  bahwa pada bentuk solidaritas organik, terintegrasi karena adanya

keseragaman pola-pola relasi sosial, yang dilatar belakangi oleh kesamaan pekerjaan

dan kedudukan semua anggotanya, sedangkan solidaritas mekanik, dimana

masyarakat mulai berubah, setelah pertambahan penduduk memaksa masyarakat

untuk merundingkan suatu pembagian kerja. Pembagian ini mengakibatkan perbedaan

kepentingan, status dan pikiran yang menjurus kepada pola interaksi yang parsial dan

fungsional, untuk mencapai kesatuan dibutuhkan undang-undang, peraturan-peraturan,

kontrak atau perjanjian, dan suatu ideologi atau seperangkat nilai-nilai yang bersifat

lebih umum dan abstrak.  

Perubahan sistem hubungan kerja tersebut, sejalan dengan semakin

intensifnya peredaran uang di lingkungan mereka, karena proyek perkebunan

menganut managemen modern yang dalam imbalan tenaga selalu dibayar dalam

bentuk uang kontan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayogyo (1985), bahwa kehadiran

proyek ekonomi dari luar yang dikerjakan secara modern telah menghacurkan pranata

desa tradisional berazaskan tolong menolong yang diganti dengan sistem upah yang

dibayar dengan uang.

Dengan demikian sistem upah modern pada umumnya berorientasi pada

keuntungan yang sebesar-besarnya, karena itu dasar kerja yang dugunakan adalah

pembagian kerja yang jelas  dan menuntut dilakukan secara  profesionalisme. Sistem

upah yang rasional yang dipraktekkan secara modern oleh pihak perkebunan kelapa

sawit, sudah berpengaruh terhadap sistem upah tradisional. Pada saat ini, akibat

masuknya proyek perkebunan kelapa sawit, prinsip kebersamaan secara tradisional

yang sejak dulu menjadi sistem nilai hidup bermasyarakat untuk menjamin

Page 23: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

kelangsungan kehidupan bergeser menjadi sistem nilai yang berbentuk konkrit dalam

bentuk imbal jasa berupa upah, terutama  aktivitas dalam memelihara perkebunan.

Peralihan dari sistem upah tradisional ke arah sistem upah modern telah

mumunculkan  struktur sosial baru di dalam masyarakat pedalaman yakni adanya

golongan pencari upah atau pekerja diperkebunan yang hidup berdampingan dengan

para pendatang.

4. Perubahan Pola Hubungan Sosial Masyarakat 

Kehadiran proyek perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan kerja sama

tidak hanya terbatas dalam lingkungan komunitas mereka sendiri, tetapi sudah

melibatkan orang luar terutama dengan pihak perkebunan. Dalam hal persaingan  yang

sangat kentara adalah persaingan dalam memperoleh kesempatan untuk dapat bekerja

pada proyek perkebunan kelapa sawit. Demikian juga dalam memugar dan

memperbaiki rumah yang diganti dengan bangunan yang lebih kuat, besar dan

permanen serta adanya persaingan dalam membeli barang-barang konsumtif seperti 

televisi, VCD, radio tape recorder, sepeda, dan sepeda motor. Barang konsumtif

seperti  ini dengan mudah mereka miliki, karena dapat diperoleh dengan kredit yang

pembayarannya dipotong dari hasil penjualan buah kelapa sawit.

Dengan demikian kehadiran proyek perkebunan kelapa sawit, telah

menyebabkan munculnya kompleksitas persaingan tidak hanya persaingan ekonomi

tetapi juga persaingan sosial dan politik. Suparlan (1998) mengemukakan bahwa

persaingan di dalam kehidupan bermasyarakat itu selalu ada dan tidak dapat diingkari

lagi kehadirannya. Ini berarti setelah kehadiran proyek perkebunan kelapa sawit

persaingan yang terjadi tidak hanya terbatas pada perebutan sumber daya alam, tetapi

juga persaingan dalam pendidikan dan politik.

