1209065043 reny suryani sitorus (logam kromium)

14
K3 DAN KETENAGAKERJAAN “ UNSUR PADATAN (LOGAM KROMIUM) DAN EFEKNYA TERHADAP KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KENYAMANAN” Oleh : Reny Suryani Sitorus 1209065043 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Upload: hope-enrique

Post on 27-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

k3

TRANSCRIPT

K3 DAN KETENAGAKERJAAN

UNSUR PADATAN (LOGAM KROMIUM) DAN EFEKNYA TERHADAP KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KENYAMANAN

Oleh :Reny Suryani Sitorus1209065043

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA2015

1. Pengertian Kromium

Gambar 1. Kromium

Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.

Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah satu unsur nutrisi yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri. Kromium adalah logam baja berwarna abuabu, ditambang dalam bentuk biji kromit, tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil pada tekanan dan temperature normal. Kromium dalam konsentrasi tertentu bersifat racun bagi manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan. Kromium relatif stabil di udara dan air, tetapi setelah kontak dengan biota, air, udara dam tanah, akan berubah menjadi bentuk kromium trivalen. Diperkirakan substansi kromium didalam lingkungan sekitar 6,7 x 106kg/tahun.

Kromium memiliki sifat fisika dan kimia yang titik didihnya mencapai 26720C, dengan titik lebur 1837 18770C, serta memiliki berat jenis 7,20 pada suhu 280C. Kromium tidak larut dalam air dan asam nitrat, larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida.Kromium tidak dapat bercampur dengan basa, oksidator, halogen, peroksida dan logam logam.Kromium dapat menyala atau mudah menyala, dapat terbakar secara spontan apabila terpapar di udara atau bila debu kromium bercampur dengan udara dapat terbakar atau meledak.

2. Contoh Industri yang Menggunakan Kromium

PT Subur Emas Murni yang terletak di Jakarta Pusat adalah sebuah perusahaan pembuatan payung, dimana salah satu proses produksinya menggunakan kromium untuk pelapisan logam. Dalam proses kerjanya menggunakan tenaga kerja manusia yang kontak langsung dengan kromium. Keluhan terbanyak yang dirasakan oleh para pekerja di agian pelapisan logam adalah penyakit kulit seperti gatal-gatal, kult kemerahan bahkan sampai menimbulkan luka seperti borok atau koreng pada tangan dan kaki.

Kebanyakan pekerja yang bekerja pada industri pelapisan logam terpapar oleh kromium. Hal ini menyebabkan banyaknya pekerja yang menderita gatal-gatal. Bila gejala ini dibiarkan begitu saja, maka akan banyak pekerja yang menderita penyakit dermatitis.

Kromium juga digunakan pada industri lainnya, seperti: Kromium (0) digunakan dalam pembuatan baja (stainless steel) untuk menaikkan kekuatan, kekerasan dan resistensi logam. Kromium (VI) dan kromium (III) digunakan untuk menyepuh logam (electroplating), pencelupan dan pewarnaan (dyes and pigment), penyamakan kulit (leather tanning) dan pengawetan kayu (wood preserving) Proses pemurnian bahan kimia dan pembuatan katalis Pembuatan zat warna

Selain itu, sumber kromium dapat berasal dari : Pabrik yang memproduksi semen yang mengandung kromium Pembakaran sampah pada kota-kota dan sampah yang berbentuk Lumpur Kendaraan bermotor (knalpot) Menara AC yang menggunakan kromium sebagai inhibitor Limbah cair yang berasal dari lapis listrik, penyamakan kulit, dan industri tekstil Sampah pada dari indusri yang menggunakan krom

3. Bahaya Kromium pada Kesehatan

Menurut Mukono, dalam jumlah kecil kromium (Cr) dibutuhkan oleh manusia. Yaitu sebagai obat penguat stamina untuk beraktivitas sehari-hari dalam jumlah tertentu. Tetapi akan berbahaya kalau berlebihan terpapar oleh tubuh manusia. Akibatnya dapat berupa penyakit kronis, berlangsung selama bertahun-tahun, kalau mengenai salah satu organ tubuh.

