129667522 perencanaan sistem penyaliran tambang di bukit tlf tambang tengah pt aneka tambang tbk...

76
PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG DI BUKIT TLF TAMBANG TENGAH PT. ANEKA TAMBANG TBK, UNIT BISNIS PERTAMBANGAN NIKEL SULAWESI TENGGARA TUGAS AKHIR PAULUS BORO PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2011

Upload: farhan-budi

Post on 24-Oct-2015

704 views

Category:

Documents


62 download

DESCRIPTION

penyaliran tambang

TRANSCRIPT

Page 1: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

DI BUKIT TLF TAMBANG TENGAH

PT. ANEKA TAMBANG TBK, UNIT BISNIS PERTAMBANGAN NIKEL

SULAWESI TENGGARA

TUGAS AKHIR

PAULUS BORO

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

MANOKWARI

2011

Page 2: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

DI BUKIT TLF TAMBANG TENGAH

PT. ANEKA TAMBANG TBK, UNIT BISNIS PERTAMBANGAN NIKEL

SULAWESI TENGGARA

PAULUS BORO

Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Teknik dari Universitas Negeri Papua

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

MANOKWARI

2011

Page 3: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

ABSTRAK

Paulus Boro. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF

Tambang Tengah PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara.

PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara merupakan salah satu

perusahaan milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan, yang

dalam kegiatannya melakukan panambangan nikel di Kecamatan Pomalaa,

Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara.

Sistem penambangan yang diterapkan PT. Aneka Tambang adalah sistem

tambang terbuka dengan metode open cut dengan cara selective mining. Dengan cara

selective mining ini maka akan mengakibatkan lokasi kerja yang tidak teratur dan

bentuk topografi yang bergelombang. Sehingga pada saat hujan sangat berpotensi

menjadi tempat berkumpulnya air. Jika terjadi genangan air yang membanjiri front

penambangan maka akan berakibat gangguan pada kegiatan penambangan.

Untuk mengatasi dan mengurangi air limpasan, maka perlu adanya sistem

penyaliran pada lokasi penambangan dengan cara membuat saluran terbuka berbentuk

trapesium dan pembuatan dump sebagai kolam pengendapannya dengan penentuan

daerah tangkapan hujan dan luasannya.

Dari hasil perhitungan diperoleh luasan Cacthment Area A yaitu: 9.629,019 m2

dengan debit air 305,172 m3/jam. Dimensi saluran yaitu lebar atas 0,694m, lebar

bawah 0,42 m, kedalaman 1,14 m dengan panjang saluran 114,741 m, sedangkan

dimensi dump berbentuk setengah bola dengan jari-jari 7 m. Cacthment Area B

dengan luasan 4.525,1742 m2 dengan debit air 143,424 m

3/jam. Dimensi saluran yaitu

lebar atas 0,95 m, lebar bawah 0,35 m, kedalaman 1,3 m dengan panjang saluran

83,456 m, sedangkan dimensi dump dengan jari-jari 5 m.

Kata Kunci : Selective Mining, Air limpasan, Cacthment Area, Dimensi Saluran,

Dimensi Dump

Page 4: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang di Bukit TLF

Tambang Tengah PT. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara

Nama : Paulus Boro

Nim : 200840040

Jurusan : Teknik

Program Studi : D3 Teknik Pertambangan

Disetujui,

Pembimbing I

Hendri Prananta P, ST.MT

Diketahui,

Ketua Jurusan Dekan Fakultas MIPA

Adhelhard Reihara, ST.MCSE Ir. Benidiktus Tanujaya, M.Si

Tanggal Lulus : 26 Juli 2011

Page 5: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Paulus Boro beragama Kristen Protestan dilahirkan pada

tanggal 02 September 1989 di Biak, sebagai putra ke empat dari empat bersaudara

dari ayah bernama Yohanis Lolo dan ibu Dina Salamba.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 1 Biak dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 terdaftar sebagai

Mahasiswa Program Studi D3 Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik, Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Papua Manokwari.

Penulis juga mendapatkan beasiswa PPA dari Universitas selama tiga tahun, Penulis

terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan UNIPA.

Page 6: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Kuasa Karena

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan, judul yang

dipilih dalam penelitian yang di laksanakan sejak bulan Januari 2011 ini ialah

Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang di Bukit TLF Tambang Tengah PT. Aneka

Tambang Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara.

Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan agar dapat memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Teknik Universitas Negeri Papua.

Dengan selesainya Tugas akhir ini, Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Indra Birawaputra,ST sebagai pembimbing I dan bapak Hendri

Prananta P.ST.MT, sebagai pembimbing II, dan dosen program studi teknik

pertambangan. Disamping itu juga penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

Budi Purwana, ST selaku Manager Tambang PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN

Sulawesi Tenggara, Bapak Rory Basriyan Putra, ST selaku pembimbing teknis

dilapangan, Bapak Yunus Dingin selaku Kepala Garasi Wilayah Tambang Utara Dan

Tambang Tengah PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sultra. Ungkapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Ibu, serta seluruh keluarga, sahabat atas segala doa

dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan ,maka

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas

Akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik

pertambangan.

Manokwari, Juli 2011

Paulus Boro

Page 7: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……………………………………………………….... i

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..…. ii

DAFTAR TABEL ……………………………………………..…….. iii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………... iv

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN.………………………….. v

I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………... 1

1.2 Tujuan Penelitian ………………………….…………………... 2

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ………………………… 2

1.4 Metode Penelitian ……………………………………………... 3

1.5 Sistematika Penulisan …………………………………………. 5

II TINJAUAN UMUM…...……………….…………………………. 6

2.1 Sejarah Singkat PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sultra.…….. 6

2.2 Lokasi Kesampaian Daerah……………………………………. 8

2.3 Topografi………………………………………………………. 9

2.4 Morfologi………………………………………………………. 10

2.5 Keadaan Vegetasi………………………………….................... 10

2.6 Keadaan Geologi Daerah Penelitian………………………….... 12

III TINJAUAN PUSTAKA……….……………………………….. .... 16

3.1 Sistem Penyaliran Tambang ……………………………........... 16

3.2 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang…...……………..…... 21

IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………... 32

4.1 Hasil…….. ………………………………………….…............. 32

4.2 Pembahasan…………….………………………..……………... 46

V PENUTUP………..……………………………..…………………... 50

5.1 Kesimpulan……………………………..………………………. 50

5.2 Saran………………………………...…………………………... 51

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 52

LAMPIRAN………………………………………………………….... 53

Page 8: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Diagram Alir Penelitian…………………………………………...…. 5

2.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian…………………………. 8

2.2 Peta Daerah Pertambangan PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN

Sulawesi Tenggara.............................................................................. 9

2.3 Keadaan Morfologi Daerah Penambangan………………………….. 10

2.4 Gambaran umum vegetasi daerah penambangan................................. 11

2.5 Peta Geologi daerah Pomalaa………………………………………... 13

3.1 Sistem adit………………………………………………………………... 17

3.2 Penyaliran dengan cara sumuran ( sump )………………………….. 17

3.3 Metode Siemens……………………………………………………... 18

3.4 Metode Deep well pump……………………………………………. 19

3.5 Metode electro osmosis……………………………………………… 19

3.6 Metode Small Pipe With Vacuum Pump……………………………. 20

3.7 Penampang Segitiga............................................................................ 28

3.8 Penampang Segi Empat........................................................................ 29

3.9 Penampang Trapesium.......................................................................... 30

4.1 Dimensi Saluran Trapesium………………………………………….. 37

4.2 Peta DTH dan Perencanaan Sistem Penyaliran Bukit TLF..………… 45

4.3 Dimensi Saluran dan Ukurannya……………………………………. 47

4.4 Dimensi Dump...................................................................................... 48

Page 9: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Data Curah Hujan Rata-rata Pertahun ……………………………….. 14

3.1 Beberapa Harga Koefisien Limpasan....................………………… 22

3.2 Beberapa Harga n……………………………….…………………. 23

4.1 Panjang Aliran Darat……………………………………………….. 32

4.2 Standar Deviasi…………………………………………………….. 33

4.3 Koreksi Variansi……………………………………………………. 34

4.4 Koreksi Variansi rata-rata ( Yn), dan Koreksi Deviasi ( Sn )……… 35

4.5 Perbandingan dasar saluran dengan kedalaman air menurut

Manning…………………………………………………………… 38

4.6 Luas Daerah Tangkapan Hujan dan Debit Air ……………………. 46

Page 10: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data Curah Hujan Tahunan…………………………………………… 53

2 Data Curah Hujan Maksimum Bulanan dan Data Hari Hujan ………. 63

3 Dokumentasi lapangan………………………………………………… 64

Page 11: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

v

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Singkatan / Simbol Pemakaian pertama

Singkatan Nama Satuan kali pada halaman

PT Perseroan Terbatas 1

Tbk Terbuka 1

UBPN Unit Bisnis Pertambangan Nikel 1

Sultra Sulawesi Tenggara 1

Fe-Ni Feronikel 7

Antam Aneka Tambang 7

LS Lintang Selatan 8

BT Bujur Timur 8

KP Kuasa Pertambangan 9

Dpl Diatas permukaan laut 9

Ni Nikel 15

Co Kobalt 15

Mn Mangan 15

Ca Kalsium 15

Mg Magnesium 15

Fe Besi 15

DTH Daerah tangkapan hujan 37

Simbol

Q Debit Air m3/jam 22

I Intensitas curah hujan mm/jam 22

Tc Waktu terkumpul air jam 24

V Volume m3

43

Page 12: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penambangan adalah masalah

penanganan air, atau lebih umum disebut dengan istilah penirisan tambang. Dengan

adanya perbedaan antara tambang terbuka dan tambang bawah tanah, maka cara

penirisan tambangnya juga berbeda. Sebagai contoh pada tambang terbuka yang

membedakannya dengan tambang bawah tanah adalah pengaruh iklim, pada kegiatan

penambangan. Elemen-elemen iklim seperti hujan, panas/temperatur, dan lain-lain

dapat mempengaruhi kondisi tempat kerja, unjuk kerja alat, dan kondisi kerja, yang

selanjutnya dapat mempengaruhi produktivitas alat penambangan. Demikian juga

dengan tambang bawah tanah, masalah air tanah akan lebih dominan dibandingkan

dengan air permukaan.

Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

Mine Drainage yang merupakan upaya untuk mencegah masuk mengalirnya air

ketempat pengaliran. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah

dan air yang berasal dari sumber air permukaan ( sungai, danau, dan lain-lain ).

Mine Dewatering yang merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah

masuk ke dalam penggalian terutama untuk penanganan air hujan.

( Rudy Sayoga Gautama,1995 )

Pada PT.Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel ( UBPN )

Sultra yang dalam proses penambangannya menerapkan sistem tambang terbuka

dengan metode open cut dengan cara selective mining. Dengan cara selective mining

ini maka akan mengakibatkan lokasi kerja yang tidak teratur dan bentuk topografi

Page 13: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

2

yang bergelombang. Curah hujan pada suatu tambang terbuka akan berakibat menjadi

daerah tangkapan hujan yang sangat berpotensi mengalirkan air ke area tambang

sehingga pada saat hujan akan sangat berpotensi menjadi tempat berkumpulnya air.

