13. pp. no 25 dan pendirian apotek

Upload: silverray85

Post on 07-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    1/60

    Oleh:

    Adinda Meutia Elizabeth Luciana A. V. Reinaldini S.

    Deni Herdiana Naomi Dwi Cahyanti Rista Aprilia S.

    Hafni Nurzanah S. Aziz Maulana Hidayat Budi HaryadiRakhmatika Jules Bonardo P. Teguh Adhi W.

    Rizki Indriyani Nila Dahniar A. M. Zulfikar B.

    Angga Geganaputra Danti Sri Handayani H. Tri Hendro P.

    Irfan Ramdan Ambarsari Ayuningtyas Anggiyana

    Nurul Lestari Maulana Azhari Lubis Rijal S. M.Faris M. Iqbal Tawakal Stephanie M. R.

    R. Mersa Nurain K. Meriana Sinaga

    Rehmadanta Gustin Hidaytai

    Elluth Nurfaizah Yusi Astuti

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    2/60

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    3/60

    PP Tentang ApotikPelaksanaan Pasal 4

    UU No. 7 1963Apotek : Distribusi

    perbekalan farmasi yang

    tidak lepas dari

    pengawasan Pemerintah

    dan harus bekerja sesuaidengan rencana dan

    pimpinan Pemerintah

    Menyediakan dan menyalurkan obat dan perbekalan farmasi

    lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

    Mendukung dan membantu terlaksananya usaha Pemerintahuntuk menyediakan obat-obat secara merata dengan harga yang

    dapat terjangkau masyarakat.

    Sekarang ini, Apotik lebih mendahulukan

    usahanya dalam mengejar keuntungan.

    Diperlukan perubahan terhadap PP No. 26

    Tahun 1965.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    4/60

    PP No. 26 Tahun 1965

    PP No. 25 Tahun 1980

    Pasal 5 Ayat 2UUD 1945

    UU No. 3

    Tahun 1953

    UU No. 9

    Tahun 1960

    UU No. 7

    Tahun 1964

    PP No. 20

    Tahun 1962

    PP No. 36

    Tahun 1964

    PP No. 26

    Tahun 1965

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    5/60

    Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

    1980

    Pasal I

    Pasal II

    Pasal III

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    6/60

    Pasal IMengubah ketentuan Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 6, PPNomor 26 Tahun 1965, berbunyi sebagai berikut :

    Pasal 1Yang dimaksud dengan apotik adalah suatu tempat tertentu, tempatdilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.

    Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, pengolahan, peracikan,pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan

    penyerahan obat atau bahan obat.Pasal 2

    Tugas dan fungsi apotik adalah :

    1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpahjabatan;

    2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat;

    Dalam pengertian peracikan termasuk juga melaksanakan pembuatan danatau pengolahan terbatas yaitu berdasarkan permintaan dengan resep.

    3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yangdiperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    7/60

    Pasal 3

    Judul Kepala di atas Pasal 3 diubah, sehingga berbunyi:PENGELOLAAN APOTIK;

    Pasal 3 Setelah mendapat izin Menteri Kesehatan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, apotik dapat

    diusahakan oleh :

    1) Lembaga atau Instansi Pemerintah dengan tugas

    pelayanan kesehatan di Pusat dan di Daerah;

    2) Perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah;

    maksudnya ialah Perusahaan Milik Negara yang

    dalam anggaran dasarnya telah ditentukan bahwaperusahaan tersebut bergerak dalam bidang

    kesehatan atau obat-obatan.

    3) Apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah

    memperoleh izin kerja dari Menteri Kesehatan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    8/60

    Pasal 4

    1. Pengelolaan apotik menjadi tugas dan tanggungjawab seorangapoteker dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-undang

    Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi.2. Tatacara pelaksanaan tugas dan tanggung jawab apoteker

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh MenteriKesehatan.

    3. Tugas dan tanggung jawab seorang apoteker sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan tanpa mengurangi tugas dantanggung jawab seorang dokter berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

    Tugas dan tanggung jawab apoteker dan dokter sesuaiprofesinya masing-masing berdiri sendiri pada bidangnya, tidak

    saling mengurangi atau tidak saling bertentangan.

    Pasal 6

    Pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini dan hal-hal teknis lainnya yangbelum diatur dalam Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut olehMenteri Kesehatan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    9/60

    Pasal II

    Apotik yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatanpada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan,diwajibkan menyesuaikan dengan ketentuan PeraturanPemerintah ini selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga)tahun.

    Masa waktu penyesuaian 3 (tiga) tahundimaksudkan agar apotik yang telah ada mendapatkesempatan yang cukup untuk menyesuaikan diridengan ketentuan baru, untuk perubahan bentuk

    usaha, dan penyiapan apoteker yang akan menjadipengelola apotik, sementara itu pelayanan kepadamasyarakat tidak boleh terganggu.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    10/60

    Pasal III

    Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku

    pada tanggal diundangkan. Agar setiap

    orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini

    dengan penempatannya dalam

    Lembaran Negara Republik Indonesia.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    11/60

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    12/60

    Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun

    1965

    Ketentuan Umum Pasal 1

    Tugas dan Fungsi Pasal 2

    Usaha Apotik Pasal 34

    Izin Mendirikan Apotik Pasal 5 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pasal 6

    Peraturan Penutup Pasal 78

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    13/60

    Ketentuan Umum

    Pasal 1

    Yang dimaksud dengan apotik dalam Peraturan Pemerintah ini ialah:

    suatu tempat tertentu, di mana dilakukan usaha-usaha dalam bidang

    farmasi dan pekerjaan kefarmasian, sebagaimana dimaksudkan dalampasal 2 huruf c dan pasal 3 huruf b Undang-undang No. 7 tahun 1963

    tentang Farmasi (Lembaran-Negara tahun 1963 No. 81 ).

