perencanaan sistem penyaliran pada kemajuan tambang
TRANSCRIPT
PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN PADA KEMAJUAN
TAMBANG SEBELAH BARAT PT. DAYA BAMBU
SEJAHTERA, DESA MANGUPEH, KABUPATEN
TEBO, PROVINSI JAMBI
TUGAS AKHIR
Bayu Septriawan
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN PADA KEMAJUAN
TAMBANG SEBELAH BARAT PT. DAYA BAMBU
SEJAHTERA, DESA MANGUPEH, KABUPATEN
TEBO, PROVINSI JAMBI
TUGAS AKHIR
untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
BAYU SEPTRIAWAN
1310024427017
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
i
PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN PADA KEMAJUAN
TAMBANG SEBELAH BARAT PT. DAYA BAMBU
SEJAHTERADESA MANGUPEH, KABUPATEN
TEBO, PROVINSI JAMBI
Nama : Bayu Septriawan
NPM : 1310024427017
Pembimbing I : Refky Adi Nata, ST. MT
Pembimbing II : Yaumal Arby, ST. MT
ABSTRAK
Operasi penambangan yang dilakukan oleh PT. Daya Bambu Sejahtera
menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode open pit . Pada tambang
terbuka kegiatannya berhubungan langsung dengan udara luar, akibatnya kegiatan
penambangan sangat dipengaruhi oleh iklim. Salah satu iklim yang sangat besar
pengaruhnya adalah hujan. Hujan merupakan sumber utama air pada tambang
terbuka. Keberadaan air pada dasar front sangat mengganggu kegiatan
penambangan, sehingga air tersebut harus dikeluarkan dari lokasi penambangan.
Sistem penyaliran tambang yang digunakan oleh PT. Daya Bambu Sejahtera
pada front bagian barat menggunakan saluran dan pemompaan. Debit air dari
front penambangan dipompakan menuju saluran, kemudian dialirkan menuju
kolam pengendapan lumpur. Besarnya curah hujan rancangan adalah 443,78
mm/hari. Catchment area dibagi menjadi tiga, yaitu CA-1 dengan debit
limpasan sebesar 3,918 m³/detik, CA-2 dengan debit limpasan sebesar 1,399
m³/detik dan CA-3 dengan debit limpasan sebesar 2,322 m³/detik.
Pada CA-1 dan CA-2 untuk mengeluarkan air menggunakan pemompaan,
jumlah pompa pada CA-1 sebanyak 3 buah pompa pada putaran mesin 2200 rpm
dan 10 buah pompa pada putaran mesin 900 rpm, sedangkan jumlah pompa untuk
CA-2 sebanyak 1 buah jika putaran mesin 2200 rpm dan 4 buah pompa jika
putaran mesin 900 rpm. Untuk mengeluarkan air pada CA-3 menggunakan saluran
tambang dengan dimensi lebar dasar saluran 0,908 m, tinggi saluran 0,987 m,
lebar muka air 1,824 m dan dengan kemiringan 6o.
Total lumpur adalah 258.001,84 m3/tahun, pengerukan dilakukan 12 kali
dalan satu tahun.Volume lumpur dalam 1 kali pengerukan adalah 21.500,15 m3,
volume lumpur sebesar 21.500,15 m3 tersebut terbagi dalam 6 buah kolam
pengendapan lumpur, jadi volume untuk 1 kolam pengendapan lumpur adalah
5.375,02 m3. Dengan demikian dimensi kolam pengendapan lumpur yang harus
direncanakan adalah, panjang 30 m, lebar 25 m dan kedalaman 8 m.
Kata kunci: Curah hujan rancangan, intensitas curah hujan, debit limpasan,
dimensi saluran, pompa dan dimensi kolam pengendapan lumpur.
ii
PLANNING OF THE DRAINAGE SYSTEM ON THE PROGRESS
OF THE WEST MINE PT. DAYA BAMBU SEJAHTERA
DESA MANGUPEH, KABUPATEN TEBO,
PROVINSI JAMBI
Name : Bayu Septriawan
Student ID : 1310024427017
Supervisor I : Refky Adi Nata, ST. MT
Supervisor II : Yaumal Arby, ST. MT
ABSTRACT
The mining operations conducted by PT. Daya Bambu Sejahtera use surface
mining system with the method of open pit. In the surface mining activities relate
directly to the outside air, as a result the mining activities are strongly influenced
by climate. One of the huge influence climate is rain. Rain is the main source of
water in sueface mining. The presence of water at the baseof the front is very
troubling activities mining, so that the water must be removed from the mining
location.
The drainage system of mine use PT. Daya Bambu Sejahtera on the western
front using channels and pumping. The water debit from the mining front is
pumped toward the channel, then flowed to the settling pond. The amount of
rainfall draft is 443,78 mm/day. Catchment area is divided into three that is CA-1
with run off discharge of 3,918 m³/sec, CA-2 with run off discharge of 1,399
m³/s and CA-3 with run off discharge of 2,322 m³/ sec.
In the CA-1 and CA-2 to draining water using pumping, the number of
pumps in CA-1 as much as 3 pieces of pumps at 2200 rpm and 10 pumps at 900
rpm, while the number of pumps used for CA-2 as much as 1 pieces of pumps at
2200 rpm and 4 pumps at 900 rpm. To remove water on CA-3 using mined
channels with dimensions base widht of channel 0,908 m, channel height 0,987 m,
wide water level 1,824 m, and with a slope 60o.
Total mud is 258.001,84 m3/year, dredging done 12 time in one year. The
volume of mud in one dredging is 21.500,15 m3, mud volume of 21.500,15 m3 is
divided into 6 pieces settling pond, so the volume for 1 settling pond is 5.375,02
m3. Thus the dimension of the settling pond to be planned is, long 30 m, wide 25
m, and high 8 m.
Key words: Rainfall plan, intensity of rainfall, run off, channel dimensions, pump
and the dimension of settling pond.
iii
KATA PENGANTAR
بسمهللالرحمنالرحيمPuji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan
salah satu mata kuliah wajib. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini
belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam
penyelesaian proposal penelitian ini dengan baik.
Dalam proses ini penulis telah didorong dan dibantu oleh berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Refky Adi Nata ST, MT selaku dosen pembimbing I dalam penulisan
proposal penelitian.
4. Bapak Yaumal Arbi, ST, MT selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
proposal penelitian.
5. Bapak Chairil Nur selaku Kepala Teknik Tambang PT. Daya Bambu
Sejahtera.
iv
6. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang, khususnya dari jurusan Teknik Pertambangan.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan kepada penulis. Pada akhirnya penulis berharap
semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
seluruh pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Padang, April 2018
(Bayu Septriawan)
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK.............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 3
1.4 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................ 4
1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 5
2.1 Landasan Teori ................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Pertambangan ....................................................... 6
2.1.2 Sistem Penambangan .............................................................. 6
vi
2.1.2.1 Sistem Tambang Terbuka......................................... 6
2.1.2.2 Sistem Tambang Bawah Tanah ................................ 7
2.1.2.3 Sistem Tambang Bawah Air..................................... 7
2.1.3 Perencanaan Tambang Terbuka.............................................. 8
2.1.3.1. Data Perancangan Tambang Terbuka....................... 8
2.1.4 Penyaliran Tambang ............................................................... 9
2.1.4.1 Daur Hidrologi.......................................................... 9
2.1.4.2 Prespitasi................................................................... 10
2.1.4.3 Infiltrasi .................................................................... 11
2.1.4.4 Evaportranspirasi ...................................................... 11
2.1.4.5 Limpasan (run off) .................................................... 12
2.1.5 Curah Hujan .......................................................................... 13
2.1.5.1 Intensitas Curah Hujan ............................................. 14
2.1.5.2 Periode Ulang Hujan ................................................ 15
2.1.5.3 Daerah Tangkapan Hujan......................................... 18
2.1.6 Saluran Tambang .................................................................. 19
2.1.7 Sumuran (sump) .................................................................... 21
2.1.8 Pompa.................................................................................... 22
2.1.8.1 Daya Pompa ............................................................. 23
2.1.8.2 Kapasitas Pompa ...................................................... 24
2.1.9 Pipa........................................................................................ 25
2.1.10 Aliran Fluida ....................................................................... 29
2.1.11 Kolam Pengendapan Lumpur.............................................. 30
vii
2.1.12 Penelitian Relevan............................................................... 31
2.2 Kerangka Konseptual ......................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 42
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 42
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 42
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................... 42
3.2.2 Waktu Penelitian..................................................................... 42
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 42
3.4 Data dan Sumber Data........................................................................ 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 44
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................ 44
3.6.1 Teknik Pengolahan Data......................................................... 44
3.6.2 Analisis Data........................................................................... 45
3.7 Diagram Alir Penelitian...................................................................... 46
BAB IV TINJAUAN UMUM WILAYAH STUDI ...................................... 48
4.1 Tinjauan Perusahaan ...................................................................... 48
4.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah .................................................... 49
4.3 Geologi Regional ........................................................................... 50
4.3.1 Stratigrafi Regional ...................................................................50
4.3.2 Struktur dan Tektonika Regional ..............................................52
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .......................... 55
5.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 55
5.2 Pengolahan Data............................................................................ 55
viii
5.2.1 Penentuan Curah Hujan Rancangan.........................................57
5.2.2 Penentuan Intensitas Curah Hujan ...........................................62
5.2.2.1 Intensitas Curah Hujan Front Barat............................62
5.2.3 Penentuan Debit Limpasan ......................................................65
5.2.3.1 Debit Limpasan Front Barat......................................65
5.2.4 Pemompaan ...............................................................................66
5.2.4.1 Penentuan Head dan Daya Pompa Pada CA-1...........67
5.2.4.2 Penentuan Head dan Daya Pompa Pada CA-2...........71
5.2.5 Penentuan Jenis dan Dimensi Penampang Saluran...................75
5.2.5.1 Penentuan Jenis Penampang Saluran .........................75
5.2.5.2 Dimensi Saluran .........................................................78
5.2.6 Rencana Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur ......................81
BAB VI ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA ................................. 84
6.1 Sistem Pnyaliran Tambang Pada Front Barat...................................85
6.1.1 Sistem Drainase Saat ini............................................................85
6.1.2 Perencanaan Sistem Drainase ...................................................85
6.1.3 Sistem Pemompaan Saat ini ......................................................86
6.1.4 Perencanaan Sistem Pemompaan..............................................87
6.2 Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur.............................................88
6.2.1 Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur Saat Ini........................88
6.2.2 Perencanaan Kolam Pengendapan Lumpur ..............................89
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 90
7.1 Kesimpulan.......................................................................................90
ix
7.2 Saran .................................................................................................91
DAFTAR KEPUSTAKAAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi .................................... 13
Tabel 2.2 Hubungan Derajat dan Intensitas Curah Hujan ................................ 14
Tabel 2.3 Karakteristik Distribusi Frequensi .................................................... 16
Tabel 2.4 Nilai Variabel Reduksi Gauss........................................................... 17
Tabel 2.5 Harga koefisien Manning ................................................................. 20
Tabel 2.6 Efisiensi Standar Pompa ................................................................... 24
Tabel 2.7 Kondisi Pipa dan Harga C ................................................................ 26
Tabel 2.8 Kofisien Kerugian Belokan Pipa ...................................................... 27
Tabel 2.9 Koefisien Kerugian Pipa Dari Berbagai Katup ................................ 28
Tabel 2.10 Sifat-sifat Fisik Air ......................................................................... 29
Tabel 4.1 Koordinat IUP PT. Daya Bambu Sejahtera ...................................... 48
Tabel 5.1 Curah Hujan Maksimum Periode 10 Tahun ..................................... 56
Tabel 5.2 Daerah Tangkapan Hujan ................................................................. 57
Tabel 5.3 Deviasi Standar................................................................................. 58
Tabel 5.4 Nilai-nilai Pada Persamaan Distribusi Log-normal.......................... 60
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Dengan Distribusi Log-normal ........................... 61
Tabel 5.6 Hasil Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data ....................................... 85
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Daur Hidrologi .............................................................................. 10
Gambar 2.2 Geometrik Penampang saluran ..................................................... 21
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual.................................................................... 41
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 47
Gambar 4.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Daya Bambu Sejahtera.................. 50
Gambar 4.2 Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan .................................... 51
Gambar 4.3 Peta Geologi Regional Desa Mangupeh ....................................... 52
Gambar 5.1 Penampang Trapesium.................................................................. 79
Gambar 5.2 Penampang Saluran Terbuka ........................................................ 82
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Schedule Penelitian .............................................................. 92
Lampiran B Data Curah Hujan Tahunan .................................................. 93
Lampiran C Data Curah Hujan Aktual Oktober 2017 ............................. 94
Lampiran D Alat Ukur Curah Hujan Sederhana....................................... 95
Lampiran E Data Hari Hujan Oktober 2017............................................. 96
Lampiran F Legalitas Data Lapangan....................................................... 97
Lampiran G Konversi Satuan Hujan......................................................... 98
Lampiran H Spesifikasi Pompa ................................................................ 99
Lampiran I Dokumentasi Lapangan ........................................................ 100
Lampiran J Ilustrasi Pemompaan............................................................. 106
Lampiran K Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur ................................ 107
Lampiran L Dimensi Saluran.................................................................... 108
Lampiran M Peta Situasi Tambang September 2017 ................................ 109
Lampiran N Peta Catchment Area ............................................................. 110
Lampiran O Peta Perencanaan Sistem Penyaliran..................................... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertambangan batubara merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi
ketersediaan energi pada saat ini, baik digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik, industri pembuatan semen, peleburan bijih besi, dan lain-lain. Hal itu dapat
dilihat dari meningkatnya permintaan batubara, baik dari pasar domestik maupun
mancanegara. Sehingga menuntut banyaknya perusahaan tambang berlomba-
lomba meningkatkan produksi batubaranya untuk bersaing memenuhi permintaan
pasar batubara dunia. Dalam mencapai target produksi, kelancaran suatu kegiatan
penambangan menjadi faktor yang paling utama, yaitu dengan cara
meminimalkan kendala-kendala yang dapat menghambat kegiatan penambangan.
Kendala air merupakan aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
pertambangan terbuka, semakin banyak lahan yang akan ditambang, semakin
banyak pula air yang masuk ke dalam tambang (Ramadandika & Putri, 2015).
Oleh karena itu perlu adanya rancangan sistem penyaliran yang baik untuk
mencegah front penambangan tergenang air.
PT. Daya Bambu Sejahtera merupakan suatu perusahaan swasta nasional
yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di Desa Mangupeh,
Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Berdasarkan dengan SK
Bupati Tebo No.3.402/ESDM/2010, Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
PT. Daya Bambu Sejahtera seluas 3402 Ha. Sistem penambangan yang digunakan
oleh PT. Daya Bambu Sejahtera adalah tambang terbuka dengan metode open pit.
2
Metode penambangan ini akan menyebabkan terbentuknya cekungan
yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah tampungan air,
baik yang berasal dari air limpasan permukaan maupun air tanah. Pada saat
kondisi cuaca ekstrim dengan adanya curah hujan yang tinggi, maka air yang
berasal dari limpasan permukaan dapat menggenangi lantai dasar dan
menyebabkan front penambangan berlumpur sehingga menghambat kegiatan
penambangan (Endriantho & Ramli, 2009), terlebih lagi daerah penambangan PT.
Daya Bambu Sejahtera memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi, yaitu berkisar
250 mm pada tahun 2016 dan berdasarkan BMKG telah dikategorikan curah hujan
yang cukup tinggi.
Kegiatan penambangan batubara yang dilakukan PT. Daya Bambu Sejahtera
terdiri dari pit A dan pit D, yang kemudian dibagi menjadi beberapa blok. Pada
saat ini kegiatan penambangan difokuskan di pit D blok 3 dan 4. Sehubungan
dengan meluasnya wilayah penambangan di pit D blok 3 dan 4 tersebut, maka
daerah tangkapan hujan pun menjadi lebih luas dari yang sudah direncanakan
sebelumnya sehingga debit yang dihasilkan air hujan juga semakin meningkat dan
menyebabkan meluapnya air yang terdapat pada sump dikarenakan jumlah pompa
yang digunakan tidak optimal lagi, terlebih lagi kolam pengendapan lumpur yang
digunakan telah penuh oleh lumpur yang mengeras, sehingga proses pengendapan
lumpur tidak terjadi dan mengakibatkan tersumbatnya saluran terbuka yang
mengalirkan air dari kolam pengendapan lumpur ke sungai. Tersumbatnya saluran
terbuka menyebabkan meluapnya air dan lumpur yang berasal dari tambang ke
perkebunan warga yang terletak di sekitar saluran terbuka. Oleh karena itu harus
3
direncanakan kembali sistem penyaliran tambang untuk daerah kemajuan tambang
di sebelah barat, yaitu pada pit D blok 3 dan 4. Agar kegiatan penambangan
berjalan dengan lancar dan front penambangan terbebas dari genangan air setelah
terjadinya hujan, maka sistem penyaliran harus dirancang dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perencanaan Sistem Penyaliran Pada Kemajuan
Tambang Sebelah Barat PT. Daya Bambu Sejahtera Desa Mangupeh,
Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi”
1.2. Identifikasi Masalah
Dari hasil observasi yang dilakukan di PT. Daya Bambu Sejahtera, terdapat
beberapa masalah yang dijumpai, antara lain:
1. Cukup tingginya intensitas curah hujan di PT. Daya Bambu Sejahtera, yaitu
berkisar 250 mm pada tahun 2016.
