134467869 hubungan skizofrenia dengan kadar dopamin
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN SKIZOFRENIA DENGAN KADAR DOPAMIN
I. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau
pecah (split), dan Frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian, seseorang yang
menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau
keretakan kepribadian.1
Dopamin (bahasa Inggris: dopamine, prolactin-inhibiting factor,
prolactin-inhibiting hormon, prolactostatin, PIF, PIH) adalah salah satu sel
kimia dalam otak pelbagai jenis hewan vertebrata dan invertebrata, sejenis
neurotransmitter (zat yang menyampaikan pesan dari satu saraf ke saraf yang
lain) dan merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan
noradrenalin. Dopamin juga adalah satu hormon yang dihasilkan di
Hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai hormon adalah menghambat
pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis.2
II. Sistem Dopaminergik
Sampai tahun 1959, dopamin belum dianggap sebagai
neurotransmitter didalam sistem saraf pusat melainkan sebagai prekursor
norepinephrin. Lima sistem atau alur penting dopaminergik telah diketahui
pada otak.3
Sistem pertama, yang paling terkait dengan perilaku adalah mesolimbik-
mesokortikal, yang berawal dari badan-badan sel dekat substantia nigra
menuju sistem limbik dan neokorteks.
Sistem yang kedua, alur nigrostriatal, terdiri dari neuron-neuron yang
berawal dari substantia nigra ke nukleus kaudatus dan putamen; yang
berperan dalam koordinasi pergerakan di bawah kesadaran.
2
Sistem ketiga, sistem tuberoinfundibuler menghubungkan nukleus
arkuatus dan neuron preifentrikuler ke hipotalamus dan pituitary posterior.
Dopamin yang dilepaskan oleh neuron-neuron ini secara fisiologis
menghambat sekresi prolaktin.
Sistem dopaminergik keempat, alur medulari-periventrikuler, terdiri dari
neuron-neuron di nukleus Vagus yang proyeksinya tidak diterangkan
dengan jelas. Sistem ini mungkin berperan dalam perilaku makan.
Sistem kelima, alur insertohipotalamus, membentuk hubungan di dalam
hipotalamus dan dengan nukleus septum lateralis. Fungsinya belum
diketahui.
III. Biokimia Dopamin
Dopamin memiliki rumus kimia C 6 H 3 (OH) 2-CH 2-CH 2-NH 2. Nama
kimianya adalah "4 - (2-aminoethyl) benzen-1 ,2-diol" dan singkatan adalah
"DA."
Sebagai anggota keluarga katekolamin, dopamin adalah prekursor
norepinefrin (noradrenalin) dan kemudian epinefrin (adrenalin) dalam jalur
biosintesis untuk neurotransmitter ini.
Dopamin diinaktifasi oleh reuptake melalui transporter dopamin,
didegradasi enzimatik oleh transferase katekol-O-metil (COMT) dan
monoamine oksidase (MAO). Dopamin yang tidak diuraikan oleh enzim,
disimpan kembali ke dalam vesikel untuk digunakan kembali.4
IV. Reseptor dopamin dan efeknya
Terdapat lima subtipe reseptor dopamine yang telah dijabarkan.
Kelima subtipe dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok. Dalam kelompok
pertama D1 dan D5, menstimulasi pembentukan cAMP dengan mengaktivasi
protein G stimulator (Gs). Reseptor D5 baru ditemukan, dan kurang diketahui
3
tentang sifatnya dibandingkan tentang reseptor D1. Salah satu perbedaan
antara kedua reseptor tersebut adalah bahwa reseptor D5 mempunyai afinitas
yang jauh lebih tinggi terhadap dopamin dibandingkan reseptor D1.
Kelompok reseptor dopamin kedua terdiri dar reseptor D2, D3 dan D4.
