12.04.697_jurnal

16
1 KAJIAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. MUSTIKA RATU Tbk BERBASIS LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2007-2011 Farizah Rozanawati Institut Manajemen Telkom, Bandung Abstrak : PT Mustika Ratu Tbk merupakan salah satu industri kosmetik yang ikut dalam persaingan bisnis kosmetika di Indonesia. Pada tahun 2011 tingkat penjualannya telah mencapai 406 miliar dari tahun 2007. Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat membantu investor dan para pelaku pasar modal dalam menginterpretasikan keadaan suatu perusahaan. Alat analisis atas laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis trend financial statement, common size financial statement, dan analisis rasio dalam membandingkan kemampuan atau kinerja perusahaan dari tahun ke tahun agar dapat diketahui kelebihan dan kekurangan perusahaan. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan melakukan perhitungan terhadap data-data kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Secara keseluruhan kinerja keuangan PT Mustika Ratu Tbk pada umumnya kurang baik. Berdasarkan analisis trend, peningkatan terbesar selama periode lima tahun adalah pos laba bersih sebesar 184% dibandingkan tahun 2007 dan pos total hutang tidak lancar sebesar 149%. Analisis common size terjadi pada pos piutang usaha naik 13% dibandingkan tahun 2007. Berdasarkan analisis aktivitas dan analisis profitabilitas pada umumnya perusahaan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik, terutama pada pos perputaran aktiva dan pos perputaran piutang. Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Laporan Keuangan, Analisis Trend, Analisis Common Size, Analisis Rasio Abstract : PT. Mustika Ratu Tbk is one of the cosmetic industry that participated in the cosmetic business competition in Indonesia. The financial report is information to help investors and capital market participants to interpret the state of a company. The Analysis tools of financial reports use trend financial statement analysis, common size financial statements and ratio analysis to compare the abilities or performance of the company from year to year in order to know the advantages and disadvantages of company. In this research, the type of research used descriptive method and make calculation of the quantitative data. The collection of data use secondary data from the annual financial report for the five years from 2007 through 2011. The overall of financial reports from PT. Mustika Ratu, Tbk are generally unfavorable. Based on the trend analysis, the greatest increase over the five year period is post net profit of 184% compared to 2007 and the post-current total debt is 149%. The Analysis of common size occurred in the post trade receivables have increased by 13% compared to 2007. Based on the activity and profitability analysis, in generally companies showed that the company's financial performance is not good, especially in the asset turnover post and receivable turnover post. Key Word : Financial Performance, Financial Report, Trend Analysis, Common Size Analysis, Ratio Analysis Latar Belakang Penelitian. Dalam zaman serba komersial ini citra cantik merupakan sebuah komoditas yang dapat dibuat sesuai persepsi industri kecantikan. Menjadi cantik dan tetap awet muda adalah dambaan setiap orang terutama para wanita. Apapun dilakukan agar tetap menarik dan cantik, termasuk salah satunya dengan kosmetika. Salah satu produsen perawatan kecantikan dan kesehatan terbesar di Indonesia adalah PT. Mustika Ratu Tbk selanjutnya disebut (MRAT), MRAT adalah perusahaan kosmetik dengan bahan baku alami, minuman kesehatan herbal, perawatan tubuh untuk pria, gerai spa untuk waralaba. Dengan semakin ketatnya persaingan antara MRAT dengan pesaing lainnya membuat MRAT dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar industri kosmetika nasional di Indonesia. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya. Faktor tesebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum. Salah satu hal yang penting dalam penilaian prestasi perusahaan adalah kondisi keuangannya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari prestasi

Upload: munandar-aja

Post on 30-Dec-2014

163 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 12.04.697_jurnal

1

KAJIAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. MUSTIKA RATU Tbk BERBASIS LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2007-2011