Jika terjadi genangan air yang membanjiri front penambangan maka akan

berakibat pada kegiatan penambangan seperti terhambatnya pekerjaan yang secara

otomatis juga menghambat produksi dan juga berakibat pada kondisi alat mekanis

atau terjadi kerusakan.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menghitung curah hujan yang terjadi dilokasi penelitian

2. Merencanakan suatu sistem penyaliran tambang dan mendesain saluran drainage,

dan dump

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Lokasi penambangan PT. Aneka Tambang Tbk, Sultra di Bukit TLF yang tidak

teratur mengakibatkan terjadinya genangan air pada daerah penambangan pada saat

hujan yang dapat menghambat kegiatan penambangan. Sehingga perlu adanya suatu

sistem penyaliran tambang yang dapat mengatasi masalah air yang masuk pada

lokasi penambangan tersebut.

Penelitian ini hanya dibatasi pada perencanaan sistem penyaliran tambang

seperti:

1. Menghitung curah hujan meliputi: perhitungan intensitas curah hujan, dan debit

air limpasan

2. Desain saluran drainage

3. Desain Dump

Page 14: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

3

1.4 Metode penelitian

Dalam penyusunan tugas akhir ini, metode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk memberikan gambaran dengan teliti ciri-ciri sesuatu.

1.4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 11 Januari sampai

dengan tanggal 11 Februari 2011 di PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi

Tenggara, yang berlokasi di kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang kami lakukan meliputi :

1. Observasi/orientasi lapangan, melakukan pengamatan langsung dilapangan dan

pengambilan data meliputi data curah hujan, dan peta topografi lokasi penelitian.

2. Inteview adalah suatu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

yang berkisar tentang objek yang diamati.

3. Studi pustaka, bacaan dari berbagai sumber (buku/referensi) yang dipakai untuk

melengkapi dalam penyusunan laporan Tugas Akhir.

Adapun jenis data yang di dapat yaitu:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dan

kemudian akan diolah.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data-data penunjang yang digunakan dalam pembuatan

tugas akhir.

Page 15: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

4

1.4.3 Tahapan Penelitan

Adapun tahapan penelitian sebagai berikut :

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

Studi pustaka

Orientasi Lapangan

Pengumpulan Data Lapangan

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

Tugas Akhir

DATA PRIMER

- PETA

TOPOGRAFI

DATA SEKUNDER

- SEJARAH

PERUSAHAAN

- KEADAAN UMUM

DAERAH

- KEADAAN

GEOLOGI DAERAH

Page 16: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

5

1.5 Sistematika Penulisan

1.5.2 Pendahuluan

Bab ini memuat tentang latar belakang mengapa penelitian dilakukan, tujuan

penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah, metode penelitian, waktu dan tempat

penelitian.

1.5.3 Tinjauan Umum

Bab ini berisi tentang keadaan umum daerah penelitian meliputi : sejarah

perusahaan, lokasi kesampaian daerah, keadaan geologi, morfologi, iklim dan curah

hujan, vegetasi serta topografi.

1.5.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi tentang teori dan konsep yang mendasari dan

mendukung penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan yang digunakan adalah desain

sistem penyaliran tambang dan penanganannya.

1.5.5 Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan disajikan secara sistematis dan diperjelas dengan uraian,

memberikan tabel, gambar atau lainya dan ditafsirkan dengan memperlihatkan hasil

yang didapat dan pembahasannya.

1.5.6 Penutup

Terdiri dari kesimpulan dan saran hasil penelitian. Kesimpulan memuat

ringkasan yang berupa poin-poin dalam paragraf dengan rangkaian kalimat yang

memuat uraian dan mudah dipahami. Saran berisi pendapat atau argumen untuk

penelitian ini kedepannya dapat di perbaiki.

Page 17: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

II TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sultra

Bijih Nikel Hidrosilikat di daerah Pomalaa pertama kali ditemukan oleh E.C

Abendanon sekitar tahun 1909. Kegiatan Eksplorasi pertama kali di daerah ini oleh

Oose Borneo Maaschappij yang berhasil menemukan endapan bijih Nikel yang cukup

kaya disekitar Tanjung Pakar pada tahun 1934 dengan kadar rata-rata 3.00 – 3.50 %

dan mulai diproduksi sekitar tahun 1938.

Sekitar tahun 1939 sampai 1942 penambangan dilakukan oleh Oose Borneo

Maaschappij (OBM) sebanyak 150.000 ton dan diekspor ke Jepang. Pada tahun 1942

– 1945 penambangan bijih Nikel dilanjutkan oleh Sumitomo Metal Mining Co

(SMM) dan berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan yang menghasilkan

Nikel Matte. Dari jumlah tersebut 30 ton berhasil dikapalkan dan sisanya

ditinggalkan di Pomalaa. Hal ini terjadi karena pengolahan Nikel di Pomalaa hancur

oleh serangan sekutu, sehingga seluruh instalasi yang ada pada saat itu hancur.

Pada tahun 1957 usaha pertambangan dimulai oleh NV.PERTO. mula-mula

dikerjakan hanya dengan mengekspor ke jepang, yaitu stok bijih Nikel yang

ditinggalkan dari jaman Jepang.

Kemudian berdasarkan PP No.22 tahun 1968, PT. Pertambangan Nikel

Indonesia bersama BPU Pertambun beserta PT/PN dan proyek di jajarannya

disatukan menjadi PN. Aneka Tambang di Pomalaa selaku unit produksi dengan

nama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada tanggal 30 Desember 1974, status PN

berubah menjadi PT. Aneka Tambang (Persero).

Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan Nikel di Pomalaa, serta

mengingat cadangan bijih Nikel Laterit kadar rendah (<1.82 %) yang dapat

dimanfaatkan cukup besar. Sedangkan bijih Nikel Laterit yang berkadar tinggi

(>2.30% Ni) semakin menipis jumlah cadangannya. Agar bijih Nikel kadar rendah

Page 18: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

7

tersebut dapat bernilai, kemudian didirikan pabrik peleburan bijih Nikel menjadi

produk logam Fe-Ni.

Pelaksanaan pembangunan pabrik unit 1 dimulai pada tanggal 12 Desember

1973 dan selesai dua tahun kemudian. Pada tanggal 14 Agustus 1976 dapur listrik

unit 1 dengan daya 20 MVA (18 MW) mulai berproduksi secara komersial dan

selanjutnya pabrik Fe – Ni diresmikan pada tanggal 23 Oktober 1976 oleh wakil

presiden RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sampai saat ini PT. Aneka Tambang

Tbk. UBPN Pomalaa telah berhasil membangun 3 unit pabrik Fe-Ni. Pabrik unit II

dibangun pada tanggal 2 November 1992 dan sekitar bulan Februari 1995 sudah

mulai berproduksi. Pabrik Fe-Ni II diresmikan oleh Presiden RI Soeharto pada

tanggal 11 Maret 1996. Sedangkan pabrik Fe-Ni III mulai dibangun pada buulan

Oktober 2003 dengan kepala proyek pembangunan pabrik Feronikel III adalah Ir.

Martinur Rongre dan selesai dibangun pada bulan februari 2006, tapi FeNi III resmi

beroperasi pada 29 Januari 2007. Rentang waktu sekian lama yang dibutuhkan dari

perbaikan tanur itu bukan karena perbaikannya yang makan waktu, melainkan karena

proses pengiriman material bata tahan api. “Perbaikan cuma perlu waktu dua minggu.

Tapi material yang dipesan dari Austria itu tidak ready stock, jadi menunggu

dipabrikasi dulu selama tiga bulan, plus waktu pengiriman satu bulan,” ujar

Marthinus. Dengan beroperasinya pabrik FeNi III, Antam bisa meningkatkan

kapasitas produksi feronikel, hingga 24.000 ton per tahun dan selangkah lagi lebih

maju. Dan untuk mendapatkan pasokan listrik yang lebih handal bagi FeNi I, II, dan

III, Antam merangkul PT.Wartsila Indonesia, sebuah perusahaan pembangkit listrik

asal Finlandia yang akan membangun pembangkit listrik bertenaga diesel dengan

kekuatan 102 MW di Pomalaa. Pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 102

MW terdiri dari 6 generator. Kontrak EPC dengan Wartsila ditandatangani pada

bulan November 2003, yang disusul dengan ditandatanganinya perjanjian

pengoperasian dan pemeliharaan berjangka 10 tahun, pada bulan Juni 2004.

(Empat Dasawarsa PT.Antam Tbk.2008)

Page 19: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

8

2.2 Lokasi Kesampaian Daerah

Daerah pomalaa terletak pada garis lintang 4°13’ - 4°17’ LS dan 121°35’ -

121°47’ BT. PT. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel ( UBPN )

Sulawesi Tenggara, terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Pomalaa dapat dicapai dengan kendaraan darat dari Kolaka selama satu jam.

Perjalanan dari Makassar ke Pomalaa dapat ditempuh dengan Pesawat udara

berukuran kecil yaitu dari Makassar langsung ke lapangan udara Pomalaa, atau dapat

ditempuh melalui jalan darat dari Makassar Ke Bajoe Bone (±4 jam) yang dilanjutkan

dengan kapal ferry ke Kabupaten Kolaka ± 9 Jam, dan ke Pomalaa + 1 jam.

Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian

Lokasi PT.ANTAM di

Kec. Pomalaa Kab.

Kolaka Prop.

Sulawesi Tenggara

Page 20: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

9

2.3 Topografi

Daerah Kuasa Pertambangan (KP) PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi

Tenggara terletak antara 3°3’ - 4°30’ LS dan 120° - 122° BT, sedangkan luas daerah

konsesi adalah 8999,92 Ha. Daerah pertambangan terdiri dari dua posisi, yaitu

sebagian berupa pulau-pulau disekitar Teluk Mekongga, antar lain Pulau Maniang,

Pulau Lemo, Pulau Buaya, Pulau Lambasina kecil, Pulau Lambasina besar, dan Pulau

Padamaran. Sedangkan yang berupa daratan di Sulawesi Tenggara adalah Pomalaa,

Tambea, Sapura, Tanjung Pakar dan Batu Kilat.

Bentuk topografi daerah-daerah dataran adalah berbukit-bukit dengan

kemiringan 10° - 30° yang merupakan perangkap bagi endapan bijih nikel ditambah

dengan adanya struktur geologi lain seperti rekahan dan patahan, dengan ketinggian

daerah berkisar 50 – 200 m dpl, sedangkan daerah kepulauan Teluk Mekongga dapat

dipisahkan oleh laut dangkal. (PT.Aneka Tambang Tbk,UBPN Sultra,2008)

Gambar 2.2 Peta Daerah Pertambangan PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi

Tenggara ( Sumber : PT. Antam Tbk, UBPN Sultra )

Page 21: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

10

2.4 Morfologi

Daerah kuasa PT. Aneka Tambang pada umumnya merupakan daerah

perbukitan yang landai, memanjang dari arah utara ke selatan sepanjang pantai. Pada

bukit-bukit tersebut didapati adanya punggung-punggung utama yang kemudian

bercabang sehingga pada musim penghujan berfungsi sebagai jalan pengaliran air.

