136311687 aplikasi klinis alkohol
TRANSCRIPT
Aplikasi klinis Alkohol
Alkohol yang dimaksudkan disini ialah etanol atau etil alkohol, telah lama dikenal di
masyarakat. Senyawa ini memiliki sifat mendepresi fungsi SSP. Di beberapa negara alkohol
sebagai minuman mudah didapatkan, sehingga cenderung banyak disalahgunakan. Alkohol
menganggu pengaturan eksitasi atau inhibisi di otak, sehingga mengkonsumsi alkohol dapat
mengakibatkan terjadinya disinhibisi, ataksia, dan sedasi. Alkohol berefek pada berbagai
sistem organ tubuh, termasuk saluran cerna, kardiovaskular, dan sistem SSP. Perkembangan
embrio dan fetus juga dipengaruhi oleh konsumsi alkohol.
Toleransi terhadap alkohol dapat terjadi pada pemakaian jangka panjang secara terus
menerus. Ketergantungan fisik terjadi bila pemakaian dihentikan. Peminum alkohol berat
sering mengalami kecelakaan, kehilangan produktivitas, terlibat kejahatan, mendapat
gangguan kesehatan hingga terjadi kematian. Peminum alkohol juga sering terlibat dengan
penggunaan obat-obat lain termasuk hipnotik-sedatif, perangsang SSP (golongan amfetamin),
dan bahkan juga narkotik. Motivasi peminum alkohol ialah untuk mendapatkan euforia,
melepaskan emosi serta melepaskan diri sementara dari depresi dan ansitas yang dialaminya.
Mekanisme kerja. Alkohol menganggu keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi di
otak, ini karena terjadi penghambatan atau penekanan saraf pusat perangsangan. Sejak lama
diduga efek depresi alkohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran lipid. Efek
alkohol terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfolipid dan klesterol
di membran tidak seragam. Data eksperimental menyokong dugaan mekanisme kerja alkohol
di SSP serupa barbiturat.
Intoksitas akut. Gambaran klinis. Mabuk, inkoordinasi otot, penglihatan kabur, metil alkohol
dapat membutakan. Kecepatan reaksi terganggu, eksitasi, gangguan kesadaran sampai koma.
Takikardia dan pernapasan lambat. Kadar lakohol setinggi 80 mg% akan menyebabkan
gambaran mabuk yang jelas. Kadar 300 mg% berbahaya bagi kehiduan, tetapi toleransi dapat
timbul pada individu yang terbiasa minum alkohol, sehingga penilaian klinis penting seklai.
Pada anak-anak dapat terjadi hipoglikemia berat dan konvulsi.
Pengobatan. Hal terpenting pada pengobatan intoksikasi akut alkohol ialah mencegah
terjadinya depresi pernapan yang berat dan teraspirasinya muntahan. Bahkan, dengan kadar
alkohol darah yang sangat tinggi, pasien masih mungkin hidup asalkan sistem pernapasan dan
kardiovaskular dapat ditunjang. Kadar rata-rata alkohol darah pada kasus yang fatal ialah di
atas 400 mg%.
Intoksitas kronik/alkoholisme. Penanganan ketergantungan alkohol biasanya dilakukan
dengan terapi psikososial, ditambah dengan pemberian obat sebagai penunjang keberhasilan
terapi. Obat yang digunakan ialah disulfiram dan naltrekson (Wiria, 2009).
Alkohol memicu kanker payudara. Konsumsi alkohol secara kausal dapat berkaitan dengan
kanker payudara. peningkatkan bukti menunjukkan hubungan yang lebih kuat dengan ER +
neoplasma, meskipun risiko ini meningkat selama ER kanker payudara juga. Peningkatan
yang kecil tapi signifikan pada urutan 4% risiko kanker payudara ini ada yang
mengkonsumsi minum beralkohol per hari. berat alkohol konsumsi, yang didefinisikan
sebagai tiga atau lebih minuman / hari, terkait dengan peningkatan risiko oleh 40-50%. Hal
ini berarti hingga 5% dari kanker payudara disebabkan alkohol di bagian utara Eropa dan
Amerika Utara, dan sampai 10% di negara-negara seperti seperti Italia dan Perancis, di mana
minuman alkohol tersebar luas.
Mekanisme etanol yang dimediasi kanker payudara kompleks dan masih belum dipahami
dengan baik. Karena alkohol dapat menyebabkan peningkatan estrogen, estrogen dapat
mengerahkan karsinogenik yang berefek pada jaringan payudara baik melalui ER atau
langsung. Mekanisme lain untuk etanol-dimediasi kanker payudara masih belum jelas, tetapi
dapat mencakup:
(1) EGFR sinyal melalui c-AMP,
(2) Tindakan beracun dan genotoksik dari AA,
(3) ROS menyebabkan stres oksidatif dan kerusakan DNA,
(4) perubahan epigenetik menghasilkan DNA dan / atau karena metil berkurang histon
hypomethylation mentransfer dan
(5) kurangnya asam retinoat sehingga seluler hyperregeneration.
Dalam konteks ini, perlu dicatat bahwa dalam kontras dengan lainnya organ, karsinogenesis
susu sudah dirangsang oleh etanol pada tingkat yang sangat rendah yang tidak mempengaruhi
jaringan lain. Oleh karena itu, mekanisme dapat menjadi spesifik jaringan dan mungkin
estrogen yang terkait, karena konsentrasi serum yang bahkan kecil, etanol meningkatkan
estrogen serum secara signifikan.
Karena tidak ada tingkat ambang etanol untuk kanker payudara yang berisiko, payudara
adalah salah satu organ yang paling sensitif untuk karsinogenik tindakan alkohol. Wanita
sehat seharusnya tidak melebihi satu minuman / hari (setara dengan 10-12 g etanol). Wanita
pada peningkatan risiko untuk kanker payudara seperti yang dengan riwayat keluarga positif,
mastopathy jinak atau lainnya kondisi yang berhubungan dengan peningkatan risiko kanker
payudara harus menghindari alkohol atau mengkonsumsi alkohol hanya sesekali (Seitz,
2012).
Dapus: Wiria, Metta Sinta Sari. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI
hal.157
Seitz, Helmut K., et al.2012. Epidemiology and Pathophysiology of Alcohol and Breast
Cancer. Alcohol and Alcoholism Vol. 0, No. 0, pp. 1–9