    Fungsi sebuah apotik bagi masyarakat ditentukan oleh

    Undang-undang Farmasi;

    Oleh sebab itu didalam Peraturan Pemerintah ini tidak terdapatketentuan mengenai apotik sebagai badan perniagaan;

    Dalam peraturan ini ditetapkan ketentuan pokok mengenai hal-hal

    disekitar tugas dari sebuah apotik.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    14/60

    Tugas dan Fungsi

    Pasal 2Tugas dan fungsi apotik, ialah:

    a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk

    pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

    b. Penyaluran perbekalan kesehatan di bidang farmasi yangmeliputi: obat, bahan obat, obat asli Indonesia, kosmetik, alat-

    alat kesehatan, dan sebagainya.

    Dengan pasal ini diperluas lapangan farmasi yang dapat

    disajikan kepada umum oleh sebuah apotik. Dengan demikiandiperluas juga pertanggung jawaban seorang apoteker yang

    ditetapkan dalam pasal 4. Selain itu diharapkan bahwa

    penjualan obat-obat beralih dari tempat-tempat yang dahulu

    berada diluar pengawasan Menteri Kesehatan, ke-apotik-

    apotik.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    15/60

    Usaha Apotik

    Pasal 3

    *16726 Apotik dapat diusahakan oleh:

    a. Lembaga-lembaga Pemerintah tertentu, di pusat maupun di

    daerah;b. Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta, Koperasi, dan

    sebagainya.

    Lembaga pemerintahan tertentu, umpamanya: Rumah SakitUmum, yang mempunyai apotik sendiri. Jenis badan hukumyang mengusahakan apotik diperluas oleh pasal itu.Berdasarkan pasal ini dapat diikuti perkembangan beranekamacam perusahaan dalam rangka prinsip ekonomi terpimpin.

    Apotik-apotik ini dapat dibimbing kearah tugas kedudukannyakelak dalam masyarakat Sosialis Indonesia.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    16/60

    Usaha Apotik

    Pasal 41. Pertanggungan jawab teknis farmasi, sesuai dengan Undang-

    undang No. 7 tahun 1963 tentang Farmasi (lembaran-Negara

    tahun 1963 No.81), dari sebuah apotik terletak pada seorang

    apoteker.

    2. Pertanggungan jawab seorang apoteker seperti yang

    dimaksudkan dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Menteri

    Kesehatan.

    3. Pertanggung jawaban seorang apoteker seperti yang

    dimaksudkan dalam ayat 1 dan 2, tidak mengurangipertanggungan jawab seorang dokter menurut peraturan-

    peraturan perundangan.

    *16728 Adakalanya bertanggung jawab atas akibat

    pemakaian obat/alat-alat kesehatan, dan sebagainya yang

    diserahkan oleh seorang dokter kepada sebuah apotik,terletak pada apoteker dan/atau dokter tersebut.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    17/60

    Izin Mendirikan Apotik

    Pasal 5

    Untuk mendirikan apotik harus ada izin dari Menteri Kesehatan yang

    menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai:

    a. Syarat-syarat kesehatan dari ruangan (tempat) apotik;

    b. Alat-alat perlengkapan dan obat-obat yang diperlukan untuk

    menjalankan pekerjaan kefarmasian;c. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

    Pasal ini tidak mengurangi keharusan adanya izin mendirikan

    perusahaan dari instansi-instansi di pusat maupun

    didaerah. Izin Menteri Kesehatan bermaksud untuk

    memberikan jaminan umum, bahwa baik tempatnya

    maupun segala usaha perkerjaan sebuah apotik, teknik

    farmasi dapat dipertanggungjawabkan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    18/60

    Pelaksanaan Peraturan

    Pemerintah

    Pasal 6

    Pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini

    akan diatur lebih lanjut oleh Menteri

    Kesehatan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    19/60

    Peraturan Penutup

    Pasal 7

    Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang

    Apotik".

    Pasal 8Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari tanggal

    ditetapkannya. Agar setiap orang dapat mengetahuinya,

    memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini

    dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara RepublikIndonesia.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    20/60

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    21/60

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang

    Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pada pasal 10 menyatakan

    bahwa Pengelolaan Apotekmeliputi :

    1) Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentukpencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

    2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

    farmasi lainnya.

    3) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

    Persyaratan Apotek dan Apoteker pengelola Apotekmenurut PerMenKesNo.922/MenKes/Per/1993 yaitu :

    1) Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang

    bekerja sama dengan pemilik sarana Apotek yang telah memenuhi

    persyaratan harus siap dengan tempat perlengkapan termasuk

    sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan miliksendiri atau milik pihak lain.