Reseptor D2 menghambat pembentukan cAMP dengan mengaktivasi protein
G inhibitor, (Gi) dan beberapa data menyatakan bahwa reseptor D3 dan D4
bekerja secara serupa. Salah satu perbedaan antara D2, D3 dan D4 adalah
distribusinya yang berbeda. Reseptor D3 terutama terkonsentrasi di nukleus
akumbens, selain pada daerah lainnya, dan reseptor D4 terutama
terkonsentrasi di korteks frontalis, selain pada daerah lainnya.5
Obat-obat antipsikosis menduduki reseptor D2 secara stereoselektif,
pada sebagian lokasi, dan afinitas ikatannya sangat kuat, ini mempunyai
korelasi dengan potensi klinis antipsikosis dan ekstrapiramidal, suatu
observasi memancing banyaknya studi mengenai ikatan reseptor. Tidaklah
mungkin untuk menunjukkan bahwa antagonis reseptor dopamin selain
reseptor D2 mempunyai peranaan terhadap obat-obat antipsikosis. Antagonis
reseptor D3 yang selektif masih belum tersedia. Sedangkan antagonis reseptor
D1 yang spesifik telah dikembangkan, dan setidaknya hanya satu yang
terbukti gagal dalam percob aan klinis. Usaha-usaha untuk menemukan efek
antagonisme D4 selama ini menemukan jalan buntu. Partisipasi glutamate,
GABA, dan reseptor asetikolin didalam patofisiologi skizofrenia juga telah
dilaporkan. Obat-obat yang menjadi target didalam sistem glutamatergik dan
kolinergik baru merupakan awal untuk dievaluasi didalam skizofrenia.6
V. Fungsi dopamin
Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting
dalam perilaku dan kognisi, gerakan dopamin, motivasi dan penghargaan,
penghambatan produksi prolaktin (yang terlibat dalam laktasi), tidur, mood,
perhatian, dan belajar. Neuron dopaminergik (yaitu, neuron yang utama
4
adalah neurotransmitter dopamin) yang hadir terutama di daerah tegmental
ventral (VTA) dari otak tengah, substantia nigra pars kompakta, dan nukleus
arkuata dari hipotalamus.7
Anatomi
Neuron dopaminergik membentuk dopamin neurotransmitter yang
berasal substantia nigra pars kompakta, daerah tegmental ventral (VTA), dan
hipotalamus. Akson ini proyek ke daerah-daerah besar dari otak melalui
empat jalur utama:
Jalur mesokortikal menghubungkan daerah tegmental ventral lobus frontal
korteks pre-frontal. Neuron dengan somas di wilayah akson ventral
tegmental proyek ke korteks pre-frontal.
Jalur mesolimbik membawa dopamin dari daerah tegmental ventral ke
nukleus akumbens melalui amigdala dan hipokampus. Para somas neuron
proyek berada di daerah tegmental ventral.
Jalur nigrostriatal berjalan dari subtansia nigra ke neostriatum. Somas
dalam substantia nigra proyek akson ke dalam nukleus kaudatus dan
putamen. Jalur ini terlibat dalam loop motor ganglia basal.
Jalur tuberoinfundibular ialah dari hipotalamus ke kelenjar dopamin.
Persarafan ini menjelaskan banyak efek dari mengaktifkan sistem
dopamin. Sebagai contoh, jalur mesolimbik menghubungkan VTA dan
nukleus akumbens; keduanya pusat sistem otak yang memberi imbalan.
Gerakan
Melalui reseptor dopamine, D 1-5, dopamin mengurangi pengaruh dari
jalur tidak langsung, dan meningkatkan tindakan jalur langsung dalam ganglia
basal. Kurangnya biosintesis dopamin dalam neuron dopaminergik dapat
5
menyebabkan penyakit Parkinson, di mana seseorang kehilangan kemampuan
untuk mengeksekusi halus, gerakan terkontrol.
Kognisi dan korteks frontal
Di lobus frontal, dopamin mengontrol arus informasi dari daerah lain
di otak. Gangguan dopamin di wilayah otak dapat menyebabkan penurunan
fungsi neurokognitif, terutama memori, perhatian, dan pemecahan masalah.
Berkurangnya konsentrasi dopamin di korteks prefrontal diperkirakan akan
memberikan kontribusi terhadap gangguan defisit perhatian. Telah ditemukan
bahwa reseptor D1 serta reseptor D4 bertanggung jawab atas efek kognitif-
meningkatkan dopamin. Oleh itu, obat anti-psikotik bertindak sebagai
antagonis dopamin dapat digunakan dalam pengobatan gejala positif
skizofrenia, meskipun, yang lebih dulu disebut “tipikal” antipsikotik yang
paling sering bertindak pada reseptor D2, sedangkan obat atipikal juga
bertindak pada reseptor D1, D3 dan D4.