Farizah Rozanawati

Institut Manajemen Telkom, Bandung

Abstrak : PT Mustika Ratu Tbk merupakan salah satu industri kosmetik yang ikut dalam persaingan bisnis kosmetika di Indonesia. Pada tahun 2011 tingkat penjualannya telah mencapai 406 miliar dari tahun 2007. Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat membantu investor dan para pelaku pasar modal dalam menginterpretasikan keadaan suatu perusahaan. Alat analisis atas laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis trend financial statement, common size financial statement, dan analisis rasio dalam membandingkan kemampuan atau kinerja perusahaan dari tahun ke tahun agar dapat diketahui kelebihan dan kekurangan perusahaan. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan melakukan perhitungan terhadap data-data kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Secara keseluruhan kinerja keuangan PT Mustika Ratu Tbk pada umumnya kurang baik. Berdasarkan analisis trend, peningkatan terbesar selama periode lima tahun adalah pos laba bersih sebesar 184% dibandingkan tahun 2007 dan pos total hutang tidak lancar sebesar 149%. Analisis common size terjadi pada pos piutang usaha naik 13% dibandingkan tahun 2007. Berdasarkan analisis aktivitas dan analisis profitabilitas pada umumnya perusahaan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik, terutama pada pos perputaran aktiva dan pos perputaran piutang. Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Laporan Keuangan, Analisis Trend, Analisis Common Size,

Analisis Rasio

Abstract : PT. Mustika Ratu Tbk is one of the cosmetic industry that participated in the cosmetic business competition in Indonesia. The financial report is information to help investors and capital market participants to interpret the state of a company. The Analysis tools of financial reports use trend financial statement analysis, common size financial statements and ratio analysis to compare the abilities or performance of the company from year to year in order to know the advantages and disadvantages of company. In this research, the type of research used descriptive method and make calculation of the quantitative data. The collection of data use secondary data from the annual financial report for the five years from 2007 through 2011. The overall of financial reports from PT. Mustika Ratu, Tbk are generally unfavorable. Based on the trend analysis, the greatest increase over the five year period is post net profit of 184% compared to 2007 and the post-current total debt is 149%. The Analysis of common size occurred in the post trade receivables have increased by 13% compared to 2007. Based on the activity and profitability analysis, in generally companies showed that the company's financial performance is not good, especially in the asset turnover post and receivable turnover post. Key Word : Financial Performance, Financial Report, Trend Analysis, Common Size Analysis,

Ratio Analysis

Latar Belakang Penelitian. Dalam zaman serba komersial ini citra cantik merupakan sebuah komoditas yang dapat dibuat sesuai persepsi industri kecantikan. Menjadi cantik dan tetap awet muda adalah dambaan setiap orang terutama para wanita. Apapun dilakukan agar tetap menarik dan cantik, termasuk salah satunya dengan kosmetika.

Salah satu produsen perawatan kecantikan dan kesehatan terbesar di Indonesia adalah PT. Mustika Ratu Tbk selanjutnya disebut (MRAT), MRAT adalah perusahaan kosmetik dengan bahan baku alami, minuman kesehatan herbal, perawatan tubuh untuk pria, gerai spa untuk waralaba. Dengan semakin ketatnya persaingan antara MRAT dengan pesaing lainnya membuat MRAT dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar industri kosmetika nasional di Indonesia. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya. Faktor tesebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum. Salah satu hal yang penting dalam penilaian prestasi perusahaan adalah kondisi keuangannya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari prestasi

Page 2: 12.04.697_jurnal

2

perusahaan dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, untuk melihat kinerja keuangan MRAT dengan melihat pada laporan keuangan maka penulis melakukan penelitian mengenai Kajian Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Mustika Ratu Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2007-2011.

Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian tentang : (1). Bagaimana kinerja keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis trend ? (2). Bagaimana kinerja keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis persentase per komponen ? (3). Bagaimana

kinerja keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis rasio?

Tujuan. Berdasarkan rumusan masalah , tujuan daripada penelitian ini adalah : (1). Mengetahui kinerja keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis trend. (2). Mengetahui kinerja keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis persentase per komponen. (3). Mengetahui kinerja keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis rasio.

Teori :

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:190), Laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Laporan keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia meliputi :

1. Neraca, 2. Laporan Laba Rugi, 3. Laporan Perubahan Ekuitas, 4. Laporan Arus Kas, 5. Catatan atas Laporan Keuangan

Analisis trend adalah analisis yang membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk beberapa periode akuntansi dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk beberapa periode akuntansi dengan menggunakan tahun dasar (Munawir, 2007:36). Analisis persentase perkomponen adalah pelengkap bagi analisis rasio dan dapat memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total hutang atau total penjualan dan analisis ini dilakukan secara vertikal dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan dalam satu periode yang sama (Munawir, 2007:58). Untuk menilai kinerja kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering di pakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya (Sawir, 2005:6).