    2) Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan

    kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

    3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar

    sediaan farmasi.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    22/60

    Persyaratan mengenaiApotekberdasarkan PerMenKesNo.922/MenKes/Per/X/1993 disebutkan sebagai berikut :

    1) Persyaratan gedung sesuai kebutuhan, yang penting

    pelayanan obat dapat dilakukan dengan baik.2) Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki SIA.

    Izin Apotek berlaku untuk seterusnya selama Apotek yangbersangkutan masih aktif melakukan sesuai persyaratan dan APA dapatmelaksanakan pekerjaan kefarmasian yang baik.

    Menurut PerMenKes RI No.922/MenKes/Per/X/1993 Bab III pasal 5 danPerMenKes RI No.184/MenKes/Per/X/1995, bahwa untuk menjadiApotekerpengelola Apotekharus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Ijazah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

    2) Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

    3) Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri.

    4) Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untukmelaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.

    5) Tidak terikat di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadiApoteker pengelola Apotek di Apotek lain. Apoteker pengelola Apotekharus ada di Apotek selama Apotek buka, apabila berhalangan dapatdigantikan oleh Apoteker pendamping.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    23/60

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002Pasal 25, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabutsurat izin apotek apabila :

    1) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud

    pasal 5.2) Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal12.

    3) Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan dimaksuddalam pasal 15 ayat (2).

    4) Apoteker Pengelola Apotik terkena ketentuan dimaksud dalampasal 19 ayat (5).

    5) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.

    6) Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut.

    Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaranPerundang-undangan di bidang obat.

    7) Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal6 (Anonim, 2002).

    Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud padaKeputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 ayat 1)yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalanganmelakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus

    menunjuk Apoteker pendamping.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    24/60

    Tata Cara Studi Kelayakan dan

    Pendirian Apotek

    1. Studi Kelayakan

    2. Tata Cara pendirian Apotek

    3. Pengelolaan Apotek

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    25/60

    1. Studi Kelayakan Perencanaan pendirian apotek diawali dengan studi kelayakan

    untuk melihat kelayakan usaha sebelum didirikan. Studi kelayakan(Feasibility Study) adalah penelitian tentang layak atau tidaknyasuatu usaha dilaksanakan.

    Dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua sumberdaya dankeahlian dapat digunakan untuk mendirikan sebuah apotek. halterpenting dari studi kelayakan adalah prospek pemasaran

    dituangkan dalam rencana anggaran pendapatan (diperhitungkandari penjualan obat dengan resep dan tanpa resep) dan belanja(diperhitungkan dari pembelian obat, biaya rutin gaji karyawan,tagihan serta biaya penyusutan) untuk lima tahun pertama.

    Dari data tersebut dapat diperhitungkan Payback period, Break-even point, prosentase BEP, kapasitas BEP,dan Return of

    investment selama rencana lima tahun pertama denganmempertimbangkan keuntungan bersih rata-rataWaktu BalikModal.

    Semakin kecil waktu balik modal maka semakin prospektifpendirian apotek, hal ini menandakan semakin besar tingkatpengembalian modal dan keuntungan bersih rata-rata juga

    semakin besar.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    26/60

    2. Tata Cara Pendirian Apotek

    Setelah otonomi daerah tata cara perijinan apotek menurut

    Kepmenkes RI Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002, pasal 4 bahwaizin apotek diberikan oleh Menteri dan Menteri melimpahkanwewenang pemberian ijin apotek kepada Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota. Berdasar pasal 7 dan 9, Ketentuan dan Tata carapemberian ijin apotek adalah sebagai berikut :

    1) Permohonan Izin Apotik diajukan kepada Kepala Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contohFormulir Model APT-1

    2) Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam )hari setelah menerima permohonan dapat meminta bantuanteknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukanpemeriksaan terhadap kesiapan apotik untuk melakukan

    kegiatan.3) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM

    selambat-lambatnya 6 (enam) hari setelah permintaanbantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat denganmenggunakan contoh Formulir APT-3;

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    27/60

    4) Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3)tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat suratpernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala DinKesKabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala DinasPropinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4;

    5) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari setelah diterima laporan hasilpemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataandimaksud ayat (4) Kepala DinKes Kabupaten/Kota setempatmengeluarkan Surat Izin Apotik dengan menggunakan contoh FormulirModel APT- 5.

    6) Dalam hasil pemeriksaan Tim DinKes Kabupaten/Kota atau Kepala

    Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat KepalaDinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (duabelas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakancontoh Formulir Model APT.6.

    7) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yangbelum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu)bulan sejak tanggal Surat Penundaan.