Mengatur sekresi prolaktin
Dopamin adalah neuroendokrin penghambat utama yang menghambat
sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Dopamin dihasilkan oleh
neuron dalam nukleus arkuata hipotalamus yang kemudiannya dikeluarkan ke
pembuluh darah hipotalamo-hipofisial median eminence, yang kemudiannya
masuk ke kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang menghasilkan prolaktin,
dalam ketiadaan dopamin, akan mensekresi prolaktin terus menerus. Dalam
hal ini, dopamine berfungsi untuk menghambat sekresi prolaktin. Dengan
demikian, dalam konteks mengatur sekresi prolaktin, dopamin kadang-kadang
disebut faktor penghambat prolaktin (PIF),-hormon penghambat
prolaktin (PIH), atau prolaktostatin.
6
Motivasi dan kesenangan
Dopamin ini umumnya terkait dengan sistem kesenangan otak,
memberikan perasaan senang dan sumber motivasi seseorang secara proaktif
untuk melakukan kegiatan tertentu. Dopamin dilepaskan (terutama dari daerah
seperti nukleus akumbens dan korteks prefrontal) yang mana secara alami
bertanggungjawab terhadap pengalaman berharga seperti makanan, seks, obat-
obatan, dan netral rangsangan yang menjadi terkait dengan mereka. Studi
terbaru menunjukkan bahwa agresi juga dapat merangsang pelepasan dopamin
dengan cara ini. Teori ini sering dibahas dalam obat-obatan seperti kokain,
nikotin, dan amfetamin, yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan peningkatan dopamin di jalur imbalan mesolimbik otak, dan
dalam kaitannya dengan teori neurobiologis dari kecanduan kimia (tidak harus
bingung dengan ketergantungan psikologis), dengan alasan bahwa jalur
dopamin patologis ini akan terubah pada orang yang kecanduan.
Inhibisi ambilan kembali (reuptake), ekspulsi
Kokain dan amfetamin menghambat pengambilan kembali(reuptake)
dopamin, namun mekanisme aksinya berbeda. Kokain adalah pemblokir
transporter dopamin yang kompetitif menghambat penyerapan dopamin untuk
meningkatkan waktu paruh dopamin dan menambah jumlah bilangan dopamin
(peningkatan sampai 150 persen) dalam parameter neurotransmitter dopamin.
Seperti kokain, amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamindi celah
sinaptik, tetapi dengan mekanisme yang berbeda. Amfetamin adalah serupa
dalam struktur seperti dopamin, dan sehingga bisa masuk ke tombol terminal
neuron presinaptik melalui pengangkut dopamin serta bisa juga menyebar
melalui membran saraf secara langsung. Dengan masuk ke dalam neuron
presinaptik, amfetamin memaksa keluar molekul dopamin dari vesikula
7
penyimpanan dan mengusir mereka ke celah sinapsis dengan membuat kerja
pengangkut dopamin secara terbalik.
Dopamin, belajar dan mencari penghargaan
Efek dari obat yang mengurangi kadar dopamin pada manusia
Opioid dan transmisi cannabioid
Sosialitas
Pengolahan rasa sakit
Gangguan perilaku
Inhibisi laten dan dorongan kreatif
Pengendalian mual muntah
Psikosis
VI. Hipotesis dopamin dari skizofrenia
Hipotesis dopamin pada skizofrenia adalah yang paling berkembang
dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang
rasional. Beberapa bukti yang terkait menunjukkan bahwa aktifitas
dopaminergik yang berlebihan dapat mempengaruhi penyakit tersebut :
(1) Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2
pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik
frontal
(2) Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti
levodopa (suatu prekursor), amfetamin (pelepas dopamin), atau apomorfin
8
(suatu agonis reseptor dopamin langsung), baik yang dapat mengakibatkan
skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien.
(3) Densitas reseptor dopamin telah terbukti, postmortem, meningkat
di otak pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat
antipsikosis
(4) Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan
densitas reseptor dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang
tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang
yang tidak menderita skizofrenia
(5) Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti
mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di
cairan serebrospinal, plasma, dan urin.
Bagaimanapun juga, hipotesis dopamin ini masih jauh dari sempurna.
Apabila, ketidaknormalan fisiologis dopamine sepenuhnya mempengaruhi
patogenesis skizofrenia, obat-obat antipsikosis akan lebih bermanfaat dalam
pengobatan pasien- tetapi obat-obat tersebut tidak begitu efektif bagi
kebanyakan pasien dan tidak efektif sama sekali bagi beberapa pasien.