Bukit-bukit ini merupakan bagian dari pegunungan Mekongga yang memanjang dari

arah tenggara. (PT.Aneka Tambang Tbk,UBPN Sultra,2008)

Gambar 2.3 Keadaan Morfologi Daerah Penambangan

2.5 Keadaan Vegetasi

Vegetasi daerah pomalaa terdiri dari hutan, semak-semak dan tumbuhan rawa-

rawa di pesisir. Hutan tersebut banyak dijumpai pepohonan seperti pohon kayu besi,

pohon kayu angin, belimbing bajo, pohon melinjau dan lain-lain.

Page 22: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

11

Terdapat dua jenis tumbuhan diwilayah tersebut yaitu tumbuhan primer dan

tumbuhan bukan asli. Tumbuhan asli merupakan tumbuhan-tumbuhan yang belum

mendapat gangguan baik oleh perusahaan maupun oleh penduduk setempat.

Tumbuhan tersebut antara lain cemara, kayu besi, pude, walakopa, dan kalepi.

Sedangkan tumbuhan yang bukan asli meliputi keseluruhan vegetasi yang tumbuh

menyebar keseluruh daerah dataran sekitar pemukiman penduduk. Tumbuhan ini

meliputi tanaman pangan dengan sedikit variasi tanaman rumput-rumput dan semak.

( Endang Tahang, 2010)

Gambar 2.4 Gambaran umum vegetasi daerah penambangan

Page 23: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

12

2.6 Keadaan Geologi Daerah Penelitian

2.6.1 Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan cara terbentuknya endapan bijih nikel dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian , yaitu :

1. Bijih nikel sulfida, yang terbentuk sebagai endapan primer. Deposit mineral

ini terbentuk selama periode pendinginan magma gabro dan norit.

2. Bijih nikel laterit, yang terakumulasi sebagai endapan sekunder. Deposit

mineral ini merupakan hasil proses pelapukan batuan peridotit, pada

umumnya mengandung unsur besi, kobalt, dan chromium.

Endapan bijih nikel di PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi tenggara

merupakan endapan bijih nikel laterit, dimana sebaran bijih nikelnya tidak merata dan

endapan pada umumnya ditemukan pada lereng landai dibagian pematang yang

merupakan punggung penghubung antara bukit.

Batuan induk yang terdapat di wilayah pertambangan nikel PT. Aneka

Tambang Tbk, Pomalaa ini adalah peridotit ( batuan ultrabasa ). Batuan ini banyak

mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat.

Singkapan batuan ultra basa umumnya telah mengalami pelapukan, berwarna

kuning coklat berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada

bagian tepi luar atau pinggirnya.

Batuan ultabasa pomalaa timur terbagi menjadi dua bagian yaitu tipe

serpentinisasi dan tipe tidak serpentinisasi ( dunit ). Batuan tipe serpentinisasi

mempunyai karakteristik : mudah terlapukkan, mempunyai derajat serpentinisasi

tinggi, mempunyai saprolit tebal, bedrock relatif dalam dan mempunyai topografi

landai. Sedangkan tipe yang tidak serpentinisasi mempunyai karakteristik : sukar

terlapukkan, saprolit umumnya tipis tapi kadar nikelnya tinggi, bedrock relatif

dangkal dan mempunyai topografi terjal.

Page 24: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

13

Gambar 2.5 Peta Geologi daerah Pomalaa

2.6.2 Iklim, Cuaca dan Curah Hujan

Daerah PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara merupakan daerah

yang beriklim tropis, dimana hanya terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan

musim hujan.

Kegiatan penambangan bijih nikel pada PT. Aneka Tambang UBPN Sultra,

Pomalaa sangat dipengaruhi iklim. Di mana pada musim kemarau, kegiatan

penambangan dapat dilakukan secara optimal, sedangkan pada musim hujan

penambangan tidak dapat dilakukan secara optimal karena terhambat oleh kondisi

jalan yang buruk akibat genangan air hujan. Daya dukung material pada daerah

penambangan bijih nikel unit pomalaa kurang baik pada musim penghujan,

disebabkan materialnya merupakan material hasil pelapukan yang lunak, yang

menyebabkan alat-alat berat tidak dapat bekerja secara optimal

Page 25: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

14

Tabel 2.1 Data Curah Hujan Rata-Rata Pertahun

Tahun BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

2001 6.36 4.36 4.13 12.36 5.484 4.8 0.858 1.032 2.53 3.419 6.157 4.568

2002 8.18 7.94 6.4 10.82 11.21 4.937 0.929 0 0.76 0.748 5.023 4.877

2003 11.9 5.41 6.6 6.073 8.235 4.49 5.909 3.69 1.26 4.261 3.823 8.871

2004 3.36 7.63 12.8 6.21 5.881 1.56 913 0 0.53 0.39 4.463 5.19

2005 7.94 4.58 12.3 14.06 6.132 3.803 5.477 1.645 0.07 10.6 2.44 7.787

2006 3.69 9.87 4.95 5.927 12.31 6.36 0.8 0.871 0.36 0 4.047 3.568

2007 5.32 9.73 7.91 9.455 6.84 7.145 2.561 0.883 1.52 4.677 9.442 7.135

2008 4.27 2.15 8.7 8.09 6.203 7.158 2.474 5.452 5.39 6.532 10.55 3.006

2009 3.46 5.48 6.2 6.993 6.132 3.006 4.987 0.745 0.07 3.5 7.1 7.868

2010 4.87 7.72 7.25 7.077 9.241 10.06 11.06 8.806 15.2 11.27 10.13 8.348

Sumber : PT. Antam Tbk, UBPN Sultra

2.6.3 Genesa Endapan Bijih Nikel

Endapan bijih nikel yang terdapat di Pomalaa termasuk dalam jenis nikel laterit

yang terjadi sebagai konsentrasi residu dan hasil pelapukan batuan asal yaitu batuan

ultra basa seperti batuan peridotit dan serpentinit.

Batuan induk Peridotit terdiri dari mineral utama Olivine dan Piroksin, serta

beberapa jenis mineral tambahan seperti kromit, magnetit dan kobalt. Akibat dari

intrusi larutan hidrotermal yang terjadi pada akhir pembekuan magma, maka terjadi

perubahan batuan induk menjadi serpentinit. batuan serpentinit kemudian mengalami

proses pelapukan dan pengendapan sehingga terbentuk mineral-mineral sekundar

terutama oksida besi dan hidroksida besi ( limonit ). Proses ini disebut serpentinisasi

dan merupakan awal dari pada proses terbentuknya endapan residu bijih Nikel.

Dalam hal ini pelapukan kimiawi memegang peranan penting, dimana larutan yang

mengandung silika dan karbon dioksida sangat berpengaruh.

Page 26: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

15

Akibat dari proses pelapukan yang terjadi pada kondisi dimana curah hujan

cukup tinggi sehingga membentuk air tanah dan perubahan suhu antara siang dan

malam, maka batuan tersebut mengalami dekomposisi dan menghasilkan tanah laterit

yang kaya dengan unsur-unsur Fe serta silika yang mengandung unsur-unsur Ni, Co,

Mn, dan Ca. Proses ini disebut laterisasi dimana pelapukan mekanis memegang

peranan penting, bersama sirkulasi air yang berasal dari hujan atau air yang

mengandung unsur-unsur Mg, Fe, Ca, akan terbawa dan larut. Daerah ini dianggap

sebagai batas zona batuan segar yang mana sebagian dari unsur Ni mengalami

leaching dan dalam larutan membentuk partikel koloid yang kemudian mengendap

sebagai urat-urat garnerite dan krisoprass.

Page 27: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sistem Penyaliran Tambang

Penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah

penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk

kedalam lokasi penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah

terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam tambang yang

berlebihan terutama pada musim hujan. Selain itu sistem penyaliran tambang ini juga

dimaksudkan untuk mencegah kerusakan alat, serta mempertahankan kondisi kerja

yang aman. (http://www.senyawa.com/2011/01/metode-penyaliran.hmtl)

3.1.1 Sistem Penyaliran pada Tambang Terbuka

Secara garis besar, sistem penyaliran pada tambang terbuka dibagi menjadi dua

golongan besar, yaitu :

Sistem Penyaliran Langsung ( konvensional ) / Mine Dewatering

Sistem Penyaliran Tak Langsung ( inkonvensional ) / Mine Drainage

1. Sistem Penyaliran Langsung ( Konvensional ) / Mine Dewatering

Adalah sistem penyaliran dengan cara mengeluarkan air yang sudah masuk ke

dalam tambang. Sistem ini dapat dibagi menjadi yaitu:

Penyaliran dengan terowongan ( tunnel ) atau terowongan buntu ( adit ).

Cara penyaliran ini hanya bisa diterapkan pada tambang yang terletak didaerah

pegunungan atau berbentuk bukit. Air yang masuk ke dalam tambang

dikeluarkan dengan cara mengalirkan air dari dasar tambang melalui terowongan

keluar tambang

Page 28: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

17

Gambar 3.1 Sistem adit

Cara Paritan

Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu

dengan pembuatan paritan ( saluran ) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit

ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan.

Air akan masuk ke saluran-saluran yang kemudian dialirkan ke suatu kolam

penampungan atau dibuang langsung ke tempat pembuangan dengan

memanfaatkan gaya gravitasi.

Penyaliran dengan sumuran ( sump ).

Cara penyaliran ini sangat umum diterapkan ditambang terbuka. Air yang masuk

ke dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran yang biasanya dibuat didasar

tambang dan dari sumuran tersebut air dipompa keluar tambang.

Gambar 3.2 Penyaliran dengan cara sumuran ( sump )

Page 29: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

18

2. Sistem Penyaliran Tak Langsung ( Inkonvensional ) / Mine Drainage

Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal

ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber

air permukaan.

Beberapa metode penyaliran Mine drainage :

Metode Siemens. Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang

bor kemudian ke dalam lubang bor dimasukan pipa dan disetiap bawah pipa

tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer,

sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas

dan dibuang ke luar daerah penambangan.

Gambar 3.3 Metode Siemens

Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump). Metode ini digunakan untuk

material yang mempunyai permeabilitas rendah dan jenjang tinggi. Dalam

metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor

dan pompa akan bekerja secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor

50 meter sampai 60 meter.

Page 30: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

19

Gambar 3.4 Metode Deep well pump

Metode Elektro Osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda.

Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada

katoda (disumur besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu

dihisap dengan pompa.

Gambar 3.5 Metode electro osmosis

Page 31: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

20

Small Pipe With Vacuum Pump. Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang

inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian

dimasukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap

dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai

penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di

bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa,

rongga antara pipa lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam

lubang bor.

Gambar 3.6 Metode Small Pipe With Vacuum Pump

3.1.2 Sistem Penyaliran pada Tambang Bawah Tanah

Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan

dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Dengan “Tunnel” (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah dengan

membuat “tunnel” atau “adit” bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana

terowongan atau “adit” ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk

Page 32: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

21

mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila

dibandingkan dengan sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke

luar tambang.

2. Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem

pemompaan adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf”

atau sumuran bawah tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari

permukaan maupun air rembesan air bawah tanah.

(http://www.senyawa.com/2011/01/metode-penyaliran-tambang.hmtl)

3.2 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang

Ada beberapa tahapan dalam merencanakan suatu dimensi saluran:

1. Membaca peta untuk menentukan daerah tangkapan hujan (catchment area)

adalah daerah yang diperkirakan berpotensi untuk mengalirkan air limpasan

menuju suatu daerah kerja, atau dengan kata lain curah hujan yang jatuh dalam

daerah tersebut dapat berkumpul dalam suatu tempat terendah dari daerah

tersebut. Penetuan daerah tangkapan hujan didasarkan pada peta topografi daerah

yang akan diteliti, daerah tangkapan hujan dibatasi oleh punggung bukit. Setelah

ditentukan (catchment area) maka dihitung luasanya

2. Buat jalur saluran dari masing-masing catchment area

3. Hitung waktu konsentrasi dengan menggunakan rumus Kirpich

4. Hitung intensitas curah hujan rencana dengan menggunakan metode Gumbel

5. Tentukan koefisien material yang sesuai dengan kondisi lapangan

6. Hitung debit rencana dengan menggunakan rumus Rasional.

7. Dimensi saluran menggunakan persamaan Manning

Page 33: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

22

3.2.1 Curah Hujan

Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh kebumi persatu satuan luas

permukaan pada suatu jangka waktu tertentu.

Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh dalam areal tertentu dalam

jangka waktu yang relatif singkat dinyatakan dalam mm/s.

Rumus Rasional (Rudy Sayoga Gautama,1995)

Q = 0,278 x C.I.A …………………………..(Persamaan 3.1)

Ket : Q = debit air ( m3/s )

C = koefisien Limpasan

I = intensitas curah hujan terencana (mm/jam)

A = Luas cacthment area

Tabel 3.1. Beberapa Harga Koefisien Limpasan ( Rudy Sayoga Gautama,1995 )

Kemiringan Tutupan Koefisien Limpasan

‹ 3 %

Sawah, rawa.

Hutan, perkebunan

Perumahan dengan kebun

0,2

0,3

0,4

3 % - 15 %

Hutan, perkebunan

Perumahan

Tumbuhan yang jarang

Tanpa tumbuhan, daerah

0,4

0,5

0,6

0,7

Page 34: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

23

penimbunan

› 15 %

Hutan

Perumahan, Kebun

Tumbuhan yang jarang

Tanpa tumbuhan, daerah

tambang

0,6

0,7

0,8

0,9

Tabel 3.2. Beberapa Harga n ( Rudy Sayoga Gautama,1995 )

Tipe dinding saluran N

Semen

Beton

Bata

Besi

Tanah

Gravel

Tanah yang ditanami

0,010 – 0,014

0,011 – 0,016

0,012 – 0,020

0,013 – 0, 017

0,020 – 0,030

0,022 – 0, 035

0,025 – 0,040

Page 35: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

24

Waktu Konsentrasi Hujan ( Rudy Sayoga Gautama,1995 )

Rumus Kirpich : Tc = 0,0195 x L0,77

x S-0,385

……………..(Persamaan 3.2)

Ket: Tc = waktu terkumpulnya air (jam)

L = jarak terjauh sampai titik pengaliran (Km)

S = gradien/beda tinggi (%)

Faktor-faktor yang mempengaruhi air limpasan antara lain:

1) Faktor meteorologi

Intensitas curah hujan yang bergantung kepada kapasitas infiltrasi, dimana

jika air hujan yang jatuh kepermukaan tanah melampaui kapasitas infiltrasi

maka besar air limpasan akan meningkat.

Lamanya curah hujan dalam waktu yang panjang akan memperbesar air

limpasan.

2) Faktor fisik

Kondisi penggunaan tanah misalnya air yang jatuh didaerah vegetasi yang

kurang lebar kemudian mengisi rongga – rongga tanah yang terbuka akan

cepat mengalami infiltrasi dan apabila daya tampung dalam lekukan

permukaan tanah telah penuh maka selisih antara curah hujan dan kapasitas

infiltrasi akan menyebabkan limpasan air hujan mengalir di permukaan tanah.

Faktor lain yang mempengaruhi limpasan yaitu pola aliran sungai dan daerah

pengaliran secara tidak langsung serta drainase buatan lain.

Page 36: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

25

Dari sekian banyak faktor yang berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan

dan kemiringan (gride) atau perbedaan ketinggian hulu dan hilirnya faktor ini dapat

dinyatakan dalam angka yang disebut koefisien limpasan.

(http://mheea-nck.blogspot.com/2011/01/sistem-penirisan-tambang.hmtl)

Standar Deviasi (Waterman Sulistyana, 2010)

∑( Xi – X)2 1/2

Standar Deviasi (S) = ………………(Persamaan 3.3)

n-1

dimana :

Xi = Curah hujan maksimum perhari dalam tiap bulan

X = Curah hujan rata-rata

n = Jumlah tahun

Penentuan curah hujan maksimum menurut Gumbel

S

Xr = X + ( Yt – YN) ………………………………..(Persamaan 3.4)

Sn

Ket :

X = Curah hujan rata-rata

S = Standar Deviasi

Sn = Koreksi Deviasi

Yt = Koreksi Variansi

YN = Koreksi Variansi rata-rata

Page 37: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

26

Intensitas curah hujan Mononabe

I = Xr/24 + (24/tc)2/3

……………………………….(Persamaan 3.5)

Ket : I = intensitas curah curah hujan (mm/jam)

Xr = curah hujan harian maksimum (mm/jam)

Tc = waktu konsentrasi (24 jam/ hari hujan )

3.2.2 Catchment Area (Area Tangkapan Hujan)

Suatu area ataupun daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya

ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon

tertutup, yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti

arah aliran air.

Air hujan yang mempengaruhi secara langsung suatu sistem drainase tambang

adalah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah atau air permukaan (run off)

di tambah sejumlah pengaruh air tanah.

Air hujan atau air permukaan yang mengalir ke area penambangan tergantung

pada kondisi daerah tangkapan hujan yang dipengaruhi oleh daerah disekitarnya.

Luas daerah tangkapan hujan dapat ditentukan berdasarkan analisa peta topografi.

Berdasarkan kondisi daerahnya seperti adanya daerah hutan, lokasi penimbunan,

kepadatan alur drainase, serta kondisi kemiringan (gride).

Sumber utama air limpasan permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air

hujan, jika curah hujan yang relatif tinggi pada daerah tambang maka perlu

penanganan air hujan yang baik (sistem drainase) yang tujuannya agar produktivitas

tidak menurun.

(http://mheea-nck.blogspot.com/2011/01/sistem-penirisan-tambang.hmtl)

Page 38: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

27

3.2.3 Saluran Drainase

Saluran pada tambang untuk menampung limpasan permukaan pada suatu

daerah dan mengalirkannya ke tempat penampungan air seperti : dump, settling pond,

sedimen pon dan lain – lain.

Dalam merancang dimensi saluran perlu di lakukan analisis pada daerah lokasi

penambangan sehingga saluran air tersebut dapat memenuhi hal – hal sebagai berikut

1. Dapat mengalirkan debit air yang di rencanakan

2. Kecepatan air yang tidak merusak saluran.

3. Kecepatan air yang tidak menyebabkan terjadinya pengendapan.

4. Kemudahan dalam penggalian atau pembuatan.

5. Kemudian dalam hal pemeliharaan

Menurut konstruksi, saluran terbagi 2 :

1. Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran air

yang kotor (air yang menganggu kesehatan / lingkungan).

2. Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang

terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup ataupun untuk drainase air

non hujan yang tidak membahayakan kesehatahan atau yang mengganggu

lingkungan. Efektifitas penggunaan dari berbagai bentuk penampang saluran

drainase yang dikaitkan dengan fungsi saluran

(http://mheea-nck.blogspot.com/2011/01/sistem-penirisan-tambang.hmtl)

Bentuk-bentuk penampang saluran terbuka :

a. Bentuk penampang segitiga

Bentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal. Saluran bentuk ini

tidak mudah digerus oleh air. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup

lama dalam pembuatannya.

Page 39: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

28

Sudut tengah = 90° → z = 1

A = h2

P = 2h 2

h

R =

2 2

Gambar 3.7 Penampang Segitiga

b. Bentuk penampang segiempat

Bentuk saluran ini digunakan untuk debit air yang besar kelebihannya yaitu

mudah dalam pembuatannya dan biasanya dibangun pada bahan yang stabil misalnya

kayu, batu dan lain-lain. Kelemahannya adalah mudah terjadi pengikisan sehingga

terjadi pengendapan pada dasar saluran.

B = 2 h

A = 2 h2

Page 40: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

29

P = 4 h

R = 1

2 h

Gambar 3.8 Penampang Segi Empat

c. Bentuk penampang trapesium

Salah satu bentuk saluran yang sering digunakan pada perusahaan tambang

yaitu bentuk saluran trapesium

Keuntungan dari bentuk penampang trapesium :

1. Dapat mengalirkan debit air yang besar

2. Tahan terhadap erosi

3. Tidak terjadi pengendapan didasar saluran

4. Mudah dalam pembuatan

Bentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga dan segiempat.

Biasanya digunakan untuk saluran yang berdinding tanah dan tidak dilapisi sebab

stabilitas kemiringan dinding dapat disesuaikan. Bentuk ini sering digunakan pada

daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah dalam pembuatannya

Page 41: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

30

serta cocok untuk debit air yang besar. Dan untuk menghitung dimensi saluran yang

optimum dapat digunakan persamaan efisiensi hidrolis:

Q = 45° → z = 1

B = 2 ( 𝑧2 + 1− 𝑧 ) h

A = ( B + zh ) h

R = ℎ

2

Gambar 3.9 Penampang Trapesium

Perhitungan kapasitas pengaliran dengan Persamaan Manning (Waterman

Sulistyana, 2010)

Q = A x 1

𝑛 x R

2/3 x S

1/2 ……………………………..(Persamaan 3.6)

Ket :

Q = Debit (m3/detik)

n = Koefisien kekasaran Manning

S = Kemiringan rata-rata

A = Luas Penampang

Page 42: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

31

R = Jari-jari hidrolis (A/p)

3.2.3 Dump

Dump dibuat dengan fungsi sebagai penampung air sebelum dipompa keluar

tambang, untuk mengendapakan partikel-partikel atau lumpur yang ikut bersama air

hasil dari saluran tambang sebelum air lumpur di buang. Ukuran dump dibuat dengan

mempertimbangkan volume air yang akan ditampung atau masuk ke dump.