    8) Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhipersyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6 , atau lokasi Apotiktidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala DinKesKabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12(dua belas) hari wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai

    alasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 7.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    28/60

    3. Pengelolaan Apotek

    1) Manajemen Pendukung

    a. Struktur Organisasi Apotek

    b. SIM (Sistem Informasi Manajemen) Apotek

    c. SDM (Sumber Daya Manusia)

    d. Keuangan (finance)

    e. Perpajakan

    2) Pengelolaan Obat, Perbekalan Farmasi dan Barang Lain

    a. Selection

    b. Procurementc. Aspek Asuhan Kefarmasian

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    29/60

    1) Manajemen Pendukung

    a. Struktur Organisasi Apotek

    Agar manajemen apotek berjalan dengan baik, maka salahsatu fungsi dasarnya, yaitu organisasi, harus disusun denganbaik pula. Organisasi apotek yang sangat diperlukan secaraumum ialah:

    1) Tenaga ahli di bidang farmasi (profesional)

    2) Tenaga administrasi3) Tenaga pembantu (pendidikan umum).

    b. SIM (Sistem Informasi Manajemen) Apotek

    Sistem informasi manajemen atau sering dikenal denganMIS merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasiuntuk mendukung informasi yang dibutuhkan oleh semuatingkatan manajemen. Dapat pula didefinisikan sebagaikumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bergunauntuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatanperencanaan dan pengendalian.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    30/60

    SIM tergantung dari besar kecilnya organisasi dapat terdiri darisistem-sistem informasi sebagai berikut:

    1) Sistem informasi akuntansi (accounting information system).

    2) Sistem informasi pemasaran (marketing information system).

    3) Sistem informasi manajemen persediaan (inventorymanagement information system).

    4) Sistem informasi personalia (personnel information system).

    5) Sistem informasi distribusi (distribution information system).6) Sistem informasi pembelian (purchasing information system).

    7) Sistem informasi kekayaan (treasury information system).

    8) Sistem informasi analisis kredit (credit analysis informationsystem).

    9) Sistem informasi penelitian dan pengembangan (researchand development information system).

    10) Sistem informasi teknik (engineering information system).

    (Hartono, 1999).

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    31/60

    c. SDM (Sumber Daya Manusia)

    Apotek harus dikelola oleh apoteker yang profesonalharusmemiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan

    yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuanberkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pemimpindalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secaraefektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberipendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkanpengetahuan.

    Personalia di apotek terdiri dari :

    1. Apoteker Pengelola Apotek (APA).

    2. Asisten Apoteker.

    3. Administrasi.

    4. Keuangan /Kasir /Penjualan HV.5. Reseptur /Juru resep.

    6. Pembantu umum.

    7. Pemilik Sarana Apotek (PSA).

    8. Jika bekerja sama dengan pemegang saham apotek.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    32/60

    Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi antara lain :

    1. Administrasi, kegiatannya meliputi: agenda/mengarsipkansurat masuk dan surat keluar, pengetikan laporan-laporanseperti laporan narkotika, AA yang bekerja, jumlah resep

    dengan harganya, omzet, alat dan obat KB, obat generik, danlain-lain.

    2. Pembukuan: keluar dan masuknya uang disertai bukti-buktipengeluaran dan pemasukan.

    3. Administrasi penjualan: resep, bebas, langganan, danpembayaran secara tunai atau kredit.

    4. Administrasi pergudangan, dicatat penerimaan barang untuk apadan siapa. Masing-masing barang diberi kartu stok, danmembuat defekta.

    5. Administrasi pembelian, dicatat pembelian harian secara tunaiatau kredit dan dicatat darimana, nota-notanya dikumpulkansecara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan

    masing-masing dihitung berapa hutang apotek.6. Administrasi piutang, dicatat penjualan kredit pada siapa,

    pelunasan piutang, dan penagihan sisa piutang.

    7. Administrasi kepegawaian, dilakukan dengan mengadakanabsensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatanlainnya dari karyawan .

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    33/60

    Sehubungan dengan pengelolaan SDM, kegiatan yang perludikerjakan adalah :

    1. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.

    2. Mendorong para karyawan untuk bekerja giat.

    3. Memilih dan menempatkan mereka sesuai denganpendidikannya.

    4. Merekrut para calon karyawan dan mendidik sebagai calonpengganti yang tua.

    d. Keuangan (finance)1. Laporan Rugi-Laba

    Laporan rugi-laba (loss and profit statement) adalah laporaninformasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang

    diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Biasanya berisihasil penjualan, HPP (persediaan awal + Pembelian - persediaanakhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, lababersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatannon usaha, dan pajak.

    2. Neraca

    Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit

    usaha pada waktu tertentu, ditunjukkan dengan jumlah harta yangdimiliki (aktiva) dan jumlah kewajiban (pasiva).

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    34/60

    3. Laporan Utang-Piutang

    Laporan utangadalah laporan yang berisi utang yang dimilikiapotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkanlaporan piutangberisikan piutang yang ditimbulkan karena

    transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihakapotek.

    e. Perpajakan

    Merupakan kewajiban setiap warga negara untukmenyerahkan sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya

    (hasil pendapatan) kepada negara menurut UU yang ditetapkanoleh pemarintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat.

    Menurut UU perpajakan No. 17 Tahun 2000, ada beberaapajak yang dikenakan untuk usaha apotek. Diantaranya:

    1. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21

    Pasal 21 UU perpajakan No. 17 tahun 2000 menyatakanpajak ini merupakan pajak terhadap gaji karyawan setiap tahunyang telah dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Pajakini dikenakan pada karyawan tetap yang penghasilannya telahmelebihi PTKP dan dibayarkan sebelum tanggal 15 setiap bulan.Keterlambatan pembayaran dikenakan denda Rp 50.000,00

    ditambah 2% dari nilai pajak yang harus dibayarkan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    35/60

    2. Pajak Penghasilan (PPh) 23

    Pajak ini dikenakan pada badan usaha berbentuk CV saatpembagian deviden yaitu sebesar 15 %.