2. Jumlah kebutuhan pompa tidak optimal sehingga mengakibatkan meluapnya
air yang terdapat pada sump ketika hujan
3. Kolam pengendapan lumpur yang digunakan telah penuh oleh lumpur yang
mengeras dan mengakibatkan banyak lumpur menggenangi perkebunan
warga pada saat hujan.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai tujuannya, maka penelitian ini
diberi batasan sebagai berikut:
1. Berdasarkan jurnal bulletin geologi tata lingkungan, aquifer kabupaten tebo
termasuk dalam cekungan air kabupaten bungo yang memiliki kedalaman
4
antara 50m-100m dan berdasarkan tinjauan yang dilakukan di lapangan,
tidak terdapatnya rembesan atau mata air tanah yang mengalir ke front
penambangan, sehingga penelitian ini difokuskan menghitung debit yang
dihasilkan air hujan.
2. Sesuai dengan kondisi front penambangan, maka penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Mine Dewatering dan Mine Drainage.
3. Penelitian hanya difokuskan pada kemajuan tambang periode 2 tahun (2017-
2019) kedepan dan hanya pada lokasi penambanagn pit D blok 3 dan pit D
blok 4.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka penulis merumuskan permasalahan ditinjau dari beberapa aspek
diantaranya:
1. Berapakah unit pompa yang dibutuhkan dan spesifikasi pompa yang sesuai
untuk mengeluarkan air yang masuk ke lokasi penambangan batubara PT.
Daya Bambu Sejahtera?
2. Berapakah ukuran dimensi saluran terbuka yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air yang di pompakan dari lokasi penambangan batubara pit D
blok 3 dan pit D blok 4 menuju ke kolam pengendapan lumpur.
3. Berapakah ukuran dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan untuk
menampung air serta mengendapkan lumpur yang berasal dari lokasi
penambangan batubara PT. Daya Bambu Sejahtera ?
5
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menentukan unit pompa yang dibutuhkan dan spesifikasi pompa yang sesuai
untuk mengeluarkan air yang masuk ke lokasi penambangan batubara PT.
Daya Bambu Sejahtera.
2. Menentukan ukuran dimensi saluran terbuka yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air yang di pompakan dari lokasi penambangan batubara pit D
blok 3 dan pit D blok 4 menuju ke kolam pengendapan lumpur.
3. Menentukan ukuran dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan
untuk menampung air serta mengendapkan lumpur yang berasal dari lokasi
penambangan batubara PT. Daya Bambu Sejahtera.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilakukan, penulis berharap hasil penelitian dapat
memberi manfaat:
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi PT. Daya Bambu Sejahtera
dalam melaksanakan penerapan sistem penyaliran di pit D.
2. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu dibangku perkuliahan ke dalam bentuk
penelitian, dan meningkatkan kemampuan dalam menyelesaika suatu kasus.
3. Bagi institusi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian khususnya dibidang keilmuan teknik pertambangan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan judul
penelitian sebagai penguat penelitian, diantaranya dapat dilihat pada poin-poin di
bawah ini:
2.1.1.Pengertian tambang
Definisi Pertambangan berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2009 adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau bijih tembaga yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi,studi kelayakan, konstruksi, penambangan,pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan paska tambang.
2.1.2.Sistem Penambangan
Menurut Partanto (1990), sistem penambangan secara garis besar dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
2.1.2.1. Sistem Tambang Terbuka (Surface Mining)
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. Beberapa jenis metoda
tambang terbuka yaitu sebagai berikut:
1. Open pit mining
2. Quarry
3. Open cast mining
7
4. Auger mining
5. Borehole mining
6. Dredging
7. Leaching
2.1.2.2. Sistem Tambang Bawah Tanah (Unerground Mining)
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangan dilakukan di bawah permukaan bumi dan tempat kerjanya tidak
langsung berhubungan langsung dengan udara luar. Beberapa jenis metoda
tambang bawah tanah yaitu sebagai berikut:
1. Room and pillar mining
2. Sublevel stoping
3. Longwall mining
4. Block caving
5. Cut and fill stoping
6. Shrinkage stoping
2.1.2.3. Sistem Tambang Bawah Air
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangan dilakukan di bawah permukaan air atau endapan bahan galian atau
mineral berharga yang terletak di bawah permukaan air.
Untuk pemilihan metode penambangan yang cocok untuk perancangan
penambangan, dipilih berdasarkan pada metoda yang dapat memberikan
keuntungan yang terbesar dan bukan pada kedalaman atau dangkal tidaknya letak
endapan bahan galian , serta perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik.
8
Pemilihan berdasarkan keuntungan perlu dilakukan karena industri pertambangan
dalam usahanya dikenal sebagai wasting assets, dengan resiko tinggi, sedangkan
mineral atau endapan bahan galian tersebut tidak dapat diperbaharui (non
renewable resources).
2.1.3.Perencanaan Tambang Terbuka
Sebelum dilakukan proses pelaksanaan penambangan, dilakukan terlebih
dahulu perancangan penambangan termasuk di dalamnya batas akhir
penambangan, tahapan penambangan tahunan, bulanan, penjadwalan produksi,
waste dump, perhitungan kebutuhan alat, tenaga kerja, dan perkiraan biaya alat.
Menurut Irwandy Arif (2000), dalam perencanaan tambang terbuka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
2.1.3.1. Data Perancangan Tambang Terbuka
Data yang diperlukan untuk membuat rancangan tambang terbuka adalah
sebagai berikut:
1. Peta topografi dan peta geologi dengan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000.
2. Data geologi dan ekplorasi rinci endapan bagan galian, letaknya, jenis bahan
galian, stratigrafi, dip (kemiringan) dan strike (Jurus), kadar bijih rata-rata,
dimensi bahan galian, jumlah sumber daya mineral, cadangan, penyebaran
kadar, dan lain-lain.
3. Data geoteknik
4. Data hidrologi dan geohidrologi
5. Data kegempaan
6. Data keekonomian
9
2.1.4.Penyaliran Tambang
Penyaliran tambang adalah usaha atau kegiatan pengelolaan air yang masuk
ke dalam tambang agar tidak menganggu kegiatan penambangan. penanganan
masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
1. Mine drainage merupakan suatu upaya untuk mencegah masuknya air ke
dalam lubang tambang. Hal ini umum dilakukan untuk penanganan air tanah
dan air yang berasal dari sumber air permukaan. Untuk itu dibuat system
penyaliran air parit terbuka (open ditch), parit ini dibuat untuk mengalirkan
air ke semua tempat agar tidak menganggu kegiatan penambangan.
2. Mine dewatering merupakan usaha yang dilakukan untuk mengeluarkan air
yang telah masuk ke dalam areal penambangan, terutama untuk penanganan
air hujan. Upaya penanganan digunakan pompa-pompa sehingga area
produksi tidak terendam air dan kegiatan penambangan dapat terus
beroperasi.
2.1.4.1. Daur Hidrologi
Air yang berada di dalam maupun di permukaan bumi mengalami proses
yang membentuk daur. Secara umum daur hidrologi terjadi karena air yang
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan terkondensasi dan kembali
jatuh ke bumi. Kejadian ini disebut presipitasi yang dapat berbentuk hujan, salju,
atau embun. Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan
tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan penguapan air dari tanaman disebut
10
transpirasi. Jika kedua proses ini terjadi secara bersama-sama maka disebut
evapotranspirasi.
Curah hujan yang jatuh di area tambang dipengaruhi oleh letak geografis
yang merupakan daerah tropis dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi.
Hujan yang terjadi erat kaitannya dengan adanya siklus air atau daur hidrologi,
untuk lebih jelasnya kita lihat daur hidrologi pada gambar 2.1 di bawah ini.
Sumber: Chay Asdak, 1995.
Gambar 2.1Daur Hidrologi
2.1.4.2.Presipitasi
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan atmosfer ke permukaan bumi,
presipitasi dapat terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
1. Hujan yang merupakan bentuk presipitasi yang paling penting.
2. Embun yang merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau
tumbuhan dan salju dan es.
Untuk wilayah Indonesia yang beriklim tropis, bentuk presipitasi yang
paling penting adalah hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
presipitasi adalah:
a. Adanya uap air di atmosfer.
11
b. Faktor-faktor meteorologis seperti suhu air, suhu udara, kelembaban,
kecepatan angin, tekanan, dan sinar matahari.
c. Lokasi daerah berhubungan dengan sistem sirkulasi secara umum.
d. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.
2.1.4.3.Infiltrasi
Proses infiltrasi terjadi karena hujan yang jatuh di atas permukaan tanah
sebagian dan seluruhnya akan mengisi pori-pori tanah. Curah hujan yang
mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai air limpasan permukaan atau
sebagai infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:
1. Faktor tanah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah seperti
ukuran butir dan struktur tanah.
2. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan.
3. Faktor lain, seperti kemiringan tanah, kelembaban tanah, dan suhu air.
2.1.4.4.Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses penguapan dari permukaan air yang terbuka. Transpirasi
adalah proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan melalui sel-sel stomata. Faktor-
faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah:
1. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
memerlukan panas (penyinaran matahari secara langsung).
2. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
3. Suhu dan kelembaban relatif.
12
4. Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh persediaan
kelembaban air yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan serta ukuran
stomata.
5. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.
Evapotranspirasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus turc sebagai
berikut:
E = (2.1)5.0
2
)(9,0
TL
P
P
(Sumber: Syukriadi, 2005)
Dimana :
E = Evapotranspirasi
P = Curah hujan rata - rata tahunan (mm/tahun)
T = Temperatur rata - rata tahunan (ºC)
L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3
2.1.4.5.Limpasan (Run Off)
Limpasan (run off) adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
memperhatikan asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran.
Debit limpasan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut ini:
(2.2)AICQ
(Sumber: Rudy Sayoga, 1999)
Dimana:
13
Q = Debit limpasan (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas catchment area (m2)
Tabel 2.1
Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi
No Kemiringan Tutupan Nilai (C)
1 Datar, <3%
Sawah dan rawa
Hutan dan perkebunan
Perumahan dengan kebun
0,2
0,3
0,4
2 Menengah
3% - 5%
Hutan dan perkebunan
Perumahan
Tumbuhan yang jarang
Tanpa tumbuhan dan daerah
penimbunan
0,4
0,5
0,6
0,7
3 Curam,>15%
Hutan
Perumahan dan kebun
Tumbuhan yang jarang
Tanpa tumbuhan dan daerah tambang
0,6
0,7
0,8
0,9 - 1
Sumber: Rudy Sayoga,, 1999
2.1.5.Curah Hujan
Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. Sumber utama air permukaan pada
suatu tambang terbuka adalah air hujan. Pengamatan curah hujan dilakukan
dengan alat pengukur curah hujan. Ada dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu
alat ukur manual dan otomatis. Alat ini biasanya diletakan ditempat terbuka agar
air hujan yang jatuh tidak terhalangi oleh bangunan atau pepohonan. Data tersebut
berguna pada saat penentuan hujan rancangan.Analisa terhadap curah hujan ini
dapat dilakukandua metode, yaitu:
14
1. Annual Series yaitu metode dengan mengambil satu data maksimum setiap
tahunnya yang berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun saja
yang dianggap berpengaruh dalam analisa data penelitian.
2. Partial Duration Series yaitu metode dengan menentukan lebih dahulu batas
awal tertentu curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar dari batas
bawah tersebut diambil dan dijadikan data yang akan dianalisa.
2.1.5.1.Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan dalam satuan waktu. Berdasarkan tinggi rendahnya nilai
intensitas curah hujan, hujan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan
yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2
Derajat dan Intensitas Curah Hujan
No DerajatHujan Intensitas Curah
Hujan
Kondisi
1. Hujan sangat
lemah
< 0,02 Tanah agak basah atau
dibasahi sedikit
2. Hujan lemah 0,02 - 0,05 Tanah menjadi basah
semuanya
3. Hujan normal 0,05 - 0,25 Bunyi curah hujan terdengar
4. Hujan deras 0,025 – 1,00
Air tergenang diseluruh
permukaan tanah dan
terdengar bunyi dari
genangan
5. Hujan sangat
deras
>1,00 Hujan seperti ditumpahkan,
seluruh drainase meluap
Sumber: Rudy Sayoga,1999
Untuk menentukan nilai intensitas curah hujan dapat ditentukan dengan
rumus dibawah ini:
15
(2.3)
3/224
24
24
tc
RIt
(Sumber: Awang Suwandhi, 2004)
Harga tc dapat dicari dengan menggunakan rumus:
(2.4)
385,03
871,060
H
Ltc
(Sumber: Awang Suwandhi, 2004)
Dimana:
It = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan rancangan (mm/hari)
Tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
L = Jarak terjauh sampai titik pengaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air
(meter)
2.1.5.2.Periode Ulang Hujan
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan
biasanya akan berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan periode
ulang hujan. Sebelum menganalisis data hujan dengan salah satu distribusi di atas,
perlu pendekatan dengan parameter-parameter statistik untuk menentukan
distribusi yang tepat digunakan.
Parameter-parameter tersebut meliputi antara lain:
1. Penentuan rata-rata ( )X
(2.5)
nX
Xi
16
2. Penentuan deviasi standar (S)
(2.6)1
)( 2
n
xixS
3. Koefisien variasi (Cv)
(2.7)X
SCv
4. Koefisien skewness (Cs)
(2.8)
3
1
3
21 Snn
xxiCs
n
i
5. Koefisien ketajaman (Ck)
(2.9)
3
1
42
)3(21 Snnn
xxinCk
n
i
Dimana:
= Curah hujan rata-rataX
Xi = Curah hujan maksimun pada tahun x
n = Lama tahun pengamatan
S = Deviasi standar
Cv = Koefisien variasi
Cs = Koefisien skewness
Ck =Koefisien ketajaman
Tabel 2.3
Karakteristik Distribusi Frekuensi
Jenis Distribusi Frekuensi Syarat Distribusi
Distribusi Normal Cs = 0 dan Ck = 3
17
Tabel 2.3 lanjutan
Distribusi Log Normal Cs >0 dan Ck >3
Distribusi Gumbel Cs = 1,139 dan Ck =5,402
Distribusi Log-Person III Cs antara 0 – 0,9
Sumber: Soewarno, 2004.
Perhitungan periode ulang hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode,
metoda Gumbel, metode distribusi Log Normal , metode Log Person III. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode distribusi Log Normal
dengan rumus sebagai berikut ini:
(2.10)SKYY TT
(Sumber: Suripin , 2004)
Dimana:
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan, YT = Log X
= Nilai rata-rata hitung variatT
S = Deviasi standar nilai variat
KT =Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau
periodeulang.Nilai KT dapat dilihat pada Tabel 2.4 nilai variabel
reduksi Gauss
Tabel 2.4
Nilai Variabel Reduksi Gauss
No periode ulang Peluang KT
1 1.001 0.999 -3.05
2 1.005 0.995 -2.58
18
Tabel 2.4 lanjutan
3 1.01 0.99 -2.33
4 1.05 0.95 -1.64
5 1.11 0.9 -1.28
6 1.25 0.8 -0.84
7 1.33 0.75 -0.67
8 1.43 0.7 -0.52
9 1.67 0.6 -0.25
10 2.000 0.5 0
11 2.500 0.4 0.25
12 3.3 0.33 0.52
13 4.000 0.25 0.67
14 5.000 2 0.84
15 10.000 0.1 1.28
16 20.000 0.5 1.64
17 50.000 0.2 2.05
18 100.000 0.01 2.33
19 200.000 0.005 2.58
20 500.000 0.002 2.88
21 1000.000 0.001 3.9
Sumber:Suripin, 2004
2.1.5.3.Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luasnya permukaan yang
apabila terjadinya hujan, maka air hujan tersbut akan mengalir ke daerah yang
lebih rendah menuju titik pengaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian akan
meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi),
dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir ke
tempat yang lebih rendah. Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang
19
dapat mengakibatkan air limpasan permukaan (run off) mengalir ke suatu daerah
penambangan yang lebih rendah. Dalam menentukan batasan catchment area
dapat dibatasi dari daerah pit limit penambangan, sedangkan daerah di luar areal
penambangan tidak termasuk kedalam catchment area.