Page 43: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

Dari hasil penggambaran peta dan penentuannya maka daerah tangkapan hujan

di bagi menjadi dua daerah yaitu:

Daerah tangkapan hujan A dengan luas daerah 9629,0190 m2

Daerah tangkapan hujan B dengan luas daerah 4525,1742 m2

4.1.2 Perhitungan Data Curah hujan

Waktu Konsentrasi Hujan

Untuk menghitung waktu konsentrasi hujan digunakan Persamaan 3.2 yaitu :

Tabel 4.1 panjang Aliran Darat

Catchment Area Panjang Aliran Darat

A 114,741 m

B 83,456 m

Rata-rata 99,1 m

Elevasi maksimum bukit TLF = 244 m

Elevasi minimum bukit TLF = 227 m

Beda elevasi 244 m - 227 m = 17 m

Kemiringan rata-rata bukit TLF :

17 m

S =

99,1 m

S = 0,172 atau 17,2 %

Page 44: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

33

Tc = 3,97 x (0,0991)0,77

x (0,172)-0,385

= 1.2 jam

Standar Deviasi,

Menghitung standar deviasi menggunakan persamaan 3.3

Tabel 4.2 Standar Deviasi

Tahun Xi X ( Xi - X) (Xi-X)2

2001 370.8 361.67 9.13 83.357

2002 347.6 361.67 -14.07 197.965

2003 368.6 361.67 6.93 48.025

2004 384 361.67 22.33 498.629

2005 421.7 361.67 60.03 3603.6

2006 381.6 361.67 19.93 397.205

2007 301.6 361.67 -60.07 3608.4

2008 327.2 361.67 -34.47 1188.18

2009 243.9 361.67 -117.77 13869.8

2010 469.7 361.67 108.03 11670.5

Jumlah 35165.6

35165,6 1/2

Maka Standar Deviasi (S) =

10-1

= 62.508

Page 45: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

34

Koreksi Variansi (Yt), Koreksi Variansi Rata-rata (YN), dan Koreksi

Deviasi (Sn)

Koreksi Variansi (Yt)

( T-1)

Koreksi Variansi (Yt) = -In -In[ ]

T

Dimana T = Periode Ulang Hujan

Tabel 4.3 Koreksi Variansi

Tahun -In[-In(T-1)/T

1 -

2 0,3665

3 0,9027

4 1,2459

5 1,4999

Periode ulang hujan yang digunakan adalah 4 tahun, maka Koreksi Variansi

(Yt) = 1,2459

Koreksi Variansi Rata-rata (YN), dan Koreksi Deviasi (Sn)

( n+1 ) - m

Koreksi Variansi rata-rata pertahun (Yn) = -In -In[ ]

n + 1

Koreksi Variansi rata-rata (YN) = (𝑌𝑛)

𝑛

∑ (Yn – YN)2 1/2

Koreksi Deviasi (Sn) =

n-1

dimana :

n = Jumlah Tahun

m = Urutan Tahun

Page 46: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

35

Tabel 4.4 Koreksi Variansi rata-rata ( Yn), dan Koreksi Deviasi ( Sn )

M Yn YN Yn-YN (Yn-YN)2

1 2.351 0.4952 1.8558 3.444

2 1.606 0.4952 1.1108 1.234

3 1.144 0.4952 0.6488 0.421

4 0.794 0.4952 0.2988 0.089

5 0.501 0.4952 0.0058 0.000

6 0.238 0.4952 -0.2602 0.068

7 -0.012 0.4952 -0.5072 0.257

8 -0.262 0.4952 0.7572 0.573

9 -0.533 0.4952 -1.0282 1.057

10 -0.875 0.4952 -1.3702 1.877

∑ 4.952 9.020

4,952

Koreksi Variansi rata-rata (YN) = = 0,4952

10

9,020 1/2

Koreksi Deviasi (Sn) = = 1,00

10-1

Curah Hujan Rencana Maksimum (Xr) menggunakan persamaan 3.4

62,508

Xr = 361,67 + (1,2459 – 0,4952 )

1,00

= 408,595 mm/hari

Intensitas Curah Hujan (I) menurut Mononabe menggunakan persamaan 3.5

Jadi.

408,595 24 2/3

I =

24 1,2

= 126,698 mm/jam

= 0,00003519 m/s

Page 47: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

36

Debit Limpasan, menggunakan persamaan 3.1 dengan koefisien limpasan (c)

dapat dilihat pada tabel 3.1 dengan besar koefisien 0,9, sehingga di dapat hasil :

Perhitungan debit limpasan untuk DTH A :

Q = 0,278 x 0,9 x 0,00003519 m/s x 9629,0190 m2

Q = 0,08477 m3/s

Q = 305.172 m3/jam

Perhitungan debit limpasan untuk DTH B :

Q = 0,278 x 0,9 x 0,00003519 m/s x 4525,1742 m2

Q = 0,03984m3/s

Q = 143,424 m3/jam

Page 48: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

37

4.1.3 Dimensi Saluran Drainase dan Dimensi Dump

1. Kapasitas dan Profil Melintang Saluran.

Kapasitas saluran sangat menentukan keberhasilan suatu perencanaan sistem

drainase. Dimensi saluran ditentukan dari debit air yang akan dialirkan.

Gambar 4.1 Dimensi Saluran Trapesium

Perencanaan saluran untuk DTH A

Tinggi air (h)

Untuk tinggi saluran dapat ditentukan dengan h = 0,775 x Q0,248

h = 0,775 x (0,0848) 0,248

h = 0,42 m

Lebar dasar saluran (b)

Untuk lebar dasar saluran = n.h dimana n adalah konstanta perbandingan

antara lebar dasar saluran dengan kedalaman air

Page 49: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

38

Tabel 4.5 perbandingan dasar saluran dengan kedalaman air menurut Manning

(Jumarland, 2008)

Debit pada Saluran Lebar Dasar Saluran

0,00 – 0,5 1,00

0,5 – 1,00 1,50

1,00 – 1,50 2,00

1,50 – 3,00 2,50

3,00 – 4,50 3,00

4,50 – 6,00 3,50

Sehingga di dapat

b = 1,00 x 0,42

= 0,42 m

A = ( b+ z.h ) h dimana z = tan 45° = 1

A = ( 0,42 + (1 x 0,42) ) 0,42

= 0,84 x 0,42

= 0,3528 m2

Lebar permukaan saluran (B)

2A = ( B + b ) h

2 x 0,3528 = ( B + 0,42 ) 0,42

0,7056 = 0,42B + 0,1008

0,7056 – 0,1008 = 0,42B

0,6048 = 0,42B

B = 0,694 m

Daerah Jagaan air / keliling basah (w)

w = B – b + h

w = 0,694 – 0,42 + 0,42

w = 0,694 m

Page 50: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

39

Kedalaman Saluran (H)

H = h + w

H = 0,694 + 0,42

H = 1,114 m

Untuk menghitung kapasitas pengaliran menggunakan persamaan manning

Q = A x V dan V = 1

𝑛 x R

2/3 x S

1/2

Dimana :

Q = Debit (m3/jam)

A = Luas Penampang Basah (m2)

V = Kecepatan Aliran (m/s)

R = Radius Hidrolik (A/W)

= 0,3528m2/ 0,694m = 0,51

W = Daerah jagaan Air (m)/ keliling basah

S = Kemiringan Dasar Saluran

n = Koefisien kekasaran Manning (0,025)

5 % (jumarlad,2008)

Diket : A = 0,3528 m2

R = 0,51 m

n = 0,025

S = 5%/ 0,5 ketetapan Manning (Jumarland, 2008)

Dit : V = ?

Q = ?

Page 51: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

40

Maka, V = 1

𝑛 x R

2/3 x S

1/2

V = 1

0,025 x (0,51)

2/3 x (0,5)

1/2

V = 18,0908 m x 24 jam

V = 434,1792 m/jam

V = 0,1206 m/s

Sehingga,

Q = A x V

Q = 0,3528 m x 0,1206 m/s

Q = 0,0425 m3/s

untuk Volume saluran = ½ ( B + b ) H x L(panjang Saluran)

= ½ ( 0,694m + 0,42m ) 1,114 m x 93,4134 m

= 57,963 m3

Perencanaan saluran untuk DTH B

Tinggi air (h)

Untuk tinggi saluran dapat ditentukan dengan h = 0,775 x Q0,248

h = 0,775 x (0,0398) 0,248

h = 0,35 m

Lebar dasar saluran (b)

b = 1,00 x 0,35

= 0,35 m

Page 52: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

41

A = ( b+ z.h ) h dimana z = tan 45° = 1

A = ( 0,35 + 1.0.35 ) 0.35

= 0,70 x 0,35

= 0.245 m2

Lebar permukaan saluran (B)

2A = ( B + b ) h

2 x 0,245 = ( B + 0,35 ) 0,35

0,49 = 0,35B + 0,1225

0,49 – 0,1225 = 0,35B

0,3678 = 0,35B

B = 0,95 m

Daerah Jagaan air / keliling basah (w)

w = B – b + h

w = 0,95 – 0,35 + 0,35

w = 0,95 m

Kedalaman Saluran (H)

H = h + w

H = 0,35 + 0,95

H = 1,3 m

Untuk menghitung kapasitas pengaliran menggunakan persamaan manning

Q = A x V dan V = 1

𝑛 x R

2/3 x S

1/2

Dimana :

Q = Debit (m3/jam)

A = Luas Penampang Basah (m2)

V = Kecepatan Aliran (m/s)

Page 53: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

42

R = Radius Hidrolik (A/W)

= 0,245m2/ 0,95m = 0,258

W = Daerah jagaan Air (m)/ keliling basah

S = Kemiringan Dasar Saluran

n = Koefisien kekasaran Manning (0,025)

5 % (jumarlad,2008)

Diket : A = 0,3528 m2

R = 0,258 m

n = 0,025

S = 5%/ 0,5 ketetapan Manning (Jumarland, 2008)

Dit : V = ?

Q = ?

Maka, V = 1

𝑛 x R

2/3 x S

1/2

V = 1

0,025 x (0,258)

2/3 x (0,5)

1/2

V = 11,445 m x 24 jam

V = 274,685 m/jam

V = 0,076 m/s

Sehingga,

Q = A x V

Q = 0,245 m x 0,076 m/s

Page 54: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

43

Q = 0,0186 m3/s

untuk Volume saluran = ½ ( B + b ) H x L(panjang Saluran)

= ½ ( 0,95m + 0,35m ) 1,3 m x 82,3045 m

= 69,547 m3

2. Volume dan Dimensi dump

Untuk pembuatan dump diharapkan dapat menampung air lebih dari 1,5 debit

air yang akan masuk kedalam dump. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Daerah Tangkapan Hujan A

V = 1,5 x Q x t

Dimana :

Q = debit air (m3/jam)

t = waktu hujan (jam)

v = 1,5 x 305.172 m3/jam x 1,2 jam

= 549,31 m3

Untuk dimensi dump dibuat dapat menampung debit air 549,31 m3 sehingga

ukuran yang tepat untuk debit tersebut adalah r 7 m

jadi, V dump DTH A

V = 4/6 π r3

= 4/6 x 3,14 x 73

= 718,013 m3

Page 55: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

44

Daerah Tangkapan Hujan B

V = 1,5 x Q x t

Dimana :

Q = debit air (m3/jam)

t = waktu hujan (jam)

v = 1,5 x 143,424 m3/jam x 1,2 jam

= 258,163 m3

untuk dimensi dump dibuat dapat menampung debit air 258,163 m3

sehingga ukuran

yang cocok untuk debit air tersebut adalah r =5 m

jadi, V dump DTH B

V = 4/6 π r3

= 4/6 x 3,14 x 53

= 262,975 m3

Page 56: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

45

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

4.2 Pembahasan

4.2.1 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

Penentuan daerah tangkapan hujan pada bukit TLF adalah dengan melihat

kondisi topografi bukit TLF, dimana dari peta dapat diperkirakan arah aliran air akan

tertampung di daerah tersebut.