Environmental Protection Agency(EPA) Amerika Serikat menggolongkan kromium sebagai suatu zat yang bersifat karsinogenik. Pekerja perusahaan yang menggunakan proses pelapisan kromium berisiko tinggi terimbas pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat proses pelapisan kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker paru-paru. Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan menimbulkanulserasi(borok),ulserasipada selaput lendir hidung,vasculareffect(pembuluh darah pada aorta rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas tubuh, gangguan reproduksi dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan potensial insidens, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan.

Biro statistik Amerika Serikat (1988), penyakit kulit menduduki sekitar 24% dari seluruh penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Setengah sampai dua pertiga dermatitis akibat kerja terjadi di pabrik. Walaupun insiden penyakit dermatitis akibat kerja terus menurun secara perlahan sejak tahun 1974, hal tersebut diyakini karena tidak diketahui atau karena kesalahan dalam klasifikasi penyakit.The National Institute of Occupational Safety Hazards(NIOSH) dalam survei tahunan (1975) memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang sebenarnya adalah 20 -30 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan.

Amerika Serikat mencatat bahwa dermatitis akibat kerja merupakan 40% dari semua penyakit akibat kerja yang non traumatik. Di Inggris lebih banyak hari kerja yang hilang karena penyakit dermatitis kontak dibandingkan dengan hari kerja yang hilang karena penyakit akibat kerja lainnya. Pada pekerja laki-laki diperkirakan 650.000 hari kerja yang hilang, sedangkan wanita sebanyak 200.000 hari kerja yang hilang pertahun (Djarismawati, 2004).Di Amerika Serikat pula, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak.Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potasium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak.

Dermatitis tangan mengenai 2% dari populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur hidupnya. Anak-anak dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji tempelnya. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji tempel sebagai standar, maka insiden dermatitis kontaknya lebih tinggi dari pada di Amerika. Indonesia telah banyak melakukan penelitian untuk mendapatkan data yang mendukung mengenai penyakit ini. Data dari Balai Hiperkes Depnaker RI (sejak tahun 2005 menjadi Pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes), menunjukkan hampir 80% penyakit kulit akibat kerja adalahh dermatitis konak akibat kerja (Firdaus, 2002). Pada sub bagian alergi imunologi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Insidens dermatitis kontak akibat kerja pada tahun 196 adalah 50 kasus/tahun atau 11,9% dari seluruh dermatitis kontak (Effendi, 1997).

Jalur Masuknya Kromium Dalam Tubuh Manusia melalui :1. Pernafasan : Cara masuk krom melalui saluran pernafasan adalah dengan menghirup debu kromium yang dihasilkan dari proses produksi. Krom (VI) ditemukan di zona pernafasan pada pekerja dibagian pengelasan dengan konsentrasi antara 3,8-6,6 gr/m3.

2. Saluran pencernaan: Cara masuk krom dapat melalui makanan atau tertelan. Kandungan krom dalam makanan berkisar antara 5-250 gr/kg. Makanan yang mempunyai kadar kromium tinggi yaitu lada dan ragi bir.3. Kulit : Sifat dari senyawa krom seperti adam kromik, dikromat dan kromium (VI) selain iritan juga kororsif, bila terjadi kontak langsung dapat menimbukan alergi. Kromium khususnya kromat, banyak menimbulkan alergi dan penyebab dermatitis terbesar bagi pekerja. (Thorman et al., 1979).