Bahkan, antagonis reseptor NMDA seperti phencyclidine pada saat diberikan
kepada orang-orang yang non-psikosis, dapat menimbulkan gejala-gejala
“mirip skizofrenia” daripada agonis dopamin. Adanya pengklonan (cloning)
terbaru dan karakteristik tipe multiple reseptor dopamin memungkinkan
diadakannya uji langsung terhadap hipotesis dopamin yaitu mengembangkan
obat-obat yang selektif terhadap tiap-tiap tipe reseptor. Antipsikosis
tradisional dapat mengikat D2 50 kali lebih kuat daripada reseptor D1 atau
D3. sampai sekarang, usaha utama pengembangan obat adalah untuk
menemukan obat yang lebih poten dan lebih selektif dalam menyakat reseptor
D2. Fakta yang menunjukkan bahwa beberapa obat antipsikosis mempunyai
dampak lebih sedikit terhadap reseptor D2 dan belum efektif dalam terapi
9
untuk skizofrenia, perhatian dialihkan ke peranan reseptor dopamin yang lain
dan kepada reseptor non-dopamine khusunya subtype reseptor serotonin yang
dapat memediasi efek-efek sinergistik atau melindungi dari konsekuensi
ekstrapiramidal dari antagonisme D2. Sebagai hasil pertimbangan ini, arah
penelitian telah berubah ke fokus yang lebih besar tentang komponen yang
mungkin aktif bekerja pada beberapa sistem reseptor-transmitter. Harapan
yang terbesar yaitu untuk menghasilkan obat-obatan dengan tingkat efisiensi
yang lebih tinggi dan sedikit menimbulkan efek yang tak diinginkan,
khususnya toksisitas ekstrapiramidal.8
VII. Teori jalur dopamin yang berpengaruh dalam skizofrenia
Mesokortikal dopamin pathways.
Hipoaktivitas dari daerah ini menyebabkan simptom negatif dan gangguan
kognitif.
Simptom negative dan kognitif disebabkan terjadi penurunan dopamine di
jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks.
Defisit behavioral yang dinyatakan dalam suatu simptom negatif berupa
penurunan aktivitas motorik. Aktivitas yang berlebihan dari system
glutamat yang bersifat eksitotoksik pada system saraf (burn out) yang
kemudian berlanjut menjadi suatu proses degenerasi di mesokortikal jalur
dopamin. Ini akan memperberat simptom negatif dan meningkatkan defisit
yang telah terjadi pada penderita skizofrenia.
Penurunan dopamine di mesokortikal dopamine pathway dapat terjadi
secara primer maupun sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui
inhibisi dopamine yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blockade
antipsikotik terhadap reseptor D2.
10
Peningkatan dopamin pada mesokortikal dopamine pathway dapat
memperbaiki simptom negatif atau mungkin juga simptom kognitif.
Keadaan ini akan menjadi suatu dilemma karena peningkatan dopamin di
jalur mesolimbik akan meningkatkan simptom positif, sementara
penurunan dopamine di jalur mesokortikal akan meningkatkan simptom
negatif dan kognitif.
Hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian obat antipsikotik atipikal
(antipsikotik generasi kedua) pada penderita skizofrenia. Antipsikotik
jalur kedua menyebabkan dopamine di jalur mesolimbik menurun tetapi
dopamin yang berada di jalur mesokorteks meningkat.
.
Mesolimbik dopamin pathways.
Hiperaktivitas dari daerah ini menyebabkan simptom positif dari
skizofrenia.
Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi
pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Psikostimulan seperti
amfetamin dan kokain dapat menyebabkan peningkatan dari dopamin
melalui pelepasan dopamine pada jalur ini sehingga hal ini menyebabkan
terjadinya simptom positif dan menimbulkan psikosis paranoid jika
pemberian zat ini dilakukan secara berulang.
Antipsikotik bekerja melalui blockade reseptor dopamine khususnya
reseptor D2 sehingga simptom positif dapat menurun atau menghilang.
Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamine pathways menyebabkan
simptom positif psikotik meningkat. Keadaan ini dapat merupakan bagian
dari skizofrenia, atau psikosis yang disebabkan oleh zat, mania, depresi
tau demensia.
Hiperaktivitas mesolimbik dopamin pathways mempunyai peranan dalam
simptom agresivitas dan hostilitas pada penderita skizofrenia terutama bila
terjadi penyimpangan control serotonergik dari dopamin.
11
Nukleus akumbens adalah bagian dari sistem limbik yang mempunyai
peranan untuk mempengaruhi perilaku, seperti pleasurable sensation
(sensasi yang menyenangkan), powerful euphoria pada individu yang
memiliki waham, halusinasi serta pengguna zat.