Dari hasil maka daerah tangkapan hujan dibagi menjadi dua yaitu DTH A dengan

luas daerah 9.629,0190 m2

dan daerah tangkapan hujan B dengan luas daerah

4.525,1742 m2

Gambar 4.2 Peta DTH dan Perencanaan Sistem Penyaliran Bukit TLF

4.2.2 Curah Hujan

Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi persatuan luas

permukaan pada jangka waktu tertentu. Curah hujan merupakan salah satu faktor

Page 57: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

46

terpenting dalam suatu drainase, karena besar kecilnya curah hujan akan

mempengaruhi besar kecilnya air limpasan.

Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada

satuan luas tertentu. Jadi 1mm curah hujan berarti pada luasan 1m2 jumlah air hujan

yang jatuh adalah sebanyak 1 liter (1000cm3).

Data curah hujan yang dianalisis adalah curah hujan maksimum selama 10

tahun. Analisi data ini meliputi:

1. Curah Hujan Rencana Maksimum

Perhitungan curah hujan maksimum dihitung dengan metode Gumbel dan

diperoleh curah hujan maksimum sebesar 408,595 mm/jam

2. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah derajat curah hujan dinyatakan dalam curah

hujan per satuan waktu (mm/jam). Intensitas curah hujan dihitung menggunakan

rumus Mononobe. Berdasarkan perhitungan didapat intensitas curah hujan

sebesar 126,698 mm/jam

3. Debit Limpasan

Debit air limpasan dipengaruhi oleh luas area tangkapan hujan. Debit air

dihitung dengan persamaan Rasional. Area tangkapan hujan dibagi menjadi dua

daerah jadi debit limpasan terdiri dari daerah tangkapan hujan.

Tabel 4.6 Luas Daerah tangkapan Hujan dan Debit Air

DTH LUAS(m2) DEBIT AIR(m

3/jam)

A 9.629,0190 305,172

B 4.525,1742 143,424

Page 58: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

47

4.2.3 Saluran Penyaliran

Penyaliran dibuat berdasarkan topografi bukit TLF, umumnya bentuk saluran

mengikuti kaki lereng sehingga terbentuk saluran air yang berkelok-kelok mengikuti

kaki lereng. Pembuatan saluran ini bertujuan agar mengalirkan air secara teratur ke

daerah yang lebih rendah.

Kapasitas saluran adalah daya tampung suatu saluran untuk menampung air

yang mengalir pada suatu daerah. Kapasitas saluran sangat menentukan keberhasilan

dari perencanaan sistem penyaliran. Bentuk penampang saluran air ditentukan

berdasarkan debit air. Bentuk penampang saluran air yang digunakan adalah bentuk

penampang trapesium karena tahan terhadap pengikisan serta cocok untuk debit air

yang besar.

Dari hasil perhitungan di peroleh dimensi dan kapasitas saluran sebagai berikut:

DTH A dengan panjang saluran 93,4134 m, volume saluran 69,547 m3, lebar atas

0,694 m, lebar bawah 0,42 m, daerah jagaan 0,694 m, kedalaman 1,14 m dan

Q = 0,0425 m3/s.

DTH B dengan panjang saluran 82,3045 m, volume saluran 69,547 m3, lebar atas

0,95 m, lebar bawah 0,35 m, daerah jagaan 0,95 m, kedalaman 1,3 m dan

Q = 0,0186 m3/s

Gambar 4.3 Dimensi Saluran dan Ukurannya

Page 59: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

48

4.2.4 Dump

Pada umumnya air dari sistem drainase tambang banyak mengandung lumpur,

bahkan lumpur tersebut sangat pekat sehingga bila terjadi genangan air lumpur pada

daerah penambangan akan menimbulkan gangguan pada proses penambangan. Dalam

upaya untuk mengatasi genangan air ini maka dibuat dump yang berfungsi untuk

mengendapkan lumpur tersebut.

Dimensi Dump dapat ditentukan berdasarkan debit air yang di tampung.

Sehingga untuk mencegah debit air yang lebih dari perhitungan maka dibuat dump

dengan volume lebih dari 1,5 debit air yang akan ditampung, sehingga didapat

dimensi dump dengan bentuk setengah bola dengan jari-jari untuk DTH A adalah 7 m

dengan volume 718,013 m3 dan untuk DTH B dengan jari-jari 5 m, volume

262,975m3.

Pada setiap DTH dibuat 3 dump untuk pemurnian air sebelum di alirkan ke

saluran di sepanjang jalan tambang.

Gambar 4.4 Dimensi Dump

Page 60: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa :

1. Luas Daerah Tangkapan Hujan A (DTH A) adalah 9.629,0190 m2 dan luas Daerah

Tangkapan Hujan B adalah 4.525,1742 m2

2. Berdasarkan perhitungan data curah hujan daerah penelitian,dengan periode ulang

hujan 4 tahun diperoleh intensitas hujan 126,698 mm/jam.

3. Perhitungan debit air hujan pada bukit TLF tergantung pada luasan daerah

tangkapan hujannya. Hasil perhitungan yaitu :

DTH A dengan luasan 9.629,0190 m2 dan curah hujan 0,08477 m

3/s.

DTH B dengan luasan 4.525,1742 m2 dan curah hujan 0,03984 m

3/s.

4. Dimensi saluran berbentuk trapesium dengan dimensi yaitu

DTH A dengan panjang saluran 93,4134 m, volume saluran 57,963 m3, lebar

atas 0,694 m, lebar bawah 0,42 m, daerah jagaan 0,694 m, kedalaman 1.14 m.

DTH B dengan panjang saluran82,3045 m, volume saluran 69,547 m3, lebar

atas 0,95 m, lebar bawah 0,35 m,daerah jagaan 0,95 m, kedalaman 1.3 m.

5. Dimensi Dump dibuat berbentuk setengah bola dengan ukuran :

DTH A, jari-jari 7 m dengan volume 718,031 m3

.

DTH B, jari-jari 5 m dengan volume 262,975 m3

.

Page 61: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

50

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan maka saran penulis sebagai berikut :

1. Perlunya pembuatan dan perawatan sistem penyaliran berupa saluran dan dump.

2. Pada saat musim hujan perlu adanya pengontrolan pada sistem drainasse

sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik.

Page 62: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

51

DAFTAR PUSTAKA

Empat Dasawarsa PT.Antam Tbk.2008. Memaknai Alam Melintas Masa

Gautama R.S. 1995. Hidrologi dan hidrogeologi. Jurusan Teknik Pertambangan,

ITB. Bandung.

Jumarland. 2008. Perencanaan Sistem Penirisan Dengan Metode Saluran

Terbuka Pada Kegiatan Penambangan Batubara PT. Hasta Mulia Jaya,

Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Tugas Akhir Program Studi Teknik

Pertambangan Jurusan Teknik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Papua Manokwari.

Sulistyana, W. 2010. Perencanaan Tambang. Anugrah print. Jogjakarta.

Tahang, E. 2009. Studi Kegiatan Penambangan Bijih Nikel pada Bukit III,

Tambang Utara PT. Aneka Tambang Tbk, UBPN Operasi Pomalaa,

Sultra. Laporan Kerja Praktek Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Universitas 19 November Kolaka.

http://mheea-nck.blogspot.com/2010/06/genesa-nikel.html (11 Maret 2011)

http://www.senyawa.com/2011/01/metode-penyaliran.hmtl (7 April 2011)

http://mheea-nck.blogspot.com/2011/01/sistem-penirisan-tambang.hmtl

(9 April 2011)

http://mheea-nck.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-perencanaan-tambang.html

(9 April 2011)

Page 63: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

52

Page 64: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

53

Lampiran 1 Data Curah Hujan Tahunan

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2001

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 2 4 2 95 1 5 9.2 17.8

2 1 8 19 16 2 35.2 14.3 0.4

3 35 1 TTU 0.6 37.9

4 7 0.3

5 26 15 8 8 22 18 4.7

6 37 1 TTU TTU 1.2

7 5 13 3 8 0.6 32 1 12.2

8 6 18 1 1 1.4

9 7 7 TTU 5 14

10 2 10 9 1.2

11 23 1 51 13 3.1 15.8

12 TTU 2 5 0.5 19.2

13 TTU 4.2 1

14 3 1 11 6 7

0.3

15 5 1 25 9 8 5

16 5 18 TTU 2.8 9.2

17 9 TTU 36 2.1

18 TTU 17 36 5 0.1 4.6

19 1 1 2

7.5 44 0.2 2.6

20 20 TTU 7 4

21 1 34 7

22 7 0.3

7 4.2 5 0.4 60.2 4.4

23 TTU 0.3 2 44 10 16 0.7

24 11 31 85 26 3 13.4

25 12 18 0.7 50 2 2.1 2 0.7 2.7

26 1 0.2 1 3 3.2

27 3 3 3 0.6 2.5 9.4

28 9 5 17 33 6 6 10.3 40.3

29 1 17

30 TTU 8 3 4 1 5.7 0.2

31 7 5 0.6

Jumlah 197 122 128 370.8 170 144 66.2 32 76 106 184.7 141.6

Rata-rata 6.355 4.357 4.129 12.36 5.484 4.8 0.858 1.032 2.533 3.419 6.157 4.568

HH 23 14 19 21 16 16 8 1 10 10 20 16

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 65: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

54

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2002

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 0.4 0.9 17.2 29.2 1 1

2 3.6 23.3 50.2 41.4 4.2 14 3.1 3.1

3 16.8 3.9

4 4.1 0.6 1.7 62.8 3.2 9.2

5 14.6 0.5 33.9 8.6 14.2 20

6 8.4 0.3 5.4 11.3 10.8 TTU 3.8 3.8

7 4.5 2.8 60.4 11.4 5.7 5.7

8 27.2 0.6 0.2 1.2 1.2

9 10.1 51.2 33.2 14.7 46.6 0.2 0.2

10 24.2 34.4 30.4 15.8 1.2 2.4 2.4

11 0.4 0.4 13.5 65.6 1.2

12 3.1 0.4 9

13 0.6 21.7 10.6 0.3 0.3

14 0.3 0.3 3.5 6 4.1 12.6 12.6

15 3.9 28.6 14 0.5 2.7 TTU TTU

16 1.7 1.1 6.9 37.2 1.3 10.2 10.2

17 0.5 1.6 3.4 15.6 5.2 0.4 31.1 31.1

18 3.1 4.5 0.2 2 2

19 1.3 12.4 17.7 11.2 11.2

20 7.3 10.2 1.2 1.2 35.4 6.3 6.3

21 11.1 2.2 11 0.3

22 37.2 5.6 TTU 16.4

23 3.1 0.8 3.8 1

24 TTU 11.8 6.4 2.4

25 1.4 9.6 22.6

26 4.8 80.2 TTU 3.3 0.2 1.9 1.9

27 16 3.2 28

28 40.4 47.8 0.9 46.2 46.2

29 6.6 12.8 1.4

30 11.6 4.6 5.1 11.5 11.5

31 11.7 0.8 0.5

Jumlah 253.6 222.4 198.4 324.6 347.6 148.1 28.8 0 22.8 23.2 150.7 151.2

Rata-rata 8.181 7.943 6.4 10.82 11.213 4.937 0.929 0 0.76 0.748 5.023 4.877

HH 26 16 21 24 12 19 5 1 2 2 18 19

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 66: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