Dampak kesehatan akibat kromium pada tubuh manusia yaitu:1. Efek fisiologiKrom (III) merupakan unsur penting dalam makanan, yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glukosa, lemak, dan kolesterol berjalan normal.Data kebutuhan krom perhari diperkirakan sekitar 50-200 gr/hr. Jarang terjadi defisiensi krom, bila kebanyakan terjadi pada penderita diabetes, malnutrisi dan mereka yang mendapat makanan melalui parenteral. Faktor utama terjadinya toksisitas dari krom adalah oxidation state dan daya larutnya. Krom (VI) mudah menembus membran sel dan akan terjadi reduksi didalamnya. Organ utama yang terserang karena krom adalah terhisap oleh paru-paru, organ ain yang bias terserang adalah ginjal, liver, kulit dan sistem imunitas.

2. Efek pada kulitAsam kromik, dikromat dan kromiumVI selain iritan kuat juga korosif. Letak luka biasa di akar kuku, persendian dan selaput antara jari, bagian belakang tangan dan lengan. Karakteristik luka karena krom mula-mula melepuh (papulae) kemudian terbentuk luka dengan tepi yang meninggi dan keras. Penyembuhan luka lambat, bias beberapa bulan dan luka tidak sakit diduga ada gangguan syaraf perifer. Hingga 20% pekerja menjadi dermatitis.Dermatitis alergika dengan eksim pernah dilaporkan terjadi pada pekerja percetakan, semen, metal, pelukis dan penyamak kulit. Diperkirakan bahwa krom (III) protein kompleks yang bertanggungjawab atas terjadinya reaksi alergi.

3. Efek pada saluran pernapasanEfek iritasi paru-paru terjadi pada pemajanan (menghirup debu kromium) dalam jangka panjang dan mempunyai efek terhadap iritasi kronis, penyumbatan dan hiperemia, renitis kronis, polip, trakheobronkhitis dan paringitis kronis. Dapat terjai reaksidelayed anaphylactic reacion.Pada pekerja pelapisan dan penyamakan kulit sering terjadi kasus luka pada mukosa hidung (mukosa bengkak, ulserasi septum, perforasi septum), ini terjadi bila terpajan secara periodik paling sedikit 20 g/m3di tempat kerja.Di Amerika Serikat mengijinkan kadar kromium sekitar 100 g/m3dalam 8 jam kerja. Jangka pemajanan pekerja yang mengalami ulkus di mukosa hidung berkisar antara 5 bulan hingga 10 tahun.

4. Efek pada ginjalStudi terhadap tukang las dan pelapisan kromium, pajanan lebih dari 20 g/m3mengakibatkan kerusakan pada tubulus renalis. Gangguan pada ginjal terjadi setelah menghirup dan menelan kromium. Pernah ditemukan kerusakan pada lomerulus ginjal.Kenaikan kadar Beta-2 mikroglobulin dalam urin merupakan indikator adanya kerusakan tubulus. Urinary treshold untuk efek nefrotik diperkirakan 15 g/gram kreatinin.

5. Efek pada hatiPemajanan akut kromium dapat menyebabkan nekrosis hepar. Bila terjadi 20% tubuh tersiram asam kromat akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut.

Dari data yang terbatas, disimpulkan bahwa inhalasi kronis kromium dapat juga mengakibatkan efek pada hepar. Hepatitis akut dengan kuning (jaundice) pernah dilaporkan pada pekerja wanita yang telah bekerja di pabrik pelapisan krom selama 5 tahun. Pada tes didapatkan adanya kromium dalam jumlah besar dalam urin dan pada biopsi liver terlihat adanya kelainan.

6. Efek karsinogenikStudi epidemiologi secara kohort jelas menunjukkan adanya daya karsinogen. Pemantauan pada pekerja di industri yang memproduksi kromat, yang bekerja lebih dari 1 tahun anatara tahun 1937 1949, ternyata 18,2 % menderita kanker paru-paru. Studi terhadap pekerja di industri pigmen kromium, pelapisan kromium dan campuran ferokrom secara statistik terlihat ada hubungan secara bermakna antara pekerja yang terpajan kromium dengan kanker paru-paru. Telah diketahui bahwa kromium (VI) sebagai penyebab kanker paru, sedangkan kromium (III) tidak. Kanker paru timbul 20 tahun setelah terpajan kromium dengan jangka waktu pemajanan sekitar 2 tahun.