Dalam pada itu, konflik yang terjadi setelah masuknya proyek perkebunan

kelapa sawit, tidak hanya tentang tanah semata-mata, tetapi juga sudah menyangkut

pergaulan anak-anak muda,  antara tetangga dan, warga yang kurang  sehat. Menurut

Rauf (2001) karena masyarakat terdiri dari sejumlah besar hubungan sosial, selalu saja

terjadi konflik antara warga masyarakat yang terlibat dalam hubungan sosial. Dalam

Page 24: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

kaitan itu, konflik atau pertikaian yang terjadi di lokasi penelitian secara perorangan

antara tetangga pada umumnya disebabkan oleh masalah-masalah yang berkisar pada

kehidupan ketetanggaan. Seperti adanya kecemburuan sosial terhadap tetangga yang

hidupnya lebih maju, adanya tetangga yang tidak menepati janji.  Konflik terbuka antara

sesama warga dalam skala besar setelah   masuknya perkebunan kelapa sawit

memang belum pernah terjadi, tetapi  konflik individual dalam skala kecil memang

sering terjadi. Konflik seperti itu tidak berkembang luas karena dapat diatasi oleh orang

Dayak secara musyawarah. Perselisihan cukup sering terjadi umumnya antar remaja

pada saat kompetisi olahraga atau dalam pergaulan sehari-hari, tetapi tidak sampai

meluas menjadi konflik antar suku bangsa, agama atau antar golongan.

5. Perubahan Pola Kehidupan

Perubahan pola kehidupan  terfokus pada pemenuhan kebutuhan pokok sehari-

hari tidak mengalami perubahan yang menyolok. Kebiasaan menyuguhkan tamu

dengan minuman tuak sudah diganti dengan minuman teh atau kopi, demikian juga

dengan jenis rokok yang terbuat dari nipah yang diisi dengan tembakau sulit

ditemukan,  rokok yang dikonsumsi adalah buatan pabrik. Dengan demikian kehadiran

proyek perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan perubahan dalam pola konsumsi

masyarakat. Kenyataan ini memperkuat teori yang perubahan sosial yang dikemukakan

oleh Ogbur (dalam Lauer, 1993) yang menyatakan bahwa perubahan disatu pihak akan

mengakibatkan perubahan dipihak lain.

Demikian juga dalam hal berpakaian. Fungsi pakaian tidak lagi dipandang

hanya sebagai penutup badan, tetapi sudah dianggap sebagai sesuatu yang dapat

memperindah badan, hal itu terlihat dari jenis dan model pakaian yang dipakai mereka,

terutama di kalangan anak-anak muda sudah tidak ada bedanya lagi dengan jenis dan

model pakaian yang biasa dipakai oleh para pendatang dari luar.    Di kalangan anak

muda baik pria maupun wanita sudah biasa mengenakan celana  jeans, dengan

penampilan yang rapi. Zulkarnaen (2000) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan

hal yang sama, yaitu  dikalangan orang  pedalaman, mereka juga akrab menggunakan

celana jeans. Tampilan rambut dipotong dan disisir trendy.

Page 25: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Kehidupan bidang agama hampir tidak  mengalami perubahan yang berarti.

Jauh sebelum dibangunnya mereka sudah menganut agama Katolik dan Protestan.

Agama itu  diperkenalkan oleh para misionaris kristen Katolik dan Protestan. Para

misionaris Kristen mulai menyebarkan agama di daerah pedalaman Kalimantan sejak

awal abad ke 20 (Day, 1995). Adat istiadat dan hukum adat masyarakat setempat

masih tetap berlaku sebagai kontrol sosial, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan

ajaran agama  dan perkembangan masyarakatnya. Menurut Garna (1999) masih

kuatnya adat istiadat dan hukum adat, karena dianggap sebagai pedoman hidup bagi

masyarakat.

Perubahan dalam peranan keluarga. Bentuk keluarga batih relatif tetap terdiri

ayah, ibu dan anak-anaknya. Fungsi keluarga adalah satuan pengasuhan anak,

tampaknya masih belum mengalami perubahan yang esensial. Ibu tetap merupakan

orang yang paling penting kedudukannya dalam proses enkulturasi dan sosialisasi

anak-anak demikian pula ayah dan beberapa anggota keluarga dekat lainnya.

Perubahan justru terjadi sebagai suatu bentuk fenomena sosial yang berubah ialah

ruang gerak anak-anak perempuan makin luas yang diakibatkan oleh orientasi nilai

budaya, sehingga tampak lebih leluasa dan fleksibel. Anak perempuan boleh berjalan

berduaan dengan laki-laki tanpa merasa bersalah dan takut dimarahi orang tua.