Mesolimbik dopamin pathways selain dapat menyebabkan simptom
positif , juga mempunyai peranan dalam pleasure, reward dan reinforcing
behavior. Pada kasus penyalahgunaan zat dapat menimbulkan
ketergantungan karena terjadi aksi di jalur ini.9
VIII. Lain-lain jalur penting dopamin yang dipengaruhi neuroleptik.
Tuberoinfundibular dopamin pathways.
Berperan dalam mengkontrol sekresi prolaktin. Diblokir oleh neuroleptik,
menyebabkan hiper-prolaktinemia.
Penurunan aktivitas prolaktin setelah melahirkan berhubungan dengan
peningkatan jumlah prolaktin pada air susu ibu (ASI).
Peningkatan level prolaktin antara lain karena terjadinya gangguan dari
fungsi tuberoinfundibular dopamin pathways yang disebabkan oleh lesi
atau pemakaian obat-obat antipsikotik.
Manifestasi klinis akibat peningkatan level prolaktin dapat berupa
galaktorea (sekresi ASI), amenorea, atau disfungsi seksual. Hal ini sering
terjadi selama atau setelah pemberian obat antipsikotik.
Nigrostriatal dopamin pathways.
Jalur yang bertanggungjawab dalam gerakan motorik. Diblokir oleh
neuroleptik, menyebabkan efek samping ekstrapiramidal.
Penurunan dopamin pada nigrostriatal dopamine pathways dapat
menyebabkan gangguan pergerakan seprti yang ditemukan pada penyakit
Parkinson, yaitu rigiditas, akinesia, atau bradikinesia (pergerakan
berkurang atau pergerakan melambat) dan tremor.
12
Penurunan dopamine di daerah basal ganglia dapat menyebabkan akatisia
( a tipe of restlessness) dan distonia (twisting movement/pergerakan kaku)
khususnya pada bagian wajah dan leher.
Gangguan pergerakan dapat juga diakibat oelh blockade reseptor D2 oleh
obat yang bekerja pada reseptor tersebut, seperti halnya pada obat-obat
antipsikotik generasi pertama contohnya antara lain haloperidol.
Hiperaktivitas atau peningkatan dopamin pada nigrostriatal dopamine
pathways mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti
chorea, dyskinesia dan tics.
Terjadinya blockade yang lama pada reseptor D2 di nigrostriatal dopamine
pathways menyebabkan timbulnya gangguan pergerakan seperti tardive
dyskinesia.9
13
IX. Kesimpulan
Dopamin adalah salah satu zat kimia dalam otak pelbagai jenis hewan
vertebrata dan invertebrata, sejenis neurotransmitter, dan merupakan perantara
bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Dopamin juga adalah satu
hormon yang dihasilkan di Hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai hormon
adalah menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis.2
Penyebab pasti dari skizofrenia belum diketahui namun hipotesis
dopamin adalah hipotesis yang paling berkembang dari berbagai hipotesis.
Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter dopamin berlebihan,
sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan
pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang,
berlebihan atau berkurangan penderita dapat mengalami gejala positif dan
gejala negatif seperti yang disebutkan di atas. Berkurangnya dopamin pada
jalur mesokortikal dapat menyebabkan simptom negatif dan gangguan
kognitif. Manakala, meningkatnya dopamin pada jalur mesolimbik dapat
menimbulkan simptom positif dari skizofrenia.9, 10
14
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.psikomedia.com/article/pdf?id=1006
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Dopamin
3. http://ghendoest.blogspot.com/2010/07/farmakoterapi-skizofrenia.html
4. http://www.news-medical.net/health/Dopamine-Biochemistry.aspx
5. Kaplan and Sadock, Sinopsis Psikiatri ; Binarupa Aksara Publisher; 2010
6. http://cetrione.blogspot.com/2008/05/farmakoterapi-skizofrenia.html
7. http://www.news-medical.net/health/Dopamine-Functions.aspx
8. Bertram G. Katzung, M.D., Ph. D.; Farmakologi Dasar Dan Klinik; Penerbit
Salemba Medika; 2002
9. Benhard Rudyanto Sinaga, Skizofrenia & Diagnosis Banding; Balai Penerbit
FKUI Jakarta; 2007
10. http://astaqauliyah.com/2007/02/sekilas-tentang-skizofrenia/