7. Efek terhadap pertumbuhan dan reproduksiKromium (III) bahan esensial yang bisa menembus plasenta, kurang dari 0,5 % kromium (III) ditemukan menembus plasenta pada tikus, bila diberikan kromium sebagai garam. Efek pada binatang terjadicleft palatum, hidrocefalus,proses pementukan tulang terhambat, bengkak, danincomplete neural tube closure(penutupan tidak lengkap neural tube).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya racun kromium, yaitu:1. UmurTelah lama diketahui bahwa neonatus dan organisme yang sangat muda umurnya lebih rentan terhadap kromium dibandingkan dengan yang llebih dewasa. Untuk sebagian besar toksikan, organisme muda 1,5 sampai 10 kali leih rentan daripada yang dewasa. Anak-anak kecil sangat rentan terhadap toksikan, karena biasanya kepekaan dan tingkat penyerapan dalam saluran cerna lebih besar. Selai itu dapat pula disebabkan oleh defisiensi berbagai jenis enzim detoksikasi.

Penelitian lain menunjukkan bahwa sejalan dengan bertambahnya umur, faktor-faktor diet misalnya, defisiensi prein, vitamin C dan vitamin D, menyebabkan mekanisme kerja enzim mengalami penurunan dan terganggunya fungsi ekskresi ginjal, sehingga menyebabkan hewan, dan manusia yang telah tua menjadi lebih rentan terhadap kromium dan zat toksikan lainnya.

2.Berat BadanSejumlah penelitian karsinogenesis telah menunjukkan bahwa pengurangan jumlah zat makanan dapat menurunkan kejadian tumor. Pentingnya diet pada karsinogenesis lebih jauh diperlihatkan oleh fakta bahwa tikus dan mencit yang diberi diet kaya lemak akan menyebabkan berat badannya naik dan lebih mudah terkena tumor, dibandingkan dengan yang diberi diet terbatas.

Distribusi zat toksik dalam tubuh dapat berubah karena meningkatnya lemak tubuh dan berkurangnya air dalam tubuh. Berat badan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh adanya kandungan lemak. Defisiensi asam-asam lemak esensial dan protein dapat menekan akivitas sistem oksidasi mikrosom.

3. Lama BekerjaSeperti halnya toksikan lain, efek toksik kromium berkaitan dengan tingkat dan lamanya pajanan. Umumnya, makin tinggi kadar kromium di udara dan makin lama pajanan, efek toksik akan lebih besar .

4. Jenis KelaminHewan jantan dan betina dari spesies yang sama biasanya bereaksi erhadap toksikan dengan cara yang sama pula.

4. Dampak Pencemaran Krom di Lingkungan Perairan

Dalam perairan krom dapat masuk melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya krom secara alamiah dapat terjadi oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi atau pengikisan yang terjadi pada batuan mineral. Disamping itu debu-debu dan partikel-partikel krom yang di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masuknya krom yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan dampak dari aktivitas manusia. Sumber-sumber krom yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga.

Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air seperti krom terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Logam berat yang terdapat di air akan terakumulasi dalam tubuh organisme 100 sampai 1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan (insang), saluran pencernaan dan difusi permukaan kulit. Namun sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil dari air. Akumulasi dalam tubuh organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme (jenis, umur dan ukuran) dan lamanya pernapasan.

Organisme air yang terakumulasi krom bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan. Keracunan yang disebabkan oleh senyawa-senyawa ion krom pada manusia ditandai dengan kecenderungan terjadinya pembengkakan pada hati. Tingkat keracunan krom pada manusia diukur melalui kadar atau kandungan krom dalam urine, dan kristal asam khromat.

Sumber : https://calmjy.wordpress.com/tag/kromium/https://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=12601