    3. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25

    PPh pasal 25 merupakan angsuran pajak penghasilan yangharus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan.Besarnya angsuran PPH pasal 25 adalah 1/12 pajak

    penghasilan tahun lalu dan dibayarkan paling lambat tanggal 15setiap bulannya yang pada akhir tahun diperhitungkan pajaksesungguhnya yang harus dibayar.

    Berdasarkan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000,perhitungan PPH 25 adalah sebagai berikut:

    a. PPh 25 badan1. Jika keuntungan suatu perusahaan

    2. Jika keuntungan suatu perusahaan diatas Rp 50 jutaRp 100 juta, maka dikenakan pajak sebesar 15%.

    3. Jika keuntungan suatu perusahaan > Rp 100 juta, maka

    dikenakan pajak sebesar 30%.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    36/60

    b. PPh 25 Perorangan

    1. Jika keuntungan suatu perusahaan

    2. Jika keuntungan suatu perusahaan diatas Rp 25 juta - Rp

    50 juta, maka dikenakan pajak sebesar 10%.3. Jika keuntungan suatu perusahaan diatas Rp 50 jutaRp

    100 juta, maka dikenakan pajak sebesar 15%.

    4. Jika keuntungan suatu perusahaan diatas Rp 100 jutaRp 200 juta, maka dikenakan pajak sebesar 25%.

    5. Jika keuntungan suatu perusahaan diatas Rp 200 juta,maka dikenakan pajak sebesar 35%.

    Cara menghitung pajak penghasilan ada 2, yaitu:

    1. Sistem pembukuan

    Pajak dihitung dari keuntungan bersih yang terdapat dalam

    neraca laba-rugi.2. Sistem perhitungan normatif

    Digunakan untuk omset yang kurang dari Rp 600.000,00/tahun.Prosentase mormatif dikelompokkan menurut wilayah dan jenisusaha.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    37/60

    a. Menurut wilayah

    1. Sepuluh Ibukota propinsi (Medan, Palembang, Jakarta,Bandung, Semarang, Suurabaya, Denpasar, Manado,

    Makasar, dan Pontianak).2. Ibukota propinsi lainnya.

    3. Daerah lainnya.

    b. Jenis Usaha

    4. PPh 28

    Apabila pajak yang terhutanng untuk satu tahun pajak ternyatalebih kecil dari jumlah kredit pajak (PPh pasal 25), maka setelahdilakukan perhitungan, kelebihan pembayaran pajak dikembalikansetelah dilakukan pemeriksaan dengan hutang pajak berikutsanksi-sanksinya.

    5. Pajak Pelunasan (PPh 29)Merupakan pajak pelunasan yang mengatur mengenai carapembayaran kekurangan pajak penghasilan yang telahdibayarkan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    38/60

    6. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

    Dikenakan pada setiap pembelian berapapun jumlah rupiah yangdibelanjakan. Besarnya pajak yang harus dibayar sebesar 10% dari

    jumlah pembelian.

    7. Pajak Bumi Bangunan (PBB)

    Dikenakan setiap tahun dan besarnya tergantung luas tanah danbangunan serta lokasi.

    8. Pajak Reklame

    Dikenakan pada pemasangan papan nama. Besarnya pajaktergantung lokasi apotek, besarnya papan nama, jalan termasukkelas I, II, atau III, dan lingkungan perumahan, pendidikan, ataubisnis.

    9. Pajak Inventaris

    Dikenakan terhadap barang-barang inventaris milik apotek.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    39/60

    2) Pengelolaan Obat, Perbekalan Farmasi dan Barang

    Laina. Selection

    Merupakan proses memilih dengan rasional sejumlahobat denngan tujuan untuk menghasilkan pengadaan yanglebih baik, penggunaan obat yang lebih rasional dan hargayang lebih rendah.

    Dilakukan untuk menentukan apakah obat benar- benar diperlukan, disesuaikan dengan pola penyakit dan

    tingkat perekonomian penduduk.Pedoman seleksi obat yang dikembangkan dari WHO, yaitu:

    1. Dipilih obat yang secara ilmiah, medik, dan statistikmemberikan efek terapetik yang jauh lebih besardibandingkan dengan resiko efek sampingnya.

    2. Diusahakan jangan terlalu banyak jenis obat yangdiseleksi (boros biaya), khususnya obat-obat yangmemang bermanfaat untuk jenis penyakit yang banyakdiderita masyarakat. Hindari duplikasi dan kesamaan jenisobat yang diseleksi.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    40/60

    3. Jika memasukkan obat-obat baru, harus ada bukti yang spesifikbahwa obat baru yang akan dipilih tersebut memangmemberikan efek terapetik yang lebih baik dibanding obatpendahulunya.