2.1.6.Saluran Tambang
Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut
saluran terbuka. Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan menjadi saluran
alami (natural) dan saluran buatan (artificial). Bentuk penampang saluran air
umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material pembentuk saluran serta
kemudahan dalam pembuatanya.
Saluran air dengan penampang segi empat atau segitiga umumnya untuk
debit kecil sedangkan untuk penampang trapesium untuk debit yang besar. Bentuk
penampang yang paling sering dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab
mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta
stabilitas kemiringannya dapat disesuaikan menurut keadaan topografi dan
geologi.
Kapasitas pengaliran suatu saluran ditentukan dengan rumus manning dan
harga koefesien manning (n) dapat dilihat pada tabel 2.5 di halaman 20:
(2.11)ASRn
Q 2
1
3
21
(Sumber: Rudy Sayoga, 1999)
Dimana:
Q = Debit aliran pada saluran ( /detik) m3
20
R = Jari-jari hidrolik = 𝐴𝑃
S = Kemiringan dasar saluran (%)
P = Keliling basah
A = Luas penampang basah
n = Harga koefisien manning
Tabel 2.5
Harga Koefisien Manning (n)
No Tipe Dinding Saluran n
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Besi tuang dilapis
Kaca
Saluran beton
Bata dilapis mortar
Pasangan batu disemen
Saluran tanah bersih
Saluran tanah
Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput
Saluran pada galian batu padas
0,014
0,010
0,013
0.015
0,025
0,022
0,030
0.040
0.040
Sumber: Bambang Triatmodjo, 2008
Dimensi penampang yang paling efisien, yaitu dapat mengalirkan debit yang
maksimum untuk suatu luas penampang basah tertentu. Untuk bentuk saluran
yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan geometrinya,
dapat dilihat pada gambar 2.2 di halaman 21.
21
Sumber: Awang Suwandhi, 2004
Gambar 2.2 Geometri Penampang Saluran
2.1.7.Sumuran (Sump)
Sump merupakan tempat yang dibuat untuk menampung air sebelum air
tersebut dikeluarkam dengan sistem pomompaan. Kolam penampung ini juga
dapat berfungsi sebagai tempat mengendapkan lumpur.
Berdasarkan tata letak kolam penampung (sump), sistem penyaliran
tambang dapat dibedakan menjadi:
1. Sistem penirisan terpusat
Pada sistem ini sump-sump akan ditempatkan pada setiap jenjang atau
bench. Sistem pengaliran dilakukan dari jenjang paling atas menuju jenjang-
jenjang yang berada di bawahnya, sehingga akhirnya air akan terpusat pada main
sump untuk kemudian dipompakan keluar tambang.
2. Sistem penirisan tidak memusat
22
Sistem ini diterapkan untuk daerah tambang yang relatif dangkal dengan
keadaan geografis daerah luar tambang yang memungkinkan untuk mengalirkan
air secara langsung dari sump ke luar tambang.
Berdasarkan penempatannya, sumuran (sump) dapat dibedakan menjadi tiga
jenis di antaranya:
1. Travelling sump
Sump ini dibuat pada daerah front tambang. Tujuan dibuat sump ini adalah
untuk menanggulangi air permukaan. penggunaan sump ini relatif singkat dan
selalu ditempatkan sesuai dengan kemajuan tambang.
2. Sump Jenjang
Penempatan sump ini adalah pada jenjang tambang dan biasanya dibagian
lereng tepi tambang. Sump ini disebut sebagai sump permanen karena dibuat
untuk jangka waktu yang cukup lama dan biasanya dibuat dari bahan kedap air
dengan tujuan untuk mencegah meresapnya air yang dapat menyebabkan
longsornya jenjang.
3. Main sump
Sump ini dibuat sebagai tempat penampungan air terakhir, pada umumnya
sump ini dibuat pada elevasi terendah dari dasar front tambang.
2.1.8.Pompa
Pompa merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk memindahkan zat
cair dari suatu tempat ketempat lain. Berdasarkan prinsip kerjanya pompa
dibedakan atas:
23
1. Reciprocating Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di
dalam silinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan
umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya
adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa jenis ini kurang
sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu
jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di tambang.
2. Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini
banyak digunakan ditambang, karena dapat melayani air berlumpur, kapasitasnya
besar dan perawatannya lebih muda.
3. Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui
kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal.
2.1.8.1.Daya Pompa
Daya pompa merupakan usaha pompa tiap satuan waktu. Beberapa langkah
yang harus ditempuh untuk menghitung daya pompa adalah dengan menghitung
losses yang terjadi pada instalasi pompa yang akan direncanakan. Untuk
menentukan daya pompa dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
24
(2.12)p
pn
HQgP
(Sumber: Syukriadi, 2005)
Dimana:
Pp =Daya pompa (Watt)
ρ = Kerapatan air (998,3 kg/m3 pada suhu 20º C)
g = Percepatan gravitasi ( 9.8m/s2)
Q =Kapasitas pompa (m3/s)
H =Head total pompa (m)
p =Efisiensi pompa(%)
Tabel 2.6
Efisiensi Standar Pompa
2.1.8.2.Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per satuan
waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang harus dipenuhi
sesuai dengan fungsi pompa yang direncanakan.
Sumber: Haruo Tahara Sularso, 200.
25
2.1.9. Pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Pipa
untuk keperluan pemompaan biasanya terbuat dari baja, tetapi untuk tambang
yang tidak terlalu dalam dapat mengunakan pipa HDPE. Pada dasarnya bahan
apapun yang digunakan harus memperhatikan kemampuan pipa untuk menekan
cairan di dalamnya.
Sistem perpipaan tidak akan terlepas dari adanya gaya gesekan pada pipa,
belokan, pencabangan, bentuk katup, serta perlengkapan pipa lainnya. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi sehingga turunnya tekanan di
dalam pipa. Kerugian head yang terjadi pada sistem perpipaan adalah sebagai
berikut:
1. Kerugian head akibat gesekan pada pipa (head friction)
Perhitungan besarnya kerugian gesekan pada pipa dapat dihitung dengan
persamaan Hazen-William berikut ini:
(2.13)LDC
QHf
85,485,1
85,1666,10
(Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006)
Dimana:
Hf = Kerugian gesekan pada pipa (m)
Q = Debit aliran pipa (m3/detik)
C = Koefesien (dapat dilihat Tabel 2.6)
D = Dimameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
26
Tabel 2.7
Kondisi Pipa dan Harga C
No Kondisi Pipa C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pipa besi cor baru
Pipa besi cor tua
Pipa baja baru
Pipa baja tua
Pipa dengan lapisan semen
Pipa dengan terarang batu
130
100
120 - 130
80 - 100
130 - 140
140
Sumber: Rudy Sayoga, 1999
2. Static head (Hc)
Static Head adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan
tinggi antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan.
(2.14)12 hhHc
(Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006)
Dimana:
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
3. Shock loss head (Hl)
Kehilangan ini pada jaringan pipa disebabkan oleh perubahan-perubahan
mendadak dari geometri pipa, belokan-belokan, dan sambungan-sambungan.
(2.15)ng
vfHl
2
2
(Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006)
Dimana:
D = Diameter dalam pipa (m)
27
n = Jumlah belokan
f = Koefisien kerugian
θ = Besar sudut belokan (derajat)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
v = Kecepatan rata- rata dalam pipa (m/s)
Tabel 2.8
Koefesien Kerugian Belokan Pipa
Fθ°
Halus Kasar
5 0.016 0.024
10 0.034 0.44
15 0.042 0.062
22.5 0.066 0.154
30 0.130 0.165
45 0.236 0.320
60 0.471 0.684
90 1.129 1.265
Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006
4. Kerugian head pada katup (Hv )
Kerugian head pada katup adalah kehilangan energikarena gesekan katup
dan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut ini:
(2.16)g
vfHv v
2
2
(Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006)
Dimana:
v = Kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)
fv = Koefesien kerugian katup (dapat dilihat pada tabel 2.6)
28
Hv = Kerugian head katup (m)
Tabel 2.9
Koefesien Kerugian Dari Berbagai Katup
DIAMETER (mm)JENIS
KATUP 100 1,50 200 250 300 400 500 600 700 800 90010
00
12
00
13
50
15
00
16
50
Katup sorong 0,14 0,12
Katup kupu-
kupu0,6 – 0,16 (bervariasi menurut kontruksi dan diameter)
Katup putar 0,09- 0,026 (bervariasi menurut diameter)
Katup cegah
jenis ayun1,2 1,15 1,1 1
0,9
80,96 0,94 0,92 0,9
0,
88
Katup cegah
tutup cepat
jenis tekanan
1,2 1,15 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,50,
4
Katup cegah
jenis angkat
bebas
1,44 1,391,3
41,3 1,2
Katup cegah
tutup-cepat
jenis pegas
7,3 6,6 5,9 5,3 4,6
Katup kepak 0,5
Katup Isap
saringan1,97 1,91
1,8
41,78 1,72
Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006
Dari uraian diatas maka head total pompa dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
(2.17)g
vHHHHH d
vicf
2
2
(Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006)
Dimana:
H = Head total pompa (m)
Hf = Head friction pompa (m)
Hc = Head statis pompa (m)
Hl = Head shock loss pompa (m)
Hv = Head kerugian pada katup (m)
= Head kecepatan keluar (m)g
vd
2
2
g = Percepatan gravitasi (= 9,8 m/s2)
29
Vd = Kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)
2.1.10.Aliran fluida
Dalam ilmu fisika dinyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan tetapi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Karena itu
teorema bernoulli menyatakan bahwa energi total setiap partikel dari fluida sama
pada sisi masuk dan sisi keluar sistem pada suatu titik. Untuk mengetahui
kerapatan air dalam berbagai suhu dapat dilihat pada tabel 2.10.
Tabel 2.10
Sifat-Sifat Fisik Air (Air di Bawah 1 Atm, dan Air Jenuh di atas 100ºC)
Temperatur
(Cº)
Kerapatan
(Kg/l)
Viskositas Kinematik
(m2/s)
Tekanan Uap Jenuh
(Kgf/cm2)
0 0.9998 1.729 x 10- 6 0.00623
5 1.0000 1.520 0.00889
10 0.9998 1.307 0.01251
20 0.9983 1.004 0.02383
30 0.9957 0.801 0.04325
40 0.9923 0.658 0.07520
50 0.9880 0.554 0.12578
60 0.9832 0.475 0.20313
70 0.9777 0.413 0.3178
80 0.9716 0.365 0.4829
90 0.9652 0.326 0.7149
100 0.9581 0.295 1.0332
120 0.9431 0.244 2.0246
140 0.9261 0.211 3.685
160 0.9073 0.186 6.303
180 0.8869 0.168 10.224
200 0.8647 0.155 15.855
30
Tabel 2.10 lanjutan.
220 0.8403 0.150 23.656
240 0.814 0.136 34.138
260 0.784 0.131 47.869
280 0.751 0.128 65.468
300 0.712 0.127 87.621
Sumber: Haruo Tahara Sularso, 200.
2.1.11. Kolam Pengendapan Lumpur (KPL)
Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) berfungsi sebagai tempat menampung
air tambang sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut
bersama air dari lokasi penambangan. Kolam pengendapan akan berfungsi dengan
baik apabila rancangan kolam pengendapan yang akan dibuat sesuai dengan debit
air limpasan yang akan ditampung untuk pengendapan lumpur. Rancangan kolam
pengendapan dari segi geometri harus mampu untuk menampung debit air dari
lokasi penambangan.
Kolam pengendapan lumpur selain sebagai tempat untuk mengendapkan
material tersuspensi, di area tambang juga berfungsi sebagai penampungan air
limbah yang mengandung air asam tambang (pH < 6), dimana di dalam
tampungan tersebut dilakukan perlakuan penetralan air limbah atau tercemar
sehingga bisa menjadi normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan
oleh pemerintah. Di kolam pengendap tersebut bisa dilakukan treatment berupa
pengapuran, pemberian alum, aerasi, dan perlakuan-perlakuan lainnya sesuai
dengan kondisi kandungan limbahnya.
31
2.1.12. Penelitian Relevan
Beberapa hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian
ini, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Endrianto dan Muhammad
Ramli (2013). Dengan judul Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang
Terbuka Batubara di PT. Kitadin Tanjung Mayang. Operasi penambangan
batubara pada Pit Seam 11 Selatan PT Kitadin Tandung Mayang
dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Sistem tambang terbuka akan
membentuk cekungan yang luas, sehingga menjadi tempat
terakumulasinya air pada lantai pit penambangan. Sistem penyaliran
tambang terbuka yang digunakan adalah mine dewatering, yaitu
mengeluarkan air yang masuk ke dalam tambang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mengkaji sistem penyaliran tambang terbuka
yang sekarang digunakan di Pit Seam 11 Selatan sesuai dengan rencana
kemajuan tambang.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian
ini, yaitu dengan cara menganalisa air permukaan, menganalisa data curah
hujan, menghitung curah hujan rencana dengan metode gumbel, menghitung
daerah tangkapan hujan dengan software autocad 2008, menghitung
intensitas curah hujan dengan rumus kirpich, menghitung debit limpasan
dengan rumus rasional, setelah didapat debit total selanjutnya ditentukan
rencana dimensi sump, rencana jumlah pompa dan pipa, dan rencana dimensi
saluran dan rencana kolam pengendapan.
32
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Rahmadianto Hermawan (2014).
Dengan judul Perencanaan Drainase Tambang Terbuka PT. Kaltim Prima
Coal Sangatta Kalimantan Timur. Kegiatan Penambangan adalah
serangkaian kegiatan observasi, eksplorasi, desain infrastruktur,
pembersihan lahan, eksploitasi dan rehabilitasi. Curah hujan area Sangatta
cukup tinggi, yaitu 2000-3000 mm/tahun, maka diperlukan sebuah desain
infrastruktur drainase yang baik dan bisa mengakomodir limpasan pada pit,
dapat mengorganisir limpasan diluar pit, pemusatan semua debit limpasan
pada kolam pengendap sebelum di realese adalah sasaran desain
infrastruktur drainase tambang.
Studi dilakukan di Section Sangatta Pit South Pinang PT. KPC, dengan
luas area pada kondisi aktual 330 ha, pada tahun 2014 seluas 342,063 ha,
pada 2015 seluas 365,154 ha, pada 2016 seluas 404,413 ha dan 2017 seluas
423,103 ha. Item desain yang diperhitungkan antara lain, desain hujan
rancangan, perhitungan limpasan, perhitungan kapasitas sump, perencanaan
pompa, perencanaan saluran drainase dan desain pola operasi outflow pada
setlling pond agar tidak mengganggu kebutuhan air rumah potong hewan
dibagian hilir.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nauli, dkk. Dengan judul Rancangan
Sistem Penyaliran Pada Tambang Batubara PT. Bukit Asam Sumatera
Selatan. Penelitian dilakukan di Tambang Air Laya yang merupakan salah
satu lokasi penambangan milik PT. Bukit Asam (persero) Tbk yang
dikerjakan oleh PT. Pamapersada Nusantara. Perusahaan ini berlokasi di
33
Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Muara Enim, Provinsi
Sumatra Selatan. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara survei
dan observasi, tujuan penelitian ini untuk medukung kemajuaan tambang
pada bulan januari 2014. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menghitung
jumlah debit air yang ada pada sumuruan utama yang terkena kemajuan
tambang dimana sumuran utama di bagi menjadi dua bagian yaitu sumuran A
dan sumuran B, menghitung jumlah pompa yang digunakan untuk
mengeringkan sumuran, mengevaluasi kebutuhaan kolam pengendapan
apakah bisa menampung air yang di pompakan dari sumuran utama.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yudha Krisna Suhendra, dkk. Dengan
judul Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Terbuka PT. Megumy Inti
Anugrah Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan pada pit X PT. Megumy
Inti Anugerah jobsite PT. Rantau panjang Utama Bhakti. Pit ini berlokasi di
Desa Pegat bukur, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur. Kegiatan Penambangan Batubara di PT. Megumy Inti
Anugerah menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode strip mine.