55

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2003

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 0.9 0.3

2 55.3 1.8 TTU 1.1 8.6 1 6.8 1.3

3 0.6 1 0.8 0.2 13.7 5.5 2.3 0.2

4 33.5 4.8 1.6

1 57.1

5 5 21.4 12.6 4 8 24.2 1.9 1.1

6 3.5 11.5 12 3.8 1.2 0.8

7 3.3 3.8 23

8 1 2.2 0.2 0.8 6.3 19.9 0.4 28.4 3.9

9 1.1 1 1.6 71 44 25

10 3.4 12.9 20.9 16.3 5.2 2.8 28.5 9.1

11 39.8 26.2 7.5 21.5 5.8 14.4 3

12 0.4 6.8 44 100.4 3.6 2.4

13 0.1 3.2 18.4 11.4 3.4 12.8 34.4

14 TTU 1.8 15.3 0.3 34.6 3.2

18.4

15 1.5 7.8 4 12 1.3 8.5

16 4.8 4.9 0.5 1.3 34.3 25.3

17 26.8 2.6 40.6 23.9 1.4 13.4

18 17.2 TTU 16.4

TTU 0.7 82.2 24.8

19 21.2 21.4 9.6 5 2 0.3

20 2.2 8.1 3.4 4.1 0.1 0.7

21 10 TTU TTU 1.6 2.2 0.5

22 5 TTU 5.9 0.2 2.3 2.3 6.4 1.8

23 1.4 7.7 4.6 0.2 6.4 0.2 1

24 4.2 4.2 67.9 0.6 22.4 8 2.8 6.4

25 29 8.1

17.3 10.3 0.2

26 8.2 1.2 2.7

27 10.6 6.3 4.1 7.7 0.8 3.2 14.2

28 124.7 1 3 1.1 0.2

29 16.2 14.8 10.9

30 34.2 3.3 11.2 10.3 0.2 0.3

31 33.6 4 64 4.5 2.8

Jumlah 368.6 151.6 204.6 182.2 255.3 134.7 183.2 114.4 37.8 132.1 114.7 275

Rata-rata 11.89 5.414 6.6 6.073 8.235 4.49 5.909 3.69 1.26 4.261 3.823 8.871

HH 20 16 20 21 15 12 15 13 10 8 15 26

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 67: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

56

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2004

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 4.7 0.6 10.4 7.3 20.3

2 0.1 30.2 18.8 8.2 8.3 25.2

3 25.1 TTU 0.1

4 0.4 35 12.9 1.4 4.8

5 14.6 9.8 3 3.4 1.7 8.7 2.8

6 4.1 3.2 24.4 8.8 10.9 TTU

7 0.4 29.4 14.8 8.6 32.4 0.5

8 0.2 18.1 8.6 24 38.6 8.4 0.4 3.8 4.8

9 0.1 34.8 19.5 1.8

10 0.6 2.8 2.3 2.8

11

5.8 1.8

12 1.5 0.4 40.1 2.2 2.9 0.3

13 9.2 24.7 2.3 2.1

14 19.3 0.8 0.1

15 73.1 5.1 0.5 TTU

16 2 13.2 7

17 3 1.7 1.4 0.4 15.8

18 0.6

3 1.1

19 11.2 19.5 7.1 4 22.7 1.2

20 2.4 1.2 11.8 13.8 2.1

21 6.8 46 20.2 3.3 0.2

22 1.8 33.2

0.7 1.1 7.6

23 2.3 39.5 0.8

24 24.4 1.4 38

25 1.4 1.1

0.3 4.6 0.3 13.3

26 6.4 13 7.2 7.5 0.5 4.2

27 11.1 0.3 14.7 16.2 0.4 1.6 7.2

28 9.4 0.2 19.8 1 16 3.2

29 14.6 23.6 1 7.6 3.2

30 4 62.9 1.2 19 20.3 7.3

31 16.5 7.3

Jumlah 104 221.4 384 192.5 182.3 46.8 28.3 0 15.8 12.1 133.9 160.9

Rata-rata 3.355 7.634 12.8 6.21 5.881 1.56 913 0 0.527 0.39 4.463 5.19

HH 18 18 21 13 15 11 13 0 6 2 16 17

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 68: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

57

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2005

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 6.2 3.7 22.5 TTU TTU 1.7

2 21.2 0.3 0.2 3.2 0.1

0.5

3 14.6 25.5 0.7 7.8 9.6 6

4 52.2 3.8 9 14.8 TTU 0.8

4

5 3.7 1.3 13.3 1 0.1 3.1 6.8

6 1 1 65.4 2

0.1

7 20.9 0.8 60.4 5.8 89.7 4.2 1.6

8 9.8 17.4 3.8 10 4.6

9 0.2 34 26 15.1

10 39.8

44.2 0.8 35

11 TTU 0.8 2.3 3.4 13.9 10.2

30 13.4 2

12 6.6

10.7 2.1 36.9 4.4 0.5

13 3.6 15.5 53.4 2.7 TTU 14.1 19 1

14 TTU 4.3 1.2 5.6 49.4 3 1.4 20.4 1 0.5

15 48.6 9.2 30.1

16 10.3 8.4 12.6 26.2

17 0.2 5.7 7.1 13.4 0.5 10

18 6.8 10.1 1.6 6.7 6 4.7

19 14.2 25 1.7 55.3 48.2 27.5

20 52 48.7 0.8 1.6 3 54

21 0.4 1.1 34 5.2 0.5 4.1 2.4 0.5

22 1.8 107.7

5.6 10.1 24

23 37.2 6.7 0.4 5.7 0.5 TTU 4.1 1 13.3

24 0.5 4.2 0.5 12

25 2.9 25.4 1.6 4.4

0.5 2.7

26 0.2 2.7 0.8

27 2.1 0.4 9.6 3.2 66

28 69.1 0.1 49.6 6.8 71.6 0.3

29 30.9 1.4 2.8 28 1 25

30 20.2 0.5 2

31 18.9

Jumlah 246.1 128.1 382.8 421.7 190.1 114.1 169.8 51 2 328.7 73.2 241.4

Rata-rata 7.939 4.579 12.35 14.06 6.132 3.803 5.477 1.645 0.067 10.6 2.44 7.787

HH 18 16 20 21 16 12 10 6 5 19 12 23

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 69: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

58

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2006

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 1.4 1.2 0.8 14

2 15.3 18.6 82.3

3 39.7 6.6 3

4 0.6 2.9 9

5 13 13.6 2.8

6 30 0.2 2.4 3.1

7 52 0.9 1.2 0.7

8 9 107.6 2.1 TTU

9 0.6 0.3

10 12.9 28 TTU

11 27

TTU 2.3 0.3 TTU

12 3 TTU 18.5 0.3 6.6

13 5 9 4.7 31.7 0.3 9 5.5

14 41 2.4 7.8 TTU 13

15 2.7 22 4.6 TTU

16 12 21.5 0.7 2 8 1.9 TTU

17 7.4 19 4 0.4 20.9 TTU

18 1 19 31.1 27.1 0.1 14 3

19 TTU 27.1 2 48.3 7.3 2 1 8.2

20 TTU 0.5 22.9 2.4 4.6

21 1 0.5 4.4 32.8 1.4 11.2

22 56.3 30.8 14.1 22

23 7 5 21 4.9 51.1

24 10 7.5 48.5 TTU 0.8 21.6 10.2

25 18.5 7.3

TTU 21 6.6

26 1.4 1 54.2 0.6 TTU

27 28.5 0.5 TTU 3 TTU

28 5 2.4 TTU 0.4 0.6 2.4

29 1 22.7 0.7 12.7 TTU 2.5 2 0.8

30 16.9

31 0.8 0.3 TTU 1.4

Jumlah 114.4 276.4 153.5 177.8 381.6 190.8 24.8 27 10.9 0 121.4 110.6

Rata-rata 3.69 9.871 4.952 5.927 12.31 6.36 0.8 0.87 0.363 0 4.047 3.568

HH 14 17 15 19 19 19 7 5 4 1 12 16

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 70: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

59

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2007

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 3.2 7.4 23.5

2 54.1 67.9 TTU 7.3 TTU

7.2 1.2 TTU

3 0.5 19.8 14.4 18 TTU 6.5 2.7

4 3.2 3.4 36.6 9.8 11.8 7.4 11.2

1.3 3

5 0.2 9.4 24.4 58.2 TTU 14.1 TTU

6 0.9 TTU 0.9 3.8

8.1 2.2 11.6

7 5 1.2 2.9 4.5 1.9 0.2 4.1 2.5

8 21.4 48 6.1 23 32.9 TTU TTU

9 16.7 3.8 1.9 23.4 0.5 0.6

2.9 24.4 30 7

10 30.5 TTU 48.4 3.8 TTU 43.4 14

11 0.2 0.6 10.5 13.8

TTU TTU 16.3 1.4

12

TTU 9.8 1.8 0.1 2.6 7

13 TTU TTU 6 1.1 TTU 4.5

14 9.4 20.7 9.1

1.3

15 TTU 0.4 16.1 TTU TTU 31.5

16 2.6 4.4 8.5 24.2 22.9 2

17 26 0.5 48.7 4.1 10.7 15 8.4

18 TTU TTU 57 0.2 5.3 0.1 0.2 14.6 TTU 1

19 1 0.6 99.9 8.8 23.2 0.1 1 TTU 6.4

20 3.1 0.3 4.6 18.9 7 2 12.8 28.8

21 TTU 9.8 0.2 TTU 11.2 TTU 2.4 22.3 5.2

22 9.8 18.4 5.7 1.2 2 TTU 7.8 21.4 1

23 4.8 2.5 3.1 0.3 3.3 1.8 1.8 54.2 8.8

24 31 26.5 1.5 0.1 0.9 48.3

25 25 43 2.6 TTU TTU 18.5 TTU 0.4 1

26 2.8 7.2 TTU 10.4 2.4 0.8 TTU 53.6 14

27 2.9 TTU 0.7 0.8 10.6 TTU 2.2 TTU 6.6

28 1 TTU 4 TTU 54 27.6 0.2 0.9 38.2 5.5

29 1 1.4 0.7 4.9 2.8 28

30 11.4 TTU TTU 8 0.5 13.4

31 1.6 23.6 10.9

Jumlah 165 301.6 245.2 293.1 212 221.5 79.4 27.9 47.1 145 292.7 221.2

Rata-rata 5.322 9.729 7.91 9.455 6.84 7.145 2.561 0.883 1.519 4.677 9.442 7.135

HH 21 20 21 23 20 23 14 17 7 17 19 24

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 71: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