Page 3: 12.04.697_jurnal

3

Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Operasional variable. Menurut Sugiyono (2011:38), bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh tentang hal tersebut, untuk kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang dirancang dalam penelitian ini berdasarkan Annual Report MRAT periode 2007-2011.

Teknik Analisis Data

Analisis Deskriptif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu metode analisis dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan,dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti (Sugiyono, 2011: 24).

Analisis Trend. Analisis trend adalah cara membandingkan Neraca dan Laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Maksudnya memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam Neraca maupun Laporan laba-rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran

Aktivitas PT. Mustika Ratu Tbk

Laporan Keuangan

Neraca Rugi/Laba

Analisis Kinerja

Keuangan

Analisis Trend Analisis Persentase

Per Komponen

Analisis Rasio

- Likuiditas

- Solvabilitas

- Profitabilitas

- Aktivitas

-

Informasi Kinerja Keuangan Perusahaan

= Garis Penelitian

Page 4: 12.04.697_jurnal

4

selama beberapa tahun terakhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan (Agnes Sawir. 2000 : 46). Analisis trend secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

Analisis persentase per komponen. Analisis persentase per komponen merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk metode analisis vertikal. Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau dengan total penjualan (S.Munawir, 2007:37). Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total pasivanya, serta setiap pos dalam laba-rugi dengan penjualannya. Analisis persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Pyo = pos dasar sebagai pembanding

Analisis Rasio Keuangan. Analisis Rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (S. Munawir, 2007:37). Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang akan segera jatuh tempo dan juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian yang mungkin terjadi, yang terdiri dari : a) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan atau tagihan dari pada kreditur segera dapat berubah menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang atau tagihan tersebut. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

b) Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

c) Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Rasio ini membandingkan aktiva lancar yang sangat liquid

Page 5: 12.04.697_jurnal

5

(mudah di uangkan) yakni kas dan surat berharga dengan hutang lancar. Rasio kas dapat dirumuskan sebagai berikut :

2. Rasio Solvabilitas (leverage) Rasio pengukur solvabilitas (leverage) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang, yang terdiri dari :

a) Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Debt to Assets Rati /debt ratio) Rasio total hutang dengan total aktiva atau sering disebut juga rasio hutang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

b) Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio total hutang dengan modal sendiri menunjukkan perbandingan antara jumlah seluruh hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

c) Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva (Equity to Total Activa Ratio) Rasio modal sendiri dengan total aktiva, menunjukkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari modal sendiri, disamping menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

d) Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi yang digunakkan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan, jika aktiva tetap perusahaan di danai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-waktu pembayaran hutang harus dilaksanakan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

e) Rasio Antara Laba Sebelum Pajak dengan Beban Bunga (Time Interest Earned Ratio) Rasio antara laba sebelum pajak dengan beban bunga, mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya, yang terdiri dari :

a) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover Ratio) Rasio perputaran total aktiva, memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang ada dalam perusahaan untuk menghasilkan penjualan.

Page 6: 12.04.697_jurnal

6

Dengan kata lain adalah kecepatan berputarnya total aktiva dalam satu periode tertentu. Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan dengan angka rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

b) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio) Rasio perputaran aktiva tetap berguna untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

c) Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio) Rasio perputaran piutang, adalah kamampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi angka rasio berarti semakin cepat perputaran piutang dalam satu periode, maka modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin turun karena semakin cepat pencairan piutang menjadi bentuk kas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

d) Rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover Ratio) Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, yang terdiri dari :

a) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio margin laba kotor adalah rasio antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar nilai rasio ini semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

b) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio margin laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (S.Munawir, 2007:100). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

c) Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas / Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Page 7: 12.04.697_jurnal

7

d) Rasio Tingkat Pengembalian Aset / Return On Assets (ROA) Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Selain itu rasio ini juga mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilan keuntungan dari operasi tersebut (S.Munawir, 2007:89). Manajemen dapat menggunakan ROA sebagai peringatan dini atas tindakan yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