    4. Sediaan kombinasi hanya dipilih jika memang benar potensinyalebih baik daripada sediaan tunggal.

    5. Jika alternatif pilihan obat banyak, pilih drug of choice daripenyakit yang prevalensinya tinggi.

    6. Pertimbangan administratif dan biaya yang dibutuhkan.

    7. Kontraindikasi, peringatan dan efek samping harusdipertimbangkan.

    8. Dipilih obat yang standar mutunya tinggi.

    9. Didasarkan pada nama generik.

    Kriteria dalam melakukan seleksi obat adalah sebagai berikut:

    1. Relevan dengan pola penyakit yang ada.

    2. Tetapkan efikasi dan keamanan.

    3. Kinerja obat di beberapa kenyataan.

    4. Memiliki kualitas termasuk bioavaililibitas dan stabilitas.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    41/60

    5. Cost-benefit ratio dalam keseluruhan pengobatan.

    6. Obat yang sudah dikenal dengan farmakokinetika yang baik.

    7. Dalam bentuk senyawa tunggal.

    8. Pertimbangan diskon.9. Keberlangsungan keberadaan obat di pasaran.

    b. Procurement (perencanaan, pengadaan, distribution inventory)

    1. Perencanaan

    Merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, danharga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkanjenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaranserta menghindari kekosongan obat.

    Pertimbangan yang harus dilakukan APA dalammelaksanakan pemesanan barang, yaitu memilih PBF yang

    memberikan keuntungan dari segala segi (misalnya, harga yangditarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonusyang dirikan sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, sertakemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampirkadaluwarsa).

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    42/60

    Sesuai KepMenKes No. 1027 Tahun 2004 tentang standar pelayanankefarmasian di apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaansediaan farmasi perlu memperhatikan:

    1. Pola penyakit.

    2. Tingkat perekonomian masyarakat.3. Budaya masyarakat.

    Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang seringdipakai, yaitu:

    1. Metode Epidemiologi. Perencanaan dengan metode ini dibuat

    berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola pengobatanpenyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar.

    2. Metode Konsumsi. Perencanaan dengan metode ini dibuatberdasarkan data pengeluaran barang periode lalu. Selanjutnya datatersebut dikelompokan dalam kelompok fast moving cepatberedar) maupun slow moving (lambat beredar).

    3. Metode Kombinasi. Metode ini merupakan gabungan dari metodeepidemiologi dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaanbarang dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihatkebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya.

    4. Metode Just In Time. Perencanaan ini dilakukan saat obat dibutuhkandan obat yang ada di apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaanini untuk obat-obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan

    harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    43/60

    2. Pengadaan

    Pengadaan barang di apotek melipputi pemesanan dan pembelian.Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsenatau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melaluibeberapa tahap :

    a. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan databarang-barang yang akan dipesan dari buku habis (buku

    defecta), termasuk obat baru yang ditawarkan supplier.

    b. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan(SP).

    SP minimal dibuat 2 lembar (untuk supplier dan arsip apotek) dan

    ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan NO SIK.SP narkotika dibuat rangkap 5 (satu lembar untuk administrasi apotek dan

    4 lembar diserahkan ke PBF Kimia Farma yang selanjutnya akandidistribusikan ke PBF, Dinas Kesehatan propinsi, BPOM, danpenanggung jawab narkotika di Manager Kimia Farma Pusat). Satu SPhanya digunakan untuk memesan 1 item narkotika produk KimiaFarma.

    SP mencantumkan Rayon dan No. SP, nama dan alamat apotek, sertatanda tangan dan No. SIK dari APA.

    SP untuk golongan Psikotropika dibuat rangkap 2 (lembar 1 untuk PBF danlembar 2 untuk arsip).

    SP dapat dibuat oleh apotek yang bersangkutan, dan satu SP dapatdigunakan untuk memesan barang lebih dari satu item.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    44/60

    3 Di t ib ti I t

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    45/60

    3. Distribution Inventory

    Penyimpanan obatdigolongkan berdasarkan bentuk bahan baku. Haltersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis,demikian pula halnya terhadap barang-barang yang mudah terbakar.

    Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada

    suhu kamar disimpan dalam lemari es.Obat-obat narkotika disimpan dalam almari khusus (PerMenKes No.

    28 tahun 1978) untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan,seperti penyalahgunaan obat-obat narkotika.

    PerMenKes No. 28 tahun 1978 tentang penyimpanan narkotika, pasal 5:

    1. Apotek dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpannarkotika.

    2. Tempat khusus pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat

    b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

    c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan: bagian pertamadipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina dan garam-garamnya

    serta persediaan narkotika, bagian kedua dipergunakan untukmenyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

    d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok ataulantai.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    46/60

    Penyusunan obatdilakukan dengan cara alphabetis untukmempermudah pengembilan obat saat diperlukan.

    Pengeluaranbarang di apotek menggunakan sistem:

    1. FIFO (First In First Out).2. FEFO (First Expir First Out) untuk obat-obat yang memilikiwaktu kadaluwarsa lebih singkat disimpan paling depan yangmemungkinkkan diambil terlebih dahulu.

    Control Inventory

    Fungsi: mengetahui kekurangan bahan, mengecek kerusakanbahan atau barang, mengontrol jatuh tempo kliennya.

    Tugas: membuat defecta regular dengan kolom sebagai berikut:no, item, nama barang dan satuan, jumlah satuan, supplier.

    c. Aspek Asuhan Kefarmasian1. Pengobatan Mandiri

    Merupakan tindakan mengobati diri sendiri dengn obattanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yangndilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    47/60

    Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkanupaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan KeputusanMenteri Kesehatan No. 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek.Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapatdiserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. Obat yangdapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria yangtercantum dalam Permenkes No. 919 tahun 1993 tentang kriteriaobat yang dapat diserahkan tanpa resep yakni :

    1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan wanita hamil, anakdibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.