Page 26: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

VI. GAMBAR PEMBINAAN MASYARAKAT

Pertemuan Dengan Masyarakat

Konsep reklamasi areal tambang menjadi kebun sawit yang produktif bekerjasama antara KPC dan pihak Pertanian

Konsep reklamasi areal tambang menjadi kebun sawit yang produktif bekerjasama antara KPC dan pihak Pertanian

Konsep reklamasi areal tambang menjadi kebun sawit yang produktif bekerjasama antara KPC dan pihak Pertanian

Pemberdayaan/pembinaan petani di kawasan pengembangan perkebunan

Pemberdayaan/pembinaan petani di kawasan pengembangan perkebunanPemberdayaan/pembinaan petani di kawasan pengembangan perkebunan

Pertemuan dengan masyarakat dan ketua kelompok membahas mengenai pembinaan masyarakat

Page 27: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

Konsep reklamasi areal tambang menjadi kebun sawit yang produktif bekerjasama antara KPC dan pihak Pertanian

Rapat dengan anggota masyarakat membahas mengenai petani plasma sawit

Pembinaan masyarakat mengenai pengolahan hasil

Page 28: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

VII. ALAT DAN BAHAN

1. Komputer

2. Flashdisk Dan CD

3. OHP Dan Plastic Transparancy

4. Kertas Koran

5. Kertas Stensil

6. White Board

7. Spidol Boardmarker Dan Permanent

VI. KEAMANAN KERJA

1. Manajer Plasma menyelenggarakan pelatihan dan kampanye mengenai

keselamatan dan kesehatan petani.

2. Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan.

3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi petani dengan resiko

kecelakaan kerja tinggi.

4. Penyediaan sarana keselamatan bekerja Seperti helm, masker, sepatu dan

lain-lain;

5. Rekaman terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan kerja.

Pelatihan bagi KWT di lingkungan perusahaan

Page 29: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

VII. LEMBAR EVALUASI

A. Pertanyaan

1. Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai pembinaan dan pemberdayaan ?

2. Jelaskan pengertian norma masyarakat yang anda ketehui ?.

3. Jelaskan kegiatan kemasyarakatan di lingkungan kebun yang anda ketahui ?

4. Jelaskan hubungan kemasyarakatan di lingkungan kebun dilakukan secara

berkesinambungan ?

Jawab

1. Pengertian Pembinaan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memberi

pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Berikut adalah isi

Undang-Undang ketenagakerjaan BAB XII Pembinaan :

Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang

berhubungan dengan ketenagakerjaan.

Pembinaan sebagaimana dimaksud dapat mengikutsertakan unsur dunia usaha

dan masyarakat.

Pembinaan sebagaimana dimaksud, dilaksanakan secara terpadu dan

terkoordinasi

Page 30: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok

2. Norma masyarakat adalah :aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat.

Kehadirannya tentu bukan tanpa sebab, norma ini bertujuan untuk menciptakan

keteraturan didalam masyarakat sehingga menjadikan kehidupan bermasyarakat

yang aman, nyaman, tentram, tertib, dan sentosa

3. Rencana Kegiatan kemasyarakatan adalah sebagai berikut

a. Model Pemberdayaan Masyarakat

Membangkitkan kebutuhan untuk berubah

Mengunakan hubungan untuk perubahan

Mendiagnosis masalah

Mendorong motivasi untuk berubah

Merencanakan tindakan pembaharuan

Memelihara program pembaharuan dan mencegah stagnasi

Mengembangkan kapasitas kelembagaan

Mencapai hubungan terminal untuk secara dinamis mengembangkan proses

perubahan yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan

b. Konseptual Kemitraan sebagai Alternatif Solusi Konflik melalui

Pemberdayaan

Keterlibatan masyarakat dalam program CSR,

Kemitraan Masyarakat-Dunia Usaha

Kemitraan Pemerintah-Dunia Usaha

4. Hubungan kemasyarakatan di lingkungan kebun

Persepsi Terhadap Kehadiran proyek Perkebunan Kelapa Sawit

Perubahan Lapangan Kerja dan Diversifikasi Pekerjaan

Perubahan Pola Hubungan Sosial Masyarakat 

Perubahan Sistem Hubungan Kerja

Perubahan Pola Kehidupan

Page 31: 1.4. Bahan Ajar Pembinaan Masyarakat Revisi Ok