PEMBAHASAN

Analisis TREND

Gambar 1.2 Trend Perkembangan Neraca MRAT Periode 2007-2011 Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Dari Gambar 1.2 neraca bentuk trend pos kas pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 10% dibandingkan tahun dasar 2006 menjadi 110%. Peningkatan trend pos pada kas pada tahun 2008 juga mengalami kenaikan sebesar 13% dibandingkan tahun 2007 menjadi 123%. Dari tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 15% menjadi 108%. Tahun 2010 pos pada kas terjadi penurunan kembali sebesar 6 menjadi 102%. Penurunan kembali terjadi pos pada kas sebesar 22% menjadi 80%. Hal ini menunjukkan bahwa trend pos pada kas memiliki kecenderungan menurun karena terjadinya peningkatan pada aktiva tetap, hal ini sesuai dengan pernyataan Munawir (2007:14) uang kas bertujuan untuk pelunasan hutang obligasi, pembelian aktiva tetap.

Gambar 1.3 Trend Perkembangan Aktiva Lancar, Aktiva Tidak Lancar, dan Total Aktiva MRAT Periode 2007-2011

Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Page 8: 12.04.697_jurnal

8

Dari Gambar 1.3 trend perkembangan total aktiva lancar pada tahun 2007 mengalami peningkatan dari 100% (pada tahun dasar) menjadi 110% atau naik sebesar 10%. Pada tahun 2008 total aktiva lancar naik 18% dibandingkan 2007 menjadi 110%. Tahun 2009 total aktiva lancar kembali naik sebesar 2% menjadi 130%. Peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun 2009 juga terjadi pada tahun 2010. Dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 17% dibandingkan tahun 2011 menjadi 152%. Peningkatan yang terjadi selama periode 2007-2011 dikarenakan piutang usaha, persediaan, biaya dibayar dimuka cenderung naik dan jika keadaan ini terus berlanjut maka dapat diprediksikan jumlah aktiva lancar pada tahun berikutnya akan mengalami peningkatan. Menurut Kasmir (2010:44) dasar untuk memperkirakan kondisi ke depan dapat kita gunakan data masa lalu, makin banyak data masa akan makin baik dan faktor yang mempengaruhi di masa yang akan datang.

Gambar 1.4 Trend Perkembangan Hutang Lancar, Hutang Tidak Lancar, dan Total Hutang MRAT Periode 2007-2011

Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Dari Gambar 1.4 trend perkembangan total hutang lancar MRAT pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 32% dibandingkan tahun dasar (2006) menjadi 132%. Peningkatan sebesar 55% di tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 menjadi 187%. Terjadi penurunan sebesar 19% dibandingkan tahun 2008 menjadi 168%. Terjadi penurunan kembali sebesar 4% di tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 menjadi 164%. peningkatan kembali sebesar 60% di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 menjadi 224%. Trend perkembangan total hutang lancar yang terjadi selama periode (2007-2011) mengalami fluktuasi, penurunan pada tahun 2009 dan tahun 2010 mengindikasikan bahwa perusahaan telah membayar hutang lancar. Kenaikan di tahun 2011 mengindikasikan bahwa perusahaan menambah kewajiban lancar pada pihak ketiga.

Trend perkembangan total hutang tidak lancar periode (2007-2011) mengalami peningkatan yang sangat baik setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar 63% dibandingkan tahun 2008, hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan hutang imbalan kerja sebesar 330% dan peningkatan hutang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar 221%. Dan peningkatan terkecil terjadi pada tahun 2010 sebesar 8% dibandingkan tahun 2009, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan hutang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar 105%.

Tahun 2007 hutang naik sebesar 33% dibandingkan tahun dasar (2006) menjadi 133%. Peningkatan sebesar 53% di tahun 2008 dibandingkan tahun 2009 menjadi 186%. Penurunan sebesar 7% di tahun 2009 dibandingkan tahun 2010. Penurunan sebesar 1% di tahun 2010 dibandingkan tahun 2009. Dan peningkatan kembali sebesar 55% di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010.