    2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikanresiko pada kelanjutan penyakit.

    3) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang

    harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.4) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya

    tinggi di Indonesia.

    5) Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yangdapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    48/60

    Penggunaan OWA perlu dicatat tetapi tidak perlu dilaporkan.Beberapa kewajiban apoteker dalam penyerahan obat wajib apotek yaitu :

    1. Memenuhi ketentuan dan batasan yang tercakup dalam tiap-tiap jenisObat Wajib Apotek tersebut.

    2. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan.

    3. Memberikan informasi tentang obat, meliputi dosis, aturan pakai, efeksamping dan informasi lain yang dianggap perlu.

    Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat keputusan menterikesehatan yaitu :

    1. Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang obatwajib apotek No 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu : oral kontrasepsi,obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas,obat yang mempengaruhi sistem neuromuscular, antiparasit, dan obatkulit topikal.

    2. Keputusan Menkes RI No. 924/MENKES/PER/IX/1993 tentang daftarobat wajib apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai

    tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No.347/MENKES/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek No 1. 34 jenis obattambahan tersebut yaitu : albendazol, bacitracin, benorilats, bismuthsubcitrate, carbinoxamin, clindamicin, dexametason, dexpanthenol,diclofenac, diponium, fenoterol, flumetason, hydrocortison butyrat,ibuprofen, isoconazol, ketokonazole, levamizole, dll.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    49/60

    3. Keputusan Menkes RI No. 1176/MENKES/SK/X/1999tentang daftar obat wajib apotek no. 3 yang terdiri dari 6 kelasterapi yaitu : saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit,antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistem saluran

    pernafasan, dan organ-organ sensorik

    2. Pelayanan Obat atas Resep

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RINo.1027/Menkes/SK/IX/2004, Bab III, ada 3 macam pelayananyang harus diberikan di apotek, yaitu:

    a. Pelayanan resepi. Skrining resep

    Apoteker melakukan skrining resep yang meliputipersyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, danpertimbangan klinis. Apabila ada keraguan terhadap resephendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep

    dengan memberikan pertimbangan dan alternatifseperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelahpemberitahuan.

    ii. Penyiapan resep

    Peracikan: kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,mengemas, dan memberikan etiket pada wadah.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    50/60

    Penyerahan obat: sebelum obat diserahkan pada pasien harusdilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obatdengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertaipemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga

    kesehatan.Informasi obat: Apoteker harus memberikan informasi yang benar,jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, danterkini.

    Konseling: suatu proses komunikasi dua arah yang sistematikantara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan

    memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.Monitoringpenggunaan obat adalah setelah menyerahkan obatkepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauanpenggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu, seperticardiovascular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

    b. Promosi dan EdukasiDalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harusberpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.

    Apoteker ikut membantu penyebaran informasi tentangkesehatan, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur,poster, penyuluhan dan lain-lain.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    51/60

    c. Pelayanan residensial (home care)

    Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukanpelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,khususnya untuk kelompok lansia dan pasien denganpengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas iniapoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan(medication record).

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.922/Menkes/Per/X/1993, Bab VII, disebutkan tentang

    pelayanan apotek antara lain:1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokterhewan atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek.

    2. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggungjawab dan keahlian profesinya yang dilandasi padakepentingan masyarakat.

    3. Apoteker tidak diijinkan untuk mengganti obat generik yangditulis di dalam resep dengan obat paten.

    4. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulisdi dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengandokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

    f

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    52/60

    5. Apoteker wajib memberikan informasi:

    a. Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkankepada pasien.

    b. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas

    permintaan masyarakat.6. Apabila Apoteker menganggap bahwa resep terdapat kekeliruan

    atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harusmemberitahukan kepada dokter penulis resep (bila dokterpenulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakansecara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep).

    7. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.

    8. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baikdalam jangka waktu tiga tahun.

    9. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepadadokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita

    yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yangberwenang menurut peraturan perundang-undangan yangberlaku.

    10. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker pendamping, atauApoteker pengganti diijinkan untuk menjual obat keras yangdinyatakan sebagai Obat Wajib Apotek (OWA) tanpa resep.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    53/60

    Berdasarkan Permenkes RI No.026/Menkes/Per/I/1981 tentangPengelolaan dan Perijinan Apotek menyebutkan bahwa resepharus ditulis dengan jelas dan lengkap. Dalam Permenkes RINo.280/Menkes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata CaraPengelolaan Apotek, disebutkan mengenai kelengkapan resepsebagai berikut :

    1. Nama, alamat, dan nomor ijin praktek dokter, dokter gigi, ataudokter hewan.

    2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisiobat.

    3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

    4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

    5. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resepdari dokter hewan.