Sistem penyaliran yang digunakan adalah mine dewatering dan mine
drainage. Sumber air berasal dari air hujan dan air limpasan dibiarkan
mengalir masuk kedalam sumuran, kemudian dikeluarkan dengan cara
pemompaan. Saat musim hujan di PT. Megumy Inti Anugerah sering terjadi
genangan dan luapan air di lantai dasar tambang dikarenakan volume air
hujan dan air limpasan yang masuk kedalam lokasi tambang cukup besar
namun volume sumuran tidak cukup untuk menampung air yang masuk serta
34
untuk mengeringkan genangan air tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap sistem penyaliran
tambang yang ada.
Untuk mencegah supaya air tidak masuk ke area penambangan maka
dibuat saluran terbuka disekitar bukaan tambang. Kemudian untuk air yang
masuk kedalam bukaan tambang pit X dialirkan secara alami kedalam
sumuran.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, dkk. Dengan judul Kajian Teknis
Dimensi Kolam Pengendapan di Settling Pond 71 C PT. Perkasa Inakakerta
Kalimantan Timur. PT. Perkasa Inakakerta adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang pertambangan batubara, berlokasi di Bengalon, Provinsi
Kalimantan Timur. Sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem
penambangan terbuka, lokasi penelitian berada di Settling Pond 71 C.
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan terlebih dahulu sebelum
dialirkan keperairan bebas. Adapun parameter yang diukur adalah pH 6-9,
TSS < 300 Mg/l, Besi (Fe) < 4 Mg/l dan Mangan (Mn) < 7 Mg/l dengan
menggunakan kertas lakmus, TSS meter dan Colorimeter DR 890, Kolam
pengendapan terdiri dari 7 kompartemen, 3 komapartemen sebagai proses
pengendapan dan 4 kompartemen sebagai perawatan (treatment). Koagulan
yang digunakan untuk menetralkan pH adalah kapur padam (CaO)
sebanyak 71 kg/jam.
Saat ini untuk parameter kualitas air yang belum memenuhi standar
baku mutu adalah pH dan TSS, koagulan yang digunakan terlalu banyak,
35
faktor yang mempengaruhi adalah dimensi kolam pengendapan yang terlalu
luas sehingga kurang efektif. Upaya agar parameter kualitas air memenuhi
baku mutu dan koagulan yang digunakan tidak terlalu banyak adalah
melakukan perbaikan pada dimensi kolam menjadi 2 kompartemen sebagai
proses pengendapan material padatan dan 3 kompartemen untuk perawatan
(treatment).
6. Penelitian yang dilakukan oleh Eben Ezer Edoard Prasetyo. Dengan
judul Rancangan Dimensi Settling Pond Berdasarkan Daerah Tangkapan
Hujan pada Pit B2a PT. Sebuku Batubai Coal Kalimantan Selatan. Untuk
mencegah keluarnya air bersama material pengotor seperti lumpur dan
lainnya, dibutuhkan settling pond yang digunakan untuk mengendapkan
material pengotor tersebut sebelum air keluar kembali ke pengaliran umum
seperti sungai dan danau. Sebelum pembuatan settling pond dilakukan
pembuatan saluran terbuka agar debit air limpasan yang masuk kedalam Pit
tidak terlalu besar. Dalam pembuatan saluran terbuka diperlukan perhitungan
debit limpasan berdasarkan curah hujan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan
penelitian ini, yaitu dengan cara menentukan luas daerah tangkapan hujan,
menghitung besarnya debit air limpasan, menentukan ukuran saluran terbuka
untuk merancang dan merencanakan dimensi settling pond yang sesuai
dengan debit air limpasan.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Sari Uly Sibarani, dkk. Dengan judul
Analisis Teknis Mine Dewatering Terhadap Rencana Tiga Tahun
36
Penambangan PT. Muara Alam Sejahtera Sumatera Selatan. PT. Muara Alam
Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak diindustri pertambangan batubara
yang aktivitas penambangannya menggunakan sistem open pit. Berdasarkan
rencana penambangan tiga tahun hingga tahun 2016 perusahaan akan
memperluas permukaan kerja tambang dan memperdalam elevasi pit bottom
dari 20 mdpl mejadi 0 mdpl. Hal ini akan sangat potensial untuk terjadinya
banjir atau genangan air dikarenakan metode penambanganya yang open pit
membentuk cekungan. Untuk mencegah terjadinya banjir di permukaan kerja
tambang yang dapat menurunkan rencana produksi, maka dibutuhkan
penanggulangan air yang telah masuk ke tambang tanpa melakukan
perubahan design dengan menggunakan metode mine dewatering dengan
menganalisa air yang masuk ke tambang terhadap kapasitas pompa. Tujuanya
agar air yang dipompakan keluar tambang dapat mengeringkan permukaan
kerja tambang dan menghambat terjadinya banjir serta penurunan produksi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian
ini, yaitu dengan cara menganalisa data curah hujan, menghitung curah hujan
rencana dengan metode gumbel, menghitung daerah tangkapan hujan dengan
software mine scape 4.118, menghitung intensitas curah hujan dengan rumus
kirpich, menghitung debit limpasan dengan rumus rasional, setelah didapat
debit total selanjutnya ditentukan rencana dimensi sump, dan menganalisa
pompa sesuai debit limpasan.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Mustika Ramadandika Ansari Putri.
Dengan judul Perencanaan Sump di Pit Selatan PT. Pama Persada Nusantara
37
Job Site BMTB Kalimantan Selatan. Hal yang terpenting dalam perencanaan
sump adalah curah hujan, erosi, sedimentasi dan air tanah. Dalam studi kali
ini digunakan uji RAPS untuk menguji konsistensi data. Untuk menghitung
debit air yang masuk ke tambang, dihitung curah hujan rancangan dengan
metode Log Person Tipe III dengan kala ulang 2 tahun, yang merupakan
umur tambang. Perhitungan debit saluran dihitung menggunakan rumus
rasional. Agar saluran yang digunakan tetap lancar maka diperlukan
perhitungan sedimentasi pada setiap saluran. Setelah itu menentukan dimensi
tiap saluran yang masuk ke sump dan juga dimensi sump. Untuk
mengeluarkan air yang ada di sump maka diperlukan pompa, yang
dipompakan ke settilng pond. Untuk menentukan lamanya pemompaan maka
digunakan simulasi perhitungan pemompaan.
9. Penelitian yang di lakukan oleh Arie Saputra, dkk. Dengan judul Water
Management System Tambang pada Pit PT. Ulima Nitra Job Site PT.
Menambang Muara Enim. PT. Ulima Nitra merupakan salah satu kontraktor
pertambangan batubara yang berada di Sumatera Selatan. Secara umum
lokasi tambang berada di daerah perbukitan, kegiatan penambangan
dilakukan dengan metode surface mining. Penggunaan sistem ini
mengakibatkan lokasi penambangan berhubungan langsung dengan udara
luar. Salah satu pengaruhnya adalah hujan yang dapat menyebabkan
terjadinya genangan air pada dasar tambang. Keberadaan air akan
mengganggu kelancaran kegiatan penambangan, air tersebut harus
dikeluarkan dari lokasi penambangan. Metode penirisan tambang yang
38
digunakan oleh PT. Ulima Nitra adalah sistem penirisan terpusat. Penggunaan
metode ini menempatkan sebuah sump pada setiap jenjang atau bench. Sistem
pengaliran dilakukan dari jenjang paling atas menuju jenjang-jenjang yang
berada di bawahnya, sehingga akhirnya air akan terpusat pada main sump
untuk kemudian dipompakan. Jika terjadi hujan, tambang tergenang air,
kondisi ini dapat menggangu kegiatan penambangan walaupun pompa
dihidupkan. Hal ini membuktikan bahwa sistem penirisan yang digunakan
belum efektif. Penelitian ini mendesain sump dan saluran terbuka yang dapat
menampung air limpasan, agar debit air yang masuk ke dalam area
penambangan berkurang.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan
penelitian ini, yaitu dengan cara menghitung curah hujan rencana dengan
metode gumbell, menghitung luas cathment area dengan software minex
6.0.6, menghitung debit limpasan dengan rumus rasional, menghitung
evaportranspirasi dengan rumus Turc Langbein Wundt, menghitung debit
total, menghitung volume sump, menghitung dimensi saluran terbuka dengan
rumus manning, dan menghitung head pompa dengan rumus bernouli,
menghitung daya pompa.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Endra Setiawan, dkk. Dengan judul
Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara di PT. Pipit
Mutiara Jaya Kalimantan Utara. Kegiatan Penambangan Batubara di PT. Pipit
Mutiara Jaya menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode strip
mine. Sistem penyaliran yang digunakan adalah mine dewatering. Sumber air
39
berasal dari air hujan dan air limpasan dibiarkan mengalir masuk kedalam
sumuran, kemudian dikeluarkan dengan cara pemompaan. Saat musim hujan
di PT. Pipit Mutiara Jaya sering terjadi genangan dan luapan air di lantai
dasar tambang dikarenakan volume air hujan dan air limpasan yang masuk
kedalam lokasi tambang cukup besar namun volume sumuran tidak cukup
untuk menampung air yang masuk. Oleh karena itu perlu adanya kajian
terhadap sistem penyaliran tambang yang ada.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan
penelitian ini, yaitu dengan cara menghitung curah hujan maksimum,
menghitung debit limpasan yang berasal dari air hujan, mengevaluasi dimensi
saluran terbuka aktual dengan dimensi saluran terbuka hasil perhitungan,
penentuan dimensi sump berdasarkan volume maksimal air yang ditampung,
dan mengevaluasi daya pompa sesuai kebutuhan.
2.2. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu
penulis dalam menyelesaiakan penelitian ini, yang terdiri atas:
1. Input
Input terdiri dari data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu:
1. Data Primer
Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data curah hujan yang langsung diambil di lokasi penambangan PT.
Daya Bambu Sejahtera.
40
b. Data beda ketinggian dilokasi penambangan PT. Daya Bambu Sejahtera.
c. Data debit actual pemompaan.
d. Data pengukuran panjang dan jumlah belokan pipa.
e. Data pengukuran dimensi saluran.
2. Data Sekunder
Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Peta topografi areal penambangan Pit D.
b. Data curah hujan tahunan PT. Daya Bambu Sejahtera.
c. Peta situasi tambang terbaru PT. Daya Bambu Sejahtera.
d. Spesifikasi pompa yang digunakan PT. Daya Bambu Sejahtera.
2. Proses
Pada bagian proses ini dilakukan pengolahan dan analisa dari data-data yang
diperoleh pada bagian input. Data-data yang dianalisa tersebut yaitu:
a. Menentukan luas catchment area pit sebelah barat berdasarkan peta
topografi dan peta situasi tambang.
b. Menghitung curah hujan rencana.
c. Menghitung waktu konsentrasi air dan intensitas curah hujan.
d. Menghitung debit rencana.
e. Menghitung daya dan kebutuhan pompa.
f. Menentukan dimensi saluran terbuka
g. Menghitung luas kolam pengendapan lumpur (settling pond).
41
3. Output
Output yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
a. Debit air yang terkumpul di areal penambangan ketika hujan.
b. Jumlah kebutuhan pompa yang akan digunakan di pit sebelah barat.
c. Dimensi saluran terbuka, dan kolam pengendapan lumpur yang akan
digunakan.
Input
Data primer:
a. Data curah hujan yang
langsung diambil di lokasi
penambangan PT. Daya
Bambu Sejahtera.
b. Data beda ketinggian
dilokasi penambangan PT.
Daya Bambu Sejahtera.
c. Data debit actual pompa.
d. Data pengukuran panjang
dan jumlah belokan pipa.
e. Data pengukuran dimensi
saluran.
Data sekunder:
1. Peta topografi areal
penambangan pit D.
2. Data curah hujan tahunan.
3. Peta situasi tambang
terbaru.
4. Spesifikasi Pompa yang
digunakan PT. Daya
Bambu Sejahtera.
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Output
a. Debit air yang terkumpul di areal penambangan ketika
hujan.
b. Jumlah kebutuhan pompa yang akan digunakan di pit D.
c. Dimensi saluran terbuka, dan kolam pengendapan lumpur
yang akan digunakan di pit D.
Proses
a. Menentukan arah water divide dan
luas catchment area pit D
berdasarkan peta situasi dan peta
topografi.
b. Menghitung curah hujan rencana.
c. Menghitung waktu konsentrasi air.
d. Menghitung intensitas curah hujan
e. Menghitung debit limpasan.
f. Menentukan jenis sump dan dimensi
sump.
g. Menghitung daya dan kebutuhan
pompa.
h. Menentukan dimensi saluran
terbuka.
i. Menghitung luas kolam
pengendapan lumpur (settling
pond).
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan
(applied research), yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus
terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk
keperluan tertentu (Sedarmayanti,2002).
Hasil dari penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan
baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah ada.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian berada pada pit sebelah barat PT. Daya Bambu Sejahtera
yang terletak di Desa Mangupeh, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo,
Provinsi Jambi.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu
mulai dari tanggal 1 Mei 2017 sampai dengan selesai pengambilan data. Adapun
scedule penelitian dapat dilihat pada Lampiran A.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang
diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah
43
kegiatan penambangan pada wilayah izin usaha pertambangan batubara PT. Daya
Bambu Sejahtera.
3.4 Data dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data curah hujan aktual yang langsung diambil di lokasi penambangan
PT. Daya Bambu Sejahtera.
b. Data beda ketinggian dilokasi penambangan PT. Daya Bambu Sejahtera.
c. Data debit aktual pemompaan.
d. Data pengukuran panjang dan jumlah belokan pipa.
e. Data pengukuran dimensi saluran.
2. Data Sekunder
Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Peta topografi areal penambangan pit D.
b. Data curah hujan tahunan PT. Daya Bambu Sejahtera.
c. Peta situasi tambang terbaru PT. Daya Bambu Sejahtera.
d. Spesifikasi pompa yang digunakan PT. Daya Bambu Sejahtera.
44
Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan dan dokumentasi
langsung pada lokasi, data-data dan arsip dari PT. Daya Bambu Sejahtera dan
studi kepustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan atau tempat kerja.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca
buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan
data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan
dalam pemecahan masalah.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
kepada pertimbangan kalayakan suatu proyek, dan rumus-rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung luas catchment area berdasarkan peta topografi dan peta situasi
tambang
Pada tahap ini yang akan dihitung adalah luas catchment area,
catchment area dihitung berdasarkan peta situasi tambang.
2. Menghitung Curah Hujan Rencana dan Debit Limpasan
45
Untuk menghitung curah hujan rencana digunakan metode log
normal, hasil dari perhitungan ini nantinya akan digunakan untuk
menentukan intensitas curah hujan, sedangkan untuk menghitung besarnya
debit limpasan digunakan rumus rasional, yaitu dengan cara mengalikan
koefisien material, luas catchment area dan intensitas curah hujan rencana.
Untuk menentukan intensitas curah hujan digunakan rumus mononobe,
sedangkan koefisien material, dapat dilihat pada tabel 2.1.
3. Menentukan kebutuhan pompa, dimensi saluran terbuka, dan dimensi kolam
pengendapan lumpur (settling pond)
Setelah diperoleh debit limpasan dapat di tentukan kebutuhan pompa,
dimensi saluran terbuka, dan dimensi settling pond. Dalam menentukan
dimensi saluran terbuka digunakan rumus manning, sedangkan untuk
menentukan kebutuhan pompa terlebih dahulu di cari head dan daya pompa.
Untuk menentukan kebutuhan pompa, dimensi saluran terbuka dan dimensi
settling pond dapat dilihat pada bab sebelumnya.
3.6.2 Analisis Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data
maka dilakukan analisis data dari pengolahan data yang didapat. Pada analisis
data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, yaitu
sistem penyaliran yang baik pada areal penambangan Pit D.
46
3.7 Diagram Alir Penelitian
Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Pit Sebelah
Barat PT. Daya Bambu Sejahtera, Desa Mangupeh,
Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo,
Provinsi Jambi
Data Primer:
1. Data curah hujan actual yang
langsung diambil di lokasi
penambangan PT. Daya Bambu
Sejahtera.
2. Data beda ketinggian dilokasi
penambangan PT. Daya Bambu
Sejahtera.
3. Data debit actual pemompaan.
4. Data pengukuran panjang dan
jumlah belokan pipa.
5. Data pengukuran dimensi saluran.
Data Sekunder:
1. Peta topografi areal
penambangan pit D.
2. Data curah hujan tahunan PT.
Daya Bambu Sejahtera.