Page 9: 12.04.697_jurnal

9

Gambar 1.5 Trend Perkembangan Ekuitas, Total Hutang dan Ekuitas MRAT Periode 2007-2011 Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Trend perkembangan total ekuitas selama periode 2007-2011 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 9% dibandingkan tahun 2007, hal ini dikarenakan adanya peningkatan akumulasi selisih kurs sebesar 148% dan peningkatan saldo laba sebesar 122%. Dan peningkatan terkecil terjadi pada tahun 2009 sebesar 5%, hal ini dikarenakan adanya penurunan akumulasi selisih kurs sebesar 135% dan peningkatan saldo laba sebesar 134%.

Trend perkembangan total hutang dan ekuitas pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 8% dibandingkan tahun dasar (2006) menjadi 108%. Peningkatan sebesar 14% di tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 menjadi 122%. Peningkatan sebesar 3% di tahun 2009 dibandingkan tahun 2010 menjadi 125%. Peningkatan sebesar 7% di tahun 2010 dibandingkan tahin 2009 menjadi sebesar 132%. Dan peningkatan sebesar 13% di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 menjadi 145%.

Gambar 1.6 Trend Perkembangan Laba Bersih MRAT Periode 2007-2011 Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Dari Gambar 1.6 trend perkembangan Laba-rugi di tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 22% dibandingkan tahun dasar (2006) menjadi sebesar 122%. Peningkatan sebesar 123% di tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 menjadi 245%. Penurunan sebesar 14% di tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 menjadi 231%. Peningkatan sebesar 37% di tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 menjadi 268%. Peningkatan sebesar 38% di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 menjadi 306%.

Page 10: 12.04.697_jurnal

10

Analisis Persentase Per Komponen

Gambar 2.1 Komposisi Neraca MRAT Periode 2007-2011 Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Gambar 2.2 Perkembangan common size Pada Sisi Aktiva MRAT Periode 2007-2011 Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Gambar 2.3 Perkembangan common size Pada Sisi Hutang dan Ekuitas MRAT Periode 2007-2011

Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Page 11: 12.04.697_jurnal

11

Gambar 2.4 Perkembangan Laba Rugi Common Size MRAT Periode 2007-2011 Sumber : Pengolahan Data Lap. Keuangan Periode 2007-2011

Dari beberapa gambar diatas posisi tahun 2011 di beberapa pos ada kecenderungan meningkat yaitu pos piutang usaha naik 13%, pos biaya dibayar dimuka naik 3% dibandingkan tahun 2007, pos total aktiva lancar naik 2% dibandingkan tahun 2007, pos total hutang lancar naik 2% dibandingkan tahun 2007, pos total hutang tidak lancar naik 1% dibandingkan tahun 2007, pos total hutang naik 3% dibandingkan tahun 2007, pos laba usaha naik 3% dibandingkan tahun 2007, pos laba sebelum (manfaat) pajak penghasilan naik 3% dibandingkan tahun 2007, pos laba bersih naik 3% dibandingkan tahun 2007. Posisi tahun 2011 di beberapa pos ada kecenderungan menurun yaitu pos kas turun sebesar 13% dibandingkan tahun 2007, pos total aktiva tidak lancar turun 2% dibandingkan tahun 2007, pos total ekuitas turun 3% dibandingkan tahun 2007.Posisi tahun 2011 di beberapa pos ada kecenderungan relatif stabil yaitu pos investasi tetap sebesar 0% dibandingkan tahun 2007, pos piutang lain-lain pihak ketiga tetap sebesar 1% dibandingkan tahun 2007, pos persediaan sebesar 15% dibandingkan tahun 2007, pos laba kotor tetap sebesar 56% dibandingkan tahun 2007.

Analisis Rasio

Tabel 3.1 Perkembangan Rasio Likuiditas Tahun 2007-2011 MRAT

Ukuran Tahun Rata –

Rata 2007 2008 2009 2010 2011

Rasio Lancar 768,02 631,06 718,88 761,34 627,07 701,27

Rasio Cepat 610 523 610 636,6 506,44 577,21

Rasio Kas 286,54 225,96 220,85 212,01 122,37 213,55

i. Posisi current ratio dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah liquid karena standar current ratio adalah 200%, sedangkan posisi 2007-2011 diatas 200%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 current ratio mengalami penurunan sebesar 140,95% dibandingkan tahun 2007.

ii. Posisi quick ratio dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah liquid karena standar quick ratio adalah 100%, sedangkan posisi 2007-2011 diatas 100%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 quick ratio mengalami penurunan sebesar 130,56% dibandingkan tahun 2007.

iii. posisi cash ratio dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah liquid karena standar cash ratio adalah 50%, sedangkan posisi 2007-2011 diatas 50%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 cash ratio mengalami penurunan 164,17% dibandingkan tahun 2007.