    6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandungobat dengan dosis yang melebihi dosis maksimal.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    54/60

    Salinan resep diatur dalam KepMenKes No. 280 tahun

    1981 tentang Ketentuan dan Tata cara Pengelolaan

    Apotek, disebutkan bahwa salinan resep adalah

    salinan yang dibuat oleh apotek, yang selain memuatsemua keterangan yang terdapat dalam resep asli

    harus memuat pula :

    1. Nama dan alamat apotek

    2. Nama dan nomor Surat Ijin Pengelolaan Apotek

    3. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola

    Apotek

    4. Tanda det atau detur untuk obat yang sudahdiserahkan, tanda nedet atau ne-detur untuk

    obat yang belum diserahkan

    5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    55/60

    Pasal 7 KepMenKes No. 280 tahun 1981 tentang penyimpanan danpemusnahan resepmenyebutkan bahwa :

    1. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telahdikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan

    resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tigatahun.

    2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari reseplainnya.

    3. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu dimaksud

    ayat 1 pasal; ini, dapat dimusnahkan.4. Pemusnahan resep dimaksud ayat 3 pasal ini, dilakukan dengan

    cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai ole Apoteker5. Pengelola apotek bersama-sama dengan sekurang-kurangnya

    seorang petugas apotek.

    6. Pada pemusnahan resep, harus dibuat berita acarapemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukandalam rangkap empat dan ditandatangani oleh mereka yangdimaksud pada ayat 4 pasal ini.

    3 K li

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    56/60

    3. Konseling

    Menurut KepMenKes No. 1027 tahun 2004, Apoteker harusmemberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengoatan danperbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki

    kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar daribahaya penyalahgunaan atau penggunaan ysalah sediaan farmasiatau perbekalan kesehatan lainnya.

    4. Monitoring Efek samping Obat (MESO) Terlaporkan

    Makna obat menurut Menkes RI (1984, Manual on AdverseDrug Reaction) obat ditakrifkan sebagai bahan atau produk yang

    dipakai untuk mencegah, mendiagnosis, meringankan ataumenyembuhkan suatu kondisi patologi atau mempengaruhimekanisme patologi demi keuntungan penderita.

    Monitoring efek samping obat mengkaji mengenaipenyebaran (siapa yang terkena, seberapa besar jumlah danderajatnya) efek samping obat dan faktor-faktor (faktor intrinsik,

    faktor obat, dan faktor ekstrinsik) yang menentukan terjadinya. Faktor intrinsik : umur, jenis kelamin, kehamilan, faktor

    patologik, dan genetik.

    Faktor ekstrinsik : interaksi obat dan antaraksi obat denganyang lain.

    5 P l i f i Ob t (PIO)

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    57/60

    5. Pelayanan informasi Obat (PIO)

    Merupakan salah satu kewajiban Apoteker sepertiyang dicantumkan dalam PerMenKes No.922/MenKes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

    Pemberian Ijin Apotek yaitu Apoteker wajib memberikaninformasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yangdiserahkan pada pasien dan informasi mengenai penggunaanobat secara tepat, aman dan rasional.

    Kegiatan Apoteker dalam memberikan pelayananinformasi obat adalah :

    1) Merancang organisasi pelayanan informasi obat termasukmenyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuaidengan kondisi lingkungan setempat.

    2) Melakukan need assessment dan menyusun prioritaspemberian respon berdasarkan tingkat kegawatan.

    3) Menciptakan media informasi berupa leaflet, brosur, poster,

    dan lain-lain berdasarkan analisis kecenderunganpermasalahan yang sering timbul.

    4) Menerima pertanyaan baik lisan maupun tertulis, baiklangsung maupun tidak langsung dari profesi kesehatan lain,pasien, masyarakat maupun pihak lain yang berkepentingan.

    5) M kl ifik ik k t i (d kt

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    58/60

    5) Mengklasifikasikan kategori penanya (dokter,perawat, Farmasis, pasien atau keluarganya,masyarakat), kategori pertanyaan (stabilitas obat,

    cara pemakaian obat, efek samping dan lain-lain),

    tujuan dan latar belakang pertanyaan.6) Menelusuri, menyaring dan memilih literatur yang

    relevan dengan pertanyaan yang diterima.

    7) Memformulasikan dan mengkomunikasikan jawabandengan jelas, baik secara lisan maupun tertulis.

    8) Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasiobat dengan sistematis).

    9) Memonitor dan evaluasi kegiatan pelayanan informasiobat secara berkala.

    10) Melakukan promosi kesehatan dengan jalan kampanyedengan topik-topik yang berhubungan dengankesehatan.

    11) Melakukan pelayanan home care.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    59/60

    6. Evaluasi Penggunaan Obat

    Manfaat terapi obat optimal tidak tercapaikarena jumlah penggunaan yang kurang, atau

    berlebihan atau penyalahgunaan obat dalam perawatanpasien, dan juga berbagai ketidaktepatan penggunaanobat.

    Adapun sasaran evaluasi penggunaan obat(EPO) dalah sebagai berikut :

    1. Mengadakan pengkajian penggunaan obat yangefisien dan terus menerus.

    2. Meningkatkan pengembangan standar penggunaanterapi obat.

    3. Mengidentifikasikan bidang yang perlu untukmateri edukasi berkelanjutan.

    4. Menyempurnakan pelayanan pasien yang diberikan.

    5. Mengurangi resiko tuntutan hukum.

  • 7/21/2019 13. PP. No 25 Dan Pendirian Apotek

    60/60