3. Peta situasi tambang terbaru
PT. Daya Bambu Sejahtera.
4. Spesifikasi pompa yang
digunakan PT. Daya Bambu
Sejahtera.
A
Identifikasi Masalah:
1. Cukup tingginya intensitas curah hujan di PT. Daya Bambu Sejahtera, yaitu
berkisar 250 mm pada tahun 2016.
2. Jumlah kebutuhan pompa tidak optimal sehingga mengakibatkan meluapnya
air yang terdapat pada sump ketika hujan
3. Kolam pengendapan lumpur yang digunakan telah penuh oleh lumpur yang
mengeras dan mengakibatkan banyak lumpur menggenangi perkebunan warga
pada saat hujan.
Tujuan Penelitian:
1. Menentukan unit pompa yang dibutuhkan dan spesifikasi pompa yang sesuai
untuk mengeluarkan air yang masuk ke lokasi penambangan batubara PT.
Daya Bambu Sejahtera.
2. Menentukan ukuran dimensi saluran terbuka yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air yang di pompakan dari lokasi penambangan batubara pit D
blok 3 dan pit D blok 4 menuju ke kolam pengendapan lumpur.
3. Menentukan ukuran dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan
untuk menampung air serta mengendapkan lumpur yang berasal dari lokasi
penambangan batubara PT. Daya Bambu Sejahtera.
47
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Hasil:
d. Mendapatkan debit air yang terkumpul di areal
penambangan ketika hujan.
e. Mendapatkan design ukuran dimensi sump.
f. Mendapatkan design ukuran dimensi kolam pengendapan
lumpur.
g. Mendapatkan kebutuhan dan kapasitas pompa untuk
mengeluarkan air di areal tambang.
Pengolahan dan Analisa Data:
1. Menentukan luas catchment area pit sebelah barat berdasarkan peta
situasi dan peta topografi.
2. Menghitung curah hujan rencana menggunakan metode log normal.
3. Menghitung waktu konsentrasi air dengan rumus kirpich.
4. Menghitung intensitas curah hujan rencana dengan rumus mononobe.
5. Menghitung debit rencana dengan rumus rasional.
6. Menghitung daya dan kebutuhan pompa.
7. Menentukan dimensi saluran terbuka.
8. Menghitung luas kolam pengendapan lumpur (settling pond).
A
48
BAB IV
TINJAUAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1. Tinjauan Perusahaan
PT. Daya Bambu Sejahtera adalah perusahaan swasta nasional yang
bergerak dibidang pertambangan batubara dengan metode Open Pit, yaitu
pembukaan lahan dan penggalian tanah dan batuan penutup pada permukaan
(overburden). Overburden yang telah digali dengan alat berat kemudian ditimbun
pada daerah timbunan (disposal area) atau ditimbun kembali ke lubang bekas
galian sebelumnya (backfilling).
PT. Daya Bambu Sejahtera saat ini telah mendapatkan izin untuk
melakukan kegiatan penambangan, berdasarkan SK Bupati Tebo No.3.402
/ESDM/2010, wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) PT. Daya Bambu
Sejahtera seluas 3402 Ha, dengan batas-batas wilayah dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Koordinat IUP PT. Daya Bambu sejahtera
Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)
No o ' " o ' "
1 102 38 8.52 -1 23 44.52
2 102 41 47.67 -1 23 44.52
3 102 41 47.67 -1 26 32.73
4 102 41 33.45 -1 26 32.74
5 102 41 33.45 -1 26 58.63
6 102 41 24.37 -1 26 58.64
7 102 41 24.37 -1 27 26.64
8 102 39 59.13 -1 27 26.65
9 102 39 59.13 -1 26 42.08
10 102 40 46.49 -1 26 42.09
49
Tabel 4.1 lanjutan.
11 102 40 46.49 -1 26 26.52
12 102 40 52.16 -1 26 26.53
13 102 40 52.16 -1 26 14.53
14 102 41 3.46 -1 26 14.54
15 102 41 3.46 -1 26 29.3
16 102 41 7.54 -1 26 29.31
17 102 41 7.54 -1 26 34.43
18 102 41 9.99 -1 26 34.44
19 102 41 9.99 -1 26 37.05
20 102 41 14.52 -1 26 37.06
21 102 41 14.52 -1 26 40.63
22 102 41 18.12 -1 26 40.64
23 102 41 18.12 -1 26 50.93
24 102 40 42.08 -1 26 50.94
25 102 40 42.08 -1 26 57.7
26 102 40 32.75 -1 26 57.71
27 102 40 32.75 -1 27 15.62
Sumber : SK Bupati Tebo No.3.402/ESDM/2010
4.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara administratif PT Daya Bambu Sejahtera terletak di Desa
Mangupeh, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Secara
geografis Kecamatan Tengah Ilir terletak antara 1° 23' 44.52" – 1° 27' 26.64"
Lintang Selatan dan 102° 38' 8.52" – 102° 41' 47.67" Bujur Timur. Untuk
mencapai lokasi PT. Daya Bambu Sejahtera dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan waktu tempuh ± 8 jam dari
Kota Padang ke Desa Mangupeh dengan kondisi jalan provinsi, kemudian
diteruskan dari Simpang Niam menuju lokasi dengan jarak tempuh ± 7 Km
dengan kondisi jalan aspal.
50
Sumber: PT. Daya Bambu Sejahtera, 2017
Gambar 4.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Daya Bambu Sejahtera
4.3. Geologi Regional
Geologi daerah Kabupaten Tebo telah diteliti oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, dengan hasil berupa Peta Geologi Lembar Muaro Bungo
Sumatera skala 1 : 200.000.
4.3.1. Startigrafi Regional
Lokasi rencana penambangan termasuk dalam cekungan Sumatera Tengah
yang terdiri dari 2 Formasi, yakni Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.
1. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat berumur Miosen Awal, dimana terjadi proses
penyusutan/regresi laut dan terjadi pengendapan Formasi Air Benakat yang
berlangsung dari Miosen Awal hingga Miosen Akhir dicirikan oleh litologi
51
perselingan batu lempung, batupasir sisipan konglomerat, gampingan, batu
lanau dan batubara.
2. Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim berumur Miosen Akhir hingga Pliosen, lingkungan
pengendapan formasi ini adalah laut dangkal hingga transisi dicirikan oleh
litologi perselingan batupasir, batupasir tuffaan (Tuffaceous Sandstone) dan
batu lempung sisipan batubara. Di bagian atas Formasi Muara Enim terdapat
bahan endapan gunung api.
Secara keseluruhan, wilayah IUP PT. Daya Bambu Sejahtera mencakup
Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim. Lokasi penambangan PT. Daya
Bambu Sejahtera berada pada Formasi Air Benakat.
Sumber: Ibrahim, D, 2011
Gambar 4.2 Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan
52
Sumber: PT. Daya Bambu Sejahtera, 2017
Gambar 4.3 Peta Geologi Regional Desa Mangupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab.
Tebo, Provinsi Jambi
4.3.2. Struktur dan Tektonika Regional
Dari studi literature dan penelitian sebelumnya didapatkan struktur geologi
yang dijumpai berupa kekar (joint), lipatan (fold) dan sesar (fault) minor.
1. Kekar
Kekar pada daerah penyelidikan ditemukan pada lithologi penyusun
batupasir, batu lempungan dan lain-lain, pola kekar pada umumnya memiliki
arah Timur-Barat dan Utara-Selatan membentuk sudut tegak lurus dengan
sumbu lipatan.
53
2. Struktur Perlipatan
Struktur perlipatan yang dijumpai berupa Antiklin dan Sinklin yang
memiliki arah relative sumbu lipatan Barat laut-Tenggara.
3. Sesar Minor
Sesar di daerah penyelidikan ditemukan pada litologi penyusun batu
lempung, batubara dan batupasir, sesar naik dan sesar turun.
Secara regional struktur geologi daerah penyelidikan berupa lipatan dan
sesar. Lipatan dan belahan pada batuan Pra-Tersier menunjukan terjadinya
perlipatan yang berulang-ulang. Lipatan tegak arah Barat Daya-Timur Laut secara
umum terdapat pada batuan Tersier dan Pra-Tersier. Pada batuan Pra-Tersier
dijumpai lipatan yang berarah Timur-Barat namun tidak dijumpai pada batuan
Tersier.
Daerah Muara Tebo secara tektonik regional dipengaruhi oleh aktifitas
tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng Hindia-Australia. Posisi jalur tumbukan
berada di bagian barat Sumatra dengan arah Barat Laut-Tenggara sedangkan arah
gerak kedua lempeng tersebut relatif Utara-Selatan. Dengan demikian tektonik
kompresi di daerah tersebut cenderung membentuk tegasan kopel yang
menghasilkan sejumlah sesar mendatar dekstral dengan arah umum Barat Laut-
Tenggara. Namun di daerah penelitian pada kenyataannya juga berkembang sesar
mendatar sinistral. Daerah penelitian yang merupakan bagian dari Cekungan
Sumatera Selatan mempunyai tiga set sesar masing-masing berarah Barat Laut-
Tenggara, Utara-Selatan dan Timur Laut-Barat Daya. Sesar-sesar yang berarah
54
Utara-Selatan dan Timur Laut-Barat Daya diperkirakan berumur paleogen,
sementara yang berarah Barat Laut-Tenggara Berumur Neogen Akhir. Kedua
kelompok sesar ini berulang kali diaktifkan sepanjang tersier oleh tegasan
kompresi.
Pola sesar utama dapat dibedakan menjadi sesar-sesar dengan arah umum
Barat Laut-Tenggara, yang secara umum merupakan sesar besar berarah dextral
dan beberapa merupakan sesar normal. Sesar ini ditafsirkan berumur Pra-Tersier.
Sedangkan untuk sesar-sesar yang berarah Timur Laut-Barat Daya memiliki
pergerakan relatif sinistral. Ditafsirkan berumur Tersier Awal. Sedangkan
selebihnya merupakan sesar-sesar Barat Barat Baut-Timur Tenggara yang
cenderung berpasangan dengan sesar-sesar berarah Timur Timur laut-Barat Barat
daya, cenderung berukuran lebih kecil, diinterpretasikan berumur Plistosen.
Struktur sesar yang terdapat pada beberapa bagian Formasi Air Benakat, Formasi
Muara Enim serta Formasi Kasai yang mengalami perlipatan membentuk antiklin
plunging yang berarah hampir Barat Laut-Tenggara dan diikuti struktur sesar
normal dimana pada sisi Timur. Pada tahapan berikutnya sesar mendatar
menggeser lapisan batubara hingga beberapa puluh meter dan gaya terakhir
membentuk sesar turun (Haryanto dkk, 2008).
55
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan data yang diperlukan dalam penelitian perencanaan
sistem penyaliran tambang batubara PT. Daya Bambu Sejahtera di Kabupaten
Tebo, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data.
5.1. Pengumpulan Data
Sebelum melakukan perhitungan curah hujan rancangan, intensitas curah
hujan, debit limpasan evapotranspirasi, ukuran saluran terbuka, dan daya pompa,
maka diperlukan pengumpulan data-data terlebih dahulu. Adapun data yang
diperlukan dalam perhitungan penelitian ini adalah data curah hujan harian PT.
Daya Bambu Sejahtera 10 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2007–2016 yang dapat
dilihat pada lampiran B, data beda ketinggian inlet dan outlet pompa serta debit
aktual pompa yang dapat dilihat pada lampiran H, data jumlah belokan pada
pipa dapat dilihat pada lampiran F, data pengukuran dimensi saluran dapat
dilihat pada lampiran F, peta situasi tambang akhir September 2017 yang dapat
dilihat pada lampiran L, luas daerah tangkapan hujan (catchment area) yang
merupakan luasnya permukaan yang apabila terjadinya hujan, maka air hujan
tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju titik elevasi terendah
(sump) seperti terlihat pada lampiran M dan spesifikasi pompa yang digunakan
dapat dilihat pada lampiran H.
5.2. Pengolahan Data
Pada suatu tambang jumlah saluran disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi wilayah tambang sehingga bisa lebih dari satu. Pada wilayah bagian
56
barat PT. Daya Bambu Sejahtera terdapat dua front penambangan yang masih
aktif, yaitu pit D blok 3 dan pit D blok 4. Dimana kedua front tersebut sudah
membentuk sebuah pit dan apabila terjadi hujan air terkumpul di dasar pit,
sehingga untuk mengeluarkan air diperlukan pemompaan. Dari data curah hujan
harian PT. Daya Bambu Sejahtera periode 10 tahun terakhir, didapat curah
hujan harian maksimum setiap tahunnya yang mana dapat dilihat pada tabel 5.1
berikut ini:
Tabel 5.1
Curah Hujan HarianMaksimum Periode 10 Tahun
No Tahun Curah hujan Harian (Xi)
mm
1 2007 353
2 2008 377
3 2009 457
4 2010 432
5 2011 345
6 2012 386
7 2013 520
8 2014 715
9 2015 438
10 2016 414
Total (∑) 4437
Daerah tangkapan curah hujan dibagi menjadi 2 (dua) bagian dengan
tujuan agar pembuatan dimensi saluran lebih proporsional, sehingga dalam
pengolahan data memiliki beberapa buah intensitas curah hujan, dearah
tangkapan hujan (catchment area) dan debit limpasan. Pengukuran dan
penentuan catchment area dilakukan dengan cara menganalisa peta topografi
dan peta situasi PT. Daya Bambu Sejahtera dengan program (software)
57
minescape. Untuk pembagian daerah tangkapan curah hujan (catchment area)
pada front penambangan dapat dilihat pada lampiran N.
Pembagian catchment area pada front barat dapat dilihat pada tabel 5.2
berikut ini:
Tabel 5.2
Daerah Tangkapan Curah Hujan
No Nama CA Luas(m2) Jenis Lahan Kemiringan Nilai C
1. CA-1 76.943,9266 Tanpa Tumbuhan >15% 0,9
2. CA-2 19.913,9668 Tanpa Tumbuhan > 15% 0,9
3. CA-3 61.054,4455 Tanpa Tumbuhan >15% 0,9
Dari data curah hujan harian maksimum dan daerah tangakapan curah hujan di
atas akan diolah sehingga mendapatkan besarnya curah hujan rancangan,
intensitas curah hujan dan debit limpasan serta dapat merencanakan berapa
ukuran suatu dimensi saluran dan pompa yang dibutuhkan.
5.2.1. Penentuan Curah Hujan Rancangan
Pengolahan data curah hujan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai curah
hujan rancangan, dengan data curah hujan 10 tahun terakhir. Metode yang
digunakan adalah distribusi Log Normal, sedangkan penetapan data yang ada
dilakukan dengan cara annual series yaitu mengambil satu data curah hujan
maksimum setiap tahunnya. Penentuan curah hujan rancangan sebagai berikut:
1. Penentuan curah hujan rata-rata ( )X
=X
n
Xi
58
10
4437
= 443,7 mm/hari
2. Penentuan deviasi standar (S)
Tabel 5.3
Deviasi Standar
No Xi Xi -𝐗 ( Xi - )2 𝐗 ( Xi - )3 𝐗 ( Xi - )4 𝐗1 353 -90.7 8226.49 -746142.643 67675137.72
2 377 -66.7 4448.89 -296740.963 19792622.23
3 457 13.3 176.89 2352.637 31290.0721
4 432 -11.7 136.89 -1601.613 18738.8721
5 345 -98.7 9741.69 -961504.803 94900524.06
6 386 -57.7 3329.29 -192100.033 11084171.9
7 520 76.3 5821.69 444194.947 33892074.46
8 715 271.3 73603.69 19968681.1 5417503182
9 438 -5.7 32.49 -185.193 1055.6001
10 414 -29.7 882.09 -26198.073 778082.7681
∑ 4437 0 106400.1 18190755.36 5645676879
Dimana:
1
)( 2
n
xixS
110
1,106400
= 108.73
3. Koefisien variasi (Cv)
X
SCv
59
7,443
73,108
= 0.24
4. Koefisien skewness (Cs)
3
1
3
21 Snn
xxiCs
n
i
3)73,108()210()110(
36,18190755(10
92550903
6,181907553
= 1,96
5. Koefisien ketajaman (Ck)
3
1
42
)3(21 Snnn
xxinCk
n
i
2
2
)73,108()310()210()110(
564567687910
= 564567687900
70441417798
= 8,01
Dari perhitungan di atas didapat nilai Cs = 1,96 dan Ck = 8,01. Karena
koefisien ketajaman (Ck) lebih mendekati nilai distribusi Log Normal, maka
dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan Tabel 2.3, persamaan distribusi yang
dipakai dalam analisis data curah hujan adalah metode distribusi Log Normal.