Page 12: 12.04.697_jurnal

12

Tabel 3.2 Perkembangan Rasio Solvabilitas (Leverage) Tahun 2007-2011 MRAT

Ukuran Tahun Rata -

Rata 2007 2008 2009 2010 2011

Rasio Hutang

Terhadap Aset

0,12 0,14 0,13 0,13 0,15 0,13

Rasio Hutang

Terhadap

Ekuitas

0,13 0,17 0,16 0,14 0,18 0,16

Rasio Ekuitas

Terhadap

Total Aktiva

0,88 0,85 0,86 0,87 0,85 0,86

Rasio Ekuitas

Terhadap Aset

Tetap

3,49 3,78 3,67 3,53 3,73 3,64

Rasio Antara

Laba Sebelum

Pajak dengan

Beban Bunga

13,49 30,08 27,68 39,90 47,33 31,7

i. Posisi debt ratio dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah solvable karena standar debt ratio adalah 35%, menurut kasmir (2010:122) semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan, dan posis 2007-2011 adalah dibawah 35%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 debt ratio mengalami kenaikan 0,03% dibandingkan tahun 2007.

ii. Posisi debt equity dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah solvable karena standar debt equity adalah 90%, menurut kasmir (2010:124) semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan, dan posisi 2007-2011 adalah berada dibawah 90%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 debt equity mengalami kenaikan 0,05% dibandingkan tahun 2007.

iii. Posisi equity to total activa ratio dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah solvable karena standar equity to total activa ratio adalah 40%, dan posisi 2007-2011 adalah berada dibawah 40%. Jika dibandingkan Posisi tahun 2011 equity to total activa ratio mengalami penurunan 0,03% dibandingkan tahun 2007.

iv. Posisi equity to fixed assets ratio dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah solvable karena standar equity to fixed assets ratio adalah 10x, dan posisi 2007-2011 adalah berada di bawah 10x. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 equity to fixed assets ratio mengalami penurunan 0,03x dibandingkan tahun 2007.

v. Posisi TIE dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah insolvable karena standar TIE adalah 10x, dan posisi 2007-2011 adalah dibawah 10x. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 TIE mengalami kenaikan 0,24x dibandingkan tahun 2007.

Page 13: 12.04.697_jurnal

13

Tabel 3.3 Perkembangan Rasio Aktivitas Tahun 2007-2011 MRAT

Ukuran Tahun Rata –

Rata 2007 2008 2009 2010 2011

Rasio

Perputaran

Aset

0,79 0,86 0,94 0,95 0,96 0,90

Rasio

Perputaran

Aset Tetap

3,14 3,83 4 3,86 4,23 3,81

Rasio

Perputaran

Piutang

2,93 2,90 2,70 2,58 2,38 2,7

Rasio

Perputaran

Persediaan

5,19 6,54 8,23 7,69 6,47 6,82

i. Posisi rasio perputaran total aktiva dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan dalam hal perputaran aktiva kurang baik karena standar rasio ini adalah

2x, dan posisi 2007-2011 adalah di bawah 2x. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 rasio

perputaran total aktiva naik 0,17x dibandingkan tahun 2007.

ii. Posisi rasio perputaran aktiva tetap dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan kurang baik karena standar rasio ini adalah 5x, dan posisi 2007-2011

adalah di bawah 5x. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 rasio perputaran aktiva tetap naik

1,09x dibandingkan tahun 2007.

iii. Posisi rasio perputaran piutang dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan kurang baik karena standar rasio ini adalah 10x, dan posisi 2007-2011

adalah di bawah 10x. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 rasio perputaran putang mengalami

penurunan 0,55x dibandingkan tahun 2007.

iv. Posisi rasio perputaran persediaan dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan kurang baik karena standar rasio ini adalah 10x, dan posisi 2007-2011

adalah di bawah 10x. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 rasio perputaran persediaan

mengalami kenaikan 1,28% dibandingkan tahun 2007.