60

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2008

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 8.2 19.6 16.5 3.2 8.5

2 1.3 15.9 15.3 20.7 9.1 0.8 12.1 TTU

3 9.5 0.3 3.6 74.3

4 0.5 1.2 TTU 14.4 18 9.9 4.6 2 6

5 2.4 3.9 0.3 5.4 0.2 2.6 31.4 TTU 3.8

6 TTU TTU 2.2 45.4 17.1 4.3 20.4 4.9

7 26.7 1 3.2 16.1 1 7.1 14.2 1.6

8 5.7 5.7 TTU 3.7 33 11.8 0.6 0.5 2.3 4.6

9 4.9 1.3 1.2 7 17 11.4 20.3 8.4

10 TTU 3.6 10.4 1 17.6 2.7 5.2

11 2 0.5

25.1 25.4 6.9 1.7 18

12 15.2 51.4 1.4 6.7 13.1 13 0.3 6.3 20.8

13 2.4 4.1 0.5 5.7 16.6 0.2

14 0.4 0.4 25.2 20.7

42 TTU 2.1 1.4 4.8

15 15.4 TTU 48.7 14.4 3 2.6

16 8.4 6.4 14.5 14.7 0.2 0.2 28 4.2 6 0.8

17 5.4 5.4 1 0.2 7.7 21.8 8.8 0.1

18

0.4 2.3 0.4 0.1

19 4.1 25 2.8 3.4 9.6 9.5

20 7.5 7.5 18 4.6 0.4 2 0.5 TTU

21 9.6 9.6 1.4 TTU 3 12.6 23.4

22 1.1 1.3 1 15.4 30.1 7.4 22.8

23 TTU 2.3 2.6 43.7

24 1.8 1.8 27.3 20.2 TTU 1 2 2.8 11.6 1.6

25 45.7 1.3 95.5

TTU

9 14.6

26 5.6 3 25 TTU 0.1 1 0.2 3.4 29.5 TTU

27 1.2 0.4 14.9 0.9 4 14.6 3.6 63.6 1

28 3.8 1.6 2 2.3 1 0.2 59 TTU

29 TTU 0.3 2.5 19.7 5.4 24

30 12.9 16.5 10.2 0.4 4.4

31 31.2 24.8 30.8

Jumlah 132.5 66.6 269.7 250.8 192.3 221.9 76.7 169 167 202.5 327.2 93.2

Rata-rata 4.274 2.148 8.7 8.09 6.203 7.158 2.474 5.45 5.387 6.532 10.55 3.006

HH 16 19 20 22 18 17 15 22 12 21 25 17

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 72: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

61

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2009

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 1 9 1.8 0.1 1.4

2 0.5 0.3 0.3 0.2 1

3 2.6 2.6 0.9

4 35 0.6 TTU 1 17.3

5 0.3 9.4 3.2 12 8

6 TTU 21.6 7.7

TTU 9.4

7 0.6 3.4 2 1.4 17.8 TTU 0.6 14 10.2 8.4

8 5.2 4.5 44.9 2.2 0.2 0.2 28 41.5

9 15.9 21.5 28.7 7.3 7

10

5.4 22.2 16.1

11 0.4 40.5 7.6 1.4 TTU

14.5 0.8 8.3

12

4 TTU 0.6 3 30.5

13 TTU 19.4 44.2 5.7 71.4 7.9 TTU 15.5

14 TTU 6.8 17.3 1.5 19

8.9

15 0.5 0.6 2.2 8.2 32.9 TTU TTU 11.4

16 0.2 0.8 11.4 15.7 1.5 15.3

17 4.2

0.3 37.4 38.8 11.8 2.1 2.8

18 TTU 16.8 0.5 6.5 14.2 0.4

19 1 39.6 0.1 6.3 6.4 3 3.8 TTU

20 TTU 1.8 3.2 51.8 20.8

21 2 5.7 TTU 1 14.2 3.4 45.2

22 15.5 33 TTU 12.4 5.5 0.2 18 32.4 TTU

23 1.8 11 0.3 0.4 21.7 1.1 31.3 TTU

24 2.6 42 TTU 15.7 TTU TTU

25 3.6 3 TTU 0.1 0.2 4.2

26 28 5 0.2 TTU 62.5 1.3

27 12 3.6 0.6 28 17.7 16.4 30.7

28 0.8 TTU 0.6 35 1 23.9

29 TTU 18.3

30 3.4 8 15.1 TTU 1.8

31 0.4 TTU 1

Jumlah 107.3 169.8 192.2 216.8 271.1 93.2 154.6 23.1 2.1 108.5 220.1 243.9

Rata-rata 3.461 5.477 6.2 6.993 6.132 3.006 4.987 0.745 0.067 3.5 7.1 7.868

HH 22 16 20 20 23 15 13 5 7 10 14 21

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 73: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

62

DATA CURAH HUJAN TAHUNAN

TAHUN 2010

Tgl BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

1 5.5 11.2 112.1 0.1 67.6 TTU 6.4 4.8 17.5 38.5

2 17.2 7 15.6 4.3 47.7 TTU TTU 0.3 0.5

3 1.8 1.7 1.7 1.5 16.7 TTU 6.6 0.4 26.3 8 3.9

4 12.6 5.3 1 44.3 TTU 24.8 1.2 0.5 2 16.8

5 1 0.1 3 2.5 10.1 109.4 41.8 21.5 5.8 6.4 7.9

6 13.9 10.8 96.7 5.5 1.6 0.3 TTU 13.5 21.8 13.2 40.4

7 5 0.2 32.2 TTU 0.6 12.3 9.7 0.2

8 5 6.9 5.2 9.5 40.2 5.9 0.1 3.2 36.8 TTU 2.6

9 11.3 96.6 37.5 1.6 4.2 9.7 3 6.8

10 15.8 30.3 5.6 1.2 34.6 58 16.6 31.5 7 0.3 0.1

11

3.2 1.1 2.5 TTU 5 2

16.4 7.7

12 0.9 4.3 4.9 12.5 12.4 4.6 98.8 30.2

13 0.2 20.7 TTU 10.6 TTU 0.1 TTU 2.1

14 6.2 26.7 1.1 3.2 16.2 8.1 0.2

15 0.5 11 3.6 8.6 33.9 10.6 2.2 6.1 134.3 10.6 12.6

16 TTU TTU 1.3 22.5 3.7 11.2 1

17 0.1 0.5 3.6 1.1 21

TTU

18 8.7 5.4 0.3 7.4 TTU 0.3 7 10.9 8.6 0.5 0.8

19 12.8 0.4 6 0.1 5.2 9.3 55 TTU TTU

20 4.7 10 0.8 12.9 3.8 43.9

63 0.2

21 1.9 0.8 0.1 2.9 2.2 26.1 9.5 25.2 7.5

22 0.7 0.9 11.5 TTU 0.7 30 1.8 0.2 1.5

23 1 TTU 60.5 19.8 TTU 1.9 5.5 17.4 TTU 19.2

24 0.6 TTU 0.7 1.8 9.5 4.7 TTU 3.4

TTU 48.3

25 39.1 2.5 10.8 17.4 21 19.9 19.2

26 1.5 TTU 0.9 3.3 50.2 0.4 6 1.1 162.7

27 0.5 0.1 1.1 36.1 28.5 29.5 7.4 2.7 5.6

28 TTU 1.3 8.8 3 0.9 TTU 5 21.8 1.5 4.3

29 2.4 TTU 2.8 13 TTU 7.3 16.9 11.2 3.2 4

30 12.3 3.6 14 3.4 0.9 2.3 31 12 2.6 0.1

31 25.7 0.4 14.8 0.2 36.5

Jumlah 150.9 239.3 224.8 219.4 286.5 311.9 342.8 273 469.7 349.5 314 258.8

Rata-rata 4.868 7.719 7.252 7.077 9.241 10.06 11.06 8.81 15.15 11.27 10.13 8.348

HH 22 18 22 21 27 23 24 26 30 25 22 21

Ket HH : Jumlah Hari Hujan

TTU : Jumlah Curah Hujan Tidak Terukur (< 0,1)

Page 74: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

63

Lampiran 2 Data Curah Hujan Maksimum Bulanan dan Data Hari Hujan.

Data Curah Hujan Maksimum Bulanan

THN Bulan

Maks JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

2001 197 122 128 370.8 170 144 66.2 32 76 106 184.7 142 370.8

2002 253.6 222.4 198.4 324.6 347.6 148.1 28.8 0 22.8 23.2 150.7 151 347.6

2003 368.6 151.6 204.6 182.2 255.3 134.7 183.2 114.4 37.8 132.1 114.7 275 368.6

2004 104 221.4 384 192.5 182.3 46.8 28.3 0 15.8 12.1 133.9 161 384

2005 246.1 128.1 382.8 421.7 190.1 114.1 169.8 51 2 328.7 73.2 241 421.7

2006 114.4 276.4 153.5 177.8 381.6 190.8 24.8 27 10.9 0 121.4 111 381.6

2007 165 301.6 245.2 293.1 212 221.5 79.4 27.9 47.1 145 292.7 221 301.6

2008 132.5 66.6 269.7 250.8 192.3 221.9 76.7 169 167 202.5 327.2 93.2 327.2

2009 107.3 169.8 192.2 216.8 271.1 93.2 154.6 23.1 2.1 108.5 220.1 243.9 243.9

2010 150.9 239.3 224.8 219.4 286.5 311.9 342.8 273 469.7 349.5 314 259 469.7

RATA-RATA 361.67

Data Hari Hujan

Thn Bulan

Total Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2001 23 14 19 21 16 16 8 1 10 10 20 16 174

2002 26 16 21 24 12 19 5 1 2 2 18 19 165

2003 20 16 20 21 15 12 15 13 10 8 15 26 191

2004 18 18 21 13 15 11 13 0 6 2 16 17 150

2005 18 16 20 21 16 12 10 6 5 19 12 23 178

2006 14 17 15 19 19 19 7 5 4 1 12 16 148

2007 21 20 21 24 20 23 14 17 7 17 19 24 227

2008 16 19 20 22 18 17 15 22 14 21 25 17 226

2009 16 19 21 22 23 15 13 5 7 10 14 21 186

2010 22 18 22 21 27 23 24 26 30 25 22 21 281

Page 75: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

64

Lampiran 3. Dokumentasi lapangan

Lokasi Penelitian Bukit TLF Wilayah Tambang Tengah

Lokasi yang cocok untuk pembuatan dump sebagai kolam pengendapan

Page 76: 129667522 Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit TLF Tambang Tengah PT Aneka Tambang Tbk UBPN Sulawesi Tenggara

65

Daerah genangan air pada bukit TLF

Penempatan sump yang tidak sesuai pada lokasi penambangan