60
Selanjutnya hujan bulanan rata–rata yang diperoleh diurutkan dari yang
terbesar ke yang terkecil, kemudian dianalisis menggunakan distribusi yang
telah ditentukan untuk mendapatkan hujan dengan periode ulang tertentu. Nilai–
nilai pada persamaan distribusi Log Normal dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai
berikut:
Tabel 5.4
Nilai - Nilai Pada Persamaan Distribusi Log- Normal
No Tahun Xi Y=Log Xi (Y- )𝐘 (Y- )2𝐘1 2014 715 2.85431 0.21704 0.04710464
2 2013 520 2.71600 0.07873 0.00619894
3 2009 457 2.65992 0.02265 0.00051285
4 2015 438 2.64147 0.00420 0.00001767
5 2010 432 2.63548 -0.00179 0.00000319
6 2016 414 2.61700 -0.02027 0.00041086
7 2012 386 2.58659 -0.05068 0.00256874
8 2008 377 2.57634 -0.06093 0.00371230
9 2007 353 2.54777 -0.08950 0.00800941
10 2011 345 2.53782 -0.09945 0.00989048∑ 26.37271 0.07842908𝐘 2.63727
Dimana:
n
XiY
log
= 26,37271
10
= 2,63727
61
2
)1(
)(
n
YYSy
=9
07842908,0
= 0,09335
Dari persamaan distribusi Log-Normal dapat dilihat nilai KT pada tabel
2.4. Dengan demikian dapat dihitung curah hujan rancangan dengan periode
ulang 2 tahun dengan nilai KT = 0 sebagai berikut ini:
Y2 = Log X2 = SKY T
Y2 = Log X2 = 2,63727 + ( 0 0,09335)
Log X2 = 2,637
X2 = 433,78 mm/hari
Untuk mengetahui hasil perhitungan dengan periode ulang tertentu
dengan metode distribusi Log- Normal dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.
Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Dengan Distribusi Log – Normal
Periode Ulang 𝐘 KT Sy Y= LogXTr XTr (mm)
T2 2.637 0 0.093 2.637 433.78
T5 2.637 0.84 0.093 2.716 519.62
T10 2.637 1.28 0.093 2.757 571.16
T20 2.637 1.64 0.093 2.790 617.11
T50 2.637 2.05 0.093 2.829 673.97
Pengolahan dengan metode distribusi Log Normal menghasilkan curah
hujan rancangan sebesar 433,78 mm/hari pada periode ulang 2 tahun.
62
5.2.2.Penentuan Intensitas Curah Hujan
Dikarenakan pada tambang terdiri dari dua front tambang yaitu pada pit D
blok 3 dan pit D blok 4 maka, nilai intensitas curah hujan sesuai dengan
masing-masing jatuhnya air hujan pada catchment area sampai menuju
salurannya. Sedangkan besarnya curah hujan rancangan sama yaitu 433,78
mm/hari. Besarnya intensitas curah hujan yang kemungkinan terjadi dalam
kurun waktu tertentu dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.3 dan persamaan
2.4.
5.2.2.1. Intensitas Curah Hujan Front Barat
Pada daerah front (tambang) pada bagian barat dibagi menjadi 2 (dua)
daerah tangkapan curah hujan. Untuk mengetahui intensitas curah hujan, terlebih
dahulu harus diketahui panjang aliran (L) yang diperoleh dari panjang aliran
dari titik tertinggi ke tempat berkumpulnya air, yang dapat diukur dari peta.
Kemudian juga harus diketahui beda elevasi (H) serta waktu konsentrasi (tc)
yaitu sebagai berikut ini:
1. CA-1 (Catchment Area pit D blok 4)
L = 262,105 m = 0,2621 km
H = 78 m - 37 m = 41 m = 0,041 km
385,03
871,0
H
Ltc
385,03
041,0
2621,0871,0
728,0871,0
63
= 0,6340 jam
Jadi besarnya tc adalah 0,6340 jam
3/224
24
24
tc
RIt
3/2
6340,0
24
24
78,433
274,11074,18
= 203,766 mm/jam
= 0,2037 m/jam
= 0,00005658 m/detik
Besarnya intensitas curah hujan daerah CA-1 adalah 203,766 mm/jam.
2. CA-2 (Catchment Area pit D blok 3)
L = 167,184 m = 0,1671 km
H = 83 m - 46 m = 37 m = 0,037 km
385,03
871,0
H
Ltc
385,03
037,0
1671,0871,0
450,0871,0
= 0,391 jam
Jadi besarnya tc adalah 0,391 jam
3/224
24
24
tc
RIt
64
3/2
391,0
24
24
78,433
560,15074,18
= 281,231 mm/jam
= 0,2812 m/jam
= 0,00007811 m/detik
Besarnya intensitas curah hujan daerah CA- 2 adalah 281,231 mm/jam.
3. CA-3 (Catchment Area sekitar saluran terbuka)
L = 285,496 m = 0,2854 km
H = 81 m - 64 m = 17 m = 0,017 km
385,03
871,0
H
Ltc
385,03
017,0
2854,0871,0
128,1871,0
= 0,982 jam
Jadi besarnya tc adalah 0,982 jam
3/224
24
24
tc
RIt
3/2
982,0
24
24
78,433
421,8074,18
= 152,201 mm/jam
65
= 0,1522 m/jam
= 0,00004227 m/detik
Besarnya intensitas curah hujan daerah CA- 3 adalah 152,201 mm/jam.
5.2.3. Penentuan Debit Limpasan
Debit Limpasan adalah jumlah air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
memperhatikan asal atau jalan yang di tempuh sebelum mencapai saluran.
Besarnya debit limpasan yang harus dikeluarkan dari tambang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus rasional dapat dilihat pada persamaan 2.2.
5.2.3.1. Debit Limpasan Pada Front Barat
Besarnya debit limpasan yang masuk ke wilayah tambang dipengaruhi
oleh luasnya catchment area (A) dan koefisien limpasan (C). Nilai koefisien
limpasan yang digunakan tergantung keadaan tanah dan kemiringan lereng pada
catchment area yang dihitung, dalam perhitungan ini nilai koefesien yang
digunakan adalah 0.9 karena berada pada daerah tambang (Lihat Tabel 2.1).
Besarnya debit limpasan pada setiap pembagian daerah adalah sebagai berikut:
1. CA-1
CA-1 (Catchment Area pit D blok 4) pada daerah 1 ini adalah 76.943,9266
m² dan intensitas curah hujan adalah 0,00005658 m/detik, serta nilai koefesien
limpasan adalah 0.9 sehingga debit limpasannya sebagai berikut:
AICQ
= 0,9 × 0,00005658 m/detik × 76.943,9266 m²
= 3,918 m³/detik
66
Besarnya debit limpasan pada daerah CA-1 adalah 3,918 m³/detik.
2. CA-2
CA-2 (Catchment Area pit D blok 3) pada daerah 2 ini adalah 19.913,9668
m² dan intensitas curah hujan adalah 0,00007811 m/detik, serta nilai koefesien
limpasan adalah 0.9 sehingga debit limpasannya sebagai berikut:
AICQ
= 0.9 × 0,00007811 m/detik × 19.913,9668 m²
= 1,399 m³/detik
Besarnya debit limpasan pada daerah CA-2 adalah 1,399 m³/detik.
3. CA-3
CA-3 (Catchment Area daerah sekitar saluran) pada daerah 3 ini adalah
61.054,4455 m² dan intensitas curah hujan adalah 0,00004227 m/detik, serta
nilai koefesien limpasan adalah 0.9 sehingga debit limpasannya sebagai berikut:
AICQ
= 0.9 × 0,00004227 m/detik × 61.054,4455 m²
= 2,322 m³/detik
Besarnya debit limpasan pada daerah CA-3 adalah 2,322 m³/detik.
5.2.4. Pemompaan
Pemompaan merupakan tahapan lanjutan dari suatu sistem penyaliran
tambang, pemompaan dilakukan untuk mengeluarkan air yang masuk ke front
kerja tambang. Penentuan pompa dalam sistem penyaliran harus disesuaikan
dengan kondiai air yang akan di pompakan. Debit yang harus dikeluarkan oleh
pompa adalah sebagai berikut ini:
1. CA-1
67
Debit dipompakan (Q) = 3,918 m³/detik
= 14.104,8 m3/jam
2. CA-2
Debit dipompakan (Q) = 1,399 m³/detik
= 5.036,4 m3/jam
5.2.4.1. Penentuan Head dan Daya Pompa Pada Pit D Blok 4 atau
CA-1
Diketahui:
1. Kapasitas pompa (Q) = 235 m3/ jam = 3,916 m3/menit = 0,065 m3/detik
2. Diameter pipa (D) = 4 inchi = 0,102 m
3. Elevasi hisap (h1) = 37 m
4. Elevasi buang (h2) = 72 m
5. Jumlah belokan (n) = 1 buah belokan 30º
6. Koefesien (C) = 140 pipa mulus (Lihat Tabel 2.8)
7. Panjang pipa (L) = 132 m (pipa HDPE)
a. Penentuan head total pompa
1) Head kerugian head akibat gesekan pada pipa (head friction)
LDC
QHf
85,485,1
85,1666,10
132102,0140
065,0666,1085,485,1
85,1
= 132145,0
067,0
= 60,993 m
68
Besarnya head friction (hf) adalah 60,993 m.
2) Static Head (Hc)
12 hhHc
= 3772
= 35 m
Besarnya static head (Hc) adalah 35 m
3) Shock loss head (Hl)
A
QV
= 2)102,0(
4
14,3
065,0
= 7,985 m/detik
Besarnya kecepatan pada pipa adalah 7,985 m/detik.
Koefesien kerugian belokan pipa untuk diameter pipa 30º sebagai berikut
f = 0.130 (Lihat Tabel 2.9)
ng
vfHl
2
2
= 18,92
985,7130,0
2
= 8,288
19,6
= 0,422 m
Besarnya shock loss head (Hl) adalah 0,422 m.
69
4) Kerugian head pada katup (Hv )
Untuk diameter pada katup isap 4 inchi atau 102 mm, maka diperoleh
nilai f = 1,97 (Lihat tabel 2.9).
g
vfHv v
2
2
= 8,92
985,797,1
2
= 6,40 m
Besarnya kerugian head pada katup (Hv) adalah 6,40 m.
5) Head kecepatan keluar
= = 3,25 mg
vd
2
2 (7,985)2
2.(9,8)
Maka, besarnya head total pompa adalah sebagai berikut:
g
vHHHHH d
vicf
2
2
= 60,992 + 35 + 0,42 + 6,40 + 3,25
= 106,062 m
Jadi, besarnya head total pompa pada pit D blok 4 adalah 106,062 m.
b. Penentuan daya pompa
Diketahui:
1) ρ = 998,3 kg/m3 pada suhu 20º C (Lihat Tabel 2.11)
2) Q = 0,065 m3/s
3) g = 9.8 m/s2
4) H = 106,062 m
70
5) p = 77 % ( Lihat Tabel 2.6)
p
pn
HQgP
77,0
062,106065,08,93,998
= 87593.03 Watt
= 87,59 kW
Jadi besarnya daya pompa pada adalah 87,59 kW.
c. Penentuan jumlah pompa
Diketahui:
1) Kapasitas pompa yang digunakan yaitu 235 m3/ jam pada putaran 2200
rpm dan 79,2 m3/ jam pada putaran 900 rpm
2) Debit dipompakan sebesar 14.104,8 m3/jam
3) Jam kerja pompa dalam satu hari yaitu18 jam
Jika diasumsikan dalam 1 hari terjadi hujan selama 1 jam maka debit air
yang harus dipompakan adalah 14.104,8 m3/jam x 1 jam = 14.104,8 m3.
Sehingga dapat dihitung berapa jumlah pompa yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan air dalam front tersebut.
a) Jumlah pompa pada putaran 2500 rpm:
= 14.104,8 235 𝑥 18
= 14.104,8
4230
= 3,334 ≈ 3 buah.
b) Jumlah pompa pada putaran 900 rpm:
71
= 14.104,8 79,2 𝑥 18
= 14.104,8
1425
= 9,898 ≈ 10 buah.
Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
tambang dengan waktu pemompaan 18 jam/hari adalah 3 buah pompa jika
putaran mesin 2200 rpm dan 10 buah pompa jika putaran mesin 900 rpm.
5.2.4.2. Penentuan Head dan Daya Pompa Pada Pit D blok 3 atau CA-2
Diketahui:
1. Kapasitas pompa (Q) = 235 m3/ jam = 3,916 m3/menit = 0,065 m3/detik
2. Diameter pipa (D) = 4 inchi = 0,102 m
3. Elevasi hisap (h1) = 46 m
4. Elevasi buang (h2) = 64 m
5. Jumlah belokan (n) = 2 buah belokan 30º
6. Koefesien (C) = 140 pipa mulus (Lihat Tabel 2.8)
7. Panjang pipa (L) = 66 m (pipa HDPE)
a. Penentuan head total pompa
1) Head kerugian head akibat gesekan pada pipa (head friction)
LDC
QHf
85,485,1
85,1666,10
66102,0140
065,0666,1085,485,1
85,1
= 66145,0
067,0
72
= 30,496 m
Besarnya head friction (hf) adalah 30,496 m..
2) Static Head (Hc)
12 hhHc
= 3772
= 18 m
Besarnya static head (Hc) adalah 18 m
3) Shock loss head (Hl)
A
QV
= 2)102,0(
4
14,3
065,0
= 7,985 m/detik
Besarnya kecepatan pada pipa adalah 7,985 m/detik.
Koefesien kerugian belokan pipa untuk diameter pipa 30º sebagai berikut
f = 0.130 (Lihat Tabel 2.9)
ng
vfHl
2
2
= 28,92
985,7130,0
2
= 16,577
19,6
= 0,845 m
Besarnya shock loss head (Hl) adalah 0,845 m.
4) Kerugian head pada katup (Hv )
73
Untuk diameter pada katup isap 4 inchi atau 102 mm, maka diperoleh
nilai f = 1,97 (Lihat tabel 2.10).
g
vfHv v
2
2
= 8,92
985,797,1
2
= 6,40 m
Besarnya kerugian head pada katup (Hv) adalah 6,40 m.
5) Head kecepatan keluar
= = 3,25 mg
vd
2
2 (7,985)2
2.(9,8)
Maka, besarnya head total pompa adalah sebagai berikut:
g
vHHHHH d
vicf
2
2
= 30,49 + 18 + 0,84 + 6,40 + 3,25
= 58,98 m
Jadi, besarnya head total pompa pada pit D blok 3 adalah 58,98 m.
b. Penentuan daya pompa
Diketahui:
1) ρ = 998,3 kg/m3 pada suhu 20º C (Lihat Tabel 2.11)
2) Q = 0,065 m3/s
3) g = 9.8 m/s2
4) H = 58,98 m
5) p = 77 % ( Lihat Tabel 2.7)
74
p
pn
HQgP
77,0
98,58065,08,93,998
= 48.709,59 Watt
= 48,70 kW
Jadi besarnya daya pompa pada adalah 48,70 kW.
c. Penentuan jumlah pompa
Diketahui:
1) Kapasitas pompa yang digunakan yaitu 235 m3/ jam pada putaran 2200
rpm dan 79,2 m3/ jam pada putaran 900 rpm
2) Debit dipompakan sebesar 5.036,4 m3/jam
3) Jam kerja pompa dalam satu hari yaitu18 jam
Jika diasumsikan dalam 1 hari terjadi hujan selama 1 jam maka debit air
yang harus dipompakan adalah 5.036,4 m3/jam x 1 jam = 5.036,4 m3. Sehingga
dapat dihitung berapa jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air
dalam front tersebut.
a) Jumlah pompa jika putaran mesin 2200 rpm:
= 5.036,4 235 𝑥 18
= 5.036,4
4230
= 1,190 ≈ 1 buah.
b) Jumlah pompa jika putaran mesin 900 rpm:
75
= 5036,4 79,2 𝑥 18
= 5036,4
1425
= 3,534 ≈ 4 buah.
Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
tambang dengan waktu pemompaan 18 jam/hari adalah 1 buah pompa jika
putaran mesin 2500 rpm dan 4 buah pompa jika putaran mesin 900 rpm.
5.2.5. Penentuan Jenis dan Dimensi Penampang Saluran
5.2.5.1. Penentuan Jenis Penampang Saluran
Dalam merancang bentuk dan dimensi saluran yang akan diterapkan
perlu dilakukan analisa yang mendalam sehingga memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
1. Dapat mengalirkan air yang direncanakan.
2. Kemiringan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan dan
atau sedimentasi pada saluran.
3. Kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak merusak saluran (erosi).
4. Kemudahan dalam penggalian.
Penentuan dimensi atau ukuran saluran merupakan masalah yang cukup
penting dalam merancang sebuah sistim penyaliran tambang yang baik. Saluran
yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu saluran buatan dengan tipe dinding
saluran tanah, sehingga dapat diketahui nilai koefisien Manning ( n ) untuk
76
dinding saluran tanah berdasarkan tabel harga koefisien Manning dan diperoleh
nilai n = 0,03.
Gambar 5.1 Penampang Trapesium
Bentuk saluran penampang yang dipergunakan adalah penampang
lintang ekonomis dengan bentuk penampang trapesium dengan kemiringan sisi a
= 60º. Nilai m = 1/tg a , dapt diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
m = 1/tg 60 = 0,58
Subtitusikan nilai m kedalam persamaan berikut:
𝐵 + 2𝑚𝑦 = 2𝑦 1 + 𝑚2
𝐵 + 2 × 0,58 × 𝑦 = 2 × 𝑦 1 + 0,582
𝐵 + 1,16𝑦 = 2,31𝑦B = 1,15 y
Setelah diperoleh nilai B, kemudian dapat disubtitusikan kedalam
persamaan berikut:
a :60º
B
T
y
77
𝐴 = 𝑦 ( 𝐵 + 𝑚𝑦 )
= 𝑦 ( 1,15𝑦 + 0,58 𝑦 )
𝐴 = 1,73 𝑦2
𝑃 = 𝐵 + 2𝑦 1 + 𝑚2
= 1,15𝑦 + 2 × 𝑦 1 + 0,582
= 1,15𝑦 + 2,31𝑦 𝑃 = 3,46𝑦
P
AR
y
y
46,3
73,1 2
R = 0,34𝑦 𝑇 = 2𝑦 1 + 𝑚2
= 2 × 𝑦 1 + 0,582
𝑇 = 2,31𝑦Dimana:
A : Luas tampang basah
P : Keliling basah
R : Jari – jari hidrolis
T : Lebar muka air
78
5.2.5.2. Dimensi Saluran
Saluran terbuka digunakan untuk mengalirkan debit limpasan dari CA-1
dan debit pemompaan dari CA-2 dan CA-3 menuju ke kolam pengendapan
lumpur. Perhitungan dimensi saluran dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus Manning sebagai berikut:
atau VAQ ASRn
Q 21
321
Diketahui:
1. Debit pemompaan dari CA-1 adalah sebesar 0,065 m3/detik x 3 pompa=
0,195 m3/detik
2. Debit pemompaan dari CA-2 adalah sebesar 0,065 m3/detik x 1 pompa=
0,065 m3/detik
3. Debit limpasan dari CA-3 adalah sebesar 2,322 m3/detik
4. Panjang Saluran (L) air daerah ini adalah 467 m
5. Kemiringan (S) dasar saluran air tambang pada daerah ini adalah:
)(
)(
LSaluranPanjang
HElevasiBedaS
=467
6278
= 16
467
= 0,034261
Jadi dimensi saluran dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
VAQ
21
321
SRn
V
79
= )034261,0()34,0(03,0
1 213
2
y
= 33,3 × 0,487y × 0,185
= 3,00016y
Qtotal = CA-1+CA-2+CA-3
= 0,195+0,065+2,322
Qtotal = 2,582 m3/detik
Qlimpasan = V × A
2,582 = 3,00016y × 1,73y2
5,190276 y3 = 2,582
y3 =190276,5
582,2
y3 = 0,497
y = 3 497,0
y = 0,79
Setelah diperoleh nilai y, maka dapat diketahui dimensi saluran yang
dibutuhkan:
1.Lebar dasar saluran (B) = 1,15 y
= 1,15 × (0,79)
= 0,908 m
2.Kedalaman aliran (y) = 0,79 m
3.Luas tampang basah (A) =1,73 y2
=1,73 × (0,79)2
= 1,07 m
4.Keliling basah (P) = 2,46 y
80
a :60º
B : 0,908 m
T : 1,824 m
y: 0,79 m
J : 0,197
m
= 2,46 × (0,79)
= 1,943 m
5.Jari – jari hidrolis (R) = 𝑦2
= 0,79
2
= 0,39 m
6.Lebar muka air (T) = 2,31 y
=2,31 × (0,79)
= 1,824 m
7.Tinggi jagaan (J) = 25 % × y
= 0,25 × 0,79
= 0,197 m
Gambar 5.2 Penampang Saluran Terbuka
81
5.2.6. Rencana Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur
Kolam pengendapan lumpur berfungsi sebagai tempat mengendapkan
lumpur yang terdapat pada air sebelum air dibuang ke sungai. Pada daerah
penelitian ini kadar lumpur yang masuk ke kolam pengendapan lumpur terdiri
dari dua yaitu:
1. Persentase lumpur pada sistem pemompaan
Kadar lumpur yang terdapat pada air yang dipompakan adalah 0,1%,
sehingga:
Volume lumpur dalam 1 tahun adalah:
Vlunpur = 0,1% × (14.086,8 m3/jam + 5.029,2 m3/jam) × 18 jam × 365 hari
= 125.592,12 m3/tahun
2. Persentase lumpur pada saluran
Persentase lumpur (sedimen layang) dalam 1 Liter air limpasan = 25,00
mg/L/100 atau = 0,25 % (Laporan pelaksanaan UKL & UPL).
Volume lumpur dalam 1 tahun adalah:
Vlunpur = % lumpur × Qlimpasan × jumlah hari hujan maksimal dalam 1
bulan × 12
= 0.25% × 8.359,2 m3/jam × 24 jam × 22 hari × 12 bulan
= 132.409,72 m3/tahun
Jadi, total lumpur yang masuk ke kolam pengendapan lumpur adalah:
Vtotal = 125.592,12 m3/tahun + 132.409,72 m3/tahun
= 258.001,84 m3/tahun
82
Pengurasan kolam pengendapan lumpur dilakukan 12 kali dalam 1 tahun
atau pada saat volume lumpur mencapai dua pertiga dari volume kolam
pengendapan lumpur sehingga:
Volume lumpur pada saat pengerukan adalah:
Vpengerukan = 12
/84,001.258 3 tahunm
= 21.500,15 m3
Volume lumpur sebesar 21.500,15 m3 tersebut terbagi dalam 6 buah
kolam pengendapan.
Volume lumpur untuk 1 kolam pengendapan lumpur adalah:
Vlumpur 1 kpl= 6
15,500.21 3m
= 3.583,35 m3
Volume 1 kolam pengendapan lumpur adalah:
Vkpl =2
35,538.335,538.3
= 5.375,02 m3
Maka dimensi kolam pengendapan lumpur yang harus dibuat adalah:
= Panjang × Lebar × Kedalaman
= 30 m × 25 m × 8 m
= 6.000 m3
Rekapitulasi hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.6 di
halaman 85.
83
Tabel 5.6
Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data
No Pengolahan Data Hasil Pengolahan
1 Curah hujan rancangan 443,78 mm/hari
2 Waktu konsentrasi CA-1 0,6340 jam
3 Waktu konsentrasi CA-2 0,391 jam
4 Waktu konsentrasi CA-3 0,982 jam
5 Intensitas curah hujan CA-1 203,766 mm/jam
6 Intensitas curah hujan CA-2 281,231 mm/jam
7 Intensitas curah hujan CA-3 152,201 mm/jam
8 Debit limpasan CA-1 3,918 m3/detik
9 Debit limpasan CA-2 1,399 m3/detik
10 Debit limpasan CA-3 2,322 m3/detik
11 Head total CA-1 106,06 m
12 Head total CA-2 58,98 m
13 Daya pompa CA-1 87,59 kW
14 Daya pompa CA-2 48,70 kW
15 Lebar dasar saluran 0,908 m
16 Kedalaman aliran 0,79 m
17 Luas tampang basah 1,07 m
18 Keliling basah 1,943 m
19 Jari-jari hidrolis 0,39 m
20 Lebar muka air 1,824 m
21 Tinggi jagaan 0,197 m
22 Volume lumpur 258.001,84 m3/tahun
23 Panjang Settling pond 30 m
24 Lebar Settling pond 25 m
25 Tinggi Settling pond 8 m
84
BAB VI
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
Perencanaan sistem penyaliran tambang pada penambangan PT. Daya
Bambu Sejahtera tidak terlepas dari perhitungan besarnya debit limpasan yang
masuk ke lokasi tambang. Karena kondisi front tambang pada daerah
penambangan sudah membentuk sebuah pit, maka untuk mengeluarkan air yang
masuk dasar tambang harus dilakukan pemompaan. Sistem pemompaan dipasang
pada CA-1 (pit D blok 4) dan CA-2 (pit D blok 3).
Untuk meminimalisir debit limpasan yang masuk ke front tambang, maka
diupayakan perencanaan drainase. Dimensi drainase tambang direncanakan sesuai
kebutuhan atau daya tampung apabila terjadi debit maksimal agar air limpasan
bisa dikeluarkan dari lantai kerja sesuai dengan rencana. perencanaan drainase
akan dibuat pada CA-3 (pit bagian utara).
Lokasi tambang PT. Daya Bambu Sejahtera berada pada daerah perbukitan,
kemajuan penggalian yang semakin meningkat ini menyebabkan akumulasi air
pada lantai tambang semakin banyak. Debit air yang masuk ke lokasi tambang
berasal dari air limpasan akibat hujan.
Dari hasil pengolahan data didapat curah hujan rancangan, intensitas curah
hujan, besarnya debit limpasan, debit evapotranspirasi, sistem pemompaan,
dimensi saluran, volume lumpur, jangka waktu pengurasan kolam pengendapan
lumpur dan ukuran kolam pengendapan lumpur, maka dilakukan pembahasan
hasil pengolahan data sebagai berikut:
85
6.1. Sistem Penyaliran Tambang Pada Front Barat
6.1.1. Sistem Drainase Saat Ini
Pada front bagian barat terdapat satu saluran air yang berfungsi untuk
meminimalisir limpasan akibat dari air hujan agar air limpasan tersebut tidak
masuk ke dalam front tambang. Dengan dibuatnya saluran ini air limpasan akibat
air hujan langsung dapat dialirkan ke kolam pengendapan lumpur.
Setelah peneliti melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan pengukuran
dimensi saluran di lapangan maka didapat bentuk dan ukuran saluran air
sebagai berikut ini:
1. Panjang saluran = 234,125 m
2. Lebar dasar saluran = 1 m
3. Lebar atas saluran = 3 m
4. Tinggi saluran = 2 m
5. Sudut kemiringan = 20º
6.1.2. Perencanaan Sistem Drainase
Sistem drainase bertujuan untuk meminimalisir dan mengeluarkan air dari
front tambang ke luar tambang. Setelah dilakukan pengolahan data curah hujan
menggunakan metoda Log-Normal mendapatkan nilai curah hujan rancangan
pada wilayah penambangan sebesar 433,7 mm/hari.
Kondisi daerah penambangan yang gundul mengakibatkan air limpasan
langsung mengalir menuju saluran dengan koefisien limpasan 0,9. Bentuk saluran
penampang yang direncanakan dibuat berbentuk trapezium, saluran untuk
mengalirkan air tambang adalah saluran buatan pada tanah, maka berdasarkan
86
tabel harga koefisien manning diperoleh nilai n = 0,03, perencanaan drainase akan
dibuat hanya pada CA-3.
Pada daerah CA-3 ini didapatkan intensitas curah hujan sebesar 152,201
mm/jam dengan catchment area 61.054,4455 m², sedangkan debit limpasannya
2,322 m³/detik dan debit pemompaan sebesar 0,26 m³/detik.
Sehingga dimensi saluran yang dibutuhkan untuk mengalirkan debit limpasan
adalah:
1. Lebar dasar saluran (B)= 0,908 m
2. Kedalaman aliran (y) = 0,79 m
3. Luas penampang (A) = 1,07 m 2
4. Keliling basah (P) = 1,943 m
5. Jari-jari hidrolis (R) = 0,39 m
6. Lebar muka air (T) = 1,824 m
7. Tinggi jagaan (J) = 0,197 m
8. Panjang saluran (L) = 467 m
6.1.3. Sistem Pemompaan Saat Ini
Pipa yang digunakan untuk memompakan air dari dasar front tambang
adalah pipa HDPE dengan diameter 4 inch dengan panjang pipa perbatang adalah
6 m. Sistem pemompaan bertujuan untuk mengeluarkan air dari front tambang ke
saluran terbuka yang kemudian dialirkan ke kolam pengendapan lumpur.
Jumlah pompa yang digunakan pada pit D blok 4 dan pit D blok 3 masing-
masing hanya 1 buah pompa, dengan jam kerja pompa 18 jam/hari.
87
6.1.4. Perencanaan Sistem Pemompaan
Setelah dilakukan pengolahan data didapat debit air limpasan yang masuk
ke pit D blok 4 atau CA-1 adalah 14.104,8 m3/jam. Kapasitas pompa yang
digunakan adalah 235 m3/jam, pada sistem pemompaan didapat panjang pipa
keseluruhan 132 m dengan jumlah 1 belokan 30º dan diameter pipa 4 inchi.
Dalam pengoperasian pompa terjadi kehilangan energi yang disebabkan
oleh head friction sebesar 60,992 m, static head sebesar 35 m, shock loss head
sebesar 0,42 m dan kerugian head pada katup sebesar 6,40 m, head kecepatan
keluar 3,25 m jadi besarnya head total pada pompa di pit D blok 4 atau CA-1
adalah 106,062 m, kemudian didapat daya pompa sebesar 87,59 kW.
Head total pompa hasil perhitungan masih di bawah head maksimum pada
spesifikasi pompa yaitu 127 m, dengan kapasitas 235 m3/jam maka pompa
tersebut masih mampu memompakan air ke saluran terbuka. Debit air yang harus
dipompakan di dalam front ini adalah 14.086,8 m3/jam dengan jam kerja pompa
18 jam. Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
tambang adalah 3 buah pompa jika putaran mesin 2200 rpm dan 10 buah pompa
jika putaran mesin 900 rpm.
Setelah dilakukan pengolahan data didapat debit air limpasan yang masuk
ke pit D blok 3 atau CA-2 adalah 5.036,4 m3/jam. Pada saat sistem pemompaan
didapat panjang pipa keseluruhan 66 m dengan jumlah 2 belokan 30º. Dalam
pengoperasian pompa terjadi kehilangan enengi disebabkan oleh head friction
sebesar 30,49 m, static head sebesar 18 m, shock loss head sebesar 0.84 m dan
kerugian head pada katup sebesar 6,40 m, head kecepatan keluar 3,25 m. jadi
88
besarnya head total pada pompa di pit D blok 3 atau CA-2 adalah 58,98 m,
kemudian didapat daya pompa sebesar 48,70 kW.
Head total pompa hasil perhitungan masih di bawah head maksimum pada
spesifikasi pompa yaitu 127 m, dengan kapasitas 235 m3/jam maka pompa
tersebut masih sanggup memompakan air ke saluran terbuka. Debit air yang harus
dipompakan di dalam front ini adalah 5.029,2 m3/jam dengan jam kerja pompa 18
jam. Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
tambang adalah 1 buah pompa jika putaran mesin 2200 rpm dan 4 buah pompa
jika putaran mesin 900 rpm.
6.2. Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur
6.2.1. Kolam Pengendapan Lumpur Saat Ini
Kolam pengendapan lumpur berfungsi untuk menampung air limpasan, air
dari pemompaan serta untuk mengendapkan lumpur serta menjaga agar ph atau
tingkat keasaman air tersebut sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
sebelum air tersebut dialirkan ke sungai.
Setelah peneliti melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan
pengukuran dimensi kolam pengendapan lumpur di lapangan maka didapat
ukuran kolam pengendapan lumpur sebagai berikut ini:
1. Panjang kolam pengendapan lumpur = 10 m
2. Lebar kolam pengendapan lumpur = 7 m
3. Kedalaman kolam pengendapan lumpur = 5 m
4. Jumlah kolam pengendapan lumpur = 2 kolam
89
6.2.2. Perencanaan Kolam Pengendapan Lumpur
Perencaanaan dimensi kolam pengendapan ditentukan berdasarkan debit air
limpasan yang masuk dan debit pemompaan dengan mempertimbangkan kadar
lumpur yang terbawa oleh air dan juga alat mekanis yang digunakan serta
pertimbangan lain yang juga harus dipertimbangkan adalah jangka waktu
pengurasan kolam pengendapan lumpur. Pengurasan kolam pengendapan lumpur
dilakukan setiap 1 bulan sekali atau ketika volume lumpur mencapai 2/3 dari
volume kolam.