Tabel 3.4. Perkembangan Rasio Profitabilitas Tahun 2007-2011 MRAT

Ukuran Tahun Rata -

Rata 2007 2008 2009 2010 2011

Margin Laba

Kotor

0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56

Margin Laba

Bersih

0,04 0,07 0,06 0,07 0,07 0,06

Rasio Tingkat

Pengembalian

Ekuitas (ROE)

0,04 0,07 0,07 0,07 0,08 0,07

Rasio Tingkat

Pengembalian

Total Aset

(ROA)

0,04 0,06 0,06 0,06 0,07 0,06

Page 14: 12.04.697_jurnal

14

i. Posisi margin laba kotor dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah profitable karena standar rasio ini adalah 30%, dan posisi 2007-2011 adalah di atas 30%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 margin laba kotor di tahun 2011 tetap 0,56% dibandingkan tahun 2007.

ii. Posisi margin laba bersih dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah non profitable karena standar rasio ini adalah 20%, dan posisi 2007-2011 adalah di bawah 20%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 margin laba bersih di tahun 2011 mengalami penurunan 0,03% dibandingkan tahun 2007.

iii. Posisi ROE dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba secara maksimal dari dana yang telah diberikan oleh pemegang saham yang berarti kinerja keuangan kurang baik karena standar rasio ROE adalah 40%, dan posisi 2007-2011 adalah di bawah 40%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 ROE di tahun 2011 naik 0,04% dibandingkan tahun 2007.

iv. Posisi ROA dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan bahwa kurang baiknya kinerja keuangan perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan, karena standar rasio ROA adalah 30%, dan posisi 2007-2011 adalah di bawah 30%. Jika dibandingkan posisi tahun 2011 ROA di tahun 2011 naik 0,04% dibandingkan tahun 2007.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Kinerja keuangan MRAT selama periode 2007-2011 berdasarkan analisis trend pada umumnya liquid dan

insovable, yaitu suatu kondisi dimana suatu perusahaan tidak lagi memiliki keseimbangan finansial secara

baik, karena likuiditasnya dianggap sehat namun solvabilitasnya atau kemampuan membayar hutang secara

tepat waktu dianggap berada dalam posisi bermasalah bahkan cenderung tidak lagi tepat waktu

(insovable):

2. Kinerja keuangan MRAT selama periode 2007-2011 berdasarkan Analisis common size pada umumnya

liquid dan solvable, karena perusahaan perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya dan juga

mampu melunasi hutangnya yang jatuh tempo secara tepat waktu :

3. a. Analisis likuiditas pada umumnya baik (liquid)

b. Analisis Solvabilitas pada umumnya baik (solvable)

c. Analisis Aktivitas pada umumnya kurang baik

d. Analisis Profitabilitas pada umumnya baik :

SARAN

Saran Untuk Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan, berikut ini beberapa saran yang diharapkan dapat

dijadikan masukan bagi perusahaan :

1. Meminimalkan jangka waktu pada pihak ke tiga agar uangnya bisa digunakan untuk investasi atau

membayar hutang.

2. Melakukan penundanaan ekspansi (dana investasi/dana cadangan) terlebih dahulu tetapi lebih

meningkatkan kinerja cabang usaha yang ada, sehingga dana yang tersedia dapat di alokasikan pada pos

yang lain, seperti melunasi hutang atau pengembangan dana karyawan.

Page 15: 12.04.697_jurnal

15

Saran Untuk Penelitian Lanjutan

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan / keterbatasan dalam penelitian, yaitu :

1. Penelitian hanya melibatkan satu perusahaan

2. Analisis yang digunakan adalah analisis trend, analisis common size, dan analisis rasio.

Sehingga akan lebih baik, jika ada penelitian lanjutan oleh penulis / peneliti lain, maka disarankan :

1. Penelitian melibatkan dua perusahaan atau lebih di industri kosmetik, sehingga dapat dilakukan

perbandingan.

2. Analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan seperti analisa sumber dan penggunaan

modal kerja, analisa sumber dan penggunaan kas, analisa break event, analisis DuPont, Analisis EVA dan

MVA.

DAFTAR PUSTAKA

Arli, Verdi. (2010). Financial Analysis Of Crane Group Australia. Journal of Economics, Business and Accountancy Ventura, Vol. 13, No. 3, pp 225-244.

Bursa Efek Indonesia. (2012). Laporan Keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk 2007-2011. www.idx.co.id [5

April 2012].

F. Brigham Eugene & Joel F. Houston. (2010). Dasar – dasar Manajemen Keuangan (edisi 11 Buku

1). Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, Irham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Fathi Ridwan, Rian. (2008). Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Kelompok Industri Semen. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama.

Febriandi, Fadli. (2011). Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Bukit Asam Tbk Tahun 2006-2009. Skripsi Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan

Informatika, Institut Manajemen Telkom.

Febyanti, Esty. (2008). Manfaat Analisis Laporan Keuangan Dalam Efektivitas Pengambilan Keputusan Investasi Pada PT. Gudang Garam, Tbk di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama.

Hadi Prayitno, Ryanto. (2010). Peranan Analisa Laporan Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan : Studi Kasus Pada PT. X. Jurnal Manajemen UNUR Bandung, Vol. 2

No. 1, pp. 1-17.

Harahap, Sofyan Syafitri. (2006). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Hasmito, Wendi. (2008). Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama.

http://id.indonesiafinancetoday.com/read/3498/Pangsa-Pasar-Produsen-Kosmetik-Lokal-Bisa-Tertekan-Ekspansi-Asing. [Online]. [25 Juni 2012].

http://imacaward.com/category/survey-categories/cosmetic. [Online]. [19 Juni 2012].

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kara, Ekrem. (2012). Financial Analysis in Public Sector Accounting : An Example of EU, Greece and Turkey. European Journal of Scientific Research, Vol. 69, No.1, pp 81-89.

Page 16: 12.04.697_jurnal

16

Kusdriana, Daddy. (2011). Daftar Peraturan Kosmetika Indonesia 2011. [Online]. http://mediadata.co.id/REGIND-2011/PENAWARAN-DAFTAR-PERATURAN-KOSMETIKA-DI-INDONESIA-2011.pdf [6 Mei 2012].

Logo PT Mustika Ratu, Tbk. (2012). Sumber Informasi Media Nusantara. [Online].

http://media.mitrasites.com/mustika-ratu.html [20 Mei 2012].

Mamduh M. Hanafi. (2005). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 2). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Martono, Nanang.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Moeleong, Lexy J. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Munawir, S. (2007). Analisa Laporan Keuangan (Edisi 4). Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Orniati, Yuli. (2009). Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal

Ekonomi Bisnis, Tahun. 14, No. 3, pp. 206-213.

Prawironegoro, Darsono. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Nusantara Consulting.

PT Mandom, Tbk. (2011). Annual Report 2011. [Online]. http:// www.mandom.co.id [18 Juni 2012].

PT Martina Berto,Tbk. (2011). Laporan Tahunan 2011. [Online]. http:// www.martinaberto.co.id [18

Juni 2012]

PT Mustika Ratu, Tbk. (2011). Pefindo Equity and Index Valuation Division. [Online].

http://new.pefindo.com/files/2010-10-26-mrat-01-id.pdf [6 Mei 2012].

PT Mustika Ratu, Tbk. (2011). Pefindo Equity and Index Valuation Division. [Online].

http://new.pefindo.com/files/valuasi/2011-07-06-mrat-02-id.pdf [20 Mei 2012].

PT Mustika Ratu, Tbk. (2011). Tentang Mustika Ratu. [Online]. http://www.mustika-ratu.co.id/tentang-

mustika-ratu.html [20 Mei 2012].

Riyanto, Bambang. (2008). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Edisi 4). Yogyakarta: BPFE.

Rodoni, Ahmad. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sawir, Agnes. (2001). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (cetakan

2). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sekaran, Uma. (2007). Research Metodh for Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis) (Buku 1).

Jakarta : Salemba Empat.

Subramanyam, K.R & John J. Wild. (2008). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 10 Jilid 1). Jakarta:

Salemba Empat.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Suseno, Iman. (2010). Analisis Kinerja Keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika. Skripsi Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonom Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Wahyu Santosa, Perdana. (2010). Longterm Performance Trends Analysis and Managing Expectation For Active Value (Case Study : PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk). Jurnal

Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 12, No. 2, pp 94-101.