Untuk sistem drainase perkiraan kandungan lumpur di lokasi penambangan
adalah sebesar 0,25 % dengan debit limpasan 8.359,2 m³/jam sehingga volume
lumpur dalam 1 tahun adalah 132.409,72 m3/tahun, sedangkan perkiraaan
kandungan lumpur yang masuk ke kolam pengendapan lumpur untuk sistem
pemompaan adalah 0.1% dengan debit yang akan pompakan 19.116 m3/jam
sehimgga volume lumpur dalam 1 tahun adalah 125.592,12 m3/tahun jadi total
lumpur adalah 258.001,84 m3/tahun. jadi volume lumpur dalam 1 kali
pengerukan adalah 21.500,15 m3, Volume lumpur sebesar 21.500,15 m3 tersebut
terbagi dalam 6 buah kolam pengendapan, jadi volume lumpur untuk 1 kolam
pengendapan lumpur adalah 3.583,35 m3. Volume kolam pengendapan lumpur
yang dibutuhkan untuk menampung air dan lumpur sebesar 5.375,02 m3. Dengan
demikian dimensi kolam pengendapan lumpur yang harus direncanakan adalah:
1. Panjang kolam pengendapan lumpur = 30 m
2. Lebar kolam pengendapan lumpur = 25 m
3. Kedalaman kolam pengendapan lumpur =8m
90
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai sistem penyaliran tambang pada
penambangan batubara PT. Daya Bambu Sejahtera maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Daya pompa pada CA-1 sebesar 87,59 kW dan unit pompa yang dibutuhkan
sebanyak 3 buah pompa jika putaran mesin 2200 rpm dan 10 buah pompa
jika putaran mesin 900 rpm, sedangkan daya pompa pada CA-2 sebesar
48,70 kW dan unit pompa yang digunakan sebanyak 1 buah pompa jika
putaran mesin 2200 rpm dan 4 buah pompa jika putaran mesin 900 rpm.
2. Bentuk penampang saluran yang direncanakan berbentuk trapezium (seperti
pada lampiran n). Dimensi saluran yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
debit pemompaan pada CA-1 dan CA-2 beserta debit limpasan pada CA-3
adalah:
9. Lebar dasar saluran (B) = 0,908 m
10. Kedalaman aliran (y) = 0,79 m
11. Luas penampang (A) = 1,07 m2
12. Keliling basah (P) = 1,943 m
13. Jari-jari hidrolis (R) = 0,39 m
14. Lebar muka air (T) = 1,824 m
15. Tinggi jagaan (J) = 0,197 m
16. Panjang saluran (L) = 467 m
91
3. Dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan adalah panjang 30 m,
lebar 25 m, kedalaman 8 m, dengan 6 buah kolam pengendapan lumpur
(seperti pada lampiran h).
7.2. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dalam skripsi ini adalah:
1. Perlu adanya perencanaan secara mendalam mengenai sistem penyaliran
tambang pada PT. Daya Bambu Sejahtera dengan mempertimbangkan curah
hujan maksimum, sehingga pada saat hujan maksimum kegiatan
penambangan dapat terus berjalan.
2. Monitoring terhadap penggunaan pompa harus dilakukan agar segala
kerusakan atau hambatan pada pompa dapat segera ditanggulangi.
3. Dalam menangani masalah air di front penambangan diperlukan pompa
yang sesuai dengan kapasitas air yang akan dipindahkan.
4. Perlu adanya perawatan pompa secara berkala dan perawatan saluran
secara teratur agar pompa dan saluran dapat berfungsi dengan baik
5. Diperlukan perawatan dan pengurasan yang teratur terhadap kolam
pengendapan lumpur, agar lumpur dapat terendapkan dengan baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, Data-data dan Arsip laporan PT. Daya Bambu Sejahtera, PT. Daya
Bambu Sejahtera, Tebo, 2017.
Arie Saputra, dkk. Water Management System Tambang Pada Pit PT. Ulima
Nitra Jobsite PT. Menambang Muara Enim, Universitas Sriwijaya,
Palembang, 2014.
Awang Suwandhi, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang, Diklat
Perencanaan Tambang Terbuka, Unisba, 2004.
Bambang Triatmodjo, Hidraulika II, Beta Offset Perum FT UGM Yogyakarta,
2008.
Chay Asdak, Buku Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah
Mada unervisity press, 1995
Eben Ezer Edoard Prasetyo, Rancangan Dimensi Settling Pond Berdasarkan
Daerah Tangkapan Hujan Pada Pit B2A PT. Sbuku Batubai Coal
Kalimantan Selatan, UPN “Veteran”, Yogyakarta, 2013.
Eko Rahmadianto Hermawan, dkk. Perencanaan Drainase Tambang Terbuka
Pit South Pinang PT. Kalimantan Prima Coal Kalimantan Timur,
Universitas Brawijaya, Malang, 2014.
Endra Setiawan, dkk. Kajian Teknis Sistem Penyaliran Pada Tambang
Batubara di Pit Small PT. Pipit Mutiara Jaya Site Bebatu Kalimantan
Utara, UPN “Veteran”, Yogyakarta, 2015.
Fitri Nauli, dkk. Rancangan Sistem Penyaliran Pada Tambang Batubara
Tambang Air Laya Sumatera Selatan, UPN “Veteran”, Yogyakarta,
2014.
Haruo Tahara Sularso, Buku Pompa dan Kompresor, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 2006.
Haryanto, dkk. Tektonik Daerah MuaraTeboPropinsi Jambi, Bulletin of
Scientric Contribution, 2008.
Ibrahim, D. Penyelidikan Batubara Bersistem Pada Cekungan Sumatera
Selatan, Daerah Muara kilis Dan Sekitarnya, KabupatenTebo,
Provinsi Jambi, Kelompok Program Penelitian Energi Fosil, Prosiding
Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi, 2011.
Isnaeni, dkk. Kajian Teknis Dimensi Kolam Pengendapan di Settling Pond
71C PT. Perkasa Inakakerta Kalimantan Timur, UPN “Veteran”,
Yogyakarta, 2016.
Muhammad Endrianto, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Terbuka
Batubara, Universitas Hasanudin, Makasar, 2013.
Mustika Ramadandika Ansari Putri, dkk. Perencanaan Sump di Pit Selatan PT.
Pamapersada Nusantara Jobsite BMTB Kalimantan Selatan,
Universitas Brawijaya, Malang, 2014.
Partanto Prodjosumarto, Pemindahan Tanah Mekanis, Direktorat Jenderal
Pertambangan Tenaga Pertambangan, Bandung, 1990.
Purwanto Sudadi, Air Tanah Provinsi Daerah Jambi, Jurnal Buletin Tata
Lingkungan, Bandung, 2003.
Rico Ervil, dkk. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND
PADANG, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang, Padang, 2015.
Rudi Sayoga, Diktat Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung
(ITB), Bandung, 1999.
Undang-undang Republik Indonesian No 4, Pertambangan Mineral dan
Batubara, 2009.
Sari Uly Sibarani, dkk. Analisa Teknis Mine Dewatering Terhadap rencana
Tiga Tahun Penambangan Hingga Tahun 2016 di Pit Blok Barat PT.
Muara Alam Sejahtera Kabupaten Lahat, Universitas Sriwijaya,
Palembang, 2015.
Sedarmayanti, Buku Metodologi Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 2002.
Sidharta S. Kamarwan, dkk,1997, Buku Drainase Perkotaan, Direktorat
perguruan tinggi swasta, Jakarta, 1997.
Suripin,2004, Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi Offset,
Yogyakarta, 2004.
Syukriadi,Skripsi, Rencana Teknis dan Ekonomis Sistem Penirisan Tambang
pada Blok III PT. Batubara Bukit Kendi, UNSRI Palembang, 2005.
Yudha Krisna Suhendra, dkk. Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang
Terbuka di PT. Megumy Inti Anugerah Kalimantan Timur, UPN
“Veteran”, Yogyakarta, 2015.
LAMPIRAN
92
LAMPIRAN A
Scedul Penelitian
BulanNo
Keterangan Juni
(2017)
Juli
(2017)
Agustus
(2017)
September
(2017)
Oktober
(2017)
November
(2017)
Desember
(2017)
Januari
(2018)
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan tugas akhir
2. Pengajuan surat
Pembimbing proposal
3. Mengajukan surat izin
penelitian
4. Pengamatan di
Lapangan
5. Penyusunan Proposal
Penelitian
6. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
7. Seminar Proposal
8. Perbaikan
9. Pengambilan Data di
Lapangan
10 Pengolahan Data dan
Bimbingan
11 Seminar Hasil
12 Perbaikan
13 Ujian Koprehensif
93
LAMPIRAN B
Data Curah Hujan Tahunan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Tahun (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2007 197 141 310 258 353 137 42 150 151 341 329 282
2008 247 83 223 377 76 51 112 38 150 245 214 207
2009 163 255 457 183 91 5 84 237 74 153 220 280
2010 353 429 204 226 74 177 432 67 292 125 371 236
2011 244 318 166 304 76 64 65 290 27 319 329 345
2012 319 52 244 142 155 59 139 123 17 81 169 386
2013 304 173 256 151 96 65 98 118 177 206 254 520
2014 X X 130 96 266 143 149 272 119 319 715 466
2015 209 195 383 254 192 123 56 0 87 1 248 438
2016 317 273 414 219 170 90 70 202 200 275 369 X
Jumlah 2353 1919 2787 2210 1549 914 1247 1497 1294 2065 3218 3160
Rata-
rata
261.44 213.22 278.7 221 154.9 91.4 124.7 149.7 129.4 206.5 321.8 351.11
94
LAMPIRAN C
Data Curah Hujan Aktual Bulan Oktober
Pengukur: Bayu Septriawan Bulan: Oktober
Alat/Instrumen: Alat Sederhana Lokasi: PT. Daya Bambu Sejahtera
No Tanggal Curah Hujan (ml) Curah Hujan (mm)
1 1/10/2017 100 3.18
2 2/10/2017 - -
3 3/10/2017 865 27.55
4 4/10/2017 - -
5 5/10/2017 400 12.74
6 6/10/2017 - -
7 7/10/2017 1300 41.40
8 8/10/2017 - -
9 9/10/2017 380 12.10
10 10/10/2017 500 15.92
11 11/10/2017 1800 57.32
12 12/10/2017 100 3.18
13 13/10/2017 - -
14 14/10/2017 - -
15 15/10/2017 120 3.82
16 16/10/2017 - -
17 17/10/2017 - -
18 18/10/2017 130 4.14
19 19/10/2017 - -
20 20/10/2017 - -
21 21/10/2017 600 19.11
22 22/10/2017 230 7.32
23 23/10/2017 120 3.82
24 24/10/2017 270 8.60
25 25/10/2017 - -
26 26/10/2017 - -
27 27/10/2017 - -
28 28/10/2017 - -
29 29/10/2017 1200 38.22
30 30/10/2017 800 25.48
Jumlah 8915 283.92
Rata-rata 557.1875 17.74
95
LAMPIRAN D
Alat Ukur Curah Hujan Sederhana
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat alat curah hujan sederhana
a) Corong plastic dengan diameter 20 cm.
b) Gelas ukur satuan ml.
c) Jerigen ukuran 5 liter.
d) Papan dan kayu.
2. Cara pembuatan alat curah hujan sederhana
a) Buatlah kedudukan jerigen dengan menggunakan papan dan kayu.
b) Lubangi tutup jerigen seukurab corong.
c) Masukan ujung corong ke tutup jerigen yang telah dilubangi.
d) Untuk gambar alat ukur curah hujan dapat dilihat pada lampiran K6.
3. Prinsip kerja alat curah hujan sederhana
a) Alat curah hujan harus dipasang di daerah terbuka dan jauh dari pohon.
b) Air hujan akan tertampung didalam jerigen melalui corong.
c) Air yang tertampung di dalam jerigen kemudian diukur menggunakan
gelas ukur dengan satuan ml,kemudian air hujan dengan satuan ml
diubah menjadi satuan mm dengan menggunakan persamaan pada
lampiran G.
d) Pengukuran curah hujan dilakukan 1 hari sekali.
96
LAMPIRAN E
Data Hari Hujan Oktober 2017
Pengamat: Bayu Septriawan Koordinat: -
Lokasi : PT. Daya Bambu Sejahtera Elevasi: 70 mdpl
Keterangan:
√ = terjadi hujan
X = tidak terjadi hujan
Bulan
Oktober
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
(hari)
1 √ X √ X √ X √ X √ √ √ √ X X √ X X √ X X √ √ √ √ X X X X √ √ 30
97
LAMPIRAN F
Legalitas Data Lapangan
Jenis Pipa
Pipa yang digunakan merupakan pipa plastik dengan jenis HDPE
Keterangan SaluranPipa
Diameter Pipa : 4 inchi
Panjang Pipa : 6 m perbatang Belokan Pipa : 1 buah belokan 30º dan 2 buah belokan 30º Jenis Katup : Katup dengan saringan
Ukuran Saluran Air
Pengukuran di Lapangan
Tinggi saluran : 2 m
Lebar dasar : 1 m
Lebar atas : 3 m
Panjang saluran : 234,125 m
Sudut kemiringan atau slop kemiringan saluran : 20º
Ukuran Kolam Pengendapan Lumpur
Panjang : 10 m
Lebar : 7 m
Kedalaman : 5 m
Banyak : 2 buah kolam
Jadwal Pemompaan
07.00-16.00 dan 19.00-04.00
98
LAMPIRAN G
Konversi Satuan Curah Hujan
Untuk menghitung ketinggian air hujan yang jatuh pada bidang dengan luasan
tertentu dapat digunakan persamaan:
x10𝐻 =𝑉𝐿
Dimana :
H = ketinggian curah hujan satuan mm
V = Volume air yang ditakar dengan satuan ml
L = luas bidang corong (cm2)
L = л X R2
Dimana :
Л = 3,14
R = jari-jari corong
99
LAMPIRAN H
Spesifikasi Pompa
Spesifikasi pompa
Mesin Pompa : Diesel/ Mitsubishi 6D16 220 PS
Pompa : Ebara Pump125x100 FS JCA
Kapasitas Pompa : 235 m3/jam @2200 rpm
: 79,2 m3/jam @900 rpm
Motor Power : 160 kW
Head : 127 m
Inlet pit D blok 3 : 46 m
Outlet pit D blok 3 : 64 m
Inlet pit D blok 4 : 37 m
Outlet pit D blok 4 : 72 m
100
LAMPIRAN I
Dokumentasi Lapangan
Gambar Lampiran I.1 Kegiatan Penambangan di Pit D
Gambar Lampiran I.2 Genangan Air di Pit D Blok 4
101
Gambar Lampiran I.3 Genangan Air di Pit D Blok 3
Gambar Lampiran I.4 Kegiatan Pengujian Debit Aktual Pompa
102
Gambar Lampiran I.5 Perhitungan Debit Aktual Pompa
Gambar Lampiran I.6 Alat Pengukuran Curah Hujan
103
Gambar Lampiran I.7 Pengukuran Curah Hujan Aktual
Gambar Lampiran I.8 Kondisi Kolam Pengendapan Lumpur
104
Gambar Lampiran I.9 Lumpur Meluap ke Perkebunan Warga
Gambar Lampiran I.10 Pengukuran Jarak
105
Gambar Lampiran I.11 Belokan Pada Pipa
Gambar Lampiran I.12 Saluran Terbuka Aktual
106
107
108
LAMPIRAN L
Dimensi Saluran
109
LAMPIRAN M
Peta Situasi Tambang Oktober 2017
110
LAMPIRAN N
Peta Catchment Area
111
LAMPIRAN O
Peta Perencanaan Sistem Penyaliran
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut : -
Nama:
Bayu Septriawan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tgl Lahir : Tebo, 17 September 1994
Nomor Pokok
Mahasiswa
:
1310024427017
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 23 Januari 2018
IPK : 3,28
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Perencanaan Sistem Penyaliran Pada
Kemajuan Tambang Sebelah Barat PT.
Daya Bambu Sejahtera, Desa Mangupeh,
Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi
Dosen Pembimbing : 1. Refky Adi Nata, ST, MT
2. Yaumal Arby, ST, MT
Asal SMTA :SMK Negeri 1 Kabupaten Tebo
Nama Orang Tua :Rediyanto
Alamat/Hp : Tebo/082198072912
Email : [email protected]